Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN “ GAGAL GINJAL KRONIK”

1. Pengertian
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron
biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible (Price dan Wilson, 2006).

2. Anatomi fisiologi
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh
secara fisiologi. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostasis dengan
mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik, asam basa, ekskresi sisa
metabolisme, sistem pengaturan hormonal dan metabolisme (Syaifuddin, 2011).
Ginjal terletak d ibagian belakang abdomen atas, di belakang peritonium, di depan
dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus
lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan
lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang
meliputi kosta, sedangkan di anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal
ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat. Apabila kapsul dibuka terlihat
permukaan dari ginjal licin dan warna merah tua. Dengan membuat potongan vertikal
dari ginjal melalui lanugi laterali ke margo medialis akan terlihat hilus yang meluas
ke ruangan sentral yang disebut sinus renalis bagian atas dari pelvis renalis. Ginjal
terdiri dari dua komponen struktur, yaitu:
- Bagian dalam (internal) medula.
Substansia medularis terdiri dari piramid renalis jumlahnya antara 8-16 buah yang
mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus
renalis.
- Bagian luar (eksternal) korteks.
Substansia kortekalis berwarna cokelat merah, konsistensi lunak dan bergranula.
Substansia ini tepat di bawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid
yang berdekatan dengan sinus renalis, bagian dalam di antara piramid, dinamakan
kolumna renalis (Syaifuddin, 2011). Ginjal memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan
dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,
kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang dieksresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume
cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan
atau pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang
berlebihan atau penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan eksresi ion-ion yang penting (misal Na , K , Cl , Ca dan fosfat).
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang
dimakan,campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam , pH
kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak
makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-
8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang
mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldosteron) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting
untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
b. Ureter
Ureter terdiri dari dua buah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih (vesika urinaria). Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju
distal & bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25-30 cm dan diameternya 0,5
cm. Piala ginjal berhubungan dengan ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis
dan ureter menembus kandung kemih.
Lapisan ureter terdiri dari ;
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah (otot polos)
3. Lapisan sebelah dalam (mukosa) Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus
inferior T11- L2 melalui neuron-neuron simpatis.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali


yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus
psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik. Pembagian ureter menurut
tempatnya:
- Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang
peritoneum, sebelah media anterior muskulus psoas mayor ditutupi oleh fasia
subserosa. Vasa spermatika/ovarika intern menyilang ureter secara obliq,
selanjutnya ureter akan mencapai kavum peloleh vis menyilang arteri iliaka
eksterna. Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum sewaktu turun ke
bawah terdapat di kanan bawah dan disilangkan oleh kolon dekstra dan vasa iliaka
iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium
dan bagian akhir ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat
apertura pelvis superior, berjalan di belakang kolon sigmoid mesenterium.
- Pars pelvis ureter, berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis sepanjang tepi
anterior dari insisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritoneum. Ureter dapat
ditemukan di depan arteri hipogstrika bagian dalam nervus obturatoris, arteri vasialis
anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insisura iskiadika mayor
ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
c. Kandung kemih
Kandung kemih disebut juga bladder atau vesika urinaria. Kandung kemih merupakan
kantung berongga yang dapat diregangkan dan volumenya dapat disesuaikan dengan
mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya. Secara berkala urin dikosongkan
dari kandung kemih ke luar tubuh melalui ureter. Organ ini mempunyai fungsi
sebagai reservoir urine (200-400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat.
Letaknya di belakang os pubis. Dalam kondisis penuh, bentuknya seperti telur (ovoid)
dan apabila kosong seperti limas. Apex (puncak) vesica urinaria terletak di belakang
symphysis pubis. Fungsi vesica urinaria yaitu ;
- sebagai tempat penyimpanan urine
- mendorong urine keluar dari tubuh.

d. Uretra
Uretra merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui
ginjal, ureter, dan vesica urinaria. Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra
berjalan berkelok kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan
fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis, panjangnya ± 20 cm. Uretra
pada laki-laki terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa, dan uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan
submukosa. Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit kearah atas, salurannya dangkal, panjangnya ± 3-4 cm dari orifisium uretra
interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Uretra ini terdapat di belakang simfisis
pada dinding anterior vagina, menjurus obliq ke bawah dan menghadap ke depan.
Lapisan uretra pada wanita terdiri dari:
- Tunika muskularis (sebelah luar)
- Lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena
- Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran ekskresi Diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan
permukaan vagina 2,5 cm di belakang gland klitoris.
3. Etiologi
Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik

Klasifikasi Penyakit Penyakit


Penyakit infeksi tubulointerstial Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
maligna, Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa
Gangguan kongonital dan herediter Penyakit ginjal polikistik, Asidosis tubulus
ginjal
Penyakit metabolic Diabetes mellitus, Goat,
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic, Nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian tas, Batu,
Neoplasma fibrosis retroperitoneal, traktus
urinarius bagian bawah : hipertrofi prostat
struktur uretra, anomaly congenital, leher
vesika urinaria dan uretra
4. Patofisiologi

Zat toksik Vaskular Infeksi Obstruksi saluran kemih

Reaksi antigen antibodi Arterio skerosis Tertimbun ginjal Retensi urin Batu besar dan kasar

Suplay darah ginjal turun


Menekan syaraf perifer Iritasi/cedera jaringan

GFR turun
Nyeri pinggang Hematuria

GGK
Anemia

Sekresi protein terganggu


Retensi Na Sekresi eritropoitis

Sindrom uremia Total CES naik Produksi Hb turun

Tek kapiler naik Suplai nutrisi dalam darah turun

Ggn keseim asm basa Urokrom trttmbn di klt Perpospatemia

Vol interstisia naik Gangguan nutrisi


Prod asam lambung naik Perubahan warna kulit Pruritis

Edema Oksihemoglobin turun


Neusea, vomitus Iritasi lambung Kers integritas kulit

Pre load naik Suplai 02 kasar turun


Resiko infeksi Resiko perdarahan

Beban jantung naik Intoleransi aktifitas


Gastritis Hematemesei melena Hipertrofi vent kiri Ketidakseimbangan
perfusi jaringan perifer

Mual, muntah Anemia Payah jantung kiri

Ketidakseimbangan nut – dari


keb tubuh Keletihan COP turun Bendungan atrium kiri naik

Aliran darah ginjal turun Supl 02 jaringan turun Supl 02 ke otak turun Tekanan vena
pulmonalis

RAA turun Metabolisme anaerob Syncope (kehilangan Kapiler paru naik


kesadaran)

Retensi Na dan H2O Asam laktat Edema paru

Kelebian vol cairan Fatigue nyeri sendi Gangguan pertukaran


gas

Nyeri
5. Tanda dan gejala
Menurut perjalanan klinisnya :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga
25 % dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliurua dan nokturia, GFR
10 % hingga 25 % dari normal, kdar creatinin serum dan BUN sedikit meningkat di
atas normal
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, latergi, anoreksia,
mual dan muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neruropati
perrifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang
ditandai GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat
tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek

6. Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk
penurunan fungsi ginjal, dan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan
dapat meliputi :
a. Terapi penyakit ginjal
b. Pengobatan penyakit penyerta
c. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
d. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler
e. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
f. Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda
urema

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronik adalah (Haryono,
2013) :
a. Hiperkalemia, akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan

masukan diit berlebih.


b. Perikarditis, efusi pericardial dan temponade jantung akibat retensi produk sampah

uremik dan dialysis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin,

angiostenin, aldosteron.

d. Anemia, akibat penurunan eritropoeitin, penurunan rentang usia sel darah merah,

perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.

e. Penyakit tulang, akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang rendah metabolism

vitamn D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium.

8. Landasan teori keperawatan


a. Wawancara
b. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
1) Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : 15, Mata : 4, Verbal : 6, Psikomotor : 5
2) Tanda-tanda vital
Nadi : 82x/m
Suhu : 37,0 0c
TD : 130/80 mmHg
RR : 22x/m
3) Keadaan fisik
a) Kepala dan leher
o Rambut : Bersih
o Kepala : Tidak ada benjolan
o Mata : Sklera berwarna kuning, konjungtiva: pink
o Hidung : Tidak ada masalah
o Telinga : Bersih
o Mulut : Bersih
o Leher : Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan, tidak ada
pelebaran vena
b) Dada
o Paru : Ekspansi dada : simetris
Retraksi dada : ya
Pola napas : Tidak teratur
Bunyi napas : Vesikuer
o Jantung : Ictus cordis
Bunyi jantung S1/S2 murni regular
c) Payudara : Tidak ada kelainan, tidakada benjolan
d) Abdomen : Bentuk : Simetris
Bising usus : Normal
Stoma : tidak ada
Vesika urinary: teraba
Tidak ada benjolan
Nyeri tekan
e) Genitalia : Pengeluaran cairan : Tidak ada
Terpasang kateter
Anus : Tidak ada hemoroid
f) Integumen : Warna kulit : kuning langsat
Turgor kulit : Baik
g) Ekstremitas : Gerak bebas, batuk simetris, tidak ada kelainan
h) Neurologis
o Status mental dan emosi : pasien merasa cemas
o Pengkajian saraf cranial
Nervus I : Penciuman baik
Nervus II : Penglihatan baik
Nervus III : Kontraksi pupil baik
Nervus IV : Gerakan mata kedalam dan keluar baik
Nervus V : Gerakan mengunyah baik
Nervus VI : Gerakan abduksi mata baik
Nervus VII : Ekspresi wajah baik
Nervus VIII : Keseimbangan baik
Nervus IX : Sensasi raba baik
Nervus X : Gerakan bahu baik
Nervus XI : Geraka lidah baik
Nervus XII : Refleks muntah baik

9. Daftar diagnose keperawatan


a. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
b. Nyeri akut
c. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan seta natrium
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah keseluruh tubuh
f. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia retensi
g. Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status metabolic sekunder
10. Rencana asuhan keperawatan
No.Dx. Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas NOC NIC
b.d kongesti paru, - Respiratory status : Gas exchange Airway Management
penurunan curah jantung, - Respiratory status : Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
penurunan perifer yang - Vital sign status lift atau jaw thrust bila perlu
mengakibatkan asidosis Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
laktat - Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Memelihara kebersihan paru-paru dan alat jalan nafas buatan
bebas dari tanda-tanda distress - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pernafasan - Keluarkan secret dengan batuk atau
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suction
suara nafas yang bersih, tidak ada - Auskultasi suara nafas, catat adanya
sianosis dan dyspneu (mampu suara tambahan
mengeluarkan sputum , mampu - Lakukan suction pada mayo
beernafas dengan mudah, tidak ada - Berikan bronkodilator bila perlu
pursed lips) - Berikan pelembab udara
- Tanda vital dalam rentang normal - Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan kesembingan
- Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
- Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intrcostal
- Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan nafas utama
- Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
2. Intoleransi aktivitas b.d NOC NIC
keletihan, anemia retensi - Energy conservation Activity Therapy
- Actifity tolerance - Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
- Self care : ADLs medik dalam merencanakan program
Kriteria Hasil : terapi yang tepat
- Berpatisipasi dalam aktifitas fisik tanpa - Bantu klien untuk mengidentifikasi
disertai peningkatan tekanan darah, aktivitas yang mampu dilakukan bantu
nadi dan RR untuk memilih aktifitas konsisten yang
- Mampu melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan fisik
(ADLs) secara mandiri psikologi dan social
- Tanda-tanda vital normal - Bantu untuk mengidentifikasi dan
- Energy psikomotor mendapatkan sumber yang diperlukan
- Level kelemahan untuk aktifitas yang diinginkan
- Mampu berpindah : dengan atau tanpa - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
bantuan alat aktifitas seperti kursi roda, krek
- Status kardiopulmunari adekuat - Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas
- Sirkulasi status baik yang di sukai
- Status respirasi : pertukaran gas dan - Bantu klien untuk membuat jadwal
ventilasi adekuat latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktifitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktifitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin, Kusuma Hardhi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisu Jilid 2. Medication
Jogja. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai