NIM : 11161010000038
RESUME SESI – 4
PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
a. Pemeriksaan Kesehatan
Permenakertrans No. Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
Keputusan Dirjenbinawasnaker No Kep.22/DJPPK/V/2008 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
dengan lebih menitik beratkan pada upaya kesehatan pencegahan dan pembinaan/peningkatan
(promotif dan preventif)
b. Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja adalah dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja,
sedangkan tenaga pelaksananya dapat terdiri dari :
dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja (penanggung jawab merangkap pelaksana),
dokter perusahaan dan atau
paramedis perusahaan.
c. Teknis penyelenggaraan program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja mengacu pada prinsip-
prinsip :
Program/kegiatan kesehatan kerja berupa upaya kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu, dengan lebih menitik beratkan pada upaya kesehatan preventif dan promotif
tanpa mengurangi upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
Upaya kesehatan yang bersifat preventif dan promotif disesuaikan dengan hasil penilaian
risiko potensi bahaya yang ada di perusahaan.
Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif minimal berupa pelayanan
kesehatan kerja yang bersifat dasar yaitu :
a) pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
b) pengobatan (rawat jalan tingkat pertama)
Perencanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan kerja dibuat dengan skala
prioritas dan mempertimbangkan kondisi perusahaan, permasalahan kesehatan di
perusahaan maupun masalah kesehatan umum lainnya.
Program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja terutama ditujukan untuk pencegahan
penyakit akibat kerja (PAK), peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dan
peningkatan kapasitas kerja melaui program/kegiatan :
a) Pemeriksaaan kesehatan tenaga kerja;
b) Penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan status kesehatannya;
c) Promosi/peningkatan kesehatan tenaga kerja;
d) Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) melalui perbaikan lingkungan kerja (program
higiene industri);
e) Pencegahan PAK melalui perbaikan kondisi kerja (program ergonomi kerja);
f) P3K, medical emergency respon, pengobatan, rehabilitasi, rujukan kesehatan, pemberian
kompensasi akibat kecelakaan dan PAK.;
g) Pengembangan organisasi, program dan budaya kesehatan kerja.
d. Pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan kerja diintegrasikan/dikoordinasikan dengan
program Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta melibatkan ahli K3,
Ahli K3 Kimia, Hygienis Industri, petugas K3 dan personil K3 lainnya yang ada di perusahaan
yang bersangkutan.
sebagaimana tabel 2;
a. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif kecuali tindakan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dapat dilaksanakan di unit/lembaga pelayanan
kesehatan di luar perusahaan;
b. APD
Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
a) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
b) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang
disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
a) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang dan/atau
dimusnahkan.
b) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya, harus
dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
c) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara
pemusnahan.
E. Fungsi dan Jenis APD
No Jenis APD Fungsi Jenis*)
1 Alat Pelindung Kepala Alat pelindung Jenis alat pelindung kepala terdiri dari
kepala adalah alat helm pengaman (safety helmet), topi atau
pelindung yang tudung kepala, penutup atau pengaman
berfungsi untuk rambut, dan lain-lain.
melindungi kepala
dari benturan,
terantuk, kejatuhan
atau terpukul benda
tajam atau benda
keras yang melayang
atau meluncur di
udara, terpapar oleh
radiasi panas, api,
percikan bahan-
bahan kimia, jasad
renik (mikro
organisme) dan suhu
yang ekstrim.
2 Alat Pelindung Mata dan Alat pelindung mata Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri
Muka dan muka adalah alat dari kacamata pengaman (spectacles),
pelindung yang goggles, tameng muka (face shield),
berfungsi untuk masker selam, tameng muka dan
melindungi mata dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full
muka dari paparan face masker).
bahan kimia
berbahaya, paparan
partikel-partikel
yang melayang di
udara dan di badan
air, percikan benda-
benda kecil, panas,
atau uap panas,
radiasi gelombang
elektromagnetik
yang mengion
maupun yang tidak
mengion, pancaran
cahaya, benturan
atau pukulan benda
keras atau benda
tajam.
3 Alat Pelindung Telinga Alat pelindung Jenis alat pelindung telinga terdiri dari
telinga adalah alat sumbat telinga (ear plug) dan penutup
pelindung yang telinga (ear muff).
berfungsi untuk
melindungi alat
pendengaran
terhadap kebisingan
atau tekanan.
5 Alat Pelindung Tangan Pelindung tangan Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung
(sarung tangan) tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain
adalah alat kanvas, kain atau kain berpelapis, karet,
pelindung yang dan sarung tangan yang tahan bahan
berfungsi untuk kimia.
melindungi tangan
dan jari-jari tangan
dari pajanan api,
suhu panas, suhu
dingin, radiasi
elektromagnetik,
radiasi mengion,
arus listrik, bahan
kimia, benturan,
pukulan dan
tergores, terinfeksi
zat patogen (virus,
bakteri) dan jasad
renik.
6 Alat Pelindung Kaki Alat pelindung kaki Jenis Pelindung kaki berupa sepatu
berfungsi untuk keselamatan pada pekerjaan peleburan,
melindungi kaki dari pengecoran logam, industri, kontruksi
tertimpa atau bangunan, pekerjaan yang berpotensi
berbenturan dengan bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat
benda-benda berat, kerja yang basah atau licin, bahan kimia
tertusuk benda
tajam, terkena cairan dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang
panas atau dingin, dan lain-lain.
uap panas, terpajan
suhu yang ekstrim,
terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad
renik, tergelincir.
7 Pakaian Pelindung Pakaian pelindung Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi
berfungsi untuk (Vests), celemek (Apron/Coveralls),
melindungi badan Jacket, dan pakaian pelindung yang
sebagian atau menutupi sebagian atau seluruh bagian
seluruh bagian badan badan.
dari bahaya
temperatur panas
atau dingin yang
ekstrim, pajanan api
dan benda-benda
panas, percikan
bahan-bahan kimia,
cairan dan logam
panas, uap panas,
benturan (impact)
dengan mesin,
peralatan dan bahan,
tergores, radiasi,
binatang, mikro-
organisme patogen
dari manusia,
binatang, tumbuhan
dan lingkungan
seperti virus, bakteri
dan jamur.
8 Alat Pelindung Jatuh Alat pelindung jatuh Jenis alat pelindung jatuh perorangan
Perorangan perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh
berfungsi membatasi (harness), karabiner, tali koneksi
gerak pekerja agar (lanyard), tali pengaman (safety rope),
tidak masuk ke alat penjepit tali (rope clamp), alat
tempat yang penurun (decender), alat penahan jatuh
mempunyai potensi bergerak (mobile fall arrester), dan lain-
jatuh atau menjaga lain.
pekerja berada pada
posisi kerja yang
diinginkan dalam
keadaan miring
maupun tergantung
dan menahan serta
membatasi pekerja
jatuh sehingga tidak
membentur lantai
dasar.
Perusahaan dalam melaksanakan P3K di tempat kerja harus menyediakan petugas P3K dan
Fasilitas P3K.
A. Petugas P3K
a. Syarat untuk mendapatkan lisensi sebagai Petugas P3K di tempat kerja
Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
Sehat jasmani dan rohani;
Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K;
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar di bidang P3K di tempat kerja
yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.
b. Penentuan jumlah petugas P3K di tempat kerja
Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja,
dengan rasio sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
B. Fasilitas P3K
a. Fasilitas P3K terdiri dari
Ruang P3K;
Kotak P3K dan isi;
Alat evakuasi dan alat transportasi; dan
Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus
b. Persyaratan Ruang P3K
1. Lokasi ruang P3K :
Dekat dengan toilet/kamar mandi;
Dekat jalan keluar;
Mudah dijangkau dari area kerja; dan
Dekat dengan tempat parkir kendaraan.
2. Mempunyai luas minimal cukup unruk menampung satu tempat tidur pasien dan
masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas
P3K lainnya;
3. Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar
untuk memindahkan korban;
4. Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
5. Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
Wastafel dengan air mengalir;
Kertas tissue/lap;
Usungan/tandu;
Bidai/spalk;
Kotak P3K dan isi;
Tempat tidur dengan bantal dan selimut;
Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi roda;
Sabun dan sikat;
Pakaian bersih untuk penolong;
Tempat sampah;Kursi tunggu bila diperlukan.
c. Persyaratan Kotak P3K
1. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna hijau;
2. Isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini
dan tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
P3K di tempat kerja;
3. Penempatan kotak P3K :
Pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang
jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan;
Disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini;
Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih
masing-masng unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah
pekerja/buruh;
Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat,
maka masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai
jumlah pekerja/buruh.
d. Perhitungan Kebutuhan Petugas P3K dan Kotak P3K
Kebutuhan petugas P3K
e. HIV/AIDS
Keputusan Dirjenbinawasnaker No Kep.20/DJPPK/VI/2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
f. Pekerja Perempuan
Kepmenakertrans No. KEP 224/MEN/2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan
Pekerja/Buruh Perempuan antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00.
Permenkes No 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau
Memerah Air Susu Ibu.
Pengurus tempat kerja harus mendukung program ASI Eksklusif, yang dapat dilakukan
melalui:
No Bentuk dukungan Ketentuan
1 Penyediaan fasilitas khusus - Ruang ASI
untuk menyusui dan/atau
memerah ASI
2 Pemberian kesempatan a. tersedianya ruangan khusus dengan ukuran
kepada ibu yang bekerja minimal 3x4 m2 dan/atau disesuaikan
untuk memberikan ASI dengan jumlah pekerja perempuan yang
eksklusif kepada bayi dan sedang menyusui;
atau memerah ASI selama b. ada pintu yang dapat dikunci, yang mudah
waktu kerja di tempat kerja dibuka/ditutup;
c. lantai keramik/semen/karpet;
d. memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang
cukup;
e. bebas potensi bahaya di tempat kerja
termasuk bebas polusi;
f. lingkungan cukup tenang jauh dari
kebisingan;
g. penerangan dalam ruangan cukup dan tidak
menyilaukan;
h. kelembapan berkisar antara 30-50%,
maksimum 60%; dan
i. tersedia wastafel dengan air mengalir untuk
cuci tangan dan mencuci peralatan.
- Peralatan Ruang ASI
Peralatan menyimpan ASI
a. lemari pendingin (refrigerator) untuk
menyimpan ASI;
b. gel pendingin (ice pack);
c. tas untuk membawa ASI perahan (cooler
bag); dan
d. sterilizer botol ASI.
Peralatan pendukung lainnya
a. meja tulis;
b. kursi dengan sandaran untuk ibu memerah
ASI;
c. konseling menyusui kit yang terdiri dari
model payudara, boneka, cangkir minum
ASI, spuit 5cc, spuit 10 cc, dan spuit 20 cc;
d. media KIE tentang ASI dan inisiasi
menyusui dini yang terdiri dari poster, foto,
leaflet, booklet, dan buku konseling
menyusui);
e. lemari penyimpan alat;
f. dispenser dingin dan panas;
g. alat cuci botol;
h. tempat sampah dan penutup;
i. penyejuk ruangan (AC/Kipas angin);
j. nursing apron/kain pembatas/ pakai krey
untuk memerah ASI;
k. waslap untuk kompres payudara;
l. tisu/lap tangan; dan
m. bantal untuk menopang saat menyusui.