Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI

PENGUKURAN EVAPORASI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi

Yang diampu oleh Ibu Fatiya Rosyida S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

1. Ajeng Maret Tania (190721637655)


2. Alifvia Novita Putri R. (190721637603)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

NOVEMBER 2019
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI PENGUKURAN EVAPORASI

A. Tujuan

Evaporasi merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap air. Evaporasi


dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu, jumlah pohon, keterbukaan dan
sebagainya. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan tingkat evaporasi di setiap
wilayah. Adapun tujuan praktikum evaporasi adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis waktu yang paling besar terjadi evaporasi


2. Menganalisis perbedaan evaporasi air bersih dengan air tercemar
3. Menganalisis hubungan kondisi lingkungan dengan evaporasi

B. Dasar Teori

.Menurut Davie, Evaporation is the transferal of liquid water into a


gaseous state and its diffusion into the atmosphere (Davie, 2008:36). Evaporasi
merupakan proses berubahnya air menjadi gas ke atmosfer melalui proses
penguapan oleh adanya insolasi sinar matahari. Pada daerah kutub, evaporasi
dapat terjadi melalui menyublimnya es dan salju. Evaporasi adalah peristiwa
berubahnya air atau es menjadi uap air di udara. Dalam proses daur hidrologi,
evaporasi merupakan perpindahan air dari permukaan lautan dan daratan ke
atmosfir. Penguapan/evaporasi air laut merupakan tahapan pertama dalam daur
hidrologi dan berpengaruh terhadap masukan air ke dalam daratan. Penguapan
ini terjadi pada setiap kondisi temperatur, sampai udara di atas permukaan
menjadi jenuh oleh uap air.

Sekitar 85% evaporasi terjadi di lautan. Proses evaporasi terjadi karena


adanya ketersediaan energy panas dan deficit tekanan uap air yang tergantung
pada factor cuaca seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer,
radiasi matahari, kualitas air dan sifat permukaan yang berevaporasi. Faktor-
faktor tersebut dipengaruhi oleh factor lainnya seperti factor lokasi geografis,
musim, interval waktu dan lain-lain sehingga proses evaporasi merupakan
proses yang cukup rumit untuk dilakukan pengukuran dan perhitungannya.
Pada dasarnya, dalam peristiwa evaporasi berlangsung 2 proses yang
berkelanjutan, yaitu:

a. Interface Evaporation yaitu proses transformasi dari air menjadi uap


air di permukaan air. Proses ini tergantung pada besarnya energy yang
tersimpan.
b. Vertical Vaportransfer yaitu pemindahan udara yang sudah kenyang
uap air dari interface ke atmosfer.

Besar kecilnya penguapan air di bumi dipengaruhi oleh banyak faktor,


antara lain :

1. Kelembapan udara, semakin tinggi kelembapan udara maka


penguapan akan semakin kecil.
2. Tekanan udara, semakin besar tekanan udara maka penguapan akan
semakin besar.
3. Kedalaman dan luas permukaan air, semakin dalam air akan semakn
kecil penguapan dan semakin luas permukaan akan semakin besar
penguapan.
4. Kualitas air, air yang tercemar oleh ion-ion bermuatan jika terkena
panas matahari, ion tersebut akan bergerak lebih cepat, sehingga suhu
air menjadi lebih tinggi dan penguapan menjadi lebih besar.
5. Kecepatan angin, semakin besar kecepatan angina bertiup maka akan
semakin besar penguapan.
6. Topografi, suatu daerah yang letaknya semakin tinggi, maka suhunya
kan semakin rendah. Akibatnya penguapan juga semakin kecil.
7. Iklim/musim, perbedaan iklim dan musim memengaruhi perbedaan
penguapan air yang terjadi di suatu daerah.
8. Lama penyinaran, semakin lama suatu tempat (badan air) mengalami
penyinaran akan semakin besar penguapan yang terjadi.
9. Temperatur, semakin tinggi temperature air akan semakin tinggi pula
penguapan.
C. Alat dan Bahan

1. Toples (diameter 10 cm)


2. Air bersih
3. Air tercemar
4. Meja lipat (30 cm diatas permukaan tanah)
5. Alat tulis (spidol, penggaris, buku, bolpoin)
6. Handphone (untuk mengukur suhu)

D. Langkah Kerja

1. Menuangkan air bersih dan air tercemar pada masing-masing toples


2. Meletakkan kedua toples tersebut di atas meja lipat yang telah
ditentukan lokasinya
3. Mencatat suhu setiap 2 jam, mulai dari jam 06.00-18.00
4. Mengamati perubahan ketinggian air pada masing-masing toples setiap
2 jam. Catat perubahan ketinggian air tersebut dari jam 06.00-18.00
E. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1: Rekapitulasi Data Praktikum

Rekapitulasi Data Praktikum


No Lokasi Evaporasi Kondisi Lingkungan
Air Air Lantai Luas Keterbu Pohon
Bersih Tercemar (m2) kaan
(mm) (mm)
1 Parkiran 30 34 3 782 3 1
sepeda
motor
rektorat

2 Jemuran 28,4 27 3 600 2 2


pondok

3 Parkiran 24 26 3 497 3 0
mobil
rektorat

4 Depan 11 20 3 41 2 2
asrama
putri

5 Sebelah 14 22 3 251 2 10
barat
mushola
fis

6 Depan 14 16 3 689 3 10
pasca
sarjana
depan
rektorat

7 Depan 22 42 3 140 3 3
bengkel
FIP
8 Jl 16 14 3 105 3 8
Soekarno
-Hatta
Indah II
no.49

9 Depan 18 20 2 172 2 2
FIS
10 Jl. 16 14 3 50 2 7
Galungg
ung
no.54k

11 Taman 10 20 1 5430 3 38
depan
perpusta
kaan

12 Jl. 38 54 3 20 2 0
Terusan
Ambara
wa 13C

13 Lap A2 50 28 3 164 3 2
dekat
Rektorat

14 Jl. Tirto 16 20 3 15 2 0
Tomo
Landung
sari

15 Halaman 14 5,6 2 90 3 0
rumah
Badiatus

16 Depan 26 30 3 877 2 8
rektorat
(Karangp
loso)
17 Taman 20 16 3 373 2 5
P.IPS

18 Lap A2 24 24,4 3 103 3 8


samping
lap voly
19 Perum 24 18 4 90 2 5
pondok
alam
sigura-
gura

20 Dekat 30 32 3 928 3 5
lap futsal
A2

Nilai 4 5430 3 38
50 54
Maksimal
Nilai Minimal 10 5.6 1 15 2 0
Rata - rata 22.97 25.57

Rata – rata evaporasi yang didapat dari hasil praktikum adalah sebagai
berikut :
• Air bersih = 22,97 mm
• Air tercemar = 25,57 mm

Jika dilihat dari rata – rata yang dihasilkan, mengindentifikasikan bahwa


air tercemar lebih banyak mengalami proses evaporasi dibandingkan dengan
air bersih. Hal ini dikarenakan di dalam air tercemar terkandung ion – ion yang
bermuatan yang mudah teruapkan dan terangkat ke atmosfer dan bergerak lebih
cepat. Hal tersebut dapat mempercepat laju evaporasi yang diimbangi dengan
suhu yang semakin panas sebagai akibat sinar matahari yang semakin terik.
Akibatnya, evaporasi air tercemar lebih besar dibandingkan evaporasi air
bersih.

Nilai maksimum dan nilai minimum


Nilai maksimum evaporasi air tercemar yaitu 54 mm sedangkan air
bersih yaitu 50 mm. Dalam data ini menyatakan bahwa air tercemar mengalami
evaporasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan air bersih. Selain karena
air tercemar mengandung ion-ion yang bermuatan, evaporasi tersebut juga
dipengaruhi oleh luas, keterbukaan, jumlah pohon, jenis lantai dan juga suhu.
Akibatntya, di setiap wilayah tingkat evaporasinya berbeda-beda.
Tabel 2 : Evaporasi pada perhitungan waktu per 2 jam

Air Tercemar
No Tempat Waktu Air Bersih (mm)
(mm)

06.00 0 0
08.00 2 2
Perum Pondok 10.00 2 1
1 Alam Sigura 12.00 4 4
Gura 14.00 3 2
16.00 0 0
18.00 1 0
06.00 0 0
08.00 3 2
10.00 2 2
2 Taman PIPS 12.00 2 2
14.00 1 1
16.00 2 1
18.00 0 0
06.00 0 0
08.00 3 6
10.00 2 4
3 Bengkel FIP 12.00 2 3
14.00 1 2
16.00 2 4
18.00 1 2
06.00 0 0
08.00 1 1
10.00 0 1
Sebelah barat
4 12.00 2 3
musholla FIS
14.00 2 2
16.00 1 3
18.00 1 1
06.00 0 0
08.00 3 5
Lapangan A2 10.00 4 1
5 sebelah lap 12.00 4 2
volly 14.00 2 2
16.00 1 2
18.00 1 1
06.00 0 0
Taman depan
6 08.00 0 0
perpus
10.00 0 1
12.00 0 4
14.00 3 4
16.00 3 8
18.00 5 10
06.00 0 0
08.00 0 0
Halaman 10.00 1 0,5
7 rumah karang 12.00 1 1
ploso 14.00 3 0,8
16.00 2 0,5
18.00 0 0
06.00 0 0
08.00 2 1
10.00 2 2
Jl. Tirto utomo
8 12.00 2 1
Landung Sari
14.00 2 3
16.00 0 2
18.00 0 1
06.00 0 0
08.00 1 3
10.00 2 2
Asrama putri
9 12.00 1 2
UM
14.00 1 1
16.00 0 0
18.00 0 0
06.00 0 0
08.00 1 0
Jl. Soekarno 10.00 1 1
10 Hatta Indah 12.00 2 1
II/49 14.00 1 4
16.00 3 0
18.00 0 2
06.00 0 0
08.00 3 3
10.00 1 2
Depan pasca
11 12.00 2 1
sarjana
14.00 2 3
16.00 2 0
18.00 1 2
06.00 0 0
Lapangan A2 08.00 6 6
12 sebelah lap
10.00 3 0
basket
12.00 9 8
14.00 3 1
16.00 2 1
18.00 0 4
06.00 0 0
08.00 7 10
Jl. Terusan 10.00 0 0
ambarawa no
13 12.00 6 8
13C , Sumber
Sari 14.00 4 6
16.00 2 3
18.00 0 0
06.00 0 0
08.00 1 3
Depan 10.00 2 3
14 Gedung 12.00 5 5
Rektorat 14.00 3 2
16.00 1 1
18.00 1 1
06.00 0 0
08.00 1 1
Jl. 10.00 2 2
15 Galunggung 12.00 2 1
no 58k 14.00 1 1
16.00 1 1
18.00 1 1
06.00 0 0
08.00 1 1
10.00 2 2
Dekat lap
16 12.00 1 1
futsal A2
14.00 1 1
16.00 1 1
18.00 1 1
06.00 0 0
08.00 0 1
10.00 1 1
17 Depan FIS 12.00 4 4
14.00 2 2
16.00 2 2
18.00 0 0
06.00 0 0
08.00 2,5 3
Jemura
18 10.00 7 8
pondok
12.00 4 6
14.00 2 3
16.00 0 1
18.00 1 1
06.00 0 0
08.00 2 2
10.00 4 5
Parkiran mobil
19 12.00 1 1
rektorat
14.00 2 0
16.00 1 0
18.00 2 3
06.00 0 0
08.00 4 3
Parkiran 10.00 3 3
20 sepeda 12.00 2 2
rektorat 14.00 2 2
16.00 5 5
18.00 2 2

Dari data di atas dapat dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut :

Pukul 06.00 :

• Rata-rata evaporasi air bersih 0


• Rata-rata evaporasi air tercemar 0

Pukul 08.00 :

• Rata-rata evaporasi air bersih 2,105 mm


• Rata-rata evaporasi air tercemar 2,45 mm

Pukul 10.00 :

• Rata-rata evaporasi air bersih 2,2 mm


• Rata-rata evaporasi air tercemar 2,15 mm

Pukul 12.00 :

• Rata-rata evaporasi air bersih 2,95 mm


• Rata-rata evaporasi air tercemar 3 mm

Pukul 14.00 :
• Rata-rata evaporasi air bersih 2 mm
• Rata-rata evaporasi air tercemar 1,94 mm

Pukul 16.00 :

• Rata-rata evaporasi air bersih 1,55 mm


• Rata-rata evaporasi air tercemar 1,73 mm

Pukul 18.00 :

• Rata-rata evaporasi air bersih 0,9 mm


• Rata-rata evaporasi air tercemar 1,8 mm

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada pukul 06.00 belum
terjadi penguapan air, baik pada air bersih maupun air tercemar. Mulai pukul
08.00 sudah mulai ada penguapan tetapi masih sedikit. Dari hal tersebut dapat
diketahui bahwa evaporasi sudah mulai berlangsung karena matahari mulai
menyinari wilayah tersebut. Evaporasi paling besar terjadi pada pukul 12.00
siang menuju 14.00 yaitu dengan rata-rata evaporasi air bersih 2,95 mm dan
evaporasi air tercemar 3 mm. Hal ini terjadi dikarenakan sinar matahari
menyinari bumi secara maksimal sehingga suhunya pun tinggi dan
menyebabkan evaporasi yang tinggi pula. Sedangkan pada pukul 15.00 sampai
pukul 18.00 mulai terjadi penurunan proses evaporasi karena sinar matahari
sudah mulai terbenam dan suhunya pun sudah mulai turun. Akibatnya pada
waktu inilah proses evaporasi mengalami penurunan.

Tabel 3.a. Hubungan antara jumlah pohon dengan evaporasi air


bersih

Air Bersih Jumlah Pohon


(mm) 0-13 14-27 28-38
10-23 10 - 1
24-37 7 - -
38-50 2 - -
Jumlah 20
Dari data diatas dapat diartikan bahwa jumlah pohon yang paling
berpengaruh pada penelitian evaporasi pada air bersih terletak pada rentang 0
– 13 dengan tingkat evaporasi pada air bersih 10 - 23 mm sebanyak 10
sampel. Sedangkan jumlah pohon yang tidak terlalu berpengaruh pada
penelitian evaporasi pada air bersih terletak pada rentang 28 – 38 dengan
tingkat evaporasi 10 – 23 mm yaitu 1 sampel saja. Dari data tersebut semakin
sedikit pohon evaporasinya semakin sedikit. Hal ini bisa terjadi karena faktor
lain seperti kelembapan, angin dan lainnya.

Tabel 3.b. Hubungan antara jumlah pohon dengan evaporasi air


tercemar

Evaporasi Air Tercemar (mm)


Jumlah Pohon
5-21 22-38 39-54
0-13 9 8 2
14-27 - - -
28-38 1 - -
Jumlah 20

Dari data diatas dapat diartikan bahwa jumlah pohon yang paling
berpengaruh terletak pada rentang 0 – 13 dengan tingkat evaporasi pada air
tercemar 5 – 21 mm sebanyak 9 sampel. Sedangkan jumlah pohon yang tidak
terlalu berpengaruh terletak pada rentang 28 – 38 dengan tingkat evaporasi 5 -
21 mm sebanyak 1 sampel saja. Pada air tercemar ini dapat didimpulkan bahwa
semakin sedikit pohon maka evaporasinya semakin besar. Hal ini terjadi karena
sinar matahari tidak terhalang oleh pohon.

Tabel 4.a. Hubungan antara luas dengan evaporasi air bersih

Luas Evaporasi Air Bersih (mm)


(m2) 101- 23 24 - 37 38 - 50
15 - 1820 10 4 5
1821 - 3626 - - -
3627 - 5430 1 - -
Jumlah 20
Dari data diatas dapat diartikan bahwa luas yang paling berpengaruh
pada penelitian evaporasi pada air bersih terletak pada rentang 15 – 1820 m2
dengan tingkat evaporasi pada air bersih 10 - 23 mm sebanyak 10 sampel. Di
mana jika tempatnya sempit, maka sinar matahari akan terfokus dan
menyebabkan evaporasinya tinggi. Sedangkan luas yang tidak terlalu
berpengaruh terletak pada rentang 3627 – 5430 m2 dengan tingkat evaporasi 38
- 50 mm yaitu 1 sampel saja.

Tabel 4.b. Hubungan antara luas dengan evaporasi air tercemar

Luas Evaporasi Air Tercemar (mm)


(m2) 5-21 22-38 39-54
15 - 1820 9 8 2
1821 - 3626 - - -
3627 - 5430 1 - -
Jumlah 20

Dari data diatas dapat diartikan bahwa yang paling berpengaruh pada
penelitian evaporasi pada air tercemar terletak pada rentang 15 – 1810 m2
dengan tingkat evaporasi pada air tercemar 5 – 21 mm yaitu 9 sampel.
Sedangkan jumlah luas yang tidak terlalu berpengaruh terletak pada rentang
3626 – 5430 m2 dengan tingkat evaporasi 5 - 21 mm yaitu 1 sampel saja.

Tabel 5.a. Hubungan antara jenis lantai dengan evaporasi air bersih

Evaporasi Air Bersih


Lantai 10-23 mm 24-37 mm 38-50 mm
(rendah) (sedang) (tinggi)
1 1 - -
2 2 - -
3 8 6 2
4 - 1 -
Total 20

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jenis lantai 3 dengan tingkat
evaporasi 10-23 mm merupakan jumlah evaporasi terbanyak. Paving
merupakan jenis lantai yang menghasilkan evaporasi paling besar. Hal ini
disebabkan karena paving terbuat dari semen yang memiliki sifat mudah
menyerap dan melepaskan panas. Berbeda dengan tanah dan rumput yang
lambat dalam menyerap dan melepaskan panas. Sedangkan evaporasi air
bersihnya rata-rata berada di tingkat 10-23 mm atau tergolong rendah tetapi
dalam jumlah terbanyak yaitu 8 sampel. Hal ini disebabkan karena di dalam air
bersih tidak ada mikroorganisme yang menyerap oksigen disekitarnya.
Akibatnya, penguapannya rendah.

Tabel 5.b. Hubungan antara jenis lantai dengan evaporasi air


tercemar

Evaporasi Air Tercemar


Lantai 5-21 mm 22-38 mm 39-54 mm
(rendah) (sedang) (tinggi)
1 1 - -
2 2 - -
3 6 8 2
4 1 - -
Total 20

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa evaporasi air tercemar paling
banyak terdapat pada lantai 3 (paving) dengan rentang evaporasi 22-38 mm
atau tergolong sedang. Ini artinya tingkat evaporasi air tercemar lebih tinggi
jika dibandingkan dengan evaporasi air bersih. Hal ini disebabkan karena
dalam air tercemar terdapat ion-ion yang bermuatan di mana ketika terkena
panas matahari, ion tersebut bergerak cepat dan menyebabkan suhunya tinggi.
Akibatnya tingkat evaporasinya lebih tinggi. Selain itu, jenis lantai 3 yaitu
paving juga mempengaruhi di mana paving tersebut terbuat dari semen yang
memiliki sifat mudah menyerap dan melepaskan panas. Berbeda dengan tanah
dan rumput yang lambat dalam menyerap dan melepaskan panas yang
mempengaruhi tingkat evaporasi.
Tabel 6.a. Hubungan antara keterbukaan dengan evaporasi air bersih

Evaporasi Air Bersih


Keterbukaan 10-23mm 24-37 mm 38-50 mm
(rendah) (sedang) (tinggi)
1 - - -
2 6 3 1
3 5 4 1
Total 20

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keterbukaan 2 dan 3


memiliki jumlah yang seimbang yaitu masing-masing berjumlah 10 sampel. Di
mana keterbukaan 2 yaitu memiliki dua sisi yang diapit bangunan, sedangkan
keterbukaan 3 merupakan lokasi yang tidak ada bangunannya sama sekali. Hal
ini yang menyebabkan terjadinya evaporasi. Selain itu, evaporasi air bersih di
sini rata-rata tergolong rendah karena di dalam air bersih tidak ada
mikroorganisme yang menyerap oksigen disekitarnya. Akibatnya,
penguapannya air bersih tersebut rendah.

Tabel 6.b. Hubungan antara keterbukaan dengan evaporasi air


tercemar

Evaporasi Air Tercemar


Keterbukaan 5-21mm 22-38 mm 39-54 mm
(rendah) (sedang) (tinggi)
1 - - -
2 6 3 1
3 4 5 1
Total 20

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin terbuka suatu tempat
dan semakin tercemarnya air maka tingkat evaporasinya tinggi. Di mana dalam
data di atas rata-rata evaporasinya tergolong lebih tinggi dari evaporasi air
bersih. Hal ini dikarenakan jika suatu tempat itu terbuka maka sinar matahari
akan sampai ke bumi secara maksimal. Selain itu, sinar matahari tersebut
menyebabkan ion-ion dalam air tercemar menyebabkan pergerakan yang cepat,
sehingga suhunya menjadi tinggi dan cepat terjadi evaporasi.
Praktikum pengukuran evaporasi atau penguapan pada acara II ini
dilakukan di wilayah sekitar Universitas Negeri Malang yang dibagi dalam 20
titik. Pada praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisis waktu
yang paling besar terjadi evaporasi, menganalisis perbedaan evaporasi air
bersih dengan air tercemar dan menganalisis hubungan kondisi lingkungan
dengan evaporasi.

Lokasi pengukuran evaporasi yang kami lakukan berada di sebelah barat


mushola FIS Universitas Negeri Malang. Waktu pengukuran dilakukan pada
tanggal 12 Oktober 2019 mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.
Tempat pengukuran dilakukan di parkiran Sebelah barat mushola fis
Universitas Negeri Malang dengan luas wilayahnya 251 m². Keterbukaan
wilayah pengukuran termasuk dalam semi terbuka, karena ada tembok disisi
sebelah kanan maupun kiri di sekitar wilayah pengukuran. Lantai atau alas dari
pengukuran ini yaitu paving dengan dialasi meja lipat. Jumlah pohon
disekitarnya sebanyak 10 pohon. Pengukuran evaporasi dilakukan dengan cara
mengambil 2 sampel air berbeda, satu air bersih yang diambil dari kos Jalan
Jombang gg. 1 no.1 dan satu sampel berupa air tercemar yang diambil dari got
Jalan Terusan Surabaya.

Hasil dari pengujian sampel didapatkan hasil bahwa air yang menguap
pada sampel air bersih sebanyak 0,7 cm dari 10 cm, sedangkan pada sampel
air tercemar sebanyak 0,12 cm dari 10 cm. Dapat disimpulkan dari hasil
praktikum bahwa sampel air tercemar lebih cepat menguap dari pada sampel
air bersih.

Hubungan antara kondisi lingkungan terhadap tingkat evaporasi tersebut


tidak sesuai dengan teori yang ada. Hasil dari tabel tersebut menunjukkan
bahwa :

1. Luas wilayah pada saat pengujian tingkat evaporasi air bersih tersebut
dapat dikatakan berbanding lurus, sedangkan pada tingkat evaporasi air
tercemar dapat dikatakan hanya sedikit ada pengaruh yang dialami.
2. Pada tabel hubungan antara kondisi lantai terhadap tingkat evaporasi,
dapat dilihat bahwasannya teori pemantulan cahaya oleh lantai tidak
begitu berpengaruh terhadap tingkat evaporasi. Karena lantai
aspal/semen yang seharusnya dapat memantulkan cahaya secara penuh
tidak berpengaruh terhadap tingkat evaporasi. Sedangkan lantai paving
memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pemantulan cahaya karena
lantai paving dapat menyerap serta memantulkan cahaya. Pada tabel
selanjutnya menjelaskan bahwa jumlah pohon yang ada disekitar
tempat terjadinya evaporasi air bersih berbanding lurus dengan besar
kecilnya tingkat evaporasi. Sedangkan jumlah pohon yang ada disekitar
tempat terjadinya evaporasi air tercemar hanya mempengaruhi tingkat
evaporasi secara tidak penuh.
3. Kondisi keterbukaan lingkungan dinilai tidak berpengaruh secara
maksimal terhadap tingkat evaporasi air bersih. Sebaliknya, pada
tingkat evaporasi air tercemar kondisi keterbukaan lingkungan
berpengaruh secara maksimal.

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa luas wilayah, kondisi lantai, jumlah
pohon, serta keterbukaan lingkungan tidak berpengaruh secara penuh terhadap
tingkat evaporasi dua sampel air yang ada. Kami berpendapat bahwa mungkin
terdapat faktor – faktor lain yang mempengaruhi tingkat evaporasi sampel air
tersebut seperti arah datangnya cahaya, kecepatan angin, kelembapan udara,
itensitas penyinaran matahari, serta tinggi rendahnya tekanan udara
dilingkungan terjadinya evaporasi.

F. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa air tercemar lebih besar dan lebih cepat proses
evaporasinya dibandingkan air bersih. Hal ini dikarenakan air tercemar lebih
banyak mengandug ion – ion bermuatan yang apabila terpapar sinar matahari
menyebabkan ion tersebut akan bergerak lebih cepat dan suhu pada air lebih
panas dan sehingga memperbesar terjadinya evaporasi. Tetapi ada beberapa
faktor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya perbedaan besarnya evaporasi
yaitu keadaan lingkungan sekitar mulai dari banyaknya vegetasi di wilayah
praktikum, luas daerah yang mempengaruhi evaporasi yang dilihat dari
semakin luas suatu wilayah maka akan memperkecil laju evaporasi dan itu juga
terjadi sebaliknya. Selain itu, suhu atau temperature ikut juga mempengaruhi
evaporasi di mana semakin panas suhu akan memperbesar terjadinya evaporasi
dan juga sebaliknya. Sinar matahari menjadi faktor utama penentu besar atau
tidaknya evaporasi karena merupakan salah satu komponen untuk mengubah
air menjadi uap air yang terangkat ke atmosfer.

G. Daftar Pustaka

academia.edu. (18 November 2019). Praktikum Evaporasi. Diakses pada 18


November
2019,darihttps://www.academia.edu/10094130/Praktikum_Evaporasi

Utaya, Sugeng. 2013. Pengantar Hidrologi. Malang: Aditya Media Publishing

Wati, Trinah., Hidayat Pawitan, Ardhasena Sopaheluwakan.”Pengaruh


Parameter Cuaca terhadap Proses Evaporasi pada Interval Waktu yang
Berbeda”. Jurnal Penelitian (hlm.155-165). Bogor: Pusat Iklim Agroklimat dan
Maritim, BMKG

Lampiran

Gambar 1 : Meletakkan wadah 30 cm di atas permukaan tanah


Gambar 2 : Mengukur besarnya penyusutan

Gambar 3 : Mencatat hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai