Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN

DENGAN HIPOGLIKEMIA

Disusun oleh :
EDO AKBAR PUTRA PRANATA
SN182029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019/2020
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal
kadar glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60
mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar
glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur
dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai
hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
B. Klasifikasi
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple meliputi:
1. Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom
seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik
seperti bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku berbeda,
gangguan visual, parestesi, mual sakit kepala.
3. Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
1. True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60 mg/dl
2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl
3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik,
kemudian diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia
namun kadar glukosa darah normal.
4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah makan.
Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga
yang terkena diabetes melitus.
C. Etiologi/Penyebab
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan
karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol,
peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat
badan (Kedia, 2011).
D. Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative
ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan
plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I
ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan
bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama
berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem
peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.
Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan
cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan glukosa dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai
glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak dapat
menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak sehingga akan
menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan
konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan
kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya konsentrasi
glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin sebagai
respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal
(Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan
pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif
(Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal,
persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan
glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama dalam
pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah
menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon
konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi
oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga
berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.
Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian
hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon
mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis,
sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar
glukosa darah (Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan
perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di
jaringan lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan
berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi,
2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena
rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke
jaringan menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dapat muncul.(Carpenito, 2007).
E. PATHAY
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar,
cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus bahaya.

G. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia
berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat
karena efek hipoglikemia berkaitan dengan sistem saraf pusat yang
biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon,
2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama
bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga
dapat menyebabkan koma sampai kematian.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa
75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa,
tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi
(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan
larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada
hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia,
2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25%
biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia
berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena
dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat
diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh
orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan
dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.
J. Penatalaksanaan Keperawatan

A. Pengkajian primer
Pengkajian primer merupakan pengkajian yang dilakukan untuk
menentukan masalah yang mengancam nyawa seseorang, dimana dalam
proses pengkajian harus dengan cepat. Tujuan dari pengkajian ini adalah
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan (Fluide, 2009). Tahapan dalam pengkajian
primer:
1. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan
sekret akibat dari kelemahan reflek batuk. Jika terdapat obstruksi
maka melakukan suction, chin lift/ jaw trust, intubasi trakhea dengan
leher ditahan. Lihat adanya edema tracheal atau faringeal, reflek
menelan dan batuk menurun. Selain itu dilakukan pula pengkajian
adanya suara nafas tambahan seperti snoring.
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah
ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan
adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suaran
nafas, kaji adanya suara napas tambahan, dan kaji adanya trauma
pada dadi. Jika napas tidak memadai maka lakukan pemberian
oksigen dan posisi semifowler.
3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil,
serta fungsi neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas.
(Thim, Krarup, Grove, Rohde, & Lofgren, 2012)

B. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian
primer. Pengkajian sekunder dilakukan ketika klien tidak mengalami
syok atau kondisinya mulai membaik. Pengkajian ini meliputi:
1. Keluhan utama
2. Penampilan umum
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Riwayat penyakit/ pengkajian SAMPLE
a. S (Signs and Symptoms)
Tanda dan gejala terjadinya hipoglikemia.
b. A (Allergies)
Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti obat-obatan,
plester dan makanan tertentu.
c. M (Medications)
Obat-obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani pengobatan
penyakit tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat.
d. P (Past Illness)
Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang pernah diderita,
obat yang pernah dikonsumsi, dan pengalaman penggunaan obat-
obat herbal.
e. L (Last meal)
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, rentang waktu
konsumsi dengan kejadian, dan periode menstruasi bagi perempuan.
f. E (Event leading to injury or illness)
Hal-hal yang berasal dari luar dan bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama)
5. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
(Graham & Parke, 2004)
C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai
oksigen ke otak (00201)
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)

D. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan pasien menunjukkan
pola napas yang efektif dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal, RR 16-20 kali/ menit
b. Klien tidak kesulitan bernapas
c. Tidak ada otot bantu pernapasan
d. Tidak ada pernapasan cupping hidung
e. Saturasi oksigen dalam batas normal
f. Saat diauskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan
Interveni keperawatan:
a. Airway management (3140)
1) Buka jalan nafas
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
6) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
b. Oxygen therapy (3320)
1) Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
c. Vital signs monitoring (6680)
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3) Monitor kualitas dari nadi
4) Monitor frekuensi dan irama pernafasan
5) Monitor sianosis perifer
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan
curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi Keperawatan:
Cardiac Care (4040)
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, dan durasi)
b. Catat adanya distritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d. Monitor status kardiovaskular
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan sitirahat untuk menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspnea, fatigue, takipnea, dan ortopnea
m. Anjurkan untuk menurunkan stress
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai
oksigen ke otak (00201)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan
curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
d. Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter
Intervensi Keperawatan
Peripheral Sensation Management (2660)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/
dingin/ tajam/ tumpul
b. Monitor adanya paretese
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
d. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
e. Monitor kemampuan BAB
f. Kolaborasi pemberian analgetik
g. Monitor adanya tromboplebitis
h. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
Intevensi Keperawatan
Management Hipoglikemia (20130)
a. Mengenali pasien dengan resiko hipoglikemia
b. Memantau gejala hipoglikemia seperti:tremor, berkeringat, gugup,
takikardi, palpitasi, mengigil, perubahan perilaku, coma.
c. Memberikan karbohidrat sederhana yang sesuai
d. Memberikan glukosa yang sesuai
e. Melaporkan segera pada dokter
f. Memberikan glukosa melalui IV
g. Memperhatikan jalan nafas
h. Mempertahankan akses IV
i. Lindungi jangan sampai cedera
j. Meninjau peristiwa terjadinya hipoglikemia dan faktor penyebabnya
k. Memberikan umpan balik mengenai manajemen hipoglikemia
l. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor resiko,
pencegahan hipoglikemia, dan manajemen diabetes.
m. Menganjurkan pasien memakan karbohidrat yang simple setiap waktu
(Dochterman, 2008; Nurarif & Kusuma, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon:
an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department:
Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai