LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Budidaya Pakan Alami
Disusun Oleh:
Kelompok 6/Perikanan C
Josua Dwi Guna Gultom 230110170133
Mohamad Syahrul Kamil 230110170165
Firas Andhika Putra 230110170171
Rida Oktapiani 230110170174
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya, praktikan telah menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
Kultur Daphnia untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Budidaya Pakan
Alami.
Laporan praktikum yang berjudul “Budidaya Daphnia sp.” dibuat untuk
memenuhi laporan praktikum mata kuliah Budidaya Pakan Alami pada Program
Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Monica Naomi dan Rima Tri Wahyuni selaku asisten penanggung jawab
praktikum mata kuliah Budidaya Pakan Alami.
2. Dosen dan asisten mata kuliah Budidaya Pakan Alami atas segala
bimbingan dan masukan.
Praktikan juga menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktikum. Praktikan berharap laporan
praktikum ini dapat berguna bagi teman-teman sekalian maupun masyarakat luas.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
demi kebaikan bersama.
.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Daphnia ...................................................................................... 3
2.2 Morfologi ................................................................................... 3
2.3 Habitat ........................................................................................ 4
2.4 Reproduksi ................................................................................. 5
2.5 Siklus Hidup .............................................................................. 5
2.6 Kandungan Nutrisi Daphnia ...................................................... 7
2.7 Jenis Pakan Daphnia dan Jumlahnya ......................................... 7
2.8 Produktivitas Daphnia................................................................. 7
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 17
5.2 Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
LAMPIRAN .................................................................................................... 19
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1 Daphnia
2.2 Morfologi
Secara morfologi bentuk tubuh Daphnia sp. pipih ke samping dan beruas-
ruas. Dinding bagian punggung membentuk lipatan menutupi anggota tubuh lain
sehingga tampak seperti cangkang kering. Tempat tersebut membentuk kantung
sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur. Cangkang tersebut
terbentuk karena banyak menyerap air, kulit yang lunak kemudian menjadi keras.
3
4
2.3 Habitat
Habitat Daphnia sp. adalah air tawar yang tergenang (Nasution dan
Supranoto 2004). Daphnia sp. menjadi zooplankton yang dominan di perairan,
Daphnia sp. juga dapat hidup pada bagian atas kolom air di dekat permukaan air
yang kaya akan fitoplankton (Clare 2002). Daphnia sp.merupakan plankton yang
mempunyai ukuran tubuh kecil dan lemah untuk melawan arus yang kuat. Daphnia
sp. hanya mampu bergerak migrasi secara vertikal (Waterman 1960). Pennak
(1989) menyatakan bahwa Daphnia sp. dapat tumbuh pada lingkungan dengan
kisaran pH antara 6,5–8,5, dimana kisaran pH optimum antara 7,2–8,5, salinitas
umumnya sekitar 1,5 ppt, sedangkan suhu optimum untuk Daphnia sp. adalah 18–
24°C. Konsentrasi oksigen terlarut optimum yaitu di atas 3,5 mg/l.Pada kandungan
5
amoniak antara 0,35–0,61 ppm Daphnia sp. masih dapat hidup dan
berkembangbiak dengan baik (Mokoginta 2003).
2.4 Reproduksi
Daphnia sp. berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan cara parthenogenesisyaitu
perkembangbiakan tanpa adanya fertilisasi. Selama parthenogenesis, anakan yang
dihasilkan adalah betina. Parthenogenesis terjadi bila Daphnia sp. hidup pada
kondisi yang menguntungkan (ketersediaan pakan cukup dan suhu optimal) (Ebert
2005).
2.5 Siklus Hidup
Masa hidup Daphnia sp. bisa dibilang sangat pendek. Masa tersebut melalui
berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daphnia sp. mencapai
dewasa dalam waktu 4-6 hari, menjadi induk dalam waktu 8-10 hari, dan umurnya
hanya bertahan sampai 12 hari (Mokoginta 2003).
Keterangan :
Output : Jumlah anakan
Input : Jumlah indukan
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diperoleh rumus produktivitas
daphnia sebagai berikut.
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏
Produktivitas Daphnia = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑰𝒏𝒅𝒖𝒌𝒂𝒏
BAB III
BAHAN DAN METODE
9
10
4.1 Hasil
Jumlah induk 45
Prioduktivitas *1 minggu 25
x 100% = 55 %
45
Ukuran Induk 0,11 mm
Ukuran anakan 95 µm 80 µm 60 µm
Jenis pakan Ragi/fermipan
Jumlah pakan 4-5 tetes/hari
pH media pemeliharaan 8,3
DO -
Berat basah *panen 1 0,1 gram
minggu
11
12
kultur Daphnia sp. ini diperoleh anakan dengan ukuran sebesar 90 µm, 80 µm, 60
µm.
Berdasarkan hasil kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan, diperoleh berat
basah dari anakan Daphnia sp. hasil kultur pada hari ke-14 adalah sebesar 0,1 gram.
Sementara setelah dilakukan pengeringan terhadap anakan hasil kultur Daphnia sp.,
diperolek berat kering dari Daphnia sp. adalah sebesar 0,01 gram.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan,
diketahui bahwa dari sampling ukuran indukan Daphnia sp. yang dijadikan indukan
pada kultur ini memiliki ukuran sebesar 0,11 mm
Nilai pH dari media kultur atau air yang digunakan pada kultur Daphnia sp.
diketahui memiliki nilai sebesar 8,33. Nilai pH tersebut diketahui termasuk ke
dalam nilai pH yang optimum bagi pertumbuhan Daphnia sp. Karena menurut
Pennak (1989), Daphnia sp membutuhkan nilai pH yang sedikit alkali yaitu pH
antara 6,5 sampai 8,5. Selain itu, Leung (2009) juga menambahkan bahwa nilai pH
yang optimum untuk pertumbuhan Daphnia sp. adalah nilai pH yang berkisar antara
7,0 - 8,2. Vijverberg et al (1996) juga menjelaskan bahwa nilai pH yang telalu tinggi
pada kultur Daphnia sp. secara substansial dapat mengurangi kelangsungan hidup
telur dan kebugaran zooplankton microcrustacean, termasuk pada Daphnia sp.
Pakan yang digunakan untuk diberikan sebagai nutrisi pada kultur Daphnia
sp. ini yaitu menggunakan pakan berupa ragi sebanyak 1 gram yang dilarutkan pada
1 liter air, dan diberikan sebanyak 4 hingga 5 tetes pada kultur Daphnia sp. setiap
hari selama 14 hari atau 2 minggu kultur yang dilakukan.
Ragi yang digunakan pada praktikum kultur Daphnia sp. ini adalah ragi dari
merk “Fermipan”. Ragi diketahui memiliki sumber nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan pada kultur Daphnia sp. Diketahui bahwa ragi memiliki kandungan
nutrisi berupa protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 40-50% protein (Susanto
1994), dalam 100 gram ragi mengandung gizi berupa Kalori sebanyak 136 kal,
Protein sebanyak 43 gram, Lemak 2,4 gram, Karbohidrat 3 gram, Kalsium 140 mg,
Fosfor 1900 mg, Besi 20 mg, Vitamin B 16000 mg, serta air sebanyak 10 gram
(Prihatiningsih 2000).
14
Setelah kultur Daphnia sp. yang dilakukan selama 14 hari atau dua minggu,
diperoleh hasil produktivitas anakan Daphnia sp. Kultur Daphnia sp. yang
menggunakan indukan sebanyak 45 ekor Daphnia sp. memperoleh hasil
produktivitas anakan Daphnia sp. sebanyak 25 ekor. Artinya, produktivitas dari
kultur Daphnia sp. yang diperoleh adalah sebesar 0,55 atau sebesar 55% dalam
persentase.
Hasil produktivitas Daphnia sp. yang didapatkan dari praktikum ini berbeda
dengan pernyataan dari Mokoginta (2003) bahwa jumlah anakan dari kultur
Daphnia sp. setelah 14 hari adalah sebesar kurang lebih 40%. Sementara hasil
anakan dari kultur Daphnia sp. yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebanyak
2 ekor anakan Daphnia sp. dari indukan sebanyak 45 ekor.
Hasil produktivitas yang didapatkan memiliki perbedaan dari pernyataan
Mokoginta (2003), dimana hasil produktivitas memiliki nilai yang lebih tinggi dari
jumlah indukan awal yang digunakan sebagai kultur yaitu sebanyak 45 ekor
Daphnia sp. Hal tersebut dapat mengartikan bahwa kultur yang dilakukan memiliki
produktivitas yang baik karena hasil anakan Daphnia sp. memiliki jumlah yang
lebih banyak daripada indukan Daphnia sp. yang digunakan untuk kultur.
Sampling ukuran anakan dari Daphnia sp. hasil kultur yang dilakukan
memiliki ukuran sebesar 65 µm. Hasil tersebut diketahui kurang sesuai dengan
pernyataan Waterman (1960) yang menyatakan bahwa ukuran anakan Daphnia sp.
pada parthenogenesis yang pertama adalah sebesar 80 µm. Hal tersebut dapat
terjadi karena kultur yang dilakukan selama 14 hari mengartikan bahwa anakan
Daphnia sp. yang digunakan sebagai sampling pengukuran belum tentu merupakan
anakan hasil parthenogenesis yang pertama dari Daphnia sp. Sehingga ukuran
anakan yang dijadikan sampling memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan
pernyataan dari Waterman (1960) tersebut.
15
Berat basah dari praktikum kultur Daphnia sp. ini diperoleh hasil
penimbangan sebesar 0,1 gram. Hasil penimbangan berat basah dari Daphnia sp.
ini kurang sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Izzah dkk. (2014),
yang menyatakan bahwa berat basah terkecil dari kultur Daphnia sp. yang
dilakukan adalah sebesar 0,935 gram.
Hasil berat basah dari Daphnia sp. yang kurang sesuai dengan hasil
penelitian Izzah dkk. (2014) dapat dikarenakan jumlah indukan Daphnia sp. yang
digunakan berbeda, atau karena hasil kultur Daphnia sp. yang menghasilkan anakan
dengan jumlah yang lebih sedikit. Jumlah anakan Daphnia sp. yang lebih sedikit
pada kultur dapat dikarenakan hasil perkembang biakan Daphnia sp. yang kurang
maksimal dan karena anakan Daphnia sp. yang mati tidak termasuk ke dalam
16
hitungan berat basah yang ditimbang, karena berat basah merupakan berat dari
anakan Daphnia sp. yang hidup saja.
Sementara berat kering dari kultur Daphnia sp. yang diperoleh adalah
sebesar 0,01 gram. Berat kering sendiri merupakan hasil pengukuran berat Daphnia
sp. yang sebelumnya telah dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan
kandungan air pada hasil kultur Daphnia sp. Berat kering yang sedikit dapat
dikarenakan pengurangan kandungan air dari berat basah Daphnia sp. yang
menghasilkan Daphnia sp. kering dengan massa yang jauh lebih kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ukuran Daphnia sp. Yang didapatkan 0,11 mm, sedangkan menurut
waterman (1960) bahwa ukuran Daphnia sp. Dewasa sebesar 2,5 mm. sedangkan
pH yang didapatkan sebesar 8,3 yang merupakan pH optimum bagi Daphnia sp.Hal
ini sesuai dengan Clare (2002) yaitu 7,5 – 8,5. Berdasarkan hasil pengamatan hari
ke-14 diperoleh produktivitas sebesar 0,55. Nilai yang diperoleh tersebut
didapatkan dan perhitungan sbb :
25
x 100% = 55 %
45
Hasil kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan selama 14 hari menunjukkan
bahwa pada hari ke-14 kultur Daphnia sp. mendapatkan produktivitas yaitu
sebanyak 25 ekor anakan Daphnia sp. yang hidup, yang artinya hasil produktivitas
dari kultur Daphnia sp.
5.2 Saran
Dalam melakukan kultur Daphnia sp. Sebaiknya dilakukan dengan teliti
ataupun se steril mungkin, karena akan memperoleh hasil kultur yang baik atau
disebut juga dengan berhasil maksimal dengan hasil yang sesuai dengan literature
yang ada.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Pennak RW. 1989. Coelenterata. Fresh-water Invertebrates of the United States:
Protozoa to Mollusca, 110-127, 3rd edition,. New York: John Wiley and
Sons, Inc
Pennak, R. W. 1989. Coelenterata. Fresh-water Invertebrates of the United
States:Protozoa to Mollusca, 3rd edition. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Prihatiningsih, N. 2000. Pengaruh penambahan sorbitol dan asam palmitat terhadap
ketebalan film dan sifat mekanik ediblefilm dari zein. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, FakultasTeknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Prihatiningsih, N. 2000. Pengaruh Penambahan Sorbitol dan Asam Palmitat
terhadap Ketebalan Film dan Sifat Mekanik Edible Film dari Zein. Skripsi.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Purwakusuma. 2007. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Siregar, A.D. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. PT. Bina Ilmu.
Surabaya.
Vijverberg, J., Kalf, D. F., dan Boersma, M. 1996. Decrease in Daphnia Egg
Viability at Elevated pH. Limnol. Oceanogr. Vol. 4. No. 4. Hh. 789-794.
Waterman, T.H., and F.A. Chace, Jr. 1960. General crustacean biology. Pp. 1–33
in The Physiology of Crustacea, T.H. Waterman, ed., Volume 1. New York:
Academic Press.
Waterman. 1960. Unfying Concepts from Methyl Farnesoate for Invertebrate
Reproduction and Post – Embryonic Development. Departement of
Molecular and Cell Biology. University of Connecticut. Massachussetts.
19
20
Lampiran
22
Selang Aerator
23
Probiotik Molase
24
B. Aktivasi Probiotik
C. Pengkayaan Artemia
113.000
𝐻𝑅 = × 100%
116.000
𝐻𝑅 = 97,4%
103.833
𝑆𝑟 = × 100%
113.000
𝑆𝑟 = 91,8%
4.833
𝑆𝑟 = × 100%
113.000
𝑆𝑟 = 4,2%