Anda di halaman 1dari 13

Makalah Psikosial dan Budaya

Pengaruh Globalisasi & Perspektif Transkultural Terhadap Kehidupan Budaya Manusia

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Khairunnisa
2. Nia Mediawati
3. Nia Uswatun Hasanah
4. Rio Sanjaya
5. Sucita Efendi
6. Tria Rizky Ananda

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta semua pihak yang dengan caranya
masing-masing telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebagai makhluk yang lemah kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
kami terima dengan lapang dada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 19 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Globalisasi dan Transkultural 3
2.2 Pengaruh Globalisasi Terhadap Prilaku Dan Budaya di Masyarakat 4
2.3 Pengaruh Globalisasi Terhadap Mental Anak 7
2.4 Strategi Menghadapi Globalisasi 10
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi sebagai fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses kehidupan manusia.
Globalisasi yang terjadi menyentuh seluruh aspek yang penting dalam kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab,
dipecahkan, dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi dianggap sebagai proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan
di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu
dan masyarakat di belahan dunia yang lain.
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian
orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia
sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan
bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup,
orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker
(2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan
politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke
dalam kesadaran kita.
Indonesia terdiri dari beragam suku yang tersebar di beberapa pulau, ditengah era
globalisasi ini westernisasi dianggap salah satu yang memudarkan budaya lokal karena
banyak nilai-nilai barat yang didifusikan ke dalam nilai-nilai lokal. Sementara dapat
dipahami bahwa nilai budaya sangat bermanfaat bagi pengembangan kepribadian
masyarakat yang dijadikan standar bertingkah laku sehingga dapat hidup harmonis.
Nilai-nilai yang berkembang di masyarakat ini disebut dengan budaya. Budaya
menurut Brown adalah sebuah sistem aturan yang dinamis, eksplisit dan implisit yang
dibangun oleh kelompok-kelompok yang menjalin kelangsungan hidup mereka
(Kertamuda, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari globalisasi dan Transkultural?
2. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap prilaku dan budaya di masyarakat?
3. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap mental anak?
4. Bagaimana strategi menghadapi globalisasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari globalisasi dan transkultural.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi terhadap perilaku dan budaya
di masyarakat.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi terhadap mental anak.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi menghadapi globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Globalisasi dan Transkultural
1. Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Globalisasi adalah sebagai suatu proses menjadikan sesuatu (benda
atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah.
Menurut Princeton N. Lyman, globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat
atas saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal
perdagangan dan keuangan (Ekoprastyo, 2016).
Menurut Giddens, bahwa globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara
satu bangsa dengan bangsa lain, antara satu manusia dengan manusia lain melalui
perdagangan, perjalanan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi yang luas
sehingga batas-batas negara menjadi semakin sempit (Giddens,1990).
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah
bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik
yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke
dalam kesadaran kita. Globalisasi dianggap sebagai proses dimana berbagai
peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa
konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang
lain.
A. Ciri-Ciri Globalisasi
Bila kita rasakan sekarang ini, arus globalisasi sudah mulai masuk ke
Indonesia sejak abad ke 20 dimana ditandai dengan adanya perkembangan
teknologi yang sangat cepat ditandai dengan kejadian yang ada di luar negeri
dalam hitungan detik saja kita sudah dapat mengetahuinya.
Menurut Hamijoyo dalam mimbar (1990), ciri-ciri globalisasi, antara lain :
a. Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan teknologi,
transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan organisasi dan
manajemen yang tangguh.
b. Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik. Batas tersebut harus
tunduk pada kekuatan teknologi, ekonomi, social politik dan sekaligus
mempertemukan tatanan yang sebelumnya sulit dipertemukan.
c. Adanya ketergantungan antar negara.
d. Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi. Penyebaran dalam hal gagasan,
pembaharuan dan inovasi dalam struktur, isi dan metode pendidikan dan
pengajaran sudah lama terjadi (melalui literature, kontak antar pakar dan
mahasiswa).
2. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,
Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui.
Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
Kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
- Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti :
Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.
Dan kebudayaan berarti :
a. Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan ,
kesenian dan adat istiadat.
b. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
menjadi pedoman tingkah lakunya
Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai :
a. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi
budaya yang lain
b. Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial

2.2 Pengaruh Globalisasi Terhadap Prilaku dan Budaya di Masyarakat


Tapscott (2008) menyatakan generasi milenial sering disebut generasi Z dengan
ciri suka dengan kebebasan, senang melakukan personalisasi, mengandalkan
kecepatan informasi yang instan, suka belajar dan bekerja dengan lingkungan
inovatif, aktif berkolaborasi dan hyper technology. Pengaruh era globalisasi
membuat tidak sedikit generasi milenial yang terjerat dalam dunia gelap, mulai
dari penggunaan narkoba, pergaulan bebas dengan mengkonsumsi alkohol serta
merokok dan seks bebas layaknya suami istri.
Di sisi lain globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan, misalnya :
a. Hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu Negara
b. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya
c. Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotism
d. Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong
e. Kehilangan kepercayaan diri
f. Gaya hidup yang tidak sesuai dengan adat kita
Persoalan lain yang muncul adalah mungkin tak terelakkan masalah terhadap
eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa
cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-
nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi
budaya massa.
Selain itu, dampak perkembangan globalisasi terhadap sikap dan pembentukan
perilaku seksual remaja tidak bisa diabaikan. Sesuai hasil dari beberapa
penelitian, nampak bahwa pajanan media pornografi juga memiliki pengaruh
bagi perilaku seksual remaja. Di Amerika, para remaja menghabiskan 6-7 jam
sehari bersama salah satu media massa melaporkan dimana semua memiliki
televisi di kamar masing-masing. Bahkan studi yang dilakukan oleh Yayasan
Pengembangan Media Anak (YPMA), pemerintah dan didukung UNICEF
menemukan rata-rata anak-anak Indonesia menonton acara TV hingga 45 jam per
minggu (Kearney, 2010). Secara keseluruhan, 75% remaja mengakses internet di
rumah, 60% di sekolah, dan 41% mengakses di tempat lain.
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara paparan media
pornografi dengan perilaku seksual remaja (p = 0,042). Hal ini terjadi karena
masa remaja sebagai masa storm and stress, dapat menimbulkan kesulitan dan
frustrasi dalam periode kehidupan remaja dengan banyaknya tekanan yang
dialami mulai dari lingkungan keluarga, sekolah maupun dari teman. Semua hal
yang dapat menyebabkan frustasi tersebut terutama frustasi agresi dan hormon
seksual yang sedang meningkat dapat dilepaskan dengan mengakses paparan
media pornografi melalui majalah, gambar-gambar pornografi, situs dan film-
film (video) porno untuk memuaskan kebutuhan berekspresi, eksplorasi dan
eksperimen. Dengan mengakses paparan media pornografi, akan mempengaruhi
perilaku seksual remaja yaitu dengan berupaya meniru adegan-adegan yang
ditontonnya dalam video tersebut.
2.3 Pengaruh Globalisasi Terhadap Mental Anak
Penggunaan gadget yang berlebihan akan berdampak buruk pada suasana
emosial anak anak. Beberapa anak yang menghabiskan waktu dengan bermain
gadget akan lebih emosional, pemberontak jika diganggu saat asyik bermain
game, selain itu anak mengeluarkan emosional yang arogan, bahkan memukul,
menangis kencang, sampai pada tahap keputusasaan jika gadget tidak
dikembalikan dengan segera. Hal ini akan membuat anak mengalami gangguan
mental dan emosional, sehingga akan berdampak negatif jika tidak dilakukan
terapi dengan segera. Selain itu anak juga menunjukan sikap malas dalam
mengerjakan rutinitas sehari-hari, respon yang kurang jika dipanggil, sampai
dengan lupa waktu dan kegiatan lainnya. Bahkan anakpun lupa untuk makan,
karena sedang asyik menggunakan gadgetnya. Yang lebih mengkhawatirkan lagi,
jika mereka sudah tidak tengok kanan kiri atau mempedulikan orang
disekitarnya,bahkan menyapa kepada orang yang lebih tuapun mereka menolak,
sehingga akan menganggu interaksi sosial anak dirumah, bahkan diluar rumah
(Jonatan, 2015).

Pada dasarnya penggunaan teknologi gadget pada saat ini memiliki dampak
positif dan negatif bagi anak, diantaranya dalam pembentukan pola pikir anak
yaitu mampu membantu anak dalam mengatur kecepatan bermainnya, mengolah
strategi dan analisa dalam permainan, dan membantu anak dalam meningkatkan
kemampuan otak kanan selama dalam pengawasan yang baik oleh orang tua.
Akan tetapi dari beberapa damapak positif tadi, jika di tinjau dan diteliti lebih
lanjut maka faktor dominan lebih ke arah dampak negatif yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Beberapa efek negatif yang dapat terjadi seperti
radiasi dalam gadget dapat berdampak merusak jaringan syaraf dan
perkembangan otak pada anak bila anak sering menggunakan gadget, dapat
menurunkan daya aktif anak dalam beraktifitas karna hanya dalam posisi
monoton, tanpa ada aktifitas fisik seperti anak pada umumnya, selain itu
mengurangi kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga
anak menjadi lebih individual dengan zona nyamannya bersama gadget sehingga
kurang memiliki sikap peduli terhadap teman bahkan orang lain, bahkan anak
memiliki dunianya sendiri (Maulida, 2013).
Jika anak dalam waktu lama terpapar dalam penggunaan gadget, dan menjadikan
gadget sebagai aktiftas rutin yang dilakukan sehari-hari maka hal ini menjadi
salah satu faktor penyebab terganggunya perkembangan otak. Sehingga dampak
lanjut yang dapat terjadi adalah hambatan dalam kemampuan berbicara, (tidak
lancar komunikasi) karena anak jarang melakukan proses komunikasi akibat
asyik berinteraksi dengan gadget, dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
dalam mengeskpresikan pikirannya, karna hanya memikirkan gadget adalah
teman terbaiknya saat ini dalam mengekspresikan dirinya, sehingga minimnya
pengalaman anak dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2.4 Strategi Menghadapi Globalisasi


Tidak dapat dibantah, arus globalisasi yang berjalan dengan cepat menjadi ancaman bagi
eksistensi budaya lokal. Penggerusan nilai-nilai budaya lokal merupakan resiko posisi
Indonesia sebagai bagian dari komunitas global. Globalisasi adalah keniscayaan yang
tidak dapat dicegah, tetapi efeknya yang mampu mematikan budaya lokal tidak boleh
dibiarkan begitu saja.
Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, yang dibutuhkan adalah strategi untuk
meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam menghadapinya. Berikut ini adalah
strategi yang bisa dijalankan:
1. Pembangunan Jati Diri Bangsa
Jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh
dan diinternalisasikan secara mendalam. Caranya, dengan menanamkan nilai-
nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Pendidikan memegang
peran penting di sini sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam
kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah dasar.
Karakter pembangunan budaya tersebut secara efektif merangkul dan
menggerakkan seluruh elemen dalam menghadapi era globalisasi yang membuka
proses lintas budaya (transcultural) dan silang budaya (cross cultural) yang
secara berkelanjutan akan mempertemukan nilai-nilai budaya satu dengan
lainnya (Saptadi 2008).
2. Pemahaman Falsafah Budaya
Pembenahan dalam pembelajaran bahasa lokal dan bahasa nasional mutlak
dilakukan. Langkah penting untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidik dan pemangku budaya secara berkelanjutan. Pendidik yang
berkompeten dan pemangku budaya yang menjiwai nilai-nilai budayanya adalah
aset penting dalam proses pemahaman falsafah budaya.

3. Penerbitan Peraturan Daerah


Peraturan daerah (perda) harus diterbitkan. Peraturan itu mengatur tentang
pelestarian budaya yang harus dilakukan oleh semua pihak. Kebudayaan akan
tetap lestari jika ada kepedulian tinggi dari masyarakat. Selama ini kepedulian itu
belum tampak secara nyata, padahal ancaman sudah kelihatan dengan jelas.
4. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Budaya lokal yang khas dapat menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah
tinggi apabila disesuaikan dengan perkembangan media komunikasi dan
informasi. Harus ada upaya untuk menjadikan media sebagai alat untuk
memasarkan budaya lokal ke seluruh dunia. Jika ini bisa dilakukan, maka daya
tarik budaya lokal akan semakin tinggi sehingga dapat berpengaruh pada daya
tarik lainnya, termasuk ekonomi dan investasi. Untuk itu, dibutuhkan media
bertaraf nasional dan internasional yang mampu meningkatkan peran
kebudayaan lokal di pentas dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Princeton N. Lyman, globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat
atas saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal
perdagangan dan keuangan (Ekoprastyo, 2016).
Transkultural dapat diartikan sebagai :
a. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi
budaya yang lain
b. Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial
Strategi menghadapi globalisasi :
a. Pembangunan Jati Diri Bangsa
b. Pemahaman Falsafah Budaya
c. Penerbitan Peraturan Daerah
d. Pemanfaatan Teknologi Informasi
DAFTAR PUSTAKA

Kalfaris, L. (2018). Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter dengan Pendidikan Karakter


guna Menyongsong Era Globalisasi . Jurnal Kepolisian , 68-75.

Mubah, A. S. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus
Globalisasi. Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga , 302-
308.

Pujiati, E. D. (2018). PENGARUH PAPARAN MEDIA PORNOGRAFI DAN TEMAN


SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKS REMAJA KABUPATEN KUDUS . Jurnal
Profesi Keperawatan , 57-68.

Suneki, S. (2012). DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI BUDAYA DAERAH.


Jurnal Ilmiah CIVIS , 307-321.

Wulandari, D. D. (2018). DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN EMOSIONAL PADA


ANAK YANG MENGALAMI KECANDUAN GADGET . Jurnal Keperawatan
Silampari , 382-392.

Anda mungkin juga menyukai