Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PUPUK HAYATI

Disusun Oleh :
Nama : Melly Nandaresta
NIM : H0219065
Coass : Okta Loveana

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Teknologi Pupuk Hayati ini disusun guna melengkapi


tugas mata kuliah Teknologi Pupuk Hayati yang telah diketahui dan disahkan oleh
Co-Asisten dan Dosen Teknologi Pupuk Hayati.

Hari :

Tanggal :

Disusun Oleh :

Nama : Melly Nandaresta


NIM : H0219065
Program Studi : Ilmu Tanah

Mengetahui,

Dosen Pengampu Praktikum Co-Asisten


Teknologi Pupuk Hayati

Prof. Dr. Ir. Sudadi, MP Okta Loveana


NIP. 196203071990101001 NIM. H0218045

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Laporan Praktikum Teknologi Pupuk Hayati ini. Laporan Praktikum
Teknologi Pupuk Hayati disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Pupuk Hayati. Penulis menyadari bantuan dari berbagai pihak yang telah
mendukung dan membimbing dalam penyusunan laporan ini hingga selesai. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Kepala Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Dosen Teknologi Pupuk Hayati yang telah membimbing dan mengarahkan
kami dalam kuliah.
4. Segenap Co-Assisten yang telah membimbing kami baik dalam praktikum
maupun dalam penyusunan laporan ini.
5. Orang tua yang telah mendukung terselesaikannya laporan ini.
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis
harapkan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2022

Penulis

iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan Praktikum....................................................................................2
C. Manfaat Praktikum..................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
A. Pupuk Hayati...........................................................................................3
B. Inokulum Bakteri.....................................................................................4
C. Bakteri Penambat Nitrogen (BPN)..........................................................5
D. Bakteri Pelarut Fosfat (BPF)...................................................................6
E. Bakteri Pelarut Kalium (BPK) ...............................................................8
F. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) ...................................9
III. METODOLOGI PRAKTIKUM...............................................................11
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................11
B. Alat dan Bahan........................................................................................11
C. Cara Kerja...............................................................................................13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................15
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................19
B. Saran ......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Isolat Bakteri BPN......................16

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Label Kemasan Produk Pupuk Hayati......................................18


Gambar 4.2 Produk Pupuk Hayati Bakteri Penambar Nitrogen...................18

vii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyusutan kesuburan tanah pada lahan pertanian sering terjadi akibat
dari hilangnya hata dari tanah karena perlindian, aliran permukaan air, dan
panen hara. Pemupukan menjadi solusi untuk menjaga kesuburan tanah
tersabut. Petani menggunakan pupuk organik dan anorganik dengan
mengkombinasikannya. Penggunaan pupuk anorganik secara jangka panjang
justru tidak baik karena dapat mendegradasi tanah. Tanah yang miskin bahan
organik akan berkurang kemampuannya dalam menyangga pupuk sehingga
pupuk sulit dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan yang membuat tanah
mengandung unsur hara yang tidak tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati yang
berasal dari mikroorganisme dapat dimanfaatan agar unsur hara kembali
tersedia bagi tanaman.
Pupuk hayati adalah substansi yang mengandung mikroorganisme
hidup yang ketika diaplikasikan pada benih permukaan tanaman atau tanah
dapat memacu pertumbuhan tanaman. Keberadaan pupuk hayati berperan
untuk penyedia nutrisi utama dan perbaikan sifat tanah. Pemberian pupuk
hayati dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman, hal ini karena
pupuk hayati mengandung Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
hidup. Pupuk hayati sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang
berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara
dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat
berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh
cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat,
maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan
hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Pupuk
hayati telah lama ada namun keberadaannya harus terus dikembangkan dan
disempurnakan melalui teknologi yang sudah ada. Teknologi produksi pupuk
hayati telah berkembang semakin maju sejalan dengan perkembangan
penelitiannya.

1
2
3

B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya Praktikum Teknologi Pupuk Hayati ini di
antaranya:
1. Mempelajari isolasi mikroba dari bahan IMO (Indigenous
Microorganism) ke dalam petri yang berisi media spesifik.
2. Mempelajari pertumbuhan bakteri berupa morfologi bakteri dan jumlah
koloni.
3. Mempelajari perbanyakan biakan bakteri.
4. Mempelajari pencampuran inokulum pada karier.

C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari dilakukannya Praktikum Teknologi Pupuk Hayati ini di
antaranya:
1. Bagi mahasiswa adalah mampu membuat pupuk hayati.
2. Bagi fakultas adalah mengenalkan nama fakultas kepada masyarakat
luas.
3. Bagi masyarakat adalah memberikan informasi mengenai pembuatan
pupuk hayati.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Hayati
Pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke
dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau
menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Pupuk hayati (biofertilizer)
berfungsi memperbaiki biologi tanah, mengurangi penggunaan pupuk
anorganik, dan ramah lingkungan. Penggunaan pupuk hayati tidak dapat
menggantikan pupuk anorganik, tetapi dapat mengurangi takarannya karena
kecukupan hara bagi tanaman bergantung pada tingkat kesuburan asli tanah
atau inherent soil fertility status. Pupuk hayati memiliki keunggulan yaitu
meningkatkan keanekaragaman dan aktivitas populasi mikroba tanah,
memperbaiki struktur tanah, sebagai sumber hara, meningkatkan hasil
tanaman, dan meningkatkan serapan hara oleh tanaman (Villa, 2021).
Pupuk hayati dengan beragam jenis telah banyak beredar di pasaran,
sehingga dapat ditemukan oleh petani dengan mudah. Pupuk hayati juga
menjadi solusi untuk pemupukan yang ramah lingkuangan. Kandungan
mikroorganisme dalam pupuk hayati dapat meningkatkan jumlah pengikat
nitrogen bebas oleh bakteri artinya bakteri mampu memproduksi pupuk
sendiri didalam tanah, meningkatkan proses biokimia didalam tanah sehingga
unsur P dan K tersedia dalam jumlah yang cukup kebutuhan nutrisi dan
mudah diserap oleh tanaman. Manfaat pupuk hayati juga sangat bagus dan
menguntungkan seperti dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih
gembur, sehingga memudahkan akar tanaman menembus dalam tanah, dapat
membantu penyediaan hara bagi tanaman secara teratur dan seimbang
(Yunidawati et al., 2021)
Mikroba yang dapat dijadikan pupuk hayati salah satunya adalah
mikroba pelarut fosfat. Inokulasi bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan
fosfor tersedia dan biomassa tanaman cabai dan jagung serta memeperbaiki
sifat kimia tanah yaitu meningkatkan C-organik dan KTK tanah. bakteri
pelarut fosfat ditemukan dapat membantu pertumbuhan tanaman dengan

4
5

merangsang efisiensi fiksasi nitrogen biologis, mensintesis fitohormon dan


meningkatkan ketersediaan Zn dan Fe. MPF dapat digunakan untuk berbagai
tanaman dan tidak spesifik inang, oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
penggunaan pupuk hayati pelarut fosfat menjanjikan untuk meningkatkan
produksi hasil pertanian serta lebih ramah lingkungan (Desika et al., 2022)
B. Inokulum Bakteri
Inokulum adalah bahan berisi mikroba yang diberikan ke dalam bahan
baku kompos agar proses pengomposan menjadi lebih cepat. Bentuk
inokulum biasanya berupa cairan, tetapi beberapa diantaranya berbentuk
padar. Kompos yang telah matang dapat dijadikan inokulum unttuk proses
pengomposan berikutnya. Pengolahan air limbah juga bisa memproduksi
mikroba yang bisa dijadikan inokulum (Djaja, 2008)
Pemanfaatan bakteri dari larva BSF sebagai agensia hayati untuk
mengendalikan jamur Rhizoctonia solani penyebab penyakit hawar pelepah
daun padi belum pernah dilakukan. Penyakit penting tanaman padi ini
menyerang ketika padi mulai membentuk anakan (30 hst) hingga menjelang
panen (100 hst) dengan intensitas kerusakan mencapai 82,00%. Sumber
inokulum tersedia di lahan pertanian sepanjang musim sehingga pathogen ini
sulit dikendalikan. Terlebih R. solani memiliki inang yang luas seperti
kacang-kacangan dan jagung, serta inang alternatif seperti rumput-rumputan.
Seleksi bakteri yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan R.
solani dilakukan dengan uji antagonis menggunakan metode yaitu meletakkan
inokulum jamur dengan goresan bakteri pada jarak 3 cm pada medium PDA.
Pengamatan zona hambat bakteri terhadap jamur dilakukan setelah inkubasi
selama empat hari (Leana et al., 2021)
Mikroorganisme sebagai agen pengendali hayati dapat meminimalkan
penggunaan pestisida kimia, aman bagi manusia, musuh alami, dan
lingkungan. Pupuk berdasarkan kelompok mikroorganisme yang
dikandungnya yaitu pupuk hayati yang mengandung bakteri penambat
nitrogen (NFB: nitrogen fixing bacteria), pupuk hayati fosfor (phosphorus
biofertilizers) yang terdiri dari PSB (phosphorus solubilizing bacteria) dan
6

PMB (phosphorus mobilizing bacteria), pupuk hayati pemacu pertumbuhan


tanaman (PGPB: plant growth promoting biofertilizers), pupuk hayati kalium
(potassium biofertilizers), pupuk hayati pelarut zinc (ZSB: zinc solubilizing
biofertilizers), pupuk hayati pengoksidasi sulfur (SOB: sulfur oxidizing
biofertilizers), dan pupuk hayati pelarut silika (SSB: silicate solubilizing
biofertilizers). Formulasi inokulan adalah proses multilangkah penting yang
harus menghasilkan satu atau beberapa galur mikroorganisme yang termasuk
dalam pembawa yang sesuai. Upaya menyediakan lingkungan (medium) yang
aman untuk mikroorganisme dari kondisi yang sering kali sulit selama
penyimpanan dan memastikan kelangsungan hidup dan pembentukan setelah
dimasukkan ke dalam tanah juga menjadi tantangan ke depannya (Hidayat et
al., 2022)
C. Bakteri Penambat Nitrogen (BPN)
Nitrogen merupakan unsur yang penting bagi 2 makhluk hidup,
khususnya tanaman. Unsur nitrogen termasuk salah satu komponen penyusun
protein dan berperan dalam proses fotosintesis. Kandungan nitrogen di
atmosfer sangat melimpah yaitu sekitar 78%, tetapi nitrogen tersebut dalam
bentuk molekul yang sebagian besar tidak reaktif, sehingga tidak dapat
diserap langsung oleh tanaman, oleh karena itu, perlu transformasi nitrogen di
udara menjadi bentuk molekul yang dapat diserap tanaman. Nitrogen hanya
dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) atau ion nitrat
(NO3). Gas dinitrogen dari atmosfer diubah menjadi amonia (NH3), kemudian
difiksasi di dalam tanah melalui 3 proses fiksasi. Fiksasi nitrogen secara
biologis bergantung pada serangkaian proses oleh bakteri dengan cara
mengubah N2 menjadi bentuk anorganik yang emudian diserap tanaman.
Bakteri tersebut dapat menambat nitrogen udara melalui non-simbiosis
dengan tanaman (Sapalina et al., 2022)
Bakteri penambat nitrogen yaitu diantaranya bakteri Azospirillum,
Azotobacter, dan Rhizobium merupakan bakteri yang dapat ditemukan di
daerah rhizosfer tanaman. Kemampuan bakteri dalam menambat nitrogen
disebabkan adanya aktivitas nitrogenase. Nitrogenase merupakan enzim
7

kompleks yang di kode oleh sekitar 20 gen nifH yang dapat mengubah bentuk
nitrogen bebas di udara menjadi amonia yang selanjutnya akan diubah
menjadi amonium dan nitrat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Bakteri
penambat nitrogen dapat dijadikan sebagai pupuk nitrogen hayati untuk
menunjang pertumbuhan tanaman (Ekowati et al., 2021).
Rizobakteri yang penting untuk diaplikasikan pada tanah salin adalah
rizobakteri penambat N2 halotoleran (RPNH). Nitrogen (N) merupakan salah
satu unsur hara makro yang memiliki peran sangat penting dalam proses
biokimia pada tanaman. Tingkat salinitas tanah yang tinggi dapat
mempengaruhi perubahan dalam siklus N dan penurunan serapan N tanaman.
nokulasi RPNH pada bibit tanaman padi mampu meningkatkan bobot kering
tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tanaman secara signifikan pada
kondisi cekaman salinitas. RPNH dari kelompok Azotobacter sp. mampu
menambat N, melarutkan P, serta memproduksi fitohormon auksin, indole
acetic acid (IAA), pada konsentrasi garam NaCl 0,3 M. RPNH banyak
ditemukan pada area rizosfer tanaman, yaitu suatu lapisan tipis tanah yang
menyelimuti permukaan akar dan dapat memberikan pengaruh positif bagi
pertumbuhan tanaman. RPNH dapat diisolasi dari rizosfer berbagai jenis
tanaman, salah satunya yaitu kelompok Graminae, seperti padi, rumput, dan
gandum (Khumairah et al., 2022).
D. Bakteri Pelarut Fosfat (BPF)
Upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi pemupukan adalah
dengan pemanfaatan dari mikroorganisme pelarut fosfat (MPF). Beberapa
mikroorganisme yang hidup bebas di dalam tanah memiliki kemampuan
dalam melarutkan P tanah yang terikat menjadi tersedia, sehingga tanaman
mampu menyerap unsur hara P untuk mencukupi kebutuhannya. Pemberian
inokulan BPF dengan konsentrasi 109 sebagai pupuk hayati dapat
meningkatkan populasi BPF dan aktivitas enzim fosfatase. Aktivitas
mikoorganisme dipengaruhi oleh ketersediaan P di dalam tanah maka P untuk
sumber nutrisi aktivitas MPF perlu diberikan kedalam tanah namun
8

pemupukan fosfat sebaiknya jangan dilakukan terlalu berlebihan karena akan


menghambat kinerja dari MPF (Fitriatin et al., 2017).
Fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Ketersediaan unsur ini sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Bakteri
pelarut fosfat diketahui mampu melarutkan P dengan melepaskan senyawa P
melalui mekanisme pembentukan khelat, reaksi pertukaran, dan produksi
asam organik. Pengaruh mikroorganisme pelarut fosfat terhadap tanaman,
tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam meningkatkan
ketersediaan P tetapi juga karena kemampuannya dalam menghasilkan zat
pengatur tumbuh, terutama oleh mikroorganisme yang hidup pada permukaan
akar. Beberapa kelompok bakteri seperti Pseudomonas, Bacillus, dan
Rhizobium merupakan bakteri pelarut fosfat yang paling potensial. Kelompok
bakteri Pseudomonas paling banyak ditemukan sebagai bakteri pelarut fosfat
terbaik. Jenis Pseudomonas yang umumnya diketahui mampu melarutkan P
terbaik antara lain P. fluoresces, P. psychrotolerance, P. cepaceae, P.
aeruginosa dan P. oryzihabitans (Asril & Lisafitri, 2020).
Serapan P oleh tanaman dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
kelarutan P dalam larutan tanah dan/atau menurunkan fiksasi P dalam tanah.
Senyawa P yang tidak tersedia dapat dibuat tersedia untuk tanaman oleh
mikroorganisme pelarut fosfat (PSM). Di antara seluruh populasi mikroba di
dalam tanah, bakteri merupakan mikroorganisme utama yang melarutkan
mineral fosfat di alam, dibandingkan dengan jamur. Bakteri pelarut fosfat
(PSB) dapat disebut sebagai bakteri terpenting yang dapat mengubah P yang
tidak larut menjadi bentuk yang dapat diakses oleh pertumbuhan tanaman.
Strain dari genus bakteri seperti Pseudomonas, Mycobacterium,
Micrococcus, Enterobacter, Bacillus, Erwinia, Azotobacter, Rhizobium,
Mesorhizobium, Sinorhizobium, Acinetobacter, Flavobacterium, Klebsiella,
dan Micrococcus telah dilaporkan sebagai PSB yang efisien di dalam tanah.
Penerapan PSB dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
kultur tunggal di mana PSB dapat digunakan sendiri atau pendekatan kultur
campuran, sering disebut koinokulasi, di mana PSB digunakan bersama
9

dengan mikroorganisme rhizospshere bermanfaat lainnya (A. Nugroho et al.,


2020)
E. Bakteri Pelarut Kalium (BPK)
Kalium atau Potassium (K) adalah hara penting yang sangat
dibutuhkan tanaman. Penyerapan kalium oleh tanaman tergolong tinggi
dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Keberadaan kalium pada beberapa
jenis tanah berkisar 0,5-2,5%. Umumnya kandungan total kalium yang lebih
rendah terdapat pada tanah bertekstur kasar yang berasal dari batuan pasir
atau kuarsa, sebaliknya kandungan kalium akan lebih tinggi pada tanah yang
bertekstur halus yang terbentuk dari batuan dengan kandungan mineral K
yang tinggi. Para ahli kesuburan tanah sepakat bahwa kandungan kalium
dalam jaringan tanaman sangat penting dan dibutuhkan dalam beberapa
proses penting biokimia dan fisiologi yang mempengaruhi produktivitas
tanaman secara langsung (Nugroho, 2015)
Kadar unsur kalium total tanah cukup tinggi dan diperkirakan
mencapai 2,6% dari total berat tanah tetapi yang tersedia cukup rendah.
Sebanyak 98% dari jumlah kalium total tersebut berada dalam bentuk yang
tidak tersedia dan terdapat dalam mineral primer silikat (feldspar, biotit,
muskovit, mika) atau terfiksasi dalam mineral silikat sekunder seperti liat tipe
2:1 (montmorillonit, vermikulit, illit). Kalium dalam bentuk tersedia hanya
sebesar 1-2% dari kalium total tanah. Bakteri tanah dapat melarutkan kalium
dari dalam struktur mineral silikat. Bakteri pelarut kalium mempunyai
kemampuan dalam melapukkan mineral silikat mengandung kalium dan
melepaskan kalium yang terkandung di dalamnya melalui perantara asam-
asam organik yang dihasilkannya. Pelapukan mineral silikat mengandung
kalium dapat terjadi jika ion kalium sebagai kation penyeimbang dalam
struktur mineral mampu digantikan oleh ion hidrogen dari asam-asam organik
melalui proses hidrolisis (Herdiyantoro et al., 2018).
Bakteri pelarut kalium merupakan kelompok bakteri yang terdapat
pada tanah yang mempunyai kemampuan melarutkan mineral K seperti
feldspar, mika, illit, dan ortoklas. Bakteri Pelarut Kaliun (BPK) yang lebih
10

efektif melarutkan kalium dari mineral dan batuan adalah Bacillus


mucilaginosus. Bakteri Aspergillus terreus juga mempunyai kemampuan
yang tinggi dalam melarutkan mineral dan batuan yang mengandung kalium.
Isolat mikroba pelarut kalium dapat diisolasikan dari tanah pertanian dan
tanah bekas tambang. Hasil seleksi berdasarkan sifat patogenitas isolate dan
kemampuan melarutkan kalium dari feldspar diperoleh sebanyak 10 isolat
MPK yang mempunyai efektivitas yang tinggi dalam melarutkan kalium dari
feldspar (I. N. S. Jaya, 2017).
F. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Penggunaan PGPB (Plant Growth Promoting Bacteria) atau secara
khusus yang berasosiasi dengan akar tanaman juga dikenal sebagai PGPR
(Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) sebagai bioinokulan pemacu
pertumbuhan tanaman di tengah penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan
herbisida yang terus menerus dan berlebihan saat ini sangat perlu
diperhatikan. PGPR merupakan sekelompok bakteri bermanfaat yang hidup
di daerah rizosfer tanaman (lapisan tanah 1-2 mm di sekitar akar) atau
bersimbiosis dengan akar tanaman. Kebermanfaatan PGPR ini dapat
dirasakan oleh tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kelompok bakteri ini secara langsung mampu menyediakan dan memobilisasi
penyerapan berbagai unsur hara tanah serta mensintesis berbagai fitohormon,
sedangkan secara tidak langsung bakteri ini mampu menekan aktivitas
patogen melalui senyawa atau metabolit sekunder yang dihasilkannya.
Kelompok bakteri yang termasuk PGPR yang telah banyak dilaporkan adalah
Arthrobacter, Variovorax, Azospirillum, Alcaligenes, Bradyrhizobium,
Burkholderia, Azotobacter, Streptomyces, Bacillus, Pseudomonas dan
sebagainya (Jaya et al., 2021)
Rhizosfer adalah rumah bagi berbagai bakteri terkait akar yang biasa
disebut sebagai rhizobakteri. Rhizobakteri yang bermanfaat yang secara
positif mempengaruhi pertumbuhan tanaman disebut sebagai rizobakteri
pemacu pertumbuhan tanaman (PGPR). Rhizobakteri pemacu pertumbuhan
tanaman mencakup banyak genera bakteri tanah, yang merangsang
11

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang rizosfernya tetap terkait untuk


sebagian besar siklus hidupnya. PGPR meningkatkan pertumbuhan tanaman
dengan mekanisme tidak langsung atau langsung meskipun perbedaan antara
keduanya tidak selalu berbeda. Mekanisme langsung meliputi peningkatan
ketersediaan nutrisi untuk tanaman dengan fiksasi nitrogen atmosfer, produksi
siderophores pengkelat besi, mineralisasi bahan organik (sehingga memenuhi
nitrogen, belerang, nutrisi fosfor tanaman), dan pelarutan fosfat yang tidak
larut. Mekanisme tidak langsung termasuk penghambatan mikroorganisme
yang memiliki efek negatif pada tanaman (dengan pengecualian niche) yaitu.
hidrolisis molekul yang dilepaskan oleh patogen, sintesis enzim yang
menghidrolisis dinding sel jamur, sintesis HCN, peningkatan hubungan
simbiosis dengan rhizobia dan jamur mikoriza, dan pengendalian hama
serangga (Chauhan et al., 2015).
Tumbuhan selalu bersimbiosis dengan mikroba tanah (bakteri dan
jamur) selama pertumbuhan dan perkembangannya. Mikroorganisme tanah
hidup bebas simbiosis yang menghuni rizosfer banyak spesies tanaman dan
memiliki beragam efek menguntungkan pada tanaman inang. PGPR dan
interaksinya dengan tanaman dieksploitasi secara komersial dan memiliki
aplikasi ilmiah untuk pertanian berkelanjutan. PGPR terlibat dalam berbagai
aktivitas biotik ekosistem tanah untuk membuatnya dinamis untuk pergantian
dan berkelanjutan untuk produksi tanaman (Gouda et al., 2018).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Acara 1 : Isolasi Bakteri


Acara 1 Isolasi Bakteri dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Juni 2022
bertempat di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah Fakultas
Pertanian UNS.
2. Acara 2 : Pengamatan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Kalium
Acara 2 Pengamatan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Kalium
dilaksanakan pada hari Rabu dan Jumat tanggal 15 dan 17 Juni 2022
bertempat di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah Fakultas
Pertanian UNS.
3. Acara 3 : Perbanyakan Biakan
Acara 3 Perbanyakan Biakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Juni
2022 bertempat di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah
Fakultas Pertanian UNS.
4. Acara 4 : Pencampuran Inokulum pada Carrier
Acara 4 Pencampuran Inokulum pada Carrier dilaksanakan pada
hari Senin, 20 Juni 2022 bertempat di Laboratorium Biologi dan
Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian UNS.

B. Alat dan Bahan

1. Acara 1 : Isolasi Bakteri


a. Alat
1) Petridish
2) Tabung reaksi
3) Bunsen
4) Mikropipet
5) Erlenmeyer
6) Gelas ukur
7) Dry glasky

12
13

8) Botol kaca
9) Chip
b. Bahan
1) IMO
2) Alkohol
3) Garam fisiologis
4) Media Alexandrof
5) Spirtus

6) Tisu gulung
7) Sarung tangan lateks
8) Masker
9) Korek
10) Label
11) Kertas bekas
12) Plastik wrap
13) Karet gelang
2. Acara 2 : Pengamatan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Nitrogen (BPN)
a. Alat
1) Alat Tulis
2) Laporan Sementara Pengamatan
3) Kertas Karton Hitam
4) Kamera Hp
b. Bahan
1) Inokulum Bakteri
3. Acara 3 : Perbanyakan Biakan
a. Alat
1) Erlenmeyer
2) Shaker/vortex
3) Jarum ose
4) Tabung reaksi
5) Rak tabung reaksi
14

6) Bunsen
b. Bahan
1) Medium NB (Nutrient Broth)
2) Inokulum bakteri
3) Label
4) Plastik wrap
5) Kapas
6) Alkohol
7) Spirtus
4. Acara 4 : Pencampuran Inokulum pada Carrier
a. Alat
1) Botol
2) Label
3) Bunsen
b. Bahan
1) Larutan carrier (molase 3% + aquades)
2) Inokulum bakteri
C. Cara Kerja

1. Menyeterilisasi diri dan meja kerja


2. Menyalakan bunsen dengan korek api
3. Menyiapkan alat dan bahan
4. Memberi label pada tabung reaksi (10-2 s.d. 10-7)
5. Mengambil chip dengan mikropipet lalu mengambil IMO sebanyak 5 mL
pada Erlenmeyer, kemudian memasukkan ke botol kaca yang telah berisi
garam fisiologis sebanyak 45 mL lalu digojok agar homogen.
6. Mengambil kembali chip dengan mikropipet lalu mengambil cairan dari
botol kaca sebanyak 1 mL kemudian memasukan ke botol kaca yang
telah berisi garam fisiologis sebanyak 45 mL lalu digojok agar homogen
7. Mengambil kembali chip dengan mikropipet lalu ambil cairan dari
tabung rekasi pencairan kedua (10-2) sebanyak 1 mL kemudian
15

dimasukkan pada tabung reaksi pencairan ketiga (10-3) dan gojok hingga
homogen. Lakukan hingga pencarian ketujuh (10-7).
8. Mengambil chip dengan mikropipet lalu ambil dari tabung reaksi
pencairan ketiga, kelima, dan ketujuh masing-masing sebanyak 0,1 mL
kemudian disebarkan pada petridish yang sudah berisi media Yema
kemudian ratakan menggunakan dry glassky.
9. Menutup kembali petridish kemudian ditutup rapat dengan menggunakan
plastik wrap.
10. Membungkus rapat petridish menggunakan kertas bekas lalu diamkan.
Bakteri akan diamati pada hari ketiga dan kelima setelah isolasi.
11. Melakukan pengamatan pertumbuhan bakteri pada hari kelima setelah
isolasi pada ketiga petridish (dengan pengenceran yang berbeda).
12. Melakukan pengamatan pertumbuhan berdasarkan pada jumlah koloni,
warna, bentuk, tepian, elevasi, struktur, dan permukaan.
13. Mencatat hasil pengamatan pada laporan sementara hasil pengamatan
dan mendokumentasikannya.
14. Melakukan pengamatan apakah bakteri tumbuh dengan baik atau
mengalami kontaminasi untuk melakukan perbanyakan biakan.
15. Melakukan perbanyakan biakan dengan memindahkan inokulum bakteri
ke dalam medium NB (Nutrient Broth) 150 cc pada Erlenmeyer 250 cc,
kemudian meletakkan pada shaker selama 2 hari. Kemudian melakukan
pencampuran inokulum pada carrier.
16. Melakukan pencampuran inokulum dengan menyiapkan carrier dengan
mencampur larutan molase 3% dan aquades pada botol 500 ml.
17. Mencampur inokulum bakteri pada larutan carrier dengan cara
menuangkannya ke dalam botol secara bersamaan dan memastikannya
hingga homogen.
18. Menempel label produk.
19. Mengaplikasikan pupuk hayati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASA

Kegiatan pada acara 1 adalah melakukan isolasi mikroba dari bahan


IMO (indigenous microorganism). Teknik isolasi mikroba adalah upaya
menumbuhkan mikroorganisme di luar lingkungan alaminya yang
bertujuan untuk memperoleh kultur mikroba yang tidak lagi bercampur
dengan mikroba lain yang disebut kultur murni. Isolasi dilakukan untuk
memperoleh isolat bakteri yang nantinya digunakan untuk tujuan tertentu
dan salah satunya adalah sebagai bahan pupuk hayati. Langkah yang
dilakukan adalah dengan teknik pengenceran bertingkat dan metode
spread plate. Pengenceran yang digunakan untuk isolasi pada petridish
yaitu pengenceran 10-3, 10-5, dan 10-7. IMO (indogenous
microorganism) menurut Syafiq dan Yusof (2015) adalah organisme yang
memperkaya nutrisi kualitas tanah dan bertindak sebagai sumber cadangan
nutrisi uang mengandung mikroorganisme bermanfaat yang memainkan
peran penting dalam dekomposisi bahan organik.
Mikroba yang akan diisolasi adalah Bakteri Penambar Nitrogen
(BPN). BPN menggunakan nitrogen di udara sebagai sumber nitrogen
dalam pertumbuhan tanaman melalui kemampuannya meningkaykan
efisiensi N tersedia dalam tanah. Media spesifik yang digunakan untuk
isolasi BPN adalah media YEMA. Menurut Prihastuti dan Harsono (2016),
komposisi medium YEMA adalah manitol 10 g, ekstrak khamir 0,5 g,
K2HPO4 0,5 g, MgSO4 .7H2O 0,2 g, NaCl 0,1 g, agar 20 g dalam 1,0 L
air distilasi.
Pengamatan dilakukan pada hari kelima setelah isolasi. Hasil isolasi
yang disimpan dalam keadaan tertutum akan diamati jumlah koloni dan
morfologi bakterinya. Menurut Desmina et al. (2019) isolat BPN dapat
diambil dari koloni BPN yang telah diinkubasi dalam media spesifik
dengan keadaan koloni terpisah atau membentuk koloni tunggal tidak
dempet dengan bakteri lain.

16
17

Tabel 1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Isolat Bakteri BPN


No Hari Pengen- Jumlah Morfologi Gambar
Peng- ceran Koloni Bakteri
amatan
1 Hari ke- 10-5 3,6 x Bentu: Bundar
5 105 Warna: Pink
Elevasi: Seperti
tombol
Tepian: Licin
Struktur: Halus
Permukaan:
Mengkilap
Sumber: Pengamatan Langsung Di Laboratorium
Pengamatan dilakukan pada hari kelima setelah perlakuan isolasi.
Pengenceran 10-5 memiliki morfologi bakteri berbetuk bundar, berwarna
pink, elevasi seperti tombol, tepian licin, struktur halus, dan permukaan
mengkilap. Jumlah koloni pada petridish adalah sebanyak 36. Menurut
Wicaksono et al. (2019), Koloni bakteri merupakan sekumpulan dari
bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan
membentuk suatu koloni-koloni. Perhitungan kepadatan sel sebagai
berikut:
1
Kepadata Sel = Jumlah koloni x x Volume ke petridish
Pengenceran
1
= 36 x x 0,1
10−5
= 36 x 105 x 10-1
= 36 x 104
= 3,6 x 105 CFu/ml
Mikroorgansime memerlukan bahan-bahan organik dan ion-ion
pendukung sebagai sumber energi dan katalis. Upaya perbanyakan biakan
pada isalat bakteri harus memperhatian kondisi lingkungan agar bakteri
18

dapat berkembang biak. Faktor penting dalam proses pembiakan


mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan gas lain, kelembaban, ph media,
suhu, serta kontaminan. Wadah pertumbuhan mikroorganisme yaitu pada
media. Menurut Putra et al. (2021) media yang digunakan harus
memenuhi persyaratan nutrisi yaitu karbon, nitrogen, unsur non logam
(sulfur dan fospor), unsur logam (Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe),
vitamin, air, dan energi.
Perbiakan mikroorganisme memerlukan media yang berisi zat hara
dan lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganismenya.
Media pertumbuhan yaitu media nutrisi yang disiapkan untuk
menumbuhkan bakteri. Perbanyakan biakan yang dilakukan di
laboratorium menggunakan medium NB (Nutrient Brouth) sebanyak 150
cc pada erlenmenyer 250 cc. Menurut Ferdi et al. (2019) media cair
Nutrient Broth (NB) digunakan untuk pembiakan murni bakteri yang akan
diinokulasikan pada medium lempeng. Medium ini nantinya akan
diberikan BPN yang telah diisolasi kemudian akan dilakukan penggojokan
menggunakan shaker selama 2 hari. Hasil penggojokan akan berubah
warna menjadi keruh.
Pencampuran pada Carrier dilakukan setelah bakteri mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Larutan Carrier yang digunakan adalah
campuran 339,5 ml molase dan 10,5 ml aquades. Menurut Lepongbuan et
al. (2017), molase mengandung nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan
mikroorganisme, sehingga dapat dijadikan bahan alternatif untuk sumber
energi dalam media fermentasi. Larutan Carrier 350 ml tersebut
ditambahkan dengan 150 ml inokulum bakteri kemudian akan
dicampurkan.
Pencampuran bertujuan untuk menjadikan bakteri sebagai bahan
pupuk hayati. Hasil pencampuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
botol dan diberi label kemasan. Label pada kemasan berisi nama merk,
kegunaan, cara penggunaan (dosis), masa kadaluwarsa, keterangan,
peringatan, produsen, dan komposisi. Label kemasan harus jelas dan
19

menarik agar mudah dipahami. Menurut Wahyuni & Safutra (2022), label
produk merupakan salah satu faktor penting yang dapat menguatkan
branding suatu usaha dalam persaingan bisnis yang semakin ketat,
keberadaannya menjadi semacam tanda pengenal sekaligus pembeda dari
competitor.

Gambar 4.1 Label Kemasan Produk Pupuk Hayati

Gambar 4.2 Produk Pupuk Hayati Bakteri Penambar Nitrogen


Produk pupuk hayati hasil praktikum diberi nama yaitu Si BioN. Si
BioN merupakan pupuk hayati (biofertilizers) yang mengandung
mikroorganisme hidup yang mampu menambar nitrogen (N) di udara,
meningkatkan unsur hara N, dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman.
Komposisi dari produk ini adalah Bakteri Penambar Nitrogen simbiotik
dan molase. Cara menggunakan produk ini adalah dengan melarutkan
pupuk hayati ke dalam air dengan perbandingan 1:40 kemudian
disemprotkan ke tanaman dan tanah disekitarnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Teknologi Pupuk Hayati yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Isolasi dilakuakn pada Bakteri Penambat Nitrogen Simbiotik dari bahan
IMO (Indigeneous Microorganism) ke media spesifik yang baru yaitu
media YEMA
2. Pengamatan dilakukan pada hari kelima setelah perlakuan isolasi.
Pengenceran 10-5 memiliki morfologi bakteri berbetuk bundar, berwarna
pink, elevasi seperti tombol, tepian licin, struktur halus, dan permukaan
mengkilap. Jumlah koloni pada petridish adalah sebanyak 36
3. Perbanyakan biakan yang dilakukan di laboratorium menggunakan
medium NB (Nutrient Brouth) sebanyak 150 cc pada erlenmenyer 250
cc.
4. Larutan Carrier yang digunakan adalah campuran 339,5 ml molase dan
10,5 ml aquades yang kemudian ditambahkan dengan 150 ml inokulum
bakteri sehingga akan menjadi pupuk hayati
B. Saran
Praktikum yang dilaksankan sudah berjalan dengan baik dan kondusif.
Coass yang bertugas juga sudah memberikan informasi tentang praktikum
dengan baik. Saran yang dapat disampaikan adalah perlu diperhatikan
mengenai medianya dan persiapan praktikumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Asril, M., & Lisafitri, Y. (2020). Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat Genus
Pseudomonas dari Tanah Masam Bekas Areal Perkebunan Karet di Kawasan
Institut Teknologi Sumatera. Jurnal Teknologi Lingkungan, 21(1), 40–48.
https://doi.org/10.29122/jtl.v21i1.3743
Chauhan, H., Bagyaraj, D. J., Selvakumar, G., & Sundaram, S. P. (2015). Novel
Plant Growth Promoting Rhizobacteria-Prospects And Potential. Applied
Soil Ecology, 95, 38–53. https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2015.05.011
Desika, R., Pane, P., & Ginting, E. N. (2022). Mikroba Pelarut Fosfat Dan
Potensinya Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman. Warta Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, 27(1), 51–59.
Desmina, M., Ekyastuti, W., & Ekamawant, H. A. (2019). Basic Characteristics
The Population Of Non-Simbiotic Nitrogen-Fixing Bacteria On Burn
Peatlands. Jurnal Hutan Lestari, 7(3), 1361–1366.
Djaja, W. (2008). Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak &
Sampah (P. Rahmat (ed.); 1st ed.). PT AgroMedia Pustaka.
Ekowati, C. N., Mirani, M., & Handayani, K. (2021). Detection Of Nitrogenase
Producing Bacteria From The Soil Of Liwa Botanical Garden. Jurnal Ilmia
Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati, 8(2), 53–58.
Ferdi, R., Saleh, M. I., Theodorus, & Salni. (2019). Uji Efek Antibakteri Propolis
terhadap Escherichia Coli Dan Shigella Dysenteriae Secara In Vitro.
Biomedical Journal of Indonesia : Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, 5(2), 52–61.
Fitriatin, B. N., Agustina, M., & Hindersah, R. (2017). Populasi Bakteri Pelarut
Fosfat , P-Potensial Dan Hasil Jagung Yang Total Phosphate Solubilizing
Bacteria ( Psb ), Soil Potential P And Yield Of Maize ( Zea mays . L )
Affected By The MPF Application Grown On Jatinangor Ultisols. Jurnal
Agrologia, 6(2), 75–83.
Gouda, S., Kerry, R. G., Das, G., Paramithiotis, S., Shin, H. S., & Patra, J. K.
(2018). Revitalization Of Plant Growth Promoting Rhizobacteria For
Sustainable Development In Agriculture. Microbiological Research,
206(August 2017), 131–140. https://doi.org/10.1016/j.micres.2017.08.016
Herdiyantoro, D., Simarmata, T., Setiawati, M. R., Nurlaeny, N., Joy, B.,
Hamdani, J. S., & Handayani, I. (2018). Exploration And Identification Of
Potassium Solubilizing Rhizo-Bacteria Isolate Colony Morphologyfrom
Corn Plant Rhizosphere That Potentially As A Potassium Solubilizing
Biofertilizer. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 4(2), 178–183.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m040214
Hidayat, F., Sapalina, F., Pane, R. D. P., & Winarna. (2022). Peluang dan
Tantangan Pemanfaatan Produk hayati di Perkebunan Kelapa Sawit. Warta
PPLS, 27(1), 1–8.
Jaya, D. K., Hasibuan, S. Y. K., & Bria, D. (2021). Isolation and Characterization
of Potassium-Solubilizing Bacteria from Two Different Rhizospheres and a
Cow Manure in IPB University. Jurnal Biologi Tropis, 21(2), 336–342.
https://doi.org/10.29303/jbt.v21i2.2559
Jaya, I. N. S. (2017). Teknologi dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan dan
Lingkungan untuk Mencapai Sistem Pertanian Berkelanjutan. PT Penerbit
UPB Press.
Khumairah, F. H., Ulfah, T., & Setiawati, M. R. (2022). Population and
Biochemical Characteristics of Halotolerant N 2 Fixing Rhizobacteria
Isolated from Saline Soil Ecosystem. Jurnal AgroBiogen, 18(1), 1–10.
Leana, N. W. A., Prasmadji, P., & Sulistyanto. (2021). Isolasi dan Seleksi Bakteri
Antagonis Terhadap Rhizoctonia Solani dan Penghasil IAA pada Larva
Black Soldier Fly (Hermitia Illucens). Sosains, 1(9), 1039–1045.
http://sosains.greenvest.co.id/
Lepongbulan, W., Tiwow, V. M. A., & Diah, A. W. M. (2017). Analisis Unsur
Hara Pupuk Organik Cair dari Limbah Ikan Mujair (Oreochromis
mosambicus) Danau Lindu dengan Variasi Volume Mikroorganisme Lokal
(MOL) Bonggol Pisang. Jurnal Akademika Kimia, 6(2), 92.
https://doi.org/10.22487/j24775185.2017.v6.i2.9239
Nugroho, A., Rully, I. M., Vincentia, D., & Chrisseptina. (2020). Antagonistic
Effect of Two Indigenous Phosphate Solubilizing Bacteria, Burkholderia
contaminans PSB3 and Acinetobacter baumannii PSB11 Isolated from
Different Crop Soils. Microbiology Indonesia, 14(2), 45–51.
https://doi.org/10.5454/mi.14.2.1
Nugroho, P. A. (2015). Dinamika Hara Kalium Dan Pengelolaannya Di
Perkebunan Karet. Warta Perkaretan, 34(2), 89–102.
Prihastuti, P., & Harsono, A. (2016). Kemunduran Kualitas Pupuk Hayati
Rhizobium. J Sains & Matematika, 1(1), 1–5.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/sainsmatematika/article/view/10
Putra, M. H., Feliatra, & Effendi, I. (2021). Optimization Of Bacillus cereus
Growth In Media With Different Carbon Sources. Asian Journal of Aquatic
Sciences, 4(6), 208–214.
Sapalina, F., Ginting, E. N., & Hidayat, F. (2022). Bakteri Penambat Nitrogen
Sebagai Agen Biofertilizer. WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 27(1),
41–50.
Syafiq, M. D., & Yusof, M. B. (2015). Engineering Towards a Sustainable
Future. Penerbit USM.
Villa, J. (2021). Respons Pemberian Pupuk Hayati terhadap Peningkatan
Produktivitas Kedelai di Lahan Rawa Pasang Surut. Jurnal Pangan, 20(1),
1–10.
Wahyuni, D., & Safutra, N. I. (2022). Pelatihan Teknik Pengemasan Produk
Pupuk Organik Cair dan Pestisida Nabati untuk Menjaga Viabilitas Bakteri
pada Kelompok Seraton di Desa Tonasa. Idea Pengabdian Masyarakat, 2(3),
170–174.
Wicaksono, E. B., Hardianto, & Muliawan, A. (2019). Rancang Bangun
Penghitung Jumlah Koloni Bakteri Berbasis Arduino Uno. Jurnal Teknika,
13(2), 123–128.
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/teknika/article/view/1787
Yunidawati, W., Lubis, N., & Koryati, T. (2021). Pengaruh Tempat Rambatan
Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Gambas (Luffa
acutangula). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian, 19(2), 24–36.
LAMPIRAN
LAMPIRAN

ACARA 1

ACARA 2
ACARA 3
ACARA 4

Anda mungkin juga menyukai