Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan
hidayah-Nya lah tugas membuat makalah mata kuliah Teknologi Informasi
dengan tema “Aspek Etika dan Hukum termasuk Trend Saat ini dan Masalah
Terkait Informatika Kesehatan dalam Keperawatan” dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang benderang yakni agama islam.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas ketidak sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis
mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin yarobbal’alamin.

Palembang, September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI ..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Masalah.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN……................................................................................4
A. Kode Etik dalam Keperawatwan.............................................................5
B. Perilaku Etik dalam Tindakan Keperawtan Profesional..........................9
C. Masalah Legal dalam Etika Keperawatan.............................................12
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Medis Perawat..............13
E. Perilaku Etik dalam Tindakan Keperawatan Profesional......................15
F. Manfaat Informatika Kesehatan.............................................................16
G. Perkembangan Informatika Kesehatan..................................................16
H. Pendidikan Informatika Kesehatan.......................................................20
I. Aplikasi Informatika Kesehatan.............................................................20

BAB III PENUTUP……………………......………………………..……..……27


A. Kesimpulan............................................................................................27
B. Saran......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya


terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale, 1954).
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta di tujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg mencakup
seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986).
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga


kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik
terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif,
berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart
dengan memperhatikan kaidah etik dan moral.

Perawat dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sangat dituntut


memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik yang dapat menunjang
tindak prilaku profesionalnya . Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik
akan dapat diperoleh dalam lingkungan perguruan tinggi yang memiliki komitmen
yang kuat untuk mencetak perawat yang profesional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah


ini adalah “ Bagaimana Trend dan Isue Dalam Keperawatan ?”.

3
C.Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manajemen keperawatan


yaitu tentang Trend dan Isue Komunikasi dalam Pelayanan Keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan isue dalam
keperawatan.

b. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang bentuk-bentuk trend


dan isue dalam keperawatan.

c. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang manfaat trend dan isue
dalam keperawatan.

d.Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang


mempengaruhi trend dan isue dalam keperawatan.

e. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang peran perawat dalam


keperawatan.

f. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan isue


komunikasi dalam pelayanan keperawatan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kode Etik Dalam Keperawatan

Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi


pedoman bagi perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan
profesional. Standar tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik
tersebut, perawat dapat bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain
itu, kode etik juga dapat membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak
adil. Karena kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku yang menjadi kerangka kerja dalam membuat
keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman kepada perawat untuk
melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta akan menghindarkan dari
tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan
menyebabkan nyawa klien terancam.

a. Fungsi Kode Etik Perawat

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:

1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami


dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

5
b. Kode Etik Keperawatan Indonesia

Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan


menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya
dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia
yang harus di miliki oleh seorang perawat professional yaitu:

1. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat

a. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan


keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu,
keluarga, dan masyarakat.
c. Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan.
2. Tanggung Jawab terhadap Tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga
dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh

6
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan
klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
3. Tanggung Jawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara
kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan
dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan
kemampuannya.
4. Tanggung Jawab terhadap Profesi Keperawatan
a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional
secara mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam
kegiatan dan pendidikan keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5. Tanggung Jawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang
kesehatan dan keperawatan.

7
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan
pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
dan keperawatan kepada masyarakat.

Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb.
1990):

a) Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien,


dan anggota tenaga kesehatan lainnya.
b) Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat
yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu
perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c) Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan
untuk mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran
praktik keperawatan profesional.
d) Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan
profesional.

c. Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan

Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh
komunitas tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan
dalam setiap tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat
dua aturan yang harus ditaati oleh perawat professional dalam mengambil
tindakan yaitu:

a. Standar etik

Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan


harus bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.

b. Hukum legal

Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi
maka perawat wajib menerima tanggung gugatnya.

8
B. Perilaku Etik Dalam Tindakan Keperawatan Professional

a. Perilaku Etik

Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:

a. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban

Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib
dilakukan dan kewajibannya dalam bertindak.

b. Etik yang Berorientasi pada Larangan

Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak
boleh dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.

b. Asas Etik dalam Keperawatan

Terdapat asas etik dalam keperawatan yaitu:

a. Asas menghormati otonomy klien( autonomy)


b. Asas manfaat( beneficence)
c. Asas tidak merugikan (non –maleficence)
d. Asas kejujuran( veracity)
e. Asas kerahasiaan ( confidentiality)
f. Asas keadilan( justice)
g. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam
pengambilan tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh
memaksakan suatu tindakan pengobatan kepada klien.
h. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi
klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar
tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien.
i. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip
primum non nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik,
psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.

9
j. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-
jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan
oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat
pendidikan klien agar klien mudah memahaminya.
k. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga
privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia.
l. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu
berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya,
dan lain sebagainya.

c. Tindakan Perawat Profesional

Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika


perawat berkaitan langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien
dapat di identifikasi dan di atasi.

d. Karakteristik Perawat Profesional

1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan


mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap
klien, diri sendiri, dan profesi serta mengambil keputusan sesuai dengan
asuhan. Jika perawat profesional dalam melakukan tindakan atau praktik
keperawatan tidak sesuai etik, maka kita dapat menyelesaikannya dengan:

a) D= Define the problem

b) E= Ethical review

c) C= Consider the option

d) I= Investigate outcome

e) D= Decide on action

10
f) E= Evaluate result

Contoh Kasus “Kasus Jari Bayi Tergunting”

Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya,


perawat itu tidak meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke
bak sampah. Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada
seorang staf RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut
berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan
dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah. (Keterangan
juru bicara rumah sakit Inggris Salford ).

Cara penyelesaian:

a) Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur


keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta
rekam medis.

b) Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu


menggambarkan komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik
dan hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik

c) Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka
yang berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang
terlibat adalah perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi
tersebut berdarah.

d) Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:

1. Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan


2. Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah
pengadilan hukum.

e) Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence, dan justice.

11
f) Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip etik.

C. Masalah Legal Dalam Etika Keperawatan

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap
warganya. Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau
bahkan hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat
denda atau hukuman penjara jika :

1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan
pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang
terpenting.

a. Bentuk Kelalaian Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan


Keperawatan

Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui
dari hasil kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:

1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan,


misalnya: pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu
panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan
cedera karena perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur
klien.

b.Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat

Berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu:

1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan

12
2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga
medis, karena nyawa pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV
4. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras
dan agama.

D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Medis Perawa

a. Karakteristik Perawat

a) Tingkat Pengetahuan

Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik


yang dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan,
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan
peranannya.

b) Tingkat Pendapatan

Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR).


Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- -
Rp1.000.000,- per bulan tergantung golongan, sementara perawat di Filipina tak
kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik
mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).

c) Lama kerja

Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap


kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang
perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang
mampu untuk dilakukan.

b. karakteristik pasien

Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of


Health Service Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat

13
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-
faktor tersebut adalah:

a. Faktor Sosio Kultural

Ada 2 macam yaitu:

1) Norma dan Nilai

Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan


yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak
nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau
perawat laki-laki.

2) Teknologi

Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,


sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan
penyakit menular yang dapat mengurangi angka penyakit.

b. Faktor Organisasional
1. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan
apabila jasa tersebut tersedia.
2. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang
mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan
karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin,
umur, ras, dan hubungan keagamaan.
4. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam
bentuk praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan
kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
c. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
1. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:

14
 faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status
perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi
(pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
 faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan
keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, dan
2. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor
resiko.
3. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
 Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk
mengakses pelayanan kesehatan.
 Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan,
sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh
pelayanan kesehatan tersebut.

c. Landasan Teori

1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang


digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi,
membebaskan, atau mencegah penyakit (Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan
bahwa perawat tidak dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik
hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Dalam
hal ini perawat bekerja secara kolaboratif dengan dokter. Namun dalam
kenyataanya, banyak ditemukan kasus tindakan medik yang dilakukan
oleh perawat tanpa kolaboratif (Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
2008).

E. Pengertian Informatika Kesehatan

Informatika kesehatan adalah ilmu yang berkaitan dengan informasi, data,


dan pengetahuan biomedis dalam hal penyimpanan,penyajian kembali, dan
penggunaan secara optimaluntuk memecahkan persoalan dan
pengambilankeputusan yang dalam pelaksanaannya menyangkutsemua bidang

15
ilmu biomedis dan berkaitan denganteknologi informasi modern, terutama di
bidangkomputer dan komunikasi teknologi apapun yang membantu manusia
dalam membuat, mengubah , menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan
informasi. Pada awal sejarah manusia bertukar informasi melalui bahasa.Maka
bahasa adalah teknologi memungkinkan seseorang memehami informasi yang
disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu pada saat
pengirim menyampaikan informasi melalui ucapan itu saja. Setelah itu teknologi
penyampaian informasi berkembang melalui gambar.. Perkembanagan
informatika kesehatan berawal dari:

a) Masa Prasejarah (s/d 3000 SM)\

b) Masa Sejarah (3000 s/d 1400 M)

c) Masa Modern (1400 M s/d sekarang)

F. Manfaat Informatika Kesehatan

1) Pelayanan kesehatan lebih berkualitas ,akurat,cepat mengurangi kesalahan

2) Pemutahiran ilmu pengetahuan dan teknologi serta menunjang pelaksanaan


praktik berbasis bukti(evidence based practice)

3) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan kesehatan

4) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan

5) Memperkembangkan pemberdayaan pasien

G. Perkembangan Informatika Kesehatan

Pada 1950 an, Ledley dan Lusted telah menulis artikel “Reasoning
Foundations of Medical Diagnosis” di Majalah Science1. Tulisan meraka telah
menginspirasi bahwa komputer dapat dimanfaatkan untuk mendukung diagnosis
dan terapi, meskipun saat itu komputer masih sangat langka dan hanya dikenal di

16
komunitas penelitian mutakhir. Pada perkembangan selanjutnya, informatika
kesehatan mengalami banyak kemajuan seiring dengan peningkatan kemampuan
pemrosesan komputer dan teknologi informasi. Informatika medis sekarang
berkaitan erat dengan pemanfaatan komputer dan teknologi komunikasi di bidang
kedokteran. Contohnya saja dalam pengolahan data medis yang meliputi
penyimpanan, penarikan dan penggunaan data, informasi, serta pengetahuan
biomedik secara optimal untuk tujuan pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.

Hingga sekarang telah dipublikasikan lebih dari 120 ribu artikel hasil
penelitian dalam bidang informatika medis di Pubmed. Beberapa hasil penelitian
dan pengembangan tersebut dinilai telah memberikan kontribusi penting untuk
bidang kedokteran dan kesehatan. Sejumlah akademisi pernah memberikan
penilaian beberapa pencapaian penting informatika kesehatan Dean Sittig
menuliskan “Top 10 accomplishments in biomedical informatics”, yaitu:

1. Medline database. MEDLINE (Medical Literature Analysis and Retrieval


System Online) adalah database literatur ilmu hayat dan biomedis
internasional. Database memuat lebih dari 13 juta artikel dari kurang lebih
4800 terbitan terpilih sejak dari tahun 1966 hingga saat ini.

2. The Unified Medical Language System. UMLS merupakan ikhtisar teratur


(controlled compendium) dari beragam perbendaharaan kata (vocabulary)
kedokteran, serta memetakan antar istilah yang yang ada didalamnya.

3. Sistem pendukung keputusan klinis yang terintegrasi kedalam sistem informasi


rumah sakit.

4. MGHUMS (Massachusetts General Hospital Utility Multi-Programming


System), merupakan bahasa pemrograman yang diciptakan pada akhir tahun
1960 an untuk digunakan pada industry pelayanan kesehatan.

5. Sistem cerdas seperti QMR, DxPLAIN, MYCIN, atau software untuk


menghitung dosis obat secara personal.

6. Sistem rekam medis elektronik komperehensif.

17
7. The Visible Human Project, suatu project untuk membuat sekumpulan data
lengkap foto potongan lintang tubuh manusia untuk memfasilisatasi aplikasi
visualisasi anatomi

8. Health Level 7 (HL-7), suatu standar pertukaran data kedokteran.

9. Pemahaman akan proses-proses yang mendasari diagnosis, perencanaan terapi,


sistem pengingat pada rekam medis berorientasi masalah dan waktu.

10.Human Genome Project, suatu proyek untuk mengurutkan (sekuen) dan


memetakan 3 bilyun nukleotida pada genom serta mengidentifikasi seluruh gen
pada manusia. Selain sittig, Reinhold Haux juga menyebutkan “Achievement
of six most importand sub field” dalam artikel Aims and Task of medical
informatic yang diterbitkan Internasional journal of Medical Informatic pada
tahun 1997 yang mencakup bidang-bidang :

• Dokumen medis

• Sistem informasi kesehatan

• Pemrosesan signal medis

• Pemrosesan citra medis

• Pendukung diagnosis dan terapi berbasis pengetahuan

• Bioinformatika molekuler Dari poin-poin pencapaian diatas, tampak Sittig


lebih

Menekankan pada contoh-contoh nyata pencapaian, sedangkan Haux


menjelaskan secara umum dengan mengelompokkan hasil pencapaian kedalam
sub bidang (informatika kesehatan). Meski tampak adanya perbedaan, jika
dicermati, bentuk-bentuk pencapaian yang dimaksud oleh Sittig dan Haux
memiliki banyak kesamaan. Berikut ini kesamaan penilaian pencapaian
informatika kesehatan oleh sittig dan haux :

1. Sistem informasi kesehatan (poin 1 Haux) direpresentasikan pada sistem


informasi rumah sakit yang sangat kompleks. Selain untuk mendukung

18
kepentingan manajemen untuk tujuan efisiensi dan pelaporan, sistem informasi
rumah sakit juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap
pasien. Salahsatu hal yang ditekankan untuk menjamin kontinyuitas kualitas
pelayanan adalah kemampuan pertukaran data elektronik antar sistem
informasi kesehatan. Secara spesifik,

2. Dokumentasi medis (poin 2 Haux) mencatat seluruh data penting yang didapat
selama pasien dirawat. Informasi pada medical documentation digunakan
untuk mendukung pengambilan keputusan medis, penelitian dan aspek legal.
Dengan semakin banyaknya data yang bisa dicatat, serta perlunya informasi
dapat dibaca oleh berbagai pihak yang berkompeten secara simultan, maka
dokumentasi kertas dinilai kurang memadai lagi.

3. Dengan ditemukannya perangakat pemrosesan citra medis seperti Magnetic


Resonance Imaging (MRI) dan Positron Emission Tomography (PET),
kemampuan mendeteksi adanya kelainan kecil pada jaringan secara non invasif
menjadi lebih baik. Selain untuk mendiagnosa, medical image processing juga
telah diaplikasikan pada proses terapi, semisal perencanaan dosis radioterapi
dan panduan bagi minimal invasive surgery.

4. Melalui pemodelan dan representasi pengetahuan, knowledge-based support of


diagnosis and therapy (poin 5 Haux) dimanfaatkan untuk membantu klinisi
dalam menegakkan diagnosa dan memilih terapi yang tepat. Pada awal
pengembangannya, sistem pendukung berbasis pengetahuan tersebut
dikembangkan untuk tujuan khusus.

5. Molecular bioinformatics mengembangkan algoritma, teknik komputasi dan


statistik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui pada analisis data
biomolekular. Kemampuan komputasi yang ada saat ini dapat digunakan untuk
melakukan analisis sekuen DNA, mencari gen pada suatu genom, menandai
dan melakukan perbandingan genom, serta meprediksi struktur protein.
Salahsatu pencapaian penting bioinformatics adalah Human Genome Project

19
H. Pendidikan Informatika Kesehatan

Pendidikan Informatika Kesehatan meliputi:

• Departemen /laboratorium

• Bagian informatika

• Pakar kesehatan

• Sarana perangkat keras

• Sarana perangkat lunak

• Kurikulum pendidikan

• Informatika kesehatan

I. Aplikasi Informatika Kesehatan

Dengan terintegrasinya system informasi, maka pihak-pihak yang terkait


dalam bidang kesehatan dapat saling sharing informasi dan pelayanan kesehatan
dapat dilakukan secara remote.

• Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi

• Aplikasi-aplikasi yang mendukung teknologi informasi kesehatan

• Ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusia

• System informasi puskesmas, klinik, rumah sakit, PMI, laboratorium, pharmasi


dll

Aplikasinya diperlukan pengembanagan lebih lanjut misalnya pada ilmu


biologi,epidemiologi,statistik,ilmu penyakit dalam,metodologi penelitian,prilaku
kesehatan,manajemen kesehatan,dsb Informatika kesehatan sebagai penunjang
profesi kesehatan yaitu :

20
1) Lebih ditekankan pada penggunan teknologi informasi

2) Terintregrasi dalam seluruh proses pendidikan kesehatan

a. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian yan tidak


terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar.
Pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan
suatu keharusan bagi tenaga keperawatan agar mampu melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan secara baik dan benar.

Dokumentasi keperawatan yang lengkap dan akurat akan memudahkan


disiplin ilmu lain untuk menggunakan informasi di dalamnya. Dokumentasi
diperlukan untuk memudahkan alur dan koordinasi dalam perawatan pasien
(Green & Thomas, 2008).

Dokumentasi keperawatan yang akurat dan lengkap adalah sesuatu yang


penting ketika berhadapan dengan pembayaran, reimbursement, dan kualitas
pelayanan menuliskan bahwa perawat merasakan bahwa dokumentasi tertulis
mereka tidak dihargai termasuk komunikasi verbal dengan profesi lain, karena
komunikasi lisan yang tidak tertulis pada dokumentasi juga tidak dibayar. Alasan
yang lain terhadap pentingnya dokumentasi asuhan perawatan yang akurat dan
lengkap jika diminta kesaksian dalam proses pengadilan.

Catatan yang terkandung dalam status (chart) pasien adalah: (Kurtiyono, 2010)

1. Data Demografik

2. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik

3. Formulir Persetujuan

4. Diagnosa

5. Pengobatan

6. Catatan Perkembangan atau Kemajuan

21
7. Catatan Secara Berkesinambungan (flow sheet)

8. Catatan Perawat

9. Catatan Laboratorium

10. Laporan Rontgen ( X -- Ray )

11. Ringkasan Pasien Pulang

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat dari


berbagai aspek (Carpenito,2000):

1. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi yang


bernilai hukum. Bila terjadi masalah yang berhubungna dengan profesi
keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dank lien sebagai pengguna
jasa sangat diperlukan. Dokumentasi dapat dipergunakan sebagai alaty bukti
dipengadilan oleh karena data -- data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas
objektife dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan.

2. Jaminan Mutu

Pencatatan data klien yang akurat akan memberikan kemudahan bagi


perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien, dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien dapat diatasi, dan dimonitor melalui dokumnetasi yang
akurat. Hal ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan.

3.Komunikasi

Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat dokumentasi yang ada
dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.

22
4. Keuangan

Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan


didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam biaya bagi klien.

5. Pendidikan

Dokumentasi bernilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis


dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau
referensi pembelajaran bagi peserta didik atau profesi keperawatan.

6. Penelitian

Doumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat


didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan atau objek riset
pengembangan profesi keperawatan.

7. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran


dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Tingkat
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan guna pembinaan lebih lanjut.
Pendokumentasian yang professional akan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.

b. Electronic Patient Record (EPR)

EPR adalah bagian dari struktur kesehatan yang lebih besar teknologi
terdiri dari sistem informasi, pemantauan biomedis sistem, dan jaringan
komunikasi eksternal (Smith,2004). Hal ini membutuhkan spesifikasi prototipe
untuk memastikan bahwa persyaratan minimum untuk EPRs terpenuhi. Standar
dan nomenclatures dilaksanakan sesuai standar Organisasi Internasional untuk
Standarisasi (ISO).

23
Fungsi utama dari catatan pasien adalah dokumen pasien untuk
mendukung pengobatan dan perawatan. Dengan demikian mencakup fungsi untuk
merekam, memperbarui, menghapus dan mengambil informasi. Salah satu syarat
spesifik adalah bahwa EPRs harus diorganisir berdasarkan pada kebutuhan
pengguna, yang membutuhkan hubungan kerjasama dengan profesional yang akan
menggunakan

Electronic Patient Record (EPR) adalah catata sebuah sistem operasi


elektronik untuk pendokumentasian pasien secara elektronik yang cara kerjanya
hampir menyamai Electronic Medical Record (EMR). Electronic Patient Record
(EPR) adalah system untuk merekam data yang bersifat sangat pribadi dan
menjadi salah satu informasi penting yang wajib menyertai seseorang kemanapun
dia pergi.

Kepemilikan informasi tersebut merupakan kepentingan dasar seorang


pasien dan tidak boleh dirahasiakan dari seorang pasien oleh sebuah institusi
kesehatan manapun, karena informasi tersebut adalah hak pribadi pasien. Namun
data tersebut bersifat rahasia bagi orang yang tidak berhak. (Twedell &
Schumacher, 2010).

EPR adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk berkomunikasi bagi
dokter, perawat dan pasien dalam pelayanan kesehatan sehari hari. Agar system
dapat berfungsi secara maksimal diperlukan proses input data yang benar dan
akurat, Bentuk rekam medis konvensional yang biasanya ditemukan adalah
berupa kertas yang tidak sederhana, dan hal ini tidak memungkinkan bagi
seseorang untuk membawa rekam medisnya truktur dan format harus lengkap,
komprehensif, dari konsistensi dokumentasi.

Sistem ini dirancang untuk memastikan kelengkapan dokumentasi


mencakup data keperawatan yang perlukan dan menggambarkan, membandingkan
dan meneliti praktik keperawatan. Data harus terstandar secara konsisten untuk
diagnosis keperawatan, intervensi, dan hasil, seperti kegiatan keperawatan dapat
dihasilkan dan digunakan dalam administrasi (H ayrinen & Saranto, 2005).

24
Selain bentuknya yang kompleks, rekam medis terebut juga tidak baku,
dan apabila hilang semuanya ataupun sebahagian akan menimbulkan masalah.
Terutama jika institusi kesehatan tersebut tidak mampu menangani pasien lanjut
dan harus merujuk ke institusi lain, maka berkas rekam medis akan sangat
diperlukan. Keuntungannya adalah pengurangan biaya terhadap pengadaan kertas.

Walaupun di awal pergantian antara based-paper dengan based-


computerized membutuhkan biaya yang besar dalam pengadaan komputer, namun
perawatan selanjutnya sangat murah dibandingkan pengadaan kertas setiap tahun.
EPR juga memiliki implikasi terhadap beberapa pelayanan yang sifatnya
prosedural seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi dan terapi medis.
Penelitian dan beberapa ulasan terkait dengan rekam medis berbasis komputer
mengisyaratkan bahwa EPR merupakan salah satu solusi dalam mengatasi
masalah mutu asuhan layanan kesehatan, termasuk keperawatan. Penelitian
membuktikan ada beberapa perbaikan apabila sistem EPR dilaksanakan yaitu
mutu pelayanan meningkat, pengeluaran rumah sakit menurun dan hal ini
berdampak terhadap eksistensi rumah sakit selaku penyedia layanan kesehatan.

c. Pendokumentasian asuhan keperawatan dengan EPR

Pendokumentasian asuhan keperawatan yang tertulis (paper-based


documentation) saat ini dilaporkan mutunya sangat rendah dan ini juga
berdampak terhadap penerimaan publik termasuk profesi kesehatan yang lain
terhadap profesinalisme keperawatan di Indonesia. Banyak perawat yang
menyatakan alasan terhadap dokumentasi yang kurang akurat dan kurang lengkap
dihubungkan dengan permasalahan seperti kekurangan staf, sensus yang tinggi,
lembur kerja, dan juga kurangya pengetahuan tentang apa yang dituliskan dalam
dokumentasi.

Undang-undang baru di Norwegia mensyaratkan bahwa semua profesi


terlibat dalam penyediaan dokumen perawatan pasien dalam catatan pasien
bersama (The Health Personnel Act,1999). Diharapkan dalam waktu beberapa
tahun, terjadi perubahan penggunaan pencatatan dengan elektronik di semua
lokasi dalam perawatan kesehatan. Mayoritas vendor mengembangkan pasien

25
catatan elektronik (EPR) sistem membagi catatan pasien ke dalam modul, dan
tentang hal keperawatan dokumentasi merupakan modul terpisah (Hellese
&Ruland, 2001).

Karena beberapa fungsi EPR dan besar jumlah informasi perkembangan


keperawatan modul telah disajikan tantangan bagi vendor, situasi tercermin dari
fungsi miskin beberapa modul keperawatan (Karkkainen et al. 2005; Staggers et
al. 2001). Menurut Holmes (2008) terdapat beberapa keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:

1. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat
diketahui.

2. Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan


waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan.

3. Accessibility dan legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik


tentang semua pasien dan suatu lokasi Melihat keuntungan dari penggunaan
aplikasi EPR terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan, sudah tentu
disarankan kepada rumah sakit untuk mengadopsinya. Namun,sebelum suatu
instansi rumah sakit menggunakan pendokumentasian asuhan keperawatan
yang terkomputerisasi ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, tidak
hanya berkaitan dengan penyediaan hardware dan software komputer, yang
lebih dipentingkan adalah kemampuan perawat dalam menggunakan teknologi
informasi.

Beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan adalah :

1. Peningkatan pengetahuan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan

2. Pelatihan dalam penggunaan computer terutama berkaitan dengan tehnis


pencatatan dan software yang digunakan.

3. Kerja sama dengan pihak luar terutama bagi rumah sakit pemerintah dalam hal
penyediaan hardware dan software.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ilmiah yang telah dijelaskan tersebut, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa:

1. Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan pengetahuan serta


pemahaman penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan
pedoman perawat profesional dalam melakukan tindakan praktik
keperawatan secara professional sehingga keselamatan dan kenyamanan
pasien selalu menjadi prioritas utama.
2. Bentuk-bentuk kelalaian dapat berupa aborsi, euthanasia, diskriminasi
terhadap klien, dan lain sebagainya.
3. Pelanggaran berkaitan kode etik tersebut banyak di pengaruhi oleh
karakteristik perawat, pasien, dan kurangnya pemahaman tentang landasan
teori berkaitan kode etik perawat.
4. Banyak hal yang dapat diambil mulai dari pentingnya informatika dan
teknologi bagi dunia keperawatan,adanya isu dan trend yg terus
berkembang seiring berjalannya waktu dan juga banyak hambatan yg
harus diantisipasi dalam penggunaan teknologi dalam ruang lingkup
keperawatan.

B. Saran

Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya


bekerja sesuai etik serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan
dan keselamatan pasien sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk
kelalaian dapat di hindari atau di minimalisir.

Banyak hal yg dapat mempengaruhi informasi issu dan trend yg sedang


terjadi saat ini oleh karena itu kita sebagai manusia yg berakal haruslah bijak
dalam menggunakan,menyebarkan dan membagikan informasi dalam era yang

27
modern ini,kita harus lebih berhati-hati dalam memberikan informasi,menyelidiki
akan kebenarannya,serta memanfaatkan teknologi dengan baik,Terutama dalam
ruang lingkup keperawatan yang mengharuskan kita sebagai seorang perawat
menggunakan informasi dan teknologi untuk menolong pasien dan masyarakat yg
membutuhkan

28
DAFTAR PUSTAKA

Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta:


EGC.

Efendy, Ferry dan Makhfudli.2009.Teori dan Praktik dalam Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Manurung, Jasmen. 2008, 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dan Pasien


Dengan Tindakan Medik Perawat di Kota Medan. Tesis fakultas Sumatra Utara

29

Anda mungkin juga menyukai