Anda di halaman 1dari 2

MENCARI PEMIMPIN BUKAN PIMPINAN

Suksesi kali ini merupakan suksesi yang sulit karena ditengah proses tersebut terdapat perubahan
lingkungan strategis baik dari sisi internal maupun eksternal. Proses perubahan itu berjalan cepat
dan tentu mempengaruhi perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara prinsip tujuan berbangsa dan bernegara tidak mengalami perubahan, tetapi paradigma
yang melatarbelakangi pencapaian tujuan itu pasti mengalami perubahan. Perubahan paradigma
yang terkait dengan pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara adalah perubahan paradigma
pembangunan. Dari paradigma yang dicirikan sentralistik dan top down menjadi good
governance. Oleh karena itu paska suksesi Kepala Daerah NTT ini juga pasti berakibat pada
perubahan pada pejabat struktural dilingkup Pemerintah Provinsi.

Implikasi ini tidak hanya menuntut adanya pergantian personil tetapi juga harus disikapi sebagai
tuntutan perubahan pola pikir, budaya kerja dan manajemen pemerintahan dalam lingkup
birokrasi di Pemerintah Daerah Provinsi NTT agar mampu menjawab tantangan perubahan
lingkungan strategis yang terjadi.

KEPEMIMPINAN BIROKRASI TRANSAKSIONAL

Dalam lingkup birokrasi, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi
para pegawai untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan mengarahkan organisasi agar lebih
kompak dan kondusif, dengan cara menerapkan konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan
keterampilan.

Berdasarkan pengertian ini, seorang atasan yang hanya menggunakan kewenangan untuk
menyelesaikan tugas dan tujuan tertentu belum dapat disebut pemimpin, tetapi hanya sekedar
pimpinan. Pemimpin mampu untuk mempengaruhi para pegawai untuk mencapai tujuan,
sementara pimpinan hanya mampu memberikan perintah (Suripto, 2012).

Berdasarkan pendapat tersebut maka fenomena pimpinan yang bukan pemimpin masih banyak
ditemukan pada organisasi birokrasi pemerintahan. Hal ini terjadi karena sistem promosi
kepegawaian birokrasi kita, seperti diindikasikan Kwik Kian Gie (2003), masih belum
sepenuhnya berdasarkan keahlian (merit-based promotion), tetapi masih diwarnai oleh hubungan
kepartaian (spoil) atau keluarga (nepotism), atau perlindungan (patronage).

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

Konsep kepemimpinan transformasional menggambarkan suatu kemampuan yang dimiliki


seorang pemimpin untuk mempengaruhi pegawainya, sehingga mereka akan percaya,
meneladani, dan menghormatinya. Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa
kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi, yaitu charisma (kharisma);
inspirational motivation (motivasi inspirasi); intellectual stimulation (rangsangan intelektual);
dan individualized consideration (perhatian individu).
Secara organisasional, Leithwood dan Jantzi (1990) menulis bahwa penerapan kepemimpinan
transformasional sangat bermanfaat untuk membangun budaya kerjasama dan profesionalitas di
antara para pegawai; memotivasi pimpinan untuk mengembangkan diri; dan membantu pimpinan
memecahkan masalah secara efektif.

Budaya kerjasama dan profesionalitas dapat dibangun karena pemimpin transformasional akan
memfasilitasi pegawainya untuk berdialog, berdiskusi, dan merencanakan pekerjaan bersama.
Dengan demikian maka perilaku kepemimpinan transformasional meningkatkan dampak
pengaruh kepemimpinan transaksional terhadap kinerja.

FIGUR PEMIMPIN KEDEPAN

Sehubungan dengan beberapa hal yang sudah diungkap, maka satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh pejabat struktural dalam lingkup pemerintah provinsi NTT kedepan antara lain
memiliki kemampuan menjabarkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih kedalam rangkaian
program dalam rangka menyelesaikan, menuntaskan isu-isu yang berkembang sesuai dengan
bidang dan tanggung jawabnya serta kewenangan yang dimilikinya guna meningkatkan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Namun, proses
penuntasan isu tersebut harus tetap dalam kerangka yang logis, rasional dan realistis.

Guna meningkatkan kompetensi pejabat struktural eselon III dan IV maka Pendidikan dan
Latihan Kepemimpinan Tingkat III dan IV Lingkup Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan
kurikulum yang bertujuan agar para peserta didik mampu mengenal, mencari, menetapkan dan
memanfaatkan isu yang berkembang di masyarakat sehingga program-program pemecahannya
dapat disusun dan diaplikasikan.

Dengan kompetensi yang dimiliki itu maka tujuan menciptakan kepemimpinan transformasional
birokrasi meningkatkan kompetensi kepemimpinan menjadi lebih baik. Kita mengharapkan
bahwa paska suksesi kepemimpinan ditingkat Kepala Daerah mampu menciptakan konsep dasar
kepemimpinan yang baik dengan ciri antara lain memiliki karakter teladan dan pengabdian total.

Dalam pandangan umum, kepemimpinan adalah segala sesuatu yang terkait dengan keteladanan
dalam hal pencapaian tujuan dengan cara yang patut untuk dihormati melalui sikap dan
perilakunya, melalui apa yang diketahui masyarakat dari pekerjaan dan tugasnya, dan dari apa
yang dikerjakan (pelaksanaan tugas, cara memotivasi, dan memberikan arahan).

Anda mungkin juga menyukai