Anda di halaman 1dari 9

RESUME INDIVIDU

Mata Kuliah : Perundang-undangan K3 Nama Mahasiswa : Abdul Aziz Maulana

Sesi : 2 NIM : 11161010000101

Topik : Pelaksana K3 di Indonesia Hari/Tanggal : Selasa,11 September 2018

1. Pegawai Pengawas
a. Wewenang Pegawai Pengawas
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor: PER.03/MEN/1978 pasal
4 dijelaskan bahwa wewenang yang didapatkan sebagai pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan
kerja yaitu:
a. mendapatkan hak untuk memasuki semua tempat kerja yang ada di perusahaan tersebut
b. meminta keterangan baik secara tertulis maupun lisan kepada pihak pengusaha, pengurus dan
tenaga kerja syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
c. memerintahkan kepada pihak pengusaha, pengurus dan tenaga kerja agar melaksanakan syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
d. Pegawai pengawas juga berhak mengawasi langsung undang-undang keselamatan kerja
beserta peraturan pelaksanaannya termasuk:
1) keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat serta peralatan lainnya, bahan-bahan
dan sebagainya
2) lingkungan kerja
3) sifat pekerjaan
4) cara kerja
5) proses produksi
e. memerintahkan kepada pengusaha/pengurus untuk memperbaiki, merubah dan atau mengganti
apabila terdapat kekurangan, kesalahan dalam melaksanakan persyaratan K3.
f. melarang penggunaan pesawat-pesawat, alat-alat mapun proses produksi yang membahayakan
Dan yang terakhir
g. pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk melakukan pengusutan
terhadap pelanggaran kententuan-ketentuan peraturan perundang-undangan keselamatan kerja.

b. Kewajiban Pegawai Pengawas


Dalam pasal 4 juga dijelaskan Pegawai pengawas K3 berkewajiban:
a. untuk mengadakan pemeriksaan disemua tempat kerja,
b. menelaah dan meneliti segala perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja
c. memberikan petunjuk dan penerangan kepada pengusaha, pengurus dan tenaga kerja atas
segala persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja,
d. memberikan laporan kepada Direktur mengenai hasil segala kegiatan yang diwajibkan tersebut
diatas menurut garis hirarki Departemen Tenaga Kerja Transkop,
e. dan merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan yang dapat berhubungan
dengan jabatannya.
2. Ahli K3
a. Persyaratan Menjadi Ahli K3
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 03/MEN/1992 pasal 3 diberitahukan untuk dapat
ditunjuk sebagai ahli K3 harus memenuhi persyaratan minimal Sarjana dengan pengalaman sekurang-
kurangnya 2 tahun atau Sarjana Muda dengan pengalamanan sekurang-kurangnya 4 tahun, serta
berbadan sehat, berkelakuan baik, bekerja penuh di instansi yang bersangkutan, dan lulus seleksi dari
tim penilai.
b. Masa berlaku penunjukan Ahli K3
Dalam pasal 7 diundang-undang yang sama dijelaskan penunjukan ahli K3 berlaku untuk jangka waktu
3 (tiga) tahun saja dan setelah itu dapat memperpanjang dengan memintakan kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
c. Penunjukan Ahli K3 tidak berlaku bila
1. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain
2. Mengundurkan diri
3. Meninggal dunia
d. Penunjukaan Ahli K3 dicabut bila
1. Tidak memenuhi Peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan berbahaya
3. Dengan sengaja dan atau karena kehilafannya menyebabkan terbukanya suatu rahasia
perusahaan/instansi yang karena jabatannya wajib untuk dirahasiakan.
e. Wewenang dan Kewajiban Ahli K3
Dalam pasal 10, seorang ahli K3 berwenang untuk:
1. memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan
2. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukannya
3. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi, dan memberikan persyaratan
serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:
1) Keadaan dan asilitas tenaga kerja
2) Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya
3) Penaganan bahan-bahan
4) Proses produksi
5) Sifat pekerjaan
6) Cara kerja
7) Lingkungan kerja
Dalam pasal 9, seorang ahli K3 berkewajiban:
1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya.
2. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga)
bulan, kecuali ditentukan lain.
2) Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai melakukan
kegiatannya.
3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya.

Tolong dibuat komparasi wewenang dan kewajiban antara pegawai pengawas dan ahli K3

a. Perbandingan Wewenang Pegawai Pengawas dan Ahli K3


Perbandingan wewenang pegawai pengawas dan ahli K3 dapat dilihat dari hak yang didapat. Pegawai
Pengawas dapat memasuki semua tempat kerja sedangkan untuk ahli K3 hanya bisa masuk ke ruangan
yang sudah ditetapkan, pegawai pengawas mempunyai hak untuk mengawasi langsung keselamatan
kerja dan melarang bila dapat membahayakan sedangkan ahli K3 Memonitor, memeriksa, menguji,
menganalisa, mengevaluasi, dan memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan
kerja
b. Perbandingan Kewajiban Pegawai Pengawas dan Ahli K3
Kewajiban pegawai pengawas dapat melakukan pemeriksaan disemua tempat kerja sedangkan untuk
ahli K3 hanya membantu mengawasi tempat kerja yang sudah ditentukan, pegawai pengawas juga
memberikan laporan keselamatan dan kesehatan kerja kepada Direktur sedangkan ahli K3
memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Penjabat.

3. Dokter Perusahaan
a. Definisi Dokter Perusahaan
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor PER/01/MEN/1976
pasal 2 yang dimaksud dengan dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di
perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung jawab atas Hygiene Perusahaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

4. Paramedis Perusahaan
a. Definisi Paramedis Perusahaan
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1979 pasal 2 yang
dimaksud tenaga Para Medis ialah tenaga Para Medis yang ditunjuk atau ditugaskan untuk
melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselarnatan Kerja diperusahaan atas petunjuk dan bimbingan dokter perusahaan.

5. Dokter Penasehat
a. Persyaratan Menjadi Dokter Penasehat
Dalam peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2015 BAB II pasal 2 persyaratan yang
harus dipenuhi untuk dapat diangkat menjadi Dokter Penasehat yaitu:
1) Warga Negara Indonesia
2) PNS dengan pangkat/golongan paling rendah penata (III/c)
3) Berbadan sehat
4) Dokter umum atau dokter spesialis
5) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku
6) Tidak bekerja sebagai dokter perusahaan
7) Memiliki keahlian di bidang hiperkes atau kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, dan
8) Mendapatkan persetujuan dari pimpinan tempat yang bersangkutan bekerja
b. Masa berlaku penunjukan Dokter Penasehat
Masa berlaku penunjukkan Dokter Penasehat paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
c. Tugas dan Fungsi Dokter Penasehat
Dalam pasal 7 pada undang-undang yang sama, dijelaskan Dokter Penasehat mempunyai tugas:
1) Melakukan pemeriksaan data medis, data terkait lainnya, dan bila dipandang perlu melakukan
pemeriksaan ulang kepada pekerja
2) Memberikan pertimbangan medis besarnya persentase cacat akibat Kecelakaan Kerja, baik
Cacat Total Tetap, Cacat Sebagian Fungsi, dan Cacat Sebagian Anatomis
3) Memberikan pertimbangan medis kepada Menteri mengenai besarnya persentase cacat akibat
Kecelakaan Kerja dan atau Penyakit Akibat Kerja
4) Melakukan konsultasi dengan Dokter Pemeriksa dan/atau Dokter Spesialis bila terdapat
keraguan dalam menetapkan Penuakit Akibat Kerja atau persentase cacat akibat Kecelakaan
Kerja
5) Memberikan rekomendasi untuk memperoleh program kembali kerja (Return To Work) bagi
pekerja yang mengalami cacat atau berkurangnya kemampuan bekerja akibat Kecelakaan
Kerja atau Penyakit Akibat Kerja
Sedangkan fungsi Dokter Penasehat yaitu memberikan pertimbangan medis kepada Pengawas
Ketenagakerjaan, dan/atau Menteri dalam penentuan persentase kecacatan, diagnosis Penyakit Akibat
Kerja, dan menentukan Cacat Total Tetap serta memberikan rekomendasi program kembali kerja
(Return to Work)

6. P2K3
a. Definisi P2K3
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.04/MEN/1987 Pasal 1 dijelaskan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang biasa disebut P2K3 adalah badan pembantu di tempa kerja
yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengebangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Kriteria tempat kerja yang harus memiliki P2K3
Dipasal 2 ayat 2 dijelaskan kriteria tempat kerja yang harus memilik P2K3 yaitu tempat kerja dimana
pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih, atau tempat kerja dimana pengusaha
atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses dan
instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyimaran radioaktif.
c. Kepengurusan P2K3
Dalam pasal 3 dijelaskan kepengurusan P2K3 terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota, Dimana
sekretaris P2K3 merupakan ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan
d. Tugas dan Fungsi P2K3
Dipasal 4 dijelaskan tugas P2K3 yaitu memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Sedangkan fungsi P2K3 yaitu
1) Menghimpun dan megolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
2) Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
a) Berbagai factor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
penangggulanagannya
b) Factor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
c) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya
3) Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
a) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
b) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
c) Mengembangkan system pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja
d) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil
langkah-langkah yang diperlukan
e) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, hygiene
perusahaan, kesehatan kerja, dan ergonomic
f) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di
perusahaan
g) Memeriksa kelengkpana peralatan keselamatan kerja
h) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
i) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan
j) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, hyiene perusahaan dan kesehatan
kerja
4) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja
dalam rangka upaya meningkatkan Keselamatan kerja, Hygiene perusahaan, Kesehatan Kerja,
Ergonomi, dan gizi tenaga kerja
7. Dewan K3
a. Definisi DK3N dan DK3P
Dalam peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2016 pasal 1 dijelaskan Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional atau biasanya disebut DK3N merupakan dewan yang
bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja di tingkat nasioonal. Sedangkan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Provinsi atau bisa
disebut DK3P adalah dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada gubernur di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja di tingkat provinsi.
b. DK3N dan DK3P dibentuk oleh
Dipasal 2 dijelaskan DK3N dibentuk oleh Menteri. Sedangkan pada pasal 10 dijelaskan DK3P dapat
dibentuk oleh Gubernur sesuai dengan kebutuhan.
c. Unsur-Unsur yang ada di DK3N dan DK3P
Pada pasal 4 dijelaskan unsur-unsur keanggotaan DK3N terdiri dari Pemerintah, Serikat
Pekerja/Buruh, Organisasi Pengusaha, Organisasi profesi di bidang K3, dan/atau akademis.
Sedangkan pada pasal 12 susunan keanggotaan DK3P terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan
Komisi. Ketua dimaksud yaitu Kepala Dinas Provinsi secar ex officio, Wakil Ketua yang berasal dari
unsur di luar pemerintah, Sekretaris yang berasal dari unsur pemerintah yang membidangi pengawasan
ketenagakerjaan pada Dinas Provinsi, dan Komisi yang berasal dari unsur pemerintah, serikat
pekerja/buruh, organisasi pengusaha, organisasi profesi di bidang K3, dan/atau akademis
d. Tugas DK3N dan DK3P
Dijelaskan dipasal 3 tugas DK3N yaitu memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri dalam
merumuskan kebijakan nasional di bidang K3. Sedangkan pada pasal 10 DK3P mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan kepada gubernur mengenai pelaksanaan kebijakan di bidang K3
di tingkat provinsi

Tolong dibuat komparasi tugas dan fungsi antara P2K3 dan DK3

a. Perbandingan Tugas P2K3, DK3N dan DK3P


Tugas P2K3, DK3N dan DK3P sebenarnya sama yaitu memberikan saran dan pertimbangan dalam
masalah keselamatan dan kesehatan kerja tetapi yang berbeda hanya pada atasannya. P2K3
memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha atau pengurus tempat kerja, DK3N
memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri, dan DK3P memberikan saran dan pertimbangan
kepada gubernur.
b. Perbandingan Fungsi P2K3, DK3N dan DK3P
Perbandingan fungsi P2K3, DK3N dan DK3P terlatak di tingkatan. P2K3 menghimpun dan mengolah
data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, DK3P menghimpun dan mengolah data
keselamatan dan kesehatan kerja ditingkat provinsi yang akan diberikan kepada gubernur, dan DK3N
menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tingkat nasional yang
akan diberikan kepada Menteri
REFERENSI RUJUKAN

Pegawai Pengawas

1. Permenakertrans No. Per.03/MEN/1978 tentang Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban Pegawai
Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
Ahli K3

2. Permenaker No PER-02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan kerja
3. Kep-Dirjen Binawas Naker dan K3 No. Kep 69/PPK&K3/XII/2015 tentang Pedoman Pembinaan Calon
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Umum
Dokter dan Paramedis

4. Permenakertranskop Nomor : PER.01/MEN1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter


Perusahaan
5. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1979 Tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.
Dokter Penasehat

6. Permenaker No. 28 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Dokter Penasehat
P2K3

7. Permenaker No PER-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Tata
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Dewan K3

8. Permenaker No. 18 Tahun 2016 tentang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai