2431 4288 1 SM PDF
2431 4288 1 SM PDF
1 2009
*Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Institut Pertanian Bogor (IPB)
Komplek Kampus IPB, Dermaga, Bogor
**Jurusan Teknik Lingkungan, UNDIP Semarang
Komplek Kampus UNDIP, Tembalang, Semarang
Abstract
One of the industries that use hazardous and toxic (B3) on the production process is
leather tannery industry, with a compound chromium (Cr). Chromium in the compound,
including heavy metals that have a known toxicity of high power. Alkali compound is
Ca(OH)2, NaOH,and NaHCO3 the chemicals that can be used for processing liquid waste
leather tannery industry that contains chromium, which works to raise the pH and
precipitate chromium solution so produced chrome hidroksida in the form of chromium
(Cr(OH)3). Results of research it was found that the pH optimum for alkali compound at
each pH condition 8, the separation efficiency of 99.28% chromium compound using
alkali Ca (OH) 2 and NaOH, while the use of 98.50% NaHCO3. Alkali compound which
most effective review of technical aspects to a decrease in the concentration of chromium
in leather tannery wastewater is NaOH, because with a small dose is able to separate the
chromium in the wastewater with a high efficiency (99.28%), while the most economical
and is recommended for applications is in the Ca(OH)2.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dilambangkan dengan simbol “Cr”. Sebagai salah
Nomor. 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu satu unsur logam berat, kromium mempunyai
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, batas nomor atom (NA) 24 dan berat atom (BA) 51,996.
maksimal krom total (Cr) yang diperbolehkan Ion Cr pertama kali ditemukan oleh Vagueline
dibuang ke lingkungan adalah 2,0 mg/l 5). pada tahun 1797. Satu tahun setelah unsur ini
Secara teoritis pemisahan logam berat ditemukan, diperoleh cara untuk mendapatkan
bisa dilakukan dengan cara pengendapan ion Cr 1).
berbentuk hidroksida pada pH yang tepat, dan Logam Cr murni tidak pernah ditemukan
biasanya dalam kondisi basa. Untuk di alam. Logam ini ditemukan dalam bentuk
mendapatkan pH yang tepat digunakan senyawa persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-
alkali. Berbagai jenis senyawa alkali yang dapat unsur lainnya. Sebagai bahan mineral, Cr paling
digunakan dalam pengolahan limbah cair proses banyak ditemukan dalam bentuk chromite
penyamakan kulit antara lain, Ca(OH)2, Mg(OH)2, (FeO,Cr2O3). Kadang-kadang pada batuan
NaOH, dan NaHCO3. Senyawa alkali dapat mineral chromite juga ditemukan logam-logam
digunakan untuk proses pengendapan kromium Mg, Al, dan senyawa SiO3. Logam-logam dan
sebagai Cr(OH)3, karena senyawa alkali adalah senyawa silikat tersebut dalam mineral chromite
bersifat basa kuat bila bereaksi dengan air, dan bukanlah merupakan penyusun pada chromite
zat pereduksi yang sangat kuat, sehingga mudah melainkan berperan sebagai pengotor
kehilangan elektron 6). (impurities) 1).
Menurut Kenneth H. Lanoute dalam
Heavy Metal Removal (Dep. Perindustrian, 1987) 2.2. Sifat-sifat Kromium
menyatakan bahwa Cr(OH)3 mengendap
sempurna pada pH 7,5 – 8,0. Sedangkan Kromium mempunyai konfigurasi
menurut Benefield (1982) Cr(OH)3 adalah elektron 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 4s2, dan 3d4,
senyawa yang bersifat ampoter akan melarut sangat keras, mempunyai titik leleh dan didih
dengan minimum pada pH 7,5 – 10, dan tinggi di atas titik leleh dan titik didih unsur-unsur
kelarutan kromium melalui proses reduksi dan transisi deretan pertama lainnya. Bilangan
netralisasi mendekati 0 (nol) pada pH 8,5 – 9,0. oksidasi yang terpenting adalah +2, +3, dan + 6,
Kondisi optimal pengendapan Cr(OH)3 disebut terpenting karena reaksi dan senyawa
dipengaruhi oleh unsur-unsur lain yang terdapat kromium yang sering ditemukan hanya
dalam larutan 7). menyangkut kromium dengan bilangan oksidasi
Cr(OH)3 merupakan bentuk senyawa dari +2, +3, dan +6. Bilangan oksidasi +2, +3, dan +6
proses pengendapan Cr2O3 menggunakan adalah bilangan yang menyatakan sifat muatan
senyawa alkali yang dianggap sudah stabil dan spesi tersebut ketika terbentuk dari atom-
tidak menimbulkan bahaya terhadap lingkungan atomnya yang netral. Jika di dalam keadaan
dibandingkan dengan senyawa kromat (krom murni melarut dengan lambat sekali dalam asam
valensi 6). Krom valensi 3 dengan adanya encer membentuk garam kromium (II) 9).
oksidator tertentu dan kondisi lingkungan yang
memungkinkan akan teroksidasi menjadi krom 1) Kromium (+2)
valensi 6. Oleh karena itu untuk menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan dikemudian hari maka perlu Logam kromium biasanya melarut dalam
segera dilakukan penanganan lanjut terhadap asam klorida atau asam sulfat yang membentuk
endapan Cr(OH)3 ini 8). larutan (Cr(H2O)6)2+ dengan warna larutan biru
langit. Di dalam larutan air ion Cr2+ merupakan
1.2. Tujuan Penelitian reduktor yang kuat dan mudah dioksidasi di
udara menjadi senyawa Cr3+. Ion Cr2+ dapat juga
Tujuan penelitian adalah : untuk bereaksi dengan H+ dan dengan air jika terdapat
mengetahui efesiensi penurunan kadar kromium katalis berupa serbuk logam.
(Cr) total menggunakan senyawa alkali Ca(OH)2,,
NaHCO3, dan NaOH dalam limbah cair industri 2) Kromium (+3)
penyamakan kulit.
Senyawa kromium 3+ adalah ion yang
2. KAJIAN PUSTAKA paling stabil diantara kation logam transisi yang
mempunyai bilangan oksidasi +3. Kompleks Cr3+
2.1. Kromium (Cr) umumnya berwarna hijau dan dapat berupa
kompleks anion atau kation. Larutan yang
Salah satu logam yang termasuk dalam mengandung Cr3+ (Cr(H2O)6)+3 berwarna ungu,
golongan transisi adalah kromium. Kata kromium apabila dipanaskan menjadi hijau.
berasal dari bahasa Yunani (= Chroma) yang
berarti warna. Dalam struktur kimia, kromium
42
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
3) Kromium (+6) melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Masuknya Cr secara alamiah dapat
Kromium (VI) oksida (CrO3) bersifat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor fisika,
asam sehingga dapat bereaksi dengan basa seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada
membentuk kromat. Jika larutan ion kromat batuan mineral. Masuknya Cr yang terjadi secara
diasamkan akan dihasilkan ion dikromat yang non alamiah lebih merupakan dampak atau efek
berwarna jingga. Dalam larutan asam, ion kromat dari aktivitas yang dilakukan manusia 1).
atau ion dikromat adalah oksidator kuat..
Sesuai dengan tingkat valensi yang 2.4. Keracunan dan Dampak Kontaminasi
dimilikinya ion-ion kromium yang telah Kromium
membentuk senyawa mempunyai sifat yang yang
berbeda-beda sesuai dengan tingkat ionitasnya. Adanya kromium dalam limbah cair
Senyawa yang terbentuk dari ion Cr2+ akan menandakan telah terjadi pencemaran dari
bersifat basa, ion Cr3+ bersifat ampoter, dan limbah industri, karena senyawa kromium murni
senyawa yang terbentuk dari ion Cr6+ bersifat tidak pernah terdapat di alam. Apabila senyawa
asam 1). kromium terdapat dalam jumlah besar , maka
Cr3+ dapat mengendap dalam bentuk dapat menimbulkan keracunan akut dengan
hidroksida. Kromium hidroksida ini tidak larut, gejala mual, sakit perut, kurang kencing, dan
kondisi optimal Cr3+ dicapai dalam air dengan pH koma. Apabila kontak dengan kulit, maka dapat
antara 8,5 – 9,5. Kromium hidroksida ini melarut menyebabkan dermatitis, dan kanker 3).
akan lebih tinggi apabila kondisi pH rendah atau Biasanya, senyawa kimia yang sangat
asam. Cr6+ sulit mengendap, sehingga dalam beracun bagi organisme hidup adalah senyawa
penanganannya memerlukan zat pereduksi untuk yang mempunyai bahan aktif dari logam berat.
mereduksi menjadi Cr3+ 1). Sebagai logam Cr termasuk logam yang
Senyawa kromium umumnya dapat mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang
berbentuk padatan (kristal CrO3, Cr2O3) larutan dimiliki oleh logam Cr ditentukan oleh valensi ion-
dan gas (uap dikromat). Kromium dalam larutan ionnya. Ion Cr6+ merupakan logam Cr yang
biasanya berbentuk trivalen (Cr3+) dan ion paling banyak dipelajari sifat racunnya, bila
heksavalen (Cr6+). Dalam larutan yang bersifat dibandingkan dengan ion-ion Cr3+ dan Cr2+. Sifat
basa dengan pH 8 sampai 10 terjadi racun yang dibawa oleh logam ini juga dapat
pengendapan Cr dalam bentuk Cr(OH)3. mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan
Sebenarnya kromium dalam bentuk ion trivalen keracunan kronis 1).
tidak begitu berbahaya dibandingkan dengan Daya racun yang dimiliki oleh bahan aktif
bentuk heksavalen, akan tetapi apabila bertemu kromium akan bekerja sebagai penghalang kerja
dengan oksidator dan kondisinya memungkinkan enzim dalam proses fisiologi atau metabolisme
untuk Cr3+ tersebut akan berubah menjadi sama tubuh, sehingga rangkaian metabolisme terputus.
bahayanya dengan Cr6+ 8). Ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan
menghambat kerja dari enzim benzopiren
2.3. Kromium Dalam Lingkungan hidroksilase, akibatnya terjadi perubahan dalam
pertumbuhan sel, sehingga sel-sel tumbuh
Pada umumnya logam-logam di alam secara liar atau dikenal dengan istilah kanker.
ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan Hal itulah yang menjadi dasar dari penggolongan
unsur lain, dan sangat jarang ditemukan dalam Cr ke dalam kelompok logam yang bersifat
bentuk elemen tunggal, demikian juga halnya karsinogenik 1).
dengan logam kromium. Logam kromium dapat
masuk ke dalam semua strata lingkungan, 2.5. Senyawa Alkali
apakah itu pada strata perairan, tanah atau pun
udara (lapisan atmosfir). Kromium yang masuk Nama alkali berasal dari bahasa Arab al-
ke dalam strata lingkungan dapat datang dari qali yang berarti abu. Nama ini diambil untuk
bermacam-macam sumber. Sumber masuknya mengingat nama Abu Musa Jabir Ibn Hayyan
logam Cr ke dalam strata lingkungan yang umum (700-778) yang sebelumnya telah berhasil
dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan memperoleh soda dari abu tumbuhan laut. Alkali
perindustrian (pabrik semen, baterai, cat, industri merupakan unsur logam yang sangat reaktif.
pelapisan dengan Cr, pewarnaan, Pelapisan Golongan alkali terdapat pada golongan 1 atau
seng (galvanising Zn), dan fotografi), dan dari IA sistem periodeik moderen. Golongan alkali
pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar mempunyai elektron valensi 1 yaitu dengan
1). konfigurasi 1s1, jadi golongan unsur ini termasuk
Senyawa kromium di dalam strata udara unsur blok s. Untuk mencapai konfigurasi oktet
ditemukan dalam bentuk debu dan atau golongan alkali melepaskan elektron valensinya,
partikulat, dalam badan perairan Cr dapat masuk membentuk ion bermuatan 1+. Hal ini
43
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
menunjukkan bahwa golongan alkali bersifat CaO (s) + H2O Ca (OH)2 (s)
elektropositif dan merupakan reduktor kuat.
Logam Alkali membentuk basa kuat bila CaO adalah senyawa alkali yang paling
bereaksi dengan air. Apabila logam alkali makin murah. CaO digunakan untuk mengatur pH pada
reaktif, maka makin kuat pula sifat basanya yang oksidasi biologis limbah dan untuk
terbentuk pada reaksi dengan air. Logam alkali menghilangkan SO2 dan H2S dari gas cerobong
juga bereaksi dengan halogen, belerang, pembangkit listrik yang menggunakan bahan
hidrogen, dan oksigen bila dipanaskan 10). bakar fosil dan peleburan metalurgi 9).
Ciri khas yang paling menonjol dari Selain itu karena afinitasnya yang luar
logam alkali adalah keaktifannya yang luar biasa biasa terhadap air, CaO digunakan untuk
besar. Mengapa kebanyakan orang tidak kenal mendehidrasi (menghilangkan air) cairan seperti
baik rupa logam-logam yang sangat umum, etil alkohol dan untuk mengeringkan gas. Kapur
natrium, kalium, dan kalsium, adalah karena juga merupakan sumber ion hidroksida yang
logam-logam ini begitu aktif sehingga mereka paling murah bagi industri, Ca(OH)2 yang
tidak terdapat sebagai unsur, bila bersentuhan terbentuk oleh reaksi kapur dengan air. Kalsium
dengan udara atau air tak satu pun dari unsur- oksida juga digunakan untuk mengatur pH limbah
unsur IA terdapat didalam keadaan unsurnya. asam dari pabrik kertas dan instalasi pengolahan
Semua unsur alkali terdapat dalam senyawaan air limbah, dan untuk menghilangkan ion fosfat
alam sebagai ion unipositif 6). dari air limbah 6).
Menurut Alloy dalam Wahyuningtyas Reaksi kimia yang terjadi dalam air
(2001), berbagai jenis senyawa alkali yang dapat limbah yang mengandung Cr3+ ditambah
digunakan untuk memisahkan kromium dari (bereaksi) dengan hidroksida Ca, maka krom
limbah cair adalah Mg(OH)2, NaOH, NH4OH, tersebut akan terendap sebagai Cr(OH)3.
NaHCO3, dan Na2CO3. Sedangkan menurut
Anonim (1986) selain senyawa alkali tersebut di Reaksi : Cr3+ + 3Ca(OH)2 Cr(OH)3 + 3Ca
atas masih ada senyawa alkali lainnya yang juga
dapat digunakan untuk memisahkan kromium Pemilihan bahan-bahan alkali yang akan
khususnya kromium valensi 3 sebagai Cr(OH)3 digunakan dalam proses pengolahan limbah cair
yang tidak larut diantaranya adalah, Ca(OH)2, untuk mengatur pH, tergantung pada biaya
MgCO3, dan MgO. relatifnya, faktor kebasaannya serta sifat
endapan yang dihasilkan. Keuntungan
1) Ca(OH)2 (Kalsium hidroksida) menggunakan kapur adalah harganya yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan
Batu kapur (CaO) adalah senyawa unsur senyawa alkali yang lain. Sedangkan
golongan alkali tanah yang terbanyak terdapat kekurangannya adalah bahwa penggunaannya
dalam kerak bumi. Kapur yang biasa juga disebut menimbulkan masalah pembuangan endapan
dengan kalsium oksida (CaO) adalah zat kimia yang sulit. Karena itu dalam banyak hal apabila
industri yang menempati peringkat ke enam yang soda abu/api yang lebih mahal, lebih disukai
diproduksi di Amerika pada tahun 1987. daripada kapur. Apabila kapur yang digunakan
Pembakaran batu kapur untuk maka kapur tersebut harus dimatikan dengan
menghasilkan kapur, mungkin adalah reaksi semestinya dan diterapkan sebagai endapan.
kimia pertama yang dimanfaatkan oleh manusia. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Proses pembuatan CaO adalah dengan Litbang Departemen Perindustrian bahwa
menguraikan CaO sebagai bahan kimia utama penggunaan senyawa alkali kapur dapat
pada suhu tinggi ( 900 0C) batu-batuan karbonat memisahkan krom valensi 3 dari limbah cair
yang terdapat dalam alam di panaskan dalam industri Pelapisan seng (galvanising Zn) sebesar
tanur kapur, adapun reaksinya adalah sebagai 97 % pada pH 8,8 dan 99,9 % pada pH 12,2.
berikut 6) :
2) NaOH (Natrium hidroksida)
CaCO3 Panas CaO + CO2
9000C Dalam dunia perdagangan NaOH disebut
soda kaustik. Senyawa soda kaustik (NaOH) ini
Oksida yang dihasilkan CaO disebut sangat reaktif dan banyak digunakan pada;
kapur tohor. Apabila kapur mentah ini dicampur industri sabun, tekstil, industri pulp dan kertas,
dengan air akan bereaksi menghasilkan Ca(OH)2 industri petrokimia dan minyak bumi, serta
yang disebut slaked lime (kapur mati). Reaksi pembentukan senyawa natrium lain.
antara CaO dengan air akan menghasilkan NaOH merupakan basa kuat yang paling
gugus hidroksil yaitu Ca(OH)2 yang bersifat basa, luas digunakan. NaOH dibuat dalam jumlah
reaksi lengkapnya : besar dengan cara elektrolisis larutan garam
dapur (brine) Natrium klorida (NaCl). Proses ini
44
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
merupakan sumber larutan hidroksida pekat yang Sifat-sifat basa ini adalah; rasanya pahit,
paling murah untuk ilmu kimia 13). Secara dipegang dengan jari terasa licin, mengubah
teknologi, soda kaustik dapat dibuat dengan dua lakmus merah menjadi biru, dapat bereaksi
cara : dengan asam yang membentuk garam dan,
mudah larut dalam air. NaOH merupakan
a. Proses kapur soda basa karena sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan
Cara untuk membuat NaOH ialah dari pembentuk ion-ion hidroksil (OH-) sebagai
karbonatnya, dimana lumpur Ca(OH)2 (p) satu-satunya ion negatif. Hidroksida-
direaksikan dengan Na2CO3 (aq) ; Ca(OH)2 (p) hidroksida logam yang larut, seperti NaOH
diubah menjadi CaCO3 (p) yang tidak larut, hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan
dan dihasilkan larutan NaOH. Adapun reaksi air yang encer: NaOH Na+ + OH- 6).
kimianya adalah 11) :
3) NaHCO3 (Natrium bikarbonat)
Ca(OH)2 (p) + Na2CO3 (aq) CaCO3 (p) +
2NaOH (aq) NaHCO3 pada dunia perdagangan
disebut sebagai soda api. Senyawa ini bila
Dalam bentuk ion, reaksinya adalah : dibakar akan mengeluarkan gas CO2.
Ca(OH)2 (p) + Ca32- (aq) CaCO3 (p) + 2OH- Reaksi : NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O
Proses ini jarang digunakan karena terbentuk Reaksi kimia yang terjadi dalam air
CaCO3 yang berupa gas yang mengganggu limbah yang mengandung Cr3+ ditambah
hasil utama dan biayanya mahal bagi negara (bereaksi) dengan hidroksida NaHCO3, maka
yang tidak mempunyai tambang soda ash krom tersebut akan terendap sebagai Cr(OH)3.
(Na2CO3).
Reaksi : Cr3+ + 2NaHCO3 Cr(OH)3 + 2Na
b. Proses elektrolisis + CO2
Proses ini adalah proses pemecahan suatu NaHCO3 proses pembuatannya sama
senyawa menjadi ion-ionnya dengan dengan proses pembuatan natrium karbonat
menggunakan arus listrik searah (DC). Proses (Na2CO3) yaitu melalui proses solvay.Natrium
ini menggunakan bahan baku garam (NaCl) bikarbonat merupakan garam yang dapat
yang sebelumnya telah dimurnikan dalam unit digunakan untuk pengolahan limbah, karena
brine. Dengan adanya arus DC maka NaCl bahan ini sifatnya basa yang dapat menaikkan
akan terurai menjadi Na+ dan Cl-. Reaksi pH untuk mengendapkan dan memisahkan
kimia untuk membuat NaOH dengan proses logam-logam berat dalam limbah cair, selain itu
elektrolisis adalah 11): natrium bikarbonat sifatnya tidak beracun dan
lumpur yang dihasilkanpun relatif lebih sedikit jika
2NaCl + 2H2O elektrolisis Cl2 + 2NaOH + H2 dibandingkan dengan pemakaian kapur.
45
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
1) Membuat konsentrasi larutan 10 %. (100.000 5) Setelah selesai, gelas baker diambil dari jar-
mg/lt untuk aplikasi di lapangan) test dan didiamkan selama 24 jam sehingga
a. Timbang senyawa alkali (Ca(OH)2 dan diperoleh endapan kromium hidroksida dan
NaOH,) masing-masing 100 gram, dengan supernatan. Kemudian kromium hidroksida
timbangan analitik/digital. dipisahkan dari supernatan.
b. Larutkan dalam air hingga mencapai 6) Diambil 10 ml supernatan yang diperoleh
volume 1000 ml dan diaduk sampai menggunakan pipet ukur, dimasukkan
homogen. kedalam botol sampel untuk dianalisis
2) Menentukan dosis optimal pH berbagai konsentrasi kromium di Laboratorium.
senyawa alkali
a. Ambil sampel limbah cair industri 7) Dengan cara yang sama dilakukan
pelapisan seng (galanising Zn) dengan pengaturan pH pada kondisi pH 9, 10, 11, dan
jirigen plastik 10 liter. pH 12. Percobaan dilakukan dengan
b. Periksa pH limbah cair tersebut. perulangan sebanyak 4 kali pada masing-
c. Masukkan kedalam 5 buah baker glass masing senyawa alkali Ca(OH)2 dan NaOH.
sampel limbah cair industri pelapisan seng
(galanising Zn)sebanyak 500 ml
46
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
Dari tabel 1 tersebut di atas menunjukan Sampel limbah cair sebanyak 500 ml
bahwa konsentrasi kromium dalam sampel dimasukkan ke dalam gelas beker 1000 ml,
limbah cair penyamakan kulit sebelum dilakukan selanjutnya dilakukan penambahan senyawa
pengolahan sebesar 49,575 mg/l. Dengan alkali Ca(OH)2 10 % sedikit demi sedikit sampai
demikian berarti kadar krom tersebut masih dicapai pH yang diinginkan (pH 8, 9, 10, 11, dan
terlalu tinggi untuk dibuang langsung ke 12), setelah pH yang diinginkan tercapai langkah
lingkungan (badan air). Kondisi seperti ini berikutnya dilakukan pengadukan cepat (proses
mengharuskan pihak perusahaan untuk koagulasi) dan pengadukan lambat (proses
mengolah terlebih dahulu limbah cairnya agar flokulasi) menggunakan alat jar-test. Setelah
tidak mencemari lingkungan. pengadukan selesai, perlakuan berikutnya
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara terhadap sampel adalah proses pengendapan
Lingkungan Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995 selama 24 jam sehingga dihasilkan endapan
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan dalam bentuk Cr(OH)3.
Industri, menyebutkan bahwa batas maksimal Untuk mengetahui berapa konsentrasi
konsentrasi kromium total untuk jenis kromium total yang dapat disisihkan (endapkan)
penyamakan kulit adalah 2,0 mg/l. Mengingat menggunakan larutan Ca(OH)2 maka, dilakukan
kromium (Cr) sebagai unsur logam berat dan analisis kromium dalam supernatan (larutan
dikategorikan sebagai limbah B3 dalam limbah bening). Adapun hasil analisis laboratorium
cair, maka perlu dilakukan pengolahan terhadap setelah penambahan larutan Ca(OH)2
limbah cair ini sampai konsentrasinya di bawah selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
batas yang diijinkan untuk dibuang ke
lingkungan. Tabel 2. Hasil analisis konsentrasi kromium total
Salah satu metode pengolahan yang dalam supernatan setelah penambahan
dapat diterapkan terhadap limbah cair yang senyawa alkali Ca(OH)2 10 %
mengandung kromium adalah dengan metode
kimia yaitu dengan menambahkan senyawa Konst.
No pH (R) 1 (R) 2 (R) 3 (R) 4
alkali untuk menaikkan pH larutan, sehingga Cr (mg/l)
kromium dapat diendapkan dalam bentuk 1 7 1,192 1,308 1,205 1,296 1,250
Cr(OH)3. Selain itu dapat menurunkan 2 8 0,325 0,392 0,426 0,291 0,358
konsentrasi kromium dalam limbah cair 3 9 0,675 0,442 0,538 0,579 0,558
Pelapisan seng (Galvanising Zn) sekecil 4 10 0,942 0,725 1,017 0,650 0,833
mungkin, sampai dibawah baku mutu limbah 5 11 1,008 1,608 1,351 1,265 1,308
yang diijinkan.
47
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
99.5
Ca(OH)2 dalam Heavy Metal Removal (Anonim, 1986)
99
menyatakan, bahwa Cr(OH)3 akan mengendap
98.5
sempurna pada kondisi optimum pH 7,5 – 8,0.
98
Namun apabila di dalam larutan terdapat unsur-
97.5
97
unsur lain, maka kemungkinan kondisi optimum
96.5
pH untuk pengendapan akan berubah atau
96
proses pengendapan akan terganggu 7).
7 8 9 10 11 Sedangkan menurut hasil penelitian yang pernah
pH dilakukan oleh BPPI 12), melaporkan bahwa
penggunaan larutan Ca(OH)2 sebagai pengatur
pH didapatkan data bahwa proses pengendapan
Gambar 2. Grafik efesiensi pemisahan kromium Cr(OH)3 paling efektif terbentuk pada pH 8,5 –
menggunakan Ca(OH)2 9,5, dimana pada pH tersebut kelarutan kromium
paling rendah, meskipun pemisahan Cr(OH)3
Larutan kapur Ca(OH)2 yang digunakan yang terbaik sebetulnya terjadi pada pH 12
dalam penelitian ini adalah dengan konsentrasi dengan persentase efesiensi pemisahan 99,9 %.
10 %. Dari hasil penelitian didapatkan data Kondisi seperti ini disebabkan oleh beberapa
bahwa dosis optimal larutan kapur untuk faktor, misalnya konsentrasi larutan yang
menaikkan/mengatur pH limbah cair dari pH 3,4 digunakan rendah, proses pengadukannya tidak
menjadi pH 7 – pH 11 seperti pada tabel 1. Dari sempurna, dan terdapat unsur-unsur lain dalam
tabel 3 dapat diketahui bahwa pH optimal larutan limbah cair.
48
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
49
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
50
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
51
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
dibandingkan dengan zat kimia yang biasa untuk penurunan kromium tidak pada
digunakan di laboratorium. Selain itu konsentrasi larutan 10%, tapi bisa 15% / 20%.
kemungkinan komposisi zat aktifnya sudah
berkurang atau rusak, sehingga hasil reaksi 4. Komposisi limbah cair.
yang didapat juga kurang memuaskan (tidak
maksimal). Komposisi atau kandungan zat yang terdapat
dalam limbah cair yang akan diolah sangat
2. Kecepatan dan lamanya waktu pengadukan. berpengaruh terhadap hasil penurunan kadar
kromium dalam limbah cair, sebab di dalam
Proses pengadukan dalam penelitian ini limbah cair yang diolah tidak hanya
mengacu pada litelatur yang ada, dan mengandung senyawa krom, tapi terdapat
berdasarkan pada proses koagulasi-flokulasi, juga zat pencemar lain, misalnya zat organik
dimana pada proses pengadukan cepat dan anorganik.
(proses koagulasi) dengan kecepatan
pengadukan 100-150 rpm, dalam percobaan 5. Lamanya waktu pengendapan.
pengadukan yang dilakukan 100 rpm selama
1 (satu) menit. Sedangkan pengadukan Waktu pengendapan dalam penelitian ini
lambatnya (proses flokulasi) dengan adalah selama 24 jam, penentuan lamanya
kecepatan pengadukan 50 rpm selama 20 waktu pengendapan ini berdasarkan kondisi
menit. Jadi kemungkinan proses pengadukan di lapangan, dimana waktu pengendapan
cepatnya terlalu lambat, seharusnya yang mengikuti jam kerja dinas (kantor Bapedalda),
dipilih diatas 100 rpm (misalnya 120 atau 150 sehingga sampel yang diperlakukan hari ini
rpm), karena yang diolah adalah limbah cair baru bisa dianalisis keesokan harinya oleh
dimana partikel-partikel yang terdapat dalam petugas laboratorium. Sebenarnya, mungkin
limbah biasanya lebih banyak dan relatif lebih waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan
komplek, jika dibandingkan dengan (menurunkan) kromium dalam limbah cair
pengolahan air bersih. Pada pengadukan secara maksimal tidak 24 jam, jadi bisa
lambat (proses koagulasi), kemungkinan kurang atau lebih dari 24 jam. Namun karena
kecepatan pengadukan 50 rpm yang penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi
dilakukan dalam percobaan ini terlalu tinggi experimental research) sehingga tidak
atau waktu pengadukan 20 menit yang terlalu dilakukan kontrol yang ketat terhadap waktu
lama. Hal ini berpengaruh terhadap flok-flok pengendapan.
yang sudah terbentuk, jadi bisa saja flok yang Sehubungan hal tersebut di atas, maka
sudah terbentuk akan pecah pecah kembali disarankan kepada peneliti lain yang berminat
akibat kecepatan pengadukan atau lamanya untuk melanjutkan atau mengembangkan
waktu pengadukan, sehingga proses penelitian ini, supaya benar-benar melakukan
pengendapan dan penurunan kromium (Cr) kontrol yang ketat terhadap bahan kimia yang
akan terganggu (tidak maksimal). digunakan, dan faktor-faktor pengganggu lainnya
agar hasil penelitian yang ingin dicapai benar-
3. Konsentrasi atau dosis larutan. benar terbukti secara signifikan.
52
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
sebesar 99,28 % (dari 49,575 mg/l menjadi 16. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001,
0,358 mg/l), pada pH optimal 8. Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
c. Senyawa alkali NaHCO3 10 % dengan Berbahaya dan Beracun.
efesiensi rata-rata penurunan kromium
sebesar 98,50 % (dari 49,575 mg/l menjadi
0,741), pada pH optimal 8.
DAFTAR PUSTAKA
53
Asmadi, dkk : Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit … JAI Vol 5. No. 1 2009
RIWAYAT PENULIS :
JUDUL ASLI :
54