Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS JANGKAUAN PELAYANAN PUSKESMAS

PADA KECAMATAN SEMARANG TENGAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Lokasi & Pola Ruang (TKP 341)
Dosen Pengampu: Dra. Bita Pigawati, MT

Disusun oleh:
Safina Fatiha
(21040116140066)

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Semarang Tengah merupakan salah satu kecamatan yang berada pada kota
Semarang dengan jumlah penduduk sebesar 69.711 jiwa pada tahun 2016. Menurut Badan
Pusat Statistik, dalam kurun waktu 4 tahun jumlah penduduk cenderung berkurang. Jika
dilihat dari data migrasi yang ada, angka out migration selalu berada lebih tinggi daripada
in migration dari tahun ke tahun. Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan angka
migrasi keluar lebih tinggi. Ada kemungkinan salah satu penyebabnya ialah pelayanan-
pelayanan yang kurang memadai atau tidak dapat menjangkau masyarakat dengan baik.
Pusat Kesehatan Masyarakat atau biasa disebut Puskesmas adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes, 2011). Selain itu, Puskesmas
juga diartikan sebagai kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009). Dari pengertian
tersebut sudah dapat dipahami bahwa puskesmas seharusnya dapat dipergunakan dengan
baik oleh berbagai kalangan, guna meningkatkan tingkat kesehatan atau bahkan tingkat
harapan hidup masyarakat di Indonesia.

1.2 Literatur
Analisis spasial ialah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah fungsi
hitungan dan evaluasi logika matematis yang dilakukan terhadap data spasial dalam
rangka untuk mendapatkan ekstraksi, nilai tambah, atau informasi baru yang juga
beraspek spasial. Oleh karena luas lingkupnya, banyak bahasan yang dapat dicakup
olehnya. Demikian pula halnya dengan ArcGIS yang kaya akan fungsi-fungsi spasial.
Dalam analisis kali ini akan digunakan 3 tahapan pada ArcGIS yaitu estimasi densitas
kernel, Eucledian Distance dan weighted overlay.
Pertama-tama, estimasi densitas kernel adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengestimasi kepadatan suatu titik pada suatu daerah. Oleh karena itu, estimasi densitas
kernel dapat digunakan untuk pemetaan jangkauan suatu daerah terhadap suatu pusat
pelayanan atau fasilitas dengan mengetahui kepadatan masyarakat di tempat tersebut.

1
Kedua, Euclidean distance yang merupakan perhitungan jarak dari 2 buah titik
dalam Euclidean space. Euclidean space diperkenalkan oleh Euclid, seorang
matematikawan dari Yunani sekitar tahun 300 B.C.E. untuk mempelajari hubungan antara
sudut dan jarak. Euclidean ini berkaitan dengan Teorema Phytagoras dan biasanya
diterapkan pada 1, 2 dan 3 dimensi. Tapi juga sederhana jika diterapkan pada dimensi
yang lebih tinggi.
Ketiga, weighted overlay merupakan metode yang menggunakan data raster dengan
satuan terkecil berupa pixel sehingga dapat dilakukan skoring dan pembobotan setiap
pixel yang akan memiliki nilai masing-masing overlay sesuai dengan kepentingannya.
Untuk penggunaan weighted overlay:
 Semua raster yang diinput harus terinteger. Sebuah raster floating-point
terlebih dahulu harus dikonversi ke raster bilangan bulat sebelum dapat
digunakan dalam overlay tertimbang. Perangkat reklasifikasi menyediakan
cara yang efektif untuk melakukan konversi.
 Setiap kelas nilai dalam raster input diberi nilai baru yang didasarkan pada
skala evaluasi. Nilai-nilai baru reklasifikasi yang asli nilai raster input. Nilai
yang terbatas digunakan untuk area yang ingin dikecualikan dari analisis.
 Setiap raster input tertimbang menurut kepentingan atau pengaruhnya
persennya. Berat adalah presentase relative, dan jumlah dari persen pengaruh
bobot harus sama dengan 100.
 Mengubah skala evaluasi atau pengaruh presentase dapat mengubah hasil
analisis overlay tertimbang.

1.3 Tujuan
Tujuan utama yang ingin dicapai adalah menganalisis jangkauan pelayanan
puskesmas pada Kecamatan Semarang Tengah. Kemudian dapat merekomendasikan
pembangunan puskesmas baru pada Kecamatan Semarang Tengah agar dapat menjangkau
daerah yang masih jauh dari pelayanan puskesmas yang sudah ada saat ini.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Analisis Variabel


Sebelum mendapatkan peta rekomendasi, diperlukan analisis terhadap beberapa
variable yang akan digunakan. Variable yang diperlukan adalah amblesan, tata guna

2
lahan, kepadatan, aksesibilitas serta jangkauan dari puskesmas yang sudah ada.
Berikut adalah hasil analisis dari tiap-tiap variabelnya.

2.1.1 Amblesan

Amblesan tanah merupakan proses penurunan muka tanah yg terjadi secara


alamiah karena konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak
maupun karena penurunan tekanan air tanah pada sistem aquifer di bawahnya
akibat pengaruh kegiatan manusia di atas permukaan tanah dan pengambilan air
tanah. Penyebab dari amblesnya suatu tanah adalah tanah sediment muda,
pengambilan air tanah yang berlebihan, pembebanan, pembangunan yang
berlebihan, dan lain-lain. Amblesan juga merupakan salah satu bahaya geologi
sehingga sudah seharusnya dipertimbangkan dalam perencanaan pembangunan.
Pada peta di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Semarang Tengah terbagi
menjadi 4 kawasan dengan jenis amblesan yang berbeda-beda. Pertama tidak
ambles, 0-2 cm/tahun, 2-4 cm/tahun, 4-6 cm/tahun. Sebagian besar wilayah
Kecamatan Semarang Tengah memiliki tingkat ambles 2-4 cm/tahun. Hal ini
menandakan adanya bahaya geologi yang mengancam apabila melakukan
pembangunan pada daerah tersebut. Demikian pula dengan amblesan dengan
tingkat 4-6 cm/tahun yang terletak pada bagian utara.

2.1.2 Tata Guna Lahan

3
Tata
guna lahan atau Land Use adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan
lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi permukiman, perdagangan,
industry, dll. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang
menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal
pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pesuat
kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta pengelolaan lingkungan.
Keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan
kunci dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Pada peta tata guna lahan Kecamatan Semarang Tengah dapat dilihat terdapat
9 kategori guna lahan yaitu akomodasi & rekreasi, jasa kesehatan, jasa
pemerintah, jasa pendidikan, jasa peribadatan, perdagangan umum, permukiman,
perusahaan perkantoran serta taman. Namun didominasi oleh guna lahan
permukiman. Terkait dengan puskesmas, guna lahan untuk jasa kesehatan hanya
terdapat pada satu titik saja dan kecil.

2.1.3
Kepadatan

4
Kepadatan penduduk adalah perbandingan dari jumlah penduduk dibagi
dengan luas wilayahnya. Contohnya: setiap 1 km² wilayah dihuni oleh 100
penduduk, jika melebihi batas tersebut menyebabkan terjadinya ledakan
penduduk. Hal ini dapat kita lihat di Indonesia yang laju pertumbuhan
penduduknya meningkat pesat. Dampak kepadatan penduduk yaitu jumlah
pengangguran menjadi meningkat akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang
memicu peningkatan angka kemiskinan, hal ini juga menyebabkan banyak
penduduk yang mengalami kelaparan.
Pada variable ini Kecamatan Semarang Tengah terbagi ke dalam 3 kategori
wilayah dengan tingkat kepadatan yang berbeda-beda yaitu tidak padat, agak
padat dan juga padat. Seperti yang dapat dilihat, wilayah dengan tingkat
kepadatan padat terkonsentrasi pada satu bagian, lalu dikelilingi dengan wilayah
yang kepadatannya terus menurun. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Walter Christaller yaitu Central Place Theory.

2.1.4 Aksesibilitas

5
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aksesibilitas memiliki arti sebagai hal
dapat dijadikan akses; hal dapat dikaitkan; keterkaitan. Jadi, aksesibilitas dapat
diartikan sebagai kemudahan akan suatu akses yang diberikan. Aksesibilitas itu
sendiri juga termasuk variabel yang harus diperhitungkan dalam analisis ini.
Dengan adanya aksesibilitas dapat diperkirakan wilayah mana saja yang tepat
untuk dibangun sekolah baru dan mana yang kurang tepat.
Pada peta aksesibilitas di Kecamatan Semarang Tengah, hanya terdapat 2
tingkat aksesibilitas yaitu mudah dengan jarak 100 m dari jalan lokal dan cukup
mudah dengan jarak 200 m dari jalan lokal. 90% lebih dari luas Kecamatan
Semarang Tengah sudah mendapatkan kemudahan akses. Lalu hanya sebagian
kecil sekali yang memiliki tingkat akses cukup mudah. Bahkan tidak ada daerah
yang sulit akan akses. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Semarang Tengah
sudah mendapatkann kemudahan akses yang baik.

2.1.5 Jangkauan

6
Jangkauan pada hal ini berarti jarak maksimum pelayanan yang dapat
dilakukan oleh puskesmas yang sudah ada. Dapat juga diartikan sebagai jarak
yang berkenan ditempuh oleh seorang individu untuk mencapai puskesmas
tersebut. Menurut SNI 03-1733-2004 setiap ada 120.000 jiwa maka harus ada satu
puskesmas di wilayah tersebut. Luas lahan minimalnya 1.000 m² lalu untuk radius
pencapaiannya 3.000 m² dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
Kecamatan Semarang Tengah terbagi menjadi 3 wilayah jangkauan puskesmas
yaitu dengan jarak 750 m dari puskesmas, 1.500 m dari puskesmas dan jauh dari
jangkauan puskesmas. Sebagian besar wilayah Kecamatan Semarang tengah
berada pada jarak 1.500 m dari puskesmas. Kemudian diikuti oleh wilayah yang
berjarak 750 m dari puskesmas. Sangat kecil sekali bagian yang dapat dibilang
tidak terjangkau atau jauh dari keberadaan puskesmas.

2.2 Hasil Skoring Variabel


Dari variabel-variabel yang sudah ada seperti pada pembahasan sebelumnya, lalu
semua variable diolah dengan menggunakan weighted overlay guna mendapatkan peta
rekomendasi pembangunan pelayanan puskesmas baru di Kecamatan Semarang
Tengah.

2.2.1 Pertimbangan Skoring

Proses skoring melibatkan variable-variabel yang sudah disebutkan


sebelumnya yaitu amblesan, tata guna lahan, kepadatan penduduk, aksesibilitas,

7
serta jangkauan. Sebelum melakukan skoring terlebih dahulu dibuat
pertimbangan agar hasil skoring dapat menjawab tujuan dari penelitian.
Pertimbangan yang dibuat antara lain sebagai berikut:

1. Untuk menghindari bencana geologi seperti terjadinya amblesan, maka lokasi


puskesmas harus berada pada zona yang tidak ambles hingga tingkat amblesan
2-4 cm/tahun. Bobot yang akan diberikan untuk variable gerakan tanah adalah
10 (skala 0-100)
2. Pembangunan puskesmas yang baru harus berada pada wilayah yang memang
kegunaannya untuk jasa kesehatan atau dekat dengan permukiman warga.
Jangan sampai ada puskesmas yang terbangun di wilayah yang kegunaannya
untuk daerah resapan atau sebagainya. Maka, untuk variable tata guna lahan
diberi bobot 15 (skala 0-100)
3. Kepadatan penduduk juga menjadi variable yang diperhitungkan dalam
analisis ini. Diutamakan puskesmas dibangun pada daerah dengan kepadatan
penduduk dengan kategori agak padat-padat. Sehingga untuk variable
kepadatan diberi bobot 35 (skala 0-100)
4. Diperlukan akses yang mudah untuk menuju suatu puskesmas. Maka dari itu
diperlukan aksesibilitas dengan kategori cukup baik sampai baik, untuk
menjadi acuan pembangunan puskesmas. Maka untuk variable aksesibilitas
diberikan bobot sebesar 15 (skala 0-100)
5. Demi menunjang kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan maka
variable jangkauan puskesmas harus menjadi pertimbangan dengan asumsi
puskesmas dapat memenuhi kebutuhan dalam bidang kesehatan masyarakat
Semarag Tengah. Skor yang akan diberikan untuk variable jangkauan
pelayanan puskesmas adalah 25 (skala 0-100).

2.2.2 Hasil
Weighted
Overlay

8
Berdasarkan hasil olahan variable-variabel yang ada dengan weighted
overlay, dihasilkan peta seperti di atas, yaitu lokasi kelayakan pembangunan
puskesmas di Kecamatan Semarang Tengah. Dikategorikan menjadi 3 zona yaitu
sangat direkomendasikan, cukup direkomendasikan dan tidak direkomendasikan.
Seperti yang dapat dilihat, ada wilayah yang sangat direkomendasikan untuk
pembangunan puskesmas baru. Lalu sebagian besar masuk ke dalam zona agak
direkomendasikan, jadi tidak memiliki kewajiban untuk membangun puskesmas
baru. Terakhir, terdapat 2 titik dibagian pinggir selatan Semarang Tengah yang
tidak direkomendasikan untuk membangun puskesmas baru.

BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang sudah dilakukan terkait jangkauan pelayangan puskesmas pada
kecamatan Semarang Tengah maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

9
 Kecamatan Semarang Tengah memiliki tingkat amblesan yang beragam dari tidak
ambles hingga 4-6 cm/tahun. Mayoritas didominasi oleh amblesan dengan tingkat
2-4 cm/tahun.
 Tata guna lahan pada Kecamatan Semarang Tengah sangat beragam dan
didominasi oleh permukiman.
 Kepadatan penduduk pada Kecamatan Semarang Tengah terkonsentrasi pada satu
titik, kemudian semakin keluar semakin berkurang kepadatannya.
 Aksesibilitas Kecamatan Semarang Tengah sudah baik. Tidak ada daerah yang
jauh dari akses (jalan local).
 Jangkauan puskesmas pada Kecamatan Semarang Tengah masih didominasi
dengan jarak 1.500 m dari puskesmas. Hal ini yang menyebabkan diperlukan
adanya pembangunan-pembangunan puskesmas baru yang lebih mudah dijangkau
oleh masyarakat Semarang Tengah.
 Untuk rekomendasi pembangunan puskesmas baru pada Kecamatan Semarang
Tengah mayoritas terletak pada bagian timur laut Semarang Tengah. Terlihat
bahwa peta rekomendasi terkonsentrasi pada suatu wilayah yang mirip dengan
zonasi kepadatan penduduk. Hal ini disebabkan oleh adanya kepadatan penduduk
yang tinggi, aksesibilitas yang baik, wilayah permukiman, amblesan dengan
tingkat yang masih tergolong wajar dan belum adanya puskesmas di wilayah
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2017.


SNI 03-1733-2004
Adiwilaga, Anugrah. 2014. Teori Pengukuran Jarak. Dalam www.blogs.itb.ac.id. Diakses
pada 4 Oktober 2017.
Ali, Usman. 2015. Pengertian Kepadatan Penduduk, Dampak, Penyebab dan Cara
Mengatasi. Dalam www.pengertianpakar.com. Diakses pada 5 Oktober 2017.

10
Arifia, Dina. Teori Tata Guna Lahan. Dalam www.academia.edu. Diakses 4 Oktober 2017.
Guntara, Ilham. 2015. Pengertian Analisis Spasial dalam Sistem Informasi Geografi. Dalam
www.guntara.com. Diakses pada 4 Oktober 2017.
Istiana, Sera. Analisis Weighted Overlay. Dalam www.academia.edu. Diakses pada 4
Oktober 2017.
Jati Sahari, Retno. 2014. Kernel Density Estimation (in ArcGIS). Dalam
www.saharifaith.wordpress.com. Diakses pada 4 Oktober 2017.
Riadi, Muclisin. 2015. Pengertian, Fungsi & Kegiatan Pokok Puskesmas. Dalam
www.kajianpustaka.com. Diakses pada 5 Oktober 2017.

11
LAMPIRAN

1. Masukan layer batas kecamatan dan kelurahan

2. Klik kanan layer batas kecamatan > open atribut table > klik pada Kecamatan
Semarang Tengah

3. Klik kanan layer batas kecamatan > Data > Export Data

4. Pilih tempat save > OK

12
5. Search feature to point > feature to point > masukan batas kelurahan > ok

6. Hasil feature to point

7. Search kernel > kernel density > masukan titik kelurahan > Field : kepadatan > cell
size : 20 > search radius > 1500 > Environment

13
8. Processing extent > batas kelurahan > ok

9. Hasil kernel density

10. Search clip raster > input : hasil kernel > output : kecamatan semarang tengah >
centang use input geometry > ok

14
11. Search reclassify > reclassify > masukan hasil clip kernel > classify

12. Masukan 3 > equal interval > ok > ok

13. Hasil kepadatan penduduk di Kecamatan Semarang Tengah

15
14. Masukkan layer jalan

15. Search clip > clip (analysis) > input : jalan > output : kecamatan semarang tengah >
ok

16. Search buffer > multiple ring buffer > masukan hasil clip layer jalan > masukan
distance > unit : meters : ok

16
17. Hasil buffer

18. Search clip > clip(analysis) > input : hasil buffer > output : kecamatan semarang
tengah > ok

19. Search polygon to raster > polygon to raster > masukan hasil clip sebelumnya > field :
distance > ok

17
20. Hasil aksesibilitas

21. Masukan layer titik puskesmas

22. Search Euclidean > Euclidean distance > input : titik puskesmas > distance : 1500 >
ok

18
23. Hasil Euclidean

24. Search reclassify > reclassify > masukan hasil Euclidean distance > classify

25. Masukkan 2 > equal interval > ok > ok

19
26. Search raster to polygon > raster to polygon > masukan hasil reclassify > ok

27. Search clip > clip (analysis) > input : hasil polygon sebelumnya > output : kecamatan
semarang tengah > ok

28. Search union > union > input : hasil clip sebelumnya, kecamatan semarang tengah >
ok

20
29. Search polygon to raster > input > hasil union sebelumnya > field : jangkauan > ok

30. Hasil jangkauan puskesmas di Kecamatan Semarang Tengah

31. Masukkan layer TGL

21
32. Search clip > clip (analysis) > input : TGL > output : kecamatan semarang tengah >
ok

33. Search polygon to raster > polygon to raster > input : hasil clip sebelumnya > field :
TGL > ok

34. Hasil raster TGL

22
35. Masukkan layer amblesan

36. Search clip > clip (analysis) > input : amblesan > output : kecamatan semarang tengah
> ok

37. Search union > union > input : hasil clip amblesan, kecamatan semarang tengah > ok

23
38. Search polygon to raster > polygon to raster > input hasil union sebelumnya > field :
A_BLESAN > ok

39. Hasil amblesan

40. Search weighted overlay > weighted overlay > input : hasil akhir kepadatan,
aksesibilitas, jangkauan puskesmas, tgl, amblesan yang ada dalam bentuk raster
Ubah jadi 1 to 3 by 1

24
Beri nilai sesuai kecocokan dengan pendirian puskesmas baru
Beri influence
Ok

41. Hasil Weighted Overlay

25

Anda mungkin juga menyukai