Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


“MANFAAT SIG DIBIDANG PERTANIAN”

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Verona Putri Essla (H0219100)
2. Cahyaning Puspita Ati (H0219021)
3. Melly Nandaresta (H021065)
4. Sinta Bella (N0121332)
5. Dera Elena Novela (N0121367)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2021

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Manfaat SIG
dibidang Pertanian" dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Pelajaran Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang apa saja manfaat dari Sistem Informasi
Geografis (SIG).Serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, november 2021

Penulis

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 2


DAFTAR ISI
Halaman
Cover.....................................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4-5
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................5
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Mengelolah sistem irigasi ........................................................................6-8
2.2 Pemantauan Proses Pertumbuhan Pada Tanaman Pertanian....................8-9
2.3 SIG Untuk Memantau Keruskan Lahan Pertanian ................................9-12
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................13
3.2 Saran ........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi pemetaan
berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil
kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis
atau data geospatial. Informasi geografis terdiri dari data mengenai permukaan,
bawah permukaan, dan atmosfer bumi, interpretasi dan penjelasan yang berkenaan
dengan data-data tersebut, dan kerangka organisasi mengenai pemahaman
informasi. Tahapan SIG tediri dari pemasukan data, analisis data, dan tampilan
data. Elemen SIG terdiri dari data, teknologin informasi , standar, sumber daya
manusia, dan organisasi. Hasil akhir dari proses GIS diwujudkan dalam peta atau
grafik berupa informaasi spasial dan non-spasial, yaitu menyajikan jawaban
“dimana” dan “apa”.
Aplikasi SIG dapat diterapkan pada berbagai bidang antara lain
pengelolaan sumberdaya alam, perencanaan wilayah dan tata kota, pengelolaan
fasilitas dan infrastruktur, transportasi, produksi dan logistik, pemasaran dan
fungsi bisnis lainnya. Kehandalan sistem informasi geografis adalah
kemampuannya dalam melakukan analisis spasial. Tujuan dari sistem informasi
geografi adalah untuk menyajikan informasi geografis menjadi suatu sistem yang
sistematik dan terstruktur melalui fungsi dan alat bantu penyajian (visualisasi),
query, aljabar peta (map algebra), simulasi dan sebagainya menjadi suatu
informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
SIG dalam pertanian mutlak diperlukan untuk perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya alam bagi pengembangan komoditas pertanian dan
upaya peningkatan sumber daya lahan untuk pertanian secara berkelanjutan.
Informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan pertanian yaitu data
spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang memberikan informasi penting
tentang distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, factor pembatas, dan alternatif
teknologi yang dapat diterapkan. Penginderaan jauh citra satelit dan SIG
merupakan teknologi spasial yang berguna dalam perencanaan pertanian. Manfaat
SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk pertanian yaitu sebagai perencanaan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 4


pengelola produksi tanaman, untuk mengelola system irigasi, dan memantai
kerusakan lahan.
Sistem SIG belum umum digunakan dibidang pertanian akan tetapi
bukan tidak mungkin untuk menerapkan SIG dibidang pertanian akan semakin
sering digunakan. SIG (Sistem Informasi Geografis) bukan hanya suatu software
namun memilik peran yang penting untuk keseluruhan dari pekerjaan managemen
pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun
menjadi database, perencanaan system dan lain-lain, sehingga bisa dikatakan
merupakan perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang
terintegrasi. Sistem Informasi Geografis (SIG) senantiasa mampu mengurangi
permasalahaan lahan baik fisik maupun social dan mengambil keputusan
managerial yang tepat di perkebunan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Makalah SIG dalam Bidang Pertanian adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara SIG dalam mengelolala system irigasi pertanian?
2. Bagaimana cara SIG dalam pemantauan proses pertumbuhan pada
tanaman pertanian?
3. Bagaimana cara SIG dalam pemantauan kerusakan lahan pertanian?

1.3 Tujuan
Tujuan dari Makalah SIG dalam Bidang Pertanian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara SIG dalam mengelolala system irigasi pertanian
2. Untuk mengetahui cara SIG dalam pemantauan proses pertumbuhan pada
tanaman pertanian
3. Untuk mengetahui cara SIG dalam pemantauan kerusakan lahan pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 5


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengelola Sistem Irigasi
SIG adalah suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan
untuk memproses data spasial yang ber-geoferensi (berupa detail, fakta, kondisi,
dsb) yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan persoalan
serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG di bidang pertanian salah
satunya adalah untuk pemetaan jaringan irigasi. Irigasi adalah usaha penyediaan,
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa,
dan irigasi tambak. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi,
manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
Jarigan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya, yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Pada penelitian Oktavianti et al., (2014), SIG digunakan untuk
pembuatan pemetaan jaringan irigasi di daerah Jawa Barat. Hal pertama yang
dilakukan yaitu pengumpulan data. Jenis data yang akan digunakan adalah data
sekunder yang bersumber dari dokumen resmi dari instansi terkait dan data
primer hasil wawancara dan pengukuran lapangan. Data primer diperoleh dari
hasil Penelusuran jaringan irigasi di lapangan menggunakan GPS, serta
wawancara dengan petani (P3A) setempat. Data sekunder yang diperlukan
berupa data dan peta yang berkaitan dengan jaringan irigasi tersier dari instansi
pusat (Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum), Instansi
Provinsi (Dinas Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum), Instansi Pemerintah
Kabupaten/Kota (Dinas yang menangani urusan pertanian dan dinas yang
menangani urusan irigasi).
Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Pengolahan data disini
adalah proses mengolah data, agar data yang ada siap digunakan dalam
pengerjaan pembuatan Pemetaan Jaringan Irigasi berbasis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Pengolahan data meliputi pengolahan data spasial, pengolahan data
hasil wawancara, serta analisis data. Setelah data diolah dan dapat didtentukan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 6


kondisi saluran irigasinya, maka dilanjutkan dengan transfer data. Dalam SIG,
data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format yaitu vektor dan
raster.Dalam data format vektor, bumi kita direpresentasikan sebagai suatu mosaik
darigaris (arc/line), polygon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal
danberakhir pada titikyang sama), titik/point (node yang mempunyai label),
dannodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).Keuntungan utama
dari format data vektor adalah ketepatan dalammerepresentasikan fitur titik,
batasan dan garis lurus.Hal ini sangat bergunauntuk analisa yang membutuhkan
ketepatan posisi, misalnya pada basisdatabatas-batas kadaster.Contoh penggunaan
lainnya adalah untuk mendefinisikanhubungan spasial dari beberapa fitur.
Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam
mengakomodasi perubahan gradual.
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang
dihasilkan darisistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis
direpresentasikansebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture
element). Pada dataraster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-
nya. Dengan katalain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di
permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran
permukaan bumi yangdirepresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya.
Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara
gradual, sepertijenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dsb.
Keterbatasan utamadari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi
resolusi grid- nyasemakin besar pula ukuran filenya.
Langkah berikutnya yaitu sistem tampilan data. Data spasial disajikan
dengan konsep layer data dan atribut, yaitu representasi data spasial menjadi
sekumpulan peta tematik yang berdiri sendiri-sendiri sesuaidengan tema masing-
masing, tetapi terikat dalam suatu kesamaan lokasi. Keuntungan dari konsep data
layer adalah mudahnya proses penelusuran dan analisa spasial serta efisiensi
pengelolaan data. Terakhir yaitu menganalisis data. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Oktavianti et al., (2014), daerah irigasi yang berada di Provinsi Jawa
Barat dari total 27 kabupaten/kota sebanyak 16 kabupaten/kota yang berhasil
diamati, dari sebanyak 855 daerah irigasi yang menyebar di kabupaten/kota di

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 7


Jawa Barat sebanyak sebanyak 151 daerah irigasi (18%) dalam kondisi sangat
baik, 157 daerah irigasi (18%) kondisi baik, 256 daerah irigasi (30%) kondisi
kurang dan sisanya 291 daerah irigasi (34%) dalam kondisi sangat kurang.
2.2 Pemantauan Proses Pertumbuhan pada tanaman Pertanian
Aplikasi GIS di bidang pertanian sangat dibutuhkan guna mendapatkan
hasil produksi yang maksimal dan memuaskan. Aspek – aspek yang biasanya
menggunakan aplikasi GIS adalah pada bagian pemetaan atau peletakan
komoditas yang sesuai dengan keadaan lahan pertanian tersebut.Peningkatan
produksi dengan masukan bahan kimia yang rendah, seperti pemupukan, sangat
diperlukan karena sejak tahun 1980 kegiatan pertanian untuk produksi pangan
yang tidak terkontrol menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Sebagai contoh
aplikasi pupuk nitrogen dan fosfor yang berlebihan menjadi penyebab terjadinya
pemanasan global dan hujan asam.
Modeling produksi tanaman merupakan salah satu contoh aplikasi SIG di
bidangpertanian . Permodelan dengan menggunakan SIG menawarkan suatu
mekanismeyang mengintegrasikan berbagai jenis data (biofisik) yang
dikembangkan ataudigunakan dalam penelitian pertanian. Monitoring kondisi
tanaman pertanian sepanjang musim tanaman serta prediksi potensi hasil panen
berperan penting dalammenganalisis produksi musiman. Informasi hasil panen
yang akurat dan terkini sangatdibutuhkan oleh departemen pertanian berbagai
negara.Aplikasi GIS juga sangat membantu dalam memantau keadaan – keadaan
di sekitar wilayah pertanian tersebut, misalnya dalam mengetahui wilayah –
wilayah yang terserang hama atau penyakit, wilayah – wilayah yang telah siap
diproduksi Pemantauan ini dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
aplikasi dengan sistem monitoring.
Pemantauan yang dilakukan dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis
mempermudah kita untuk mengawasi suatu wilayah budidaya pertanian. Dengan
adanya aplikasi ini semua perubahan yang terjadi dapat di ketahui sehingga dapat
segera ditangani jika terjadi suatu masalah. Pemantauan tersebut juga dapat
langsung terekam dan tersimpan pada database yang dibuat untuk arsip pelaporan
keadaan suatu wilayah budidaya pertanian.

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 8


GIS membantu neginventarisasi data – data lahan perkebunan tebu
menjadi lebih cepat dianalisis, seperti pada proses pembibitan, proses penanaman
yang dapat dikelola oleh pengelola kebun. Sebagai contoh dengan penggunaan
aplikasi GIS kita dapat mengetahui keadaantanaman, parameter tanah, informasi
mengenai lingkungan tumbuh di lapang,mendeteksi pertumbuhan tanaman, kadar
air tanah dan tanaman, hama dan penyakittanaman, pemetaan sumber daya,
irigasi, mengetahui kebutuhan pupuk, menentukanposisi lahan, monitoring
lingkungan, dan lain sebagainya. GIS juga dapat digunakanuntuk membuat peta
persebaran tanaman pangan dalam suatu wilayah, petapersebaran komoditi
hortikultura, jenis tanah, dan lain sebagainya.
2.3 SIG untuk memantau kerusakan lahan pertanian

Degradasi lahan adalah suatu penurunan kualitas lahan yang


menyebabkan lahan tersebut kehilangan fungsi optimal lahan tersebut. Degradasi
lahan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kemiringan lereng yang terjal,
tanah yang rusak dan kondisi tutupan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi
lahan, dam eksploitasi lahan pertanian. Degradasi lahan dapat diidentifikasi
menggunakan penginderaan jauh.
Aplikasi penginderaan jauh yang banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia, salah satu pemanfaatannya adalah untuk menganalisis
masalah lingkungan khususnya lingkungan pertanian. Permasalahan lingkungan
pertanian yang muncul, salah satunya adalah degradasi lahan yang dapat
mengakibatkan terjadinya erosi tanah. Menurut Wahyunti dan Ai (2014),
penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh parameter penyebab
degradasi lahan seperti tekstur tanah, kemiringan, erosi dan teknik konservasi
mekanik.
Pemanfaatan SIG dalam memantau kerusakan lahan pertanian, yaitu
diawali dengan pemotongan citra, lalu dilakukan koreksi geometrik, kemudian
akan digunakan untuk mengintrepretasi parameter penyebab degradasi lahan.
Parameter yang diinterpretasi adalah teknik konservasi mekanik yang
diinterpretasi dengan menggunakan citra Pleiades. Teknik konservasi mekanik
memiliki kode satuan lahan yang berbeda-beda. Teknik konservasi mekanik pada
areal penggunaan lain diberi symbol (M0), dilakukan teras bangku ditanami non

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 9


hortikultura (M1), tidak dilakukan teras bangku ditanami tanaman hortikultura
(M2), dilakukan guludan ditanami nin hortikultura (M3), dilakukan guludan
ditanami hortikultura (M4), teras datar non hortikultura (M5), tidak dilakukan
teras bangku tidak ditanami tanaman hortikultura (M6), tidak dilakukan guludan
tidak ditanami tanaman hortikultura (M7), dilakukan teras bangku ditanami
hortikultura (M8), dan tidak dilakukan guludan ditanami tanaman hortikultura
(M9).
Parameter yang selanjutnya digunakan adalah tekstur tanah. Tekstur
tanah ini didapatkan dari interpretasi bentuklahan yang ada dari citra
penginderaan jauh yaitu citra SPOT 7. Kode satuan lahan pada tekstur tanah yaitu
sangat ringan dengan skor T1 (tanah berstektir kaasar, meliputi tekstur bergeluh
dan berpasir), kelas ringan dengan skor T2 (tanah berstektur agak kasar, meliputi
tekstur geluh berpasir halus dan geluh berpasir sangat halus), kelas sedang dengan
skor T3 (tanah berstekstur sedang, meliputi fase geluh, geluh berdebu, dan debu),
kelas berat dengan skor T4 (tanah berstekstur agak halus, meliputi tekstur
lempung berpasir, geluh berlempung, dan geluh lempung berdebu), dan kelas
sangat berat dengan skor T5 (tanah berstekstur halus, meliputi tekstur lempung
berpasir, lempung berdebu, dan lempung).
Parameter selanjutnya adalah Kemiringan lereng. Kemiringan lereng
didapatkan dari kontur yang terdapat pada peta RBI skala 1:25.000. Lahan dengan
kemiringan 0-8% termasuk datar dan diberi symbol L1, lahan dengan kemiringan
>8-15%, termasuk landai dan diberi simbol L2, lahan dengan kemiringan >15-25
termasuk agak curam dan diberi symbol L3, lahan dengan kemiringan >25-45
termasuk curam dan diberi simbol L4, serta lahan dengan kemiringan >45% maka
termasuk lahan dengan kemiringan sangat curam dan diberi simbol L5.
Parameter selanjuntya yang dilakukan interpretasi adalah dengan melihat
erosi. Erosi didapatkan dengan cara menggunakan pendekatan satuan lahan dari
parameter-parameter lainnya yang sudah didapatkan sebelumnya. Langkah
selanjutnya adalah melakukan overlay guna membuat peta satuan lahan. Satuan
lahan kemudian diberi harkat dan didapatkan skor total. Satuan lahan yang sudah
mempunyai skor total kemudian akan dikelaskan untuk menentukan tingkat
kekritisan pada satuan lahan. Degradasi lahan dengan skor total 18-20 (tingkat

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 10


kerusakan tinggi), 15-17 (tingkat kerusakan agak tinggi), 12-14 (tingkat
kerusakan sedang), 9-11 (tingkat kerusakan agak rendah), dan 5-8 (tingkat
kerusakan rendah). Setelah mengetahui tingkat kerusakan pada degradasi lahan,
selanjutnya adalah membuat peta degradasi lahan..
Penanganan degradasi lahan dapat diketahui setelah penentuan dan
pemetaan degradasi lahan. Adanya peta degradasi lahan tersebut dapat membantu
mengetahui tingkat kerusakan lahan yang disebabkan oleh degradasi lahan
pertanian. Hasil pemetaan dengan SIG menunjukkan luasnya wilayah sesuai
tingkat kerusakan lahan pertanian akibat degradasi lahan. Petani dapat mengetahui
langkah konservasi ataupun penanganan sesuai tingkat kerusakan akibat degradasi
tersebut, sehingga degradasi lahan dapat diminimalisir.
Lahan yang tergolong terdegradasi ringan, masih mampu berproduksi
untuk usaha pertanian. Kelemahannhya, lahan yang terdegradasi ringan yaitu
hasilnya kurang sesuai dengan masukan yang diberikan. Menurut Ardha dan Sigit
(2016), upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mencegah
terjadinya erosi yang berkelanjutan, terutama di daerah lahan usahatani, yaitu
dengan mrlakukan pengelolaan tanah yang baik, antara lain adanya tanaman
penguat teras yang toleran terhadap iklim setempat dan ditanami mengikuti garis
kontur, pengembalian sisa-sisa tanaman dan pemupukan.
Lahan yang tergolong terdegradasi sedang, umumnya terdapat pada
daerah dengan bentuk wilayah bergelombang, berbukit dan bergunung. Lahan
dengan tingkat degradasi sedang merupakan lahan yang tidak produktif untuk
usaha pengembangan pertanian tanaman pangan semusim. Hal itu disebabkan
karena rendahnya ketersediaan unsur hara, terutama pada lahan yang berlereng
curam dan mempunyai potensi longsor. Lahan dengan tingkat degrasai sedang
perlu segera dilakukan usaha konservasi (reboisasi), melalui usaha penghijauan
atau penanaman tanaman tahunan yang toleran terhadap kondisi iklim setempat,
dimana fungsi utamanya adalah sebagai penahan erosi dan menghindari terjadinya
longsoran.
Lahan yang tergolong terdegradasi berat, biasanya terdapat di daerah
perbukitan atau pegunungan. Pada lahan yang terdegradasi berat, terdapat banyak
batuan kukuh muncul di permukaan tanah, yang mengindikasikan lapisan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 11


tanahnya sudah dangkal. Vegetasi dan penggunaan lahan umumnya berupa semak,
rerumputan, bahkan sebagian gundul atau singkapan batuan (rock outcrops). Jenis
vegetasi ini mudah terbakar pada musim kering dan dapat mempercepat kerusakan
lahan. Tingkat torehan berat sampai sangat berat. Lahan yang terdegradasi berat,
sudah tidak produktif lagi, dan biasanya dijadikan hutan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 12


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu :
1. Hal pertama yang dilakukan dalam pemetaan jaringan irigasi yaitu
pengumpulan data.Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data,Pengolahan data
meliputi pengolahan data spasial, pengolahan data hasil wawancara, serta
analisis data. Setelah data diolah dan dapat didtentukan kondisi saluran
irigasinya, maka dilanjutkan dengan transfer data.
2. Aplikasi GIS sangat membantu dalam memantau keadaan – keadaan di sekitar
wilayah pertanian,misalnya dalam mengetahui wilayah – wilayah yang
terserang hama atau penyakit, wilayah – wilayah yang telah siap diproduksi
Pemantauan ini dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan aplikasi
dengan sistem monitoring.
3. Pemanfaatan SIG dalam memantau kerusakan lahan pertanian, diawali dengan
pemotongan citra, lalu dilakukan koreksi geometrik, kemudian akan digunakan
untuk mengintrepretasi parameter penyebab degradasi lahan. Parameter yang
diinterpretasi adalah teknik konservasi mekanik yang diinterpretasi dengan
menggunakan citra Pleiades.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 13


DAFTAR PUSTAKA
Ardha, M., Sigit, H.M.B.S. 2016. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Identifikasi
Degradasi Lahan akibat Pertanian Hortikultura di sebagian Kecamatan
Garung. Jurnal Bumi Indonesia. Vol. 5(2): 1-10.
Oktavianti, Subari, Elma, Y. 2014. Pemetaan jaringan irigasi daerah Jawa
Barat berbasis sistem informasi geografis (SIG). Jurnal Bentang.
2(1): 53-65.
Wahyunto., Ai, Dariah. 2014. Kondisi Existing, Karakteristik, dan Penyeragaman
Definisi Mendukung Gerakan Menuju Satu Peta. Jurnal Sumberdaya
Lahan. Vol. 8(2): 81-93

Universitas Sebelas Maret Surakarta Page 14

Anda mungkin juga menyukai