Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI INFORMASI

Penentuan Fungsi Kawasan Menggunakan Aplikasi ArcGIS 10.3


Disusun guna memenuhi tugas praktikum teknologi informasi
(TPW21221)

Dosen Pengampu:
Sri Rahayu, S.S, M.Si

Disusun Oleh :
Gabriela Possenti Aurelia Natasya Sanvica
21040118130117
Kelas C

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................2
B. TUJUAN.................................................................................................................................2
C. ALAT DAN BAHAN.................................................................................................................3
D. METODE................................................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................................................4
A. GIS ( Geographic Information System ).................................................................................4
B. KAWASAN.............................................................................................................................5
a. Kawasan Lindung..............................................................................................................5
b. Kawasan Penyangga..........................................................................................................5
c. Kawasan Budidaya............................................................................................................5
C. OVERLAY...............................................................................................................................7
D. SEMPADAN...........................................................................................................................8
E. LAYOUT.................................................................................................................................9
BAB III LANGKAH KERJA PRAKTIKUM.............................................................................................11
A. MENETAPKAN SKOR BERDASARKAN JENIS TANAH DAN KEPEKAANNYA TERHADAP EROSI 11
B. MENETAPKAN SKOR BERDASARKAN KEMIRINGAN LAHAN.................................................14
C. MENETAPKAN SKOR BERDASARKAN CURAH HUJAN HARIAN RATA – RATA.......................17
D. OVERLAY LAYER...................................................................................................................22
E. TOTAL SKOR........................................................................................................................23
F. MENENTUKAN JENIS KAWASAN..........................................................................................24
G. AREA...................................................................................................................................29
H. BUFFER................................................................................................................................31
I. TABLE TO EXCEL..................................................................................................................33
J. LAYOUT PETA......................................................................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................................46
BAB V KESIMPULAN........................................................................................................................47
LAMPIRAN.......................................................................................................................................48
A. HASIL PETA KLASIFIKASI LAHAN KABUPATEN WONOSOBO................................................48
B. HASIL PETA ADMINISTRASI KABUPATEN WONOSOBO........................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................50

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perencanaan merupakan suatu proses yang berlangsung berkelanjutan yang melibatkan
keputusan dan pemilihan alternatif dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di masa
yang akan datang. Penyusunan tata ruang merupakan tugas besar dan melibatkan berbagai
pihak yang dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari data spasial. SIG menurut
Bernhardsen diartikan sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data
geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak
komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan
data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data,
pemanggilan dan presentasi data serta analisa data. Tujuan sistem informasi adalah untuk
menyediakan dan mensistematikan informasi yang merefleksikan seluruh kejadian atau
kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi - operasi organisasi.

SIG dapat menjelaskan lokasi, menjelaskan kondisi ruang ( spasial ), menjelaskan suatu
kecenderungan ( tren ), menjelaskan tentang pola spasial, serta pemodelan. Untuk
mendapatkan informasi baru menggunakan SIG, diperlukan sebuah analisis spasial pada citra
atau peta yang ingin digali informasinya. SIG, terutama pada  software ArcGis, memiliki
beberapa fungsi khusus untuk mengolah layer sehingga dapat dianalisis secara spasial.
Seluruh fungsi pengolahan berada pada menu  ArcToolBox. Namun untuk fungsi analisis yang
akan dibahas adalah sub menu dari Overlay dalam  Analisys  Tool yaitu  Intersect, Buffer dalam
Proximity, dan excel dalam conversion tool yaitu Table to Excel.

B. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah
1. Mengklasifikasi jenis kawasan.
2. Mengetahui cara menentukan skor jenis tanah, curah hujan, dan kelerengan suatu
kawasan.
3. Mengetahui cara membuat overlay layer.
4. Mengetahui cara membuat sempadan waduk.
5. Mengetahui cara mengkonversi data tabel menjaadi data excel.
6. Mengetahui cara membuat layout peta.

2
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT : BAHAN :

1. Software Arcgis 10.5 1. Shapefile jenis tanah

2. Laptop atau komputer 2. Shapefile curah hujan

3. Mouse 3. Shapefile Kelerengan (Slope)

4. Shapefile waduk

5. Shapefile Administrasi Provinsi Jawa Tengah

D. METODE
1. OVERLAY
Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang
lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya,
overlay menampilkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-
atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang membentuk layer baru dan
memiliki informasi atribut dari beberapa peta tersebut. Overlay suatu data grafis adalah
untuk menggabungkan antara dua atau lebih data grafis untuk memeroleh data grafis
baru yang dimiliki satuan pemetaan gabungan dari beberapa data grafis tersebut ( Fedra,
1996 ).

2. BUFFER
Dalam Prahasta (2002), secara anatomis Buffer merupakan sebentuk zona yang
mengarah keluar dari sebuah obyek pemetaan apakah itu sebuah titik, garis, atau area
(poligon). Dengan membuat Buffer, akan terbentuk suatu area yang melingkupi atau
melindungi suatu obyek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak tertentu. Jadi
zona-zona yang terbentuk secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan-
kedekatan spasial suatu obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di sekitarnya.

3. LAYOUT
Layout peta berarti menyusun penempatan-penempatan dari pada peta judul, legenda,
skala, sumber data, penerbit, no sheet, macam-macam proyeksi dan lain-lainnya (Sutiah,
2011).

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. GIS ( Geographic Information System )


Fungsi dari sistem informasi adalah untuk menaikkan kemampuan dalam membuat
kesimpulan. Sistem informasi merupakan rantai dari kegiatan perencanaan yang
meliputi observasi dan pengumpulan data, penyimpanan data dan analisis data
untuk digunakan sebagai informasi untuk penarikan kesimpulan. Kegiatan ini membawa
seseorang ke konsep yang penting, bahwa peta merupakan salah satu sistem informasi. Peta
merupakan kumpulan dari penyimpanan dan analisis data serta informasi yang didapatkan
dari data tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan agar dapat menggunakan peta,
maka peta harus mampu menampilkan informasi dengan jelas dan pasti.

Geographic Information System ( GIS ) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan
Geografi adalah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang
berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa
– peristiwa yang terjadi dimuka bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan
data berbasis data base yang biasa digunakan saat ini, serta pengambilan data berdasarkan
kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi khusus serta berbagai
keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar – gambar
petanya (Paine, 1981).
SIG memanfaatkan hardware dan sotware komputer untuk melakukan pengolahan data
seperti :
a. Perolehan dan verifikasi
b. Kompilasi
c. Penyimpanan
d. Pembaruan dan perubahan
e. Manajemen dan pertukaran
f. Manipulasi
g. Penajian
h. Analisis ( Tor Bernhardsen, 1992 : 3 )

4
E. KAWASAN
Definisi Kawasan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) adalah daerah
tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dan
sebagainya. Sedangkan berdasarkan UU No 26 Tahun 2007, kawasan adalah wilayah yang
memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Dalam laporan praktikum ini, jenis kawasan
yang ditentukan, antara lain :

a. Kawasan Lindung
Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan. Suatu lahan ditetapkan
sebagai kawasan fungsi lindung, apabila besarnya total skor lahannya ≥ 175, atau
memenuhi beberapa syarat berikut :
- Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 %,
- Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol, dan renzina)
dengan kemiringan lapangan lebih dari 15%
- Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di
kiri-
kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai
- Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200 meter di
sekeliling mata air
- Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter sekeliling danau/waduk
- Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa permukaan laut
- Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah ditetapkan oleh pemerintah
- Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindung.

b. Kawasan Penyangga
Kawasan yang ditetapkan berfungsi menyangga antara kawasan non budidaya (hutan
lindung, cagar alam, dan lain - lain) dan kawasan budidaya dimana diperkenankan
adanya budidaya namun hendaknya menunjang fungsi lindung. Lahannya sebesar 125 -
174 atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut :
- Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis
- Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga
- Tidak merugikan dilihat dari segi lingkungan hidup bila dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.

5
c. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan. Dimana kawasan ini diperuntukkan untuk kawasan
permukiman, hutan produksi, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata dan lain
sebagainya. Kawasan fungsi budidaya dibagi menjadi 2 yaitu kawasan budidaya dan
kawasan budidaya tanaman semusim. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan
dengan fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor lahannya≤ 124
serta mempunyai tingkat kemiringan lahan (15 – 40)% dan memenuhi kriteria umum
seperti pada kawasan fungsi penyangga. Sementara Kawasan fungsi budidaya tanaman
semusim adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan
tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk pemukiman. Untuk kawasan
pemukiman, selain memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi
kriteria tersebut diatas, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari
8%.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 837/Kpts/Um/1980 tentang kriteria dan


tata cara penetapan hutan lindung, faktor-faktor yang diperhatikan dan diperhitungkan di
dalam penetapan perlunya hutan lindung di dalam kawasan adalah lereng lapangan, jenis
tanah menurut kepekaannya terhadap erosi, dan intensitas hujan dari wilayah yang
bersangkutan.
Lereng lapangan dibagi kedalam kelas – kelas berikut :
Kelas Lereng Kelerengan ( % ) Diskripsi Skor
1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60
4 25 – 45 Curam 80
5 > 45 Sangat Curam 100
Menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah dibagi kedalam kelas – kelas berikut :
Kelas
Tana Jenis Tanah Diskripsi Skor
h
Aluvial, Glei Planosol Hidromorf
1 Tidak Peka 15
Kelabu, Literita Air Tanah
2 Latosol Agak Peka 30
Brown Forest Soil, Non Calcis Kurang
3 45
Brown, Mediteran Peka
Andosol, laterit, Grumusol,
4 Peka 60
Podsol, Podsolid

6
Regosol, Litosol, Organosol, Sangat
5 75
Renzina Peka

Intensitas hujan dibagi ke dalam kelas – kelas berikut :


Kelas
Intensitas hujan
Intensitas Diskripsi Skor
( mm/hari hujan )
Hujan
1 0 – 13,6 Sangat Rendah 10
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 > 34.8 Sangat Tinggi 50

Penetapan fungsi kawasan dilakkan dengan menjumlahkan nilai skor dari ketiga faktor yang
dinilai pada setiap satu satuan lahan, sebagai berikut :
NO Fungsi Kawasan Total Nilai Skor
1 Kawasan Lindung Sangat Rendah
2 Kawasan Penyangga Rendah
3 Kawasan Budidaya Sedang

F. OVERLAY

Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada overlay untuk menggabungkan atau
melapiskan dua peta dari satu daerah yang sama namun beda atributnya yaitu : 
a. Dissolve themes 
Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang mempunyai
data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang berbeda. Peta input yang
telah di digitasi masih dalam keadaan kasar, yaitu poligon-poligon yang berdekatan
dan memiliki warna yang sama masih terpisah oleh garis poligon. Kegunaan dissolve
yaitu menghilangan garis-garis poligon tersebut dan menggabungkan poligon-poligon
yang terpisah tersebut menjadi sebuah poligon besar dengan warna atau atribut
yang sama.
b. Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi 1 buah
layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling mengisi atau
bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu sama lain.
c. Clip One Themes

7
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah yang kecil,
misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau kecamatan.
Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya berdasarkan batas
administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan yaitu layer dengan luas
yang kecil beserta atributnya.

d. Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input atau
masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan output dengan
atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.
e. Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari tema
overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau kelas atribut.
f. Assign Data Themes
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme kedua ke
fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama Secara mudahnya yaitu
menggabungkan kedua tema dan atributnya

G. SEMPADAN
Sempadan (riparian zone) adalah zona penyangga antara ekosistem perairan dan daratan.
Zona ini umumnya didominasi oleh tetumbuhan atau lahan basah sepanjang tepi dalam
maupun luar.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 pasal 10 tentang
penetapan garis sempadan danau, waduk, mata air, dan sungai yang terpengaruh pasang
surut air laut, diatur sebagai berikut :
a. Untuk danau dan waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang – kurangnya 50 meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat
b. Untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang – kurangnya 200 meter di sekitar
mata air.
c. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan
sekurang – kurangnya 100 meter dari tepi sungai dan berfungsi sebgai jalur hijau.
Pada pasal 11 dijelaskan tentang pemanfaatan di daerah sempadan yang dapat dilakukan
untuk kegiatan berikut :
a. Budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang dizinkan

8
b. Kegiatan niaga, penggalian, dan penimbunan
c. Pemasangan papan reklame, papan penyuluhan, dan peringatan serta rambu – rambu
pekerjaan
d. Pemasangan rentangan kabel listrik, telepon, dan pipa air minum
e. Pemasangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau jembatan baik umum maupun
kereta api
f. Penyelenggaraan kegiatan yang bersifat sosial dan masyarakat yang tidak menimbulkan
dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai.
g. Pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

H. LAYOUT

Layout peta merupakan tahap terakhir dalam pembuatan peta. Layout peta berarti
menyusun penempatan-penempatan dari pada peta judul, legenda, skala, sumber data,
penerbit, no sheet, macam – macam proyeksi dan lainnya. Layout ini berfungsi untuk
mempermudah dalam memahami dan mengerti peta yang dibuat. Selain itu, dengan tata
letak peta yang baik dan menarik akan membuat pengguna merasa nyaman dalam
menggunakan peta tersebut. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam layout peta antara
lain:

a. Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian atas
peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang digambarkan
oleh peta tersebut (utomogeo83, 2011).
b. Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak
yang sebenarnya di permukaan bumi (utomogeo83, 2011). Secara umum skala dapat
dibedakan menjadi 3 :
- Skala angka atau numerik Skala yang berupa angka – angka. Misalnya skala peta 1 :
200.000, skala peta 1 : 1.000.000 dan sebagainya.
- Skala Garis atau Grafik Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier
dengan membuat perbandingan pada setiap ruasnya. Adapun contohnya sebagai
berikut: 0 1 2 3 3.
- Skala kalimat atau verbal Skala yang menggunakan kalimat baku sebagai
pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak dipakai di Eropa yang biasanya
menggunakan satuan inchi dan mil. Contoh: One Inch to two miles (utomogeo83,
2011)

9
c. Legenda merupakan keterangan dari simbol-simbol penting dalam sebuah peta.
Berikut merupakan contoh legenda:
- Letak lintang dan bujur untuk menentukan suatu tempat secara tepat di
permukaan bumi biasanya digunakan garis geografi yang diakui secara
internasional. Garis geografi tersebut ada dua yaitu Garis lintang dan Garis Bujur
(Suhada). Garis bujur merupakan garis khayal atau imaginer yang menghubungan
kutub utara dan selatan (Suhada). Sedangkan garis lintang merupakan garis yang
melintang atau membagi bola bumi (globe) menjadi dua, yaitu bagian utara dan
bagian selatan garis khatulistiwa.
- Pencatatan sumber Pencatatan sumber ini berupa sumber peta dan informasi
terkait dengan peta.
d. Kerangka peta (frame) merupakan garis tepi yang ada pada peta.
e. Penyusun atau penggambar peta untuk menunjukan siapa – siapa yang bertanggung
jawab dalam pembuatan peta ditulis nama penyusun atau penggambar peta berikut
tahun penggambarannya. Penyusun atau penggambar peta ditulis di sebelah bawah
luar bingkai peta

10
BAB III
LANGKAH KERJA PRAKTIKUM

A. MENETAPKAN SKOR BERDASARKAN JENIS TANAH DAN KEPEKAANNYA TERHADAP


EROSI

1. Klik kiri dua kali aplikasi ArcMap 10.3 pada desktop untuk membuka ArcMap 10.3

2. Setelah lembar kerja terbuka, pilih file ( .shp ) yang ada di catalog lalu drag ke workspace
atau klik add data lalu pilih shapefile ( . shp ) lalu klik add

11
3. Klik kanan pada layer “ jns_tanah_wsb_UBAH ”, lalu klik “ Open Attribute Table ”.
Setelah muncul kotak dialog pilih “ Option ” lalu klik “ Add Field ”.

4. Setelah muncul kotak dialog “ Add Field ”, isi nama field dengan “ SKOR_TNH ”, ubah type
menjadi “ Short Integer ” kemudian klik “ OK ”

12
5. Klik toolbar Editor lalu klik “ Start Editing ”

6. Masukkan Skor tanah sesuai dengan keterangan jenis tanah yang pertama ditulis

7. Setelah semua skor dimasukkan, klik toolbar “ Editor ” lalu klik “ Stop Editing ”

13
I. MENETAPKAN SKOR BERDASARKAN KEMIRINGAN LAHAN

1. Klik kiri dua kali aplikasi ArcMap 10.3 pada desktop untuk membuka ArcMap 10.3

2. Setelah lembar kerja terbuka, pilih file ( .shp ) yang ada di catalog lalu drag ke workspace
atau klik add data lalu pilih shapefile ( . shp ) lalu klik add

14
3. Klik kanan pada layer “ slope_wonosobo_UBAH ”, lalu klik “ Open Attribute Table ”.
Setelah muncul kotak dialog pilih “ Option ” lalu klik “ Add Field ”.

4. S e t e l a h m u n c u l
SKOR_LER ”, ubah type menjadi “
Short Integer ” kemudian klik “ OK ”

15
5. Klik toolbar Editor lalu klik “ Start Editing ”

6. Masukkan Skor Lereng sesuai dengan keterangan kelas lereng dan nilai skor

16
7. Setelah semua skor dimasukkan, klik toolbar “ Editor ” lalu klik “ Stop Editing ”

J. MENETAPKAN SKOR BERDASARKAN CURAH HUJAN HARIAN RATA – RATA

1. Klik kiri dua kali aplikasi ArcMap 10.3 pada desktop untuk membuka ArcMap 10.3

2. Setelah lembar kerja terbuka, pilih file ( .shp ) yang ada di catalog lalu drag ke workspace
atau klik add data lalu pilih shapefile ( . shp ) lalu klik add

17
3. Klik kanan pada layer “ ch_wsb ”, lalu klik “ Open Attribute Table ”. Setelah muncul kotak
dialog pilih “ Option ” lalu klik “ Add Field ”.

4. Klik toolbar Editor lalu klik “

Start Editing ”

18
5. Setelah muncul kotak dialog “ Add Field ”, isi nama field dengan “ SKOR_CH ”, ubah type
menjadi “ Short Integer ” kemudian klik “ OK ”

6. Masukkan Skor Curah Hujan sesuai dengan keterangan Intensitas hujan harian rata – rata
dan nilai skor dengan
menggunakan tools “
1 Select by Attribute ”
Klik “ Options ”
lalu klik “ Select by
Attribute ”

19
Klik dua kali pada “ INTENS_HJN ” lalu klik “ = ” kemudian klik “ Get Uniqe Values ” lalu pilih
2 salah satu values yang ingin diberi skor.

Kllik kanan pada field “ SKOR_CH ” lalu pilih “ Field Calculator ”


3

20
Masukkan skor sesuai dengan keterangan intensitas hujan rata – rata dan nilai skor
4

7.

Setelah semua skor dimasukkan, klik “ Option ” lalu klik “ Clear Selection ” untuk
menghilangkan seleksi klik toolbar “ Editor ” lalu klik “ Stop Editing ”

21
22
K. OVERLAY LAYER

1. Munculkan “ ArctoolBox ” lalu pilih “ Analysis Tools ” kemudian pilih “ Overlay ” lalu klik
“ Intersect ”

2. Setelah muncul kotak dialog Intersect, masukkan ketiga file yang akan diolah lalu pilih
folder untuk menyimpan outputnya. Pastikan semua atribute pada layer tidak ada yang
terselect.

23
L. TOTAL SKOR

1. Klik kanan pada layer “ Intersect ” lalu klik “ Open Attribute Teble ” lalu setelah kotak
dialog muncul Klik “ Option ” kemudian klik “ Add Field ”

2. Beri nama field dengan “ TOTAL_SCR ” lalu pilih type “ Short Integer ” dan isi angka “ 4 ”
pada precision kemudian klik “ OK ”. Klik kanan pada field “ TOTAL_SCR ” lalu klik “
Field Calculator ”

3. Jumlahkan [SKOR_LER] + [SKOR_TNH] + [SKOR_CH] lalu klik “


OK

24
M. MENENTUKAN JENIS KAWASAN

1. Pada kotak dialog Attribute table klik “ Option ” lalu buat field baru dengan mengeklik
“ Add Field ” lalu beri nama “ KAWASAN ” dengan type “ Text ”

25
2. Klik “ Option ” pada kotak dialog Attribute table lalu klik “ Select by Attribute ”. klik dua
kali pada “ TOTAL_SCR ” lalu isi rumus sesuai dengan kriteria penetapan fungsi kawasan.

3. Setelah terselect klik kanan pada field “ KAWASAN ” lalu pilih “ Field Calculator ”. Setelah
itu pilih type “ String ”. Jika ingin memasukkan data berupa huruf maka perlu diawali
dengan tanda petik (“...”) contohnya mengisi dengan kata “LINDUNG” lalu klik “ OK ”

26
4. Pada kotak dialog Select by Attribute, tentukan jenis kawasan yang lainnya dengan
metode yang sama. Contohnya menentukkan kawasan budidaya

5. Klik kanan pada field “ KAWASAN ” lalu klik “ Field Calculator ” lalu ketik “ BUDIDAYA ”

27
6. Pada kotak dialog Select by Attribute, tentukan jenis kawasan yang lainnya dengan
metode yang sama. Contohnya menentukkan kawasan penyangga

7. Klik kanan pada field “ KAWASAN ” lalu klik “ Field Calculator ” lalu ketik “ PENYANGGA ”

28
8. Setelah semua skor dimasukkan, klik “ Option ” lalu klik “ Clear Selection ” untuk
menghilangkan seleksi.

29
9. Klik kanan pada layer “ Intersect ” lalu pilih “ Properties ”. Setelah muncul kotak dialog
Layer Properties pilih “ Symbology ” lalu klik “ categories ” lalu ubah value field dengan “
KAWASAN ” lalu klik “ Add All Value ” kemudian pilih “ Color Ramp ” dan “ OK ”

N. AREA

1. Pada kotak dialog Attribute Table, buat field baru dengan nama “ AREA ” dengan cara klik
“ Option ” lalu pilih “ Add Field ”. setelah muncul kotak dialog Add Field, isi nama dengan
“ AREA ”, pilih type “ Double ” lalu isi Prescision dengan angka “ 15 ” dan Scale dengan
angka “ 2 ”

30
2. Klik “ Select by Attribute ”. Setelah muncul kotak dialog, klik dua kali pada “ KAWASAN ”
lalu klik “ = ” lalu pilih “ Get Unique Values ” kemudian klik dua kali pada “ BUDIDAYA ”
dan lalukan pada kategori kawasan yang lainnya lalu klik “ Apply ”

3. Klik kanan pada Field “ AREA_1 ” lalu klik “ Calculate Geometry ”. Pilih Property : “ Area ”,
pilih Coordinate System : “ WGS 1984 UTM Zone 49S ”, pilih Units : “ Hectares ” lalu klik
“OK”

31
4. Setelah semua luas area muncul pada Attribute Table, klik “ Option ” lalu klik “ Clear
Selection ” untuk menghilangkan seleksi.

O. BUFFER
1. Untuk menambahkan shapefile waduk, pilih file waduk ( .shp ) yang ada di catalog lalu
drag ke workspace atau klik add data lalu pilih shapefile waduk ( . shp ) lalu klik add

32
2. Buka “ ArcToolbox ” lalu pilih “ Analysis Tools ” kemudian pilih “ Proximity ” lalu klik “
Bufffer ”

3. Setelah kotak dialog Buffer muncul pilih shapefile waduk pada “ Input Features ” lalu pilih
folder penyimpanan shapefile Buffer, kemudian isi 50 berdasarkan ketentuan kawasan
sempadan pada “ Distance ” dan pilih “ meters ”. Pada kolom “ Side Type ” pilih “
OUTSIDE_ONLY ” lalu klik “ OK ”

33
P. TABLE TO EXCEL

1. Untuk mengconvert luas area ke microsoft excel dengan membuka “ ArcToolbox ” lalu
pilih “ Conversion Tools ” lalu klik “ Excel ” lalu pilih “ Table to Excel ”. Setelah muncul
kota dialog pilih Input Table : “ Intersect ” dan pilih folder penyimpanan output lalu klik “
OK ”

34
Q. LAYOUT PETA

1. Klik “ Layout View ”

2. Klik kanan pada border layout, lalu klik “ Properties”

35
3. Setelah kotak dialog Properties muncul, kllik Projected coordinate System > UTM > WGS
1984 > Southern Hemisphere > WGS 1984 UTM Zone 49s lalu klik “ OK ”

4. Untuk mengatur halaman peta, klik menu “ File ” lalu klik “ Page and Print Setup ”

36
5. Setelah muncul kotak dialog, pilih size kertas dan orientation, atur width dan length
kertas, kemudian klik “ OK ”. Atur peta sesuai layout kertas

6. Klik kanan pada layer peta, lalu klik “ Properties ”

37
7. Setelah muncul kotak dialog Data Frame Properties, pilih “ Grids ”, lalu pilih “ New Grids ”
kemudian muncul kotak dialog Grids and Graticules Wizard, pada kotak dialog pertama
pilih “ Measured Grid... ” lalu klik “ Next”

8. Pada kotak dialog kedua, pilih “ Grid and labels ” kemudian klik “ Next ”

38
9. Pada kotak dialog ketiga, atur line style dan text style sesuai kebutuhan, kemudian klik “
Next ”

10. Pada kotak dialog keempat, checklist pada Measured Gris Border dan Netline lalu klik “
Finish ”

39
11. Hasil

12. Untuk menambahkan Text Title, klik menu “ Insert ” lalu klik “ Title ”, setelah muncul
kotak dialog Insert Title, isikan nama Judul yang akan ditulis.

40
13. Untuk menambahkan Text, klik menu “ Insert ” lalu klik “ Text ”, setelah muncul kotak
dialog Insert Title, isikan text yang akan ditulis.

14. Untuk mengtur jenis font dan size, klik kanan pada text lalu klik “ Properties ”. Setelah
muncul kotak dialog properties, pilih “ Change Symbol ” . Setelah muncul kotak dialog
Symbol Selector, atur text sesuai kebutuhan lali klik “ OK ”

15. Untuk menambahkan garis, munculkan dahulu toolbar “ Draw ” dengan klik “ Customize
> Toolbars > Draw ”. setelah muncul toolbox Draw, pilih “ Line ” lalu buat line sesuai
kebutuhan.

41
16. Untuk menambahkan legenda, klik “ Insert ” lalu pilih “
Legend ”. Setelah muncul kotak dialog Legend Wizard,
pilih Lap Layer yang akan ditambahkan lalu klik “ Next >
Next > Finish ”

17. Untuk mengedit masing masing legenda perlu melakukan Ungrouping dengan cara klik
kanan pada legenda lalu klik “ Convert to Graphics ” lalu klik “ Ungroup ”. setelah selesai
mengedit klik kanan pada legenda dan klik “ Group ”.

42
18. Klik “ Insert ” lalu pilih “ Scale Bar ”. Setelah muncul kotak dialog Scale Bar Selector, pilih
type skala yang diinginkan. Klik “ Properties ” untuk mengatur tampilan skala lalu klik “
OK ”

19. Untuk menambahkan arah mata angin klik “ Insert ” lalu pilih “ North Arrow ”. Setelah
muncul kotak dialog North Arrow Selector pilihlah type arah mata angin yang diinginkan
lalu klik “ OK ”

43
20. Untuk menambahkan Inset peta, klik menu “ Insert ” lalu klik “ Data Frame ”. Kemudian
klik kanan pada frame baru, klik “ Add Data ” untuk menambahkan peta baru

21. Setelah muncul kotak dialog Add data, pilih shapefile (.shp) peta yang akan di tambahkan
lalu klik “ Add ”

44
22. Untuk menampilkan values Kabupaten Wonosobo pada inset peta, klik kanan pada layer
Prov Jawa Tengah, pilih “ Properties ”

45
23. Pada kotak dialog Layer Properties, klik “ Symbology ” lalu pilih “ Categories ” lalu pilih “
KABKOT ” pada Value Fields. Kemudian klik “ Add Values ”, setelah muncul kotak dialog
Add Values pilih “ WONOSOBO ” kemudian klik “ OK ”. Ubah warna Value sesuai
kebutuhan lalu klik “ OK ”

24. Untuk menambahkan picture, klik menu “ Insert ” lalu klik “ Picture ”, setelah muncul
kotak dialog Open, pilih picture yang akan di tambahkan pada workspace, lalu klik “
Open ”

46
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil peta, daya dukung lahan atau fungsi kawasan terdiri dari 3 yaitu
kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan kawasan lindung. Disamping itu, fungsi kawasan di
Kabupaten Wonosobo didominasi oleh kawasan budidaya. Kawasan budidaya tersebut
diperuntukkan untuk kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan wisata dan lain
sebagainya.

Adapun peruntukkan kawasan terbangun hampir diseluruh kawasan di Kabupaten


Wonosobo layak untuk dijadikan sebagai kawasan budidaya. Berdasarkan jumlah skoring antara
ketiga aspek tersebut, suatu kawasan dapat dijadikan sebagai kawasan budidaya adalah dibawah
<=125. dan factor utama yang menentukkan suatu kawasan layak dijadikan sebagai kawasan
budidaya adalah kondisi kelerengan atau topografi. Sehingga semakin datar topografinya, maka
kawasan tersebut semakin layak untuk dijadikan sebagai pengembangan kawasan budidaya dan
sebaliknya.

Disamping itu, fungsi kawasan lainnya didominasi oleh kawasan peyangga, dimana
kawasan penyangga tersebut diperuntukkan sebagai hutan produksi terbatas, perkebunan
(tanaman keras), kebun dan lain sebagainya. Dimana suatu kawasan dapat dijadikan sebagai
kawasan penyangga apabila total skor penjumlahan antara ketiga aspek tersebut adalah 125 -
175. Sementara total skor yang menjadikan suatu kawasan dapat dijadikan sebagai kawasan
lindung adalah lebih dari sama dengan 175 dimana kawasan lindung tersebut diperuntukkan
untuk hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai.

47
BAB V
KESIMPULAN

Overlay suatu data grafis adalah untuk menggabungkan antara dua atau lebih data grafis
untuk memeroleh data grafis baru yang dimiliki satuan pemetaan gabungan dari beberapa data
grafis tersebut. Proses overlay memerlukan ketepatan dalam kesamaan lokasi. Berdasarkan
analisis overlay dapat digunakan untuk mengetahui penentuan fungsi kawasan atau daya dukung
lahan dan berdasarkan juga pada analisis yang telah dilakukan, fungsi kawasan yang ada di
Kabupaten Wonosobo terdiri dari 3 yaitu di peruntukkan sebagai kawasan budidaya, penyangga
dan lindung. Dimana peruntukkan kawasan yang paling mendominasi di Kabupaten Wonosobo
adalah kawasan budidaya

48
LAMPIRAN

A. HASIL PETA KLASIFIKASI LAHAN KABUPATEN WONOSOBO

49
B. HASIL PETA ADMINISTRASI KABUPATEN WONOSOBO

50
DAFTAR PUSTAKA

Wirosoedarmo, Ruslan dkk. 2014. “Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Berdasarkan Daya
Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan”. Universitas Brawijaya

Pengertian Overlay Dalam Sistem Informasi Geografi.


https://www.guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-dalam-sistem.html diakses pada 3
November 2018 pukul 21.48 WIB

Aqli, Wafirul. “Analisa Buffer dalam Sistem Informasi Geografis untuk Perencanaan Ruang
Kawasan”. Universitas Muhammadiyah jakarta

Paine, 1981.  Sistem Informasi Geografi dengan Tools dan Plug-Ins . Informatik.  Bandung.

Ramakhrisnan, Johannes dkk. 2000. Database Management Systems. McGraw-hill. Singapore.

Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Yogyakarta : Andi.

Surat Keputusan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993

utomogeo83. .2011. PRINSIP-PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. Retrieved 12 1, 2014, from
utomogeo83 : http://utomogeo83.wordpress.com

51

Anda mungkin juga menyukai