MAKALAH
SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN
Disusun Oleh:
2019
Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Paper sistem
Informasi Sumber Daya Lahan yang merupakan salah satu syarat penilaian dari
mata kuliah Sistem Informasi Sumber Daya Lahan.
Tujuan dari pembuatan Paper Sistem Informasi Sumber Daya Lahan ini
tiada lain sebagai salah upaya agar kami dapat menambah wawasan serta
pengetahuan tentang bagaimana tanah-tanah terbentuk dan bagaimana
membedakan antara tanah yang satu dengan tanah yang lain. Serta bagaimana
pemanfaatan tanah tersebut bagi dunia pertanian. Kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan paper
ini. Dalam Paper Sistem Informasi Sumber Daya Lahan ini masih terdapat
kekurangan maupun kesalahan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
menunjang paper yang lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih. Semoga paper ini dapat bermanfaat.
Penulis
i Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
Cover .........................................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Daftar Gambar ....................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1. Pengertian Rawa Lebak .......................................................................... 4
2.1.1. Karakteristik Ekologi Lahan Rawa Lebak ...................................... 7
2.1.2. Permasalahan Pada Tanah Rawa Lebak ......................................... 8
2.2. Pengelolaan Lahan Rawa ........................................................................ 9
2.3. Sistem Informasi Sumber Daya Lahan ................................................. 11
2.4. Sistem Informasi Geografis (SIG) ........................................................ 12
2.4.1. Tugas Utama Sistem Informasi Geografis (SIG) .......................... 13
2.4.2. Macam-Macam Data Dalam Sistem Informasi Geografis ............ 14
2.4.3.Manfaat Aplikasi SIG ....................................................... 17
2.4.4. Sumber Data Sistem Informasi Sumberdaya Lahan ..................... 17
2.5. Evaluasi Sumber Daya Lahan Rawa ........................................ 19
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 22
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 22
3.2. Saran ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
1.1.Latar Belakang
Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang
terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran
tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya
dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya (Worosuprojo, 2007). Dengan demikian ada dua kategori utama
sumberdaya lahan, yaitu (1) sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan (2)
sumberdaya lahan yang merupakan hasil aktivitas manusia (budidaya manusia).
Lahan rawa merupakan lahan yang menempati posisi peralihan antara daratan
dan perairan, selalu tergenang sepanjang tahun atau selama kurun waktu tertentu,
genangannya relatif dangkal, dan terbentuk karena drainase yang terhambat.
Lahan rawa dapat dibedakan dari danau, karena genangan danau umumnya lebih
dalam dan tidak bervegetasi kecuali tumbuhan air yang terapung.
Potensi lahan rawa lebak di Sumatera Selatan mempunyai luasan cukup luas
sekitar 2,0 juta ha, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang mana
seluas 79.200 ha di antaranya terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
yang baru diusahakan oleh petani, Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Sudana,
2009).Namun lahan rawa lebak memiliki permasalahan yaitu terdapatnya
kandungan pirit. Pirit adalah mineral berwarna kekuningan dengan kilap logam
yang cerah. Pirit memiliki rumus kimia FeS2 (disulfida besi) dan merupakan
mineral sulfida yang paling umum dijumpai. Pirit bisa terbentuk pada suhu tinggi-
rendah dan keterdapatannya bisa dalam batuan beku, metamorf dan sedimen
walaupun dalam jumlahnya yang sedikit. Apabila tanah marin yang mengandung
pirit direklamasi (misalnya dengan dibukanya saluran-saluran drainase sehingga
air tanah menjadi turun dan lingkungan pirit menjadi terbuka dalam suasana
aerobik) maka akan terjadi oksidasi pirit, yang menghasilkan asam sulfat.
Peningkatan pH karena kondisi tergenang akan menyebabkan reduksi Fe3+
menjadi Fe2+. Oleh karena itu, konsentrasi Fe2+ menjadi sangat meningkat. Pada
konsentrasi Fe2+ yang cukup rendah, misalnya 30–50 ppm (me/liter), sudah dapat
1 Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper sistem informasi sumber daya lahan
yaitu agar dapat mengetahui ada tidaknya kandungan pirit dan bagaimana
pengelolaan untuk lahan yang memiliki kadar pirit,dengan menggunakan sistem
informasi sumber daya lahan serta untuk mengetahui apa itu Sistem Informasi
Geografic dan digitasi pemetaan dengan menggunakan Map.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
7
pemasok utama mineral yang kaya akan basa-basa di lahan rawa Sumatera Selatan
(Hikmatullah et al. 1990).
Universitas Sriwijaya
8
Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan curah hujan
antara 2 000-3 000 mm per tahun dengan 6 - 7 bulan basah (bulan basah = bulan
yang mempunyai curah hujan bulanan >200 mm) atau antara 3 - 4 bulan kering
(bulan kering = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan <100 mm). Bulan
basah berlangsung pada bulan Oktober/Nopember sampai Maret/April, sedangkan
bulan kering berlangsung antara bulan Juli sampai September. Suhu udara pada
kawasan ini berkisar antara 24 - 32ºC dan kelembaban nisbi 80-90%. Pengaruh
iklim sangat kuat pada musin kemarau karena rawa lebak sebagai kawasan
terbuka.
Universitas Sriwijaya
9
pH tanah sedimen bertolak belakang dengan dinamika pirit, pada saat kadar pirit
tinggi maka pH tanah rendah. Secara fisik tanah sedimen yang tereduksi tampak
hitam, karena terdapat senyawa besi Fe2+. Pada kondisi tersebut akumulasi bahan
organik yang berlebihan cenderung sulit terdekomposisi. Fe merupakan unsur
hara esensial yang dapat berada pada konsentrasi toksik pada tanah-tanah asam.
Apabila pirit sampai ke permukaan dan kontak dengan udara maka akan
teroksidasi dan menghasilkan asam sulfat (Shamshuddin et al., 2004). Oksigen
(O2) dan air (H2O) akan mengurai ion Fe2+ pada pirit kemudian membentuk asam
sulfat (SO4) dan terbebasnya ion H+. Asam sulfat mengakibatkan pH di
lingkungan tersebut menjadi sangat rendah (1,9 sampai <3,5) yang mencemari
kualitas air. Pencemaran ini terjadi terutama di daerah saluran buatan manusia
dibandingkan dengan sungai alami. Selain itu, kandungan ion H+ yang terlalu
banyak di dalam tanah dapat merusak struktur mineral dengan mendesak keluar
semua basa-basa tanah yang menjadi nutrisi tanaman seperti (Ca, Mg, K dan Na)
dan terbebasnya ion-ion Al3+ yang bersifat toksis terhadap tanaman (Shahid et al.,
2014).
Universitas Sriwijaya
10
1. Sistem Handil
Sistem handil merupakan sistem yang sudah lama dikembangkan sejak dulu
oleh petani lahan rawa dengan membuat beberapa parit untuk mengalirkan air dari
sungai. Handil juga sering dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi air karena
masih jarang tersedia jalan raya di daerah tersebut. Pemanfaatan saluran pada
handil dapat berfungsi sebagai saluran irigasi pada saat pasang dan saluran
drainase pada saat surut. Sistem ini tidak memerlukan biaya yang mahal dalam
pembuatannya namun hanya dapat dibuat dengan maksimum panjang 4 km agar
air pasang dapat masuk ke area pertanian (Najiyati et al.,2005).
Pada kondisi pasang, air drainasi yang mengandung bahan sulfidik yang
mengarah ke sungai bercampur dengan air pasang dari sungai yang arahnya
berkebalika sehingga senyawa-senyawa tersebut akan terakumulasi di dalam
saluran. Pada kondisi surut, beberapa lokasi yang tidak mendapat suplai air akan
mengalami kekeringan akan tidak adanya suplai air dari sungai.
3. Sistem Garpu
Sistem ini mirip dengan sistem handil yaitu membuat beberapa parit untuk
mengalirkan air dari sungai menuju area pertanian. Saat pasang aliran dari sungai
menuju saluran primer akan diteruskan ke saluran sekunder. Hal ini disebabkan
oleh elevasi muka air di ujung saluran sekunder lebih rendah dari saluran primer.
Saat surut aliran air akan berbalik menuju sungai dengan harapan agar air asam
yang terbawa arus surut dapat keluar dari lahan.
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
fenomena alamiah dan buatan manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi
yang ada di peta merupakan representasi dari obyek di muka bumi. Pemanfaatan
data spasial semakin meningkat setelah adanya teknologi pemetaan digital dan
pemanfaatannya pada Sistem Informasi Geografis (SIG). Format data spasial
dapat berupa vector (polygon, line, points) maupun raster (Ningsih, 2016)
Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa
sumber antara lain :
1. Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta
dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata
angin dan sebagainya.
2. Data Penginderaan Jauh adalah,
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara
berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di
ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita 8 memperoleh berbagai
jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
3. Data Hasil Pengukuran Lapangan adalah,
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan
tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya:
batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan
hutan dan lain-lain.
4. Data GPS (Global Positioning System)adalah,
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi
SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya
teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.Komponen
utama dari analisis spasial ini adalah theme grid. Theme grid adalah layer
geografis yang menampilkan kenampakan objek dalam bentuk segi empat (sel)
pada view. Setiap sel atau piksel menyimpan nilai numerik yang mengekspresikan
informasi geografis yang diwakili. Tergantung dari informasi yang diwakili, nilai
Universitas Sriwijaya
16
theme grid dapat berupa bilangan bulat (integer) atau tidak (floating). Theme grid
yang menyimpan nilai integer dapat di-link dengan tabel. Sel yang mempunyai
nilai sama akan memiliki nilai atribut yang sama.
Perbedaan antara objek shapefile (feature) yang berbasis vektor dan grid yang
berbasis raster.
2. (B)
Gambar 1. Feature Gambar 2. Grid
Hasil desain basis data spasial memberikan arah-an tentang data-data apa saja
yang perlu dikumpulkan dan ke mana data itu seharusnya dicari. Instansi-instansi
tertentu telah didirikan yang bertugas untuk penyedia data. Peta-peta itu
selanjutnya dibedakan berdasarkan areal kajian dan skala dan seiring waktu
jumlahnya cenderung terus bertambah.(Sulaeman, 2015)
5. Data Atribut
Data atribut merupakan data yang mempresentasikan aspek-aspek
deskripsi/penjelasan dari suatu fenomena di permukaan bumi dalam bentuk kata-
kata, angka, atau tabel. Data atribut berfungsi untuk menggambarkan gejala
topografi karena memiliki aspek deskriptif dan kualitatif. Oleh karena itu, data
atribut sangat penting dalam menjelaskan seluruh objek geografi. Contohnya,
atribut kualitas tanah terdiri atas status kepemilikian lahan, luas lahan, tingkat
kesuburan tanah dan kandungan mineral dalam tanah. Data atribut bisa berupa
Universitas Sriwijaya
17
data kuantitatif (angka) seperti data jumlah penduduk dan dapat berupa data
kualitatif (mutu) seperti data tingkat kesuburan tanah.
Universitas Sriwijaya
18
input data merupakan pekerjaan yang paling banyak memakan waktu dan biaya.
Bernhardsen (1992) dan Demers (1997) memperkirakan sekitar 60 – 80 % waktu
dan biaya membangun SISL digunakan untuk mengumpulkan data dan input data.
Weir (1991) menguraikan beberapa sumber data dan cara input data SIG sebagai
berikut.
a. Peta
Peta-peta yang telah ada baik itu peta dasar ataupun peta tematik dapat
digunakan sebagai sumber data dalam SIG. Peta dalam bentuk visual harus
dikonversi ke dalam bentuk digital baik melalui proses digitasi ataupun scanning.
Digitasi peta akan menghasilkan data grafis berformat vektor, sedangkan scanning
peta menghasilkan data grafis berformat raster.
Universitas Sriwijaya
19
c. Survey lapang
Data hasil survei lapang yang dilengkapi dengan koordinat geografis dapat
digunakan sebagai inputan data SIG. Misalnya dengan menggunakan GPS (Global
Position System) dapat diketahui posisi geografis dari berbagai objek seperti
stasiun curah hujan, lokasi pengambilan sampel (air, tanah, tanaman, dll.) di
lapangan, dan sebagainya.
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang dapat diberikan yaitu:
1. Sistem informasi geografis adalah suatu sistem informasi yang berbasis
komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki
informasi spasial (bereferensi keruangan).
2. Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan untuk menggabungkan data,
mengatur data dan melakukan analisis data.
3. Lahan rawa lebak termasuk ekologi lahan basah (wetland) yang dicirikan oleh
suasana genangan dalam waktu yang panjang,bentuk wilayah yang menyerupai
cekungan dengan dasar yang luas dengan drainase yang jelek.
4. Pengelolaan air pada lahan lebak dangkal dan tengahan dapat dikembangkan
melalui pembuatan saluran air di dalam petakan lahan
5. Sumber daya lahan adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia sumber daya lahan diperlukan dalam setiap
kegiatan manusia
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam pembuatan paper ini yaitu semoga
tulisan ini dapat menginspirasi orang-orang untuk lebih belajar memahami Sistem
Informasi Geografis (SIG).
22 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi dan I. Las. 2006. Inovasi teknologi pengembangan pertanian lahan rawa
lebak. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Terpadu, Banjarbaru,
28-29 Juli 2006. hlm. 21-36.
Djafar, Z.R. 1992. Potensi Lahan Lebak untuk Pencapaian dan Pelestarian
Swasembada Pangan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan
Potensi Lahan Rawa untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada
Pangan, Palembang 23-24 Oktober 1991.
23 Universitas Sriwijaya
24
Sudana, W. (2009) “Potensi dan prospek lahan rawa sebagai sumber produksi
pertanian,” hal. 141–151.
Waluyo, S. dan S. (2008) “Fluktuasi Genangan Air Lahan Rawa Lebak Dan
Manfaatnya Bagi Bidang Pertanian Di Ogan Komering Ilir,” 3(2), hal. 57–
66.