Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata satu dan sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan serta sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Artinya kegiatan
yang dilakukan di puskesmas tidak hanya Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) juga kegiatan yang bersifat
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Semua upaya kesehatan, baik UKP maupun UKM telah
teraplikasikan melalui program-program yang terencana dan terukur. Setiap program yang dilaksanakan
mempunyai target yang harus dicapai (Depkes, 2015).

2.2 Fungsi Puskesmas

Fungsi dari Puskesmas adalah (Depkes, 2015):

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilakukan dengan cara:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong
dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan
kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

2.3 Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui
sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem
evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam
pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif
dan terpadu (Depkes, 2015).
2.4 Tujuan Pus kesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

2.5 Program Wajib Puskesmas

Program wajib puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena
mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Terdapat 6 program wajib pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu sebagai berikut (Efendi,
2009):

2.5.1Program Pengobatan (kuratif dan rehabilitatif)

Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa,
melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Program pengobatan
seperti berikut ini (Efendi ,2009):

a. Rawat jalan poli umum

b. Rawat jalan poli gigi

c.Unit rawat inap

d Unit gawat darurat (UGD)

e. Puskesmas keliling

2.5.2 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat
tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (seperti kegiatan penyuluhan, KIE dan
pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat
(Maulana, 2009).

2.5.3 Pelayanan KIA dan KB

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkuliatas.

Perkembangan dan perlindungan bayi, anak dibawah lima tahun dan anak usia prasekolah dalam proses
tumbuh kembang. Termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemuka masyarakat,
dukun bayi, pembinaan kesehatan anak. Bentuk upaya kesehatan ibu dan anak sebagai berikut
(Syafrudin,2009):

a. Pelayanan Kesehatan /asuhan kebidanan di wilayah kerja puskesmas

b. Pelayanan Kesehatan bagi bayi, balita dan anak prasekolah

c. Sasaran upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai berikut:

1) Ibu dan anak

2) Bayi

3) Balita

4) Anak usia prasekolah

d. Keluarga yang tinggal atau berada di wilayah kerja puskesmas serta yang berkunjung ke puskesmas.

e. Upaya Kesehatan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut
pelayanan dan pemliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas. Prioritas pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasangan usia subur dan
keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan
guna menurunkan angka kelahiran nasional.

f. Sasaran upaya Kesehatan Keluarga Berencana (KB) adalah;

1) Pasangan Usia Subur (PUS)

2) Calon pasangan usia subur

3) PUS dengan wanita yang akan memasuki masa menopause

4) Keluarga yang tinggal di lingkungan dan berada di wilayah kerja puskesmas.

5) Wanita Usia Subur (WUS) yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi pelayanan KB.

2.5.4 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang berasal dari
sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ditransmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular meliputi kuratif, pemutusan rantai
penularan, promosi kesehatan dan surveilans (Efendi, 2009).

Adapun program pencegahan dan pengendalian penyakit menurut Departemen Kesehatan (2018)
sebagai berikut:
a. Diare

b. ISPA (infeksi Saluran Pernapasan Atas)

c. Kusta

d. Tuberculosis

e. PMS dan HIV/AIDS

f. Demam Berdarah

g. Malaria

h. Rabies

i. Imunisasi

j. Penyakit tidak menular & pengamatan penyakit

2.5.4.1 Indikator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit dengan indikator
sebagai berikut (Depkes, 2018):

a. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat sebesar 95%.

b. Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif (Success Rate)
minimal 85 % sebesar 90%.

c. Persentase angka kasus HIV yang diobati sebesar 55 %.

d. Persentase kabupaten/kota yang 50% Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tata laksana
Pneumonia melalui program MTBS sebesar 60%

e. Persentase angka bebas jentik diatas 95%

f. Persentase kabupaten/kota pelaksanaan pelayanan imunisasi minimal diatas 90%

g. Persentase kelurahan/desa yang melaksanakan kegiatan posbindu PTM minimal 50%

2.5.4.2 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tuberculosis

Dalam program pencegahan dan pengendalian penyakit tuberculosis terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan menurut Departemen Kesehatan (2018) yaitu sebagai berikut:

a. Peningkatan Akses layanan TOSS (Temukan Obati Sampai Sembuh) -TB bermutu melalui Peningkatan
jejaring layanan TB (public-private mix), penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat, penemuan
intensif melalui kolaborasi (TB-HIV, TB-DM, PAL, TB-KIA, dll) dan investigasi kontak, serta inovasi deteksi
dini dengan rapid tes TB.

b. Penguatan Kepemimpinan program dan dukungan sistem melalui advokasi dan fasilitasi dalam
perumusan

c. Rencana Aksi Daerah Eliminasi TB dan Regulasip, pengendalian faktor risiko TB,

d. Membangun kemitraan dan kemandirian program, serta pemanfaatan Informasi Strategis dan
Penelitian

2.5.5 Kesehatan Lingkungan

Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan agar terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih
sehat agar dapat melindungi masyarakat dan segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat
menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang
lebih baik

Kegiatan-kegiatan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut (Mubarak, 2009)

a. Penyehatan air

b. Penyehatan makanan dan minuman

c Pengawasan Pembuangan kotoran manusia

d. Pengawasan, pembuangan sampah dan limbah

e. Penyehatan makanan dan minuman

f. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

g. Pengamatan lingkungan akibat pencemaran industri

h. Pengamanan pestida

i. Klinik sanitasi

2.5.6Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi
mayarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dan berbagai profesi kesehatan (tenaga pengelola gizi)
serta dukungan peran serta aktif masyarakat. Program upaya perbaikan gizi Puskesmas (Mubarak, 2009):

a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

b. Kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi dalam tiap keluarga di Indonesia,
bersifat lintas sektor yang dilaksanakan oleh kesehatan, pertanian, BKKBN, agama dalam negeri, dan PKK
c. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)

d. Mendorong berbagai institusi pemerintah dan swasta agar memberikan perhatian lebih besar dalam
peningkatan status gizi warrganya.

e. Upaya penanggulangan Kelainan Gizi terdiri dari:

1) Pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)

2) Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi

3) Pencegahan dan penanggulangan kurang kalon energi protein (KEP) dan kurang energi kronis (KEK)

4) Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A

5) Pencegahan dan penanggulangan masalah kekurangan gizi mikro lain

6) Pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lebih

2.6 Program Pengembangan Puskes mas

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas.

Beberapa contoh UKM Pengembangan yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah sebagai berikut
(Depkes, 2015)

a pelayanan kesehatan jiwa

b. pelayanan kesehatan gigi masyarakat

c. pelayanan kesehatan tradisional komplementer

d. pelayanan kesehatan olahraga

e. pelayanan kesehatan indra

f. pelayanan kesehatan lansia

g pelayanan kesehatan kerja

h. pelayanan kesehatan lainnya

2.6.1 Tatalaksana Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Tatalaksana pengendalian peryakit tidak menular dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 15-59 tahun (satu tahun sckali), dilakukan di Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

2) Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 60 tahun keatas, dilakukan di Posbindu PTM.

3) Akses hipertensi manajemen kasus penatalaksanaan terpadu (PANDU) PTM di puskesmas.

4) Akses ke standarisasi manajeman kasus diabetes melalui PANDU PTM di puskesmas.

5) Deteksi dini kanker leher rahim dan payudara pada perempuan usia 30-50 tahun di puskesmas.

6) Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebi'akan kawasan tanpa rokok di sekolah (Perda Provinsi, Perda
Kab/kota, Perbub/Perwali tentang KTR).

7) Quitline upaya berhenti merokok, layanan konseling bebas biaya melalui hotline 0-800-177-6565.

8) Klinik konseling berhenti merokok (hidup sehat tanpa rokok).

9)Pengendalian konsumsi rokok.

10) Pembatasan konsumsi gula, garam, lemak (GGL) melalui diet sehat gizi seimbang.

11) Deteksi dini dan rujukan kasus katarak di puskesmas serla upaya percepatan eliminasi kebutaan
akibat katarak.

12) Deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran.

13) Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat (RBM) untuk penyandang disabilitas.

14) Penemuan Dini kanker pada anak dan paliatif kanker.

15) Deteksi dini gangguan imunologi dan peningkatan kepedulian pada penyakit gangguan imunologi.

16) Deteksi dini osteoporosis melalui tes saju menit untuk ketahui risiko osteoporosis.

17) Gerakan nusantara tekan obesitas (GENTAS)

18) Deteksi dini gangguan tyroic.

19) Skrining thalasemia pada remaja.

20) Kampanye pencegahan penyakit kanker.

21) Kampanye aktivitas fisik

22) Kendalikan kipertensi dengan patuh.

23) Cegah, obati dan lawan diabetes.

24) Perilaku sehat untuk ginjal sehat.


25) Kampanye pencegahan dan pengendalian PTM dengan mengoptimaikan media sosial, jejaring media
(cetak-elektronik), bloger, netizen untuk meningka:kan kesadaran pada pencegahan PTM.

26) Menguatkan strategi komunikasi untuk percegahan PTM melalui situs interaktif, website P2PTM,
aplikasi ponsel, kampanye "CERDIK" dukung gemmas pada media sosial melalui berbagai platform,
kampanye multimedia intensif.

27) Kemitraan untuk mencegah PTM dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat organisasi
profesi/ organisasi berbasis agama yang potensial dan lain-lain (PKK, OASE, Pramuka, Dompet Dhuata,
Organisasi Wanita, LSM Peduli Rokok, TNP2K, NGO Internasional).

28) Memperluas jangkauan Posbindu PTM dengan pendekatan berdasarkan 7 tatanan yaitu: sekolah,
tempat kerja, haji, tempat umum, fasilitas kesehatan, kantor lintas sektor, rumah ibadah.

29) Meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam usaha promosi dan pencegahan (CSR- Corporate
Social Responsibility), PPP Public Private Partnership.

30) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan deteksi dini faktor risiko PTM melalui perubahan perilaku
melalui pendekatan per area satu desa satu Posbindu PTM

31) Memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan, berkolaborasi dengan sektor swasta dan profesional
dalam layanan paket PTM puskesmas (PANDU PTM) tidak hanya hipertensi dar diabetes melitus, tetapi
kemudian diperluas dengan masalah kardiovaskul ar, asma, PPOK, stroke, kanker, gangguan penglihatan
dan kebutaan.

Anda mungkin juga menyukai