Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

ANESTESI PADA PEDIATRIK

Disusun oleh:

Dylan Hadi

07120120015

Dibimbing oleh:

dr. Rosalia AD, SpAn, KIC

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2016

1
Kata Pengantar

Pertama – tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena bimbinganNya saya dapat membuat referat ini. Tugas referat dengan judul anestesi
pada pediatrik ini dibuat guna menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik ilmu Anestesi di
Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak . Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing saya dr.Rosalia Sp.An KIC atas kesediannya membimbing dan membantu saya
dalam membuat referat ini. Tak lupa juga saya berterima kasih kepada semua teman
seperjuangan saya dan kepada para perawat bagian bedah dan anestesi yang sudah membantu
saya pada proses kepaniteraan klinik saya.

Saya sadar bahwa referat saya ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangannya oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik dari setiap pihak yang
terlibat.

Jakarta, 20 Febuari 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 2


BAB 1 Pendahuluan................................................................................................................................ 4
BAB 2 Anatomi dan Fisiologi Pasien Pediatrik...................................................................................... 5
BAB 3 Anestesi Pediatrik ..................................................................................................................... 12
Daftar pustaka ....................................................................................................................................... 24

3
BAB 1 Pendahuluan

Pasien pediatrik bukan pasien dewasa dalam ukuran tubuh yang lebih kecil. Dalam
dunia pediatrik sendiri terdapat perbedaan golongan antara umur pasien dan dijabarkan
sebagai berikut1 .

Premature < 37 minggu


Neonatus 0 -1 bulan
Infants 1 -6 bulan
Older Infants 6 bulan – 2 tahun
Toddler 2 – 5 tahun
Child 5 -12 tahun
Adolescences 12 – 18 tahun

Seperti yang sudah dijelaskan di atas pasien pediatrik sangat berbeda dari pasien
dewasa secara anatomis, fisiologis, psikologis dan secara biokimia. Secara anatomis jalur
pernapasan anak-anak lebih sempit dan pendek sehingga pemasangan intubasi harus
dilakukan dengan hati-hati, selain itu sekresi saliva lebih banyak sehingga penggunaan
suction harus dipertimbangkan. Regulasi pernapasan pada anak-anak sama seperti orang
dewasa yang dipengaruhi dan diatur oleh PH, PaCO2 namun anak-anak lebih rentan terhadap
terjadinya desaturasi oksigen karena kebutuhan metabolic yang tinggi. Otot pernapasan pada
anak-anak didominasi oleh otot diafragma dimana otot bayi diafragma mudah letih dan bila
ada penyakit yang menyebabkan tekanan intra-abdomen meningkat maka proses ventilasi
anak akan terganggu. Sistem kardiovaskuler anak-anak lebih aktif dari orang dewasa dengan
nilai laju jantung 2-3x lipat di atas orang dewasa. Toleransi neonatus terhadap pemberian
cairan dan garam lebih rendah karena laju filtrasi glomerulus yang rendah. Enzim untuk
metabolisme obat pada hati bayi belum berkembang sepenuhnya sehingga pemberian obat-
obatan harus diperhatikan. Bayi juga rentan terhadap hipoglikemi karena cadangan glikogen
yang sedikit dan juga hipotermi karena permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan orang
dewasa.

4
BAB 2 Anatomi dan Fisiologi Pasien Pediatrik

2.1 Anatomi Jalan Napas

Terdapat beberapa perbedaan anatomi pada jaluran napas anak-anak bila


dibandingkan dengan orang dewasa4. Perbedaan pertama adalah ukuran lidah anak-anak
yang lebih besar dibandingkan orofaring sehingga meningkatkan resiko terjadinya obstruksi
jalan napas dan kesulitan teknis lainnya pada saat melakukan laringoskopi4. Perbedaan kedua
adalah lokasi larynx anak yang terletak lebih tinggi pada C4 bila dibandingkan dengan orang
dewasa yang berada pada C6 dan letak Glottis pada anak-anak berada pada C2 dan lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dewasa pada C4 dan letak kartilago krikoid pada C4
dibandingkan dengan orang dewasa pada C6 sehingga pemasangan dengan blade yang lurus
lebih direkomendasikan dibandingkan dengan blade yang bengkok2,4. Bentuk Epiglottis anak
lebih pendek dan tebal dan terletak lebih dekat kepada laryngeal inlet sehingga visualisasi
pita suara akan lebih sulit dan membutuhkan keterampilan penggunaan blade laringoskop
yang lebih mahir4. Bentuk pita suara lebih bersudut sehingga pada saat memasukkan ETT
(Endotracheal Tube) dapat tersangkut pada commisure anterior pita suara4. Larynx anak kecil
mengalami penyempitan pada cincin krikoid sedangkan pada orang dewasa penempitan jalan
napas berada di pita suara sehingga penggunaan ETT tanpa cuff disarankan untuk pasien
pediatrik3,4.

Gambar 1. Anatomi jalan napas pada pasien anak2

5
Selain pada jalan napas terdapat beberapa perbedaan lain pada anak-anak yakni
bagian kepala oksiput yang lebih besar akan menyulitkan untuk menempatkan pasien pada
posisi sniffing untuk mengatasi hal tersebut dapat dibetikan ganjalan bahu3.

2.2 Sistem Respirasi

Perbedaan utama yang paling mendasar pada sistem pernapasan anak-anak adalah
kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen yang lebih tinggi yaitu 6 ml/kg , 3 kali lipat lebih
banyak dari orang dewasa, namun karena volume tidal pada anak-anak relatif sama dengan
orang dewasa (6-8 ml/kg)4. bila dibandingkan dengan berat badan maka hal tersebut
dikompensasi melalui laju ventilasi yang lebih cepat (anak <1 tahun : 30-60x per menit, 1-3
tahun: 24-40x per menit , 3-6 tahun : 22-34x per menit , 6-12 tahun : 18-30x per menit , 12-
18 tahun : 12-16x per menit)4. Perbedaan lainnya adalah closing volume yang didefinisikan
seabagi volume udara yang terdapat pada paru-paru pada saat bronkioles respiratorius kolaps
bila ditemukan pada anak-anak nilainya lebih tinggi daripada kapasitas residu fungsional
sehingga rentan terjadi penutupan jalan napas pada akhir respirasi dimana kapasitas residu
fungsional akan berkurang bila terjadi apnea dan pada anestesi , hal ini menuntut adanya
pemberian ventilasi tekanan positif pada saat anestesi pasien anak-anak3,6. Resistensi jalan
napas dapat dihitung berdasarkan hukum poiseuille dimana resistensi = 8 Ln/r4 . Radius
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan resistensi, dimana pada anak-anak
diameter saluran napas masih kecil mulai dari lubang hidung sampai bronkioles respiratorius
sehingga resistensi pada anak-anak cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa, hal ini
dapat diatasi dalam pemberian beberapa obat anestesi yang memiliki efek untuk mendilatasi
bronkus dan mengurangi resisten, namun bila terjadi edema sebanyak 1 ml saja dapat
mengurangi jalan napas sebanyak 60% , hal ini menimbulkan pendapat bahwa sebaiknya
terdapat sebuah bocoran disekitar ETT untuk mencegah trauma yang dapat menyebabkan
edema subglottis3,4,6,7. Dinding dada anak kecil banyak mengandung jaringan tulang rawan
sehingga lebih elastis dan menyebabkan compliance paru lebih tinggi, hal tersebut
memudahkan paru kolaps ketika ada peningkatan kerja ventilasi yang menuntut tekanan
intra-thoracic yang lebih negatif2. Otot pernapasan bayi yang dominan adalah diafragma,
dimana otot diafragma bayi pada usia di bawah 2 tahun didominasi oleh serat otot type 2
yang memiliki ketahanan terhadap beban berulang yang rendah dibandingkan serat otot type
1, hal ini menyebabkan diafragma bayi lebih mudah letih bila terdapat peningkatan laju

6
ventilasi sedangkan laju ventilasi anak-anak sendiri sudah lebih tinggi dari dewasa sehingga
kemampuan untuk meningkatkan usaha ventilasi secara efektif akan terbatasi2,3. Kadar
volume dead space pada anak kecil dan dewasa cenderung sama yaitu sekitar 33% bila
dibandingkan dengan volume tidal namun penggunaan alat-alat anestesi dapat meningkatkan
volume dead space dan menggangu ventilasi secara efektif sehingga penggunaan alat-alat
anestesi harus diperhatikan dengan benar2 . Semua faktor tersebut akan memudahkan
terjadinya gangguan pernapasan dan desaturasi pada anak kecil sehingga pengawasan kadar
oksigen harus dilakukan secara ketat.

2.3 Sistem Kardiovaskular

Ventrikel kiri pada anak-anak lebih nonkomplians dan serat-serat kontraktil yang
sedikit, namun kebutuhan metabolisme anak-anak tetap lebih tinggi dari orang dewasa
sehingga cardiac output juga harus tinggi (anak-anak : 200 ml/kg/min , dewasa : 70
ml/kg/min) , Cardiac output ditentukan dari kadar volume kuncup dan detak jantung, karena
kontraktilitas ventrikel kiri yang rendah pada anak-anak maka kompensasi dicapai melalui
peningkatan detak jantung. Karena detak jantung yang tinggi pada anak-anak maka pada saat
induksi anestesi dapat terjadi ventrikuler ekstra systole yaitu sebuah arritmia jantung yang
dapat diatasi dengan memperdalam anestesi. Di sisi lain anak-anak rentan terhadap
peningkatan tonus parasimpatis dan dapat dicetuskan oleh hypoxia ataupun stimulus
menyakitkan seperti pemasangan laryngoskopi ataupun intubasi, hal tersebut dapat
menurunkan cardiac output secara dramatis, hal ini dapat diatasi dengan pemberian atropine,
sedangkan bradycardia yang dicetus oleh hypoxia dapat diatasi dengan pemberian oksigen
dan ventilasi yang baik2,3,4.

Usia Laju Nadi Tekanan Systolik Tekanan Diastolik


Preterm (1000g) 130-150 45 25
Newborn 110-150 60-75 27
6 bulan 80-150 95 45
2 tahun 85-125 95 50
4 tahun 75-115 98 57
8 tahun 60-110 112 60

Tabel 1. Variasi Laju Nadi dan Tekanan Darah pada Pasien Anak3

7
2.4 Sistem Hematologi

Neonatus memiliki kadar HbF 70-90% dimana HbF memiliki efek protektif terhadap
anemia sel sabit, selain itu HbF memiliki afinitas yang tinggi sehingga mudah mengikat
oksigen namun karena kadar 2,3 DPG rendah maka pelepasan oksigen ke jaringan lebih sulit
dibandingkan dengan HbA, hal ini diatasi dengan kadar Hb bayi yang lebih tinggi yaitu
sekitar 18-20 g/dL dengan hematocrit 0.6 . Seiring waktu akan terdapat penurunan kadar Hb
yang tajam dan akan ditemukan anemia fisiologis pada usia 3 bulan , hal tersebut
menandakan transisi produksi hemoglobin Fetal menjadi menjadi hemoglobin Adult, setelah
fase ini maka hemoglobin akan meningkat secara perlahan3,6,7.

Gambar 2. Proses Transisi HbF menjadi HbA pada Anak7

Usia Kadar Hb (g/dL)


1- 7 hari 16-20
1 – 4 minggu 11-16
2 – 3 bulan 10-12
1 tahun 10-12
5 tahun 11-13

Tabel 2. Kadar Hb pada Anak7

Volume darah pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa, hal tersebut akan
mempengaruhi jumlah cairan atau darah yang harus ditransfusikan bila terjadi hypovolemia.

8
Rumus ABL (Allowable Blood Loss) digunakan untuk mencari jumlah cairan yang
𝐻𝑡1−𝐻𝑡2
dibutuhkan dan dihitung dengan rumus ( 𝐴𝐵𝐿 ∶ 𝐸𝐵𝑉 𝑋 ) dengan EBV : Estimated
𝐻𝑡1

Blood Volume , HT1 : Hematocrit (atau bisa hemoglobin) awal (normal pria: 42-52%, wanita
: 37-47%), HT2 : Hematocrit (atau bisa hemoglobin) akhir 2

Gambar 3. Kadar Volume darah pada Anak dan Dewasa8

Sebelum Operasi disarankan dibuat perhitungan estimasi kehilangan darah pada saat
intraop sebelum dilakukan operasi, dan bila mungkin dapat diberikan terapi preoperatif
seperti supplemen besi. Bila pasien dengan anemia kronis tidak dapat menerima transfusi
darah karena alasan tertentu atau memiliki penyakit ginjal dapat dibantu dengan pemberian
EPO (Erythropoietin)2.

2.5 Cairan dan Elektrolit

Anak kecil memiliki kadar air dalam tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa , dengan kadar TBW (Total Body Water) pada bayi prematur 90% berat badan,
bayi aterm 80% dan bayi berusia 6-12 bulan 60%3 . Hal tersebut memiliki 2 dampak, dampak
pertama adalah peningkatan volume distribusi obat sehingga penggunaan beberapa obat
anestesi seperti thiopental pada anak-anak harus dengan dosis 20-30% lebih besar
dibandingkan dengan dewasa3. Dampak kedua adalah semakin banyak TBW maka akan
semakin rentan terhadap terjadinya dehidrasi, anak-anak membutuhkan kadar TBW yang
lebih banyak karena kadar metabolisme tubuh yang tinggi serta kemampuan laju filtrasi
glomerulus(GFR) yang lebih rendah sehingga pengeluaran urin lebih banyak dari dewasa,
waktu paruh obat yang dimetabolisme di ginjal akan meningkat serta toleransi yang rendah
terhadap pemberian air dan garam (GFR saat lahir : 40 ml/min , usia 1 tahun : 100 ml/min,
Dewasa : 130 ml/min)3,6,7,9 .

9
Gambar 4. Kebutuhan Cairan Dasar7

2.6 Sistem Hepatobilier

Pada Anak-anak maturitas fungsional hati belum sepenuhnya terbentuk, sebagian


besar enzim untuk metabolisme obat sudah diproduksi namun belum terstimulasi oleh obat
tersebut. Seiring pertumbuhan anak-anak kemampuan untuk metabolisme obat akan
meningkat secara drastis dan menjadi siap dalam usia beberapa bulan , hal tersebut
disebabkan 2 hal, pertama adalah peningkatan aliran darah ke hati sehingga lebih banyak obat
masuk ke dalam hati, dan sistem enzim yang diproduksi sudah dapat distimulasi oleh obat
tersebut9,10. Kadar albumin dan beberapa protein yang dibutuhkan untuk berikatan dengan
obat pada plasma lebih rendah di anak-anak dibandingkan dewasa, kondisi tersebut akan
mengakibatkan lebih banyak obat bebas beredar di sirkulasi karena tidak berikatan dengan
albumin, selain itu hyperbilirubinemia dapat terjadi karena perpindahan bilirubin dari
albumin yang disebabkan oleh obat sehingga pasien menjadi ikterus3,11,12.

2.7 Sistem Endokrin

Neonatus memiliki cadangan glikogen yang sedikit sehingga mereka rentan terhadap
terjadinya hypoglikemia, faktor resiko lain adalah bayi dari ibu yang menderita diabetes,
prematur, stress perinatal dan sepsis. Untuk mengatasi hal tersebut maka bayi dengan faktor
resiko dapat diberi dextrose 5-15mg/kg/menit3.

10
2.8 Sistem Gastrointestinal

Fungsi koordinasi gerakan menelan dan bernapas pada bayi serta fungsi LES (Lower
esophageal sphincter) belum sempurna sampai berusia 4-5 bulan sehingga menyebabkan
insidense refluks gastroesophageal. Hal tersebut menimbulkan beberapa pendapat untuk
mempuasakan bayi sebelum operasi namun kadar glukosa harus tetap diperhatikan ketat
karena bayi rentan terhadap terjadinya hipoglikemia2,4.

2.9 Sistem Thermoregulasi

Bayi dan anak-anak memiliki luas permukaan yang lebih banyak dibandingkan
dengan berat badan serta lemak subkutis yang sedikit. Hal tersebut mengakibatkan bayi lebih
mudah mengeluarkan panas baik secara radiasi (pengaruh terbesar) , konduksi , konveksi, dan
evaporasi sehingga rentan mengalami hipotermia. Bayi memiliki jaringan lemak coklat yang
dapat digunakan sebagai kompensasi untuk menghasilkan panas karena bayi berusia dibawah
3 bulan tidak dapat menggigil. Suhu ruangan yang disarankan pada saat operasi adalah 34°C
untuk bayi prematur, 32°C untuk neonatus, dan 28°C untuk remaja dan dewasa. Hipotermia
pada anak-anak dapat menyebabkan depresi napas, acidosis, penurunan cardiac output,
meningkatkan durasi efek obat, menurunkan kadar trombosit, dan meningkatkan resiko
terjadinya infeksi. Terdapat beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk mempertahankan
suhu bayi3,6,7.

Memindahkan Neonatus pada inkubator


Menggunakan pad pemanas
Menghangatkan ruangan operasi dengan suhu 26 – 30°C
Membatasi durasi waktu anak tanpa selimut
Menggunakan warmer pada fase pre-operasi
Menggunakan baby bonnet
Menutup ekstremitas bayi dengan selimut
Mengawasi suhu tubuh secara ketat
Menghangatkan dan melembabkan gas pernapasan

Tabel 3. Langkah-langkah dalam mempertahankan suhu bayi7

11
BAB 3 Anestesi Pediatrik

3.1 Obat anestesi Inhalasi

Bayi dan anak-anak memiliki tingkat ventilasi alveolar yang lebih tinggi serta
koefisien distribusi gas-darah yang lebih rendah dari orang dewasa sehingga
menyebabkan penyerapan obat inhalasi lebih cepat. Nilai MAC (Mean Alveolar
Concentration) untuk pasien anak sedikit lebih tinggi dari dewasa namun neonatus
membutuhkan MAC yang lebih rendah dari pasien dewasa, hal ini disebabkan
karena immaturitas otak, level progesterone residual dari ibu, dan kadar endorphin
yang tinggi sehingga ambang nyeri meningkat. Ketika NO (Nitrous Oxide)
ditambahkan kepada gas anestesi lain, maka kadar MAC yang dibutuhkan akan
berkurang karena efek second gas exchange dengan nilai sebagai berikut ; MAC
sevoflurane berkurang 20-25% , halothane berkurang 60%, isoflurane 40% , dan
desflurane 25%3,7. Selain pengambilan, eliminasi obat anestesi pada pasien pediatrik
juga lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa , hal ini disebabkan karena
tingginya laju napas dan cardiac output serta distribusi yang besar kepada organ
dengan vaskularisasi banyak, di sisi lain hal ini menyebabkan mudahnya terjadi
overdosis obat anestesi pada pasien pediatrik13,14. Fungsi hati pasien bayi belum
sepenuhnya terbentuk sehingga hanya sedikit obat yang dimetabolisme di sana
sehingga hepatitis yang disebabkan oleh halotan jarang pada anak (1:200.000
anestesi).

Gambar 5. Nilai MAC untuk anestesi sesuai golongan umur7

12
3.2 Obat anestesi Intravena

Pasien neonatus memiliki proporsi cardiac output yang mencapai otak


yang lebih besar dibandingkan pasien anak sehingga dosis untuk induksi lebih
kecil. Salah satu obat yang paling sering digunakan untuk anestesi intravena
adalah propofol walau penggunaan dibawah umur 3 tahun belum
direkomendasikan. Dalam pemberian obat anestesi intravena perlu diketahui
karena fungsi ginjal dan hati belum sempurna maka interval dosis pemberian
obat perlu diperpanjang agar tidak terjadi toksisitas3. Dosis untuk anestesi
intravena pada anak-anak harus disesuaikan karena massa otot dan lemaknya
berbeda dari orang dewasa. Efek samping dari propofol yang dapat muncul
adalah bradikardi dan hipotensi dimana insidensi bradikardia pada anak-anak
10-20% lebih tinggi daripada orang dewasa, hal ini penting dipertimbangkan
karena pada pasien anak fungsi baroreceptor belum sempurna sehingga
pengaturan cardiac output didominasi oleh peningkatan laju nadi. Selain
propofol terdapat beberapa kombinasi obat yang dapat digunakan untuk
anestesi intravena7.

Obat Intravena Dosis Inisial Laju Infus


Propofol 1-2 mg/kg 100-200 mcg/kg/menit
Ketamine 1-2 mg/kg 25-100 mcg/kg/menit
Midazolam 0.5-1 mg/kg (PO atau PR)
0.1-0.2 mg/kg (IV atau IM)
0.2 mg/kg (Intranasal)
Diazepam 0.2 mg/kg (PO atau PR)
Thiopental 3-5 mg/kg

Tabel 4. Dosis Obat Anestesi Intravena untuk Pasien Anak3

13
Gambar 6. Kombinasi TIVA(Total Intravenous Anesthesia) pada anak7

3.3 Obat pelumpuh otot

Anak-anak memiliki distribusi volume yang besar sehingga


dosis yang diperlukan lebih tinggi untuk menimbulkan efek, namun di sisi lain
karena fungsi hati dan ginjal belum sempurna maka eliminasi dan durasi efek
obat akan lebih panjang. Suksinilkolin digunakan untuk intubati endotrakeal,
dosis yang diperlukan untuk balita lebih tinggi daripada anak dewasa yakni
infusi 2 mg/kg diberikan untuk anak-anak sedangkan pasien anak dewasa
diberikan infusi 1.5 mg/kg. Efek samping suksinilkolin bila tidak diperhatikan
dapat berakibat fatal, seperti bradycardia, asystole, otot kaku, myoglobinemia
dan hipertermia malignant. Relaxan non depolarizing seperti pankuronium
digunakan pada pasien pediatrik sebagai relaxan untuk intra operasi, dan pada
beberapa kasus dipakai juga pada saat akan mengintubasi pasien namun anak-
anak sangat sensitif terhadap obat-obat golongan ini sehingga mudah
overdosis7.

14
Gambar 7. Dosis penggunaan muscle relaxan pada anak7

3.4 Evaluasi Preoperatif

Anamnesis3

1) Usia Gestasi dan Berat Lahir


2) Masalah selama kehamilan dan persalinan serta skor APGAR
3) Riwayat Penyakit Sekarang
4) Riwayat Penyakit Dahulu
5) Kelainan kongenital atau metabolik
6) Riwayat pembedahan
7) Riwayat kesulitan anestesi pada keluarga dan pasien
8) Riwayat Allergi
9) Batuk , Episode Asma, ISPA yang sedang dialami
10) Waktu terakhir makan dan minum
Tabel 6. Pertanyaan yang diberikan pada saat anamnesis preoperatif3

15
Pemeriksaan Fisik3

1) Keadaan umum
2) Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah, Laju nadi dan napas, Suhu
3) Data antropometrik : Tinggi dan berat badan
4) Adanya gigi yang lepas atau goyang
5) Sistem respirasi
6) Sistem Kardiovaskuler
7) Sistem Neurologi

Tabel 7. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien preoperatif3

Pemeriksaan Laboratori7

Beberapa pemeriksaan penunjang disarankan bagi


beberapa pasien anak dengan kondisi khusus. Pemeriksaan kadar Hb
dilakukan apabila diperkirakan akan ada banyak pendarahan pada saat operasi,
bayi prematur, penyakit sistemik dan penyakit jantung kongenital.
Pemeriksaan kadar elektrolit dapat dilakukan bila terdapat penyakit ginjal
ataupun metabolik lainnya dan pada kondisi dehidrasi. Pemeriksaan x-ray
dapat dilakukan bila terdapat penyakit paru-paru, skoliosis ataupun penyakit
jantung. Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan sesuai penyakit
pasien yang ditemukan

3.5 Puasa Pre-operatif

Usia Air bening ASI Susu Formula Makanan


Padat
Neonatus – 6 2 jam 4 jam 4 jam -
bulan
6 – 36 bulan 2 jam 4 jam 6 jam 6 jam
>36 bulan 2 jam - 6 jam 8 jam
Tabel 8. Puasa Pre operatif pada pasien anak7

16
3.6 Anestesi Regional pada Pediatrik

Obat-obatan anestesi regional biasa berikatan dengan AAG (Alpha-1


Acid Glycoprotein) yang ditemukan pada plasma. Kadar AAG pada neonatus
lebih rendah sekitar 30-40% dari orang dewasa, sehingga hal ini dapat
menyebabkan peningkatan kadar obat bebas dalam plasma dan meningkatkan
resiko terjadinya toksisitas.

Proses Myelinasi pada manusia akan selesai pada usia 1 tahun.


Myelinasi yang tidak sempurna akan memudahkan penetrasi pada anestesi
regional dan meningkatkan onset obat anestesi. Jaringan sekitar saraf yang
masih longgar juga menyebabkan penyebaran obat lebih ekstensif dari yang
diharapkan, selain itu dapat menyebabkan durasi obat lebih cepat habis karena
penyebaran yang lebih cepat ke tubuh. Selain itu jumlah volume likuor
serebrospinalis pada pasien anak lebih banyak daripada orang dewasa
sehingga dosis obat anestesi yang dibutuhkan cenderung lebih tinggi.

Gambar 8 . Perbedaan anatomis tulang belakang pada pasien anak17

Anestesi epidural pada anak biasa diindikasikan pada operasi abdomen


dan ekstremitas bawah. Jarum yang digunakan adalah jarum berukuran 18G
dan catheter yang digunakan berukuran 20G. Larutan Saline dapat digunakan
untuk mengurangi tahanan pada saat injeksi. Kedalaman ruang epidural dapat
diestimasi sebagai berikut : Neonatus 1 cm. Anak dengan berat badan 10-25kg
: 1mm/kg. Dan anak dengan berat badan >25kg :[0.8 + (0.05 X BB)] . Obat
yang paling sering digunakan pada teknik anestesi ini adalah Bupivacaine
0.25% dengan dosis injeksi tunggal 1 ml/Kg max 20ml dan dosis injeksi
berulang 0.2-0.4 mg/Kg/jam.

Anestesi spinal/Sub-arachnoid block pada anak diindikasikan sama


seperti pada anestesi epidural namun durasi operasi harus <90 menit.Jarum

17
yang digunakan pada teknik ini lebih kecil daripada anestesi epidural dengan
ukuran 22 atau 25 G dan dimasukkan pada L4-L5 ruang interspinalis. Obat
yang biasa digunakan sama seperti pada teknik anestesi epidural yakni
bupivacaine dengan dosis 1 mg/kg untuk anak berusia <1 tahun, 0.5 mg/kg
untuk anak berusia 2-7 tahun dan 0.3 mg/kg untuk anak berusia >7 tahun.
Perlu diketahui bahwa PPDH (Post Dural Puncture Headache jarang terjadi
pada anak-anak namun perlu diperhatikan bahwa tidak disarankan untuk
menyuruh anak mengangkat kaki sebagai cara uji keberhasilan anestesi karena
dapat menyebabkan total spinal block17.

Terdapat beberapa kontraindikasi untuk dilakukan anestesi


regional namun tidak ditemukan perbedaan pada pasien anak maupun dewasa.
Kontraindikasi absolut yang ada adalah keadaan hipovolemia dan syok,
koagulopati atau trombositopenia, dan peningkatan tekanan intrakranial.
Kontraindikasi relatif yang terdapat adalah sepsis, infeksi di daerah
pungsi,riwayat gangguan neurologi, riwayat pembedahan spinal, kelainan
tulang belakang, dan kondisi jantung yang dipengaruhi oleh preload seperti
stenosis aorta atau hipertrofik obstruktif kardiomiopati3.

3.7 Premedikasi

Tujuan pemberian premedikasi pada pasien anak sama dengan orang


dewasa yakni untuk menurangi ansietas pasien, mengurangi rasa nyeri yang
dialami, menurunkan dosis obat untuk induksi, serta mengurangi sekresi jalan
napas, namun pemberian pre-medikasi pada anak dapat memfasilitasi
perpisahan dengan orang tuaa dan memudahkan proses intubasi bila
dibutuhkan3. Beberapa obat pre-medikasi yang paling sering diberikan adalah
midazolam dan ketamine7. Pemberian obat sedasi harus diberikan hati-hati bila
pasien memiliki gangguan saluran napas dan pemberian harus dihindari bila
pasien memiliki gangguan neurologis atau peningkatan tekanan intrakranial
serta bila ada resiko besar terjadinya aspirasi atau regurgitasi di lambung3,7

18
Obat Dosis Keterangan
Midazolam 0.5 mg/kg (max 15 mg) 15- Dapat menghasilkan reaksi
30 menit sebelum operasi eksitasi berlebihan
dimulai
Chloral Hydrate 50 mg/kg oral (max 1 Dapat menghasilkan reaksi
gram) eksitasi berlebihan
Ketamine 3-8 mg/kg oral 30-60 menit Dapat meningkatkan
sebelum operasi dimulai tekanan darah
Temazepam 0.1-1 mg/kg oral
Clonidine 2-4 mcg/kg oral Dapat menurunkan tekanan
darah
Tabel 9. Dosis Obat Premedikasi pada pasien anak7

3.8 Persiapan anestesia


 STATIC :
 Scope : Laringoskop apakah lampunya cukup terang atau
tidak, serta Stethoscope.
 Tubes : ETT dipersiapkan dengan ukuran sesuai dan satu
ukuran dibawah dan diatasnya. Airway : alat untuk
menahan lidah agar tidak jatuh yakni pipa orofaringeal
Guedel atau pipa nasofaringeal.
 Tapes : Plester untuk fiksasi ETT
 Introducer : kawat untuk dimasukan ke dalam ETT]
 Connector : penghubung antara ETT dengan sirkuit nafas
 Suction : mesin pengisap untk membersihkan jalan napas.
 Peralatan Elektronik :
 Lampu ruangan
 Mesin anestesia
 Mesin penghangat tempat tidur
 Infusion pump
 Syringe pump
 Defibrilator
 Sumber Gas : O2,N2O , Halothane, Isoflurane dan gas sejenis serta
dipantau dengan penggunaan flowmeter

19
3.9 Induksi

Induksi dapat dilakukan baik dengan metode inhalasi maupun metode


intravena. Metode inhalasi dapat digunakan apabila pasien takut terhadap
jarum, tidak kooperatif atau sulit mencari akses vena, namun metode inhalasi
merupakan teknik yang memerlukan 2 orang, orang pertama harus
mempertahankan jalan napas dan orang kedua mencari akses vena dan
memasukan obat-obatan intravena sesuai indikasi. Obat-obatan inhalasi
anestesi yang paling sering diberikan adalah halothane dan sevoflurane.
Halothane memiliki bau yang manis sehingga mudah dihirup dan bila
ditambah dengan N2O dapat mempercepat induksi serta durasi obat yang lebih
lama namun dapat menimbulkan arritmia sehingga penggunaanya sudah mulai
ditinggalkan. Sevoflurane tidak bersifat irritatif dan memiliki onset yang lebih
cepat dan durasi yang lebih pendek namun dapat menyebabkan delirium pada
saat pasien sadar. Pilihan obat untuk induksi intravena adalah propofol,
thiopental dan ketamine.

3.10 Intubasi
Sesuai anatomi jalan napas pasien anak, pada intubasi disarankan
menggunakan blade lurus, namun blade bengkok dapat digunakan bila pasien
memiliki berat 6-10 kg. Penggunaan ETT lebih disarankan jenis tanpa cuff pada
pasien berusia dibawah 8 tahun, serta usahakan terdapat sedikit bocoran pada ETT.
Ukuran ETT pada anak-anak dapat menggunakan rumus Modified Cole formula dan
Khine Formula: [(Usia/4) + (4, bila tanpa cuff jadinya ditambah 3)]. Kedalaman ETT
dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus : [(Usia/2) + (12) bila pada anak
berusia >2 tahun, bila usia anak <2 menggunakan rumus: (Ukuran ETT X 3)16.
Kedalaman ETT dapat diperhitungkan dengan rumus namun tetap harus disesuaikan
secara klinis dengan mendengarkan suara napas kedua paru pasien. Penggunaan LMA
disesuaikan dengan berat badan pasien.

20
Ukuran LMA Berat Badan
1 <5 kg
1.5 5-10 kg
2 10-20 kg
2.5 20-30 kg
3 >30 kg
Tabel 10. Panduan Penggunaan LMA untuk pasien anak7

3.11 Tatalaksana Jalan Napas Pediatrik

Pada saat induksi pasien sebaiknya ditempatkan dalam posisi bernafas yang
pasien paling nyaman, namun pada saat sudah dipasang intubasi sebaiknya pasien
ditempatkan dalam posisi sniffing untuk membuka jalan udara. Selain itu pasien
diberikan ganjalan agar dapat membuka LA (Laryngeal Angle), OA (Oral Angle), dan
PA (Pharyngeal Angle) agar memudahkan proses ventilasi. Pasien juga dilakukan jaw
thrust agar mandibula dapat terangkat dan membuka glotis sehingga mulut laring dan
faring akan lebih besar dan lebih mempermudah proses ventilasi3.

Gambar 9. Penggunaan Ganjalan untuk membuka jalan napas15

3.12 Terapi cairan perioperatif

Pemberian terapi cairan sangat penting mengingat tubuh pasien anak yang
lebih banyak TBW nya serta mudah terjadi dehidrasi. Terdapat tiga tahapan pemberian cairan
pada pasien perioperatif, dengan yang pertama untuk memberikan kebutuhan cairan
pengganti yang masih kurang sebelum operasi, pasien diperiksa apakah ada tanda dehidrasi
dari 4 gejala klinis yaitu : Pengisian kapiler >2 detik, tidak ada air mata, mukosa membran
kering dan keadaan umum sakit berat, bila 2 dari 4 gejala tersebut terpenuhi maka pasien

21
dehidrasi dan dapat diberikan cairan inisial sebanyak 10-20 ml/kg. Tahapan kedua adalah
pemberian cairan rumatan menggunakan rumus holliday segar yaitu 4cc/kg/jam untuk 10 kg
pertama dengan tambahan 2 cc/kg/jam untuk 10 kg berikutnya dan tambahan lagi 1 cc/kg/jam
untuk setiap penambahan berat badan. Tahapan ketiga adalah pengganti kehilangan cairan
intraoperatif dengan patokan 1cc/kg/jam untuk operasi superfisial, 4-7cc/kg/jam untuk
operasi thorakotomi, dan 5-10cc/kg/jam untuk operasi abdomen.

22
BAB 4 Kesimpulan

Anestesi pada pasien pediatrik berbeda dengan anestesi padap pasien dewasa karena
sistem anatomi dan fisiologi yang berbeda. Secara anatomis lokasi larynx, glotis dan kartilago
krikoid pada pasien anak terletak lebih tinggi sehingga akan lebih mudah untuk melakukan
intubasi dengan blade lurus, serta karena jalan napas yang sempit maka keterampilan dan
kehati-hatian dokter anestesi sangat diutamakan. Secara fisiologis ambang batas tanda-tanda
vital pasien anak berbeda dari orang dewasa sehingga pemantauan harus dilakukan dengan
ambang batas yang sesuai. Pada Pasien anak terdapat volume distribusi obat yang besar serta
sistem metabolisme obat yang masih belum sepenuhnya terbentuk sehingga pemberian obat
harus disesuaikan dengan dosis yang berbeda dari pasien dewasa. Anak-anak memiliki
proporsi TBW yang lebih tinggi serta mudah dehidrasi sehingga terapi cairan perioperatif
harus diperhatikan dengan baik. Kebutuhan metabolisme anak lebih tinggi dari orang dewasa
sehingga tingkat ventilasi pun tinggi karena itu pasien anak sangat mudah terkena hipoksia
bila ada gangguan pada jalan napas sehingga selama proses operasi maupun saat pengawasan
paska operasi harus dipantau secara ketat jalan napas dan kondisi saturasi oksigen pasien,
salah satu cara untuk memastikan jalan napas pasien tetap terbuka adalah dengan
menggunakan bantalan serta melakukan jawthrust.

23
Daftar pustaka

1) American Academy of Pediatrics, Council on Child Health. Age limits of


pediatrics. Pediatrics 1972 ; 49:463
2) Abdelmalak B, Abel M, Ali HH, Aronson S, Avery G, et al. Anesthesiology . 2nd
Edition. McGrawHill 2012 : USA
3) Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar anestesiologi . Departemen Anestesiologi dan
Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RS Cipto Mangankusumo
2012 : Jakarta
4) Bansal T, Hooda S. Anesthetic Considerations In Pediatric Patients . JIMSA 2013 ;
26:2
5) Hines RL, Marschall KE. Stoelting’s Anaesthesia and co-existing disease. 4th Ed. 2004; 688
6) Macfarlane F. Pediatric Anatomy and Physiology and the Basis of Pediatric Anesthesia .
Mater Children’s Hospital. https://www.aagbi.org/sites/default/files/7-Paediatric-anatomy-
physiology-and-the-basics-of-paediatric-anaesthesia.pdf . Access : 20 February 2016
7) Rupp K, Holzki J, Fischer T, Keller C. Pediatric Anesthesia . 1st Edition. Drager
1999 : Germany
8) Longnecker DE, Tinker JH, Morgan GE, et al, eds. Principles and Practice of
Anesthesiology. Vol I, 2nd Edition. St. Louis, MO: Mosby; 1998.
9) Alcorn J, Mc Namara PJ. Ontogeny of hepatic and renal systemic clearance pathways
in infants: part 1. Clin pharmacokinet 2002; 41: 959-98.
10) Besunder JB, Reed MD, Blumer JL. Principles of drug biodisposition in the neonate.
A critical evaluation of the pharmacokinetic-pharmacodynamic interface (part II).
Clin pharmacokinet 1988;14: 261-86.
11) Ehrnebo M, Agurell S, Jalling B, et al. Age differences in drug binding by plasma
proteins: Studies in human foetuses, neonates and adults. Eur J Clin pharmacol 1971;
3: 189-93
12) Wood M. Plasma drug binding: Implications for anesthesiologists. Anesth Analg
1986; 65: 786-804
13) Lerman J, Schmitt Bantel BI, Gregory GA, et al. Effect of age on the solubility of
volatile anesthetics in human tissues. Anesthesiology 1986; 65; 307-11
14) Lerman J, Gregory GA, Willis MM, et al. Age and solubility of volatile anesthetics in
blood. Anesthesiology 1984; 61: 139-43.

24
15) Matsumoto T, Carvalho WB. Tracheal Intubation. J Pediatr 2007 ; 83: S83-90.
16) Esther Weathers. Neonatal And Pediatric Cuffed Endotracheal Tubes: Safety And
Proper Use. KC Educational Counseling Services.
http://www.rcecs.com/MyCE/PDFDocs/course/V7099.pdf . Access : 28 February
2016
17) Chiles J, Buckenmainer A. Basic Pediatric Regional Anesthesia . Military Advanced
Regional Anesthesia And Analgesia. http://www.dvcipm.org/files/maraa-
book/chapt30.pdf . Access : 28 February 2016

25

Anda mungkin juga menyukai