DISUSUN OLEH:
WENI WANDANSARI
201703078
Mengetahui
umpan balik.
b)Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.
b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah
posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan
sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-
masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain, sedangkan
orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif
1) Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan
bersama bahwa
3) Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang
akan diterima oleh
4) Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk
menghukum dengan
5) Affectif power
kekuasaan yang diberikan melalui
istri.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
juaga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
4. Tipe Keluarga
Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
6. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
7. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
11. Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
5. Fungsi Keluarga
A. Fungsi Afektif
d. Fungsi Ekonomi
Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan pada dinding arteri saat jantung memompa darah dan
diedarkan ke jaringan tubuh. Tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai kondisi
meningkatnya tekanan darah di dalam dinding arteri secara terus menerus (Udjianti,
2010).
Hipertensi adalah gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Penyakit Hipertensi menjadi ancaman karena secara tiba-tiba seseorang divonis
menderita Hipertensi (Puspita, 2016).
2. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi primer
a. Genetik
Keluarga dengan salah satu memiliki riwayat Hipertensi, anggota keluarga yang
lainnya beresiko terhadap Hipertensi. Gen yang terlibat dengan sistem renin-
angiotensin-aldosteron dan gen lain yang dapat mempengaruhi tegangan
vaskuler, transportasi garam dan air pada ginjal, kegemukan dan resistensi
insulin menjadi penyebab tekanan darah tidak seimbang.
b. Obesitas
Kelebihan berat badan mempengaruhi fisiologi dari tubuh. Hall (1994)
menyebutkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin serta perubahan fisik pada ginjal disebabkan karena
perubahan fisiologi yang berhubungan dengan tekanan darah.
c. Jenis Kelamin
Kejadian Hipertensi pada laki-laki sama dengan wanita. Sebelum masa
menopause wanita terlindungi dari penyakit jantung koroner. Terdapat hormon
estrogen yang berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL)
yang mencegah terjadinya aterosklerosis. Hormon estrogen dianggap sebagai
imunitas pada masa premenopause. Penurunan hormon estrogen pada masa
premenopauses terus menerus secara alami dimulai dari usia 44-45 tahun
menyebabkan kerusakan pembuluh darah.
d. Usia
Tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya usia. Penuaan
mempengaruhi elastisitas pembuluh darah arteri serta tekanan darah. Semakin
lentur pembuluh darah, tekanan pada pembuluh darah meningkat terutama pada
tekanan sistolik.
e. Kurang Olahraga
Olah raga secara teratur dapat menurunkan tahanan perifer, tekanan darah dan
melatih otot jantung supaya lebih kuat ketika beban jantung meningkat. Orang
yang aktif beraktivitas memiliki detak jantung lebih cepat dan detak jantung
bekerja lebih keras pada saat kontriksi. Semakin keras jantung memompa darah
semakin besar kekuatan jantung mendesak dinding pembuluh darah.
f. Stress
Stres dapat meningkatkan hormon adrenalin. Peningkatan kadar hormon
adrenalin mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
meningkatkan tekanan darah (Nuraini, 2015).
2. Hipertensi Sekunder
a. Kontrasepsi hormonal (estrogen)
Kontrasepsi oral yang berisi hormon estrogen dapat menyebabkan Hipertensi.
Mekanisme kerja renin-aldosteron-mediated volume expansion mempengaruhi
peningkatan tekanan darah. Berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal dapat
mengembalikan kondisi tekanan darah setelah beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Penyakit ini erat kaitannya dengan inflamasi, infeksi serta perubahan struktur dan
fungsi dari ginjal yang menyebabkan ginjal tidak bisa bekerja dengan baik.
Darah yang diedarkan menuju ginjal terganggu dengan adanya penyempitan
arteri renalis karena ateriosklerosis dan displasia. Kondisi seperti ini
menyebabkan tekanan pada pembluh darah meningkat.
c. Gangguan endokrin
Hipertensi sekunder juga disebabkan karena disfungsi medula adrenal atau
korteks adrenal. Adrenal-mediated hypertension disebabkan karena kelebihan
aldosteron, kortisol dan ketokolamin. Aldosteronisme timbul dari benign
adenoma korteks adrenal yang menyebabkan Hipertensi dan hipoglikemi.
Pheochromocytomos pada medula adrenal meningkatkan sekresi ketokolamin
yang berlebihan. Sindrom Chusing adalah peningkatan glukokortikoid yang
diekskresikan dari medula adrenal. Sindroma Chusing disebabkan oleh
adrenokortikal atau edenoma adrenokortikal.
d. Coarctation aorta
Coarctation aorta merupakan penyakit bawaan sejak bayi. Penyempitan aorta
kongenital terjadi pada tingkat aorta torastik dan abdominal. Penyempitan aorta
menyebabkan aliran darah terhambat dan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah di atas kortisol (Udjianti, 2010).
3. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang lazim muncul pada penderita Hipertensi diantaranya:
1. Nyeri kepala, vomiting dan penurunan kesadaran berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina karena adanya penyempitan arteriol
mata, adanya eksudat dan papiledema.
3. Nokturia karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan filtrasi glomerolus.
4. Ayunan langkah yang tidak tetap karena ketidakseimbangan tubuh akibat
kerusakan susunan saraf
5. Palpitasi (berdebar-debar)
6. Neusea
7. Nyeri dada
8. Epitaksis
9. Insomia (Wijaya, 2013).
4. Patofisiologi
Patofisiologi Hipertensi secara pasti belum diketahui karena berhubungan dengan
penyebab tunggal peningkatan tekanan darah setiap individu berbeda. Sejumlah
mekanisme fisiologi yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang
kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial. Beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan penyebab peningkatan tekanan darah diantaranya
adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin dan
sistem saraf simpatis. Beberapa tahun terakhir telah dievaluasi bahwa genetik dan
disfungsi endotel (yang tampak pada penebalan endotelin dan nitrat oksida)
berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah (Wijaya,2013).
5. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui komponen yang terdapat di dalam
darah diantaranya:
a. Hemoglobin dan hematokrit, untuk mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasi faktor resiko seperti
hipokoagulasi dan anemia.
b. BUN atau kreatinin, memberikan informasi mengenai fungsi ginjal.
c. Glikosa, hiperglikemi (DM adalah pencetus Hipertensi) diakibatkan dari
peningkatan ketokolamine.
d. Kadar kolesterol atau trigliserida, peningkatan kadar dapat beresiko membentuk
plaque atrerosklerosis.
e. Kadar serum aldosteron untuk menilai adanya kadar aldosteronisme primer.
f. Studi tiroid (T3 dan T4), untuk menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan Hipertensi,
g. Asam urat, hiperurisemia adalah implikasi faktor resiko Hipertensi
6. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
a. Mempertahankan berat badan ideal
Peningkatan berat badan pada usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah. Manajemen berat badan sangat diperlukan untuk
mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) yaitu 18.5-
24.9 kg/m2. Obesitas dapat diatasi dengan diet kolestrol, kaya serat dan protein.
Keberhasilan menurunkan berat badan 2.2-5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan 5 mmHg (Nuraini, 2015).
b. Diet
Diet Hipertensi dengan mengurangi asupan natrium, mengurangi asupan lemak
total dan jenuh serta mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup.
Membatasi mengkonsumsi natrium ½ sendok teh perhari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan darah diastolik 2.5
mmHg. Diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) merupakan diet
potasium dengan mengkonsumsi kaya buah dan sayuran, menurunkan asupan
lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan natrium yang terbuang melalui urine saat kencing (Wijaya, 2013).
c. Membatasi konsumsi alkohol, rokok dan cafein.
Mengkonsumsi alkohol berlebih meningkatkan tekanan darah. Nikotin dalam
rokok memberikan efek vasokontriksi, meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah. Sementara cafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih
keras (Nuraini, 2015).
d. Mengurangi stress
Stres menstimulasi saraf simpatis, meningkatkan vasokontriksi, resistensi
vaskuler iskemik, curah jantung dan tekanan darah. Manajemen stres dengan
latihan fisik sedang dan teratur menjadi pilihan untuk menurunkan stressor
penderita Hipertensi.
e. Relaksasi
Relaksasi dapat dilakukan dengan sentuhan terapi, yoga dan meditasi dapat
menenangkan pikiran serta membantu menurunkan tekanan darah.
2. Farmakologi
a. Diuretik
Diuretik adalah jenis obat Anti Hipertensi sistolik. Obat pertama yang digunakan
yaitu golongan tiazid seperti Hidroklorotiazid. Mekanisme kerja golongan
diuretik tiazid adalah dengan menghambat pompa Na/K di tubulus distal
sehingga volume cairan dalam tubuh berkurang dan jantung memompa darah
lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik
Salah satu Anti Hipertensi dengan mekanisme kerja menghambat aktivitas
sistem saraf simpatis. Contoh obat dari golongan penghambat simpatetik adalah
metildopa, klonidine dan resepin.
c. Beta bloker
Mekanisme kerja beta bloker secara kompetitif mengikat ketokolamine ke
reseptor adrenergik sehingga daya pompa jantung menurun. Kontraindikasi beta
bloker untuk penderita gangguan pernafasan dan penderita Diabetus Melitus
karena dapat menutupi gejala hipoglikemi. Contoh obat dari golongan beta
bloker antara lain metoprolol, propanolol dan atenolol.
d. Vasodilator
Vasodilator adalah Anti Hipertensi dengan mekanisme kerja vasodilatasi arteriol
langsung melalui peningkatan cAMP intraseluler. Vasokontriksi merelaksasikan
otot polos pembuluh darah. Umumnya vasodilator diberikan pada pasien dengan
krisis Hipertensi. Contoh obat-obatan dari golongan vasodilator adalah
hidralazine dan minoxidil.
e. Angiotensine Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
ACE-I unmumnya untuk pengobatan awal Hipertensi. ACE-I menghambat
vasokontriksi dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Efek samping
yang sering muncul diantaranya pusing, batuk kering dan lemas. Captopril
adalah salah satu obat pilihan Anti Hipertensi dari golongan ACE-I.
f. Penghambat reseptor angiotensin II
Angiotensin II adalah vasokontriktor kuat yang menstimulasi pelepasan
aldosteron dari kelenjar adrenal dengan mencegah vasokontriksi serta retensi
natrium dan air yang dihasilkan dari pelepasan hormon aldosteron. Contoh
obatnya yaitu valsaltan.
g. Angiotensin kalsium
Sistem kerja angiotensin kalsium yaitu mengurangi influks kalsium ke dalam sel
otot polos pembuluh darah sehingga jantung dapat memompa darah lebih ringan.
Contoh obat-obatan golongan anhgiotensin kalsium adalah amlodipine,
felodipine dan diltiazem.
h. Agonis alfa 2
Mekanisme kerjanya dengan menurunkan tonus simpatis karena
neurotransmitter palsu menurunkan outflow simpatis. Penggunaan obat golongan
agonis alfa 2 harus memantau denyut nadi. Selain memberi efek kering pada
mulut, juga berefek sedasi. Setelah terapi dihentikan tekanan darah beresiko
meningkat. Contoh obat golongan agonis alfa 2 seperti klonidin, metildopa dan
guanabenz (Wijaya, 2013).
7. Komplikasi
1. Jantung
Tekanan darah yang terus meningkat dapat menyebabkan penyakit Jantung Koroner,
Gagal Jantung dan Infark Miokard. Pada penderita Hipertensi jantung akan bekerja
lebih keras, otot jantung akan mengendur dan elastisitasnya berkurang. Kekuatan
jantung dalam memompa darah berkurang sehingga mengakibatkan Gagal Jantung.
Aterosklerosis meningkat mengakibatkan resiko penyakit Stroke dan Jantung
Koroner. Beban kerja ventrikel kiri menyebabkan Hiperatrofi Ventrikel serta
meningkatkan resiko Jantung Koroner, Disritmia dan Gagal jantung.
2. Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal Kronik terjadi akibat kerusakan nefron yang bersifat
progresif akibat tekanan tinggi kapiler dan glomerulus ginjal. Kerusakan
glomerulus mengakibatkan hipoksia dan kematian ginjal karena darah yang
diedarkan ke unit ginjal terganggu. Kerusakan glomerulus menyebabkan proses
filtrasi terganggu sehingga ginjal tidak mampu membuang zat sisa yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh.
3. Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah,
peningkatan tekanan kranial dan adanya embulus dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke merupakan resiko terbesar dari Hipertensi.
Encepalopati dapat terjadi pada Hipertensi dengan onset cepat. Tekanan darah
tinggi menyebabkan peningkatan pada pembuluh kapiler, mendorong cairan masuk
ke dalam ruang intersisial diseluruh susunan saraf pusat yang menyebabkan neuron
disekitar saraf pusat mengalami kolap dan terjadi koma bahkan kematian.
4. Mata
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah retina.
Retinopati hipertensi pada awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala.
Peningkatan secara terus menerus menimbulkan kerusakan semakin berat akibatnya
mengalami kebutaan (Nuraini, 2015; Wijaya, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TN. W PADA SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI DI DESA KARANGLO KEC.SANANWETAN KOTA BLITAR
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada kepala (pusing).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang
R (Region) : kaji bagian yang terasa nyeri
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan
Kebutuhan eliminasi
1. BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2. BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
8. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Wajah pucat
2. Mata
Konjungtiva anemis
Reflek pupil atau tidak ada
Reflek kornea positif atau negatif
Adakah edema papil
Pupil isokor atau anisokor
3. Telinga
Terdapat serumen atau sekret atau tidak
4. Mulut
Terdapat perdarahan di mulut atau tidak
Bibir cyanosis atau tidak
Membran mukosa bibir kering atau lembab
Gigi lengkap atau tanggal
Lidah jatuh ke belakang atau tidak
5. Leher
Terdapat fraktur leher atau tidak
Terdapat perbesaran kelenjar tiroid atau tidak
Adakah deviasi trakea atau tidak
6. Dada
Jantung : bunyi tambahan
Paru : bunyi tambahan
Penggunaan otot bantu dada
Sesak nafas (dispnea)
7. Ekstremitas
Akral dingin
Capilary refil > 2 detik
Kelemahan
Pucat
8. Genetaurinarius
Riwayat obstruksi atau penyakit ginjal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077)
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga beratyang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis
2. Agen pencedera kimiawi
3. Agen pencedera fisik
Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
1. Bersikap protektif
2. Gelisah
3. Frek. Nadi meningkat
4. Sulit tidur
B. Proses Skoring
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan, yang terdiri dari
1. Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang telah dibuat.
2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot (Bailon & maglaya,
1978)
2 Kemungkinan Masalah
Dapat Di ubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 2
Tidak dapat 0
4 Menonjolnya Masalah
Masalah berat, 2
harus segera
ditangani
Ada masalah, 1 1
tetapi tidak
perlu segera
ditangani 0
Masalah tidak
dirasakan
Keterangan :
1. Proses skoring dilakukan untuk diagnose keperawatan dengan ketentuan:
2. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
3. Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot
4. Jumlah skor untuk setiap ktiteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan jumlah
keseluruhan dari bobot
5. Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
a. Sifat masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan
bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang
segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau
keadaan sejahtera diberikan yang paling sedikit atau rendah karena faktor-faktor
kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalahnya dengan baik.
b. Kemungkinan masalah dapat dicegah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada
tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
Pengetahuan dan tekhnologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masala
Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan
atau tenaga
Sumber-sumber dari keperawatan misalnya : dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu
Sumber-sumber di masyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat
c. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau
dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,
prognosa penyakit atau kemungkinan merubah masalah.
Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila
dicegah.
Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah
d. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya
masalah serta mendeksaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam memberikan skor pada criteria ini adalah perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini jika keluarga
menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera maka harus
diberikan skor yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11049056/proses_skoring_keperawatan_keluarga .
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Mahasiswa : Weni Wandansari
NIM : 201703078
Semester : 6
Tempat Praktek : ________________________________________
Status Imunisasi
Hubungan
Hepati
No Nama L/P Umur dengan Pendidikan Polio DPT Cam Ket.
BCG -tis
Keluarga -pak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Tn. W L 60th Suami SMA
2. Ny. C P 55th Istri SMA
3. Tn. W L 25th Anak D3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lengkap
4. Nn. W P 21th Anak Kuliah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lengkap
C. Genogram
Keterangan :
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan sakit
D. Tipe Keluarga
1. Jenis Tipe Keluarga
(√ ) Nuclear Family
( ) Extended Family
( ) Serial Family
( ) Single Family
( ) ……………………… .
E. Suku Bangsa
1. Suku: Jawa
2. Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut yang bertentangan dengan kesehatan :
( √ ) Tidak
( ) Ya, Sebutkan dan mengapa ……………………………………………….
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….
F. Agama
1. Apakah keluarga mengikuti Kegiatan Keagamaan :
( ) Tidak
( √ ) Ya, sebutkan: sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Masjid, acara
tahlilan/yasinan (bapak-bapak dan ibu-ibu).
b. Jenis Bangunan
( ) Non Permanen ( ) Semi Permanen
( √ ) Permanen
c. Luas Pekarangan : 10 x 15 m2
d. Luas Bangunan : 9 x 10 m2
e. Status rumah :
( ) Sewa Bulanan ( √ ) Milik Pribadi
( ) Kontrakan ( ) Lain-lain
f. Atap rumah :
( √ ) Genteng ( ) Seng
( ) Lain-lain
g. Ventilasi :
( ) Kurang ( ) Cukup ( √ ) Baik
h. Cahaya :
( ) Kurang ( ) Cukup ( √ ) Baik
i. Penerangan :
( ) Lampu tempel ( ) Petromak ( √ ) Listrik
j. Lantai :
( ) Tanah ( ) Papan
( √ ) Plester ( ) Ubin
2. Kebersihan
Bila Ada
Lokasi Rumah Tidak Ada Ada Kotor
Bersih
- Halaman ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Ruang Tamu ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Ruang Tidur ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Ruang Makan ( ) (√ ) ( ) (√ )
- Dapur ( ) (√ ) (√ ) ( )
- Kamar Mandi ( ) (√ ) ( ) (√ )
- WC ( ) (√ ) ( ) (√ )
Catatan : ………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
3. Pemakaian Air
a. Sumber Air
( ) Sungai
( ) Sumur gali tanpa selongsongan
( ) Sumur gali dengan selongsongan
( ) Sumur pompa
( ) PDAM
( √ ) Pompa Listrik
( ) Membeli
b. Jarak sumber air dengan tanki tinja :
( ) < 5 meter ( √ ) 5 – 10 meter ( ) > 10 meter
Catatan : ………………………………………………………..…………..
……………………………………………………………………
4. Pembuangan Air
a. Pembuangan air kotor :
( ) Di halaman ( ) Sungai
( ) Comberan ( √ ) Selokan
7. Kandang Ternak :
( √ ) Ada ( ) Tidak Ada
- Kalau ada letaknya :
( ) Di dalam rumah
( √ ) Menempel di dinding rumah
( ) Terpisah dari rumah, sebutkan jaraknya dari rumah ………………….
Jika letaknya di dalam rumah alasannya ……...………………...……
……………………………………………………………………..….
- Jenis Ternak :
( ) Ayam ( ) Bebek ( √ ) Burung
( ) Kambing ( ) Sapi
Sebutkan jumlahnya !
Lain-lain : 4 ekor burung masing-masing di dalam sangkar
8. Pencemaran Lingkungan :
( ) Ada ( √ ) Tidak ada
9. Denah Rumah :
Sapiteng
Bak
Sampah
Halaman Belakang
Kamar Mandi dan Wc
Dapur
Gudang
Tempat sholat R. Kamar
Sdr.W
R. Tamu
R. Tidur Ny.C
Par
kira
n
Teras depan
Keterangan gambar :
= Pintu masuk
= Batas bangunan
B. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :
Apakah ada kebiasaan atau budaya setempat yang tidak sesuai dengan nilai
kesehatan :
( √ ) Tidak
( ) Ada, sebutkan ………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………
B. Struktur Peran
Apakah ada perubahan / konflik / ketidaksesuaian peran dalam keluarga :
(√ ) Tidak ada
( ) Ada, sebutkan dan jelaskan ………………………………………………….
………………………………………………………………………………
V. FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Afektif
( Kaji bagaimana gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota yang lain serta sikap saling
menghargai dalam keluarga ! )
Dalam kehidupan keseharian, keluarga Tn. W harmonis, tentram dan rukun. Semua
keluarga merasa saling memiliki, apabila ada keluarga yang sakit atau ditimpa
musibah, maka anggota keluarga yang lain ikut merasakan hal yang sama, saat ada
anggota keluarga mempunyai tugas yang harus dikerjakan dirumah maka anggota
yang lain menghargai untuk tidak mengganggu.
B. Fungsi Sosialisasi
( Kaji bagaimana Interaksi dalam keluarga, disiplin, norma dan perilaku anggota
keluarga ).
Interaksi dalam keluarga Tn.W sangat baik .Dalam berhubungan dengan anggota
masyarakat lain, semua anggota keluarga tidak tampak kaku dan sangat membaur
dengan budaya yang ada disekitarnya. Tn.W menerapkan anak-anaknya tidak
pulang terlalu malam dalam menyelesaikan urusan yang ada diluar rumah dan
bersikap ramah kepada tetangga.
C. Fungsi Perawatan Keluarga
1. ( Kaji kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan )
Keluarga Tn.W mengenal dengan baik masalah kesehatan yang dialami oleh
salah satu anggota keluarga yaitu Ny.C dengan Hipertensi. Hal ini dibuktikan
dengan keluarga mampu untuk menyebutkan tentang tanda dan gejala serta
faktor penyebab hipertensi.
2. ( Kaji kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang
tepat )
Keluarga Tn.W memutuskan saat tensi Ny.C 180/90 mmHg untuk membeli obat
di Apotek, obat amlodipine Ny.C teratur meminum obat 3x1 dan banyak
istirahat untuk sementara waktu.
3. ( Kaji kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit )
Anak-anak Ny.C sementara waktu menggantikan posisi Ny.C untuk
membersihkan rumah dan membantu memasak untuk keluarga, Ny.C oleh anak-
anaknya di anjurkan untuk istirahat yang cukup serta tidak tidur larut malam.
Anak-anak serta suami Ny.C mengingatkan Ny.C untuk minum obat tepat
waktu.
4. ( Kaji kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah )
Keluarga Tn.W memelihara kebersihan rumah dengan baik, di sapu 2x sehari
pada saat pagi dan sore serta di pel 1 minggu sekali. Namun, untuk kebersihan
piring setelah makan langsung dicuci sendiri.
5. (Kaji kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan )
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, keluarga Tn.W berjalan baik, karena keluarga
Tn.W jika sakit berobat ke Puskesmas Sananwetan dan mengikuti posyandu
lansia yang dilaksanakan 1 bulan sekali.
D. Fungsi Reproduksi
1. Apakah kebutuhan seksual terpenuhi :
( √ ) Ya ( ) Tidak
Alasannya :
Frekuensi koitus ……………………………
3. Bila tidak Akseptor KB, bagaimana pendapatnya bila anak lebih dari 2 ( dua )
orang :
( ) Repot mengurusnya
( ) Anak membawa rejeki
( ) Lain-lain, sebutkan :
4. Pola mengasuh anak :
( ) Bebas
( ) Sangat dilindungi
(√ ) Sesuai dengan tumbuh kembang
2. Bagaimana respon keluarga jika salah satu anggota keluarga bermasalah dalam pola
pertahanannya :
( √ ) Membantu jalan keluar
( ) Acuh tak acuh
( ) Minta bantuan orang lain
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………………
Telinga Pendengaran Tidak ada Tidak ada impaksi Tidak ada impaksi
baik, tidak ada impaksi serumen serumen
serumen serumen,
pendengaran
baik
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab lembab lembab lembab
Leher Tdk ada Tdk ada Tdk ada Tdk ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar thyroid kelenjar thyroid kelenjar thyroid.
thyroid.
Do:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak tenang dan
sedikit gelisah
- klien sulit tidur
- TD meningkat
TTV :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt
Do :
-Klien tampak sering terbangun
-Pola tidur klien tidak teratur
-Klien tidur hanya sekitar 4-5 jam
Ttv :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt
3.
Keluarga menganggap
4. Menonjolnya masalah 2/2x1 1 kesehatan adalah hal yang
- Masalah berat harus sangat penting
segera di tangani
Jumlah 4 2/3
Jumlah 17/6
= 2 5/6
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeru pada kualitas hidup
- Monitor efek samping pemberian analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, bila perlu
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 30 Maret 2020 Gangguan Pola -Mengidentifikasi faktor S : Ny.C
Tidur (D.0055) pengganggu tidur. mengatakan tidak
-Mengidentifikasi makanan dan bisa tidur dan sering
minuman yang mengganggu terbangun karena
tidur. kepalanya pusing.
- Memfasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur. O:
- Lokasi nyeri : di
Kepala
-Skala 5
-Nyeri spt ditusuk-
tusuk
TTV :
TD : 170/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
meliputi,
pengkajian factor
pengganggu tidur,
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 31 Maret 2020 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S : Ny. C mengeluh
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, masih pusing.
kualitas, intensitas nyeri. Rasanya seperti
- Identifikasi skala nyeri tertusuk duri
- Identifikasi faktor yang dengan skala nyeri
memperberat dan memperingan 4, nyeri terasa saat
nyeri beraktivitas dan
akan tidur. Nyeri
sangat mengganggu
jika dibuat aktivitas
sehari hari.
O:
Tampak masih
sering memegangi
kepala sambil
meringis kesakitan
hingga mengganggu
aktivitasnya sebagai
seorang Ibu
TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,2° C
RR : 20 x/mnt
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 31 Maret 2020 Gangguan Pola -Identifikasi faktor pengganggu S : Keluarga
Tidur (D.0055) tidur. mengatakan Ny. C
Identifikasi makanan dan masih sering terjaga
minuman yang mengganggu karena masih tidak
tidur. bisa beradaptasi
- Fasilitasi menghilangkan stress untuk tidak minum
sebelum tidur. kopi dan masih
merasakan pusing
pada kepalanya.
O:
Ny. C masih minum
kopi di sore hari,
tidur Ny. C sering
terbangun saat
malam hari
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
meliputi,
pengkajian factor
pengganggu tidur,
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 1 April 2020 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S : Ny. C
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan pusing
kualitas, intensitas nyeri. di kepalanya sudah
- Identifikasi skala nyeri sangat berkurang,
- Identifikasi faktor yang hanya timbul saat
memperberat dan memperingan rambut di kuncrit
nyeri dengan skala nyeri
3, pusing tidak
begitu mengganggu
aktivitas sehari hari.
O:
Ny. C dan keluarga
dapat menerapkan
teknik relaksasi
nafas dalam dan
peralihan perhatian
untuk mengatasi
rasa nyeri pada Ny.
C
TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,2° C
RR : 20 x/mnt
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 1 April 2020 Gangguan Pola -Identifikasi faktor pengganggu S : Ny.C
Tidur (D.0055) tidur. mengatakan hanya
Identifikasi makanan dan bias tidur +-5jam
minuman yang mengganggu dan masih sering
tidur. terbangun
- Fasilitasi menghilangkan stress O:
sebelum tidur. Keluarga terlihat
membuat jadwal
tidur rutin untuk
Ny.C dan Ny.C
tidak membiasakan
untuk meminum
kopi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
meliputi,
pengkajian factor
pengganggu tidur,
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 2 April 2020 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S : Ny. C
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan
kualitas, intensitas nyeri. pusingnya sudah
- Identifikasi skala nyeri berkurang.
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan O:
nyeri Ny.C tidak
meminum kopi
TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4° C
RR : 20 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan, meliputi
pengkajian skala
nyeri dan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
2. 2 April 2020 Gangguan Pola -Identifikasi faktor pengganggu S : Ny.C
Tidur (D.0055) tidur. mengatakan
Identifikasi makanan dan tidurnya sudah
minuman yang mengganggu cukup nyenyak
tidur. karena sudah tidak
- Fasilitasi menghilangkan stress membiasakan
sebelum tidur. minum kopi, tidur
cukup sekitar 8 jam
O:
Keluarga terlihat
membuat jadwal
tidur rutin untuk
Ny. C dan tidak
membiasakan untuk
meminum kopi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan, masalah
gangguan pola tidur
teratasi.