Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA 3
EKSTRAKSI LIPID

Oleh :
ALIF ATMAJAYA
26040117140083
IK-C/ SHIFT 2/ KELOMPOK 7

Asisten:
ASTIYA LUXFI
26020115120033

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No. Materi Nilai


1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi dan Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar Pustaka
8 Lampiran
TOTAL

Semarang, 1 Maret 2018

Asisten Praktikum Praktikan

ASTIYA LUXFI ALIF ATMAJAYA


26020115120033 26040117140083

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Nada Kristiani Ginting


26020114140085
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ekstraksi pelarut merupakan suatu teknik pemisahan yang


lazim, penting dan sangat berguna serta banyak digunakan dalam
cabang kimia analisis. Dasar berfikir ini adalah pemisahan dari
campuran solute lewat proses partisi antar dua pelarut kedalam
campuran tidak merusak residu yang terbentuk sehingga
memisahkan ekstrak lebih mudah. Disamping itu air juga memiliki
viskositas rendah sehingga sirkulasi zat dapat terjadi dengan bebas.

Ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur


dan kandungan air bahan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa
yang diisolasi umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan
untuk mencegah terjadi oksidasi enzim / hidrolisis .

Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari


gliserol asam lemak (asam karboksilat). secara umum lemak (Fat)
dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu senyawa
organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon
atau dietileter. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok
yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan
golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya
dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau
sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.

1.2 TUJUAN
Menentukan kadar lipid dalam kacang
1.3 MANFAAT
1. Mahasiswa mengetahui apa itu metode soxhlet
2. Mahasiwa mengetahui cara penggunaan alat soxhlet
3. Mahasiswa dapat mengaplikasi proses ekstraksi
4. Mahasiswa mengetahui apa itu proses distilasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 EKSTRAKSI
Menurut Mukhriani (2014), ekstraksi merupakan suatu
proses pemisahan senyawa dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses
ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Menurut Putranto (2012), ekstraksi cair-cair merupakan
(Liquid-Liquid Extraction (LLE)) sistem pemisahan secara kimia-
fisika dimana zat yang akan diekstraksi. Pada ekstraksi cair-cair,
satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan,
bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan.
Menurut Santosa dan Sulistiawati (2014), ekstraksi padat
cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat
yang dapat melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan
yang tidak dapat larut(innert) dengan menggunakan pelarut cair.
Operasi ini sering dijumpai di dalam industrimetalurgi dan farmasi.
Pada ekstraksi padat cair, satu atau beberapa komponen yang dapat
larut dipisahkan dari bahan padat dengan bahan pelarut. Pada
ekstraksi yaitu pada bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut,
maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan
melaritkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi
terbentuk dibagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan
terjadi kesetimbangan konsentrasi anatara larutan tersebut dengan
larutan luar bahan padat.
Menurut Prasetiyo (2015), ekstraksi adalah proses
pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan bahan. Ekstraksi
memiliki berbagai metode diantaranya :
1. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di
luar sel dan di dalam sel.
2. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan
jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada
simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan
supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya
dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak
tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
3. Metode Refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik
adalah refluks, metode ini digunakan apabila dalam sintesis
tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini
jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan
menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip
dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan
akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun
lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada
selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2
diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang
masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis
senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
4. Metode Soxhlet
Sokletasi adalah suatu metode atau proses
pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat
dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen
yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada
pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga
uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut
dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat,
maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang
diinginkan.
2.2 SOXHLETASI DAN DESTILASI
Menurut Prasetiyo (2015), Metode ekstraksi sokletasi
adalah metode ekstraksi lebih lanjut yang dapat menyempurnakan
kelemahan dari metode ekstraksi maserasi dan perkolasi.
keunggulan ekstraksi sokletasi yaitu menggunakan pelarut yang
selalu baru menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
Menurut Sudaryanto et.al. (2016), metode sokletasi
merupakan metode yang paling efektif untuk mengekstrak minyak
karena hampir 99% minyak dalam sampel dapat terekstrak. metode
ekstraksi sokletasi adalah sejenis ekstraksi dengan pelarut cair
organik yang dilakukan secara berulang-ulang pada suhu tertentu
dengan jumlah pelarut tertentu. Pelarut yang digunakan harus
disesuaikan dengan tingkat kepolaran ekstrak yang ingin diperoleh.
Menurut Yuliarto et.al. (2012), distilasi atau penyulingan
adalah metode yang banyak digunakan untuk memisahkan
campuran berdasarkan perbedaan kondisi yang diperlukan untuk
mengubah fase komponen campuran. Metode destilasi yang umum
digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi air dan
destilasi uap-air.
Menurut Mukhriani (2014), destilasi uap memiliki proses
yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak
esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Tujuan destilasi
yaitu untuk memurnikan zat cair pada titik didihnya dan
memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang yang dikeluarkan dari
campuran sebagai uap bebas. Konsentrat yang jatuh sebagai
destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu. Jika
yang diinginkan adalah bagian campuranna yang tidak teruapkan
maka proses tersebut disebut dengan pengentalan dengan
evaporasi.
2.2.1 SOXHLETASI
Menurut Prasetiyo (2015), Metode ekstraksi
sokletasi adalah metode ekstraksi lebih lanjut yang
dapat menyempurnakan kelemahan dari metode
ekstraksi maserasi dan perkolasi. keunggulan ekstraksi
sokletasi yaitu menggunakan pelarut yang selalu baru
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
Menurut Utomo (2016), metode sokletasi
digunakan untuk ekstraksi suatu senyawa dari material
atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang
digunakan adalah labu didih, ekstraktor dan kondensor.
Sampel sebelum disokletasi dikeringkan dan dihaluskan
untuk mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam
sampel sedangkan dihaluskan adalah untuk
mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut.
Menurut Sudaryanto et.al. (2016), metode
sokletasi merupakan metode yang paling efektif untuk
mengekstrak minyak karena hampir 99% minyak dalam
sampel dapat terekstrak. metode ekstraksi sokletasi
adalah sejenis ekstraksi dengan pelarut cair organik
yang dilakukan secara berulang-ulang pada suhu
tertentu dengan jumlah pelarut tertentu. Pelarut yang
digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kepolaran
ekstrak yang ingin diperoleh.
Menurut Mukhriani (2014), Metode ini
dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam
klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah
kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam
labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux.
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang
kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak
pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih.
2.2.2 DESTILASI
Menurut Yuliarto et.al. (2012), distilasi atau
penyulingan adalah metode yang banyak digunakan
untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan
kondisi yang diperlukan untuk mengubah fase
komponen campuran. Metode destilasi yang umum
digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi
air dan destilasi uap-air.
Menurut Mukhriani (2014), destilasi uap memiliki
proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai
senyawa menguap). Selama pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian
yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah
yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua
metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil
dapat terdegradasi.
Menurut Aziz et.al. (2014), destilasi uap memiliki
proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai
senyawa menguap). Selama pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian
yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah
yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua
metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil
dapat terdegradasi.
Menurut Yulvianti et.al.(2014), destilasi atau
penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau
didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang
berdasarkan perbedaan titik didih. Proses destilasi
digunakan sebagai tahap untuk pemurnian.
2.3 KADAR LIPID PADA KACANG
Menurut Styani (2014), salah satu cara penetapan kadar
lipid dalam kacang tanah adalah menggunakan metode
sokhletasi.lipid sendiri memiliki arti sebagai molekul lilin yang
membentuk struktur dasar dari banyak sel baik pada tumbuhan dan
hewan. Mereka sering disebut dengan istilah lain tergantung di
mana mereka ditemukan, termasuk triasilgliserol, trigliserida, dan
gliserolipid.
Menurut Zulchi et.al. (2016), Fungsi utama cadangan lemak
dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi dan
merupakan salah satu bentuk penyimpanan energi bagi
pertumbuhan tanaman. Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Biji kacang tanah merupakan sumber utama
minyak nabati dapat berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh
manusia, pembentuk struktur tubuh manusia, pelarut vitamin A, D,
E, dan K, pelumas persendian, dan memberikan cita rasa melalui
pengolahan bahan pangan.
Menurut Suryani et.al. (2016), minyak kacang tanah
merupakan salah satu bentuk pemanfaatan kacang tanah
diIndonesia. Minyak kacang tanah diperoleh dari proses ekstraksi
biji kacang tanah yangmenghasilkan minyak dan bungkil. Minyak
kacang tanah mengandung 41.3-67.4% asam oleat dan 13.9-35.4%
asam linoleat. Kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi
menyebabkan minyak kacang tanah rentan terhadap kerusakan.
Kerusakan pada bahan yang mengandung minyak umumnya terjadi
melalui dua reaksi, yaitu reaksi hidrolitik danreaksi oksidatif.
Stabilitas minyak nabati sangat dipengaruhi oleh kandungan asam
lema bebas sebagai pemicu terjadinya kerusakan.Untuk
meningkatkan stabilitas minyak.
Menurut Fitrianingtyas dan Widyaningsih (2015), sumber
lemak yang digunakan adalah minyak kacang tanah yang bertujuan
untuk memanfaatkan penggunaan minyak kacang tanah yang masih
sedikit dalam pengaplikasiannya. Minyak kacang tanah
mengandung asam lemak tidak jenuh yang mampu mengurangi
resiko penyakit jantung coroner
2.3.1 PENGERTIAN LIPID & FUNGSI
Menurut Zulchi et.al. (2016), Fungsi utama
cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah
sebagai sumber energy. Lemak sendiri memiliki arti
molekul lilin yang membentuk struktur dasar dari
banyak sel baik pada tumbuhan dan hewan. Mereka
sering disebut dengan istilah lain tergantung di mana
mereka ditemukan, termasuk triasilgliserol, trigliserida,
dan gliserolipid.
Menurut Suryani et.al. (2016), Kandungan asam
lemak tidak jenuh yang tinggi menyebabkan minyak
kacang tanah rentan terhadap kerusakan hal itu
memiliki arti bahwa lemak sangatlah susah dipecah
senyawanya.
Menurut Fitrianingtyas dan Widyaningsih
(2015), lipid secara umum memiliki fungsi Fungsi
biologis utama lipid termasuk menyimpan energi,
pensinyalan, dan bertindak sebagai komponen
pembangun membran sel.

Menurut Styani (2014), Lipid (Minyak atau


Lemak) merupakan komponen bahan makanan yang
penting dan memiliki fungsi yang esensial bagi tubuh.
Istilah lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen,
termasuk lemak dan minyak.
2.3.2 KARAKTERISTIK LIPID

Menurut Fitrianingtyas dan Widyaningsih


(2015), lipid secara umum memiliki fungsi Fungsi
biologis utama lipid termasuk menyimpan energi,
pensinyalan, dan bertindak sebagai komponen
pembangun membran sel. Oleh karena itu lipid tersusun
atas unsur C, H dan O.

Menurut Zulchi et.al. (2016), lemak sendiri


memiliki arti molekul lilin yang membentuk struktur
dasar dari banyak sel baik. Lemak sendiri tersusun atas
senyawa gliserol dan asam lemak yang merupakan unit
dasar penyusun lemak.

Menurut Styani (2014), Lipid (Minyak atau


Lemak) merupakan senyawa yang diantaranya tidak
larut dalam air,karena lipid sendiri kerapatannya lebih
rendah dari air dan memiliki kekentalan yang tinggi
sehingga lipid sangat sulit untuk dipecah oleh air.

Menurut Suryani et.al. (2016), Kandungan asam


lemak tidak jenuh yang tinggi oleh karena itu lemak
baik untuk penyusun membran sel bersama-sama
dengan protein, penyusun hormon kelamin pria seperti
testosterone. Ada berbagai contoh lemak diantaranya
adalah trigliserida, fosfolipid, steroid.

2.4 N –HEKSANA

Menurut Yulvianti et.al. (2014), Heksana adalah sebuah


senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 . Awalan
heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana
dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan
tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam
keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang
tidak larut dalam air.

Menurut Utomo (2016), Heksana, adalah suatu hidrokarbon


alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan hasil
refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi
oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari berat rantai
isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. Seluruh isomer heksana dan
sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena
non-polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji,
misal kacang-kacangan dan flax. Rentang kondisi distilasi yang
sempit, maka tidak perlu panas dan energy tinggi untuk proses
ekstraksi minyak.

Menurut Mukhriani (2014), Dalam industri, heksana


digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk kulit, dan
pengatapan serta untuk pembersihan. nheksana juga dipakai
sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan
percetakan.

Menurut Aziz et.al. (2014), heksana sendiri memiliki arti


sebagai adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus
CH3(CH2)4CH3). Awalan heks– merujuk pada enam karbon atom
yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana,
yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-
atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif,
dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert.

2.5 KADAR LEMAK DAN RENDEMEN

Menurut Suryani et.al. (2016), Rendemen adalah


perbandingan jumlah minyak kacang tanah setelah dan sebelum
proses pemucatan. perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang
dihasilkan dari ekstraksi tanaman aromatic. Rendemen sendiri
biasanya menggunakan satuan persen untuk penentuannya.

Menurut Utomo (2016), perolehan rendemen minyak


dinyatakan dengan persamaan y = -37,88 + 0,664 x dengan R2 =
0,962. rendemen yang terbaik (tinggi) dan persamaan tersebut
menunjukkan bahwa makin tinggi komposisi solven, maka makin
tinggi minyak yang diperoleh.

Menurut Kristian et.al. (2016), ). Salah satu faktor yang


mempengaruhi rendemen adalah lama ekstraksi, akurasi lama
waktu yang digunakan berpengaruh terhadap efisiensi proses.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
lama ekstraksi terhadap rendemen dan mutu minyak.

Menurut Senja et.al. (2014), Rendemen ekstrak merupakan


persentase berat ekstrak dari berat kering kubis ungu. Data
rendemen ekstrak dan pengukuran λ maksimum ekstrak. Hal itu
didapatkan ketika kita mulai mengekstak baha yang ingin kita
ekstrak sarinya.

2.6 POLARITAS

Menurut Moulana et.al. (2012), Polaritas sering diartikan


sebagai adanya pemisahan kutub muatan positif dan negatif dari
suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari
atom-atom penyusunnya. Sedangkan menurut kimia sendiri
polaritas memiliki arti sebagai pemisahan antara ikatan kimia
polar.

Menurut Setyati et.al. (2017), pada proses ekstrasi kita


dapat mendapat hasil yang berbeda karena perbedaan polaritas
pelarut yang digunakan. ekstraksi menggunakan pelarut dengan
polaritas berbeda dapat menghasilkan ekstrak dengan polaritas
yang berbeda pula sesuai dengan sifat kepolaran masing-masing
ekstrak.

Menurut Utomo (2016), pelarut volatile bagi senyawa


organik, bersifat semipolar karena dapat melarutkan baik senyawa
polar maupun nonpolar sehingga dapat saling larut dengan air.
Kepolaran ini diakibatkan adanya gugus polar –OH dan nonpolar
yaitu etil.

Menurut Mukhriani (2014), pada ekstraksi lipid pada


kacang tahap ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik
pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh
karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama.
III. MATERI DAN METODE
3.1 WAKTU & TEMPAT
Hari, Tanggal : Kamis, 1 Maret 2018
Waktu : 12.40 – 14 20
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Gedung E
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro, Semarang

3.2 ALAT DAN BAHAN


3.2.1 Alat
Tabel 1 Alat praktikum
ALAT GAMBAR FUNGSI
SOXHLET Untuk
ekstraksi lipid

DESTILATOR Proses
distilasi

ERLENMEYER Menampung
cairan

KOMPOR Memanaskan
air

THERMOMETER Menghitung
suhu
PANCI Wadah air

CORONG Menuangkan /
memindahcair
an
ALAT TULIS Mencatat
hasil

KAMERA Dokumentasi

NERACA Menimbang
berat cairan

LABU UKUR Menghitung


banyak cairan

3.2.2 BAHAN
Tabel 2 Bahan praktikum
BAHAN GAMBAR FUNGSI
Bahan sampel
KACANG

Pelarut
n- HEKSANA

Meratakan
BATU DIDIH panas

Menyaring
KERTAS sampel
SARING
Membantu
AIR ekstraksi

3.3 CARA KERJA


3.3.1 CARA KERJA SOXHLETASI

Alat dan bahan


disiapkan

Kacang ditumbuk lalu ditimbang


hingga 20 gram

Kertas saring dibentuk seperti corong

Kertas saring dimasukkan dalam


soxhlet

Kacang yang sudah ditumbuk


dimasukkan dalam kertas saring

n- heksana dimasukkan dalam boiling


flash bersama batu didih
Selang dipasangkan pada soxhlet

Kompor dinyalakan
kemudian air dialirkan
ke soxhlet dan proses
diamati

3.3.2 CARA KERJA DESTILASI

Pindahkan hasil
ekstraksi ke
kompor distilator

n- heksana dipanaskan hingga


menguap

Uap hexane ditampung dalam


Erlenmeyer sehingga didapatkan hasil
ekstrak

Kadar lipid
dihitung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 HASIL PERHITUNGAN KADAR LIPID

KADAR : 176,41- 164,4 X 100%


20
KADAR : 12,01 X 100%
20
KADAR : 60,05%

4.1.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ekstraksi lipid kali ini kelompok
saya mendapat tugas untuk mengekstraksi lemak atau
sering dikenal dengan lipid. Bahan yang digunakan
untuk ekstraksi lipid kali ini berupa kacang tanah yang
memiliki banyak sekali manfaatnya. Praktikum kali ini
bertujuan untuk mengetahui proses ekstrasi terhadap
kacang tanah dan menentukan rendemen minyak
kacang tanah yang diperoleh. Kali ini ekstraksi
menggunakan metode sokletasi yang berarti
menggunakan n-heksana sebagai pelarut. Kita
menggunakan metode sokletasi karena biaya yang
lumayan murah serta bahan yang selalu teraliri oleh
pelarut sehingga menghasilkan senyawa yang pekat.
Menurut pengamatan kami pada proses ekstraksi
sokletasi pada 1 siklus lumayan terjadi sangat lama
karena n-heksana akan selalu berputar mengaliri
tumbukan kacang tanah sehinggan tumbukan kacang
tanah yang berada pada kertas saring terus teraliri n-
heksana sehingga melarutkan sari sari dari kacang tanah
yang membrane selnya pecah akibar proses ekstraksi.
Ada beberapa syarat yang dibutuhkan untuk memulai
ekstraksi menggunakan sokhletasi yaitu
1. pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap
2. titik didih pelarutnya rendah
3. pelarut tidak melarutkan senyawa yang tidak
diinginkan
4. pelarut mempunyai sifat yang sesuai dengan sampel
Pada hasil praktikum kami kami memperoleh kadar
lipid 60,05% itu berarti menyalahi aturan seharusnya
yang didapat hanya pada rentang 20-25% itu merupakan
normal tetapi kelompok saya mendapat lebih banyak
kadar lipid maka mungkin terjadi kesalahan ketika
kelompok saya melakukan praktikum.
Ekstraksi sendiri memiliki artian luas sebagai
penguraian zat zat berkhasiat atau bagian aktif dari
sesuatu. Tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan
memiliki senyawa seyawa yang mudah larut dalam
pelarut organic. Adapun prinsip sokletasi ini yaitu :
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat
yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu
pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut,
tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan
antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda
pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang
akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil
atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk
maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik
yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.
Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul
setelah dingin secara kontunyu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan
kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia
yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu
zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan. Metoda sokletasi seakan
merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (
distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik
karena persentase senyawa yang akan digunakan atau
yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan
pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun
perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan
untuk pemisahan ini adalah sokletasi.
Destilasi memiliki artian luas sebagai uatu metode
pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan
tingkat volatilitas (kemudahan suatu zat untuk
menguap) pada suhu dan tekanan tertentu. Pada
praktikum kami destilasi dilakukan ketika selesai
sokletasi kemudian boiling flash dipindahkan ke
kompor tempat proses destilasi kemudian menunggu
hingga menguap maka lemak akan berpindah tempat.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz T. Sendry Febrizky. Aris D. Mario. 2014. PENGARUH JENIS PELARUT


TERHADAP PERSEN YIELDALKALOIDDARI DAUN SALAM INDIA
(MURRAYA KOENIGII) . Teknik Kimia No. 2, Vol. 20.

Fitriyaningtyas S.I. Tri Dewanti Widyaningsih. 2015. PENGARUH


PENGGUNAAN LESITIN DAN CMC TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA,
DAN ORGANOLEPTIK MARGARIN SARI APEL MANALAGI (Malus
sylfertris Mill) TERSUPLEMENTASI MINYAK KACANG TANAH . Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Vol. 3(1)

Kristian J. Sudaryanto Zain. Sarifah Nurjanah. Asri Widyasanti. Selly Harnesa


Putri. 2016. PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN
DAN MUTU MINYAK BUNGA MELATI PUTIH MENGGUNAKAN
METODE EKSTRAKSI PELARUT MENGUAP (SOLVENT EXTRACTION)
(The Effect Of Duration Of Extraction To Yield And Quality Of Jasmine Oil By
Using Solvent Extraction Method). Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2.

Moulana R. Juanda1. Syarifah Rohaya. Ria Rosika. 2012. EFEKTIVITAS


PENGGUNAAN JENIS PELARUT DAN ASAM DALAM PROSES
EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN KELOPAK BUNGA ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol(4)

Mukhriani. 2014. EKSTRAKSI, PEMISAHAN SENYAWA, DAN


IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF

Putranto A. 2012. Metoda Ekstraksi Cair-Cair Sebagai Alternatif untuk


Pembersihan Lingkungan Perairan dari Limbah Cair Industri Kelapa Sawit.
Jurnal Gradien Vol.8 No.1

Prasetyo A.W. 2015. EKSTRAKSI OLEORESIN JAHE (Zingiber officinale,


Rosc.) DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI (Kajian Rasio Bahan
Dengan Pelarut Dan Jumlah Sirkulasi Ekstraksi Yang Paling Efisien). Jurnal
Industria 2015.

Santosa I. dan Sulistiyawati E. 2014. EKSTRAKSI ABU KAYU DENGAN


PELARUT AIR MENGGUNAKAN SISTEM BERTAHAP BANYAK
BERALIRAN SILANG. Chemica Volume 1, Nomor 1
Senja R.E. Elisa Issusilaningtyas. Akhmad Kharis Nugroho. Erna Prawita
Setyowati. 2014. PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI DAN VARIASI
PELARUT TERHADAP RENDEMEN DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK KUBIS UNGU (Brassica oleracea L. var. capitata f. rubra) .
Traditional Medicine Journal, 19(1)

Setyawati W.A. Muhammad Zainuddin. Rini Pramesti1. 2017. AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN SENYAWA NON-POLAR DAN POLAR DARI EKSTRAK
MAKROALGA Acanthophora muscoides DARI PANTAI KRAKAL
YOGYAKARTA. Jurnal Enggano Vol. 2, No. 1.

Sudaryanto. Totok Herwanto. Selly Harnesa Putri. 2016. AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN PADA MINYAK BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA L.)
DENGAN METODE SOKLETASI MENGGUNAKAN PELARUT N-HEKSAN,
METANOL DAN ETANOL (Antioxidant Activity in Oil Seeds Moringa
(Moringa oleifera l.) Soxhletation Method with using Solvents N-hexane,
Methanol and Ethanol). Jurnal teknotan. VOL 10(2)

Suryani E. Wahono Hadi Susanto1. Novita Wijayanti1. 2016. KARAKTERISTIK


FISIK KIMIA MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) HASIL
PEMUCATAN (KAJIAN KOMBINASI ASDORBEN DAN WAKTU
PROSES). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1.

Styani E. 2016. PENETAPAN KADAR LEMAK KACANG TANAH


MENGGUNAKAN SHAKER. JURNAL AKADEMI KIMIA. NO 32

Utomo S. 2016. PENGARUH KONSENTRASI PELARUT (n-HEKSANA)


TERHADAP RENDEMEN HASIL EKSTRAKSI MINYAK BIJI ALPUKAT
UNTUK PEMBUATAN KRIM PELEMBAB KULIT . KONVERSI Volum 5 (1).

Yuliarto F.T. Lia Umi Khasanah. R. Baskara Katri Anandito. 2012. PENGARUH
UKURAN BAHAN DAN METODE DESTILASI (DESTILASI AIR DAN
DESTILASI UAP-AIR) TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI KULIT
KAYU MANIS. Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1.

Yulvianti M. Rosianah Meida Sari1. Efa Rujatul Amaliah. 2014. PENGARUH


PERBANDINGAN CAMPURAN PELARUT N-HEKSANA- ETANOL
TERHADAP KANDUNGAN SITRONELAL HASIL EKSTRAKSI SERAI
WANGI (Cymbopogon nardus). Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 1
Zulchi T. Hakim Kurniawan1. Higa Afzal. Husni P. Agus. Ana Nurul. 2016.
KERAGAMAN PLASMA NUTFAH KACANG TANAH BERDASAR
KARAKTER MORFOLOGI, HASIL DAN KADAR MINYAK GERM PLASM
DIVERSITY OF GROUNDNUT BASED ON THE CHARACTER OF
MORPHOLOGY, RESULT, AND OIL CONTENT. Jurnal pendidikan biologi
indonesia

Anda mungkin juga menyukai