Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONSERVATISME

AKUNTANSI TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2016)

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan
kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal. Informasi tersebut menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dan bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu elemen penting
dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba.

Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau prestasi
manajemen. Selain itu, informasi laba juga digunakan oleh investor atau pihak lain yang
berkepentingan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan
yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian dan indikator untuk kenaikan kemakmuran
(Gozali dan Chariri,2007:350) dalam Agustia (2012).

Standard Akuntansi Keuangan selalu memberikan keleluasaan bagi seluruh


perusahaan untuk menyeleksi metode atau kebijakan akuntansi yang ingin digunakan untuk
penyajian laporan keuangan. Perusahaan diberi kebebasan dalam memilih mana-mana
metode yang menurut manajemen sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut, sehingga
perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan metode akuntansi yang akan digunakan
dengan keadaan perekonomian yang dialami perusahaan.

Pelaporan keuangan perusahaan di Indonesia umumnya menggunakan akuntansi


konservatif. Kiryanto dan Supriyanto (2006) menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat
atas dasar metode konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan keadaan
keuangan perusahaan sebenarnya. Namun berbanding terbalik dengan penelitian Fala (2007)
menyatakan bahwa kualitas laba yang tinggi akan diperoleh dari implementasi konservatisme
akuntansi. Hal ini dimungkinkan karena konsep ini meniadakan kesempatan perusahaan
untuk meninggikan perolehan laba serta membantu pemakai laporan keuangan dengan
penyajian aktiva dan laba perusahaan yang tidak cenderung kearah overstate.
Penyajian informasi pada laporan keuangan harus sesuai dengan fakta sebenarnya
sehingga prinsip benar dan jujur dapat dipenuhi. Informasi akuntansi pada laporan keungan
wajib memenuhi tiga kriteria kualitatif yakni relevance, objectivity, dan reability (Jama’an,
2008). Para investor seringkali hanya menaruh perhatian pada informasi mengenai perolehan
laba dengan tidak menghiraukan latar belakang perolehan laba tersebut.

Banyak pihak yang menyalah artikan penyajian laporan keuangan perusahaan dengan
mengubah metode-metode akuntansi yang digunakan dengan tujuan untuk mengubah laba
yang diinginkan. Tindakan tersebut biasa disebut dengan istilah earnings management atau
manajemen laba. Earnings management merupakan keinginan/kemampuan dari pihak
manajemen untuk mengubah dan memanipulasi terkait berbagai kebijakan akuntansi yang
tersedia dengan tujuan untuk bisa mencapai tingkat laba yang diharapkan perusahaan.

Earnings management adalah cara yang dilakukan pihak manajemen untuk


kepentingan pribadinya dengan merubah pelaporan keuangan perusahaan sesuai
keinginannya, namun masih dalam batas wajar ketetapan PSAK (Meutia, 2004). Menurut
Rahmawati (2012:87) Adapun beberapa pola tentang earningas management dapat dijelaskan
dengan: Minimisasi laba; Maksimisasi laba; Taking a bath; Perataan laba.

Tindakan manajemen laba (earnings management) saat ini menjadi isu sentral dan
merupakan fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) melaporkan mengenai maraknya pelanggaran yang terjadi di pasar modal
dari tahun 2002 hingga bulan Maret 2013. Diantara 25 kasus yang terjadi sepanjang kurun
waktu tersebut, 13 kasus mengenai benturan dalam proses keterbukaan informasi (Budi
.S,2009).

Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang sering dipicu oleh adanya
pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen
perusahaan (Iqbal, 2007). Kedua pihak tersebut berupaya untuk lebih mengutamakan
kepentingannya masing-masing dari pada kepentingan perusahaan. Sebagai agen, manajer
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan laba para pemilik (principal). Namun dilain pihak,
manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka.

Konservatisme akuntasi dapat membatasi perilaku oportunistik manajer yang akan


bertindak untuk memaksimalkan kepentingannya. Konservatisme sendiri mampu membatasi
tindakan dari pihak manajemen untuk membentuk laba dengan menggunakan posisi sebagai
manajer yang memiliki informasi akuntansi dan ekonomi perusahaan yang lebih banyak
dibandingkan pihak luar.

Givoli dan Hayn (2000) menyatakan bahwa konservatisme memaksakan pengakuan


tepat waktu dalam mengakui kerugian dan menunda pengakuan keuntungan, dalam hal ini
dapat mengurangi kesempatan untuk manajer berhasil mengaplikasikan praktik manajemen
laba. Kondisi ini sesuai dengan pandangan lebih luas dari konservatisme dalam Watts (2003)
yang menyatakan bahwa peran penting dari konservatisme adalah untuk membatasi
oportunistik perilaku pelaporan keuangan manajemen dan untuk mengimbangi bias disajikan
dalam laporan keuangan oleh pihak yang mementingkan diri sendiri.

Untuk mencegah manajemen laba yang berlebihan, penerapan good coorporate


governance diperlukan. Good Corporate Governance merupakan upaya yang dilakukan
pihak-pihak pemangku kepentingan untuk meminimalkan adanya manajemen laba. GCG
merupakan suatu mekanisme monitoring kinerja manajemen yang digunakan sebagai alat
untuk meminimalisir terjadinya konflik kepentingan dan memastikan keberhasilan dalam
pencapaian perusahaan. Namun kenyataannya masih banyak terjadi benturan kepentingan
pada perusahaan yang ada di Indonesia.

GCG sendiri dibentuk sebagai akibat untuk menghindari adanya konflik keagenan
yang timbul antara pihak manajemen dengan pihak shareholder. Dengan diterapkannya
prinsip GCG di dalam tubuh perusahaan diharapkan tidak akan adanya terjadi
penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang dapat merugikan
perusahaan.

Pada penelitian Agustia (2013) menunjukkan bahwa GCG berpengaruh signifikan


terhadap earnings management dimana semakin tinggi tingkat penerapan mekanisme GCG
maka akan meminimalkan manajemen laba karena pihak manajemen akan bertindak demi
kepentingan pemegang saham. (Ujiyantho & Pramuka, 2007) dalam penelitiannya juga
menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial yang merupakan salah satu mekanisme
GCG berpengaruh signifikan pada earnigns management. Pada penelitian tersebut
mengunakan empat aspek diantaranya mencakup kepemilikan manajerial, komisaris
independen, kepemilikan institusional, dan komite audit.

Komite audit terbentuk mempunyai tanggungjawab sebagai pengawas laporan


keuangan hasil audit eksternal dan memonitoring SPI yang diharapkan dapat mencegah atau
meminimalkan sifat opportunistic pihak manajemen yang melakukan praktik manajemen laba
(Budi.S,2009). Hal ini didukung oleh Guna dan Herawaty (2010) yang menyatakan dengan
adanya komite audit efektif mencegah atau meminimalkan praktik manajemen laba karena
dalam hal ini keberadaan komite audit mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat dikemukakan di atas maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Banyak pihak yang menyalah artikan penyajian laporan keuangan perusahaan dengan
mengubah metode-metode akuntansi yang digunakan dengan tujuan untuk mengubah
laba yang diinginkan (earnings management).

2. Kebijakan perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan


mempengaruhi tindakan manajemen laba.

3. Konservatisme akuntasi dapat membatasi perilaku oportunistik manajer yang akan


bertindak untuk memaksimalkan kepentingannya.

4. Good Corporate Governance (GCG), sebagai sistem yang mengendalikan perusahaan


untuk mencegah manajemen laba yang berlebihan.

5. Efektivitas komite audit, semakin tinggi tingkat efektivitas komite audit akan
mengurangi kecenderungan perusahaan melakukan manajemen laba.

1.3 Batasan Masalah

Agar tidak keluar dari topik penelitian, maka penelitian ini hanya akan berfokus pada
faktor-faktor apa saja yang bisanya mempengaruhi tindakan manajemen laba. Berdasarkan
penelitian terdahulu , terdapat faktor keuangan dan non-keuangan, dimana faktor keuangan
dipengaruhi oleh variabel konservatisme akuntansi, dan variabel non-keuangan dipengaruhi
oleh penerapan good corporate governane. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015- 2016.
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap manajemen laba?

2. Apakah good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:

1. Untuk memperoleh bukti mengani pengaruh Good Corporate Governance terhadap


manajemen laba.

2. Untuk memperoleh bukti mengenai pengaruh konservatisme akuntansi terhadap


manajemen laba.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti, memberikan manfaat berupa penambahan wawasan mengenai


pengaruh good corporate governance dan konservatisme akuntansi terhadap
manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2016)

2. Untuk pembaca dan peneliti selanjutya, diharapkan dapat memberikan manfaat


sebagai tambahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

3. Diharapkan dapat bermanfaat untuk manajemen perusahaan dan/atau pemilik


perusahaan dalam upaya mencegah manajemen laba demi peningkatan mutu dan
kualitas perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai