Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PENGAMANAN KEBAKARAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENDE

Disusun oleh :
Tim K3RS
PEMERINTAH KABUPATEN ENDE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Prof. Dr. W.Z. Yohanes, Telp (0381 ) 21031-2627100

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENDE


NOMOR: /TU.01/UM/VI/2016
Tentang
PANDUAN PENGAMANAN KEBAKARAN
DI RSUD ENDE

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ende

Menimbang : a. bahwa kebakaran merupakan risiko yang selalu ada di


Rumah Sakit;
b. bahwa untuk mengurangi risiko kebakaran yang terjadi di
Rumah Sakit perlu diatur suatu panduan pengamanan
kebakaran;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiamna
dimaksud pada diktum a dan b tersebut perlu ditetapkan
dengan keputusan Direktur.
Mengingat : a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
d. KMK No.1075/Menkes/SK/2003 tentang SIK dan
Keselamatan Kerja.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN PANDUAN PENGAMANAN KEBAKARAN
Kedua : Surat Keputusan ini agar disosialisasikan kepada pelaksana
untuk diketahui dan dilaksanakan.
Ketiga : Panduan akan dilakukan review setiap dua tahun atau waktu
tertentu apabila diperlukan.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan dilakukan perbaikan kembali apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Ende
Ende : 2 Juni 2016
Direktur

dr.Mariane Evelyn Pani, MPH


NIP.19770619200212 2 007
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas perkenaanNya Panduan Pengamamnan Kebakaran di RSUD Ende dapat
dibuat. Panduan ini akan dijadikan pedoman dalam segenap Struktural maupun
pegawai RSUD Ende dalam memberikan pelayanan yang aman dan bermutu
pada pasien.

Pada Kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dalam penyusunan Panduan Pengamanan Kebakaran di RSUD
Ende, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit khususnya
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan sesuai standar.

Panduan ini akan terus mengalami perbaikan kedepan seiring dengan


peningkatan pengetahuan Rumah Sakit terhadap kesehatan yang ada,
sehingga masih perlu adanya perbaikan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan


Panduan Pengamanan Kebakaran di RSUD Ende ini, kami sampaikan terima
kasih dan penghargaan yang tinggi. Semoga Tuhan menyertai kita sekalian.

Ende, 2 Juni 2016


Tim K3RS

Basilius A.S.Bata, SST


NIP:19740324 200003 1 003

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Cover
Surat Keputusan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I DEFINISI 1
BAB II RUANG LINGKUP 3
BAB III TATA LAKSANA 3
BAB IV DOKUMENTASI 8

iv
BAB I
DEFINISI

A. DEFINISI

1.  Pencegahan adalah proses, cara, perbuatanmencegah, penegahan,


penolakan. 

2. Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi

3. Kebakaran adalah api yang tak terkendalikan, peristiwa terbakarnya


sesuatu

4. Faktor penyebab kebakaran :

 Alam : gunung meletus, gempa bumi, petir, sinar matahari yang


mengenai lensa,dsb
 Manusia : karena disengaja (balas dendam, menutupi kejahatan,
penggantian asuransi, dsb); kelalaian (konsluiting listrik, kompor
meledak, kebocoran gas, dsb)
 Binatang : tikus, kucing, anjing, burung

5. Teori terjadinya api : api merupakan suatu reaksi kimia (reaksi oksidasi)
yang bersifat oksotermis dan diikuti pengeluaran cahaya dan panas
serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Terjadinya api
disebabkan oleh bersatunya tiga unsur yaitu bahan bakar yang mudah
terbakar, udara dan panas (disebut SEGITA API). Api dapat
dipadamkan dengan cara menghilangkan salah satu unsur tsb.

6. Menurut NFPA (National Fire Protection Association) api dibagi menurut


kelasnya menjadi :

A. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan


arang/karbon (contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic)

B. Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar contoh:
bahan bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner)

C. Kebakaran pada listrik atau yang mengandung aliran listrik

D. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium,


radium)

1
7. Menurut SAA (Standard Australian Association) api di bagi menurut
kelasnya menjadi :

A. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan


arang/karbon (contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic)

B. Kebakaran pada benda cair mudah terbakar (contoh: bahan bakar,


bensin, lilin, minyak tanah, thinner)

C. Kebakaran pada benda gas ( contoh: LPG, LNG, metan, dll )

D. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium,


radium) 

E. Kebakaran pada peralatan yang menggunakan tenaga listrik /


menimbulkan tenaga listrik.

8. Kebakaran dibagi menjadi :

1. Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang


mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaran
melepaskan panas rendah, sehingga perjalanan api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang I adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua setengah)
meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang,
sehingga perjalanan api sedang.
3. Bahaya kebakaran sedang II adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
perjalanan api sedang.
4. Bahaya kebakaran sedang III adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan
panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi
kebakaran
5. Bahaya kebakaran berat I adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas
tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.
6. Bahaya kebakaran berat II adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan
panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di rumah sakit


2. Pencegahan bahaya kebakaran
3. Penanggulangan jika terjadi kebakaran

BAB III
TATA LAKSANA

1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di rumah


sakit, yaitu :

 a. Instalasi Gizi
 b. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
 c. Instalasi Oksigen
 d. Ruang Genzet
 f. Instalasi Farmasi
 g. Instalasi Laboratorium
 h. Instalasi Bedah Sentral
 j. Instalasi Radiologi p
 Instalasi Rawat Ina

Daerah/tempat beresiko ini perlu mendapatkan tanda / rambu sebagai


kawasan beresiko/ mudah meledak / mudah terbakar. Sehingga pegawai &
orang yang melihat, mengetahui bahwa tempat tersebut rawan/berbahaya.

 2. Pencegahan Bahaya Kebakaran.

 Adanya Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG)


 Melakukan pengecekan rutin dan teliti pada instalasi dan peralatan listrik,
humidifier dan dan tabung Oksigen
 Jangan membebani listrik terlalu berlebihan / melebihi kapasitas yang
ada (contoh: stop kontak isi 3 sudah terisi semua masih ditambahi
sambungan T listrik hingga bertumpuk – tumpuk)
 Tidak melakukan penggantian sekering arus induk tanpa sepengetahuan
petugas yang berwenang
 Cabut kabel peralatan elektronik jika tidak dipakai / hendak ditinggal
pulang, jangan dibiarkan terus menancap di stop kontak (contoh:
computer, printer,dll)
 Pastikan seluruh jaringan kabel dan peralatan elektronik tidak ada yang
rusak/terkelupas kabelnya
 Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan – bahan mudah
terbakar

3
 Simpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari
nyala api atau aktivitas manusia yang padat, gudang penyimpanan
logistik, dll.
 Jauhkan tabung LPG / O²/ gas yang mudah meledak dari nyala api /
listrik, sebaiknya ditempatkan di ruangan terbuka / memiliki ventilasi
lebar & banyak
 Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan
cair mudah terbakar
 Jangan menempatkan tabung APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang
telah terpakai/kosong pada tempat semula. Segera laporkan tabung
APAR yang telah terpakai kepada petugas terkait untuk dilakukan
pengisian
 Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah APAR cukup sesuai peraturan
yang telah ada
 Rawat dan periksa APAR secara berkala
 Jika terlihat puntung rokok yang masih ada apinya segera matikan dan
pastikan tidak ada puntung rokok di ruangan/area yang mudah terbakar

3. Penanggulangan Jika Terjadi Kebakaran.

 Jangan panik Ingat setiap kepanikan akan mengurangi daya pikir dan
ruang gerak
 Sesuai dengan MKKG (Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung)
maka dalam setiap shift / dinas jaga, setiap kepala unit kerja /
koordinator shift wajib untuk membagi/ membuat daftar jaga petugas
KKG (Keselamatan Kebakaran Gedung) di tempat kerjanya masing –
masing. Di setiap shift/dinas jaga harus ada regu pemadam, regu P3K
dan regu evakuasi (regu evakuasi dibagi menjadi rescue & salvage).
Semua petugas yang dinas wajib untuk mendapat salah satu peran
tersebut. Jika karena keterbatasan tenaga maka satu orang bisa
merangkap beberapa peran sekaligus. Untuk lingkup seluruh rumah
sakit juga dibutuhkan peran sebagai Kepala Keselamatan Kebakaran
Gedung (oleh Kepala Instalasi Rawat Inap / Supervisor jaga), satpam
area (oleh satpam), PMK setempat (oleh satgas kebakaran P2K3/
petugas BPS yang jaga dan satpam) serta P3K (oleh petugas IRJ atau
IGD yang jaga). Ini adalah standard minimal dari struktur organisasi
Keselamatan Kebakaran Gedung (KKG) , gunanya adalah agar saat
terjadi bencana kebakaran, setiap petugas diunit masing – masing telah
mengetahui peran mereka sebagai apa.
 Adapun rincian tugas dari masing – masing peran adalah sbb:

I. Tugas Kepala/Wakil Keselamatan Kebakaran Gedung

 Pastikan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran sudah dihubungi.


 Menuju ke posko kebakaran(IGD) untuk memimpin
operasional

4
 Pastikan bahwa pemberitahuan kewaspadaan tingkat pertama
telah dilaksanakan.
 Pastikan bahwa peran kebakaran lantai telah melaksanakan
tugasnya.
 Tetap siaga untuk menerima status laporan dan
memperkirakan harus evakuasi bertahap atau evakuasi total.

II. Tugas Operator telpon/Informasi

 Secepatnya menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan


Instansi terkait.
 Jangan memutuskan hubungan telpon sampai Dinas
Pemadam Kebakaran mengulangi berita.
 Mengendalikan sistem pemberitahuan umum.

III. Tugas Teknisi

 Mengatur dan mengontrol peralatan mekanik maupun


elektrik ( APAR, lampu darurat, peralatan evakuasi, dll)
 Membantu kelancaran tugas bantuan yang datang di
tempat kejadian kebakaran.

IV. Tugas Kepala/Wakil peran kebakaran lantai/ruangan/instalasi

1. Apabila kebakaran tidak berada pada lantainya,yakinkan bahwa


lantainya siap dievakuasi.

2. Apabila kebakaran di lantainya segera laporkan ke ext 125


– Nama pelapor :………………………………….

– Jenis yang terbakar :………………………………….


– Lokasi kebakaran :………………………………….
– Situasi terakhir :………………………………….

3. Memimpin pelaksanaan operasional di lantainya


4. Pada saat mendengar pemberitahuan evakuasi :
 Periksa semua ruangan dan pastikan setiap penghuni di
lantainya untuk melaksanakan evakuasi.
 Pada saat evakuasi berikan perhatian khusus pada orang
cacat,hamil,anak-anak,dll
 Pada saat tiba di titik berkumpul,laksanakan inventarisasi
terhadap penghuni (pasien,pengunjung,pegawai) lantainya.
 Laporkan tentang situasi terakhir dan status evakuasi kepada
Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung.

5
V. Tugas regu Pemadam kebakaran lantai/ruangan/instalasi

 Memadamkan dan melokalisir kebakaran serta menekan


kerugian sekecil-kecilnya.
 Memadamkan kebakaran dengan menggunakan APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) secara efektif dan efisien.
 Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain.

VI. Tugas P3K lantai

 Melaksanakan pertolongan pertama seperlunya dengan


cepat dan tepat apabila ditemukan korban yang mengalami
gangguan kesehatan.
 Mentransportasikan korban ke tempat lain yang aman.
 Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain.

VII. Tugas regu Evakuasi lantai

 Mengevakuasikan penghuni ke titik berkumpul terdekat.


 Memberi petunjuk,mengarahkan dan mencarikan jalan
keluar kepada penghuni.
 Selalu mengingatkan penghuni agar tidak menggunakan lift
sekaligus mengarahkan agar menuju tangga darurat
terdekat.
 Selalu mengingatkan kepada ibu-ibu yang memakai sepatu
berhak tinggi harap dilepas.
 Menginformasikan ke regu P3K apabila ditemukan
penghuni yang perlu mendapatkan pertolongan.
 Selalu berkoordinasi denga regu atau pihak lain.

VIII. Tugas regu Salvage/penyelamat barang

 Menyelamatkan barang berharga atau dokumen penting


ketempat lain yang aman yang telah ditentukan.
 Menyerahkan barang atau dokumen tersebut ke bagian
pengamanan.
 Selalu memonitor situasi terakhir kebakaran.
 Selalu berprinsip bahwa keselamatan jiwa lebih penting
dari harta benda.
 Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain.

IX. Tugas Satpam area

 Mengamankan area gedung yang terbakar.


 Mengatur lalu lintas disekitar gedung.
 Mengatur perpindahan kendaraan di tempat parkir ke
tempat lain yang aman.
6
 Mengatur tersedianya jalan masuk bagi bantuan luar yang
datang.
 Menjaga dokumen/barang yang telah diselamatkan.
 Sebagai penunjuk jalan bagi bantuan luar yang datang.
 Selalu berkoordinasi dengan regu/pihak lain.

X. Tugas pemadam kebakaran setempat

1) Pada saat mendapat perintah

 Berusaha mengetahui dengan pasti lokasi terjadinya


kebakaran
 Menuju ke posko kebakaran (IGD) untuk memantau
situasi.
 Seorang anggota regu menunggu kedatangan petugas
pemadam kebakaran kota ……

2) Pada saat terjadi kebakaran

 Melaksanakan pemadaman/melokalisir kebakaran


sebelum petugas pemadam kebakaran datang.
 Memberi informasi yang diperlukan oleh petugas
bantuan yang datang.
 Selalu berkoordinasi dengan regu/pihak lain.

XI. Tugas P3K (Poliklinik)

 Selalu berkoordinasi dengan pihak rumah sakit terdekat.


 Melakukan pertolongan dengan cepat dan tepat apabila
ada korban yang mengalami gangguan kesehatan.

7
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Form pemeliharaan sarana evakuasi & kebakaran.


2.Audit pemeliharaan sarana evakuasi & kebakaran.
3. Audit kemampuan pemakaian APAR.

Anda mungkin juga menyukai