Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPENDUDUKAN

OLEH :

KELOMPOK 5

1. EFVIN KRISDAYANTI GEA (1804111528)


2. M. ZULHAMI (1804111572)
3. HILDI YUSA (1804112965)
4. IBNU KHALID TAMBUNAN (1804111338)
5. LATHIFA MARSYA NATANIA. F (1804113522)
6. MAYA SARAH (1804113298)
7. MUTIA RIZQI FIRZALIA (18041113719)
8. SHERLY ANGELIA (1804113531)
9. RITA HULINA BR SARAGIH (1804113355)
10. UCI NATALIA HUTAGALUNG (1804113325)

DOSEN PENGAMPU : RINDI METALISA S.P, M.SI

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke Hadirat Allah swt yang telah memberikan

kekuatan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga proses penulisan makalah kependudukan

tentang Teori Fertilitas, Teori Mortalitas, Teori Migrasi, dan Teori Ketenaga Kerjaan,

ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah mengajar mata kuliah

Kependudukan serta para teman-teman yang telah membantu penulis selama penulisan

makalah ini. Serta terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan makalah ini.

Dilatar belakangi oleh keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan yang

penulis miliki, maka dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan

saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis

mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...

I. PENDAHULUN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………
1.2. Rumusan Masala …………………………………………… .
1.3. Tujuan .......................................................................................
II. TEORI DASAR
III. PEMBAHASAN
3.1 Fertilitas………………………………………………
3.2 Mortalitas………………………………………………
3.3 Migrasi………………………………………………
3.4 Ketenaga Kerjaan………………………………………………
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan dan Saran ..............................................................
DAFTAR PUSAKA

LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat
(kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk
suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk
pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang yang menetap
sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi lahir dan berasal
dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang menetap sementara waktu dan
kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan
lain. Adapun tamu adalah orang yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam
rentang waktu beberapa hari dan akan kembali ke tempat asalnya. Penduduk dunia saat
ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di antara jumlah tersebut, 80 persen
tinggal di negara-negara berkembang. Sementara itu, United Nations memproyeksikan
bahwa penduduk perkotaan di negara-negara berkembang terus meningkat dengan rata-
rata pertumbuhan 2,4 persen per tahun. Angka ini merupakan dua kali lipat angka
pertumbuhan penduduk total negara-negara berkembang pada umumnya, yakni sekitar
1,2 persen.

Meski penduduk perkotaan di negara-negara maju juga meningkat 2 dengan


angka pertumbuhan yang lebih besar daripada angka pertumbuhan penduduk totalnya,
dan juga angka urbanisasinya jauh lebih besar daripada negara-negara berkembang,
pertumbuhan perkotaan di negara-negara berkembang tetap lebih cepat disertai dengan
meningkatnya penduduk perkotaan secara absolut. Indonesia memiliki Sumber Daya
Manusia (SDM) yang terbilang cukup banyak. Namun masih banyak sekali masyarakat
yang pengangguran, sehingga tingkat kemiskinan semakin tinggi. Persoalan
pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi sebagian
masyarakat. Di Indonesia sudah banyak sekali lulusan sarjana mulai dari D3 hingga S1
namun masih ada saja yang tidak mendapatkan pekerjaan. Akibatnya setiap tahun
tingkat kemiskinan semakin bertambah bukan justru menurun. Kurangnya kesempatan
yang diberikan oleh pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan salah satu penyebab
adanya pengangguran di setiap kota.

Pengangguran terdidik setiap tahun akan terus bertambah karena kurangnya


lapangan pekerjaan. Perencaanaan kurang selaras dengan lapangan pekerjaan, ketidak
sesuaian antara permintaan dan penawaran kerja salah satu penyebab utama tingginya
tingkat penganggguran pendidik. Belum lagi Indonesia juga mengalami pengangguran
tidak terdidik yang sangaat sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak mempunya bekal
apapun dalam keahlian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja yang terkait dengan teori fertilitas?
2. Apa saja yang terkait dengan teori mortalitas?
3. Apa saja yang terkait dengan teori migrasi?
4. Apa saja yang terkait dengan teori ketenagakerjaan?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teori fertilitas
2. Untuk mengetahui teori mortalitas
3. Untuk mengetahui teori migrasi
4. Untuk mengetahui teori ketenagakerjaan
III. PEMBAHASAN

3.1. Fertilitas
3.1.1. Pengertian Fertilitas
Kelahiran hidup adalah lepasnya bayi dari rahim seorang wanita terlepas dari
durasi kehamilan, dengan adanya tanda-tanda bernafas atau menunjukkan bukti lain
tentangehidupan, seperti detak jantung, denyut nadi dari tali pusar telah dipotong atau
plasenta terpasang; setiap kelahiran seperti itu dianggap lahir hidup (United Nations
Statistical Office, 1955: p.6).
3.1.2. Faktor yang Memengaruhi Fertilitas
1. Pertumbuhan Alami (Natural Increase)
Pertumbuhan Alami (Natural Increase) adalah faktor penentu dalam
pertumbuhan penduduk adalah jumlah pertumbuhan penduduk secara alami (kelahiran
dan kematian).

2. Tingkat Reproduksi (Reproduction Rates)


Tingkat reproduksi (Reproduction Rates) adalah tingginya angka kelahiran
akibat tingkat kesuburan wanita yang tinggi. Pengukuran kesuburan seorang wanita
menjadi masalah khusus yang tidak dihadapi dalam pengukuran angka kematian karena
wanita hanya bisa meninggal satu kali tapi dia mungkin melahirkan satu kali atau lebih
bahkan ada yang tidak melahirkan. Jadi, seorang wanita dikatakan subur jika wanita
tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi. Kompleksnya pengukuran
fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang yaitu suami dan istri, sedangkan
kematian hanya melibatkan satu orang saja.
Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu
orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang
telah melahirkan 5.
Seorang anak, bukan berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.
Masalah lain adalah bahwa tidak setiap wanita benar-benar memiliki pengetahuan
risiko melahirkan anak. Sehingga banyak dampak yang akan timbul dalam masalah
sosial seperti peceraian, perceraian, perpisahan dan meninggalkan pasangan di berbagai
waktu. Ada juga usia minimum dan maksimum di mana pria dan wanita secara fisik
mampu melakukan reproduksi.

3.1.3. Teori Fertilitas Menurut Para Ahli


a. Teori Maltus (1766 – 1834)
Menurut teori Malthus, makanan merupakan unsur penting bagi kehidupan
manusia. Nafsu manusia tidak dapat dibendung dan ditahan, akibatnya pertambahan
penduduk jauh lebih pesat daripada pertumbuhan makanan. Penduduk bertambah
menurut deret ukur sedangkan makanan bertambah menurut deret hitung.
Pembatasan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu :
1. Preventive Checks
Preventive Checks yaitu pengurangan penduduk melalui kelahiran, Preventive
check timbul karena kemampuan penalaran manusia sehingga dapat meramalkan
akibat-akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Preventive check dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Moral restraint (Pengekangan diri): yaitu segala usaha mengekang nafsu seksual,
menunda perkawinan.
b. Vice: yaitu pengurangan kelahiran seperti, abortus, penggunaan alat kontrasepsi, dan
lain-lain.

2. Positive Checks
Positive Checks yaitu pengurangan penduduk melalui proses kematian, di suatu
wilayah apabila jumlah penduduk lebih banyak daripada ketersediaan pangan maka
dipastikan akan timbul masalah seperti kelaparan, penyakit seperti busung lapar, dan
lain-lain sehingga kematian semakin bertambah. Positive check dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Vice (kejahatan): yaitu segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti
manusia seperti pembunuhan anak-anak (infanticide), pembunuhan orang-orang cacat,
dan orang tua.
b. Misery (kemelaratan): yaitu segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti
berbagai jenis penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan
peperangan.

b. Teori Kapilaritas Sosial Arsene Dumont dalam Munir (1986)


Menulis sebuah artikel yang berjudul Depopulation et Civilization membahas
teori yang disebut kapilaritas sosial (theory do sosial capillarity) Kapilaritas sosial
mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di
masyarakat. Pada saat seseorang ingin meningkatkan kedudukan atau ingin
memperbaiki keadaan sosial ekonominya maka keinginan untuk melahirkan atau
mempunyai anak menurun, dan secara tidak langsung akan menekan angka kelahiran
untuk mencapai kemakmuran dalam suatu keluarga.

c. Teori Sadler dan Teori Doubleday


Kedua teori ini hampir sama dalam menjelaskan konsep kependudukan, hanya
berbeda pada titik tolaknya. Sadler mengatakan 36 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol.
22, No. 1, Februari 2017 bahwa daya reproduksi penduduk akan berbanding terbalik
dengan tingkat kepadatan penduduk. Sedangkan Doubleday mengatakan bahwa daya
reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia
(Munir,1986).Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi
manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri
dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya
reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980).

d. Neo Maltusian
Kelahiran seorang bayi kedunia sebagai suatu tekanan terhadap lingkungan,
setiap bayi yang lahir memerlukan ruang, air, makanan, pakaian, transportasi,
pendidikan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan setelah ia dewasa. Semakin banyak
bayi yang dilahirkan semakin besar tekanan terhadap lingkungan dan pembangunan.

e. Nassau William Senior


Cita-cita untuk memperbaiki keluarga sama kuatnya dengan keinginan untuk
menurunkan tingkat keturunan. Akibatnya dalam suasana kehidupan yang normal,
pertambahan penduduk tidak mungkin lebih tinggi dari bahan kehidupan yang ada.
f. Teori H. Leibensten
Kelahiran akan dipertimbangkan atas dasar perbandingan antara benefit and
cost dari segi benefit anak merupakan consumtion goods, production goods., dan
nource of security. Sementara biaya yang harus dikeluarkan dengan adanya anak adalah
berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.

3.1.4. Ukuran-ukuran dalam fertilitas


1. Tingkat kelahiran kasar / Crude Birth Rate (CBR)
Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) adalah jumlah kelahiran pada tahun
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun itu, dinyatakan per
1000 orang. Kelebihan dari cara ini adalah perhitungannya sederhana, sedang
kelemahannnya adalah tidak benar-benar mencerminkan angka fertilitas sebab
penduduk itu termasuk anak-anak, orang tua, laki-laki perempuan dan sebagainya,
dimana tidak seluruh penduduk melahirkan.
CBR = 1000 x ( Number of births Midyear population) atau x 1000 PB
CBR (crude birth rate) : Angka kelahiran kasar
B (birth) : Jumlah kelahiran
P (population) : Jumlah penduduk

2. Tingkat Kelahiran Kasar dari Pertumbuhan Alami (The Crude Rate of Natural
Increase) ( CRNI )
Seperti yang bisa dibayangkan dari kekhawatiran baru-baru ini tentang ledakan
populasi. Nilai khas dari angka kelahiran kasar lebih tinggi dari nilai khas tingkat
kematian kasar. Tingkat kenaikan alami meningkatkan ukuran kesenjangan ini seperti
pada rumus berikut:
CRNI = 1000 x 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑏𝑖𝑟𝑡ℎ𝑠 −𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑎𝑡ℎ𝑠 𝑚𝑖𝑑𝑦𝑒𝑎𝑟 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 atau
k x 𝐵−𝐷 𝑃 atau k x 𝐵𝑃 – (k x 𝐷𝑃)

3. Tingkat kesuburan umum (The General Fertility Rate (TFR/GFR))


Kesuburan juga sangat bervariasi dalam sub kelompok populasi, dan umum untuk
menghitung usia spesifik, status perkawinan, dan tingkat kesuburan spesifik lainnya.
Tingkat yang dikonstruksi disebut usia yang dibatasi atau tingkat kesuburan umum
(GFR). Ini didefinisikan sebagai jumlah kelahiran pada tahun tertentu yang dibagi oleh
populasi pertengahan tahun wanita di kelompok usia 15-44 atau 15-9, meskipun usia
10-49 kadang-8 kadang digunakan. dalam formula. Tujuan GFR untuk membatasi
penyebut calon ibu potensial, tetapi tidak cukup membatasi untuk analisis yang teliti.
tingkat kelulusan dalam kelompok usia lima tahun mungkin berbeda untuk dua populasi
namun mungkin memiliki tingkat kesuburan umum yang sama jika komposisi usia
wanita di tahun-tahun melahirkan berbeda untuk dua populasi.
Kelemahan perhitungan ini adalah walaupun sudah dikelompokkan pada wanita usia
15 – 49 tahun, tetapi tidak dikelompokkan pada tiap kelompok umur tersendiri karena
yang muda dan yang tua memiliki angka fertilitas yang berbeda.Sedang kebaikannya,
perhitungan ini, lebih cermat dari pada CBR, sebab penduduk hanya wanita yang
berumur 15 – 49 tahun atau wanita subur.
TFR/GFR = 1000 x 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑏𝑖𝑟𝑡ℎ 𝑖𝑛 𝑔𝑖𝑣𝑒𝑛 𝑦𝑒𝑎𝑟𝑚𝑖𝑑𝑦𝑒𝑎𝑟 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓
𝑤𝑜𝑚𝑎𝑛 𝑜𝑓 𝑎𝑔𝑒 15−44 𝑜𝑟 49
Keterangan :
B : jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : jumlah penduduk wanita umur 15-49 th pada pertengahan tahun
K : bilangan konstan, biasanya 1000

4. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rates)


Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rates) adalah
banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok tertentu. Tingkat kesuburan usia
tertentu dalam rentang usia 15-49, ada perbedaan mencolok dalam kesuburan wanita
dari berbagai usia. Untuk alasan ini, biaya untuk menghitung tingkat kesuburan untuk
setiap kelompok umur atau usia.
ASFR = 1000 x 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑏𝑖𝑟𝑡ℎ𝑠 𝑡𝑜 𝑤𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑖𝑛 𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝 𝑋,𝑥+𝑛𝑚𝑖𝑑𝑦𝑒𝑎𝑟
𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓 𝑤𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑖𝑛 𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝 𝑋,𝑥+𝑛 atau nFx k = k x 𝐵𝑥𝑃
Keterangan:
B: jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada tahun tertentu
P : jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i pada pertengahan tahun 9
k : bilangan konstan, biasanya 1.000
3.2. Mortalitas
3.2.1. Pengertian Mortilitas
Mortalitas merupakan salah satu komponen dalam proses demografi yang berpengaruh
terhadap struktur penduduk dan bersifat mengurangi jumlah penduduk. Mortalitas
merupakan indikator yang menentukan kesejahteraan penduduk, dan
merepresentasikan kualitas penduduk dalam suatu wilayah. Tingkat mortalitas yang
rendah menunjukkan keberhasilan pembangunan suatu wilayah, khususnya dalam
bidang kesehatan.
3.2.2. Teori-teori mortalitas
1. Lahir hidup (Live Birth)

Peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa
memandang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi
bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, Detak
tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandnag apakah tali puat sudah dipotong
atau belum

2. Mati (Death)

Keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa


terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup

3. Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)


a. Abortus, kemtian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
b. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada
umur kandungan 28 minggu.
c. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai
waktu lahir.
4. Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
a. Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari
rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan.
b. Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur
satu bulan.
c. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah
berumur satu bulan teetapi kurang dari satu tahun.
d. Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur
kurang dari satu tahun.

3.2.3. Ukuran-ukuran dalam mortalitas


Ukuran dalam mortalitas menunjukkan angka, rasio, persentase atau peluang terjadinya
mortalitas atau kematian penduduk dalam suatu wilayah. Berikut beberapa ukuran yang
digunakan dalam menghitung mortalitas.

1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate- CDR)

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) didefinisikan sebagai jumlah orang yang
meninggal pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
itu dikali dengan konstanta 1000. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
penduduk yang meninggal tanpa memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variabel
lainnya. Berikut rumus menghitung CDR.
CDR =1.000 x [𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛] atau CDR = k 𝐷𝑃
Dimana :
D = jumlah kematian dalam satu tahun
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun, dan
k = 1.000 17

2. Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate- ASDR)

Angka Kematian Menurut Umur (ASDR) didefinisikan sebagai jumlah kematian yang
terjadi pada kelompok umur tertentu per 1.000 penduduk kelompok umur tersebut pada
tahun tertentu. Berikut rumus menghitung ASDR.
nMx = 1.000 x 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥, 𝑥+𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥,𝑥+𝑛 atau k n𝐷xn𝑃x
Dimana :
nMx = ASDR untuk kelompok umur x to x+n
nDx = jumlah kematian penduduk kelompok umur x hingga x+n
nPx = jumlah penduduk pertengahan tahun kelompok umur x hingga x+n
k = 1.000

3. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate - IMR)

Angka Kematian Bayi (IMR) didefinisikan sebagai probabilitas kematian bayi usia
dibawah 1 tahun (0-24 bulan) per 1000 kelahiran bayi yang lahir hidup. Perhitungan
angka kematian bayi (IMR) biasa digunakan sebagai indikator dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Berikut rumus menghitung IMR.
IMR = k 𝐷0𝑧𝐵𝑧
Dimana :
𝐷0𝑧 = jumlah kematian anak dibawah umur 1 tahun (0-24 bulan) pada tahun z
𝐵𝑧 = jumlah lahir hidup pada tahun z, dan
𝑘 = 1.000

4. Angka Kematian Balita (Childhood Mortality Rate)

Angka Kematian Balita (Childhood Mortality Rate) adalah Jumlah kematian balita
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama.
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur status kesehatan bayi. Berikut rumus untuk
menghitung CMR.
CMR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎 x 1000

5. Angka kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)

Angka kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) adalah jumlah kematian ibu sebagai
akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Berikut rumus menghitung MMR.
MMR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑏𝑢 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙,𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛,𝑑𝑎𝑛 𝑁𝑖𝑓𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎 x 1000

3.3. Migrasi

3.3.1. Pengertian migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik
melewati batas politis negara maupun batas administrasi/ batas bagian dalam suatu
negara dengan tujuan untuk menetap. Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan
yang relatif permanen dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan orang yang
melakukan migrasi disebut migran. Migrasi berdasarkan sifatnya dapat dibedakan atas
dua yaitu migrasi vertikal dan migrasi horizontal. Migrasi vertikal merupakan
perpindahan penduduk yang disebabkan terjadinya perubahan status sosial, misalnya
sesorang yang bekerja disektor pertanian berubah statusnya menjadi sektor perdagaan.
Selain itu, migrasi horizontal merupakan perpindahan atau pergerakan penduduk yang
melintasi batas wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu. Batas
wilayah merupakan dasar dan menjadi indikator dalam penentuan migrasi horizontal.

3.3.2. Teori-teori migrasi

1. Teori Neoklasik

Menurut aliran ini, perpindahan penduduk merupakan keputusan pribadi yang


didasarkan atas keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan yang maksimum. Melihat
kondisi upah , kondisi pekerjaan yang berbeda antar daerah dan biaya dalam melakukan
migrasi. Namun pada sisi lain, aliran ekonomi baru migrasi (new economics of
migration) beranggapan bahwa perpindahan penduduk terjadi bukan saja berkaitan
dengan pasar kerja, namun juga karena adanya faktor-faktor lain. Keputusan untuk
melakukan migrasi tidak semata-mata merupakan keputusan individu, namun terkait
dengan lingkungan sekitar, utamanya lingkungan keluarga dan kondisi daerah yang
ditinggali maupun yang dituju. Lingkungan sekitar ini termasuk juga kondisi politik,
agama, dan bencana alam

2. Teori Dorong-Tarik (Everet S. Lee).

Menurut Everet S. Lee migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara
permanen atau semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada jarak
perpindahan maupun sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau
terpaksa. Jadi migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan
ada niatan menetap di daerah tujuan. Tanpa mempersoalkan jauh dekatnya
perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan
dan bermacam-macam rintangan yang menghambat. Faktor jarak merupakan faktor
penghalang

3. Teori Harapan Income (Tadaro)

Tadaro mengasumsikan bahwa keputusan migrasi adalah merupakan fenomena


ekonomi yang rasional. Walaupun pengangguran di kota bertumpuk, tetapi postulat
model tadaro adalah bahwa seseorang yang mempunyai harapan untuk mendapatkan
income yang lebih tinggi dari pada upah di sektor pertanian. Karena alasan inilah maka
sebagian orang berbondong- bondong bermigrasi untuk mendapatkan pekerjaan yang
menghasilkan penghasilan lebih banyak walaupun pada kenyataannya tidak selalu
demikian.

4. Teori migrasi menurut Jones (1981)

Dalam bukunya Jones mendiskripsikan bahwa migrasi merupakan salah satu proses
modernisasi. Jones juga berpendapat bahwa meningkatnya modernisasi tidak saja akan
menarik penduduk dari daerah lain tetapi juga akan mempertinggi motivasi penduduk
di daerah itu untuk bermigrasi, karena semakin meningkatnya pendidikan sarana
transportasi dan komunikasi. Hal ini terjadi karena untuk bermigrasi sarananya semakin
mudah dengan adanya perkembangan di bidang teknologi transportasi dan juga
teknologi komunikasi.

5. Ida Bagus Mantra (1978,267)

Dalam kesimpulan hasil penelitiannya di Yogyakarta memperkuat pendapat bahwa


aspek ekonomi merupakan alasan utama dari migrasi. Kondisi lahan pertanian yang
kian menyempit mendorong penduduk meninggalkan desa.

3.3.3. Faktor-faktor yang memengaruhi migrasi

Everett S. Lee (1976) dalam Mantra (1999) menjelaskan besar kecilnya arus migrasi
dipengaruhi oleh rintangan. Rintangan antara dalam arus migrasi dapat dibedakan
beberapa bentuk, misalnya biaya pindah, topografi, dan aksesbilitas. Artinya semakin
kecil rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan maka arus migrasi terjadi lebih
tinggi. Selain itu, migrasi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
a. Faktor-faktor daerah asal (Faktor Pendorong)
b. Faktor-faktor daerah tujuan (Faktor Penarik)
c. Faktor rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan, dan
d. Faktor Individu.

Seseorang melakukan migrasi karena adanya faktor pendorong dari daerah asal dan
faktor penarik dari daerah tujuan. Faktor pendorong adalah faktor yang berasal dari
daerah asal sehingga seseorang memutuskan untuk migrasi. Beberapa faktor pendorong
migrasi tersebut yaitu:
a. Berkurangnya lapangan pekerjaaan di tempat asal seperti lahan pertanian yang
semakin berkurang.
b. Berkurangnya sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan yang
digunakan sebagai mata pencaharian sepeti hasi tambang, perkebunan dan pertanian.
c. Bencan alam seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus dan wabah penyakit yang
berbahaya.
d. Adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama atau suku di daerah asal
e. Alasan pendidikan, perkawinan atau pekerjaan yang mengharuskan pindah dari
daerah asal.

Sedangkan faktor penarik adalah faktor yang berasal dari daerah tujuan. Beberapa
faktor penarik yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi yaitu :
a. Adanya kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.
b. Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik untuk memperbaiki
taraf hidup.
c. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
d. Keadaan lingkungan dan fasilitas hidup yang dianaggap lebih baik misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
e. Aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai
daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar
f. Banyak terdapat tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi
penduduk-penduduk pedesaan atau kota kecil

Selain faktor pendorong dan faktor penarik, terdapat faktor lain. Faktor yang terletak di
antara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut penghalang. Beberapa contoh faktor
penghalang atau rintangan yaitu Jarak, Jenis alat transportasi, Biaya transport dan
Undang – Undang Imigrasi. Jarak yang tidak jauh dan mudahnya transportasi
mendorong mobilitas penduduk. (Lembaga demografi,1981).
Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perpindahan atau tidak seperti
umur, jenis kelamin, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Faktor pribadi
mempunyai peranan penting karena faktor-faktor nyata yang terdapat didaerah asal atau
daerah tujuan belum merupakan faktor utama, dimana keputusan migrasi tergantung
pada tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan kecerdasannya

3.3.4. Jenis-jenis migrasi

Beberapa jenis migrasi yang perlu diketahui, diantaranya sebagai berikut.


1. Migrasi Masuk
Masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination).

2. Migrasi Keluar
Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah (area of origin).

3. Migrasi Neto
Selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar. Apabila migrasi masuk lebih
besar dari migrasi keluar maka disebut migrasi neto positif sedangkan jika migrasi
keluar lebih besar dari migrasi masuk maka disebut mirasi negative.

4. Migrasi Bruto
Jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.

5. Migrasi Total
Seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi semasa hidup dan migrasi pulang. Migrasi
Total adalah semua orang yang pernah pindah.

6. Migrasi Semasa Hidup


Migrasi berdasarkan tempat kelahiran. Migrasi yang pada saat pencacahan sensus
bertempat tinggal yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.
7. Migrasi Parsial
Jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu daerah asal ke satu daerah tujuan.
Migrasi yang merupakan ukuran arus migrasi antara dua daerah.

8. Arus Migrasi
Jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalm
jangka waktu tertentu.

9. Migrasi Internasional
Migrasi internasional atau migrasi antarnegara adalah perpindahan penduduk dari suatu
negara ke negara lain. Biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
kesempatan hidup yang lebih baik. Migrasi internasional terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Imigrasi
Imigrasi adalah perpindahan orang dari suatu negara-bangsa (nation-state) ke negara
lain, dimana ia bukan merupakan warga negara. Imigrasi merujuk pada perpindahan
untuk menetap permanen yang dilakukan oleh imigran, sedangkan turis dan pendatang
untuk jangka waktu singkat tidak dianggap imigran. Dengan kata lain, imigrasi dapat
didefinikan sebagai masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan
untuk menetap.
b. Emigrasi
Emigrasi adalah tindakan seseorang meninggalkan negara asal atau wilayah untuk
menetap di negara lain. Hal ini sama seperti imigrasi tapi dari segi perspektif negara
asal. Ada banyak alasan mengapa orang banyak memilih untuk beremigrasi. Beberapa
diantaranya adalah untuk alasan agama, kebebasan politik atau ekonomi, atau
melarikan diri dan pernikahan. Contohnya seperti Beberapa orang yang tinggal di
negaranegara kaya dengan iklim dingin memilih untuk pindah ke iklim hangat ketika
mereka pensiun. Dan orang yang melakukan emigrasi di sebut dengan emigran. Dengan
kata lain Emigrasi adalah berpindahnya penduduk atau keluarnya penduduk dari suatu
negara ke negara lain dengan tujuan untuk menetap.
c. Remigrasi
Remigrasi adalah kembalinya penduduk dari suatu negara ke negara asalnya.
Perpindahan yang dilakukan oleh para imigran yang telah lama menetap di negeri orang
dan kembali pulang ke kampung halamannya.
10. Migrasi Internal atau Nasional

Perpindahan penduduk yang masih berada dalam suatu wilayah negara. Perpindahan
penduduk yang merupakan migrasi internal atau nasional antara lain sebagai berikut :

a. Urbanisasi
Definisi urbanisasi berbeda beda antara suatu negara dengan negara lainnya tetapi
biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota atau daerah pemukiman lain yang
padat. Adalah bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah perkotaan
yang disebabkan oleh pertambahan penduduk alami, perpindahan penduduk ke
perkotaan dan/atau akibat dari perluasan daerah perkotaan. Untuk mengukur atau
menetapkan urbanisasi antara lain dengan melihat penduduk yang didefinisikan sebagai
daerah kota.

b. Transmigrasi
Transmigrasi adalah salah satu bagian dari migrasi yang direncanakan oleh pemerintah
maupun oleh sekelompok penduduk yang berangkat bermigrasi bersama-sama. Istilah
ini memiliki arti yang sama dengan pemukiman kembali (resettlement) dalam literatur.
Transmigrasi juga bisa diartikan pemindahan dan / kepindahan penduduk dari suatu
daerah untuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik
Indonesia guna kepentingan pembangunan negara atau karena alasan-alasan yang
dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-
undang.

3.3.5. Ukuran-Ukuran dalam Migrasi

a. Angka Mobilitas (m)


Angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah perpindahan dalam suatu
periode tertentu (dalam satu tahun) dengan jumlah penduduk yang berisiko pindah
(population risk)
m = 𝑀𝑃 x k
Keterangan :
m : angka mobilitas
M : jumlah perpindahan
P : Penduduk yang berisiko pindah
K : konstanta (1.000) 38

b. Angka Migrasi Masuk


Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1.000 orang penduduk
daerah tujuan dalam waktu satu tahun.
mi = 𝐼𝑃 x k
Keterangan
mi : angka migrasi masuk
I : jumlah migran masuk (inmigrant)
P : penduduk pertengahan tahun
K : konstanta (1.000)

c. Angka Migrasi Keluar


Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1.000 orang penduduk
daerah asal dalam waktu satu tahun.
mo = 𝑂𝑃 x k
Keterangan
mo : angka migrasi keluar
I : jumlah migran keluar (outmigrant)
P : penduduk pertengahan tahun
K : konstanta (1.000)

d. Angka Migrasi Neto (mn)


Angka yang menunjukkan selisih banyaknya migran masuk dan keluar, ke dan dari
suatu daerah per 1.000 penduduk dalam waktu satu tahun.
mn = 𝐼−𝑂𝑃 x k
Keterangan
mn : angka migrasi neto
I : jumlah migran masuk (inmigrant)
O : jumlah migran keluar (outmigrant)
P : penduduk pertengahan tahun
K : konstanta (1.000)

e. Angka Migrasi Bruto (mg)


Angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan, yaitu jumlah migrasi
masuk dan keluar dibagi jumlah penduduk tempat asal dan jumlah penduduk tempat
tujuan.
mg = 𝐼+ 𝑂𝑃1 + 𝑃2 x k
Keterangan :
Mg : angka migrasi bruto
I : jumlah migran masuk (inmigrant)
O : jumlah migran keluar (outmigrant)
P1 : penduduk pertengahan tahun di tempat tujuan
P2 : penduduk pertengahan tahun di tempat asal
K : konstanta (1.000)

f. Angka Migrasi Parsial


𝑚𝑗𝑖𝑜 = 𝑀𝑖𝑗𝑃𝑖 x k dan 𝑚𝑗𝑖𝐼 = 𝑀𝑖𝑗𝑃𝑖 x k
Keterangan :
𝑚𝑗𝑖𝑜 : Angka migrasi parsial keluar
𝑚𝑗𝑖𝐼 : Angka migrasi parsial masuk
𝑀𝑖𝑗 : Jumlah perpindahan
𝑃𝑖 : Penduduk Total pada tahun tertentu

g. Persentase Penduduk Perkotaan


𝑃𝑢 = 𝑈𝑃 x k
Keterangan :
𝑃𝑢 : Persentase Penduduk Perkotaan
U : Penduduk daerah perkotaan
P : Penduduk Total
K : konstanta (100)

h. Rasio Penduduk Perkotaan – Pedesaan


UR = 𝑈𝑅 x k
Keterangan :
𝑃𝑢 : Persentase Penduduk Perkotaan
U : Penduduk daerah perkotaan
R : Penduduk daerah pedesaan
P : Penduduk Total

3.4. Ketenagakerjaan

3.4.1. Pengertian Ketenagakerjaan

3.4.2. Teori-teori Ketenagakerjaan


1. Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian
dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat
bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan
ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan
untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia
yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir
klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi.
Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat
dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya
meningkat sesuai dengan deret hitung.
Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan
turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut
adalah melakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan
keluar yang ditawarkan oleh malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan
mengurangi jumlah anak. Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk
akan diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan
pangan dan sebagainya.
3. Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga
kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja
mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan
kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali,
tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian
anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada
gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya
daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal value
of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam
mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva
nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang
bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah
lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal
labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin
kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.

4. Teori Harrod-domar

Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini
investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas
produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih
besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti
dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah
produksi.

3.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja


a. Tingkat Upah
Yang mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan adalah tingkat upah
para tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi,
sehingga akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila harga per
unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul adalah
mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli produk tersebut. Sehingga akan
muncul perubahan skala produksi yang disebut efek skala produksi (scale effect)
dimana sebuah kondisi yang memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang
dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi tenaga kerja perusahaan.
Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal yang lain tetap, maka
pengusaha mempunyai kecenderungan untuk menggantikan tenaga kerja dengan mesin.
Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek
substitusi (substitution effect).

b. Teknologi
Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi berapa jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu mengakibatkan
penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat terjadi kecanggihan teknologi akan
menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuannya dalam
menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama. Yang lebih
berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin
untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada
kemampuan manusia. Misalnya, mesin pengemasan produk makanan yang dulunya
berbasis tenaga kerja manusia dan beralih ke mesin-mesin dan robot akan
mempengaruhi permintaan tenaga kerja manusia lebih rendah untuk memproduksi
makanan tersebut.

c. Produktivitas tenaga kerja


Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh berapa tingkat
produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk menyelesaikan suatu proyek
tertentu dibutuhkan 50 karyawan dengan produktivitas standar yang bekerja selama 9
bulan. Namun dengan karyawan yang produktivitasnya melebihi standar, proyek
tersebut dapat diselesaikan oleh 25 karyawan dengan waktu 9 bulan. Kita mengetahui
bahwa kekuatan permintaan tenaga kerja dalam pekerjaan tertentu sebagian bergantung
pada produktivitas (MP). Perusahaan mengontrol kebanyakan faktor-faktor yang
menentukan produktivitas pekerja. Tetapi dua cara serikat buruh dapat mempengaruhi
ouput per jam pekerja adalah berpartisipasi dalam komite manajemen produktivitas
tenaga kerja gabungan—yang seringkali disebut “lingkaran kualitas”—dan
“codetermintation”, yang terdiri dari partisipasi langsung para pekerja dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Yang sebelumnya juga terkadang disebut
“demokrasi buruh”. Tujuan kedua pendekatan tersebut adalah memperbaiki
komunikasi internal dalam perusahaan dan meningkatkan produktivitas melalui
penekanan lebih melalui kerjasama lebih dan insentif profit.
Dalam banyak kasus, serikat buruh telah menolak partisipasi dalam lingkaran kualitas
dan codetermintation, memperdabatkan bahwa program-progam ini memperlancar
proses tawar menawar dan memperkecil otoritas serikat. Dalam contoh lainnya, serikat
setuju untuk berpartisipasi dalam basis eksperimental. Sampai pada saat pendekatan
mereka meningkatkan marginal product tenaga kerja, permiontaan tenaga kerja akan
meningkat, sehingga meningkatkan prospek serikat untuk menegoisiasi peningkatan
upah.

d. Kualitas Tenaga Kerja


Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan pembahasan mengenai
produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang berkualitas akan menyebabkan
produktivitasnya meningkat. Kualitas tenaga kerja ini tercermin dari tingkat
pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja.

e. Fasilitas Modal
Dalam prakteknya faktor-faktor produksi, baik sumber daya manusia maupun yang
bukan sumber daya alam dan lainlain, seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam
menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor
produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin
besar permintaan tenaga kerja. Misalnya, dalam suatu industri air minum, dengan
asumsi faktor-faktor lain konstan, maka apabila perusahaan menambah modalnya,
maka jumlah tenaga kerja yang diminta juga bertambah.
III. KESIMPULAN DAN SARAN

Penduduk memiliki peran sebagai sumber penawaran tenaga kerja. Variabel


kependudukan seperti kelahiran, mortalitas, dan migrasi memiliki pengaruh terhadap
angkatan kerja. Kelahiran menyebabkan pertambahan jumlah penduduk, termasuk
jumlah angkatan kerja. Mortalitas menyebabakn berkurangnya jumlah angkatan kerja,
dengan menurunnya mortalitas, akan meningkatkan angka harapan hidup sehingga bayi
yang lahir akan mencapai usia kerja. Sedangkan migrasi dapat menambah atau
mengurangi jumlah penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja merupakan usia dimana
tenaga kerja secara potensial dapat melakukan kegiatan ekonomi-produktif.
DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai