Anda di halaman 1dari 30

KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi fisik,
biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual, terhadap kesehatan masyarakat dan memberi
prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya
mencapai tujuan.

MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)


Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah system
sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan
mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan,
dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.

MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)


Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.

MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)


Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan
keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima
tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi
lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
secara tepat.

PROMOSI KESEHATAN
A.Definisi Promosi Kesehatan

Adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984)
Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap,
dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984)

Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan


kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)

B. Visi dan Misi Promosi Kesehatan


Visi program kesehatan tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan Indonesia yang
tercantum dalam UU Kesehatan Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Dari visi tersebut terdapat empat kata kunci visi promosi kesehatan adalah :
1. Mau (Willingnes) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
2. Mampu (Ability) memelihara dan meningkatkan ksehatannya.
3.Memelihara Kesehatan berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi
diri dari gangguan-gangguan kesehatan dan mencari pertolongan pengobatan
yg profesional bila sakit
4. Meningkatkan kesehatan berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatan cegah penyakit,
kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis

Misi Promosi Kesehatan


1. Advokat (advocate)
Kegiatan advokasi dilakukan terhadap para pengambil keputusan ata pembuat kebijakan dari
berbagai tingakt dan sektor terkait kesehatan.Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para
pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bhwa program kesehatan yang akan
dijalankan tersebut penting oleh sebab itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari para
pejabat tersebut.

2. Menjembatani (mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai arti “mediator” atau”menjebatani” antara sektor
kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan
menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan.Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan, niscaya sektor kesehatan
mampu menangani maslah-masalah kesehatan yang begitu komplek dan luas.

3. Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Hal ini
berarti baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat promosi kesehatan harus
memberikan ketampilan-ketrampilan kepada masyarakat agara mereka mandiri di bidang
kesehatan. Ketrampilan di bidang ekonomi, pendidikan dan sosial perlu dikembangkan
melalui promosi kesehatan.
C. Strategi Promosi Kesehatan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi dalam bidang promosi kesehatan secara efektif dan efisien
diperlukan strategi promosi kesehatan menurut WHO tahun 1984. Strategi promosi kesehatan terdiri 3 hal yaitu:
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang orang lain agar orang lain tersebut
membanu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konten promosi kesehatan
advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di
berbagai sektor dan di berbagai tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan.
2. Dukungan Sosial (social support)
Stratedi dukungan sosisal adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan
utama kegiatan ini adalah agar tokoh masyarakat sebgai jembatan antara sektor kesehtan se
bagai (pelakasana program) kesehatan dengan masyarakat (penerima program)
kesehatan.Agar masyarakan mau menerima, mau berpartisipasi terhadap program kesehatan
tersebut. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain adalah pelatihan-pelatihan toma,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma. Sasaran utama dukungan sosial atau bina
suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagia tingkat.
4. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan masyarakat adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memlihara dan meningkatkan kesehtan mereka sendiri. Bentuk kegiatan
pemberdayaaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain; penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk; koperasi,
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga.Dengan kemampuan
ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam memelihara kesehatan
merena misalnya terbentuknya dana sehat, pos obat desa, polindes dan sebagainya.
Konferensi Internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 menghasilkan piagam Ottawa
(Ottawa charter). Dalam piagam tersebut dirumuskan 5 strategi promosi kesehatan:yaitu
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (health public policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau
mnguntungkan kesehatan. Dengan kata lain agar kebijakan dalambentuk peraturan,
perundangan surat keputusan berorientasi kepada kebutuhan publik.Misalnay adanya
peraturan perundangan yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan
pabrik, perusahaan, rumah sakit.
2. Lingkungan yang Mendukung (supportive Envirenment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar
mereka menyediakan sarana atau sarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku
sehat bagai masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung tempat umum antara lain adalah tersedianya tempat sampah,
tersedianya tempat buang air kecil/besar, non perokok dan sebagainya. Dengan kata lain para
pengelola tempat umum harus menyediakan sarana dan prasarana untuk memdukung perilaku
sehatbagi pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (reorient Health Services)
Penyelenggara pelanan kesehtan adalah pemerintah dan swasta sedangkan masyarakat sebgai
pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman ini harus diubah, harus diorientasi
lagi bahwa masyarkat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan
tetapi sekaligus sebgai penyelenggara juga akan tetapai dalam batas-batas tertentu.
Masyarakat harus diperdayakan sebagai penyelenggara pelanan kesehatan masyarakat.Dalam
proses reorientasi ini promosi kesehatan sangat penting.
4. Keterampilan Individu (Personal Skill)
Keseahatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan
kelompok. Kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga dan
kelompoktersebut terwujud.Strategi mewujudkan ketrampilan individu dalam memlihara dan
meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan ketrampilan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan
profesional,meningkatakan kesehatan
5. Gerakan Masyarakat (community action)
Dalam masyarakat harus ada gerakan atau kegiatan-kegaitan untuk kesehatan. Oleh sebab itu
promosi kesehatan harus mendorong dan mamacu kegiatandalam masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
niscaya tidakterwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
D. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan adalah:
1. Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misalnya : kepala keluarga, ibu hamil/menyusui,
anak sekolah.
2. Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
agama
3. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke
daerah

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup promosi kesehatan dikelompokkan dalam 2 kelompok bidang ilmu dicakup
promkes dikelompokkan 2 bidang yaitu ilmu perilaku sebagai dasar membentuk
perilaku manusia dan ilmu-ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku.

Ruang lingkup promosi kesehatan didasarkan pada 2 Dimensi, yaitu : dimensi aspek sasaran
pelayanan kesehatan dan dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan atau tatanan (
Setting )

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan secara garis
besaranya terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan yaitu:
1. Palayanan preventif dan promotif
Pelayanan preventif dan promotid adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat
agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya
pelayanan ini dilaksanakan oleh kelompok kesehatan masyarakat.
2. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan kelompok masyarakat yang sakit,agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan
menjadi pulih kesehatannya.Pada prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan kelompok profesi
kedokteran.

Berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehatan ini promosi kesehatan mencakup 4 aspek
pelayanan yakni:
1. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada kelompok orang
sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan kesehatannya.
2. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan preventif adalah kelompok orang sehat
juga terutama yang beresiko tinggi (higt risk) misalnya kelompok ibu hamil dan menyusui,
para perokok, kelompok obesitas, para pekerja sex. Tujuan promosi kesehatan pada tingkat
ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi/
terkena sakit.

3. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif


Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan kuratif adalah para penderiita penyakit
(pasien) terutama untuk penderita penyakit-penyakit kronis seperti asma, diabetes melitus,
tubercolosis, rematik, hipertensi. Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini adalah agar
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah.
4. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan rehabilitatif adalah kelompok penderita
atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama promosi kesehatan pada
tingkat ini adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatannya dan atau mengurangi
kecacatan seminimal mungkin.Promosi kesehatan pada tingkat ini adalah pemulihan dan
mencegah kecacatan akibat penyakit (tertiery prevention)

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan) yaitu:


1. Tatanan Keluarga (rumah tangga)
Unit terkecil masyarakat adalah keluarga. Untuk mencapai perilaku sehat masyarakat maka
harus dimulai pada tatanan keluarga. Keluarga adalah tempat persemaian anggota masyarakat
oleh sebab itu bila persemaiannya jelek maka jelas akan berpengaruh pada masyarakat. Agar
keluarga menjdai tempat yang kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak sebagai
anggota masyarakat maka promosi kesehatan sangat berperan. Sasaran utama promosi
kesehatan ini adalah orang tua, terutama ibu. Karena ibulah didalam keluarga itu yang sangat
berperan dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-nak mereka sejak lahir.
2. Tatanan Sekolah
Sekolah adalah tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak termasuk perilaku
kesehatan. Sekolah merupan perpanjangan tangan keluarga. Peran guru dalam promosi
kesehatan sangat penting karena guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada
orang tuanya. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat kondusif untuk berprilaku
sehat bagi anak-anak.Agar guru dan lingkungan sekolah tetap kondusif bagi perilaku sehat
bagi murid-muridnya, maka sasaran antara memperoleh pelatihan-pelatihan tentang
kesehatan dan promosi kesehatan yang cukup, selanjutnya guru akan meneruskannya kepada
murid-muridnya.
3. Tatanan tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dimana orang dewasa memperoleh nafkah untuk kehidupan
keluarganya, melalui produktivitas atau hasil kerjanya. Selama lebih kurang 8 jam perhari
pekerja menghabiskan waktunya untuk menjalankan aktivitasnya. Resiko masing-masing
pekerja berbeda satu dengan lainnya, tergantung jenis dan lingkungan kerja masing-masing
karyawan. Promosi kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau
tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat karyawan
atau pekerjanya.Misalnya tersedianya pembuangan kotoran, tempat sampah, ruang istirahat,
air bersih dan sebagainya.
4. Tatanan tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orang-orang berkumpul pada waktu tertentu
misalnya bandara, stasiun kereta api, pasar, mall dan sebagainya. Ditempat-tempat umum
perlu disediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya
misalnya tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat pembuangan air kotor,
ruang tunggu bagi perokok, kantin dan sebagainya.
5. Tatanan institusi pelayanan Kesehatan
Tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, poliklinik,
tempat praktik dokter dan sebagainya. Tempat pelayanan kesehatan sangat strategis untuk
promosi kesehatan sebab pada orang sakit atau keluarga orang yang sakit akan lebih peka
terhadap informasi informasi kesehatan terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatannya. Mereka akan lebih menerima informasi bahkan berprilaku yang terkait dengan
kesehatannya. Contohnya pasien atau keluarga mematuhi anjuran-anjuran dari dokter,
perawat dan petugas kesehatan yang lainnya. Pelaksanan promosi kesehatan di institusi
pelayanan kesehatan dapat dilakukan baik secara individu oleh petugas kesehatan kepada
pasien atau keluarga atau dapat dilakukan dengan kelompok-kelompok tertentu misalnya
kelompok penderita penyakit tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Kicbusch, Illona, Setting obyectives, The health promotion Challenge, Keynoter Adress
Healthy People 2000, Consurtium meeting, New YORK, 1996
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, penerbit Rineka cipta, Jakarta,
2003
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan teori dan aplikasi, penerbit Rineka cipta, Jakarta,
2010
WHO Health organization, Health Promotion in Developing Countries, Devision of Health
Education and Promotion, Geneva,1989

1. Kematian Ibu Akibat Melahirkan

Saat ini, angka kematian ibu ketika melahirkan sudah


mengalami penurunan. Namun, jumlahnya tetap masih
jauh dari target yang diharapkan. Hal ini disebabkan
oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum
memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat, dan
faktor-faktor lainnya.

Menurut data, penyebab utama kematian ibu adalah


hipertensi kehamilan dan perdarahan postpartum.
Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan
kematian ibu adalah penanganan komplikasi, anemia,
diabetes, malaria, dan umur yang terlalu muda.

Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah tengah


menggencarkan program pembangunan puskesmas,
diiringi pula dengan peningkatan kualitas pelayanannya.
Pemerintah juga sedang menciptakan pola
keanekaragaman makanan untuk gizi ibu hamil.
Program KB yang dicanangkan juga digunakan untuk
menurunkan angka kematian ibu.
2. Kematian Bayi, Balita dan Remaja

Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita


memang sudah mengalami penurunan. Namun serupa
dengan angka kematian ibu akibat melahirkan, ini
masih jauh dari target. Penyebab kematian utama pada
bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan untuk
balita, penyebab kematian utama yang dialami adalah
pneumonia dan diare.

Artinya, faktor lingkungan serta kondisi ibu sebelum


dan selama kehamilan sangat memengaruhi kondisi
bayi. Maka dari itu, untuk menangani tantangan ini
pemerintah akan menciptakan langkah-langkah
persiapan untuk calon ibu, agar mereka benar-benar
siap menghadapi kehamilan dan persalinan.
Untuk remaja, penyebab kematian utama di samping
kecelakaan transportasi adalah DBD dan tuberkulosis.
Umumnya ini disebabkan karena penggunaan tembakau
atau rokok. Untuk menanggulangi masalah ini,
pemerintah menetapkan pelaksanaan UKS yang
diwajibkan di setiap sekolah untuk mempromosikan
masalah kesehatan. Prioritas program UKS adalah
perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi, dan
deteksi dini penyakit tidak menular.

3. Meningkatnya Masalah Gizi Buruk

Saat ini, ternyata masalah gizi di Indonesia masih sangat


kompleks. Tidak hanya masalah kekurangan gizi,
masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang
harus ditangani dengan serius.
Kondisi stunting (pendek) sendiri disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh yang tidak tepat, sehingga
mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang
secara maksimal, mudah sakit, maupun berdaya saing
rendah.

Masalah ini paling fatal menyerang anak-anak, karena


gangguan pertumbuhan yang serius ini bisa merusak
masa depan mereka. Apalagi, jika stunting terjadi lewat
dari 1000 hari, dampak buruknya bisa sangat sulit
diobati.

Untuk mengatasi masalah stunting, pemerintah


mengadakan program sosialisasi kepada masyarakat
agar dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu
dan anak. Pemerintah menetapkan fokus pada 1000 hari
pertama kehidupan, terhitung sejak konsepsi hingga
anak berusia 2 tahun.
4. Meningkatnya Penyakit Menular

Masalah penyakit menular juga masih mendominasi


dunia kesehatan Indonesia. Prioritas utama pemerintah
adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria,
DBD, influenza, dan flu burung. Indonesia juga masih
belum sepenuhnya mampu mengendalikan penyakit
seperti kusta, filariasis, dan leptospirosis.

Strategi pemerintah dalam memberantas masalah ini


adalah dengan meningkatkan vaksin dan imunisasi,
seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan
tetanus. Strategi ini terbukti ampuh, karena pada tahun
2014 Indonesia sudah dinyatakan bebas polio.

Untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, pemerintah


mengadakan sejumlah persiapan yang mencakup tata
laksana penanganan pasien, tenaga kesehatan,
pelayanan kesehatan (khususnya rumah sakit), dan
laboratorium kesehatan.

Selain itu, untuk menurunkan tingginya risiko penyakit


menular, pemerintah juga mengembangkan Early
Warning and Respons System (EWARS) atau Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem
EWARS ini, diharapkan ada peningkatan dalam deteksi
dini dan respons terhadap peningkatan tren kasus
penyakit tertentu.

Sistem tersebut juga semakin digencarkan karena


banyaknya penyakit baru yang bermunculan, seperti
SARS dan flu burung. Penyakit-penyakit baru ini pada
umumnya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
yang berasal dari binatang.

5. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular

Ternyata dalam beberapa tahun ini, masalah penyakit


tidak menular telah menjadi beban utama di Indonesia,
ketimbang penyakit menular. Karenanya, saat ini
Indonesia memang mengalami tantangan dua kali lipat,
yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular.

Penyakit tidak menular yang paling banyak menyerang


masyarakat Indonesia meliputi hipertensi, diabetes
mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Selain itu, jumlah kematian akibat rokok juga
terus meningkat.

Strategi pemerintah dalam menanggulangi masalah ini


adalah dengan melaksanakan Pos Pembinaan Terpadu
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM),
sebagai upaya memonitor dan deteksi dini faktor risiko
penyakit tidak menular di masyarakat.

Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar


masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa dirinya
menderita penyakit tidak menular. Oleh sebab itu,
pemerintah juga berencana untuk meningkatkan
sosialisasi dan program jaminan kesehatan seperti
BPJS.

6. Masalah Kesehatan Jiwa

Tanpa kita sadari, permasalahan kesehatan jiwa di


Indonesia itu sangat besar dan menimbulkan beban
kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari
14 juta jiwa masyarakat Indonesia menderita gangguan
mental dan emosional. Sementara itu, lebih dari
400.000 orang menderita gangguan jiwa berat
(psikotis).

Masalah gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan


masalah perilaku, dan sering kali berujung pada kondisi
yang membahayakan diri seperti bunuh diri. Dalam satu
tahun, terdapat 1.170 kasus bunuh diri dan jumlahnya
terus meningkat.

Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah


memprioritaskan pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa
Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya
adalah puskesmas. Program ini bekerja sama dengan
masyarakat, untuk mencegah meningkatnya gangguan
jiwa.

Sampai saat ini, masih banyak masalah kesehatan di


Indonesia yang harus diselesaikan. Namun, dengan
adanya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah,
masalah-masalah tersebut pasti bisa diatasi.

Tentunya, untuk mencapai kesehatan yang maksimal,


pemerintah juga perlu mengedepankan kesejahteraan
dan kepentingan masyarakat. Indonesia harus terus
meningkatkan kualitas dunia kesehatan demi
kelangsungan hidup masyarakat.

Jadi Solusi dalam Permasalahan Kesehatan ini


ialah :

1. Peningkatan upaya pemeliharaan, pelindungan dan


peningkatan derajat bagi kesehatan dan status gizi
terutama warga miskin dan grup rentan.

2. peningkatan upaya pencegahan dan penyembuhan


penyakit baik menular ataupun tak menular.

3. peningkatan mutu, keterjangkauan dan


pemerataan layanan kesehatan di sarana
layanan kesehatan basic dan rujukan terutaman bagi
keluarga miskin, group rentan dan warga di daerah
terpencil, perbatasan, rawan bencana dan konflik.

4. peningkatan mutu & kuantitas tenaga kesehatan


terutama utk layanan kesehatan di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan.

5. penjaminan kualitas, keamanan dan


khasiat produk obat, kosmetik, produk komplemen dan
produk pangan yang beredar, juga mencegah warga dari
penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, zat
adiktif dan bahan berbahaya yang lain.

Program Pencegahan dan


Pemberantasan Penyakit Menular
December 11, 2017 admin
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang
mengakibatkan perpindahan penularan penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada
orang atau hewan yang rentan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara
atau lingkungan hidup. Sampai saat ini, angka kejadian penyakit menular di Indonesia masih
tinggi, dan salah satu di antaranya (Tuberculosis) merupakan penyebab kematian nomor 4
tertinggi di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengadakan program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuannya adalah untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular. Namun masih ada beberapa kendala dalam
pelaksanaan program ini.

Untuk menjalankan suatu program, ada beberapa tahapan yang harus di jalankan demi
terlaksananya program tersebut dengan baik. Tahapan tersebut adalah input, process, dan output.
Dimana dalam tahapan tersebut terdapat 4 unsur yang berdampak langsung apabila salah satunya
tidak tersedia atau terlaksana dengan memadai, yaitu Man, Money, Materials, dan Method atau
biasa juga disebut dengan 4M.
4M itu sendiri terdiri dari Man, yang di maksud adalah sumber daya manusia yang melaksanakan
program. Money, dana atau biaya yang digunakan untuk program. Materials, kelengkapan barang
– barang pendukung fasilitas program. Dan Method, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dari program.
Dari data yang terdapat di salah satu puskesmas di Jakarta Timur, di dapatkan bahwa beberapa
kegiatan untuk mendukung terlaksananya program P2M ini masih belum bisa memenuhi target.
Kegiatan yang di lakukan seperti penyuluhan kepada masyarakat, pelatihan para kader, pendataan
dan follow-up pasien, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan upaya-upaya lainnya untuk
mencegah serta memberantas penyakit menular belum maksimal di lakukan.
Berdasarkan data yang ada, dari segi Man, terlihat bahwa jumlah petugas kesehatan dalam
melaksanakan program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular (P2M) di puskesmas
tersebut dapat dikatakan masih sangat kurang yaitu hanya 1 orang perawat sebagai penanggung
jawab dibantu dengan 2 orang perawat dari bagian Kesehatan Lingkungan dan KPLDH, dimana
para petugas ini memiliki beberapa tugas dibagian lain sehingga dalam melaksanakan kegiatan
kunjungan rumah maupun pendataan pasien di luar Puskesmas belum bisa mencapai target.

Dari segi materials, untuk peralatan yang digunakan belum memadai di karenakan tidak tersedia
lab sederhana untuk pemeriksaan dahak, hal ini mempengaruhi proses pendataan pasien dimana
banyak pasien yang dirujuk ke puskesmas kecamatan untuk dilakukan pemeriksaan sputum tidak
membawa hasilnya kembali ke puskesmas tersebut, sehingga tidak diketahui status pasien
tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes no. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Penyakit TBC Pasal 19, dimana di katakan bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah seharusnya
menjamin sarana dan prasarana laboratorium kesehatan.

Maka dari itu perlu adanya peninjauan kembali tentang program ini lalu di cari alternative
permasalahannya sehingga target yang di tentukan dapat tercapai dan program pemerintah dapat
berjalan baik untuk mencegah dan memberantas penyakit menular yang ada di Indonesia.

(Desella Ayu Andini, dr. Louisa A. Langi, MSi, MA)


Share this:
Standar praktek keperawatan komunitas merupakan sala satu karakteristik rofesi perawat
komunitas yang diperlukan untuk menjamin mutu praktik keperawatan komunitas sehingga mutu
asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dipertahankan pada tingkat optimal.

Tujuan dari adanya standar praktik keperawatan adalah meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat, menjaga mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien di masyarakat, komunitas, kelompok dan keluarga.

American Nursing Association (ANA) membagi standar praktik keperawatan dalam 16 standar, baik
bagi perawat generalisasi maupun spesialis diantaranya pengkajian; prioritas; dan diagnose
komunitas; identifikasi hasil; perencanaan; implementasi; (koordinasi, pendidikan dan promosi
kesehatan, konsultasi, aktivitas pengaturan); evaluasi; kualitas praktik; pendidikan; evaluasi praktik
professional; hubungan sejawat dan profesi lain; kolaborasi; etik; penelitian; menggunakan sumber-
sumber; kepemimpinan dan advokasi.

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN

Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik keperawatan yang harus dicapai oleh
seorang perawat, dan dikembangkan untuk mernbantu perawat melakukan validasi mutu dan
rnengembangkan keperawatan. Standar praktik keperawatan komunitas merupakan salah satu
karakteristik profesi perawat komunitas yang diperlukan untuk jarninan mutu praktik keperawatan
kornunitas sehingga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat dapat
dipertahankan pada tingkat optimal.

Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tahun
1999,standar praktik keperawatan merupakan kornitmen profesi keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi. Di dalamnya terdapat penegasan
tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang digunakan
sebagai pedoman daJam pemberian pelayanan keperawatan serta tolok ukur dalam penilaian kerja
seorang perawat. Tujuan standar praktik keperawatan di antaranya sebagai berikut.

Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan perhatian pada upaya dan
peningkatan kinerja perawat terhadap target pencapaian tujuan.

Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi kllen sehlngga dapat menekan biaya
perawatan.

Menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di masyarakat, kornunitas,
kelompok, dan keluarga.

Menurut ANA (2004), standar praktik keperawatan dapat dibagi dalam 16 standar dengan membagi
dalam kompetensi perawat komunitas generalis dan spesialis. Berlkut adalah penjelasan mengenai
standar praktik keperawatan menurut ANA.

STANDAR 1: PENGKAJIAN

Perawat kesehatan kornunitas mengkaji status komunitas menggunakan data, idcntifikasi sumber
surnber yang ada di komunitas, masukan dari komunitas dan pemangku
kepentingan (stakeholder) lain, serta penilaian profesional,
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengumpulkan data dari berbagai surnber yang berhubungan dengan masyarakat skala luas atau
komunitas khusus.

Menggunakan model dan prinsip-prinsip epiderniologi, dernografi, biometri, sosial, perilaku, dan
pemeriksaan fisik untuk mengolab data yang telah dikumpulkan.

Menentukan prioritas pengkajian berdasarkan kepentingan kebutuhan atau risiko pada area
geografisatau kornunitas.

Melakukan pengkajian berdasarkan kriteria yang ditentukan untuk memenuhi kebutuhan komunitas,
nilai dan kepercayaan, sumber-sumber, dan faktor lingkungan yang relevan.

Menganalisis data menggunakan teknik pemecahan masaJahdan model keperawatan, kesehatan


masyarakat, dan disiplin lain.

Menggunakan data untuk meugldentifikasi kecenderungan dan penyimpangan dari pola kesehatan
yang diharapkan di komunitas.

Melakukan pengkajian data dokumen yang tidak dimengerti yang terlibat dalam proses.

Menerapkan etik, hukum, dan menghormati privasi klien dalam mengumpulkan, mengolah, serta
menyampaikan data dan informasi.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Mengumpulkan data dari berbagai sumber antardisiplin dengan menggunakan metode yang sesuai
untuk mendapatkan atau memverifikasi data yang berfokus pada komunitas.

Bekerja sarna dengan kornunitas, tenaga profesional kesehatan, dan pemangku kepentingan lain
dalam pengumpulan data.

Menginterpretasikan data dari berbagai sumber yang didapat selama proses pengkajian secara
kompleks.

Konsultasi dengan perawat kesehatan komunitas, komunitas, tim antardisiplin, dan pemangku
kepentingan lain dalam mefencanakan, mengatur, dan mengevaluasi sistem data yang berfokus
pada kebutuhan dan keperluan komunitas.

STANDAR 2: PRIORITAS DAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

Perawat kesehatan komunitas menganalisis pengkajian data untuk menentukan prioritas atau
diagnosis komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas


Mendapatkan prioritas atau diagnosis komunitas berdasarkan pengkajian data seperti input dari
komunitas.

Menganalisis data yang berhubungan dengan akses dan penggunaan pelayanan kesehatan,

Faktor yang berhubungan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Paparan yang ada dan berpotensi membahayakan.

Keperawatan dasar dan ilmu kesehatan masyarakat yang terkait.

Validasi diagnosis atau kebutuhan dari komunitas, dinas kesehatan dan organisasi masyarakat
setempat, lokal, wilayah, dan statistik kesehatan yang ada dan dapat diaplikasikan.

Diagnosis dokumen atau kebutuhan dengan cara memfasilitasi komunitas yang terlibat dalam
menentukan reneana dan hasil yang diharapkan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Mengorganisasikan data dan informasi kompleks yang didapat selama proses diagnosis kesehatan
komunitas (sosial, budaya, demografi, status kesehatan, risiko kesehatan, geografi, Iingkungan)
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan risiko kesehatan komunitas.

Secarasistematis, membandingkan dan menilai datakomunitasyang relevan serta berprinsip pada


ilmu dan kejadian di lingkungan dalam mernformulasikan diagnosis banding dan menentukan
prioritas.

Berfungsi sebagai penghubung dalam komunitas, tenaga profesional kesehatan, dan pemangku
kepentingan lain.

STANDAR 3: IDENTIFIKASI HASIL

Perawatkesehatan komunitas mengidentifikasi hasilyang diharapkan untuk merencanakan


berdasarkan prioritas atau diagnosis komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Melibatkan komunitas, profesional lain, organisasi, dan pemangku kepentingan dalam merumuskan
hasil yang diharapkan.

Memperoleh kompetensi budaya yang diharapkan dari diagnosis.

Mempertimbangkan kepercayaan dan nilai komunitas, risiko, keuntungan, biaya.. bukti i1miah
terkini, dan keahlian ketika merumuskan prioritas dan hasil yang diharapkan.

Memasukkan pengetahuan fakror lingkungan dan kejadian, sumber yang tersedia, waktu yang
diperkirakan, etik, hukum, dan pertimbangan privasi dalam mencntukan hasil yang diharapkan.

Mengembangkan hasil yang diharapkan serta menyediakan kelanjutan proses dari identifikasi
kebutuhan dan perhatian komunitas.
Memodifikasi hasil yang diharapkan berdasarkan perubahan status kebutuhan dan perhatian
komunitas serta ketersediaan sumber daya.

Dokumen hasil yang diharapkan sebagai tujuan yang bisa diukur rnenggunakan bahasa yang dapat
dimcngerti untuk melibatkan semua komponen.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialls Kesehatan Komunitas

Menjamin bahwa mitra profesional terlibat dalam mengidenlifikasi harapan yang diinginkan yang
dilakukan dengan bukti i1miah dan dapat diaplikasikan rnelalui implementasi praktik berbasis
bukti (evidence-based practice).

Struktur hasil yang diharapkan dapat diukur untuk melaporkan seperti faktor efektivitas biaya dalam
menentukan kebutuhan kcsehatan, komunitas, organisasi, dan kepuasan pemangku kepentingan lain
serta keberlanjutan dan konsistensi di antara perawat dan tenaga professional lainnya dalam
memberikan layanan kesehatan yang bcrhubungan dengan program dan layanan, resolusi, atau
mengurangi kebutuhan kesehatan.

Menerapkan kompetensi kesehatan masyarakat dan keperawatan ketika mengukur efektivitas


praktik dalam komunitas atau populasi.

STAN DAR 4: PERENCANAAN

Perawat kesehatan komunitas mengembangkan perencanaan untuk mengidentifikasi strategi,


rencana tindakan, dan alternatif untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengembangkan komunitas yang berfokus pada perencanaan untuk pelayanan yang berhubungan
dengan kesehatan berdasarkan pengkajian prioritas kebutuhan dan risiko kesehatan.

Memasukkan pendekatan promosi dan pemulihan kesehatan; pencegahan penyakit, kecelakaan,


atau penyakit; serta respons dan persiapan keadaan gawat darurat yang menjadi perhatian atau
kebutuhan komunitas.

Mempertahankan kontinuitas di dalam dan lintas program.

Menetapkan perencanaan yang menggambarkan kompetensi budaya, pendidikan dan prinsip


pembelajaran, serta prioritas yang mewakili kebutuhan komunitas dalam waktu yang berbeda.

Mempertahankan partisipasi dari komunitas yang diidentifikasi, tenaga kesehatan profesional,


organisasi, dan pemangku kepentingan lain dalam menentukan peranan dalam perencanaan,
implernentasi, dan proses evaluasi.

Menerapkan standar yang ada, hukurn, peraturan, dan kebijakan dalam proses perencallaan.

Mengintegrasikan kecenderungan penelitian keperawatan terkini dan kesehatan masyarakat yang


berhubungan dengan proses perencanaan.

Mempertimbangkan dampak ekonomi dari perencanaan komunitas dan organisasi.


Mendokumentasikan perencanaan menggunakan bahasa yang menghormati kultur masyarakat dan
dapat dipahami oleh seluruh partisipan.

Menggunakan istilah-istilah standar dalam mendokumentasikan perencanaan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Menerapkan pengkajian dan strategi implementasi dalam perencanaan yang menggambarkan bukti
yang ada, meliputi data, penelitian, literatur, dan pengetahuan kesehatan masyarakat.

Merencanakan strategi dan alternatifyang sesuai dengan komunitas dan mitra profesional lalnnya
untuk mernecahkan kebutuhan kompleks pada komunitas yang berlsiko.

Menyintesis nilai dan kepercayaan dalam kornunitas dengan mitra profesional dalam merencanakan
proses.

Memimpin perawat kesehatan komunitas dan tim rnulti-sektor lain dalam menggunakan prinsip-
prinsip perencanaan pada komunitas yang berfokus pelayanan dan program.

Berpartisipasi pada pengembangan dan perbaikan berkelanjutan dari sistem organisasi yang
mendukung proses perencanaan.

Berpartisipasi dalam integrasi kernanusiaan, fiskal, materi, llmu pengetahuan, dan sumbersurnber
dalam komunitas untuk meningkatkan dan melengkapl proses perencanaan untuk program atau
pelayanan.

Menjamin penggw1aanstandar yang ada, hukurn, peraturan, dan kebijakan yang dipergunakan
dalam proses perencanaan.

STANDAR 5: IMPLEMENTASI

Perawat kesehatan komunitas mengimplementasikan rencana yang telah dlidentifikasi bersama tim
kesehatan lain.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengimplementasikan rencana yang diidentifikasi secara arnan, sesuai jadwal, dan berkolaborasi
dengan tim multi-sektor,

Menerapkan strategi berbasis bukti dan rencana tindakan, terrnasuk kesempatan untuk membangun
jaringan (network) dan advokasi yang spesifik serta menjadi perhatian dan kebutuhan komunitas.

Menggunakan sistem dan surnber-sumber dalam komunitas ketika mengimplemetasikan reneana.

Memantau irnplementasi dari pereneanaan dan pengukuran surveilans untuk status kesehatan
komunitas.

Mendokumentasikan implemetasi dari pereneanaan termasuk modifikasi.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas


Menginterpretasikandata surveilans yangberhubungan dengan pereneanaan dan status kesehatan
komunitas,

Menyertakan pengetahuan dan strategi baru dalam aksi pereneanaan untuk meningkatkan
irnplementasi.

Mernodifikasi reneana berdasarkan pengetahuan baru, respons kornunitas, atau faktor relevan lain
untuk meneapai hasil yang diharapkan.

Mengadvokasi surnber-sumber yang dibutuhkan komunitas untuk mengimplementasikan rencana.

Menjembatanihubungankolaborasi baru dengan temansejawat, profesional lain, wakil komunitas


atau populasi, dan pemangku kepentingan lain untuk mengimplementasikan perencanaan rnelalui
strategi seperti membangun kemitraan.

Mempromosikan organisasi, kemitraan komunitas, dan sistem yang mendukung perencanaan.

STANDAR 5A: KOORDINASI

Perawat kesehatan komunitas mengoordinasikan program, pelayanan, dan aktivitas lain dalam
mengimplementasikan reneana yang teridentifikasi,

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mempromosikan kebijakan, program, dan pelayanan untuk meneapai hasil yang diharapkan.

Melakukan surveilans, penemuan kasus, dan pelaporan dengan tenaga profesional dan pemangku
kepentingan lain.

Mendokumentasikan koordinasi dan laporan yang diperlukan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Menjadi pemimpin dalam memberikan program yang terintegrasi, program surveilans dan
pelayanan, serta implemetasi kebijakan publik.

Menyintesisdata dan informasi untuk memulai sistem,kornunitas, dan alokasisumber lingkungan


yang mendukung pe1aksanaanprogram dan pelayanan.

STANDAR 5 B: PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

Perawat kesehatan komunitas bekerja dengan strategi pendidikan untuk promosi kesehatan,
mencegah penyakit, dan meyakinkan lingkungan yang nyaman pada komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Termasuk pendidikan kesehatan yang sesuai dalam implementasi program dan pelayanan untuk
komunitas.

Menentukan pengajaran dan metode belajar yang sesuai dengan komunitas dan identifikasi sasaran
hasil komunitas.
Menawarkan budaya yang sesuai promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan informasi keamanan
lingkungan, serta bahan pendidikan pada komunitas.

Mengumpulkan umpan balik (feedback) dari partisipan untuk menentukan efektivitas program dan
pelayanan serta merekomendasikan perubahan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Menerapkan kepemimpinan dalam keperawatan dan tenaga profesionallain dalam merencanakan


program pelayanan dan pendidikan berdasarkan pengkajian dan perencanaan.

Merancang informasi kesehatan dan program berdasarkan perilaku kesehatan serta prinsip dan teori
belajar.

Memodifikasi program yang telah ada berdasarkan umpan balik partisipan, penyedia layanan,
tenaga profesional, dan pemangku kepentingan lain.

Mengembangkan surnber-sumber informasi kesehatan yang secara kultural sesuai dengan


komunitas.

STANDAR 5 C: KONSULTASI

Perawat kesehatan komunitas menyediakan konsultasi pada berbagai kelompok komunitas dan
pemerintah untuk memfasilitasi implementasi program dan pelayanan.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengonsultasikan dengan organisasi masyarakat dan kelompok untuk memfasilitasi partisipasi


dalam pelayanan dan program.

Menyediakan testimoni dan pendapat profesional dalam mendukung aktivitas program khusus.

Berkomunikasi secara efektif menggunakan berbagai media dengan kelompok pemilih selama
konsultasi.

Mendokumentasikan lingkup dan efektivitas dari konsultasi yang diberikan komunitas.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Sintesis data dari pemerintah pusat, provinsi, daerah, serta sumber lain dengan kerangka kerja
teoretis dan bukti untuk menyediakan konsultasi ahli dalam implementasi program dan pelayanan.

Menyediakan testimoni ahli pada pemerintah tingkat pusat, daerah, dan setempat dalam
mendukung program dan pelayanan yang diberikan pada komunitas yang berisiko.

Mengomunikasikan informasi selama konsultasi yang memiliki pengaruh positif pada ketetapan
program dan pelayanan pada komunitas.

Membuat proposal dan laporan yang mendukung kebutuhan program dan pelayanan.

STANOAR 5 D: AKTIVITAS PENGATURAN


Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mengimplementasikan
hukum kesehatan masyarakat, pengaturan, dan kebijakan.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Edukasi pada komunitas yang berhubungan dengan hukum, regulasi, dan kebijakan.

Berpartisipasi dalam aplikasi hukurn kesehatan masyarakat, regulasi, dan kebijakan rneliputi
kegiatan pemantauan (monitoring) dan memeriksa peraturan yang ada.

kaninformasi spesifik mengenai situasi yang dilaporkan kepada dinas kesehatan.

Membantu menerapkan hukuman untuk mereka yang tidak mernatuhi hukum, regulasi, maupun
kebijakan,

Kriteria PengukuranTambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Berkolaborasi dalam kegiatan pengembangan hukum kesehatan masyarakat, regulasi, dan kebijakan.

Merencanakan dengan tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga profesional lain mengenai sistem
pelaporan serta kepatuhan hukum, regulasi, dan kebijakan.

Memantau pelaporan dan sistem kepatuhan untuk kualitas dan penggunaan sesuai dari surnber-
sumber yang tersedia.

Menganalisis data dari sistem pelaporan dan kepatuhan.

Mengembangkan laporan bagi unit kesehatan masyarakat yang diakui dan pembuat kebijakan yang
diperlukan oleh hukum, regulasi, dan kebijakan.

Berpartisipasi dalam persiapan koordinasi darurat dan merespons usaha, termasuk penggunaan dan
penerimaan sumber-sumber nasional yang strategis.

STANDAR 6: EVALUASI

Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengoordinasikan secara sistematis, berke1anjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria hasil


pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain.

Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk
menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program,dan
pelayanan.

Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitaspemantauan (monitoring) program
dan pelayanan.

Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi reneana, intervensi, dan
aktivitas yang sesuai.
Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk meningkatkan
efektivitas intervensi.

Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan pemangku
kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Merancang evaluasl rencana dengan ahli dan perwakilan komunitas serta para pernangku
kepentingan.

Memodifikasi evaluasi perencanaan untuk kebijakan, program, atau pelayanan yang sesuai.

MengevaJuasi efektivitas dari pereneanaan dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan dan
tidak diharapkan.

Menyintesis hasil dari analisis evaluasi untuk menentukan akibat dari reneana yang berpengaruh
pada komunitas, organisasi, atau kelompok lain.

Menerapkan hasil dari analisis evaluasi untuk rnembuat atau rnerekomendasikan proses atau
perubahan hasil dalam kebijakan, program. dan pelayanan yang sesuai.

STANDAR 7-KUALITAS PRAKTIK

Perawat kesehatan komunitas secara sistematis mcnirrgkatkan kualitas dan efektivitas praktik
keperawatan.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mendemonstrasikan kualitas melalui pencrapan proses keperawatan dengan cara tanggung jawab,
tanggung gugat, dan etik,

Mengimplemetasikan pengetahuan baru dan peningkatan kinerja untuk mengawali perubahan


dalam praktik keperawatan kesehatan komunitas dan pembcrian layanan keperawatan pada
komunitas.

Menyertakan kreativitas dan inovasi dalam aktivitas untuk rnemperbaiki kualitas praktik
keperawatan.

Mengembangkan implementasi serta prosedur evaluasi dan prosedur untuk meningkatkan kualitas
praktik.

Berpartisipasi dalam lingkup kegiatan peningkatan kinerja yang sesuai dengan posisi perawat,
pendidikan, dan praktik lingkungan. Aktivitas tersebut adalah sebagai berikut.

Identifikasi aspek dad pentingnya praktik untuk rnemantau kualitas.

Bekerja berdasarkan bukti indikator untuk memantau kualitas dan efektivitas praktik keperawatan.
Mengumpulkan data untuk rnemantau praktikkeperawatan kesehatan komunitas, termasuk
ketersediaan, aksesibilitas, dapat diterima, kualitas, dan efektivitas dari kebijakan, program, dan
peJayanan.

Menganalisis data guna mengidentifikasi kesempatan untuk memperbaiki praktik keperawatan.

Memformulasikan rekomendasi untuk memperbaiki hasil atau praktik keperawatan.

Mengimplementasikan aktivitas untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan.

Berpartisipasi dengan komunitas dan mitra profesional serta pemangku kepentingan lain dalem
mengevaluasi kebijakan, program. dan pelayanan.

Mengkaji faktor- faktor kiaerja profesional yang berhubungan dengan-keamanankomunitas,


aksesibilitas dengan pelayanan, efektivitas progl’am, dan pilihan keuntungan ataubiaya.

Menganalisis sistem organisasi untuk menghilangkan atau mengurangi hambatan dan meningkatkan
aset.

Mendokumentasikan pelaksanaan program dan pelayanan dengan cara merefleksikan pengukuran


kualitas.

Mendapatkan dan mempertahankan sertifikasl profesional jika ada dalam area keahlian,

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Membuat inisiatif peningkatan kualitas yang berhubungan dengan kebijakan, program, dan
pelayanan berdasarkan bukti yang ada.

Mengimplementasikan inisiatif untuk mengevaluasi kebutuhan berubah,

Mengevaluasilingkungan praktik dan kualitas layanan keperawatan yang diberikan berhubungan


dengan informasi berdasarkan bukti yang ada.

STANDAR 8: PENDIDIKAN

Perawat kesehatan komunit.asmemperoleh pengetahuan dan kompetensi yang menggambarkan


praktik keperawatan kesehatan komunitas terkini.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan untuk mempertahankan dan meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan yaIlg dibutuhkan guna meningkatkan kesehatan komunitas.

Mencari pengalaman untuk mengembangkan dan mempertahankan kompetensi sesuai


keterampilan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan, program, dan pelayanan
untuk komunitas.

Identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan ilmu keperawatan dan pengetahuan kesehatan


masyarakat.
Identifikasi perubahan yang disyaratkan oleh undang-undang untuk praktik keperawatan dan
kesehatan masyarakat.

Mempertahankan catatan profesional yang mendukung bukti kompetensi dan pembelajaran seumur
hidup.

Mencari pengalaman formal dan aktivitas belajar mandiri untuk mempertahankan dan
mengembangkan keterarnpilan dan pengetahuan klinis profesional.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Menggunakan penelitian terkini guna mencari dan menemukan bukti lain untuk mengembangkan
pengetahuan kesehatan masyarakat serta meningkatkan peran dan pengetahuan dati isu-isu
profesional.

STANDAR 9: EVAlUASI PRAKTIK PROFESIONAl

Perawat kesehatan masyarakat mengevaluasi praktik keperawatan mandiri yang sesuai dengan
standar dan panduan praktik profesional, sesuai undang-undang, aturan, dan regulasi,

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengimplernentasikan praktikkomunitas yang berfokus padakebijakan, program, danpelayanan


dengan menghonnati etnis dan kultur setempat,

Melakukan evaluasi diri dari praktik yang dilakukan, identifikasi Iingkup kekuatan seperti lingkup
dimana tenaga profesionallain mengembangkan dan menguntungkannya. .

Meneari umpan balik dari praktik kornunitas baik seeara mandiri maupun bermitra dengan
kelompok profesionallain.

Mengimplernentasikan pereneanaan untuk memenuhi tujuan reneana kerja mandiri.

Mengintegrasikan pengetahuan dalam stan dar praktik yang digunakan saat ini, panduan, undang-
undang, aturan, dan regulasi ke dalam reneana kerja mandiri.

Memberikan rasional untuk kepercayaan praktik profesional, keputusan, dan tindakan sebagai
bagian dari proses evaluasi.

Mengaplikasikan pengetalman dari standar praktik yang digunakan saat ini, panduan, undang-
undang, sertifikasi, dan regulasi untuk diri sendiri dan pratinjau (review) kelompok,

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Terlibat pada proses formal yang sisternatis dalam mencari umpan balik dari praktik yang dilakukan
kelompok, teman sejawat, komunitas, organisasi professional, serta pemangku kepentingan.

Menganalisis praktik yang berhubungan dengan sertifikasi spesialis yang diperlukan sesuai.

STANDAR 1O: HUBUNGAN SEJAWAT DAN PROFESllAIN


Perawat kesehatan komunitas membangun hubungan kesejawatan ketika berinteraksi dengan wakil
komunitas, organisasi, dan pelayanan profesional serta berkontribusi terhadap
pengembanganke1ompok, sejawat, dan lainnya.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Membagi pengetahuan dan keterampilan dengan kelompok, sejawat, dan pihak lain.

Melakukan interaksi dengan kelompok, sejawat, dan pihaklain untukmeningkatkan keperawatan


profesional atau praktik kesehatan komunitas serta berperan sebagai diri sendiri dan orang lain.

Mengajari perawat kesehatan komunitas lain dan teman sejawat sesuai kebutuhan.
Mempertahankan hubungan kasih sayang dan saling menghormati dengan sejawat dan pemangku
kepentingan lain yang melibatkan kesehatan komunitas.

Berkontribusi pada lingkungan yang mendukung pendidikan berkelanjutan bagi ternan, tenaga
kesehatan profesional lain, dan komunitas.

Berkontribusi untuk mendukung lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Sebagai model praktik ahli bagi anggota tim multi-sektor dan komunitas.

Membuat kebijakan pengajaran dan program untuk perawat kesehatan komunitas dan tim lain.

Berpartisipasi dalam aktivitas yang memberikan kontribusi bagi pengembangan peran praktik
keperawatan di komunitas.

STANDAR 11: KOLABORASI

Perawat kesehatan komunitas berkolaborasi dengan perwakilan kornunitas, organisasi, dan tenaga
profesionallain dalam menyediakan dan melakukan promosi kesehatan pada komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Melakukan komunikasi dengan berbagai institusi dalam komunitas untuk mengumpulkan inforrnasi
dan mengembangkan kemitraan serta koalisi untuk identifikasi komunitas yang berfokus pada
masalah kesehatan.

Melakukan koordinasi dengan individu, kelompok, dan organisasi berbasis komunitas dalarn
pengkajian, perencanaan, implernentasi, dan evaluasi komunitas yang berfokus pada kebijakan,
program, dan pelayanan.

Mengaplikasikan pengetahuan keperawatan dan kesehatan kornunitas ke tim interdisiplin,


adrninistrasi, pembuat kebijakan, organisasi komunitas, masyarakat, dan mitra multi sektor.

Melakukan kerja sama dengan disiplin i1mulain dalam pengajaran, pengembangan program,
implementasi, penelitian, serta advokasi kcbijakan masyarakat.
Memberi kontribusi dengan tim multi-scktor lain dalam mengirnplementasikan kebijakan kesehatan
masyarakat yang dibutuhkan seperti identifikasi kasus, manajemen program, dan laporan
pendelegasian.

Melakukan kerja sama dengan individu, kelompok, koalisi, dan organisasi untuk berubah yang akan
berefek pada kebijakan kesehatan, program, dan layanan untuk memberikan hasil yang positif.

Mendokumentasikan interaksi kolaboratif dan proses terkait kebijakan, program, dan pelayanan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Mengembangkan kerja sama dan koalisi dengan organisasi kemasyarakatan untuk mengidentifikasi
kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan pelayanan.

Menggagas usaha kolaborasi lintas institusi dalam komunitas.

Merencanakan pendidikan, administratif, penelitian, dan program kebijakan masyarakat untuk


meningkatkan kesehatan komunitas.

Mengembangkan sistem untuk dokumentasi dan akuntabilitas dalam keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat termasuk kebutuhan regulasi.

STANDAR 12: ETIK

Perawat kesehatan komunitas harus mengintegrasikan nilai-nilai etik dalam semua area praktik.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengaplikasikan kode etik untuk perawat dengan pernyataan yang diuraikan (ANA,2001) dan
prinsip-prinsip etik praktik kesehatan komunitas (Public Health Leadership Society,2002) untuk
panduan praktik keperawatan kesehatan komunitas.

Memberikan program dan pelayanan dengan cara rnelindungi dan rnenghormati autonorni, harga
diri, dan hak populasi atau kornunitas juga individu.

Menerapkan standar etika dalarn advokasi kesehatan dan kebijakan sosial.

Mempertahankan kerahasiaan individu dalam ukuran legal dan sesuai regulasi.

Membantu individu, kelompok, dan komunitas dalam mengembangkan keterampilan untuk advokasi
diri.

Mempertahankan hubungan profesional dan batas dengan individu dan kelompok dalam komunitas
ketika memberikan program dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Mendemonstrasikan komitmen untuk mengembangkan Iingkungan dan kondisi di mana gaya hidup
sehat kemungkinan dipraktikkan oleh individu, ternan, dan komunitas dalam bermitra.

Mengklarifikasi isu-isu sosial serta penghambat untuk hidup dengan kondisi sehat.

Berperan dalarn memecahkan isu-isu etik yang melibatkan ternan, kelompok komunitas, sistem, dan
pemangku kepentingan lain.
Melaporkan aktivitas ilegal, tidak sesuai dengan standar praktik yang ada, atau menggambarkan
praktik yang tidak sesuai.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Memberikan informasi dan kornunitas mengenai risiko, keuntungan, dan hasil dari kebijakan,
program, dan pelayanan.

Memberikan informasi pada pemerintah atau yang lain mengenai risiko, keuntungan, dan hasil
kebijakan, program, serta pelayanan berkaitan dengan keputusan yang memengaruhi pemberian
layanan kesehatan.

Bermitra dengan tim rnulti-sektor untuk mengidentifikasi risiko etik, keuntungan, dan hasil dari
kebijakan,program, dan pe1ayanan.

Mencermati isu-isu lingkungan dan sosial serta harnbatan untuk mencapai hidup sehat.

STAN DAR 13: PENELITIAN

Perawat kesehatan komunitas mengintegrasikan hasil penelitian ke dalarn praktik keperawatan


komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Menggunakan bukti terbaik yang ada, termasuk hasil penelitian untuk panduan dalarn praktik,
kebijakan, dan keputusan pemberian layanan.

Secara aktif berperan dalam aktivitas penelitian pada berbagai tingkat yang sesuai dengan tingkat
pendidikan dan posisi sese orang. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut,

Identifikasi komunitas dan kesempatan profesional yang ada untuk keperawatan dan penelitian
kesehatan masyarakat.

Berpartisipasi dalam pengumpulan data.

Berpartisipasi dalam lembaga, organisasi, atau komite penelitian yang berfokus komunitas.

Berbagi aktivitas dan hasil penelitian dengan kelompok dan lainnya.

Mengimplementasikan protokol penelitian.

Menganalisis dan menginterpretasi penelitian untuk aplikasi bagi praktik yang berfokus pada
komunitas secara kritis.

Menerapkan hasil penelitian keperawatan dan kesehatan masyarakat dalam pengembangan


kebijakan, program, dan pelayanan bagi komunitas.

Menerapkan penelitian sebagai basis pernbelajaran.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas


Berkontribusi pada ilrnu keperawatan dengan melakukan. atau menyintesis penelitian yang
ditemukan serta memeriksa dan mengevaluasi pengetahuan, teori, model, kriteria, dan pendekatan
kreatif untuk meningkatkan praktik dan hasil perawatan kesehatan.

Secara formal, menyebarkan hasil penelitian melalui aktivitas seperti presentasi, publikasi,
konsultasi, dan media lain.

STANDAR 14: MENGGUNAKAN SUMBER-SUMBER

Perawat kesehatan komunitas mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan


keamanan, efektivitas, biaya, serta dampak praktik pada komunitas dalam merencanakan dan
memberikan peJayanan, program, maupun kebijakan keperawatan dan kesehatan masyarakat.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Mengevaluasi faktor-faktor seperti keamanan, aksesibilitas, biaya, keuntungan, efisiensi, serta


dampak praktik pada komunitas ketika memilih pilihan praktik yang akan berakibat pada hasil yang
diharapkan.

Membantu mewakili komunitas khusus dan pemangku kepentingan lain dalam mengidentifikast dan
mengamankan layanan yang ada dan sesuai serta berhubungan dengan kebutuhan kesehatan.

Mengizinkan atau mendelegasikan tugas yang diambil ke dalam pertimbangan yang menjadi
kepeduhan kornunitas, potensial terjadi paparan dan bahaya,kompleksitas tugas,dan kemampuan
prediksi hasil yang diharapkan.

Membantu komunitas dalam memberikan informasi mengenai pilihan, biaya, risiko, dan keuntungan
dari kebijakan, program, dan pelayanan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialls Kesehatan Komunitas

Menggunakan sumber-sumber komunitas dan organisasi untuk memformulasikan perencanaan


multi-sektor untuk kebijakan, program, dan pelayanan.

Mengembangkan pendekatan inovatif pada kornunitas dan perhatian kesehatan masyarakat yang
meliputi penggunaan sumber-sumber efektif dan peningkatan kualitas,

Mengembangkan strategi evaluasi untuk mendemonstrasikan efektivitas dan keuntungan biaya,


serta faktor efisiensi yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dan praktik kesehatan
komunitas.

STANDAR 15: KEPEMIMPINAN

Perawat kesehatan komunitas menerapkan prinsip kepemimpinan dalam keperawatan dan


kesehatan komunitas.

Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Terlibat dalam pengembangan tim multi-sektor dan membangun koalisi termasuk profesional lain,
kornunltas, dan pemangku kepentingan.
Meningkatkan Iingkungan kerja yang sehat.

Menjabarkan rnisi, tujuan, rencana, aksi, maupun mengukur hasil keperawatan, program. Serta
layanan kesehatan komunitas kepada tenaga profesionallain atau komunitas.

Advokasi kesempatan yang berkelanjutan serta pernbelajaran seumur hidup untuk diri sendiri dan
yang lain.

Mengajarikelompok, pemangku kepentingan, dan lainnya dalam komunitas untuk menyukseskan


program atau pelayanan melalui panduan dan strategi lain.

Menunjukkan krcativitas dan fleksibilitas melalui waktu yang selalu berubah.

Mengembangkan budaya ill mana sistern dimonitor dan dievaluasi untuk menlngkatkan kualitas
kebljakan, program. dan pelayanan komunitas.

Mengoordinasikan program dan pelayanan lintas area di antara tim multi-sektor lain.

Melayani peran kepemimpinan dalam lingkungan kerja, populasi, dan komunitas.

Meningkatkan keahlian kesehatan komunitas dan keperawatan melalui partisipasi di organisasi


profesi.

Berfungsi sebagai pemimpin tim kesehatan komunitas dalam persiapan situasi gawat darurat dan
mendelegasikan tugas seperti yang tereantum dalam standar protokol pelaksanaan.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Mengadvokasi para pengambil kebijakan untuk memengaruhi kebijakan kesehatan komunitas serta
program dan pelayanan untuk mempromosikan komunitas yang sehat.

Memberikan arahan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan, program, dan pelayanan yang
disediakan oleh tim multi-sektor lain.

Menggagas dan merevisi protokol atau panduan yang menggambarkan praktik berbasis bukti untuk
merefleksikan perubahan yang diterima dalam pemberian program dan pelayanan atau
rnengidenrifikasi masalah penting dalam komunitas.

Memprornosikan atau mengomunikasikan informasi rnengenai spesialis keperawatan kesehatan


komunitas meIaJui tulisan, publikasi, dan presentasi profesional atau audiens yang ada.

Mendemonstrasikan pendekatan inovatif pada kesehatan komunitas dan praktik keperawatan untuk
meningkatkan hasil yang diharapkan.

Mengorganisasikan perencanaan formal dalam berespons pada keadaan gawat darurat di


komunitas.

STANDAR 16: ADVOKASI

Perawat kesehatan kornunitas melakukan advokasi dan usaha keras untuk melindungi kesehatan,
keamanan, dan hak-hak komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas

Menyatukan identifikasi kebutuhan komunitas dalam pengembangan kebijakan, program, atau


rencana peJayanan.

Mengintegrasikan advokasi ke dalam implementasi kebijakan, program, dan pelayanan komunitas.

Mengukur efektivitas untuk advokasi komunitas ketika mengkaji hasil yang diharapkan.

Menerapkan kerahasiaan, etik, hukurn, privasi, dan panduan profesional dalam pengembangan
kebijakan dan isu-isu lainnya.

Mendernonstrasikan keterampllan dalarn advokasi dihadapan penyedia layanan dan pernangku


kepentingan atas nama komunitas.

Berusaha keras memecahkan konflik yang berasal dari kornunitas, peayedia layanan, pemangku
kepentingan untuk memastikan kearnanan serta menjaga rninat baik komunitas dan integritas
perawat profesional.

Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas

Mendemonstrasikan keterampilan dalam advokasi dihadapan wakil masyarakat dan pernbuat


kebijakan atas nama kornunitas, program, dan pelayanan kesehatan.

Membuat bahan-bahan untuk proses advokasi berdasarkan kebutuhan komunitas, program, dan
pelayanan.

Menunjukkan tanggung jawab dan integritas dana publik untuk proses pengembangan kebijakan.

Me1ayanisebagaiahli untuk kelompok, kornunitas, penyedia layanan, dan pemangku kepentingan


lainnya dalam meningkatkan dan mengimplementasikan kebijakan kesehatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai