Anda di halaman 1dari 37

Budidaya Daphnia sp.

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Budidaya Pakan Alami

Disusun Oleh:

Kelompok 6/Perikanan C
Josua Dwi Guna Gultom 230110170133
Mohamad Syahrul Kamil 230110170165
Firas Andhika Putra 230110170171
Rida Oktapiani 230110170174

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya, praktikan telah menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
Kultur Daphnia untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Budidaya Pakan
Alami.
Laporan praktikum yang berjudul “Budidaya Daphnia sp.” dibuat untuk
memenuhi laporan praktikum mata kuliah Budidaya Pakan Alami pada Program
Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Monica Naomi dan Rima Tri Wahyuni selaku asisten penanggung jawab
praktikum mata kuliah Budidaya Pakan Alami.
2. Dosen dan asisten mata kuliah Budidaya Pakan Alami atas segala
bimbingan dan masukan.
Praktikan juga menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktikum. Praktikan berharap laporan
praktikum ini dapat berguna bagi teman-teman sekalian maupun masyarakat luas.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
demi kebaikan bersama.
.

Jatinangor, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ iii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Manfaat ...................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Daphnia ...................................................................................... 3
2.2 Morfologi ................................................................................... 3
2.3 Habitat ........................................................................................ 4
2.4 Reproduksi ................................................................................. 5
2.5 Siklus Hidup .............................................................................. 5
2.6 Kandungan Nutrisi Daphnia ...................................................... 7
2.7 Jenis Pakan Daphnia dan Jumlahnya ......................................... 7
2.8 Produktivitas Daphnia................................................................. 7

III BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 9
3.2.1 Alat Praktikum ........................................................................... 9
3.2.2 Bahan Praktikum ........................................................................ 10
3.3 Metode Perhitungan Kepadatan ................................................. 10
3.4 Prosedur Kultur .......................................................................... 10
3.5 Prosedur Panen .......................................................................... 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ............................................................................................ 12
4.2 Pembahasan ................................................................................ 13

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 17
5.2 Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
LAMPIRAN .................................................................................................... 19

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum .................................................................................... 9


2. Bahan Praktikum ................................................................................. 10

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Daphnia sp. ......................................................................................... 3


2. Struktur Anatomi Daphnia sp. ............................................................ 4
3. Siklus Hidup Daphnia sp. ................................................................... 5
4. Ukuran Indukan .................................................................................... 12
5. Nilai pH kultur ..................................................................................... 13
6. Ukuran Anakan Daphnia sp. ............................................................... 15
7. Berat Basah .......................................................................................... 15
8. Berat Kering ......................................................................................... 16

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum .................................................................................... 19


2. Bahan Praktikum .................................................................................. 20
3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum ...................................................... 21
4. Prosedur Bagan Alir ............................................................................ 25
5. Tabel Pengamatan ............................................................................... 29
6. Kepadatan Awal dan Kepadatan Hari ke -7 dan 14 ............................. 30

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuakultur didefinisikan menjadi upaya-upaya manusia untuk meningkatkan
produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang
dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi),
menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga
diperoleh keuntungan (Effendi 2004). Pakan merupakan salah satu komponen yang
sangat menunjang suatu kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang
tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Pada budidaya
ikan 60%-70% biaya produksi digunakan untuk biaya pakan (Afrianto dan
Liviawaty 2005).
Pakan alami memiliki peran penting dalam usaha akuakultur, terutama pada
proses pembenihan. Pakan alami berperan sebagai sumber protein, karbohidrat dan
lemak, pakan alami terutama mikroalga merupakan sumber utama asam lemak
esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva. Selain itu pakan alami tidak
akan menjadi zat pencemar dalam air, berbeda dengan pakan buatan yang dapat
menjadi zat pencemar jika terakumulasi di perairan. (Renaud et.al 1999). Salah satu
upaya untuk memenuhi tersedianya pakan bagi larva adalah dengan memproduksi
pakan alami, karena pakan alami mudah dicerna dan dibudidayakan, memiliki nilai
gizi tinggi, memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, dan memiliki
kemampuan berkembang biak dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat
(Harun dkk, 2010).
Daphnia sp merupakan cladocera dari crustacea. Biasanya Daphnia menjadi
pakan alami untuk ikan. Oleh karena itu melalui praktikum ini mahasiswa dapat
mempelajari tekhnik budidaya Daphnia pada skala laboratorium. Mempelajari
beberapa faktor untuk tumbuh baik seperti nutrien, kesterilan alat-alat kultur,
suhu,aerasi. Berbeda dengan Chlorella Daphnia masih bisa dilihat dengan mata
telanjang, sehingga dapat dihitung denga mudah tanpa bantuan mikroskop.

1
2

Kultur Daphnia sp telah banyak dilakukan dengan cara konvensional, yaitu


dengan menggunakan induk Daphnia sp. dari alam atau hasil kultur sebelumnya.
Metode ini masih banyak digunakan sampai sekarang untuk memenuhi kebutuhan
terhadap Daphnia sp. (Darmanto dkk, 2000). Kultur Daphnia sp. dengan
memanfaatkan starter dari alam dan hasil dari kultur sebelumnya memiliki
kemungkinan terkontaminasi jenis zooplankton lain seperti Moina sp. dan Infusoria
sp. Hal ini menyebabkan kultur Daphnia sp. Menjadi tidak murni dan sulit untuk
mencapai puncak populasi. Kebutuhan starter murni dalam kultur Daphnia sp.
dapat terpenuhi dengan memanfaatkan ephipia (www.Ofish.com, 2007). Selain
sebagai starter, ephipia juga dapat dimanfaatkan sebagai cadangan ketersediaan
Daphnia sp. Apabila hasil kultur Daphnia sp. secara konvensional mulai menurun.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka dapat di
identifikasi permasalahan mengenai kultur Daphnia sp., antara lain :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap kepadatan Daphnia sp. ?
2. Faktor apa saja yang menghambat pertumbuhan populasi Daphnia sp. ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kultur Daphnia sp, yaitu:
1. Praktikan dapat menyiapkan media kultur hingga melakukan kultur
terhadap inokulan.
2. Praktikan dapat melakukan panen Daphnia sp..
3. Praktikan mengetahui metode penyimpanan hasil panen Daphnia sp..
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Daphnia

Daphnia sp secara taksonomi termasuk kedalamkelompok crustacea renik


yang hidup secara umum di perairan tawar (Pangkey 2009). Beberapa Daphnia sp
ditemukan mulai daridaerah tropis hingga Arktik dengan berbagai ukuran habitat
mulai dari kolam kecil hingga danau luas (Delbaere dan Dhert 1996). Menurut
Pennak (1989), klasifikasi Daphnia sp. adalah sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.

Gambar 1. Daphnia sp.

2.2 Morfologi
Secara morfologi bentuk tubuh Daphnia sp. pipih ke samping dan beruas-
ruas. Dinding bagian punggung membentuk lipatan menutupi anggota tubuh lain
sehingga tampak seperti cangkang kering. Tempat tersebut membentuk kantung
sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur. Cangkang tersebut
terbentuk karena banyak menyerap air, kulit yang lunak kemudian menjadi keras.

3
4

Kerasnya cangkang terbentuk ketika mineralpembentuk cangkang tersedia di


perairan (Siregar 1996).
Pembagian segmen tubuh Daphnia sp hampir tidak terlihat. Kepala
menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan
jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota
tubuh tertutup oleh karapas, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada
rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang
seta. Struktur anatomi Daphnia sp adalah sebagai berikut :
B :Otak
BC :Ruang pengeraman
C :Caecum Pencernaan
CE :Mata
F :Fornix
FA :Antena Pertama
INT :Usus
H :Jantung
O :Ocellus
OV :Ovarium
R :Paruh Gambar 2. Struktur Anatomi Daphnia sp.
MSO :Kelenjar Kulit

2.3 Habitat
Habitat Daphnia sp. adalah air tawar yang tergenang (Nasution dan
Supranoto 2004). Daphnia sp. menjadi zooplankton yang dominan di perairan,
Daphnia sp. juga dapat hidup pada bagian atas kolom air di dekat permukaan air
yang kaya akan fitoplankton (Clare 2002). Daphnia sp.merupakan plankton yang
mempunyai ukuran tubuh kecil dan lemah untuk melawan arus yang kuat. Daphnia
sp. hanya mampu bergerak migrasi secara vertikal (Waterman 1960). Pennak
(1989) menyatakan bahwa Daphnia sp. dapat tumbuh pada lingkungan dengan
kisaran pH antara 6,5–8,5, dimana kisaran pH optimum antara 7,2–8,5, salinitas
umumnya sekitar 1,5 ppt, sedangkan suhu optimum untuk Daphnia sp. adalah 18–
24°C. Konsentrasi oksigen terlarut optimum yaitu di atas 3,5 mg/l.Pada kandungan
5

amoniak antara 0,35–0,61 ppm Daphnia sp. masih dapat hidup dan
berkembangbiak dengan baik (Mokoginta 2003).
2.4 Reproduksi
Daphnia sp. berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan cara parthenogenesisyaitu
perkembangbiakan tanpa adanya fertilisasi. Selama parthenogenesis, anakan yang
dihasilkan adalah betina. Parthenogenesis terjadi bila Daphnia sp. hidup pada
kondisi yang menguntungkan (ketersediaan pakan cukup dan suhu optimal) (Ebert
2005).
2.5 Siklus Hidup
Masa hidup Daphnia sp. bisa dibilang sangat pendek. Masa tersebut melalui
berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daphnia sp. mencapai
dewasa dalam waktu 4-6 hari, menjadi induk dalam waktu 8-10 hari, dan umurnya
hanya bertahan sampai 12 hari (Mokoginta 2003).

Gambar 3. Siklus Parthenogenesis Daphnia

Pada kondisi yang baik Daphnia sp berkembangbiak secara parthenogenesis


dimana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan
menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia sp dan dikeluarkan
dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit (Kusumaryanto
2001). Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur
dengan rata-rata 10-20 butir dengan variasi antara 2-40 butir. Sedangkan pada saat
6

kondisi kurang baik, seperti adanya temperatur yang berfluktuasi, kurangnya


ketersediaan makanan dan akumulasi limbah akibat tingginya populasi, produksi
telur secara parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa telur menetas dan
berkembang menjadi individu jantan, hal ini disebabkan karena kondisi tersebut
dapat mengubah metabolisme Daphnia sp., sehingga mempengaruhi mekanisme
kromosomnya. Dengan munculnya Daphnia sp. jantan maka populasi mulai
bereproduksi secara seksual, dimana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi
ratusan betina dalam satu periode dan telur yang dihasilkan mempunyai cangkang
tebal yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk,
berwarna gelap/buram, berukuran lebih besar 10 dan memiliki kuning telur yang
lebih banyak. Daphnia sp. jantan berukuran lebih kecil dibandingkan Daphnia sp.
betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan yang terletak di bagian
abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka karapas betina,
kemudian spermateka masuk untuk membuahi sel telur (Mokoginta 2003). Telur
yang sudah dibuahi kemudian akan dilindungi oleh lapisan yang disebut sebagai
ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan buruk sampai kondisi ideal
untuk menetas.
Siklus hidup Daphnia sp. bervariasi tergantung pada spesies dan
lingkungannya. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6
hari, selanjutnya setiap 2 hari sekali dapat menghasilkan keturunan sebanyak 29
ekor, selama hidupnya mampu baranak sebanyak 7 kali, dan hanya bertahan sampai
12 hari. Daphnia sp. hidup pada kisaran pH yang netral dan relatif basa, yaitu pada
11 pH 7,1–8,0 dan masih dapat hidup berkembangbiak dengan baik pada
kandungan amoniak 0,35 ppm–0,61 ppm (Kusumaryanto 2001).
7

2.6 Kandungan Nutrisi Daphnia


Daphina sp. merupakan sumber pakanalami yang sangat baik bagi larva
ikan. Selain karena ukuran yang kecil, Daphnia sp. juga memiliki kandungan nutrisi
yang sangat baik untuk pertumbuhan larva. Kandungan nutrisi Daphnia bervariasi
menurut umur dan tergantung pada makanan yang dimakannya. Kandungan protein
Daphnia sp. dapat mencapai lebih dari 70% kadar bahan kering. Daphnia dewasa
mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingan pada juvenil yaitu sekitar 20-
27%; serta 4-6% pada juvenil. Secara umum, Daphnia sp. terdiri atas 95% air, 4%
protein 0,54% lemak, 0,67% karbohidrat dan 0,15% abu (Purwakusuma 2007).
Selain itu, Daphnia juga mengandung sejumlah enzim pencernaan seperti
proteinase, peptidase, amilase, lipase dan selulase (berfungsi
sebagai ekso-enzim pada pencernaan larva ikan) (Pangkey 2009).

2.7 Jenis Pakan Daphnia dan Jumlahnya


Daphnia merupakan hewan filter feeder yang memakan berbagai macam
bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organik terlarut. Daphnia
muda berukuran kurang dari 1 mm dapat menyaring partikel kecil berukuran antara
20-30 μm, sedangkan Daphnia dewasa dengan ukuran 2-3 mm dapat menangka
partikel sebesar 60-140 μm. Dalam memakan makanannya, Daphnia melakukan
seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara me;akukan pemisahan komponen
yang tidak dapat dimakan menggunakan cakar/kuku berlbulu (Mokoginta 20003).
Ragi yang digunakan pada praktikum kultur Daphnia sp. ini adalah ragi dari
merk “Fermipan”. Ragi diketahui memiliki sumber nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan pada kultur Daphnia sp. Diketahui bahwa ragi memiliki kandungan
nutrisi berupa protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 40-50% protein (Susanto
1994), dalam 100 gram ragi mengandung gizi berupa Kalori sebanyak 136 kal,
Protein sebanyak 43 gram, Lemak 2,4 gram, Karbohidrat 3 gram, Kalsium 140 mg,
Fosfor 1900 mg, Besi 20 mg, Vitamin B 16000 mg, serta air sebanyak 10 gram
(Prihatiningsih 2000).
2.8 Produktivitas Daphnia
Produktivitas merupakan tujuan dari setiap organisme, atau merupakan
ukuran sejauhmana sumberdaya – sumberdaya alam, teknologi dan manusia
8

diperlukan dengan baik dapat mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan


(Atmosoeprapto 2000 dalam Amidarhana 2001). Menurut Amidarhana (2001),
perhitungan produktivitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕
Produktivitas = 𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕

Keterangan :
Output : Jumlah anakan
Input : Jumlah indukan
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diperoleh rumus produktivitas
daphnia sebagai berikut.
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏
Produktivitas Daphnia = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑰𝒏𝒅𝒖𝒌𝒂𝒏
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum budidaya pakan alami mengenai “Budidaya Daphnia sp.”
bertempat di Laboratorium Akuakultur dan Laboratorium Pendidikan Gedung 2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, pada hari Kamis
tanggal 15-29 November 2018 pukul 13.00 – 15.30 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
kultur Daphnia sp.

3.2.1 Alat Praktikum


Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam praktikum budidaya
Daphnia sp. diantaranya:
No Alat Fungsi
1 Aerasi set Untuk pengaduk dan pemberi oksigen pada
kultur.
2 Beaker glass Untuk mengukur volume akuades.
3 Botol plastik 1,5 liter Sebagai media kultur.
4 Gelas ukur Untuk mengukur volume probiotik dan molase.
5 Hand counter Sebagai alat bantu menghitung Daphnia sp..
6 Mikroskop Untuk melihat ukuran Daphnia sp..
7 Object Glass Untuk menyimpan Daphnia sp. yang akan
diukur.
8 Petridish Untuk menyimpan sampel Daphnia yang akan
dihitung.
9 pH meter Untuk mengukur pH air,
10 Pipet Untuk mengambil sampel Daphnia sp.

9
10

11 Plankton net Untuk menyaring Daphnia.


12 Refraktometer Untuk mengukur salinitas air.
13 Timbangan digital Untuk menimbang pupuk.
14 Wadah plastiik Untuk wadah Daphnia sp. yang dipanen.
Tabel 1. Alat Praktikum
3.2.2 Bahan Praktikum
Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam praktikum budidaya
Daphnia sp. diantaranya:
No Bahan Fungsi
1 Akuades Untuk media kultur.
2 Daphnia sp. Sebagai sampel kultur.
3 Ragi Sebagai pakan.
Tabel 2.Bahan Praktikum

3.3 Prosedur Kultur


1. Bersihkan toples yang akan dipakai sebagai tempat media kultur Daphnia
sp.
2. Isi toples sebanyak 1 liter air dan siapkan Daphnia sp.
3. Lalu masukkan indukkan Daphnia sp sebanyak 45 ekor kedalam toples.
4. Kemudian siapkan 1 gr ragi untuk dimasukkan kedalam 1 liter air. Air ragi
ini digunakan sebagai makanan Daphnia sp .
5. Setelah semua prosedur kultur selesai, lakukan pengamatan terhadap
Daphnia selama 14 hari.
6. Dapnia diberi 5 tetes air ragi setiap harinya sebagai makanan

3.4 Prosedur Panen


1. Pertama ambil toples yang telah dikultur selama 14 hari atau lebih.
2. Kemudian siapkan plankton net yang akan digunakan untuk panen Daphnia.
3. Lalu siapkan petridisk untuk menampung daphnia.
4. Hitung jumlah Daphnia dengan handcounter lalu hitung produktivitasnya
5. Setelah itu saringkembali daphnia dari air untuk dihitung bobot basahnya.
11

6. Setelah ditimbang daphnia dikeringkan/dijemur kemudian ditimbang lagi


untuk berat keringnya.

3.5 Metode Penghitungan Produktivitas


Dapnia dihitung kepadatannya untuk mengetahui kepadatan akhir hasil
panen. Perhitungan jumlah anakan Daphnia hasil kultur menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑝ℎ𝑛𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛


𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑋100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑎𝑛
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Jumlah induk 45
Prioduktivitas *1 minggu 25
x 100% = 55 %
45
Ukuran Induk 0,11 mm
Ukuran anakan 95 µm 80 µm 60 µm
Jenis pakan Ragi/fermipan
Jumlah pakan 4-5 tetes/hari
pH media pemeliharaan 8,3
DO -
Berat basah *panen 1 0,1 gram
minggu

Berat kering 0,01 gram

Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 6


kelas Perikanan C 2017, diketahui bahwa jumlah indukan Daphnia sp. yang
digunakan pada kultur Daphnia sp. ini adalah sebanyak 45 ekor indukan. Indukan
tersebut diberi pakan berupa 1 gram ragi yang dicampurkan dengan 1 liter air
dengan pemberian pakan satu kali dalam sehari selama satu minggu untuk
mengetahui hasil produktivitas Daphnia sp. 4-5 tetes/hari. setelah kultur yang
dilakukan selama dua minggu, yaitu hasil pada hari ke-14 pengamatan. pH media
kultur Daphnia sp. menunjukkan nilai pH sebesar 8,3.
Hasil kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan selama 14 hari menunjukkan
bahwa pada hari ke-14 kultur Daphnia sp. mendapatkan produktivitas yaitu
sebanyak 25 ekor anakan Daphnia sp. yang hidup, yang artinya hasil produktivitas
dari kultur Daphnia sp. ini adalah sebesar 55 %, atau produktivitas mengalami
kenaikan dari kultur indukan Daphnia sp. pada awal praktikum.
Sampling ukuran indukan Daphnia sp. yang dikultur mendapatkan hasil
ukuran indukan Daphnia sp. 0,11 mm Sementara hasil pengukuran anakan dari

11
12

kultur Daphnia sp. ini diperoleh anakan dengan ukuran sebesar 90 µm, 80 µm, 60
µm.
Berdasarkan hasil kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan, diperoleh berat
basah dari anakan Daphnia sp. hasil kultur pada hari ke-14 adalah sebesar 0,1 gram.
Sementara setelah dilakukan pengeringan terhadap anakan hasil kultur Daphnia sp.,
diperolek berat kering dari Daphnia sp. adalah sebesar 0,01 gram.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan,
diketahui bahwa dari sampling ukuran indukan Daphnia sp. yang dijadikan indukan
pada kultur ini memiliki ukuran sebesar 0,11 mm

Gambar 4. Hasil pengukuran indukan Daphnia sp.

Hasil praktikum tersebut kurang sesuai dengan pernyataan dari Waterman


(1960) karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya, diketahui bahwa
ukuran Daphnia sp. yang digunakan sebagai indukan pada kultur Daphnia sp.
umumnya memiliki ukuran berkisar 250 µm. Hasil pengukuran indukan Daphnia
sp. yang berbeda dengan pernyataan Waterman (1960) tersebut dapat dikarenakan
beberapa hal, salah satunya seperti adanya perbedaan pakan yang dikonsumsi oleh
Daphnia sp. yang menyebabkan adanya perbedaan juga pada pertumbuhannya.
Selain itu, hasil pengukuran indukan Daphnia sp. tersebut merupakan sampling
yang dilakukan dengan hanya menggunakan tiga ekor indukan Daphnia sp.,
sehingga memungkinkan jika Daphnia sp. yang berukuran lebih besar tidah terukur
pada sampling tersebut.
13

Nilai pH dari media kultur atau air yang digunakan pada kultur Daphnia sp.
diketahui memiliki nilai sebesar 8,33. Nilai pH tersebut diketahui termasuk ke
dalam nilai pH yang optimum bagi pertumbuhan Daphnia sp. Karena menurut
Pennak (1989), Daphnia sp membutuhkan nilai pH yang sedikit alkali yaitu pH
antara 6,5 sampai 8,5. Selain itu, Leung (2009) juga menambahkan bahwa nilai pH
yang optimum untuk pertumbuhan Daphnia sp. adalah nilai pH yang berkisar antara
7,0 - 8,2. Vijverberg et al (1996) juga menjelaskan bahwa nilai pH yang telalu tinggi
pada kultur Daphnia sp. secara substansial dapat mengurangi kelangsungan hidup
telur dan kebugaran zooplankton microcrustacean, termasuk pada Daphnia sp.

Gambar 5. Nilai pH media kultur

Pakan yang digunakan untuk diberikan sebagai nutrisi pada kultur Daphnia
sp. ini yaitu menggunakan pakan berupa ragi sebanyak 1 gram yang dilarutkan pada
1 liter air, dan diberikan sebanyak 4 hingga 5 tetes pada kultur Daphnia sp. setiap
hari selama 14 hari atau 2 minggu kultur yang dilakukan.
Ragi yang digunakan pada praktikum kultur Daphnia sp. ini adalah ragi dari
merk “Fermipan”. Ragi diketahui memiliki sumber nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan pada kultur Daphnia sp. Diketahui bahwa ragi memiliki kandungan
nutrisi berupa protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 40-50% protein (Susanto
1994), dalam 100 gram ragi mengandung gizi berupa Kalori sebanyak 136 kal,
Protein sebanyak 43 gram, Lemak 2,4 gram, Karbohidrat 3 gram, Kalsium 140 mg,
Fosfor 1900 mg, Besi 20 mg, Vitamin B 16000 mg, serta air sebanyak 10 gram
(Prihatiningsih 2000).
14

Setelah kultur Daphnia sp. yang dilakukan selama 14 hari atau dua minggu,
diperoleh hasil produktivitas anakan Daphnia sp. Kultur Daphnia sp. yang
menggunakan indukan sebanyak 45 ekor Daphnia sp. memperoleh hasil
produktivitas anakan Daphnia sp. sebanyak 25 ekor. Artinya, produktivitas dari
kultur Daphnia sp. yang diperoleh adalah sebesar 0,55 atau sebesar 55% dalam
persentase.
Hasil produktivitas Daphnia sp. yang didapatkan dari praktikum ini berbeda
dengan pernyataan dari Mokoginta (2003) bahwa jumlah anakan dari kultur
Daphnia sp. setelah 14 hari adalah sebesar kurang lebih 40%. Sementara hasil
anakan dari kultur Daphnia sp. yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebanyak
2 ekor anakan Daphnia sp. dari indukan sebanyak 45 ekor.
Hasil produktivitas yang didapatkan memiliki perbedaan dari pernyataan
Mokoginta (2003), dimana hasil produktivitas memiliki nilai yang lebih tinggi dari
jumlah indukan awal yang digunakan sebagai kultur yaitu sebanyak 45 ekor
Daphnia sp. Hal tersebut dapat mengartikan bahwa kultur yang dilakukan memiliki
produktivitas yang baik karena hasil anakan Daphnia sp. memiliki jumlah yang
lebih banyak daripada indukan Daphnia sp. yang digunakan untuk kultur.
Sampling ukuran anakan dari Daphnia sp. hasil kultur yang dilakukan
memiliki ukuran sebesar 65 µm. Hasil tersebut diketahui kurang sesuai dengan
pernyataan Waterman (1960) yang menyatakan bahwa ukuran anakan Daphnia sp.
pada parthenogenesis yang pertama adalah sebesar 80 µm. Hal tersebut dapat
terjadi karena kultur yang dilakukan selama 14 hari mengartikan bahwa anakan
Daphnia sp. yang digunakan sebagai sampling pengukuran belum tentu merupakan
anakan hasil parthenogenesis yang pertama dari Daphnia sp. Sehingga ukuran
anakan yang dijadikan sampling memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan
pernyataan dari Waterman (1960) tersebut.
15

Gambar 6. Ukuran anakan Daphnia sp.

Berat basah dari praktikum kultur Daphnia sp. ini diperoleh hasil
penimbangan sebesar 0,1 gram. Hasil penimbangan berat basah dari Daphnia sp.
ini kurang sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Izzah dkk. (2014),
yang menyatakan bahwa berat basah terkecil dari kultur Daphnia sp. yang
dilakukan adalah sebesar 0,935 gram.

Gambar 7. Berat basah Daphnia sp.

Hasil berat basah dari Daphnia sp. yang kurang sesuai dengan hasil
penelitian Izzah dkk. (2014) dapat dikarenakan jumlah indukan Daphnia sp. yang
digunakan berbeda, atau karena hasil kultur Daphnia sp. yang menghasilkan anakan
dengan jumlah yang lebih sedikit. Jumlah anakan Daphnia sp. yang lebih sedikit
pada kultur dapat dikarenakan hasil perkembang biakan Daphnia sp. yang kurang
maksimal dan karena anakan Daphnia sp. yang mati tidak termasuk ke dalam
16

hitungan berat basah yang ditimbang, karena berat basah merupakan berat dari
anakan Daphnia sp. yang hidup saja.

Gambar 8. Berat kering Daphnia sp.

Sementara berat kering dari kultur Daphnia sp. yang diperoleh adalah
sebesar 0,01 gram. Berat kering sendiri merupakan hasil pengukuran berat Daphnia
sp. yang sebelumnya telah dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan
kandungan air pada hasil kultur Daphnia sp. Berat kering yang sedikit dapat
dikarenakan pengurangan kandungan air dari berat basah Daphnia sp. yang
menghasilkan Daphnia sp. kering dengan massa yang jauh lebih kecil.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ukuran Daphnia sp. Yang didapatkan 0,11 mm, sedangkan menurut
waterman (1960) bahwa ukuran Daphnia sp. Dewasa sebesar 2,5 mm. sedangkan
pH yang didapatkan sebesar 8,3 yang merupakan pH optimum bagi Daphnia sp.Hal
ini sesuai dengan Clare (2002) yaitu 7,5 – 8,5. Berdasarkan hasil pengamatan hari
ke-14 diperoleh produktivitas sebesar 0,55. Nilai yang diperoleh tersebut
didapatkan dan perhitungan sbb :
25
x 100% = 55 %
45
Hasil kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan selama 14 hari menunjukkan
bahwa pada hari ke-14 kultur Daphnia sp. mendapatkan produktivitas yaitu
sebanyak 25 ekor anakan Daphnia sp. yang hidup, yang artinya hasil produktivitas
dari kultur Daphnia sp.
5.2 Saran
Dalam melakukan kultur Daphnia sp. Sebaiknya dilakukan dengan teliti
ataupun se steril mungkin, karena akan memperoleh hasil kultur yang baik atau
disebut juga dengan berhasil maksimal dengan hasil yang sesuai dengan literature
yang ada.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amidarhana, Ade. 2001. Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan dalam


Keramba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi
Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Jurusan Sosial
Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Clare, J. 2002. Daphnia an Aquarist’s Guide. Caudata daphnia
Delbare, D., Philippe Dhert. 1996. Cladocerans, Nematodes and Trochophora
Larvae. Manual on The Production And Use of Live Food For Aquaculture.
Food and Agriculture Organization of The United Nations. Belgium.
Ebert D, 2005. Ecology, Epidemiology, and Evolution of Parasitism in Daphnia,
98. National Library of Medicine (US) – National Center for Biotechnology
Information, Bethesda.
Izzah, N., Suminto, dan Herawati, V. E. 2014. Pengaruh Bahan Organik Kotoran
Ayam, Bekatul, dan Bungkil Kelapa Melalui Proses Fermentasi Bakteri
Probiotik terhadap Pola Pertumbuhan dan Produksi Biomassa Daphnia sp.
Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol. 3. No. 2. Hh.
44-52.
Kusumaryanto, H. 2001. Pengaruh Jumlah Inokulasi Awal Terhadap Pertumbuhan
Populasi, Bimassa dan Pembentukkan Epipium Daphnia sp. Skripsi.
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Leung, Y. F. J. 2009. Reproduction of the Zooplankton, Daphnia carinata and
Moina australiensis: Implication as Live Food for Aquaculture and
Utilization of Nutrient Loads in Effluent. School of Agriculture, Food, Wine
– The University of Adelaide, Adelaide.
Mokoginta I. 2003. Budidaya Daphnia sp . [Modul]. Direktorat Menengah
Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional.
Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Modul Daphnia sp.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nasution, S. H. dan Supranoto. 2004. Ikan Hias Air Tawar Kongo Tetra. Penebar
Swadaya. Jakarta. Hal 35.
Pangkey, H. 2009. Daphnia and Utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol V
(3): 33-36.

18
Pennak RW. 1989. Coelenterata. Fresh-water Invertebrates of the United States:
Protozoa to Mollusca, 110-127, 3rd edition,. New York: John Wiley and
Sons, Inc
Pennak, R. W. 1989. Coelenterata. Fresh-water Invertebrates of the United
States:Protozoa to Mollusca, 3rd edition. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Prihatiningsih, N. 2000. Pengaruh penambahan sorbitol dan asam palmitat terhadap
ketebalan film dan sifat mekanik ediblefilm dari zein. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, FakultasTeknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Prihatiningsih, N. 2000. Pengaruh Penambahan Sorbitol dan Asam Palmitat
terhadap Ketebalan Film dan Sifat Mekanik Edible Film dari Zein. Skripsi.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Purwakusuma. 2007. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Siregar, A.D. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. PT. Bina Ilmu.
Surabaya.
Vijverberg, J., Kalf, D. F., dan Boersma, M. 1996. Decrease in Daphnia Egg
Viability at Elevated pH. Limnol. Oceanogr. Vol. 4. No. 4. Hh. 789-794.
Waterman, T.H., and F.A. Chace, Jr. 1960. General crustacean biology. Pp. 1–33
in The Physiology of Crustacea, T.H. Waterman, ed., Volume 1. New York:
Academic Press.
Waterman. 1960. Unfying Concepts from Methyl Farnesoate for Invertebrate
Reproduction and Post – Embryonic Development. Departement of
Molecular and Cell Biology. University of Connecticut. Massachussetts.

19
20
Lampiran
22

Lampiran 1. Alat Praktikum

Plankton net Timbangan

Botol Plastik Kaca Preparat

Pipet Cawan Petri

Alumunium foil Mikroskop

Selang Aerator
23

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Kista Artemia Aquades

Probiotik Molase
24

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Kista artemia ditimbang Garam ditimbang

Kista Artemia direndam


Garam dimasukan pada media

Jumlah kista artemia dihitung Media kultur diberi aerasi

Molase ditambahkan ke dalam wadah Probiotik ditambahkan ke dalam


untuk aktivasi wadah yang telah berisi molase
25

Lampiran 4. Prosedur Bagan Alir

A. Metode Non Dekapsulasi

Kista Artemia dicuci dan direndam selama 1 menit

Kista artemia dimasukkan pada media kultur (air)


bersalinitas 30 ppt dengan suhu 30⁰C, dan dilakukan
pengukuran terhadap nilai pH media

Kepadatan kista dihitung dengan mengambil 2 ml sampel


air pada wadah penetasan, dengan pengulangan dilakukan
sebanyak 3 kali.

Panen Artemia dilakukan setelah 20 jam penetasan

B. Aktivasi Probiotik

Air dimasukan ke wadah sebanyak 100ml

Molase dimasukan ke wadah sebanyak 5ml


26

Probiotik dimasukan ke dalam wadah sebanyak 10ml

Wadah didiamkan selama 1 hari

C. Pengkayaan Artemia

Kista artemia dipisahkan dari media kultur hingga yang


berada di media kultur hanya artemia

Probiotik yang telah diaktivasi sebelumnya, diambil 1 ml


dan ditambahkan pada wadah kultur artemia

Wadah kultur diaerasi kembali


27

Lampiran 5. Tabel Pengamatan

Berat kista artemia 1 gram


Jumlah kista artemia (2ml) 245 235 216
Kepadatan per liter 116.000
Jumlah garam 40 gram /34 ppt
Jumlah media kultur 1 liter
Suhu penetasan 26oC
pH 6,8
Waktu tetas 24 jam
Jumlah artemia (2ml) 228 231 219
Kepadatan per liter 113.000
Hr 97,4%
Ukuran 24 x 23 21 x 17 26 x 21
Jumlah Probiotik 1 ml
pH hari pengkayaan -
Jumlah artemia (2ml) hari ke 1 pengkayaan 203 206 214
Kepadatan per liter hari ke 1 pengkayaan 103.833
Sr hari ke 1pengkayaan 91,8 %
Ukuran hari ke 1 pengkayaan 90 90 85,4
pHhari ke 3 pengkayaan -
Jumlah artemia (2ml) hari ke 3 pengkayaan 8 10 11
Kepadatan per liter hari ke 3 pengkayaan 4,833
Sr hari ke 1 pengkayaan 4,65%
Ukuran hari ke 1 pengkayaan 92 85 47
28

Lampiran 6. Hatching Rate (Hr) dan Survival Rate (Sr)

A. Hatching Rate (Hr)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑖𝑠𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠
𝐻𝑅 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙

113.000
𝐻𝑅 = × 100%
116.000
𝐻𝑅 = 97,4%

B. Survival Rate Hari ke 1 Pengkayaan


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑖𝑎 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
𝑆𝑟 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑖𝑠𝑡𝑎 𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠

103.833
𝑆𝑟 = × 100%
113.000
𝑆𝑟 = 91,8%

C. Survival Rate Hari ke 3 Pengkayaan


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑖𝑎 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
𝑆𝑟 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠

4.833
𝑆𝑟 = × 100%
113.000
𝑆𝑟 = 4,2%

Anda mungkin juga menyukai