Anda di halaman 1dari 7

PAPER KEWIRAUSAHAAN

WIRAUSAHA DI BIDANG PERTANIAN


TANAMAN TAHUNAN KELAPA SAWIT, KARET, TEBU, Dan
TEH Di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII

Melani
05101181621053

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Sejarah Singkat Perusahaan
PT PerkebunanNusantara VII didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1996, yang
merupakan konsolidasi PT Perkebunan X (Persero) di Lampung dan Sumatera Selatan, PT
Perkebunan XXXI (Persero) Lampung dan Sumatera Selatan, Proyek Pengembangan Perkebunan
XID (Persero) di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan, dan Pengembangan Proyek PT
Perkebunan XXIII (Persero) di Provinsi Bengkulu sebagaimana dinyatakan dalam akta Notaris
Harun Kamil, SH, No. 40 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C2 8335.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus
1996 dan diterbitkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tambahan. 80 tanggal 4 Oktober
1996.
Selain Investasi Republik Indonesia pada Perusahaan Saham PerusahaanPerseroan (Persero) PT
Perkebunan Nusantara III, PT Nusantara VII (Persero), pada awalnya merupakan perkebunan
BUMN berdasarkan Peraturan No. 12, 1996, tertanggal 11 Maret 1996 dari perusahaan gabungan
beberapa perkebunan telah berubah menjadi PT PerkebunanNusantara VII yang sepenuhnya
tunduk pada Undang-Undang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Artikel Asosiasi Perusahaan telah mengalami beberapa perubahan dan perubahan terhadap
Anggaran Dasar yang terakhir adalah Pernyataan Pemegang Saham Terbatas Perusahaan PT
Perkebunan Nusantara VII No: KPJAK / Hold / AD.NVII / 06/2016; No: SK-47 / MBU / 03/2016
tentang Perubahan Anggaran Dasar yang telah dituangkan melalui Notaris Nanda Fauz Iwan
dalam Akta No: 8 pada tanggal 14 Maret 2016. amandemen tersebut disetujui dan disampaikan
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
No.AHU-0006225.AH.01.02.2016 tanggal 1 April 2016.

Saat ini, wilayah kerja Perusahaan meliputi tiga (3) provinsi yang terdiri dari 5 kecamatan, 9 unit
di provinsi Lampung, 10 unit di provinsi Sumatra Selatan, dan 5 unit di provinsi Bengkulu. Sejak
awal, Perusahaan didirikan untuk mengambil bagian dalam menerapkan dan mendukung kebijakan
dan program pemerintah dalam bidang ekonomi dan Pembangunan Nasional secara umum dan
sub-sektor di perkebunan tertentu. Ini semua bertujuan untuk menjalankan bisnis di bidang
agribisnis dan agroindustri, dan penggunaan sumber daya Perusahaan secara optimal untuk
menghasilkan barang dan / atau jasa yang berkualitas tinggi dan memiliki daya saing yang kuat
untuk mendapatkan / mengejar laba guna meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan melalui
prinsip-prinsip perusahaan perseroan terbatas

Visi, Misi, dan tujuan Perusahaan

Penglihatan
Visi PT Perkebunan Nusantara VII adalah menjadi perusahaan agribisnis yang tangguh dengan
tata kelola yang baik.

Misi
Jalankan penanaman karet, kelapa sawit, teh, dan tebu menggunakan teknologi budidaya dan
pengolahan yang berkelanjutan, berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Hasilkan produksi bahan baku dan selesai untuk industri berkualitas tinggi untuk pasar domestik
dan pasar ekspor.

Mewujudkan daya saing produk yang dihasilkan melalui tata kelola perusahaan yang efektif untuk
menumbuhkan perusahaan.

Mengembangkan perusahaan industri yang terintegrasi dengan bisnis inti (karet, minyak kelapa
sawit, teh dan tebu) menggunakan teknologi terbaru.

Melakukan pengembangan bisnis berdasarkan potensi sumber daya perusahaan.


Menjaga keseimbangan kepentingan para pemangku kepentingan untuk menciptakan lingkungan
bisnis yang kondusif.

Merujuk pada Akta Pendirian Perusahaan, tujuan Perusahaan adalah:

Menerapkan konstruksi dan pengembangan sektor perkebunan agribisnis sebagai prinsip


perusahaan yang sehat, kuat dan berkelanjutan dalam skala ekonomi bisnis

Untuk menjadi perusahaan yang menguntungkan, kaya, dan berkelanjutan, sehingga dapat
mengambil bagian lebih lanjut dalam percepatan pembangunan regional dan nasional

STRUKTUR ORGANISASI

Wilayah Operasional PTPN VII tersebar luas di 3 provinsi yang terdiri dari 5 kabupaten dan 24
unit.

Distrik dipimpin oleh Manajer Umum dan Unit dipimpin oleh Manajer Unit.

Secara struktural, Direksi mengawasi Manajer Umum dan Manajer Unit

Produk yang dihasilkan

1. Kelapa sawit
Total produksi TBS kelapa sawit PTPN VII pada tahun 2013 mencapai 782.483 ton, berasal dari
milik sendiri sebesar 383.637 ton atau 49,0% dan perkebunan pihak plasma / III sebesar 398.845
ton atau 51,0%. Pencapaian produksi pada 2013 mengalami penurunan sebesar 31,8% terhadap
CAPB yang ditargetkan 1.147,207 ton. Untuk realisasi 2012 sebesar 976,558 ton, realisasi total
produksi TBS pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 19,9% atau 194.075 ton

Total produksi minyak sawit PTPN VII pada tahun 2013 mencapai 163.873 ton, berasal dari
perkebunan milik sendiri dengan 83.464 ton atau 50,9% dan perkebunan pihak plasma / III sebesar
80.410 ton atau 49,1%. Pencapaian produksi tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 35,1%
terhadap CAPB yang ditargetkan sebesar 88,475 ton. Untuk realisasi total produksi minyak sawit
pada tahun 2013 mengalami penurunan 19,4% atau 39.393 ton.
Total produksi inti sawit PTPN VII pada tahun 2013 mencapai 40.235 ton, diperoleh dari
perkebunan milik sendiri sebesar 18.662 ton atau 46,4% dan perkebunan pihak plasma / III sebesar
21.573ton atau 53,6%. Pencapaian produksi inti sawit pada tahun 2013 mengalami peningkatan
sebesar 29,9% terhadap CAPB yang ditargetkan sebesar 57,360 ton, dengan realisasi 2012 sebesar
47,453 ton, realisasi total produksi inti sawit pada tahun 2013 menurun sebesar 15,2% atau 7,218
ton .
2. Karet

Total produksi karet PTPN VII pada tahun 2013 mencapai 85.186 ton, berasal dari kebun milik
sendiri sebesar 21.916 ton atau 25,7% dan kebun plasma / pihak ketiga sebesar 63.270 ton atau
74,3%. Pencapaian produksi karet pada 2013 mengalami penurunan sebesar 4,4% terhadap CAPB
yang ditargetkan 89,080 ton. Terhadap realisasi 2012 sebesar 67.963 ton, total realisasi produksi
karet pada 2013 meningkat 25,3% atau 17.223 ton.

3. Tebu

Total produksi tebu PTPN VII pada 2013 mencapai 1.689.669 ton, diperoleh dari tebu sendiri
sebesar 1.152.142 ton atau 68,2%, tebu masyarakat berjumlah 294.684 ton atau 14,4%. Pencapaian
produksi 2013 mengalami penurunan, mencapai 88,8% dari CAPB ditargetkan 1.901.696 ton.
Untuk realisasi 2012 sebesar 1.426.250 ton, realisasi total produksi tebu pada tahun 2013 naik
18,5% atau 263.419 ton.
Total produksi gula PTPN VII pada 2013 mencapai 105,507 ton, berasal dari tebu sendiri 82,349
ton atau 78,1% dan tebu bekas masyarakat sebesar 7,248 ton atau 6,9%. Pencapaian produksi 2013
mengalami penurunan sebesar 16,93% terhadap CAPB 2013 yang ditargetkan sebesar 127.010 ton.
Untuk realisasi 2012 yang mencapai 94.620 ton, realisasi total produksi gula pada tahun 2013 naik
11,51% atau 10,887 ton
Total produksi molase PTPN VII pada tahun 2013 mencapai 80,497 ton, berasal dari perkebunan
milik sendiri 64,522 ton atau 80,2% dan perkebunan pihak plasma / III sebesar 15,975 ton atau
19,8%. Pencapaian produksi 2013 meningkat 24,3% terhadap CABP 2013 yang ditargetkan
64,768 ton. Untuk realisasi 2012 yang sebesar 53.461 ton, realisasi total produksi molase pada
tahun 2013 naik 51,25% atau 27.036 ton.

4. Teh

Realisasi produksi teh segar pada tahun 2013 adalah sebesar 15.500 ton, di bawah CAPB 2013
sebesar 6,040 ton atau 28% dan dibandingkan dengan realisasi 2012 produksi teh mengalami
penurunan sebesar 2,872 ton atau 15,6%.

Penurunan realisasi produksi teh pada tahun 2013 terhadap CAPB terutama disebabkan oleh:
· Penataan ulang area pengambilan untuk meningkatkan kualitas pemotretan manual shoot adalah
58 dan kualitas menembak mesin sedang 47, dan kualitas menembak medium rata-rata adalah 55.

· Pertumbuhan tunas terganggu akibat serangan hama Empoasca dan helopeltis.


Raelisasi teh kering pada tahun 2013 adalah sebesar 3,375 ton, itu di bawah CAPB 2013 sebesar
1,599 ton atau 32,1% dan dibandingkan dengan realisasi 2012 produksi teh mengalami penurunan
sebesar 722 ton atau 17,6%
Produktivitas teh 2013 sebesar 10,779 kg / ha, di bawah CAPB 2013 sebesar 4,200 kg / ha atau
28% dan dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 produktivitas teh mengalami penurunan
sebesar 2,069 kg / ha atau 16,1%
Rantai pasar

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) telah menetapkan saluran


distribusi eksklusif dalam mendistribusikan komoditi teh. Saluran
distribusi eksklusif adalah saluran distribusi yang membatasi
jumlah perantara. Perantara yang melaksanakan saluran distribusi
untuk memasarkan komoditi teh PT Perkebunan Nusantara VII
(Persero) adalah PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPB
Nusantara). Pelaksanaan saluran distribusi eksklusif sudah baik
dan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara sebagai perantara
distribusi telah melaksanakan beragam pertimbangan- pertimbangan
dengan baik.

Pandangan masa depan

Perusahaan agro yang berkantor pusat di Lampung itu menggandeng beberapa


BUMN lain untuk mengoptimalkan fungsi lahan strategis yang dimiliki. Tiga
proyek di antaranya tergolong prestisius yakni Kawasan Wisata Terpadu Teluk
Nipah, dan dua kompleks di Kedaton Bandar Lampung dan Palembang,
Sumatera Selatan dikembangkan untuk perdagangan, hotel, rumah sakit,
dan sport center.

Direktur Utama PTPN VII Muhammad Hanugroho mengatakan, pihaknya


menggandeng PT Pembangunan Perumahan (Persero) dan PT Patra Jasa untuk
membangun resort di lahan seluas 820 hektare milik PTPN VII di Desa Bulok,
Kalianda, Lampung Selatan

Ya, kami punya lahan HGU seluas 820 hektare lebih di Pantai Teluk Nipah,
Kalianda. Kawasan itu masuk roadmap pemerintah sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus dengan konsentrasi wisata. Maka itu, kami gandeng PTPP yang punya
kompetensi konstruksi dan Patra Jasa yang punya spesialisasi
bidang hospitality,” kata Dirut yang akrab disapa Oho tersebut, melalui rilis
yang diterima Bisnis.com, Selasa (28/8/2018).

Hasil analisis studi kelayakan yang dikerjakan konsultan telah diserahkan


kepada pihaknya. Dalam presentasinya, kata Oho, pihak konsultan merancang
satu resort prestisius dengan fasilitas lengkap.

“Saya sudah baca dan lihat visualnya. Bagus sekali. Ini sangat sesuai dengan
pernyataan Pak Gubernur Lampung kemarin pada acara Festival Krakatau,
bahwa Lampung segera menjadi New Bali,” katanya.
Dalam feasibility study, kawasan yang memiliki garis pantai sekira 5 km
dengan area pantai landai berpasir sekira 2 km divisualkan menjadi beberapa
area khusus dengan barbagai wahana. Terdapat tebing terjal dengan posisi
bukit membalkon, ceruk, dan dataran yang saat ini terdapat tanaman karet yang
memungkinkan kawasan itu menjadi one stop holiday.

Tropical Area, konsultan yang melakukan kajian proyek tersebut,


memproyeksikan kawasan itu sebagai kompleks wisata multiminat. Ada all
natural resort, geopark beach, jetty boat, kawasan seni budaya lokal, wahana
lintas alam sungai, area out bond, teater terbuka, observatorium, bahkan area
terbuka untuk acara pernikahan.

“Lahan kami sangat cukup untuk kawasan wisata terpadu ini. Keragaman
kontur, pantai dengan ombak dan pasir sangat bagus, tebing menjorok ke laut,
area perbukitan, ada sungai kecil, dan area datarnya. Kami bisa bikin apa saja,
termasuk mini golf.”

Meskipun hasil kajian sudah ada, Oho menyampaikan konsorsium tiga BUMN
ini belum memutuskan langkah. Salah satu faktor yang harus menjadi
pertimbangan dari hasil kajian adalah karena dana yang dibutuhkan untuk
proyek ini mencapai Rp1 triliun. “Ini harus kami bicara lagi dengan direksi
masing-masing BUMN.”

Namun, dia yakin, meskipun tidak segera dieksekusi, proyek ini sangat visibel
dan prospektif. Sebab, katanya, Lampung memiliki keunggulan komparatif
dari sisi geografis, keindahan alam, dan daya dukung infrastruktur.

“Jakarta sebagai Ibu Kota dan pusat ekonomi membutuhkan kawasan untuk
rehat, dan Lampung sebagai buffer Ibu Kota punya sumber daya itu. Lebih-
lebih, pemerintah pusat terus membangun infrastruktur seperti jalan tol,
dermaga eksekutif di Bakauheni, dan insentif lainnya di Lampung. Ini adalah
masa depan kami dan kita semua.”

Dua proyek lainnya adalah rencana pembangunan kompleks retail, hotel,


rumah sakit dan convention center di emplasemen PTPN VII Jalan Teuku
Umar, Bandar Lampung. Pada proyek ini, PTPN VII bersinergi dengan PT
Wijaya Karya, BUMN bidang konstruksi.

Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Rengganis, Hamid, & Rekan yang
mengerjakan kajian lahan seluas 6,87 hektare itu cenderung cocok untuk hotel
bujet, pasar modern, dan gedung pertemuan.

Kedekatan dengan fasilitas sejenis di sekitar lokasi, masih sangat prospektif


untuk bersaing. Dengan investasi pembangunan senilai Rp383 miliar, hotel
lima lantai dengan 106 kamar, convention center lima lantai, dan gedung toko
retail dengan luas lantai 55.000 meter akan mendapat respons pasar lebih baik.

Hal yang sama juga dirancang untuk lahan PTPN VII Kantor Perwakilan
Sumsel di Jalan Kol. H. Burlian, Palembang. Di lahan seluas 5,14 hektare itu,
konsultan merekomendasikan untuk dibangun hotel bintang tiga, convention
center, retail, sport center, dan gedung parkir.

Dengan investasi biaya pengembangan senilai Rp359,8 miliar, kompleks ini


diperkirakan akan menjadi profit center perusahaan di luar bisnis utamanya

Kesimpulan

PT. (Persero) Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung atau dikenal


sebagai PTPN VII merupakan sebuah BUMN yang bergerak di bidang
perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, dan teh, yang diantaranya
memperoduksi gula pasir yang disesuaikan dengan permintaan dari
para konsumen. PTPN VII tidak hanya bersifat profit oriented,
tujuan perusahaan sesuai akta pendirian perusahaan adalah
melaksanakan pembangunan dan pengembangan agribisnis sector
perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat, dan tumbuh
berkesinambungan dalam skala usaha yang ekonomis, serta menjadi
perusahaan yang berkemampulabaan (profitable), makmur (wealthy)
dan berkelanjutan (sustainable), sehingga dapat berperan lebih
jauh dalam akselerasi pembangunan nasional. Selain melayani
penjualan berupa partai-partai kecil, PTPN VII juga melayani
penjualan dengan partai besar baik yang bersifat lokal maupun
nasional ke beberapa daerah seperti Jakarta, Palembang, Medan dan
berbagai daerah lainnya. Disamping itu, PTPN VII juga memasarkan
produk-produknya ke beberapa wilayah seperti Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Dalam usahanya untuk memasarkan produk-produknya ke
berbagai daerah baik lokal maupun nasional sudah barang tentu PTPN
VII harus bekerjasama dengan para para pedagang. Para pedagang
yang dimaksud disini adalah para pedagang besar, pengecer, dan
para penjual kembali lainnya, membeli suatu produk, memiliki
produk tersebut, serta menjualnya kembali sebagai barang dagangan.

Sumber

https://ekonomi.bisnis.com/read/20180828/99/832350/optimalkan-
aset-ptpn-vii-rancang-diversifikasi-bisnis

http://www.ptpn7.com/displaycontent.aspx?topic=Penghargaan%20Lingk
ungan%20Hidup

http://feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/SALURAN-DISTRIBUSI-KOMODITI-
TEH-PT-PERKEBUNAN-NUSANTARA-VII-PERSERO-BANDAR-LAMPUNG.pdf

Anda mungkin juga menyukai