Komunikasi Organisasi
Disusun Oleh:
Nim: 7173144023
Fakultas Ekonomi
TA.2019
IDENTITAS BUKU
Edisi : 2
Edisi :-
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Adapun yang menjadi judul tugas saya adalah “Critical Book Report”.Tujuan saya
menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Organisasi.
Jika dalam penulisan makalah saya terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan
dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya
atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu
evaluasi dalam pembuatan tugas ini.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kita menyadari, betapa persoalan-persoalan organisasi makin hari cenderung makin ruwet
dan terutama persoalan manusianya itu sendiri yang senantiasa berlanjut menjadi tantangan
pokok yang harus dihadapi oleh setiap perangkat management. Seyogyanya individu-individu
yang berperilaku dalam organisasi dengan segala motif dan keinginan-keinginan yang hendak
dicapainya harus dipahami secara luas dan mendalam. Tugas manager kini harus akrab
dengan sifat tabiat dari orang-orang yang dipimpinnya. Apa latar belakang kehadirannya di
dalam organisasi, apa yang diinginkan dan yang dicita-citakannya. Dalam menggerakkan
potensi dan kemampuan mereka senantiasa didasarkan pada aspek-aspek kemanusiannya
demikian pula dalammemotivasikannya senantiasa melihat motif-motif kejiwaannya di
samping kebutuhan-kebutuhan lahiriahnnya-sehingga dapatmewujudkan perilaku yang
dikehendaki organisasi itu sendiri.
Perilaku organisasi sebagai terjemahan dari Organizational Behavior, diartikan sebagai studi
yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok tertentu. Kita mengenal lebih jauh tentang perilaku organisasi berarti kita mencoba
untuk membuktikan adanya perubahan-perubahan fundamental dalam lingkup ilmu
organisasi dan managemen dewasa ini. Organisasi dasar terhadap perilaku manusia makin
dirasakan urgensinya bagi setiap management di tingkat manapun dengan tujuan praktis
untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha-usaha
pencapaian tujuan organisasi.Studi tentang perilaku organisasi merupakan dimensi baru
dalam arena studi ilmu organisasi dan Managemen. Kini telah berkembang dengan pesatnya,
bersamaan dengan berkembangnya Pendekatan Ke-perilakukan (Behavioral Approach
terutama pada dekade terakhir setelah Perang Dunia Ke II.Dalam penguraian tulisan ini akan
diketengahkan sekilas tentang dasar-dasar dan pengertian perilaku organisasi yang mencakup
tujuan untuk memotivasikannya sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya manusia dalam
pencapaian produktivitas organisasi yang lebih tinggi. Seringkali dinyatakan, bahwa setiap
orang menganggap dirinya sebagai suatu keadaan tertentu seperti apa yang diinginkan dan
dicita-citakannya. Namun sebenarnya mereka senantiasa mencoba mendekati keseimbangan
yang tepat antara unsur individualistis dan kolektivitas dalam struktur sosialnya.Dalam setiap
organisasi yang merupakan struktur sosial yang ada di masyarakat modem ini,
menyingkapkan lebih jauh bahwa mereka pun yang menjadi anggota setiap organisasi
senantiasa mencoba untuk menunjukkan keseimbangan yang tepat dan sekiranya dapat
diusahakan untuk dibina agar intensitas tabiat, tingkah laku dan kepribadiannya merupakan
perilaku organisasi.Siagian (1992) memberikan batasan bahwa Perilaku Organisasi adalah
keseluruhan tabiat dan sifat seseorang yang tercermin dalam ucapan dan tindak-tanduknya
sebagai anggota suatu organisasi. Perilaku yang tercermin dalam tabiat dan sifat tersebut
merupakan pencerminan pula dari kepri-badian orang yang bersangkutan.Kepribadian
seseorang itu biasanya ditempa oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.Faktor Genetik, yaitu sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir dan yang diwarisi dari orang
tuanya.
2.Faktor Pendidikan, yaitu sifat-sifat yang tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari hal-hal
yang diperoleh di sekolah.
3.Faktor lingkungan keluarga di mana seseorang dibesarkan dengan segala kondisi dan
permasalahannya.
4.Faktor lingkungan sosial.
5.faktor pengalaman di luar lingkungan tersebut di atas.
Tujuan Penulisan CBR
· Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap
bab dari sebuah buku
· Agar pembaca tanggap terhadap hal-hal penting yang ada didalam bab ini
Komunikasi Organisasi
Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang objek – objek,
juga studi mengenai objek itu sendiri. Peranan yang dimainkan komunikasi dalam studi
organisasi bergantung pada bagaimana organisasi tersebut dipahami. Dalam studi organisasi
ada pandangan – pandangan alternatif tentang realitas, organisasi dan sifat manusia yang
mana konsep – konsep ini akan memandu pemahaman mengenai komunikasi organisasi.
Pandangan Alternatif
Kedua, organisasi. Secara khas organisasi dianggap sebagai kata benda, sementara
“pengorganisasi” dianggap sebagai kata kerja (Weick, 1979). Kita dapat memahami
organisasi manusia melalui seperangkat kesamaan prinsip yang digunakan untuk memahami
mesin. Pemahaman seseorang mengenai organisasi bergantung pada asumsi – asumsi orang
tersebut mengenai realitas atau dunia.
McPhee (1985) menyebutkan unsur – unsur organisasi meliputi hal – hal seperti;
Komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang – orang. Komunikasi
organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan
bermanfaat. Studi komunikasi organisasi dianggap sebagai landasan kuat bagi karier dalam
manajemen, pengembangan sumber daya manusia dan komunikasi perusahaan, dan tugas –
tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.
Organisasi Sosial
Istilah organisasi sosial merujuk pada pola – pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya
kontak antara orang – orang; kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang –
orang; derajat kerja sama; perasaan tertarik, hormat, dan permusuhan; dan perbedaan status)
dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial orang – orang yang disebabkan oleh situasi
sosial mereka baik oleh karakteristik fisiologis atau psikologis mereka sebagai individu.
Berlu (1960) menyarankan bahwa komunikasi berhubungan dengan organisasi sosial melalui
tiga cara:
Organisasi Formal
Organisasi yang sengaja dibentuk untuk mengatur sistem kerja formal yang biasa diebut
sebagai birokrasi yang mana ada suatu tujuan yang ingin dicapai, peraturan – peraturan yang
harus diikuti, dan struktur status secara sengaja dirancang untuk mengantisipasi maupun
mengarahkan interaksi dan kegiatan – kegiatan anggota.
Ciri – ciri organisasi terbirokrasi yang ideal menurut analisis dari karya Weber, yaitu:
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan – hubungan yang ditetapkan antara jabatan –
jabatan. Blok – blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan – jabatan.
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas – tugas, tugas organisasi
disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan (kewenangan
legal).
4. Garis – garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis.
5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan secara
formal, mengatur tindakan – tindakan dan fungsi – fungsi jabatan dalam organisasi.
6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal, yakni peraturan –
peraturan organisasi berlaku bagi setiap orang.
7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian
dari organisasi.
8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.
9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih –
alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan
dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
Ciri – ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi
jabatan (Redfield, 1953). Hubungan dibentuk antara jabatan – jabatan, bukan antara orang –
orang, karena keseluruhan organisasi terdiri dari jaringan jabatan. Dalam setiap organisasi
formal biasanya tumbuh pula kelompok – kelompok informal. Karena hubungan informal
terbentuk sebagai respon terhadap berbagai kesempatan yang diciptakan lingkungan,
organisasi formal merupakan lingkungan kelompok lebih nyata yang mempengaruhi jumlah
dan pelaksanaan hubungan informal dalam organisasi.
Frederick W. Taylor (1856 – 1917) dalam bukunya yang berjudul Principles in Scientific
Management, melakukan pendekatan terhadap manajemen dilakukan di sekitar lima unsur
kunci yang dianalisa mengunakan analisis Sofer (1972), yaitu:
1. Pembagian kerja, dalam hal ini menyangkut bagaimana tugas, kewajiban
dan pekerjaan organisasi didistribusikan. Taylor menyatakan bahwa pekerja harus
dibebaskan dari tugas perencanaan dan kegiatan tata usaha. Bila dapat dilakukan,
pekerjaan setiap orang dalam organisasi harus terbatas pada pelaksanaan suatu fungsi,
yang merupakan konsep pembagian kerja.
2. Proses Skalar dan Fungsional, dalam hal ini berkaitan dengan pertumbuhan vertikal
dan horisontal organisasi. Proses skalar menunjukkan rantai perintah atau dimensi
vertikal organisasi. Pembagian kerja ke dalam tugas – tugas yang lebih khusus dan
pembentukan kembali bagian – bagian lebih lebih khusus menjadi unit – unit yang
sesuai adalah hal – hal yang berkaitan dengan proses – proses fungsional dan proses
ekspansi horisontal organisasi, yang mana perubahan ini berhubungan dengan pilar
keempat teori manajemen klasik.
3. Struktur, dalam hal ini berkaitan dengan hubungan – hubungan logis antara berbagai
fungsi dalam organisasi. Teori – teori klasik berfokus pada dua struktur dasar yang
disebut lini dan staf. Struktur lini menyangkut saluran – saluran kewenangan
organisasi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan utama organisasi. Sedangkan
struktur staf menunjukan jabatan – jabatan yang memberikan bantuan kepada jabatan
– jabatan lini untuk melaksanakan pekerjaan mereka dengan lebih baik, dengan
memberikan pertimbangan, bantuan dan pelayanan.
4. Struktur Tinggi dan Struktur Datar, terdapat berbagai bentuk struktur organisasi
namun pada dasarnya terbagi dua, yaitu struktur tinggi (vertikal) dan struktur datar
(horisontal). Tinggi atau datarnya suatu organisasi ditentukan oleh perbedaan dalam
jumlah tingkatan kewenangan dan variasi dalam rentang pengawasan pada setiap
tingkat. Organisasi berstruktur tinggi sering ditandai dengan pengawasan yang ketat,
semangat kelompok, persaingan melalui hubungan pribadi, pertambahan tanggung
jawab secara bertahap, ketidakamanan yang konstan mengenai status, penekanan pada
teknik manajemen, dan banyaknya peraturan. Sedangkan organisasi berstruktur datar
ditandai dengan aktivitas individualistik dan usaha yang dianjurkan yang mana
memiliki pengawasan yang standar dan lebih sedikit peraturan.
5. Rentang Pengawasan, dalam hal ini menunjukkan jumlah bawahan yang berada di
bawah pengawasan seorang atasan.
4. Teori Transisional
Teori Perilaku
Dalam buku The Functions of the Executive, C. Barnard (1938) menyatakan bahwa organisasi
adalah sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara mekanis. Kelompok – kelompok
alamiah dalam struktur birokrasi dipengaruhi oleh apa yang terjadi, komunikasi ke atas, dan
pemimpin yang berfungsi sebagai kekuatan yang padu. Barnard mendefinisikan organisasi
formal sebagai suatu sistem kegiatan dua orang atau lebih yang dilakukan secara sadar dan
terkoordinasikan yang menitikberatkan konsep sistem dan konsep orang. Bernard
menyatakan bahwa eksistensi suatu organisasi (sebagai suatu sistem kerja sama) bergantung
pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan untuk bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan yang sama pula. Bernard juga merumuskan seperangkat premis yang
dikenal sebagai Teori Penerimaan Kewenangan yang mempunyai maksud bahwa
kewenangan yang berasal dari tingkat atas organisasi sebenarnya merupakan kewenangan
nominal yang mana kewenangan menjadi nyata apabila diterima. Premis – premis tersebut,
yaitu:
Melalui penelitian berskala besar yang membahas produktivitas dan hubungan – hubungan
sosial di komplek Hawthorne yang dimiliki Western Electric Company yang dikenal dengan
nama “ Manajemen dan Pekerja” yang dibantu oleh F. Roethlisberger dan Dickson (1939)
telah membuktikan bahwa suatu struktur informal hubungan sosial memang ada di balik
struktur organisasi yang formal dan bahwa banyak fenomena tidak dapat dijelaskan dengan
dalil – dalil lainnya.
Bakke (1950) menyarankan suatu proses fusi yang menyatakan bahwa organisasi, hingga
suatu tahap tertentu, mempengaruhi individu, sementara pada saat yang sama individu pun
mempengaruhi organisasi. Argyris (1957) menyempurnakan karya Bakke dengan
berpendapat bahwa ada suatu ketidaksesuaian yang mendasar antara kebutuhan pegawai yang
matang dengan persyaratan formal organisasi
Rensis Likert mengembangkan suatu model terkait dengan sebutan model peniti penyambung
yang menggambarkan struktur organisasi. Struktur peniti penyambung menunjukkan
hubungan antarkelompok yang menggalakkan orientasi ke atas daripada ke bawah;
komunikasi, pengaruh pengawasan, dan pencapaian tujuan diarahkan ke atas dalam
organisasi.
Teori Sistem
Scott (1961) menyatakan bahwa “satu – satunya cara yang bermakna untuk mempelajari
organisasi adalah sebagai suatu sistem”. Ia mengemukakan bahwa bagian – bagian penting
organisasi sebagai sistem adalah individu dan kepribadian setiap orang dalam organisasi;
struktur formal; pola interaksi yang informal; pola status dan peranan yang menimbulkan
pengharapan – pengharapan; dan lingkungan fisik pekerjaan.
1. Nonsumativitas; bahwa suatu sistem tidak sekedar jumlah dari bagian – bagiannya.
2. Unsur – unsur struktur, fungsi, dan evolusi; merujuk kepada hubungan
antarkomponen suatu sistem.
3. Keterbukaan; organisasi adalah sistem sosial yang batas – batasnya dapat ditembus
untuk memungkinkan organisasi berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga
memperoleh energi dan informasi.
4. Hierarki; suatu sistem mungkin merupakan suatu suprasistem bagi sistem – sistem
lain di dalamnya, juga merupakan suatu subsistem bagi suatu sistem yang lebih besar.
Menurut pendapat mereka, bahwa struktur sosial berbeda dengan struktur mekanis dan
struktur biologis. Bila suatu sistem sosial berhenti berfungsi, maka ia tidak lagi mempunyai
struktur yang dapat di identifikasi karena sistem sosial merupakan struktur peristiwa alih –
alih merupakan bagian – bagian fisik, dan tidak mempunyai struktur yang terpisah dari
kegiatannya. Teori ini menyadari bahwa suatu keadaan yang terorganisasikan perlu mengenal
berbagai hambatan untuk mengurangi komunikasi secara acak ke saluran – saluran yang
sesuai untuk pencapaian tujuan organisasi.
Organisasi matriks, organisasi kisi – kisi, organisasi proyek, dan organisasi ad-hokrasi adalah
organisasi – organisasi komunikasi saat ini dan masa depan. Dalam keadaan demikian, studi
komunikasi adalah studi organisasi. Manajemen dalam konfigurasi matriks dan kisi – kisi
adalah praktik komunikasi organisasi. Praktik – praktik organisasi masa kini menegaskan
prediksi teoritis terdahulu; fungsi pertama seorang eksekutif adalah menciptakan dan
memlihara suatu sistem komunikasi. Komunikasi sistem adalah organisasi, komunikasi
organisasi adalah teori Buck Rogers mengenai organisasi.
5. Teori Mutakhir
Konsep Organisasi
Weick (1979) menyatakan bahwa “kata organisasi adalah kata benda, kata ini juga
merupakan suatu mitos. Bila anda mencari organisasi, anda tidak akan menemukannya. Yang
akan anda temukan adalah sejumlah peristiwa yang terjalin bersama – sama, yang
berlangsung dalam kawasan nyata; urutan – urutan peristiwa tersebut, jalur – jalurnya, dan
pengaturan temponya, merupakan bentuk – bentuk yang seringkali kita nyatakan secara tidak
tepat bila kita membicarakan organisasi. Fokusnya jelas yaitu pengorganisasian alih – alih
organisasi. Proses pengorganisasian menghasilkan apa yang dinamakan organisasi.
Organisasi adalah suatu sistem yang menyusaikan dan menopang dirinya dengan mengurangi
ketidakpastian yang dihadapinya. Ini merupakan suatu sistem mengenai “perilaku – perilaku
yang bertautan”, dan ini merupakan kunci bagi berfungsinya organisasi tersebut.
Pengorganisasian terdiri dari penyesuaian dengan suatu lingkungan yang diperankan, yaitu
lingkungan yang terbentuk oleh tindakan – tindakan para aktor manusia yang paling
bergantung (Weick, 1969:27). Weick (1979) mendifinisikan pengorganisasian “sebagai suatu
gramatika yang disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakjelasan dengan
menggunakan perilaku – perilaku bijaksana yang saling bertautan. Pengesahan secara
mufakat berarti realitas organisasi muncul dari pengalaman yang dijalani bersama dan
disahkan oleh orang lain melalui sistem – sistem lambang. Gramatika berarti sejumlah aturan,
konvensi, dan praktik organisasi yang membantu orang – orang melaksanakan tugas mereka
dan menjadi dasar untuk menasirkan apa yang telah dilaksanakan. Ketidakjelasan berarti
tingkat ketidakpastian yang dihadapi para anggota organisasi. Pengorganisasian membantu
mengurangi ketidakpastian tentang informasi yang diperolah para anggota organisasi
ketika mereka mencoba membuat keputusan untuk keselamatan dan keberhasilan organisasi.
Proses Pengorganisasian
Weick (1979) menyebutkan tiga tahap utama dalam proses pengorganisasian, yaitu:
Tahap pemeranan secara sederhana berarti para anggota organisasi menciptakan ulang
lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu
peristiwa.
Tahap seleksi, aturan – aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan
dan merundingkan makna khusus bagi suatu peritiwa.
Tahap retensi memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara
berorganisasi tersebut memberi respon atas berbagai situasi.
Sifat Organisasi/Manusia
Weick menyatakan bahwa organisasi tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan mereka,
tetapi organisasi menciptakan lingkungan tersebut. Proses – proses kreatif/adaptasi dalam
aturan – aturan dan siklus komunikasi menghasilkan konsep akhir yang sama. Karakter
sistemik suatu organisasi merupakan suatu karakter yang diurutkan secara cermat dan
memungkinkan setiap unit terikat erat dengan sesamanya, sistem semacam ini disebut
terangkai erat. Rangkaian – rangkaian ini merujuk kepada proses – proses yang
mempengaruhi perilaku bersama komponen – komponen organisasi.
Weick (1985) menyatakan bahwa dalam diskusi – diskusi mutakhir mengenai organisasi,
realitas dipandang:
Organisasi dapat berupa anarki, tetapi anarki yang diorganisasikan. Organisasi dapat berupa
rangkaian longgar, tetapi rangkaian longgar ini ada dalam suatu sistem. Organisasi dapat
melakukan pengambilan keputusan sembarangan, tetapi berdasarkan batas – batas yang
membentuk suatu struktur (Weick, 1985).
Sackmann (1991) menyatakan bahwa nilai konsep budaya organisasi bagi para peneliti dan
para praktisi lebih bergantung pada penelitian empiris yang dilakukan daripada atas pendapat
– pendapat yang diperdebatkan. Langkah – langkah ke arah kritik dan perbaikan lebih
meningkatkan konsep budaya organisasi daripada sebagai tanda kehancurannya. Bila suatu
organisasi memiliki suatu budaya dan ketahanannya bergantung pada kemampuannya untuk
berubah, maka pertanyaan mengenai bagaimana mengubah budaya merupakan hal yang
kritis. Gagasan mengenai perubahan budaya juga memberi dorongan pada penelitian tentang
simbolisme organisasi dan maknanya.
Smiricich dan Calas (1987) menyatakan bahwa budaya dapat diuji sebagai sebuah variabel
atau suatu metafora dasar. Bila dipandang sebagai suatu variabel eksternal, budaya adalah
sesuatu yang dibawa masuk ke dalam organisasi, sedangkan bila dipandang dari sudut
internal, penekanannya diletakkan pada wujud – wujud budaya (ritual, kisah – kisah) yang
dikembangkan dalam organisasi. Setiap organisasi memiliki satu budaya atau lebih yang
memuat perilaku – perilaku yang diharapkan, tertulis atau tidak tertulis.
Implisit dalam konsep budaya adalah suatu apresiasi tentang cara organisasi dibentuk oleh
perangkat – perangkat khas nilai, ritus, dan kepribadian. Louis (1985) menyatakan bahwa
budaya suatu kelompok dapat digolongkan sebagai seperangkat pemahaman atau makna yang
dimiliki bersama oleh sekelompok orang. Smirch berpendapat bahwa budaya bukan sekedar
sesuatu yang dimiliki organisasi, tetapi juga sesuatu yang merupakan proses pemahaman
organisasi
Peranan komunikasi dalam budaya organisasi dapat dilihat secara berlainan bergantung pada
bagaimana budaya dikonsepsikan. Kita perlu mengetahui dan mampu menasirkan bagaimana
organisasi menggunakan bahasa, mereka yang terlibat dalam perubahan organisasi pasti harus
mengenali dan berurusan dengan budaya organisasi. Dari pandangan tradisional, suatu
organisasi tertentu mungkin tampak tidak rasional dan tidak terorganisasi, tetapi organisasi
ini mungkin telah membentuk suatu budaya yang bermanfaat bagi organisasinya. Bahkan
komunikasi yang tampak sembarangan, bertentangan, dan konyol dapat menjalankan fungsi –
fungsi pentingnya bagi para anggota sebuah organisasi
Dari semua isu dalam bidang komunikasi, manajemen, dan kepemimpinan, barangkali isu
paling populer adalah motivasi. Motivasi, merupakan faktor – X dalam efisiensi (faktor yang
menjelaskan kesedian anggota organisasi untuk mencurahkan energi yang berbeda bagi
pekerjaan mereka, prinsip direksi usaha pekerja), dapat dijelaskan dengan berbagai cara.
Terdapat lima teori motivasi yang mengasumsikan bahwa orang lebih bersedia bertindak
ketika mereka mempunyai kekurangan dalam kebutuhan mereka. Sebagian berpendapat
bahwa suatu kebutuhan yang terpenuhi bukanlah suatu motivator. Adapun teori – teori
tersebut akan dijabarkan di bawah ini ;
1. Teori Maslow (1943), teori yang membahas mengenai hierarki kebutuhan
mengasumsikan lima kebutuhan internal yang diurutkan berdasarkan kepentingannya
(prepotensi). Maka, kebutuhan fisiologi merupakan dasar tindakan hingga kebutuhan
tersebut terpenuhi, pada saat mana kebutuhan akan keselamatan – keamanan
berfungsi sebagai dasar tindakan. Ketika kebutuhan itu terpenuhi, kebutuhan akan
rasa memiliki dan penghargaan mendorong tindakan, dan setelah kebutuhan itu
terpenuhi, kebutuhan akan aktualisasi diri mulai dirasakan.
2. Teori ERG Alderfer (1972), teori ini membahas mengenai motivasi merangkum suatu
rentang kebutuhan yang serupa dengan yang diungkapkan Maslow, namun
mengabaikan gagasan tentang hierarki dan berpendapat bahwa suatu kebutuhan yang
terpenuhi dapat terus berlangsung memotivasi tindakan, dan beberpa kebutuhan
seperti pertumbuhan; cenderung menjadi lebih intens ketika telah terpenuhi. Menurut
teori Alderfer, kepuasan karena telah terpenuhinya kebutuhan dapat merupakan dasar
bagi motivasi yang meningkat.
3. Teori kepuasan-ketidakpuasan Herzber (1966), teori ini mengasumsikan dua
perangkat kebutuhan, yang menyangkut kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah motivator primer, dan menurut teorinya, itu berkaitan dengan
pekerjaan itu sendiri. Sebaliknya, ketidakpuasan pada dasarnya berkaitan dengan
memuaskan anggota organisasi dan menjaga mereka tetap dalam organisasi, dan itu
berkaitan dengan lingkungan.
4. Teori harapan Vroom (1964), teori ini menyarankan bahwa anggota organisasi akan
termotivasi bila mereka percaya bahwa tindakan merka akan menghasilkan hasil yang
dinginkan, bahwa hasil mempunyai nilai positif bagi mereka, dan bahwa usaha yang
mereka mau curahkan akan mencapai hasil.
5. Teori persepsi Pace (1993), teori ini menjelaskan motivasi dalam arti bagaimana
anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. Empat potensialitas
disebutkan: seberapa baik harapan terpenuhi, peluang apa yang tersedia, seberapa
banyak pemenuhan yang terjadi, dan seberapa baik peranan – peranan organisasi yang
bermanfaat dilaksanakan. Keputusan untuk mencurahkan energi guna mencapai
tujuan organisasi merupakan suatu fungsi kombinasi persepsi atas keempat
potensialitas tersebut.
Perbedaan penting antara organisasi yang efisiensi – X dan yang inefisiensi – X terletak pada
prinsip kebijaksanaan usaha pekerja yang mengatakan bahwa kinerja pegawai bergantung
pada seberapa baik mereka termotivasi, sedangkan teori ekonomi tradisional mengasumsikan
bahwa usaha kerja adalah tetap.
Kovach (1980) menyatakan bahwa sikap pegawai dan faktor sebenarnya yang memotivasi
pegawai berubah lebih cepat daripada kecepatan perubahan pengetahuan penyelia mengenai
apa yang memotivasi pekerja. Motivasi seseorang yang merupakan usaha yang diarahkan
terhadap suatu tujuan dengan adanya suatu fungsi harapan bahwa suatu investasi energi
tertentu akan menghasilkan pencapaian tujuan tertentu.
Ringkasan Buku Kedua
MEMAHAMI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia dan suatu topic yang amat sering
diperbincangakan sehingga kata kominikasi itu sendiri memilki arti beragam.
Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah sekumpulan ilmu
pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah
teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.
Dalam pembahasan mengenai teori organisasi, mencakup masalah teori-teori
organisasi yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan perkembangannya hingga
sekarang. Yaitu meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori
organisasi modern.
B.TEORI KLASIK
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga teori tradisional, yang
berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai dari tahun seribu delapan ratusan(abad 19)
yang mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-
tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi
bila orang-orang bekerja sama.
Dalam teori ini, organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik
sebagai sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk
mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreativitas. Ada beberapa teori yang
termasuk dalam teori klasik yaitu :
1.Organisasi Sosial
istilah organisasi sosial merujuk pada pola-pola interkasi sosial (frekuensi dan lamanya
kontak antara orang-orang; kecendrungan mengawali kontak; arah pengaruh orang-orang;
derajat kerja sama; perasaan tertarik, hormat dan permusuhan; dan pebedaan status.
2. Organisasi Formal
organisasi formal ini dirancang untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan banyak individu
dan untuk memberi rangsangan kepada orang-orang lainnya untuk membantu mereka.
3.Komunikasi Jabatan Dan Hubungan Non-Formal
Redfield (1953) sebagai mana yang dikutip oleh Pace dan faules mengemukakan bahwa ciri-
ciri organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi jabatan.
Hubungan dibentuk antara jabatan-jabatan, bukan orang-orang, karena keseluruhan organisasi
terdiri dari jaringan jabatan.
4. Manajemen Ilmiah
Frederick W.Taylor melakukan pendekatan terhadap manajemen dilakukan disekitar empat
unsur kunci yang dianalisis menggunakan analisis sofer yaitu :
a) Pembagian kerja, menyangkut sebagaimana tugas kewajiban dan pekerjaan organisasi
didistribusikan.
b) Proses skalar dan fungsional, dalam hal ini berkaitan dengan pertumbuhan vertikal
dan horizontal organisasi.
c) Struktur tinggi dan struktur datar, struktur tinggi atau vertikal dan struktur datar atau
horizontal yang dimana tinggi atau datarnya suatu organisasi ditentukan oleh
perbedaan dalam jumlah tingkat kewenagan dan variasi dalam rentang pengawasan
pada setiap tingkat
d) Tentang pengawasan, dalam hal ini menunjukkan jumlah bawahan yang berada
dibawah pengawasan seorang atasan.
5.Manajemen Administrasi
Menurut Hendri Fayol adalah salah satu kontributor paling berpengaruh dalam konsep
manajemen atau ilmu administrasi modren karna itu dikenal sebagai “Father Of Modern
Management”. Peninggalan Fayol yang paling terkenal adalah tenytang lima fungsi utama
manajemen yaitu, planing, organizing, command, coordination, dan control.
6.teori birokrasi
Birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya secara
bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Weber memandang birokrasi sebagai
arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang rasional. Weber berpendapat bahwa
tidak mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab
yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang
penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi
negara tertentu. Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita
mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara
kondisi organisasi tertentu dengan lainnya.
Menurut weber, proses semacam ini bukan menunjukkan objektivitas dari esensi
birokrasi, dan bukan pula mampu menghasilkan suatu deskripsi yang benar dari konsep
birokrasi secara keseluruhan, tetapi hanya sebagai suatu konstruksi yang bisa menjawab suatu
masalah tertentu pada kondisi waktu dan tempat tertentu.
Menurut weber tpe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara
sebagai berikut :
1. Pejabat secara rasional bebas, tetapi dibatasi oleh jabatannya
2. Jabatan disusun oleh tingkat hierarki dari atas ke bawah dan kesamping dengan
konsekuensinya berupa perbedaan kekuasaan.
3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu
sama lain.
KOMUNIKASI DAN STRUKTUR ORGANISASI
2. Ukuran Organisasi
Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi secara
signifikan memengaruhi strukturnya. Sebagai contoh, organisasi-organisasi besar yang
mempekerjakan 2.000 orang atau lebih cenderung memiliki banyak spesialisasi,
departementalisasi, tingkatan vertikal, serta aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil.
Namun, hubungan itu tidak bersifat linier. Alih-alih, ukuran memengaruhi struktur dengan
kadar yang semakin menurun. Dampak ukuran menjadi kurang penting saat organisasi
meluas.
3. Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output.
Setiap organisasi paling tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya
finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
4.Lingkungan
Lingkungan sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di
luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini
biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-
kelompok tekanan publik, dan sebagainya.
Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah.
Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di
lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan
teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok
tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain
menghadapi lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah dan
memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku,
preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara
signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer
dibanding lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi
keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan menocba meminimalkannya. Salah satu cara
untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.
A. Motivasi
1. Pengertian Motif dan Motivasi
Kata motivasi berasal dari kata latin yakni “motive” yang berarti dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang terdapat dalam dalam diri organisme itu bertindak atau
berbuat. Selanjutnya diserap dalam bahasa inggris motivation yang berarti pemberian motif,
penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaaan yang menimbulkan
dorongan.
W.H. Haynes dan J.L Massie dalam Manullang (2001:165) mengatakan “motive a
something within the individual which incities him to action”. Cut Zurnali mengutip pendapat
Fremount E. Kast dan Jmes E. Resonzweig (1970) yang mendefinisikan motive sebagai:
Motif adalah apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sebuah tindakan atau
setidaknya mengarahkan manusia keperilaku tertentu. Dorongan ini bisa berasal dari faktor
luar dan dapat juga lahir dari dalam diri manusia tersebut.
Wiliam G. Scoott (1962:82) juga menerangkan tentang apa itu motif, pengertian motif
yang diutarakanoleh wiliam tersebut adalah sebagai berikut: motif adlah kebutuhan atau
tujuan yang belum terpenuhi atau terpuaskan yang kemudian mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu tersebut.
Sementara itu, William B. Werther and keiith Davis, (1996:500) mengemukan lagi
pengertian motif yaitu: Motivasi adalah suatu permasalahan yang kompleks. Karena
didalamnya menyangkut hal-hal yang meliputi perasaan, pikiran dan pengalaman dari
masing-masing individu, yang dipengaruhi hubungan baik dari dalam organisasi maupun dari
luar organisasi. Oleh karenanya memberikan pendekatan motivasi secara individual untuk
bekerja di setiap situasi tidaklah realistis.
Bab III
Kelebihan:
Buku ini menyajikan materi komunikasi organisasi dengan baik dan dijelaskan secara runtut
sehingga memudahklan pembaca untuk mengikuti penjelasannya. Buku ini dilengkapi indeks
yang membantu pembaca ketika menemukan kata kata atau istilah yang sulit.
Kekurangan:
Kekurangan buku ini adalah pada bagian cover yang tidak menarik sehingga membuat
pembaca tidak tertarik. Dan kualoitas kertas pada buku ini kurang bagus karena
menggunakan kertas buram yang kasar saat dibolak balik. Tulisan font terlalu besar sehingga
membuat pembaca lebih cepat membalik halaman selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasanterdapat benang merah yang bisa diangkat mengenal
komunikasi dalam organisasi pendidikan sebagai berikut:
1.Studi dan pembahasan Perilaku Organisasi mem-punyai tujuan praktis untuk
mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha-usaha
pencapaian tujuan organisasi.
2.Studi dan pembahasanPerilaku Organisasi lebih menekankan pada orientasi
keseimbangan yang tepat agar manusia tidak memiliki sifat, tabiat dan tingkah laku yang
egosentris dalam organisasi, namun dapat berperilaku organisasional di mana adanya
keserasian antara pencapaian tujuan pribadi dengan tujuanorganisasi.
3.Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupanmanusia karenakomunikasi
memiliki kemampuan menjembatani seluruh kepentingan manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai bagian dari komunitasnya. Seluruh interaksimanusia dengan
lingkungannya meng-gunakan jasa komunikasi.
4.Komunikasi sebagai bagian dari sistem kehidupan manusia, dapat dijadikan sarana
untuk mengemukakan berbagai ide atau gagasan agar personildapat memahami
melaksanakan berbagai kegiatan organisasi, sehingga akan mampu menciptakan dan
mengembangkan
B. Saran
mungkin akan jauh lebih baik apabila menggunakan kata-kata yang sederhana mungkin guna
mencapai pemahaman yng lebih. Dan menambahkan rangkuman di setiap pembahasan agar
dapat pemahaman yang lebih.