Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

TN.W PADA SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA DENGAN HIPERTENSI


DI DESA KARANGLO KECAMATAN SANANWETAN KOTA BLITAR

DISUSUN OLEH:
WENI WANDANSARI
201703078

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga ini dibuat untuk


memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan Keluarga. Oleh Mahasiswa D3 Keperawatan
Tingkat 3 semester 6 Stikes Karya Husada Kediri.
Nama : Weni Wandansari
Nim : 201703078
Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. W pada Salah Satu Anggota Keluarga
dengan Hipertensi di desa Karanglo Kec. Sananwetan Kota Blitar

Mengetahui

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Nove Lestari, S.Kep.Ns,.M,Kes Weni Wandansari


LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA
A, Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga
bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi
peneus, saling pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip
dari (Achjar, 2010) Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan social dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola
interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama. (Friedman,
1998)
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu tempat/ rumah,
saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan
mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Ciri-ciri Keluarga
A. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.

B. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)


1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah.
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi


1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

a) bersifat terbuka dan jujur.


b)selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c)berfikiran positif.
d)tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang

disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima

umpan balik.

b)Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.

b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah
posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan
sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-
masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain, sedangkan
orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif

Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :

1) Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan
bersama bahwa

dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk


mengontrol

tingkah laku anggota keluarga yang lain.


2) Referent power
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap
orang lain karena

identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif


seorang

anak dengan orang tua (role mode).

3) Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang
akan diterima oleh

seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena


kepatuhan

seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.

4) Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk
menghukum dengan

paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.

5) Affectif power
kekuasaan yang diberikan melalui

manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan


afeksi atau

kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual


pasangan suami

istri.

d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
juaga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

4. Tipe Keluarga
Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional


1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi
dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.

4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah

2. The Stepparent Family


Keluarga dengan orang tua tiri.

3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family


Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.

5. Gay And Lesbian Family


Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).

6. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.

7. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.

9. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.

10. Homeless Family


Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11. Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.

5. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai


berikut:

A. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi


internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga.
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam


melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan
kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang
hangat dan saling mendukung. Hubbungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi
afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota
keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak- anak dapat meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga
tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru
lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk


memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan
permasalahan yang berujung pada perceraian.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk


melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

6. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan


yang harus dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara


tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka
apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi


keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari


pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat


membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempetahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan


perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga


kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

7. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan belum menikah yang belum mempunyai anak. Tugas


perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.


2) Menetapkan tujuan bersama

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok


social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua
dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.


2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual
dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.


6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kotak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.


2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun) Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan
anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange
tua.hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah


minat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.


2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan pada dinding arteri saat jantung memompa darah dan
diedarkan ke jaringan tubuh. Tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai kondisi
meningkatnya tekanan darah di dalam dinding arteri secara terus menerus (Udjianti,
2010).
Hipertensi adalah gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Penyakit Hipertensi menjadi ancaman karena secara tiba-tiba seseorang divonis
menderita Hipertensi (Puspita, 2016).

2. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi primer
a. Genetik
Keluarga dengan salah satu memiliki riwayat Hipertensi, anggota keluarga yang
lainnya beresiko terhadap Hipertensi. Gen yang terlibat dengan sistem renin-
angiotensin-aldosteron dan gen lain yang dapat mempengaruhi tegangan
vaskuler, transportasi garam dan air pada ginjal, kegemukan dan resistensi
insulin menjadi penyebab tekanan darah tidak seimbang.
b. Obesitas
Kelebihan berat badan mempengaruhi fisiologi dari tubuh. Hall (1994)
menyebutkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin serta perubahan fisik pada ginjal disebabkan karena
perubahan fisiologi yang berhubungan dengan tekanan darah.
c. Jenis Kelamin
Kejadian Hipertensi pada laki-laki sama dengan wanita. Sebelum masa
menopause wanita terlindungi dari penyakit jantung koroner. Terdapat hormon
estrogen yang berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL)
yang mencegah terjadinya aterosklerosis. Hormon estrogen dianggap sebagai
imunitas pada masa premenopause. Penurunan hormon estrogen pada masa
premenopauses terus menerus secara alami dimulai dari usia 44-45 tahun
menyebabkan kerusakan pembuluh darah.
d. Usia
Tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya usia. Penuaan
mempengaruhi elastisitas pembuluh darah arteri serta tekanan darah. Semakin
lentur pembuluh darah, tekanan pada pembuluh darah meningkat terutama pada
tekanan sistolik.
e. Kurang Olahraga
Olah raga secara teratur dapat menurunkan tahanan perifer, tekanan darah dan
melatih otot jantung supaya lebih kuat ketika beban jantung meningkat. Orang
yang aktif beraktivitas memiliki detak jantung lebih cepat dan detak jantung
bekerja lebih keras pada saat kontriksi. Semakin keras jantung memompa darah
semakin besar kekuatan jantung mendesak dinding pembuluh darah.
f. Stress
Stres dapat meningkatkan hormon adrenalin. Peningkatan kadar hormon
adrenalin mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
meningkatkan tekanan darah (Nuraini, 2015).
2. Hipertensi Sekunder
a. Kontrasepsi hormonal (estrogen)
Kontrasepsi oral yang berisi hormon estrogen dapat menyebabkan Hipertensi.
Mekanisme kerja renin-aldosteron-mediated volume expansion mempengaruhi
peningkatan tekanan darah. Berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal dapat
mengembalikan kondisi tekanan darah setelah beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Penyakit ini erat kaitannya dengan inflamasi, infeksi serta perubahan struktur dan
fungsi dari ginjal yang menyebabkan ginjal tidak bisa bekerja dengan baik.
Darah yang diedarkan menuju ginjal terganggu dengan adanya penyempitan
arteri renalis karena ateriosklerosis dan displasia. Kondisi seperti ini
menyebabkan tekanan pada pembluh darah meningkat.
c. Gangguan endokrin
Hipertensi sekunder juga disebabkan karena disfungsi medula adrenal atau
korteks adrenal. Adrenal-mediated hypertension disebabkan karena kelebihan
aldosteron, kortisol dan ketokolamin. Aldosteronisme timbul dari benign
adenoma korteks adrenal yang menyebabkan Hipertensi dan hipoglikemi.
Pheochromocytomos pada medula adrenal meningkatkan sekresi ketokolamin
yang berlebihan. Sindrom Chusing adalah peningkatan glukokortikoid yang
diekskresikan dari medula adrenal. Sindroma Chusing disebabkan oleh
adrenokortikal atau edenoma adrenokortikal.
d. Coarctation aorta
Coarctation aorta merupakan penyakit bawaan sejak bayi. Penyempitan aorta
kongenital terjadi pada tingkat aorta torastik dan abdominal. Penyempitan aorta
menyebabkan aliran darah terhambat dan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah di atas kortisol (Udjianti, 2010).
3. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang lazim muncul pada penderita Hipertensi diantaranya:
1. Nyeri kepala, vomiting dan penurunan kesadaran berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina karena adanya penyempitan arteriol
mata, adanya eksudat dan papiledema.
3. Nokturia karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan filtrasi glomerolus.
4. Ayunan langkah yang tidak tetap karena ketidakseimbangan tubuh akibat
kerusakan susunan saraf
5. Palpitasi (berdebar-debar)
6. Neusea
7. Nyeri dada
8. Epitaksis
9. Insomia (Wijaya, 2013).

4. Patofisiologi
Patofisiologi Hipertensi secara pasti belum diketahui karena berhubungan dengan
penyebab tunggal peningkatan tekanan darah setiap individu berbeda. Sejumlah
mekanisme fisiologi yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang
kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial. Beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan penyebab peningkatan tekanan darah diantaranya
adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin dan
sistem saraf simpatis. Beberapa tahun terakhir telah dievaluasi bahwa genetik dan
disfungsi endotel (yang tampak pada penebalan endotelin dan nitrat oksida)
berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah (Wijaya,2013).

5. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui komponen yang terdapat di dalam
darah diantaranya:
a. Hemoglobin dan hematokrit, untuk mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasi faktor resiko seperti
hipokoagulasi dan anemia.
b. BUN atau kreatinin, memberikan informasi mengenai fungsi ginjal.
c. Glikosa, hiperglikemi (DM adalah pencetus Hipertensi) diakibatkan dari
peningkatan ketokolamine.
d. Kadar kolesterol atau trigliserida, peningkatan kadar dapat beresiko membentuk
plaque atrerosklerosis.
e. Kadar serum aldosteron untuk menilai adanya kadar aldosteronisme primer.
f. Studi tiroid (T3 dan T4), untuk menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan Hipertensi,
g. Asam urat, hiperurisemia adalah implikasi faktor resiko Hipertensi

Pemeriksaan elektrolit yang dapat dilakukan yaitu:


a. Serum potasium atau kalium, hipokalemia mengidentifikasi adanya
aldosteronisme primer atau efek samping deuretik.
b. Serum kalium meningkat berkontribusi terhadap Hipertensi.

Pemeriksaan urine lengkap yang dapat dilakukan yaitu:


a. Analisis urine terhadap adanya darah, protein dan glukosa dalam urin
mengindikasikan adanya gangguan pada renal.
b. Urine VMA (catecholamine metabolic), peningkatan kadar mengidentifikasi
adanya pheochromacytoma atau disfungsi pituitary.
c. Steroid urine, peningkatan kadar mengidentifikasi hiperadrenalisme,
pheochromacytoma dan sindrom Chusing jika disertai peningkatan kadar renin.
2. Radiologi
a. Rontgen toraks utuk mengetahui adanya obstruksi katup jantung, diposit kalsium
pada aorta dan kardiomegali.
b. Intra Vena Pyelografi (IVP) untuk mengidentifikasi penyebab Hipertensi seperti
renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate hyperpasia (BPH).
3. Elektrokardiogram untuk menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain dan
gangguan konduksi atau disritmia.
4. IUP untuk mengidentifikasi penyebab Hipertensi seperti adanya Batu Ginjal.
5. CT Scan untuk mengkaji adanya tumor serebral dan encefalopati (Udjianti, 2010).

6. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
a. Mempertahankan berat badan ideal
Peningkatan berat badan pada usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah. Manajemen berat badan sangat diperlukan untuk
mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) yaitu 18.5-
24.9 kg/m2. Obesitas dapat diatasi dengan diet kolestrol, kaya serat dan protein.
Keberhasilan menurunkan berat badan 2.2-5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan 5 mmHg (Nuraini, 2015).
b. Diet
Diet Hipertensi dengan mengurangi asupan natrium, mengurangi asupan lemak
total dan jenuh serta mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup.
Membatasi mengkonsumsi natrium ½ sendok teh perhari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan darah diastolik 2.5
mmHg. Diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) merupakan diet
potasium dengan mengkonsumsi kaya buah dan sayuran, menurunkan asupan
lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan natrium yang terbuang melalui urine saat kencing (Wijaya, 2013).
c. Membatasi konsumsi alkohol, rokok dan cafein.
Mengkonsumsi alkohol berlebih meningkatkan tekanan darah. Nikotin dalam
rokok memberikan efek vasokontriksi, meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah. Sementara cafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih
keras (Nuraini, 2015).
d. Mengurangi stress
Stres menstimulasi saraf simpatis, meningkatkan vasokontriksi, resistensi
vaskuler iskemik, curah jantung dan tekanan darah. Manajemen stres dengan
latihan fisik sedang dan teratur menjadi pilihan untuk menurunkan stressor
penderita Hipertensi.
e. Relaksasi
Relaksasi dapat dilakukan dengan sentuhan terapi, yoga dan meditasi dapat
menenangkan pikiran serta membantu menurunkan tekanan darah.
2. Farmakologi
a. Diuretik
Diuretik adalah jenis obat Anti Hipertensi sistolik. Obat pertama yang digunakan
yaitu golongan tiazid seperti Hidroklorotiazid. Mekanisme kerja golongan
diuretik tiazid adalah dengan menghambat pompa Na/K di tubulus distal
sehingga volume cairan dalam tubuh berkurang dan jantung memompa darah
lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik
Salah satu Anti Hipertensi dengan mekanisme kerja menghambat aktivitas
sistem saraf simpatis. Contoh obat dari golongan penghambat simpatetik adalah
metildopa, klonidine dan resepin.
c. Beta bloker
Mekanisme kerja beta bloker secara kompetitif mengikat ketokolamine ke
reseptor adrenergik sehingga daya pompa jantung menurun. Kontraindikasi beta
bloker untuk penderita gangguan pernafasan dan penderita Diabetus Melitus
karena dapat menutupi gejala hipoglikemi. Contoh obat dari golongan beta
bloker antara lain metoprolol, propanolol dan atenolol.
d. Vasodilator
Vasodilator adalah Anti Hipertensi dengan mekanisme kerja vasodilatasi arteriol
langsung melalui peningkatan cAMP intraseluler. Vasokontriksi merelaksasikan
otot polos pembuluh darah. Umumnya vasodilator diberikan pada pasien dengan
krisis Hipertensi. Contoh obat-obatan dari golongan vasodilator adalah
hidralazine dan minoxidil.
e. Angiotensine Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
ACE-I unmumnya untuk pengobatan awal Hipertensi. ACE-I menghambat
vasokontriksi dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Efek samping
yang sering muncul diantaranya pusing, batuk kering dan lemas. Captopril
adalah salah satu obat pilihan Anti Hipertensi dari golongan ACE-I.
f. Penghambat reseptor angiotensin II
Angiotensin II adalah vasokontriktor kuat yang menstimulasi pelepasan
aldosteron dari kelenjar adrenal dengan mencegah vasokontriksi serta retensi
natrium dan air yang dihasilkan dari pelepasan hormon aldosteron. Contoh
obatnya yaitu valsaltan.
g. Angiotensin kalsium
Sistem kerja angiotensin kalsium yaitu mengurangi influks kalsium ke dalam sel
otot polos pembuluh darah sehingga jantung dapat memompa darah lebih ringan.
Contoh obat-obatan golongan anhgiotensin kalsium adalah amlodipine,
felodipine dan diltiazem.
h. Agonis alfa 2
Mekanisme kerjanya dengan menurunkan tonus simpatis karena
neurotransmitter palsu menurunkan outflow simpatis. Penggunaan obat golongan
agonis alfa 2 harus memantau denyut nadi. Selain memberi efek kering pada
mulut, juga berefek sedasi. Setelah terapi dihentikan tekanan darah beresiko
meningkat. Contoh obat golongan agonis alfa 2 seperti klonidin, metildopa dan
guanabenz (Wijaya, 2013).

7. Komplikasi
1. Jantung
Tekanan darah yang terus meningkat dapat menyebabkan penyakit Jantung Koroner,
Gagal Jantung dan Infark Miokard. Pada penderita Hipertensi jantung akan bekerja
lebih keras, otot jantung akan mengendur dan elastisitasnya berkurang. Kekuatan
jantung dalam memompa darah berkurang sehingga mengakibatkan Gagal Jantung.
Aterosklerosis meningkat mengakibatkan resiko penyakit Stroke dan Jantung
Koroner. Beban kerja ventrikel kiri menyebabkan Hiperatrofi Ventrikel serta
meningkatkan resiko Jantung Koroner, Disritmia dan Gagal jantung.

2. Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal Kronik terjadi akibat kerusakan nefron yang bersifat
progresif akibat tekanan tinggi kapiler dan glomerulus ginjal. Kerusakan
glomerulus mengakibatkan hipoksia dan kematian ginjal karena darah yang
diedarkan ke unit ginjal terganggu. Kerusakan glomerulus menyebabkan proses
filtrasi terganggu sehingga ginjal tidak mampu membuang zat sisa yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh.
3. Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah,
peningkatan tekanan kranial dan adanya embulus dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke merupakan resiko terbesar dari Hipertensi.
Encepalopati dapat terjadi pada Hipertensi dengan onset cepat. Tekanan darah
tinggi menyebabkan peningkatan pada pembuluh kapiler, mendorong cairan masuk
ke dalam ruang intersisial diseluruh susunan saraf pusat yang menyebabkan neuron
disekitar saraf pusat mengalami kolap dan terjadi koma bahkan kematian.
4. Mata
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah retina.
Retinopati hipertensi pada awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala.
Peningkatan secara terus menerus menimbulkan kerusakan semakin berat akibatnya
mengalami kebutaan (Nuraini, 2015; Wijaya, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TN. W PADA SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI DI DESA KARANGLO KEC.SANANWETAN KOTA BLITAR

A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada kepala (pusing).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif)               : kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas)   : kaji seberapa sering nyeri yang
R (Region)                    : kaji bagian yang terasa nyeri
S (Saverity)                  : Apakah mengganggu aktivitas
T (Time)                       : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien apakah pernah menderita penyakit sebelumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang
sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikologi     : apakah klien mengalami peningkatan stress
b. Sosial          : apakah klien cenderung menarik diri dari lingkungan
c. Spiritual      : kaji agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah menurut
agamanya
7. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Kebutuhan nutrisi
1. Makan   : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan).
2. Minum  : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)

 Kebutuhan eliminasi
1. BAK    : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2. BAB    : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
8. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Wajah pucat
2. Mata
 Konjungtiva anemis
 Reflek pupil atau tidak ada
 Reflek kornea positif atau negatif
 Adakah edema papil
 Pupil isokor atau anisokor
3. Telinga
Terdapat serumen atau sekret atau tidak
4. Mulut
 Terdapat perdarahan di mulut atau tidak
 Bibir cyanosis atau tidak
 Membran mukosa bibir kering atau lembab
 Gigi lengkap atau tanggal
 Lidah jatuh ke belakang atau tidak
5. Leher
 Terdapat fraktur leher atau tidak
 Terdapat perbesaran kelenjar tiroid atau tidak
 Adakah deviasi trakea atau tidak
6. Dada
 Jantung : bunyi tambahan
 Paru : bunyi tambahan
 Penggunaan otot bantu dada
 Sesak nafas (dispnea)

7. Ekstremitas
 Akral dingin
 Capilary refil > 2 detik
 Kelemahan
 Pucat
8. Genetaurinarius
Riwayat obstruksi atau penyakit ginjal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077)
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga beratyang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis
2. Agen pencedera kimiawi
3. Agen pencedera fisik
Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
1. Bersikap protektif
2. Gelisah
3. Frek. Nadi meningkat
4. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
Tidak ada 1. TD meningkat
1. Pola napas berubah
2. Nafsu makan berubah
3. Proses berpikir terganggu
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri sendiri
6. Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
2. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Definisi
Gangguan kulitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1. Hambatan lingkungan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan temen tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur tidak tersedia
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Mengeluh kemampuan tidak tersedia
beraktifitas menurun
Kondisi Klinis Terkait
1. Nyeri/ kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktif kronik
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frek, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeru pada kualitas hidup
- Monitor efek samping pemberian analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, bila perlu

2. Gangguan Pola Tidur


Dukungan tidur
Definisi :
Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Identifikasi obat tidur yang di konsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
D. Evaluasi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Kontrol Nyeri
Definisi
Tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atau emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil
Menurun Ckp sedang Ckp meningkat
menurun meningkat
Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5
terkontrol
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali onset nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali penyebab
nyeri 1 2 3 4 5
Kemampuan
menggunakan teknik
non farmakologis 1 2 3 4 5
Dukungan orang
terdekat

meningkat Ckp sedang Ckp menurun


meningkat menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Pengggunaan 1 2 3 4 5
analgesik

2. Gangguan Pola Tidur


Pola Tidur
Definisi
Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Ckp sedang Ckp meningkat
menurun meningkat
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan sering 1 2 3 4 5
terjaga
Keluhan tidak puas 1 2 3 4 5
tidur
Keluhan pola tidur 1 2 3 4 5
berubah
Keluhan istirahat 1 2 3 4 5
tidak cukup
meningkat Ckp sedang Ckp menurun
meningkat menurun
Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktivitas

KONSEP SKORING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. Definisi Skoring
Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis keperawatan lebih dari satu, proses
scoring menggunakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya (1978).

B. Proses Skoring
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan, yang terdiri dari
1. Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang telah dibuat.
2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot (Bailon & maglaya,
1978)

NO KRITERIA SKOR BOBOT


1 Sifat Masalah
 Tidak/kurang 3
sehat
 Ancaman 2 1
kesehatan
 Krisis atau 1
keadaan
sejahtera

2 Kemungkinan Masalah
Dapat Di ubah
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat 0

3 Potensi Masalah Dapat


Dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1

4 Menonjolnya Masalah
 Masalah berat, 2
harus segera
ditangani
 Ada masalah, 1 1
tetapi tidak
perlu segera
ditangani 0
 Masalah tidak
dirasakan

Keterangan :
1. Proses skoring dilakukan untuk diagnose keperawatan dengan ketentuan:
2. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
3. Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot

4. Jumlah skor untuk setiap ktiteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan jumlah
keseluruhan dari bobot
5. Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
a. Sifat masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan
bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang
segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau
keadaan sejahtera diberikan yang paling sedikit atau rendah karena faktor-faktor
kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalahnya dengan baik.
b. Kemungkinan masalah dapat dicegah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada
tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
 Pengetahuan dan tekhnologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masala
 Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan
atau tenaga
 Sumber-sumber dari keperawatan misalnya : dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu
 Sumber-sumber di masyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat
c. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau
dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
 Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,
prognosa penyakit atau kemungkinan merubah masalah.
 Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila
dicegah.
 Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah
d. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya
masalah serta mendeksaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam memberikan skor pada criteria ini adalah perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini jika keluarga
menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera maka harus
diberikan skor yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang A H (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV


Sagung Seto.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. J Majority, 4(5), 10-19.

Puspita, E. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita


Hipertensi Dalam Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan. Universitas Negeri Semarang.

Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. In Salemba Medika. Jakarta.

Wijaya, A. S. (2013). KMB I. Keperawatan Medikal Bedah. In Nuha Medika. Yogyakarta.

https://www.academia.edu/11049056/proses_skoring_keperawatan_keluarga .

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Ed.1. Jakarta: DPP.PPNI

PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Ed.1. Jakarta: DPP.PPNI

PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.Ed.1. Jakarta: DPP.PPNI

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Mahasiswa : Weni Wandansari
NIM : 201703078
Semester : 6
Tempat Praktek : ________________________________________

I. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


A. Kepala Keluarga
Nama KK : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur / Tgl. Lahir : 60 Tahun/1 November 1960
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun PNS
Alamat : Jl.Timor No.53 Kec.Sananwetan Kota Blitar

B. Komposisi Anggota Keluarga

Status Imunisasi
Hubungan
Hepati
No Nama L/P Umur dengan Pendidikan Polio DPT Cam Ket.
BCG -tis
Keluarga -pak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Tn. W L 60th Suami SMA
2. Ny. C P 55th Istri SMA
3. Tn. W L 25th Anak D3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lengkap
4. Nn. W P 21th Anak Kuliah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lengkap

C. Genogram

Keterangan :

: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: Perempuan sakit

------- : Tinggal serumah

D. Tipe Keluarga
1. Jenis Tipe Keluarga
(√ ) Nuclear Family
( ) Extended Family
( ) Serial Family
( ) Single Family
( ) ……………………… .

2. Masalah-masalah yang terjadi dengan Jenis Tipe keluarga tersebut.


Suami dan istri mengatakan tidak ada masalah yang timbul dengan tipe keluarga
tersebut.

E. Suku Bangsa
1. Suku: Jawa
2. Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut yang bertentangan dengan kesehatan :
( √ ) Tidak
( ) Ya, Sebutkan dan mengapa ……………………………………………….
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….

F. Agama
1. Apakah keluarga mengikuti Kegiatan Keagamaan :
( ) Tidak
( √ ) Ya, sebutkan: sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Masjid, acara
tahlilan/yasinan (bapak-bapak dan ibu-ibu).

2. Adakah Kegiatan / Nilai Agama yang bertentangan dengan kesehatan :


( √ ) Tidak
( ) Ya, sebutkan ………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….

3. Apa persepsi keluarga terhadap kesehatan :


( √ ) Merupakan hal penting
( ) Tidak merupakan masalah dalam keluarga
( ) Tidak tahu
Lain-lain …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….

G. Status Sosial – Ekonomi Keluarga


1. Pendapatan
( ) Kurang dari Rp. 250.000,-
( ) Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,-
( √ ) Lebih dari Rp. 500.000,-

2. Pengeluaran keluarga rata-rata sebulan :


a. Untuk Makan : Rp. 2.000.000,00
b. Keperluan Lain : Rp. 5.00.000,00

3. Anggota keluarga yang mencari nafkah :


( √ ) Ayah
( ) Ibu
( ) Anak
Lain-lain ……………………………….

4. Adakah sumber penghasilan lain :


( √ ) Tidak
( ) Ya, sebutkan ………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….

5. Apakah keluarga mempunyai Simpanan :


(√ ) Tidak
( ) Ya, Sebutkan ………………………………………………………………

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


A. Tahap Perkembangan Keluarga
1. Pada saat ini keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga ke …
( ) I ( ) V
( ) II ( √ ) VI
( ) III ( ) VII
( ) IV ( ) VIII
( dipilih dengan melihat usia anak yang tertua )

2. Apakah ada kendala dalam menjalankan tugas perkembangan keluarga :


( √ ) Tidak
( ) Ya, sebutkan ………………………………………………………………

Bagaimana keluarga mengatasinya ………………………………………………


…………………………………………………………………………………….

B. Riwayat Keluarga Inti


1. Kejadian sakit saat ini :
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan. Riwayat kesehatan masing
masing keluarga baik kecuali Ny.C, awal mula Ny.C memiliki darah tinggi saat
itu Ny.C menjadi korban penjambretan pada saat itu di bawa ke RSUD Mardi
Waluyo Kota Blitar di tensi Tekananan darahnya 190/100 mmHg. Sejak
mengalami kejadian tersebut pasien menjadi trauma dan TD nya tinggi. Selain
itu Ny. C mempunyai kebiasaan meminum kopi dan suka
mengkonsumsi/memasak makanan yang asin. Kebiasaan anggota keluarga
apabila ada yang sakit periksa ke Puskesmas. Untuk mengatasi penyakit yang
diderita saat ini, Ny.C minum obat amlodipine yang di beli di Apotek dekat
rumah.

2. Kejadian penyakit Kronis :


a. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis :
( √ ) Tidak ada
( ) Ada
b. Jika ada bagaimana cara menanggulanginya ………………………………
………………………………………………………………………………

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


A. Karakteristik Perumahan
1. Perumahan
a. Jenis rumah :
( √ ) Bersama ( ) Pavillyun
( ) Petak ( ) Tersendiri

b. Jenis Bangunan
( ) Non Permanen ( ) Semi Permanen
( √ ) Permanen

c. Luas Pekarangan : 10 x 15 m2

d. Luas Bangunan : 9 x 10 m2

e. Status rumah :
( ) Sewa Bulanan ( √ ) Milik Pribadi
( ) Kontrakan ( ) Lain-lain

f. Atap rumah :
( √ ) Genteng ( ) Seng
( ) Lain-lain

g. Ventilasi :
( ) Kurang ( ) Cukup ( √ ) Baik

h. Cahaya :
( ) Kurang ( ) Cukup ( √ ) Baik

i. Penerangan :
( ) Lampu tempel ( ) Petromak ( √ ) Listrik

j. Lantai :
( ) Tanah ( ) Papan
( √ ) Plester ( ) Ubin
2. Kebersihan
Bila Ada
Lokasi Rumah Tidak Ada Ada Kotor
Bersih
- Halaman ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Ruang Tamu ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Ruang Tidur ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Ruang Makan ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Dapur ( ) (√ ) (√ ) ( )
- Kamar Mandi ( ) (√ ) ( ) (√ )
- WC ( ) (√ ) ( ) (√ )

Catatan : ………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

3. Pemakaian Air
a. Sumber Air
( ) Sungai
( ) Sumur gali tanpa selongsongan
( ) Sumur gali dengan selongsongan
( ) Sumur pompa
( ) PDAM
( √ ) Pompa Listrik
( ) Membeli
b. Jarak sumber air dengan tanki tinja :
( ) < 5 meter ( √ ) 5 – 10 meter ( ) > 10 meter
Catatan : ………………………………………………………..…………..
……………………………………………………………………

c. Keadaan fisik air :


- Kejernihan: ( ) Keruh ( √ ) Jernih
- Bau : ( ) Berbau ( √ ) Tidak berbau
- Rasa : ( ) Asin ( ) Payau ( √ ) Tawar
Catatan : ……………………………………………………………………
……………………………………………………………………

4. Pembuangan Air
a. Pembuangan air kotor :
( ) Di halaman ( ) Sungai
( ) Comberan ( √ ) Selokan

b. Keadaan tempat pembuangan air kotor :


( √ ) Lancar ( ) Tidak Lancar

5. Kalau ada jamban keluarga, jenisnya :


( ) Selokan ( ) Sungai ( ) Cemplung terbuka
( ) Cemplung tertutup ( √ ) Septic tank ( ) Lain-lain
Catatan : …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
6. Pembuangan sampah terakhir oleh keluarga :
( ) Sembarangan ( ) Ditimbun ( ) Sungai
( ) Dibakar ( ) Got (√ ) Bak Sampah
Catatan : Setiap pagi ada petugas kebersihan datang untuk mengambil sampah
di tiap-tiap rumah dan kadang di bakar di belakang rumah.

7. Kandang Ternak :
( √ ) Ada ( ) Tidak Ada
- Kalau ada letaknya :
( ) Di dalam rumah
( √ ) Menempel di dinding rumah
( ) Terpisah dari rumah, sebutkan jaraknya dari rumah ………………….
Jika letaknya di dalam rumah alasannya ……...………………...……
……………………………………………………………………..….
- Jenis Ternak :
( ) Ayam ( ) Bebek ( √ ) Burung
( ) Kambing ( ) Sapi
Sebutkan jumlahnya !
Lain-lain : 4 ekor burung masing-masing di dalam sangkar

8. Pencemaran Lingkungan :
( ) Ada ( √ ) Tidak ada

9. Denah Rumah :

Sapiteng
Bak
Sampah
Halaman Belakang
Kamar Mandi dan Wc

Dapur
Gudang
Tempat sholat R. Kamar
Sdr.W

R. Kamar Nn.W Ruang keluarga/


R. Makan

R. Tamu
R. Tidur Ny.C
Par
kira
n

Teras depan
Keterangan gambar :

= Pintu masuk
= Batas bangunan
B. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :
Apakah ada kebiasaan atau budaya setempat yang tidak sesuai dengan nilai
kesehatan :
( √ ) Tidak
( ) Ada, sebutkan ………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………

C. Hubungan dengan masyarakat :


1. Apakah anggota keluarga ikut dalam organisasi kemasyarakatan :
( ) Tidak
( √ ) Ya, Sebutkan : PKK ibu-ibu, pos kampling, karangtaruna.

2. Adakah penghargaan yang diterima dari masyarakat :


(√ ) Tidak
( ) Ada, Sebutkan …………………………………………………………….
……………………………………………………………………………..
3. Apakah keluarga cukup berpengaruh di masyarakat :
( √ ) Tidak
( ) Ya, contohnya …………………………………………………………….
……………………………………………………………………………..

4. Adakah konflik dalam masyarakat :


(√ ) Tidak ada
( ) Ada, Sebutkan ……………………………………………………….
……………………………………………………………………………..

5. Apakah keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungannya :


( √ ) Ya
( ) Tidak
Kalau ada sebutkan : Keluarga biasanya menggunakan layanan Puskesmas
Sananwetan untuk berobat, dan mengikuti posyandu lansia yang datang ke desa
setiap 1 bulan sekali.
IV. STRUKTUR KELUARGA
A. Pola Komunikasi
1. Cara komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga :
( √ ) Langsung ( ) Tidak langsung

2. Sifat komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga :


( √ ) Terbuka ( ) Tertutup

3. Siapakah anggota keluarga yang paling dominan berbicara :


( ) Ayah ( √ ) Ibu
( ) Anak ( ) Mertua
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………….

4. Bahasa yang sering digunakan oleh anggota keluarga :


( ) Bahasa Ibu
( √ ) Bahasa Indonesia
( √ ) Bahasa lain, sebutkan : Jawa

B. Struktur Peran
Apakah ada perubahan / konflik / ketidaksesuaian peran dalam keluarga :
(√ ) Tidak ada
( ) Ada, sebutkan dan jelaskan ………………………………………………….
………………………………………………………………………………

V. FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Afektif
( Kaji bagaimana gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota yang lain serta sikap saling
menghargai dalam keluarga ! )
Dalam kehidupan keseharian, keluarga Tn. W harmonis, tentram dan rukun. Semua
keluarga merasa saling memiliki, apabila ada keluarga yang sakit atau ditimpa
musibah, maka anggota keluarga yang lain ikut merasakan hal yang sama, saat ada
anggota keluarga mempunyai tugas yang harus dikerjakan dirumah maka anggota
yang lain menghargai untuk tidak mengganggu.

B. Fungsi Sosialisasi
( Kaji bagaimana Interaksi dalam keluarga, disiplin, norma dan perilaku anggota
keluarga ).
Interaksi dalam keluarga Tn.W sangat baik .Dalam berhubungan dengan anggota
masyarakat lain, semua anggota keluarga tidak tampak kaku dan sangat membaur
dengan budaya yang ada disekitarnya. Tn.W menerapkan anak-anaknya tidak
pulang terlalu malam dalam menyelesaikan urusan yang ada diluar rumah dan
bersikap ramah kepada tetangga.
C. Fungsi Perawatan Keluarga
1. ( Kaji kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan )
Keluarga Tn.W mengenal dengan baik masalah kesehatan yang dialami oleh
salah satu anggota keluarga yaitu Ny.C dengan Hipertensi. Hal ini dibuktikan
dengan keluarga mampu untuk menyebutkan tentang tanda dan gejala serta
faktor penyebab hipertensi.
2. ( Kaji kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang
tepat )
Keluarga Tn.W memutuskan saat tensi Ny.C 180/90 mmHg untuk membeli obat
di Apotek, obat amlodipine Ny.C teratur meminum obat 3x1 dan banyak
istirahat untuk sementara waktu.
3. ( Kaji kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit )
Anak-anak Ny.C sementara waktu menggantikan posisi Ny.C untuk
membersihkan rumah dan membantu memasak untuk keluarga, Ny.C oleh anak-
anaknya di anjurkan untuk istirahat yang cukup serta tidak tidur larut malam.
Anak-anak serta suami Ny.C mengingatkan Ny.C untuk minum obat tepat
waktu.
4. ( Kaji kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah )
Keluarga Tn.W memelihara kebersihan rumah dengan baik, di sapu 2x sehari
pada saat pagi dan sore serta di pel 1 minggu sekali. Namun, untuk kebersihan
piring setelah makan langsung dicuci sendiri.
5. (Kaji kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan )
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, keluarga Tn.W berjalan baik, karena keluarga
Tn.W jika sakit berobat ke Puskesmas Sananwetan dan mengikuti posyandu
lansia yang dilaksanakan 1 bulan sekali.

D. Fungsi Reproduksi
1. Apakah kebutuhan seksual terpenuhi :
( √ ) Ya ( ) Tidak
Alasannya :
Frekuensi koitus ……………………………

2. Apakah keluarga menjadi Akseptor KB :


( √ ) Ya ( ) Tidak
Bila tidak alasannya :
Bila Ya, sebutkan apa KB suntik tapi sekarang sudah tidak

3. Bila tidak Akseptor KB, bagaimana pendapatnya bila anak lebih dari 2 ( dua )
orang :
( ) Repot mengurusnya
( ) Anak membawa rejeki
( ) Lain-lain, sebutkan :
4. Pola mengasuh anak :
( ) Bebas
( ) Sangat dilindungi
(√ ) Sesuai dengan tumbuh kembang

5. Harapan keluarga terhadap anak


Anak bisa mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.
VI. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA
1. Secara :
( √ ) Mandiri
( ) Bersama-sama
( ) Meminta bantuan orang lain
( ) Lain-lain, sebutkan …………………………………………………………….

2. Bagaimana respon keluarga jika salah satu anggota keluarga bermasalah dalam pola
pertahanannya :
( √ ) Membantu jalan keluar
( ) Acuh tak acuh
( ) Minta bantuan orang lain
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………………

3. Jika masalah tidak teratasi, bagaimana keluarga menanganinya :


( ) Putus Asa
( √ ) Mencari jalan keluar
( ) Acuh tak acuh
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………………

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Px Fisik Nama anggota keluarga


Tn.W Ny.S Sdr.W Nn.W
TD 130/90 mmHg 160/90 mmHg 120/80 mmHg 110/70 mmHg

N 88x/mnt 88/mnt 84 x/mnt 80 x/mnt


RR 20x/mnt 20 x/mnt 20 x/mnt 20 x/mnt
BB/TB 63kg/164cm 50kg/157cm 80kg/164cm 65kg/165cm
Kepala Mesocepal Mesocepal Mesocepal Mesocepal
Rambut Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut
hitam beruban. hitam, tidak hitam, tidak hitam, tidak mudah
mudah rontok. mudah dicabut. rontok.

Konjung Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis


tiva
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
Lensa Tidak keruh, Tidak keruh, Tidak keruh Tidak keruh
penglihatan penglihaatan
rabun jauh rabun jauh
Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada polip, Tidak ada polip,
polip, tidak ada polip, tidak ada tidak ada tidak ada
pernapasan pernafasan pernafasan cuping pernapasan cuping
cuping hidung cuping hidung hidung hidung

Telinga Pendengaran Tidak ada Tidak ada impaksi Tidak ada impaksi
baik, tidak ada impaksi serumen serumen
serumen serumen,
pendengaran
baik
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab lembab lembab lembab
Leher Tdk ada Tdk ada Tdk ada Tdk ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar thyroid kelenjar thyroid kelenjar thyroid.
thyroid.

Dada Pengembangan dada Pengembangan dada Pengembangan Pengembangan


simetris, tidak ada simetris, tidak ada dada simetris, dada simetris,
suara napas suara napas tambahan, tidak ada suara tidak ada suara
tambahan, bunyi bunyi jantung I,II napas napas tambahan,
jantung I,II normal. normal. tambahan, bunyi jantung
bunyi jantung I,II normal.
I,II normal.
Abdome Perut datar, bising Perut datar, bising usus Perut datar, Perut datar,
n usus normal 10 normal 12 x/menit bising usus bising usus
x/menit (n=5-20 (n=5-20 x/menit), suara normal 10 normal 12
x/menit), suara tympani, tidak ada x/menit (n=5-20 x/menit (n=5-20
tympani, tidak ada nyeri. x/menit), suara x/menit), suara
nyeri. tympani, tidak tympani, tidak
ada nyeri. ada nyeri.
Ekstrem Tidak ada edema, Tidak ada edema, Tidak ada Tidak ada
itas kekuatan otot 5, kekuatan otot 5, tonus edema, edema, kekuatan
tonus otot baik otot baik kekuatan otot 5, otot 5, tonus otot
tonus otot baik baik

Kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang


Turgor Turgor kulit elastis Turgor kulit elastis Turgor kulit Turgor kulit
kulit elastis elastis

VIII. HARAPAN KELUARGA


Bagaimana harapan keluarga terhadap Petugas Kesehatan yang ada :
Keluarga berharap dengan adanya pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang
memadai dapat meningkatkan kesehatan keluarga Indonesia
ANALISA DATA

KELOMPOK MASALAH PENYEBAB


NO
DATA ( PROBLEM ) ( ETIOLOGI )
1. Ds: Nyeri Akut (D.0077) Kebiasaan pasien dan
Ny.C mengatakan kepalanya sangat keluarga memakan
pusing. Nyeri ini dirasakan ketika makanan yang asin-
malam hari, dan juga kadang saat asin dan minum kopi
beraktivitas. Nyeri nya dirasakan di pagi atau malam
seperti tertusuk-tusuk dan hilang hari.
timbul. Ny.C mengatakan skala nyeri
5 dan dirasakan selama beberapa hari
terakhir.

Do:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak tenang dan
sedikit gelisah
- klien sulit tidur
- TD meningkat
TTV :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt

2 Ds : Gangguan Pola Tidur Kurangnya kontrol


Ny. C mengeluhkan sulit tidur karena (D.0055) untuk tidur
pusing, tidur larut malam dan ketika
tidur sering terbangun
Ny.C Mengatakan tidurnya hanya 4-5
jam saja

Do :
-Klien tampak sering terbangun
-Pola tidur klien tidak teratur
-Klien tidur hanya sekitar 4-5 jam
Ttv :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt

3.

PRIORITAS MASALAH ( SKORING )

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

KRITERIA PERHITUNGAN SCORE RASIONALISASI

1. Sifat masalah 3/3x1 1 Masalah penyakit hipertensi


- Tidak/kurang sehat sudah terjadi, apabila tidak
segera di tangani akan
menimbulkan resiko stroke

Masalah hipertensi dapat


2. Kemungkinan masalah 2/2x2 2 diatasi dengan patuh
dapat diubah minum obat, membiasakan
- Dengan mudah pola hidup yang baik sera
mematuhi untuk tidak
mengkonsumsi makanan
yang tidak dianjurkan

Potensi masalah untuk


3. Potensi masalah dapat di 2/3x1 2/3 dicegah adalah cukup, Ny.
cegah C sudah berobat dan minum
- Cukup obat tetarur tetapi masih
sering meneruskan
kebiasaan mengkonsumsi
cafein (kopi), dan makanan
asin-asin.

Keluarga menganggap
4. Menonjolnya masalah 2/2x1 1 kesehatan adalah hal yang
- Masalah berat harus sangat penting
segera di tangani

Jumlah 4 2/3

PRIORITAS MASALAH ( SKORING )

Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur

KRITERIA PERHITUNGAN SCORE RASIONALISASI

1. Sifat masalah 2/3x1 2/3 Keluarga menganggap jika


- Ancaman kesehatan pola tidur Ny.C tidak
teratur akan menyebabkan
ancaman bagi kesehatannya

2. Kemungkinan 1/2x2 1 Kebiasaan tidur larut


masalah dapat diubah malam membuat Ny.C
- Hanya sebagian harus beradaptasi untuk
membiasakan diri tidur
cukup 8 jam
3. Potensi masalah dapat 2/3x1 2/3 Membantu Ny.C untuk
dicegah beradaptasi membiasakan
- Cukup pola tidur yang teratur
dengan cara membuat
lingkungan tidur yang
nyaman dan suhu serta
pencahayaan yang cukup

4. Menonjolnya masalah 1/2x1 ½ Keluarga menganggap pola


- Ada masalah, tetapi tidur yang tidak teratur dan
tidak perlu langsung kurang bukan masalah yang
ditangani penting yang harus segera
di tangani.

Jumlah 17/6
= 2 5/6

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeru pada kualitas hidup
- Monitor efek samping pemberian analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, bila perlu

2. Gangguan Pola Tidur


Dukungan tidur
Definisi :
Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Identifikasi obat tidur yang di konsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 30 Maret 2020 Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, S : Ny. C
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan
kualitas, intensitas nyeri. kepalanya masih
- Mengidentifikasi skala nyeri terasa sangat
- Mengidentifikasi faktor yang pusing. Nyeri terasa
memperberat dan memperingan ketika dibuat
nyeri aktivitas dan terasa
seperi tertusuk duri
dengan skala 5 dan
dirasakan sejak tadi
pagi hingga
sekarang
O:
-Lokasi nyeri : di
Kepala
-Skala 5
-Nyeri spt ditusuk-
tusuk
TTV :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 30 Maret 2020 Gangguan Pola -Mengidentifikasi faktor S : Ny.C
Tidur (D.0055) pengganggu tidur. mengatakan tidak
-Mengidentifikasi makanan dan bisa tidur dan sering
minuman yang mengganggu terbangun karena
tidur. kepalanya pusing.
- Memfasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur. O:
- Lokasi nyeri : di
Kepala
-Skala 5
-Nyeri spt ditusuk-
tusuk
TTV :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
meliputi,
pengkajian factor
pengganggu tidur,
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 31 Maret 2020 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S : Ny. C mengeluh
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, masih pusing.
kualitas, intensitas nyeri. Rasanya seperti
- Identifikasi skala nyeri tertusuk duri
- Identifikasi faktor yang dengan skala nyeri
memperberat dan memperingan 4, nyeri terasa saat
nyeri beraktivitas dan
akan tidur. Nyeri
sangat mengganggu
jika dibuat aktivitas
sehari hari.
O:
Tampak masih
sering memegangi
kepala sambil
meringis kesakitan
hingga mengganggu
aktivitasnya sebagai
seorang Ibu
TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,2° C
RR : 20 x/mnt

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 31 Maret 2020 Gangguan Pola -Identifikasi faktor pengganggu S : Keluarga
Tidur (D.0055) tidur. mengatakan Ny. C
Identifikasi makanan dan masih sering terjaga
minuman yang mengganggu karena masih tidak
tidur. bisa beradaptasi
- Fasilitasi menghilangkan stress untuk tidak minum
sebelum tidur. kopi dan masih
merasakan pusing
pada kepalanya.

O:
Ny. C masih minum
kopi di sore hari,
tidur Ny. C sering
terbangun saat
malam hari

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
meliputi,
pengkajian factor
pengganggu tidur,
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 1 April 2020 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S : Ny. C
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan pusing
kualitas, intensitas nyeri. di kepalanya sudah
- Identifikasi skala nyeri sangat berkurang,
- Identifikasi faktor yang hanya timbul saat
memperberat dan memperingan rambut di kuncrit
nyeri dengan skala nyeri
3, pusing tidak
begitu mengganggu
aktivitas sehari hari.

O:
Ny. C dan keluarga
dapat menerapkan
teknik relaksasi
nafas dalam dan
peralihan perhatian
untuk mengatasi
rasa nyeri pada Ny.
C
TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,2° C
RR : 20 x/mnt

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 1 April 2020 Gangguan Pola -Identifikasi faktor pengganggu S : Ny.C
Tidur (D.0055) tidur. mengatakan hanya
Identifikasi makanan dan bias tidur +-5jam
minuman yang mengganggu dan masih sering
tidur. terbangun
- Fasilitasi menghilangkan stress O:
sebelum tidur. Keluarga terlihat
membuat jadwal
tidur rutin untuk
Ny.C dan Ny.C
tidak membiasakan
untuk meminum
kopi

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan
meliputi,
pengkajian factor
pengganggu tidur,
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 2 April 2020 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S : Ny. C
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan
kualitas, intensitas nyeri. pusingnya sudah
- Identifikasi skala nyeri berkurang.
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan O:
nyeri Ny.C tidak
meminum kopi
TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt

A : Masalah teratasi

P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 2 April 2020 Gangguan Pola -Identifikasi faktor pengganggu S : Ny.C
Tidur (D.0055) tidur. mengatakan
Identifikasi makanan dan tidurnya sudah
minuman yang mengganggu cukup nyenyak
tidur. karena sudah tidak
- Fasilitasi menghilangkan stress membiasakan
sebelum tidur. minum kopi, tidur
cukup sekitar 8 jam

O:
Keluarga terlihat
membuat jadwal
tidur rutin untuk
Ny. C dan tidak
membiasakan untuk
meminum kopi

A : Masalah teratasi

P : Intervensi
dihentikan, masalah
gangguan pola tidur
teratasi.

Anda mungkin juga menyukai