Anda di halaman 1dari 26

PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA

PADA SDM RUMAH SAKIT


http://www.free-powerpoint-templates-design.com
• Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan
pada SDM Rumah Sakit secara paripurna
PENGERTIAN
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
• Pelayanan Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pegawai di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, dan penempatan
serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan psikologisnya.
1. Kegiatan promotif merupakan peningkatan kesehatan serta
Jenis-jenis Kegiatan kemampuan fisik dan kondisi mental (rohani) SDM Rumah
Sakit, antara lain meliputi:
Pelayanan Kesehatan • Pemberian makanan tambahan dengan gizi yangmencukupi (extra
fooding) bagi petugas yang bekerja di area berisiko tinggi serta
Kerja : petugas yang dinas bergilir (sore, malam dan diluar hari kerja atau
libur).
• Pelaksanaan program kebugaran jasmani terprogram (pengukuran
kebugaran jasmani dan latihan fisik terprogram), senam kesehatan
dan rekreasi.
• Pembinaan mental/rohani.
• Pemenuhan gizi kerja dan ASI di Rumah Sakit, meliputi :
 Pengelolaan kantin bersih, sehat dan selamat/ hygiene sanitasi.
 Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan/hygiene
perorangan.
 Pemantauan status gizi dan konseling gizi.
 Tempat Penitipan Anak (TPA).
 Pengelolaan ASI di Rumah Sakit (penyediaan Ruang ASI,
Pemberian Makanan Tambahan-PMT, konseling dan Komunikasi
Informasi Edukasi-KIE tentang ASI).
2. Kegiatan preventif, antara lain meliputi: • Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi
pada SDM Rumah Sakit dan pekerja yang bekerja
pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya
(antara lain; thypoid, hepatitis, influenza dan
Ca.Cervix).
• Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai sebelum
bekerja, berkala dan khusus sesuai dengan risiko
pekerjaan. Langkah pemeriksaan kesehatan berkala
yang dilakukan berdasarkan risiko pekerjaannya,
meliputi;
 Identifikasi dan pemetaan populasi berisiko sesuai
potensi bahaya yang ada
 Menentukan jenis pemeriksaan kesehatan sesuai
dengan potensi bahaya tempat kerjanya
 Melakukan pemeriksaan kesehatan
 Menentukan kelaikan bekerja sesuai kondisi
kesehatan pegawai (fit to work)
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan
pegawai secara populasi untuk memberikan
rekomendasi program Kesehatan Kerja dan
perbaikan lingkungan kerja.
2. Kegiatan preventif, antara lain meliputi (Lanjutan) :
• Pelaksanaan program fit to work dalam rangka
penentuan jenis pekerjaan yang sesuai dengan
status kesehatan pekerja Rumah Sakit.
• Surveilans medik
 Menganalisis hasil pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, berkala dan khusus, data rawat jalan, data
rawat inap seluruh sumber daya manusia Rumah
Sakit.
 Memberikan rekomendasi dan tindak lanjut hasil
analisis.
• Surveilans lingkungan kerja
 Menilai, menganalisa dan mengevaluasi hasil
pengukuran lingkungan kerja
 Memberikan rekomendasi hasil evaluasi pengukuran
lingkungan kerja
• Memantau kesehatan SDM Rumah Sakit dan pekerja
yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung
potensi bahaya tinggi, sesuai dengan peraturan
perundangan.
3. Kegiatan kuratif, antara lain
meliputi:

• Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang
menderita sakit, melalui coverage insurance (BPJS Naker melalui Jaminan Kecelakaan Kerja
bagi Pegawai BLUD dan TASPEN bagi PNS)
• Melakukan diagnosis dan tatalaksana Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,
yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, selain risiko penyakit
3. Kegiatan kuratif, antara lain
meliputi (Lanjutan) :

• Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yaitu suatu kejadian atau peristiwa dengan unsur-
unsur tidak diduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja,
menimbulkan trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian disamping itu menimbulkan kerugian
dan/atau kerusakan properti.
• Penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis)
Kegiatan rehabilitatif, antara lain meliputi:
• Rehabilitasi medik
• Pelaksanaan program pendampingan
kembali bekerja (return to work) bagi
SDM Rumah Sakit yang mengalami
keterbatasan setelah mengalami sakit
lebih dari 2 minggu/KAK/PAK, yang
mana memerlukan rehabilitasi medik
dan/atau rehabilitasi okupasi/kerja.
JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PERLINDUNGAN / JAMINAN KECELAKAAN KERJA

Memberikan perlindungan atas risiko-risiko


kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
1. Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan), antara lain:
Penanganan, termasuk komorbiditas dan komplikasi
yang berhubungan dengan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja antara lain:
• pemeriksaan dasar dan penunjang;
• perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
• rawat inap dengan kelas ruang perawatan yang
setara dengan kelas I rumah sakit pemerintah;
• perawatan intensif (HCU, ICCU, ICU);
• penunjang diagnostic;
• pengobatan dengan obat generik (diutamakan)
dan/atau obat bermerk (paten)
• pelayanan khusus;
• alat kesehatan dan implant;
• jasa dokter/medis;
• operasi;
• transfusi darah (pelayanan darah); dan
• rehabilitasi medik.
1. Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan), antara lain
(Lanjutan) :  Pelayanan kesehatan diberikan tanpa
batasan plafon sepanjang sesuai
kebutuhan medis (medical need).
 Pelayanan kesehatan diberikan melalui
fasilitas kesehatan yang telah
bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan (trauma center BPJS
Ketenagakerjaan).
 Penggantian biaya (reimbursement) atas
perawatan dan pengobatan, hanya
berlaku untuk daerah remote area atau
didaerah yang tidak ada trauma center
BPJS. Ketenagakerjaan. Penggantian
biaya diberikan sesuai ketentuan yang
berlaku.
• Manfaat diberikan maksimal 1 Pelayanan Home
tahun dengan plafon biaya Care
maksimal Rp20.000.000,-.
Keterangan :
• Perawatan di rumah bagi
peserta yang tidak
memungkinkan melanjutkan
pengobatan ke rumah sakit.
• Dilaksanakan bekerjasama
dengan PLKK.
• Pemeriksaan diagnostik untuk Penunjang
penyelesaian Penyakit Akibat
Kerja guna memastikan proses
diagnostik PAK
penyembuhan kasus yang sudah
terbukti penyakit akibat kerja
dilakukan hingga tuntas
SANTUNAN Berbentuk Uang
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
1. Penggantian biaya
pengangkutan peserta yang
mengalami kecelakaan kerja/penyakit
Angkutan darat/sungai/danau diganti
akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau
maksimal Rp5.000.000,-- (lima juta
kerumahnya, termasuk biaya
pertolongan pertama pada kecelakaan,
01 rupiah).
meliputi :
Angkutan laut diganti maksimal
Rp2.000.000 (dua juta rupiah).
02
Angkutan udara diganti maksimal
Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
03
Jika menggunakan lebih dari 1 angkutan
maka berhak atas biaya paling banyak dari
04 masing-masing angkutan yang digunakan.
Biaya transportasi ke rumah
KETERANGAN :
01 sakit dan/atau ke rumahnya

Pertolongan pertama pada


02 kecelakaan

Biaya transportasi untuk rujukan ke


rumah sakit lain.
03
Biaya transportasi peserta yang mengikuti
program RTW menuju dan pulang dari fasilitas
04 pelayanan kesehatan dan balai latihan kerja.
Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB),
dengan perincian penggantian, sebagai berikut:

6 (enam) bulan ketiga dan


6 (enam) bulan pertama 6 (enam) bulan kedua bulan
seterusnya sebesar 50% dari
sebesar 100% dari upah kedua sebesar 100% dari
upah
upah
KETERANGAN :
 Dibayarkan kepada pemberi kerja
(sebagai pengganti upah yang
diberikan kepada tenaga kerja) selama
peserta tidak mampu bekerja sampai
peserta dinyatakan sembuh atau cacat
sebagian anatomis atau cacat sebagian
fungsi atau cacat total tetap atau
meninggal dunia berdasarkan surat
keterangan dokter yang merawat
dan/atau dokter penasehat.
Santunan Kecacatan :

Cacat Total Tetap = 70% x 80 x


Cacat Sebagian Anatomis Cacat Sebagian Fungsi =
upah sebulan.
sebesar = % sesuai tabel % berkurangnya fungsi x
x 80 x upah sebulan. % sesuai tabel x 80 x upah
sebulan.
KETERANGAN :
 Jenis dan besar persentase kecacatan
dinyatakan oleh dokter yang merawat
atau dokter penasehat yang ditunjuk oleh
Kementerian Ketenagakerjaan RI,
setelah peserta selesai menjalani
perawatan dan pengobatan.
 Tabel kecacatan diatur dalam Lampiran
III Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian.
Program Kembali Bekerja (Return to Work)

Program Kembali Bekerja (Return to


Work) berupa pendampingan kepada
Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) peserta yang mengalami kecelakaan
dan/atau alat ganti (prothese) bagi kerja dan penyakit akibat kerja yang
Peserta yang anggota badannya hilang berpotensi mengalami kecacatan,
atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan mulai dari peserta masuk perawatan
Kerja untuk setiap kasus dengan di rumah sakit sampai peserta
patokan harga yang ditetapkan oleh tersebut dapat kembali bekerja.
Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum
Pemerintah ditambah 40% (empat puluh
persen) dari harga tersebut serta biaya
rehabilitasi medik.
Santunan Beasiswa

Diberikan bagi Diberikan


Diberikan Besaran manfaat
peserta yang berkala setiap
untuk 2 (dua) beasiswa JKK
mengalami tahun sesuai
orang anak sesuai dengan
cacat total dengan tingkat
peserta tingkat
tetap atau pendidikan anak pendidikan
meninggal peserta
dunia akibat
kecelakaan
kerja.
Besaran manfaat beasiswa JKK sesuai dengan tingkat pendidikan

TK sampai SD/sederajat sebesar


Pendidikan tinggi maksimal S1 atau
Rp1.500.000/orang/tahun, maksimal
pelatihan sebesar
Rp12.000.000/orang/tahun, maksimal 5 selama 8 tahun
tahun

4 1
SMA/sederajat sebesar
3 2 SMP/sederajat sebesar
Rp3.000.000/orang/tahun, maksimal 3 Rp2.000.000/orang/tahun, maksimal
tahun selama 3 tahun
Santunan kematian dan biaya pemakaman

Santunan berkala diberikan


Santunan Kematian Biaya Pemakaman sebesar
apabila peserta cacat total tetap
sebesar 60% x 80 x upah Rp10.000.000,-
atau meninggal dunia akibat
sebulan, minimal sebesar
kecelakaan kerja atau PAK
Rp20.000.000,-
sebesar Rp12.000.000,-
THANK YOU
Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan
atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena
itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
termasuk didalamnya Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Kerja bagi SDMnya yang dilaksanakan
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai