Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat
manusia. Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada
saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres
sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan
sekolah, kerja, keluarga, atau dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang.
Stres juga bisa menimpa siapapun termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau
yang sudah lanjut usia. Dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun dan
dimanapun. Yang menjadi masalah adalah apabila jumlah stres itu begitu
banyak dialami seseorang. Dampaknya adalah stres itu membahayakan
kondisi fisik dan mentalnya. (National Taiwan Ocean University 2015)
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan berjalan begitu cepat
karena pengaruh globalisai, modernisasi, informasi, industrilisi serta ilmu
pengatahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup,
moral dan etika. Beberapa contoh pola hidup, misalnya pola hidup social
relegius perubahan individualism, materialistis, dan sekuler, pola hidup
produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah, dan ambisi karier yang
menganut asas moral dan etika hokum kesehatan.
Perubahan psikosisial dapat merupakan tekanan mental (stressor
psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan
dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya .
Stressor psikososial, seperti perceraian karena tidak diamalkannya kehidupan
religious dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya
kenakalan remaja, hubungan interpersonal yang tidak baik dengan teman,
pemutusan hubungan kerja,lingkungan hidup, keuangan, hokum, tahap
perkembangan dalam siklus kehidupan, keluarga yang tidak harmonis,

1
penyakit,dsb. Namun tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi
stress , gangguan penyesuaian diri maupun sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Konsep Stres ?
2. Apa saja Konsep Rentang Sakit ?
3. Apa Saja Konsep Sakit Jiwa ?
4. Apa saja konsep koping ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Stres.
2. Untuk Mengetahui Konsep Rentang Sakit.
3. Untuk Mengetahui Konsep Sakit Jiwa.
4. Untuk Mengetahui Konsep Koping.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Stres
1. Pengertian Stress
Secara umum, yang dimaksud “stress adalah reaksi tubuh terhadap
situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,ketegangan emosi.
2. Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan
Desminiatri (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stress fisik
Disebabkan oleh sehu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi
Disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone,
atau gas.
c. Stress mikrobiologi
Disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbukan
penyakit
d. Sters fisiologi
Disebabkan oleh gangguan struktur fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
Disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa bayi hingga tua
f. Stes psikis/emosional
Disebakan olehh gangguan hubungan interpersonal, social, budaya,
atau agama.

3
3. Tanda-tanda bahaya stres
Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukan kerja destruktif dari
stres. Tandatanda ini bersifat fisiologis dan psikologis. Penyakit
psikologis, meskipun senyata dan sedestruktif penyakit fisik, bisa lebih
sulit dideteksi dan disembuhkan. Ada berbagai penyakit emosional dan
psikologis yang ditimbulkan oleh stres, dari yang ringan sampai yang
meningkat, dari yang sementara sampai yang kronis. Serangannya bisa
pelahan-lahan atau mendadak. Penyakit-penyakit ini dapat dipicu oleh
sebab biologis dan sebab psikologis. Ini merupakan sebuah topik besar,
dan saya disini hanya menyebutkan beberapa tanda yang mengindikasikan
berjangkitnya stres.
a. Gangguan makan, seperti kehilangan nafsu makan atau makanan
berlebihan.
b. Gangguan tidur, seperti tak bisa tidur, tidur tapi sebentar bentar
bangun, dan mimpiburuk berulang.
c. Keluarnya air mata tanpa bisa dikendalikan.
d. Pikiran untuk bunuh diri.
e. Hilangnya ketertarikan pada hal-hal seperti berpenampilan rapi dan
aktifitas- aktifitas social.
f. Tak bisa berkonsentrasi.
g. Sering merasa mengerut ketika demam dan terkenak infeksi.
h. Tegang atau sakit kepala yang tak diketahui sebab-musababnya.
i. Minum alkohol secara berlebihan atau merasa panik.
j. Lekas marah atau mudah terprovokasi.
k. Selalu ingin melakukan sesuatu yang radikal.

4
4. Tahapan Stres
Menurut Dr. Robert j. Van Amberg (1979) sebagai mana dikemukakan
oleh prof. Dadang Hawari (2001) bahawa tahapan stress sebagai berikut
a. Stress tahap pertama (paling ringan)
Yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan
berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan pengheliatan menjadi tajam.
b. Stress tahap kedua
Yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar,
letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang.Hal
tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga
Yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang diare), otot semakin tegang, emosional, imsomnia, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali (middle imsomnia), bangun terlalu pagi
dan sulit tidur lagi (late imsomnia), koordinasi tubuh terganggu dan
mau jatuh pinsang.
d. Stress tahap keempat
Yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak ,mampu bekerja
sepanjang hari (loyo) aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,
respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur,
sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun serta tibul
ketakutan dan kecemasan.
e. Stress tahap kelima
Yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical and psychological exhaustion), ketidak mampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan

5
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingun dan
panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat )
Yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar
keras, sesak nafas,badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat,
loyo, serta pinsang /kolaps
5. Reaksi Tubuh Terhadap Stress
a) Daya pikir
Kemampuan berfikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang
menjadi pelupa dan sering kali mengeluh sakit kepala atau pusing.
b) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres tampak tegang, dahi berkerut, mimik
tampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa
dan kulit muka kedutan (tin facialis).
c) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia
sukar menelan, hal ini di sebabkan karena otot-otot lingkar di
tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa
’’tercekik”.
d) Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam pada
kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat
berlebihan.
e) Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu
misalnya nafas terasa berat dan sesak di sebabkan terjadi penyempitan
pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot
rongga dada.

6
f) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat
terganggu faalnya karena stres.
g) Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stres sering kali mengalami gangguan pada
sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual
dan pedih.
h) Sistem perkemihan
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat
juga terganggu. Yang sering di keluhkan orang adalah frekuensi untuk
buang air kecil lebih sering dari biasanya
i) Sistem otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot
dan tulang (musculosceletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot
terasa sakit (keju) seperti di tusuk-tusuk, pegal dan tegang.
j) Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang
mengalami stres, dapat berupa gangguan pada produksi hormon
pertumbuhan, hormon pencernaan, dan hormon seksual.
k) Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena
stress, disebabkan adanya gangguan dari produksi hormon seksual

B. Konsep Rentang Sehat


1. Pengertian Sehat
Sehat merupakan suatu pandangan akan kondisi yang fleksibel
antara kesehatan badan jasmani dengan kesehatan mental rohani yang
dibedakan dalam sebuah rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun
mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat

7
yang sempurna. Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap
pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena
yang dinamis.
2. Ciri-ciri Sehat
Kesehatan fisik tewujud apabila seseorang tidak merasa dan
mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tanpak sakit.Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak
mengalami gangguan. Kesehatan mental (jiwa) mencakup tiga komponen
yakni pikran, emosional, dan spiritual.
a. Pikiran sehat tercermin dari cara berfikir atau jalan pikiran.
b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang umtuk
mengeksprsikan emosinya, misalnya takut, gembiran, kuatir, sedih,
dsb
c. Spiritual sehat tercermin dari seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan, dan sebagainya terhadap sesuatu diluar
alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.Misalnya sehat spiritual
dapat dilihat dari praktek keagamaan sseorang.
d. Kesehatan social tewujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok laian secara baik, tanpa
membedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status social,
ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
e. Kesehatan dari aspek ekonomi telihat bila seseorang
(dewasa)produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara financial. Bagi mereka yang belum
dewasa (siswa/mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan
sendirinya batasan ini tidak berlaku.

8
3. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehaytan seseorang
dalam rentang sehat sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh :
a. Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh factor usia dalam hal
ini adalah pertubuhan dan perkembangan.
b. Social dan kultur
Perubahan statatus kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran
dan keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku
kesehatan.
c. Pengalaman masa lalu
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh oengalaman
masa lalu. Hal ini dapat diketahui jika pemgalaman kesehatan yang
tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga
berdampak besar dalam status kesehatan selanjutnya.
d. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan merukan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat
menghasilkan status kesehatan ketingkat yang lebih baik secara fisik
maupun secara psikolgis.
e. Keturunan
Keterunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan
seseorang mengingat potensi perubahan status kesehatan telah
dimiliki melalui factor genetic
f. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti senitasi
lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau
kotoran serta rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan

9
sehingga dapat mempengaruhi prilaku hidup sehat yang dapat
merubah status kesehatan.
4. Faktor yang mempengaruhi sehat, Tindakan Kesehatan
a. Keturunan
Keturunan secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi kedalam
beberapa kategori salah satunya adalah penyakit yang di sebabkan oleh
faktor Gen.
b. Lingkungan
Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap status kesehatan pada
individu.
c. Perilaku
Perilaku merupakan factor berikutnya yang mempengaruhi status
kesehatan. Sehat atau sakitnya individu, keluarga, atau masyarakat
dipengaruhi oleh perilakunya.
d. Layanan kesehatan
Layanan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan individu dan
masyarakat. Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat
mempengaruhi status kesehatan sebagai berikut:
e. Tempat layanan kesehatan
Jika letak layanan kesehatan jauh dari pemukiman penduduk
masyarakat akan sulit menjangkaunya terlebih lagi jika saran
transportasi tidak memadai kondisi ini menghambat upaya pertolongan
segera tentunya untuk seseorang yang menderita sakit.
f. Kualitas petugas kesehatan
Jika petugas kesehatan tidak memiliki kompetensi yang berkualitas,
samgat berpengaruh terhasdap status kesehatan individu atau
masyarakat.

10
g. Biaya kesehatan
Tingginya biaya pengobatan tidak semua orang mampu memanfaatkan
layanan kesehatan.
h. Sistem layanan kesehatan
Sistem layanan kesehatan sangat berpengaruh pada peningkatan
kualitas hidup lansia (pemeliharaan dan peningkatan kesehatan).
5. Peningkatan kesehatan
1. Health promotion
2. Perbaikan dan peningkatan gizi ibu dan anak
3. Perbaikan dan pemeliharaan kesahatan perseorangan
4. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
5. Pendidikan kesehatan pada masyarakat
6. Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
7. Kesempatan memperoleh hiburan
8. Nasiahat perkawinan dan pengetahuan seks yang bertanggung jawab
C. Konsep Sakit Jiwa
1. Gejala Sakit Jiwa
Gejala dan tanda sakit jiwa tergantung pada jenis gangguan yang
dialami. Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan
perilaku. Beberapa contoh gejala gangguan mental adalah:
a. Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak
sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
b. Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau
merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
c. Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
d. Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan
berbulan-bulan.
e. Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari.

11
f. Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah,
cenderung memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
g. Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit
tidur, serta gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
h. Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
i. Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
j. Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara
dan tertawa sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.
2. Faktor Yang Menyebabkan Sakit Jiwa
Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur
kejiwaan, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat
beberapa penyebab dari beragai unsur yang saling mempengaruhi atau
kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan kejiwaan. Menurut
Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab
gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
a. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada
neuroanatomi, neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat
kematangan dan perkembangan organik, serta faktorpranatal dan
perinatal.
b. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan
anak, peranan ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan
dalam keluarga,pkerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor
intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola
adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi
masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang
berlebihan.
c. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok

12
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai
keagamaan.

Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan


jiwa diantaranya :
a. Usia Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan
usia yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi
dirinya sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin
banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus
memikirkan anggota keluarganya.
b. Tidak bekerja Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang
tidak mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi
dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan
dan memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak
pada gangguan jiwa.
c. Kepribadian yang tertutup Seseorang yang memiliki kepribadian
tertutup cenferung menyimpan permasalahannya sendiri sehingga
masalah yang dihadapi akan semakin menumpuk. Hal ini yang
membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan permasalahan dan
enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan depresi dan
mengalami gagguan jiwa.
d. Putus obat Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang
dengan gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang
klien merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan
minum obat dan merasa sudah sembuh.
e. Pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman tidak
menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya

13
fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu
seseorang mudah mengalami ganguan jiwa .
f. Konflik dengan teman atau keluarga Seseorang yang memepunyai
konflik dengan keluarga misalnya karena harta warisan juga dapat
membuat seseorang mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak
terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu stressor yang
berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang berlebihan
namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan besar
sesorang akan mengalami gangguan jiwa.
3. Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan
jiwa
Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa
pengobatan untuk memulihkan kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya
kekambuhan, beberapa terapi pengobatan pada pasien gangguan jiwa
menurut buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun 2015, diantaranya :
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada
susunan saraf pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan
perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan
kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan
farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku
pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu
diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya kolaborasi
pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi
terjadinya efek samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif
terapi lainnya.
b. Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan
pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik

14
untuk menimbulkan bangkitan kejang umum, berlangsung sekitar 25–
150 detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang aman
untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada
otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk
menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang
epileptik tonik-klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang
peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik,
melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan
terjadinya perubahan faali dan biokimia otak
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang
bertujuan mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Cara ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan
terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling
bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama,
sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya
terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi
anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk menerima dan
memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba cara
baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri. Keuntungan
lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan
pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan
meningkatkan hubungan interpersonal.
d. Terapi Kognitif Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan
dilakukan secara teratur, yang memberikan dasar berpikir pada pasien
untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya,

15
mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu memecahkan
masalah tersebut.
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang
timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota
keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan
yang sama untuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah.
Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok
kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan
erat satu sama lain dan saling bergantung, serta diorganisasi dalam
satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu
f. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar
dapat membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu
berasal dari Bahasa Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan
surronding atau environment, sedangkan dalam Bahasa Indonesia
berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah sama dengan terapi
suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik. Konsep
lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek negatif
perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir,
adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang
sesuai, serta pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar.
g. Terapi Perilaku
Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat perilaku
tersebut dirasa kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu
perilaku tidak dapat diterima oleh budaya setempat karena
bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi dengan pendekatan
perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang

16
berperilaku sesuai dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia
berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung.
D. Konsep Koping
1. Pengertian Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1999). Jika individu berada
pada kondisi stres ia akan menggunakan berbagai cara untuk
mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber
koping yang tersedia (Rasmun, 2001). Sedangkan menurut Stuart (1998),
mekanisme koping dapat didefenisikan sebagai segala usaha untuk
mengatasi stres.
2. Metode Koping
a. Planful problem solving (problem-focused)
Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan
kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan
masalah.
b. Confrontative coping (problem-focused)
Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan
kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.
c. Seeking social support (problem or emotion- focused)
Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau
dukungan informasional.
d. Distancing (emotion-focused)
Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau
menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.
e. Escape-Avoidanceting (emotion-focused)

17
Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berpikir dengan
penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan
untuk menjauhi masalah yang dihadapi.
f. Self Control (emotion-focused)
Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun
tindakan dalam hubungannya dengan masalah.
g. Accepting responcibility (emotion-focused)
Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk
memperbaikinya.
h. Positive Reappraisal (emotion-focused)
Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari situasi yang
dihadapi
3. Respon Koping
Respon koping sangat berbeda antar individu dan sering
berhubungan dengan persepsi individual dari kejadian yang penuh stres.
Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala)
dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui
berbagai aspek : fisiologis dan psikososial. Reaksi fisiologis merupakan
indikasi klien dalam keadaan stres.
Koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Stuart
dan Sundeen, 1995 dalam Mustikasari, 2006) yaitu; Mekanisme koping
adaptif dan mekanisme koping maladaptif.
Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang
mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
Katagorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah
secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang
menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah

18
makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Koping
dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan
pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai
aspek : fisiologis dan psikososial (Kelliat, 1999).
4. Sumber Koping
Sumber koping, pilihan, atau strategi membantu untuk menetapkan
apa yang dapat dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan. Lazarus
(1985) dalam Rasmun (2001), mengidentifikasikan lima sumber koping
yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu,
ekonomi, keterampilan dan kemampuan, tehnik pertahanan, dukungan
sosial dan motivasi. Kemampuan menyelesaikan masalah termasuk
kemampuan untuk mencari informasi, identifikasi masalah,
mempertimbangkan alternatif dan melaksanakan rencana. Social skill
memudahkan penyelesaian masalah termasuk orang lain, meningkatkan
kemungkinan memperoleh kerjasama dan dukungan dari orang lain. Aset
materi mengacu kepada keuangan, pada kenyataannya sumber keuangan
meningkatkan pilihan koping seseorang dalam banyak situasi stres.
Pengetahuan dan intelegensia adalah sumber koping yang lainnya yang
memberikan individu melihat cara lain untuk mengatasi stres. Sumber
koping juga termasuk untuk kekuatan identitas ego, komitmen untuk
jaringan sosial, stabilitas kultural, suatu sistem yang stabil dari nilai dan
keyakinan, orientasi pencegahan kesehatan dan genetik atau kekuatan
konstitusional (Stuart, 1998).

5. Jenis strategi Coping


Para ahli menggolongkan dua strategi coping, yaitu:
a. Problem Solving Focused Coping Adalah merupakan mekanisme
seseorang individu yang secara aktif mencari penyelsaian dari masalah
untuk menghilangkan kodisi atau situasi yang menimbulkan stres.

19
b. Emotion Focused Coping Yaitu individu melibatkan usaha-usaha
untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dampak yang akan ditimbulkan. Hasil penelitian membutikan bahwa
individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai
masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan
sehari-hari.(Zainun, 2003).
Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering
digunakan sangat tergantung pada kepribadian sesesorang, dan sejauh
mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya.
Contoh seseorang cendrung menggunakan problem–solving focused
coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya bisa
dikontrol. Seperti, masalah-masalah yang berhubungan dengan
sekolah atau pekerjaan. Sebaliknaya ia akan cendrung menggunakan
strategi emotion focused coping ketika dihadapkan pada masalah yang
menurutnya sulit dikontrol. Perilaku koping yang berfokus pada
persoalan berfungsi mngubah relasi antara individu dan lingkungan
yang bermasalah dengan melakukan tindakan langsung pada
lingkungan atau individu yang bersangkutan. Hampir senada dengan
penggolongan jenis koping seperti dikemukakan diatas, dalam literatur
tentang koping juga dikenal dua strategi, yaitu:
1. Active Coping Strategy
yaitu: Strategi yang dirancang untuk mengubah cara
pandang indiidu terhadap sumber stres. Diantaranya yaitu:
a. Lebih berorientasi pada penyelsaian masalah
b. Meminta dukungan pada individu lain
c. Melihat sesuatu dari segi positifnya
d. Menyusun rencana yang akan dilakukan untuk menyelsaikan
masalah
e. Cendrung realistik

20
2. Avodiant Coping Strategy
Merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan
diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau
menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi
meimbulkan stres. Yang biasanya ditandai dengan:
a. Menjauhi permasalahan dengan cara menyibukkan diri pada
aktivitas lain
b. Menarik diri ( whit drawl)
c. Cendrung bersifat emosional
d. Suka berkhayal dan berangan-angan
e. Makan berlebihan
f. Menggunakan obat penenang

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat
manusia. Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada
saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres
sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan
sekolah, kerja, keluarga, atau dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang.
Stres juga bisa menimpa siapapun termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau
yang sudah lanjut usia. Dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun dan
dimanapun. Yang menjadi masalah adalah apabila jumlah stres itu begitu
banyak dialami seseorang. Dampaknya adalah stres itu membahayakan
kondisi fisik dan mentalnya. (National Taiwan Ocean University 2015).

Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan Desminiatri
(1990),dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stress fisik
b. Stres kimiawi
c. Stress mikrobiologi
d. Sters fisiologi
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
f.Stress psikis/emosional

Sehat merupakan suatu pandangan akan kondisi yang fleksibel antara


kesehatan badan jasmani dengan kesehatan mental rohani yang dibedakan
dalam sebuah rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan
menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna. Sehat
tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi
sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis.

22
B. Saran
 Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat,
karena akan menambah beban pikiran bagi kita.
 Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan
bugar.
 Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan
kejenuhan dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan
bersama orang- orang terdekat anda.
 Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system
kerja saraf otak yang akan menimbulkan stress.
 Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaan
anda

23

Anda mungkin juga menyukai