Anda di halaman 1dari 18

Landasan ekonomi dab sejarah

LANDASAN EKONOMI
Pada zaman modern seperti ini kebanyakan manusia mengangsumsikan kebutuhan
ekonomi lebih pennting dari pada kebutuhan rohani,sehingga membuat ekonomi mendapat
perhatoan secara besar. Jarang yang meningkatkan spiritual melainkan lebih cenderung
meningkatkan ekonominya. Pada intinya mereka ingin hidup enak dengan kebutuhan ekonomi
perpenuhi.
Demokratisasi pendidikan merupakan salah satu isu yang sampai kini masih menjadi
persoalan baik pada tataran konseptual maupun implementasinya. Sehari-hari dapat diikuti dan
diamati beberapa isu penting, seperti: kondisi transisional ke arah masyarakat yang demokratis,
tuntutan pemerintahan yang demokratis, pembangunan ekonomi yang berorientasi kerakyatan,
kebijakan yang berpihak dan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, kebijakan
demokratisasi pendidikan, dan demokratisasi di bidang politik. Isu dan gejala-gejala tersebut
menunjukkan bahwa di masyarakat Indonesia telah terjadi suatu proses demokratisasi dalam
seluruh aspek kehidupan.
Dalam memasuki globalisasi ekonomi ini bangsa Indonesia harus menghadapi dua
kenyataan yang nampak paradoksal yaitu tantangan kerjasama disatu pihak dan persaingan
global dipihak lain. Dengan demikian pengaruh globalisasi ekonomi ini menuntut kualitas dan
ketahanan diri dan makin sempitnya peluang kerjanya dalam menjual jasa dan barang-barang
produksi serta dalam memperoleh uang. Globalisasi ekonomi membawa pergeseran paradigma
organisasi yaitu organisasi yang makin cerdas, makin lincah dalam berkompetensi. Organisasi
yang semula memiliki mata rantai komando panjang perlu berubah menjadi organisasi yang
lebih mengutamakan kecepatan, dimana dimungkinkan seseorang berkreasi lebih cepat, lebih
efisien dan lebih efektif.
PERAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN
Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan dibidang ekonomi pada
pembangunan jangka panjang tahun pertama dan kedua adalah karena :
1. Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
2. Agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini.
Sehingga, mengakibatkan munculnya berbagai usaha baru, pabrik-pabrik baru, badan-
badan perdagangan baru, dan badan-badan jasa yang baru, jumlah konglomerat bertambah
banyak, pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan negara bertambah.
Dalam pendidikan, berakibat banyak orang kaya secara sukarela mau menjadi bapak
angkat agar anak-anak tidak mampu bisa bersekolah, terlaksananya sistem ganda dalam
pendidikan yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar-
mengajar para siswa, dalam rangka mengembangkan keterampilan siswa, dan munculnya
sejumlah sekolah unggul yang didirikan oleh orang-orang kaya atau konglomerat atau
kumpulan dari mereka yang bertebaran di seluruh Indonesia. Sekolah ini lebih unggul dalam
prasarana dan sarana pendidikan, dan juga dalam menggaji pendidik-pendidiknya.
Akan tetapi, karena kebanyakan kebijaksanaan dan peraturan di buat maka banyak
sekali timbul ketidak harmonisan antar para pengusaha dalam menjalankan roda ekonomi yang
menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, maka di era globalisasi sekarang ini
keterpurukan ekonomi di Indonesia akan diterapkan kebijaksanaan dan peraturan yang baru
dan memperbaiki perekonomian bangsa sehingga rakyat yang menderita dapat dengan segera
menikmati hasil perekonomian kita yang mapan di masa yang akan datang baik perekonomian
yang bersifat makro dan mikro.

Ekonomi menjadi kebutuhan dasar manusia sehingga smua golongan dari orang kaya
sampai yang miskin memerlukan ekonomi walaupun tingkat kebutuhan mereka berbeda.
Dengan demikian pembahasan ekonomi tidak hanya membahas orang kaya saja melainkan
untuk smua orang. Termasuk orang dan dunia pendidikan yang ditekuni nya.
Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Dunia sekarang tidak disibukkan hanya masalah politik dan pertentangan melainkan
kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi slalu ditingkatkan,untuk menunjang itu maka pendidikan
diperkuat karakterny sehingga kelak akan berdampak pada kemajuan ekonomi masa yang akan
datang. Dengan tuntutan inilah pemerintah menguatkan pembangunan dibidang ekonomi yaitu
dengan munculnya Berbagai usaha baru,pabrik-pabrik baru,badan-badan perdagangan baru
dan jasa-jasa baru.
Pengembangan dalam ekonomi makro berpengaruh pula pada dunia pendidikan.banyak
orang kaya yang mengadopsi anak angkat dari orang tidak mampu kebutuhan ekonominya
sehingga mereka mendapat sekolah dengan baik dan sesuai dengan program pemerintah 9
tahun wajib belajar. Namun juga masih banyak orang kaya yang tidak mempedulikan nasib
pendidikan,mereka acuh tak acuh melihat realita kehidupan disekitarnya. Tetapi dengan adanya
orang kaya yang mau berbagi turut menopang pendidikan dinegeri ini untuk menjadi lebih baik.
Perkembangan selanjutnya sangat menggembirakan adalah terjadinya pendidikan
sistem ganda. Pendidikan ini adalah kerja sama antara pemerintah atau sekolah dengan
pengusaha-pengusaha untuk menrima siswa-siswa nya menjalani praktek kerja lapangan
sehingga mereka mampu kreatif inovatif dan yang paling penting mendapatkan pengalaman
belajar yang sesungguhnya. Karena peralatan yang disediakan sekolah masih minim sehingga
kerja sama seperti ini sangat membantu perkembangan pendidikan itu sendiri.
Namun tidak hanya perkembangan diatas saja karena masih ada perkembangan yang
sangat menggembirakan yaitu bermunculan sekolah-sekolah unggulan yang dibuat oleh para
pengusaha. Berarti pengusaha-pengusaha ini sangat mempedulikan pendidikan sehingga
mereka mau menyisihkan sebagian hartanya untuk membangun sekolah-sekolah yang bermutu
unggul. Mereka pun juga menyiapkan fasilitas pendukung pendidikan yang lebih lengkap
dibandingkan sekolah negeri bahkan tenaga pengajarnya pun lebih mumpuni karena mereka
mau membayar tenaga pengajar dengan gaji yang relatif besar.
Berbicara tentang lulusan sekolah unggul,Buchori(1996) menulis tentang arah sekolah-
sekolah seperti ini diluar negeri sebagai berikut:
1. Untuk membuat para siswa mencintai prestasi tinggi.
2. Mau dan bisa bekerja secara sempurna
3. Memiliki etos kerja dan membenci kerja setengah-setengah
4. Keseimbangan pengembangan jasmani dan rohani ,keseimbangan penguasaan pengetahuan
mas sekarang dengan pengetahuan masa lampau.
Jadi intinya tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positip atau cinta terhadap
prestasi ,cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar,menyadari
akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
Setelah membicarakan teori makro selanjutnya kita akan membicarakan secara mikro.
Pada umumnya orang mengatakan seorang dikatakan meningkat atau menurun tingkat
kehidupan nya di lihat dari ekonominya,jarang dilihat dari tingkatan kerohaniannya. Dengan
demikian tak perlu dipungkiri bahwa manusia kebanyakan ekonomi menjadi peranan penting
dalam kehidupannya. Bahkan ada yang nekad menggunakan cara-cara yang dilarang agama
pun di tempuh demi meningkatnya ekonomi,sperti: mencopet(kriminalitas),pergi kedukun
mencari pesugihan,mencurangi perdagangan,dan lain-lain.
Tidak hanya kehidupan bahkan ekonomi pun juga merambah kedua pendidikan,yaitu
sekolah-sekolah bahkan perguruan tinggi pun juga sangat ditentukan ekonominya. Perguruan
tinggi atu sekolah yang kaya akan leluasa bergerak mencukupi kebutuhan ekonominya
sehingga sarana dan prasarana pun terjamin mutunya,sedangkan sekolah atau perguruan tinggi
yang miskin akan sulit bergerak sehingga tidak bisa leluasa mencukupi kebutuhan sarana dan
prasarana jadi berdampak kemajuan sekolahan tersebut.
FUNGSI PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Jadi suatu organisasi
pendidikan dikatakan produktif kalau paling sedikit memiliki keseimbangan antara output dan
input. Menurut Thomas fungsi produksi dibagi menjadi 3 macam,yaitu:fungsi produksi
administrator,fungsi produksi psikologi dan fungsi produksi ekonomi.
Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala seuatu yang
disebut wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksut adalah :
1. Prasarana dan sarana belajar,termasuk ruang kelas. Penilaian untuk dapat diuangkan adalah
atas dasar luas dan kualitas bangunan.
2. Perlengkapan belajar ,media,dan alat peraga baik didalam kelas maupun dilaburatorium, yang
juga dihitung harganya dalam bentuk uang.
3. Buku-buku dan bentuk material lainya seperti film,disket,dan sebagainya,juga dapat
diuangkan.
4. Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium,kapur,kertas,alat tulis,dan
sebagainya dihitung dalam wujud uang.
5. Waktu guru bekerja dan personalia lainya yang dipakai dalam memproses peserta didik,yang
juga dinilai dengan uang.

Kelima jenis tersebut sudah dinilai dalam bentuk uang kemudian dijumlahkan.
Sementara itu output adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik.
Layanan layanan ini dihitung lewat sistem kredit semester atau SKS dan lama peserta didik
belajar. Kedua dalam bentuk uang.
Dengan demikian input maupun out put pada fungsi administrator ini dapat dihitung
dengan uang. Biaya input akan dibayar oleh lembaga sedangkan output akan dibayar oleh
peserta didik.
Selanjutnya adalah fungsi yang kedua yaitu fungsi produksi psikolog. Input produksi
ini sama dengan input administrator namun outpunya berbeda. Output fungsi prodiksi
psokologi adalah smua hasil siswa yang mencakup:
1. Peningkatan kepribadian
2. Pengarahan dan pembentukan sikap
3. Penguatan kemauan
4. Peningkatan estetika
5. Penambahan pengetahuan ,ilmu,dan teknologi.
6. Peningkatan keterampilan
7. Penajaman pikiran

Suatu lembaga pendidikan kalau dipandang berhasil apabila harga inputnya sama atau harga
outputnya lebih besar dari harga inputnya.
FUNGSI PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
Sama dengan yang terdahulu,fungsi pruduksi ini pun akan dipandang baik apabila harga
inputnya sama atu lebih kecil dari harga otputnya. Input fungsi produksi ini adalah sebagai
berikut:
1. Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.
2. Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti halnya uang
saku,transportasi,menbeli buku,alat-alat tulis ,dan lain sebagainya selama belajar atau kuliah.
3. Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat
sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Uang sperti ini biasanya disebut
opportunity cost.
Sementara itu yang menjadi out putnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah
tamat atau bekerja. Namun apabila belum pernah bekerja maka yang menjadi outputnya gaji
yang diterima setelah tamat dan bekerja.
Fungsi produksi ekonomi ini sangat bertalian erat dengan marketing didunia
pendidikan. Karena jaman sekarang realita pada masyarakat mereka yang sekolah setelah lulus
ingin bekerja meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan belajar atau studi mereka adalah untuk
mencari uang atau meningkatkan penghasilan.
Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan untuk
memberikan perubahan nilai, dengan target pasar, sebagai tujuan lembaga
pendidikan(kotler,1985). Marketing mencakup :1.Mendesain penawaran,2.Menentukan
kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik,3.Menentukan harga efektik
,mengadakan komunikasi,distribusi,dan meningkatkan motivasi serta layanan.
Keuntungan marketing ada beberapa hal termasuk kelemahan dalam sistem marketing
ini. Keuntunganya adalah:
1. Misi pendidikan terselenggara secara lebih sukses,sebab diisi dengan program yang menarik
2. Kepuasan masyarakat ditingkatkan.
3. Meningkatkan daya terhadap petugas ,peserta didik,dana,donator,dan sebagainya.
4. Meningkatkan efesiensi kegiatan pemasaran
Sedangkan kelemahannya antara lain:
1. Cenderung lembaga pendidikan menjadi usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan uang.
2. Idialisme pendidikan cenderung diabaikan.
Namun jika lembaga pendidikan ini melaksanakan marketing hanya terbatas hanya untuk bisa
meningkatkanpendaftaran calon dan untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang
lain dengan tidak meninggalkan idialisme sebagai lembaga pendidikan,hal ini masih bisa
diterima.
FUNGSI EKONOMI PENDIDIKAN
Fungsi ekonomi pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan.
Bukan merupakan modal untuk dikembangkan,bukan untuk mendapatkan keuntungan.
Ada 3 macam perencanaan biaya pendidikansebagai berikut:
1. Perencanaan secara tradisional,yaitu dengan menentukan macam-macam kegiatan
pendidikan,kemudian masing-masing kegiatan ditentukan biayanya.
2. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran). Pengaturan jenis-jenis
kegiatan dilakukan secara sistem, atau lembaga pendidikan dipandang sebagai sistem dari segi
pembiayaan. Alokasi dana disusun atas dasar realita, dan semua kegiatan diorientasikan kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Anggaran tahun lalu menjadi umpan balik bagi anggaran tahun
ini.
3. ZBB (Zero Base Budgeting). Hanya direncanakan untuk anggaran satu tahun. Tiap-tiap
kegiatan ditentukan biaya minimum, beberapa kegiatan dapat diberikan tambahan biaya atas
dasar pertimbangan tertentu.
Simpulan ekonomi pendidikan ini sebagai berikut;
1. Ekonomi pendidikan memegang peran cukup penting,walaupun bukan yang terpenting dalam
menyukseskan misi pendidikan.
2. Fungsi ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang kelancaran prose pendidikan dan
sebagai materi pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi.
3. Sumber dana pendidikan selain dari pemerintas atau yayasan dan masyarakat ,lembaga
pendidikan masih bisa menggali sumber-sumber lain sebanyak mungkin.
4. Dana pendidikan perlu dikelola secara profesional,pada umumnya dengan SP4,dan
dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti yang sah.
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS DANA PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan efesiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah
penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil dari pada produksi dan layanan
pendidikan yang telah direncanakan. Atau secara lebih luas biaya pendidikan lebih kecil dari
pada produksi pendidikan bila smuanya dapat diuangkan. Fungsi produksi diciptakan orang
dengan salah satu tujuannyaadalah juga untuk mendapatkan efesiensi pendidikan.
Menurut Carpenter(1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektiftivitas sebagai
berikut:
1. Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses inputuntuk
mencadi output.
2. Sistem yang dibandingkan harus sama,kecuai alat pemrosesnya
3. Mempertimbangkan smua output utama.
4. Korelasi diharapkan bersikap kausalitas.
LANDASAN SEJARAH PENDIDIKAN
Sejarah atau history keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan
yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang
mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya
(Pidarta, 2007: 109).

Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu kepada generasi


muda yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat belajar dari informasi-informasi ini
terutama tentang kejadian-kejadian masa lampau dan memanfaatkannya untuk
mengembangkan kemampuan diri mereka. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan
teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban
manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan
ekonomi mereka telah mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan berdasarkan
kebudayaan tradisional. Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan berdasar
pada sistem pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern seperti sekarang, sistem pendidikan
yang berlaku juga berdasarkan pengembangan dari sistem pendidikan kolonial (Williams,
1977: 17).
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia
merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif (Buchori, 1995: vii).
Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional
Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan semenjak jauh
sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik sebagai aktivitas intelektualisasi
dan budaya maupun sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu
kolonialisme, telah diwarnai oleh bermacam-macam corak (Sigit, 1992: xi) . Menjelang 64
tahun Indonesia merdeka, dengan system politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di
Era Reformasi ini yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang, kita
mulai dapat melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut serta
menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan atau dasar
pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan; pendidikan diarahkan pada optimasi upaya
pendidikan sebagai bagian integral dari proses pembangunan bangsa.
Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam generasi
berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan sebagai institusi utama dalam
upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang diharapkan suatu bangsa.
Apalagi kini semakin dirasakan bahwa SDM Indonesia masih lemah dalam hal daya saing
(kemampuan kompetisi) dan daya sanding (kemampuan kerja sama) dengan bangsa lain di
dunia (Anzizhan, 2004: 1).
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada
umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau
(Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan
merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.

Berikut adalah sejrah pendidikan di dunia dan di indoneisa:

1 Sejarah Pendidikan Dunia


Umur sejarah pendidikan dunia sudah panjang sekali, mulai dari zaman Hellenisme tahun
150SM-250SM, zaman pertengahan tahun 500-1500, zaman Humanisme atau Renaissance,
hingga zaman Refomasi dan Kontra-Reformasi pada tahun 1600-an. Pendidikan pada zaman
ini belum banyak memberikan konstribusi pada pendidikan zaman sekarang. Oleh sebab itu,
pendidikan yang terjadi pada zaman ini tidak diuraikan.

A. Zaman Realisme
Pendidikan yang mulai menunjukkan perbedaan eksistensinya dengan pendidikan-pendidikan
sebelumnya adalah sejak zaman Realisme. Pendidikan Realisme lebih berkiblat pada dunia
dan bersumber dari keadaan di dunia ini pula. Pendidikan tidak banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Yunani dan Romawi, tidak banyak bergantung pada alam pikiran yang tertulis
dalam buku, lengkap dengan keadaan dan estetika yang ditimbulkannya. Realisme
menghendaki pikiran praktis.
Fransis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman Realisme ini (abad ke 17) yang pertama
kali mengembangkan metode induktif. Pendapat Bacon adalah sebagai berikut:
a) Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan ke
realita alam mini serta hal-hal praktis yang ada di dalamnya.
b) Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat indra.
c) Menggunakan metode berfikir induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta-fakta khusus
kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan.
d) Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen-eksperimen.
e) Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan

Ada sejumlah pendidikan yang berkembang pada waktu itu yang dirumuskan oleh Bacon
beserta pengikut-pengikutnya, yaitu:

a) Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran, karena pendidikan mengembangkan


kemampuan manusia
b) Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri
c) Penanaman pengertian lebih penting daripada hapalan
d) Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
e) Pelajaran harus diberikan satu persatu
f) Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi
g) Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar

Pandangan aliran Realisme tentang pendidikan sebagai berikut:


a) Anak-anak harus belajar dari alam
b) Belajar dengan metode induktif
c) Mementingkan aktifitas anak
d) Mengutamakan pengertian
e) Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting
f) Belajar melalui bahasa ibu
g) Belajar dibantu oleh gambar-gambar
h) Materi dipelajari satu demi satu dari yang sukar ke yang gampang
i) Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
j) Pendidikan bersifat demokratis yaitu semua untuk anak

B. Zaman Rasionalisme
Sesudah zaman Realisme berkebanglah zaman Rasionalisme dengan tokohnya John Locke
pada abad 18. Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan pada manusia untuk berpikir
sendiri dan bertindak untuk dirinya. Karena itu, aliran ini juga disebut displinarisme. Dengan
teorinya yang terkenal ialah teori taularasa atau a blank sheet of paper.Proses belajar menurut
Jhon Locke ada tiga langkah, yaitu:
a) Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia.
b) Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan.
c) Berfikir

C. Zaman Naturalisme
Tokoh dari aliran ini yaitu J.J. Rousseu. Naturalism menentang kehidupan yang tidak wajar
sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang dibuat-
buat, sampai dengan korupsi. Anak-anak dipadang sebagai orang deasa yang kecil.
Naturaliem menginginkan keseimbanagn kekuatan antara rasio dan hati. Menurut Rousseau
ada tiga asas pengajar yaitu:
a) Asas pertumbuhan: pengajaran harus memberikan kesempatan pada anak-anak bertumbuh
secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai dengan kebutuhannya
b) Asas aktifitas: melalui belajar anak-anak menjadi aktif yang akan meberikan pengalaman,
yang kemduain akan menjadi penetahuan mereka
c) Asas individualis: dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan individualitas
masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya sendiri

Tokoh kedua adalah J.F. Herbart yang menginginkan pembentukan manusia susila yang
bermoral tinggi. Tujuan pendidikannya adalah membentuk watak anak melaui pengembangan
minat seluas-luasnya. Dasar dari teori pndidikan Herbart adalah Psikologi Asosiasi.
Pembelajaran yang baik adalah yang memberikan tanggapan sejelas-jelasnya kepada anak-
anak. Karena itu Psikologi Asosiasi Herbart sering pula disebut Psikologi Tanggapan.
Menurut Herbart ada lima langkah dalam proses belajar mengajar:
A. Persiapan: anak-anak dipersiapkan untuk menerima pelajaran
B. Presentasi:dimulai secara konkret agar anak-anak mendapat tanggapan-tanggapan yang
jelas dan kuat
C. Asosiasi: dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengetahuan baru dengan yang lama
D. Generalisasi: hubungan pengetahuan baru dengan yang lama bertujuan membentuk
sesuatu yang baru pula dalam benak anak-anak

E. Aplikasi: pembentukan pengetahuan-pengetahuan baru itu perlu diuji atau dites untuk
mengetahui apakah anak-anak sudah mampu mengaplikasikan pengetahuan itu atau belum.
2.1.2 Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak
zaman kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha,
zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka (Pidarta, 2009.: 125).

A. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha


Pengaruh pendidikan pada zaman Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad
ke-5. Hinduisme dan Budhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun di Indonesia
keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur Siva
dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada lambang Negara
Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Sang
Maha Tunggal yaitu Tuhan , secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut (Mudyahardjo,
2012: 215).
Pada zaman ini pendidikan memiliki tujuan yang sama yaitu pendidikan diarahkan dalam
rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan keberagamaan Hindu dan Budha
(Mudyahardjo, 217), juga mencari petunjuk tentang apa yang diinginkan, baik buruknya,
hingga pencapaiannya.

B. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)


Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-13 dan mencakup sebagian besar
Nusantara pada abad ke-16. Perkembangan pendidikan agama Islam di Indonesia sejalan
dengan perkembangan penyebaran Islam di Nusantara, baik sebagai agama maupun sebagai
arus kebudayaan (Mudyahardjo.: 221). Pendidikan agama Islam pada zaman ini disebut
Pendidikan Islam Tradisional.
Tujuan dari pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan hidup Islam, yaitu mengabdi
sepenuhnya kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad S.A.W. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Mudyahardjo.: 121-
223) Pendidikan agama Islam Tradisional ini tidak diselenggarakan secara terpusat, namun
banyak diupayakan secara perorangan melalui para ulamanya di suatu wilayah tertentu dan
terkoordinasi oleh para wali di Jawa, terutama Wali Sanga..

C. Zaman Kolonial Belanda


Saat Belanda menjajah Indonesia, pendidikan yang ada diawasi secara ketat oleh Belanda.
Hal tersebut dikarenakan Belanda tahu bahwa melalui pendidikan, gerakan-gerakan
perlawanan halus terhadap keberadaan Belanda di Indonesia pada sat itu dapat muncul dan
menyulitkan Belanda saat itu.
Tiga poin utama dalam politik etis Belnada pada masa itu adalah irigasi, migrasi, dan
edukasi. Dalam poin eduksi, peerintah Belanda mendirikan sekolah-sekolah gaya barat untuk
kalangan pribumi. Akan tetapi keberadaan sekolah-sekolah ini ternyata tidak menjadi sarana
pencerdasan masyarakat pribumi. Pendidikan yang disediakan Belanda ternyata hanya
sebatas mengajari para pribumi berhitung, membaca, dan menulis.
Pada masa ini pula, pendidikan pendidikan rakyat juga turut muncul. Sekolah sekolah rakyat
seperti Taman Siswa dan Muhammadiyah muncul dan berkembang. Jadi dapat dikatakan
pada masa tersebut terdapat 3 tipe jalur pendidikan yang berbeda:
1) System pendidikan dari masa islam yang diwakili dengan pondok pesantren
2) Pendidikan bergaya barat yang disediakan oleh pemerintah Hindia-Belanda
3) Pendidikan “swasta pro-pribumi” seperti Taman Siswa dan Muhammadiyah
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan.
Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak
berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah
Pemuda tahun 1928. Setelah itu tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei
dengan Indonesisch Nederlandse School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya,
dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya
mendidik anak-anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2009: 125-33).

D. Zaman Kolonial Jepang


Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Kolonial Jepang tetap berlanjut sampai
cita-cita untuk merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan kekayaan
alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan semangat
45 di hati mereka. Meskipun demikian, ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di
Indonesia.
Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda
dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang. Selain itu, pemakaian
bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga
pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa
Indonesia untuk merealisasi Indonesia merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita
bangsa Indonesia menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada
dunia (Mudyahardjo, 2012:266-272).
2.2 Landasan Sejarah Pendidikan Di Masa Perjuangan Bangsa Indonesia, Masa
Pembangunan Dan MasaReformasi.

2.2.1 Masa Perjuangan.

a. Zaman Kolonial Belanda


Didorong oleh kebutuhan praktis berkaitan dengan pekerjaan diberbagai bidang, Belanda
mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat Indonesia dengan tujuan menghasilkan pegawai-
pegawai rendahan baik sebagai pegawai negeri maupun swasta. Adapun kecenderungan
pendidikan masa kolonial ini adalah:1) membiarkan terselengarakannya pendidikan islam
tradisional serta membantu mendirikan madrasah Islam di Nusantara, 2) mendirikan sekolah
Zending (mizionaris) yang bertujuan menyebarkan agama kristen. Adapun ciri khas
pendidikannya antara lain: 1) dualistik diskriminatif, 2) sentralistik, 3) tujuan pendidikan
untuk menghasilkan tamatan sebagai warga negara Belanda kelas dua.
Kurikulum sekolah mengalami radikal dengan masuknya ide-ide liberal tersebut yang
bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial. Pada
awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda selama setengah abad ke-
19. Setelah tahun 1848 dikeluarkan peraturan pemerintah yang menunjukkan bahwa
pemerintah lambat laun menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-
anak Indonesia sebagai hasil perdebatan di parlemen Belanda dan mencerminkan sikap
liberal yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia. Pda tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh
Van Deventer berjudul Hutang Kehormatan dalam majalah De Gids, Ia menganjurkan agar
pemerintah lebih memajukan kesejahterran rakyat Indonesia. Ekspresi ini kemudian dikenal
dengan Politik Etis. Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat
dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini
meskipun masih bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak
Indonesia yang orang tuanta adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite
intelektual baru.
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan.
Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak
berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah
Pemuda tahun 1928.

b. Zaman Kolonial Jepang


Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 yang pada masa itu sedang terjadi Perang Dunia
sehingga berimbas pada pemerintahan Jepang yang bersifat militeristik. Dalam misinya
menguasai Indonesia, Jepang banyak melakukan perubahan. Termasuk dibidang pendidikan,
penyelenggaraannya ditujukan untuk menghasilkan tentara yang siap memenangkan perang
bagi Jepang. Selain itu, di bidang pendidikan secara luas ada beberapa segi positif dari
penjajahan Jepang di Indonesia antara lain: a) Jepang telah menghapus dualisme pendidikan
dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua
orang, b) pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstrusikan oleh Jepang untuk di pakai di
lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor dan dalam pergaulan sehari-hari. Bahas
Jepang sebagai bahasa kedua sedang bahasa Belanda dilarang, c) Jepang mendirikan sekolah
guru dengan sistem pembinaan indoktrinasi mental ideologis, d) pembinaan murid dan para
pemuda dilakukan dengan senam pagi (taiso).

c. Zaman Kemerdekaan
Meski belum mencapai suasana kondusif dalam kehidupan pemerintahannya, akan tetapi
dalam bidang pendidikan pada awal kemerdekaan ini terus dilaksanakan dengan berpedoman
pada UUD1945 pasal 31. Dalam prakteknya, penyelenggaraan pendidikan pada era 1945-
1950 yaitu :
• Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia mengusulkan perlunya pembaharuan di bidang
pendidikan
• Pembentukan pendidikan masyarakat yang bertujuan membangun masyarakat adil dan
makmur berdasar pancasila.
• Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran
• Menetapkan kurikulum awal sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan
• Pembaharuan kurikulum menjadi kurikulum SR 947

2.2.2 Masa Pembangunan


Dalam rangka menyesuaikan segala usaha untuk mewujudkan Manipol, melalui Keputusan
Presiden RI No. 145 Tahun 1965 pendidikan nasional dipandang sebagai alat revolusi.
Pendidikan harus difungsikan atau harus memiliki Lima Dharma Bhakti Pendidikan, yaitu:
(1) Membina Manusia Indonesia Baru yang berakhlak tinggi (Moral Pancasila), (2)
Memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam segenap bidang dan tingkatnya (manpower), (3)
Memajukan dan mengembangkan kebudayaan nasional, (4) Memajukan dan
mengembangkan ilmu engetahuan dan teknlogi, (5) Menggerakkan dan menyadarkan seluruh
kekuatan rakyat untuk membangun masyarakat dan manusia Indonesia baru. Selanjutnya
dinyatakan bahwa asas pendidikan nasional adalah Pancasila – Manipol USDEK. Dengan
demikian tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan warga negara-warga negara
sosialis Indonesia yang susila yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat
sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan berjiwa Pancasila.
Dalam hal ini, moral pendidikan nasional ialah Pancasila Manipol/USDEK, dan politik
pendidikannya adalah Manifesto Politik. Selanjutnya melalui Penetapan Presiden RI No. 19
Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila antra lain
dirumuskan kembali mengenai dasar asas pendidikan nasional, tujuan, isi moral, dan politik
nasional. Yang menarik dalam rumusan-rumusan tersebut ditegaskan sekali lagi bahwa tugas
pendidikan nasional Indonesia ialah menghimpun kekuatan progresif revolusioner
berporoskan Nasakom.
Banyak progam pembangunan yang telah direncanakan dalam Pembangunan Nasional
Semesta Berencana Thap Pertama (1961-1969). Rencana proyek pembangunan di bidang
pendidikan antara lain berkenaan pengembangan pendidikan tinggi,diprioritaskannya
pengembangan sekolah-sekolah kejuruan, kursus-kursus dan sebagainya. Namun demikian
akibat pecahnya pemberontakan G-30S/PKI, maka rontoklah rencana pembangunan nasional
semesta berencana tersebut. Setelah pemberontakan G30S/PKI dapat ditumpas, terjadi suatu
keadaan peralihan masyarakat Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru.

Pendidikan Pada Masa PJP I (Pembangunan Jangka Panjang)


Pelaksaan Pelita I PJP I dicanangkan mulai 1 April 1969, maka pada tanggal 28-30 April
1969 pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengumpulkan 100 orang
pakar/pemikir pendidikan di Cipayung untuk melakukan konferensi dalam rangka: 1)
mengidentifikasi masalah-masalah pendidikan nasional, dan 2) menyusun suatu prioritas
pemecahn dari berbagai maslah tersebut, serta mencari alternatif pemecahannya.
Didalam rumusan-rumusan kebijakan pkok pembangunan pendidikan selama PJP I terdapat
beberapa kebijakan yang terus menerus dikemukakan, yaitu: 1) relevansi pendidikan, 2)
pemerataan pendidikan, 3) peningkatan mutu gru atau tenaga kependidikan, 4) mutu
pendidikan, dan 5) pendidikan kejuruan. Selain kebijakan pokok tyersebut terdapat pula
beberapa kebijakan yang perlu mendapat perhatian kita. Pertama, kebijakan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam bidang pendidikan,. Kedua, pengembangan
sistem pendidikan yag efisien dan efektif. Ketiga, dirumuskan dan disahkannya UU RI No. 2
Tahun 1989 Tentang “ Sistem Pendidikan Nasional” sebagai pengganti UU pendidikan lama
yang telah diundangkan sejak tahun 1950.
Kurikulum Pendidikan dalam PJP I telah dilakukan tiga kali perubahan kurikulum pendidikan
(sekolah), yaitu dikenal sebagai: Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan Kurikulum 1984.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan, dalam Pelita I selain penyempurnaan sistem sekolah
kejuruan juga ditingkatkan mutu pendidikannya terutama mutu guru dan laboratoriumnya.
Dengan dana pinjaman Bank Dunia diadakan brbagai usah untuk meningkatkan pendidikan
teknik menengah. Beberapa STM ditingkatkan, juga membangun apa yang disebut Sekolah
Teknik Menengah Pembangunan, diadakan bengkel-bengkel latihan pusat yang dapat
digunakan beberapa STM termasuk STM swasta. Usaha perbaikan kurikulum terus menerus,
baik melalui dan pinjaman dari ADB juga bantuan dari negara-negar sahabat.

2.2.3 Masa Reformasi


Selama Orde Baru berlansung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal yang
mereka ingunkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini
juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan partai
terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu,
termasuk kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya.
Maraknya gerakan reformasi menyebabka tumbangnya kekuasaan orde baru. Implikasi dari
peristiwa itu dapat dirasakan pada seluruh aspek kehidupan bernegara, termasuk bidang
pendidikan. Dengan di berlakukannya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 maka sistem
penyelengaraan pendidikan berubah ke otonomi pendidikan. Desentralisasi kekuasaan yang
menitik beratkan pada partisipasi rakyat menuntut tersedianya tenaga-tenaga terampil dalam
jumlah dan kualitas yang tnggi serta pemberdayaan lembaga-lembaga sosial di daerah
termasuk dalm bidang pendidikan. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan di daerah akan
memberikan implikasi langsung dalam penyusunan kurikulum yang dewasa ini sangat
sentalistis.
Disamping itu kesejahteraan tenaga kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu
peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan
desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasi Sekolah),
Life Skill (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality
Manajement).

2.3 Implikasi Landasan Sejarah Pendidikan Terhadap Pendidikan.


Masa lampau memperjelas pemahaman kita pada masa kini. Sistem pendidikan yang kita
terapkan masa kini adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah
pengalaman bangsa kita pada masa lampau. Hal ini sudah terbukti dengan adanya kemajuan
perkembangan dalam segala bidang, misalnya; ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial
dan budaya. Berikut pembahasan tetntang implikasi landasan sejarah terhadap konsep
pendidikan ;
A. Tujuan pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam
potensi peserta didik. Serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis.
Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk pengembangkan segala aspek pribadi yang terdapat
dalam individu peserta didik, baik dalam aspek keagamaan ataupun kemandirian. Dengan
mengetahui landasan sejarah pendidikan kita dapat mengetahui betapa pentingnya konsep
tujuan dari pendidikan yang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Proses Pendidikan terutama proses belajar- mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan denagn tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk
pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siwa dalam pembelajaran,
menegmbangkan pelajaran dalam lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serat
pengembangan ilmu dan teknologi.
C. Kebudayaan nasional, Sejarah membawa perubahan kebudayaan. Dari zaman dahulu
dahulu sampai saat ini, adanya perubahan budaya karena pengalaman sejarah melalui
penemuan baru, pertukaran budaya akibat penjajahan bangsa asing sehingga sejarah
membawa dampak perubahan peradaban kebudayaan melalui peranan pendidikan.Pendidikan
harus juga memajukan kebudayaan nasional. Pidarta (2008:149) mengatakan bahwa
kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa
Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.
D. Inovasi-inovasi Pendidikan. Inovasi-inovasi harus berumber dari hasil hasil penelitian
pendidikan di indonesia, sehingga diharapkan pada akhirnya membentuk konsep-konsep
pendidikan yang bercirikan indonesia.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan.
Dari rangkaian masa dalam sejarah yang menjadi landasan histori kependidikan di Indonesia,
kita dapat menyimpulkan bahwa sejarah sangatlah penting untuk diketahui apalagi sejarah
pendidikan indonesia dari perjuangan para tokoh pendidikan di indonesia serta peran
pemerintah untuk mengembangkan dunia pendidikan.Yang menjadi landasan historis
kependidikan di Indonesia adalah semua pengalaman dan pandangan masa lalu bangsa
Indonesia yang dapat dijadikan cerminan untuk perbaikan dalam dunia pendidikan di masa
depan.Pendidikan mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau
yang memiliki nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi
penerus dalam kehidupan mereka di masa sekarang. Dengan mewariskan dan menggunakan
karya dan pengalaman masa lampau, pendidikan menjadi pengawal,perantara,dan pemelihara
peradaban. Dengan demikian, pendidikan memungkinkan peradaban masa lampau diakui
eksistensinya dan bukan merupakan “harta karun” yang tersia-siakan.

Anda mungkin juga menyukai