Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


DALAM KEPERAWATAN

”MENGENALI DAN BERESPON TERHADAP ADVERSE


EVENTS”
Dosen: Ns. Arham Alam, S.Kep., M.KKK

Oleh:
Kelompok 1
Kelas A2
Angkatan 2018

NIA ELVIRA MAKASE : NH0118054


RASNAWATI : NH0118062
RESTU RESKI BETAUBUN : NH0118064
RICKY SAPUTRA : NH0118066
RISKI HIZKIA OHOI TIMUR : NH0118069
SELFIA WATAFUHAN : NH0118077
SONIA TITIN RAHAKRATAT : NH0118080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah
ini membahas tentang “MENGENALI DAN BERESPON TERHADAP
ADVERSE EVENTS” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan
kita.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu
meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu saya juga berharap
semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan
meningkatkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak
masih kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini.

Makassar, 18 November 2019

Penyusun
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Adverse Events ..................................................................... 3


B. Pencegahan Adverse Events ................................................................... 3
C. Klasifikasi Adverse Events ..................................................................... 6
D. Cara Mengenal Adverse Events .............................................................. 6
E. Cara Berespon Terhadap Adverse Events ............................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adverse event merupakan suatu peristiwa yang dapat menyebabkan hal
yang tak terduga atau tidak diinginkan sehingga membahayakan keselamatan
pengguna alat kesehatan termasuk pasien atau orang lain. Klasifikasi adverse
event adalah kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC) dan
sentinel (kematian atau cedera). Contoh dari KTD seperti medication error,
flebitis, dekubitus, infeksi daerah operasi, dan pasien jatuh dengan cidera
(Champaca, 2018).
Penyebab terjadinya kesalahan obat adalah : komunikasi (19%),
pemberian label (20%), nama pasien yang membingungkan (13%), faktor
manusia (42%), dan disain kemasan (20,6%). Adapun kesalahan yang
berhubungan dengan faktor manusia antara lain berhubungan dengan :
kurangnya pengetahuan (12,3%), kurangnya kinerja (13,2%), kelelahan
(0,3%), kesalahan kecepatan infuse (7%), dan kesalahan dalam menyiapkan
obat (7%). Sedangkan menurut penelitian tersebut menurut jenis kesalahan
yang paling banyak adalah salah obat (22%), over dosis (17%), salah rute
obat (8%), salah tehnik (7%), dan kesalahan dalam monitoring (7%)
(Mulyana, 2013)
Bentuk KTD meliputi: 28% merupakan reaksi dari pengobatan atau
obat – obat yang diberikan, 42% adalah kejadian yang mengancam kehidupan
tetapi dapat dicegah, 20% pelayanan di poliklinik, 10 – 30% kesalahan di
laboratorium. Sementara itu bentuk KTD lain yang dilaporkan oleh Mengis &
Nicholini (2010) adalah berupa kesalahan dalam pemberian obat dan terkait
intervensi pembedahan(Mulyana, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang pengertian adverse events ?
2. Jelaskan pencegahan adverse events ?
3. Uraikan klasifikasi adverse events ?
4. Bagaiamana mengenal adverse events ?
5. Bagaiamana berespon terhadap adverse events ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian adverse events.
2. Untuk mengetahui pencegahan adverse events.
3. Untuk mengetahui klasifikasi adverse events.
4. Untuk mengetahui cara mengenal adverse events.
5. Untuk mengetahui cara berespon terhadap adverse events.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Adverse Events


Adverse Events atau KTD merupakan suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien (Nurlaily, 2019).
Adverse event merupakan suatu peristiwa yang dapat menyebabkan hal
yang tak terduga atau tidak diinginkan sehingga membahayakan keselamatan
pengguna alat kesehatan termasuk pasien atau orang lain (Champaca, 2018).

B. Pencegahan Adverse Events


Untuk meningkatkan keselamatan untuk pencegahan infeksi
nosokomial pasien dan mencegah terjadinya KTD atau Adverse Events ,
maka perlu diterapkan sembilan solusi keselamatan pasien tersebut di seluruh
rumah sakit. Sembilan solusi keselamatan pasien, diantaranya adalah
(Nurlaily, 2019) :
a. Perhatikan nama obat, rupa dan pengucapan
obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya
kesalahan / error dan / atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip / NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA),
termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
b. Pastikan identifikasi pasien
Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu yang akan diberi
layanan atau pengobatan tertentu dan mencocokkan layanan atau
perawatan dengan individu tersebut.
c. Komunikasi yang benar saat serah terima/pengoperan pasien
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan
pasien antara unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan,
bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien, termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi
untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah
terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah
terima.
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.
Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan
sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi
serta tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur
‘Time out” sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan
identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
Elektrolit pekat adalah larutan elektrolit dengan kadar diatas
normal. Elektrolit pekat meliputi sediaan calcium gluconas injeksi, NaCl
3% 500 ml, KCL 25 mEq, Magnesium Sulfat >40 mg/ml, Natrium
Bicarbonat (Meylon84) dalam larutan 100 ml (4g dalam 100 ml larutan
isotonik/normal salin).
Jika KCL diinjeksi terlalu cepat (misalnya pada kecepatan melebihi
10meq/jam) atau dengan dosis yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan
henti jantung.
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Cepat lambatnya pemberian obat tergantung kepada karakter
individu masing-masing perawat. Bila keluarga pasien telah mengambil
obat di apotek, obatnya tidak segera diberikan kepada petugas perawat
atau dokter, tetapi obatnya disimpan saja, akibatnya terjadi kesalahan
waktu pemberian obat. Hal ini juga dapat disebabkan karena sikap petugas
yang tidak berinisiatif untuk menanyakan obatnya kepada keluarga pasien.
Perawat atau dokter sering gagal dalam menyampaikan informasi tentang
pemberian obat.
peran dari perawat untuk menjelaskan prosedur pembelian obat
yang baik serta peran pasien dan keluarga yang kooperatif akan dapat
menghindari ketidaksesuaian waktu pemberian obat (Karsim, Ahsan, &
Suharsono, 2018).
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling
lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang sedang diterima pasien dan
komunikasikan daftar tersebut kepada petugas berikutnya dimana pasien
akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
Kateter dan spuit yang digunakan harus didesain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD.
Rekomendasinya adalah medikasi secara detail/rinci bila sedang
mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan lewat NGT, dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien.
h. Gunakan alat injeksi satu kali pakai
Jarum suntik yang dipakai ulang (reuse) bisa menyebarkan HIV,
HBV, dan HCV. Rekomendasinya adalah melarang pakai ulang jarum,
edukasi petugas kesehatan mengenai prinsip-prinsip pengendalian infeksi.
i. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hyegiene)
Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang
primer untuk menghindari infeksi yang diperoleh di rumah sakit.
Rekomendasinya adalah penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs yang
tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedianya sumber air pada
semua kran dan pendidikan staf mengenai tehnik kebersihan tanagn yang
benar.

C. Klasifikasi Adverse Events


Insiden Adverse Event diklasifikasikan sebagai berikut (Suhartono, 2013) :
1. Mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Disebut kejadian
Sentinel.
2. Belum sampai terpapar ke pasien disebut Kejadian Nyaris Cedera,
disingkat KNC.
3. Sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera disebut. Kejadian
Tidak Cedera, disingkat KTC.
4. Berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.disebut
Kondisi Potensial Cedera, disingkat KPC.

D. Cara Mengenal Adverse Events


1. Menganilisis bahaya yang dapat terjadi, seperti :
a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar
atau meledak.
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik.
c. Bahaya radiasi.
d. Luka bakar.
e. Syok akibat aliran listrik .
f. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
g. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
2. Belajar dari kasus yang telah terjadi, seperti:
a. Perawat yang tertusuk jarum suntik
b. Pasien jatuh

E. Cara Berespon terhadap Adverse Events


1. Mengatasi kejadian yang terjadi
Dengan melaporkan kejadian kepada pengawas atau atasan,
sehingga mendapatkan penatalaksanaan yang tepat.
2. Mengikuti Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan
yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan,
dan mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan
tenaga kerja (Putri, Santoso, & Rahayu, 2018).
3. Melindungi diri dengan menggunakan APD, seperti:
a. Handscoon
b. Masker
c. Celemek
d. Kap Kepala
e. Kacamata
f. Sepatu Boots
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adverse Events atau KTD merupakan suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Ada 9 pencegahan
adverse events, 3 diantaranya ialah perhatikan nama obat, rupa dan
pengucapan, pastikan identifikasi pasien, dan komunikasi yang benar saat
serah terima/pengoperan pasien. Ada 4 klasifikasi adverse event yaitu
kejadian sentinel, KNC, KTC, dan KPC. Cara mengenali adverse melalui 2
cara yaitu menganilisis bahaya yang dapat terjadi, dan belajar dari kasus yang
telah terjadi. Adapun cara berespon terhadap adverse dengan 3 cara yakni
mengatasi kejadian yang terjadi, mengikuti pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan melindungi diri dengan menggunakan APD.

B. Saran
Diharapkan untuk tengaga kesehatan kususnya perawat dalam
menghadapi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap mutu
pelayanan keperawatan kiranya memiliki kemampauan dalam pencegahan
adverse events. Sehingga dapat mengenali dan berespon terhadap adverse
events. Komitmen bersama merupakan kunci keberhasilan dari peningkatan
mutu keselamatan pasien. Adanya standar prosedur operasional yang jelas
menjadi panduan bagi perawat bekerja sesuai standar minimal yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Champaca, N. S. M. (2018). Pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh


perawat dalam mencegah adverse event di rumah sakit. 1(1), 1–10.
Karsim, Ahsan, & Suharsono, T. (2018). Hubungan pemberian informasi tentang
prosedur pembelian obat kepada pasien dengan akurasi pemberian obat.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(1), 1–7.
https://doi.org/10.30651/jkm.v3i1.1585
Mulyana, D. S. (2013). Analisis penyebab insiden keselamatan pasien oleh
perawat di unit rawat inap rumah sakit X Jakarta. 1(1), 1–184.
Nurlaily, A. P. (2019). Hubungan komitmen organisasi dengan pencegahan
kejadian tidak diharapkan (KTD) dalam keselamatan pasien di rumah sakit
umum daerah Kabupaten Sukoharjo (Vol. 1).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Putri, S., Santoso, S., & Rahayu, E. P. (2018). Pelaksanaan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit.
Jurnal Endurance, 3(2), 271. https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2686
Suhartono. (2013). Pengendalian ALKES dan pelaporan KTD ALKES di RSUP
Sanglah Denpasar. 1–37.

DAFTAR PUSTAKA
Pakpahan, Saut. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit. [Online].
Tersedia: http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/kesehatan-dan-keselamatan-
kerja-rumah-sakit/. Diakses pada 20 November 2019
Kartawijaya, Utami. 2018. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu diwaspadai.
[Online]. Tersedia: https://docplayer.info/72991433-Peningkatan-keamanan-
obat-yang-perlu-diwaspadai-high-alert-medications.html. Diakases pada 20
November 2019
Yanti, Devi. 2016. Membangun Kesadaran Perawat. [Online]. Tersedia:
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2016/08/29/membangun-kesadaran-
perawat/. Diakses pada 20 November 2019
Puspitasari, Indah Rian. 2017. Prosedur Penggunaan Elektrolit Pekat. [Online].
Tersedia: https://www.scribd.com/document/336780487/609-SOP-Prosedur-
Penggunaan-Elektrolit-Pekat. Diakses pada 20 November 2019
Annes, Waren. 2016. Efek dari Tertusuk Jarum Suntik Secara tidak sengaja.
[Online]. Tersedia: https://www.alodokter.com/komunitas/topic/jika-
tertusuk-jarum-bekas-iud. Diakses pada 20 November 2019

Anda mungkin juga menyukai