Anda di halaman 1dari 1

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Tanaman ubi kayu ( Mannihot esculenta) merupkan tanaman yang berpotensi sebagai penopang
ketahanan pangan dan bahan baku industri. Ubi kayu merupakan komodistas pangan terpenting
ketiga setelah padi dan jagung (Ariningsih, 2016). Tanaman ubi kayu memiliki berbagai varietas yang
dapat langsung di konsumsi sebagai makanan atau menjadi bahan baku bagi industri seperti
pembuat kertas, kayu lapis dan sebagai bahan baku etanol. Di sisi lain pengembangan tanaman ubi
kayu terkendala pada umur tanaman yang memiliki umur yang panjang yaitu 7-12 bulan. Selain
umur tanaman kendala yang di hadapi yaitu harga umur tanaman ubi kayu yang rendah ( Pramudita
et al., 2014).

Di sisi
lain, potensi pengembangan ubikayu terganjal
pada adanya anggapan bahwa dibandingkan
tanaman pangan pada umumnya yang rata-rata
hanya berumur empat bulan, ubikayu berumur
lebih panjang yaitu tujuh hingga 12 bulan.
Selain itu, harga jualnya terbilang rendah dan
dianggap sebagai tanaman yang menguruskan
tanah, karena boros mengambil unsur hara dan
dianggap kurang mampu melindungi tanah dari
pukulan air hujan dan menjadikan lahan
ubikayu peka terhadap erosi. Padahal, kondisi
ini sangat tergantung kepada kesuburan tanah,
produktivitas, pemupukan, serta pemeliharaan
lahan. (Pramudita et al., 2014)

Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Tidak
hanya di dalam negeri, komoditas ubi kayu Indonesia juga berperan penting dalam produksi ubi kayu
dunia. ( Ariningsih, 2016)
Permintaan ubi kayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk dikonsumsi langsung
maupun sebagai bahan baku berbagai industri. Peran ubi kayu dalam bidang industri akan terus
mengalami peningkatan seiring dengan adanya program pemerintah untuk menggunakan sumber
energi alternatif yang berasal dari hasil pertanian (liquid biofuel), seperti biodiesel dan bioetanol serta
diversifikasi pangan berbasis pangan lokal.

Anda mungkin juga menyukai