Anda di halaman 1dari 49

PENAMBAHAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum L.

) DALAM
....RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS, PERSENTASE
.....POTONGAN KOMERSIAL, LEMAK ABDOMINAL,
DAN KOLESTEROL KARKAS BROILER

SKRIPSI
FENNI ULDA SARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

 
RINGKASAN

FENNI ULDA SARI. D24080127. 2012. Penambahan Biji Ketumbar


(Coriandrum sativum L.) dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Persentase
Potongan Komersial, Lemak Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler. Skripsi.
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S


Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.

Kekhawatiran yang ditimbulkan dari residu antibiotik menjadi alasan


perlunya sumber feed additive lain untuk menggantikan antibiotik dalam pakan.
Tanaman herbal sebagai bahan alami yang memiliki khasiat sebagai obat dan aman
digunakan, tidak meninggalkan residu pada ternak maupun produk ternak yang
dihasilkan. Biji ketumbar merupakan jenis herbal yang digunakan dalam penelitian
ini. Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain
untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis, kandungan flavonoidnya
berperan menurunkan kolesterol, bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses
pencernaan. Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan
peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Biji ketumbar
banyak mengandung berbagai macam mineral dan vitamin sebagai nutrien yang
dibutuhkan ternak, sehingga berpotensi sebagai bahan pakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari
penambahan biji ketumbar dalam ransum terhadap bobot karkas, persentase
potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Unggas, Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan. Pemeliharaan dilakukan selama lima
minggu, sebanyak 120 ekor DOC (day old chiken) broiler komersial (strain Cobb CP
707) dibagi dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan yang setiap ulangan terdiri dari 10 ekor
ayam. Perlakuan yang diberikan adalah: R0 = Ransum tanpa (0%) biji ketumbar, R1
= Ransum mengandung biji ketumbar 1%, R2 = Ransum mengandung biji ketumbar
2%, dan R3 = Ransum mengandung biji ketumbar 3%. Pakan dan air minum
diberikan ad libitum. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan
Rancangan Acak lengkap (RAL) dan dilakukan uji lanjut polinomial ortogonal bila
antar perlakuan terdapat perbedaan.
Hasil sidik ragam memperlihatkan perlakuan penambahan biji ketumbar tidak
menunjukkan perbedaan pada bobot karkas, persentase potongan komersial, dan
lemak abdominal. Walaupun secara statistik tidak terdapat perubahan yang
signifikan, namun secara numerik memperlihatkan bahwa perlakuan dengan
penambahan biji ketumbar mampu meningkatkan bobot hidup akhir (1.183,33-
1.310,33 g), bobot karkas (791,67-840,33 g), persentase potongan komersial, yaitu:
dada (30,55%-33,81%), paha atas (16,08%-17,44%), paha bawah (14,95%-16,22%),
sayap (11,98%-13,31%), dan punggung (22,70%-26,57%). Biji ketumbar pada level
3% mampu menurunkan kolesterol (8,71-29,43 mg/ 100 g) pada broiler.

Kata-kata kunci: biji ketumbar, bobot karkas, potongan komersial, lemak abdominal,
................kolesterol
ABSTRACT

Addition of Coriander Seeds (Coriandrum sativum L. ) to the Ratio on


Carcass Weight, Percentage of Commercial Cuts, Abdominal Fat,
and Carcass Cholesterol of Broiler

Sari, F. U., I. K. Amrullah, and R. Mutia

The consumer recently start to choose selectively broiler carcass, especially for
carcass with low fat and cholesterol. Fat and cholesterol from broiler chiken has
been known for the negative effect for human health. Coriander seed is known as
herbal medicine have containing active material which is able to reduce fat and
cholesterol. The research was conducted to determine the effect of the addition of
coriander seeds on carcass weight, percentage of commercial cuts, abdominal fat,
and carcass cholesterol of broiler. One hundred and twenty (1-day old) commercial
broiler chiken (Cobb CP 707) were randomly assigned to four treatments with three
replication (ten birds/ pen). The birds were fed experimental diets containing 0%
(R0), 1% (R1), 2% (R2), and 3% (R3) coriander seeds respectively. Water and feed
were provided ad libitum during five weeks experimental period. There were no
significant different on carcass weight (791,67-840,33 g), percentage of commercial
cuts: chicken breast (30,55%-33,81%), whole leg (16,08%-17,44%), drumstick
(14,95%-16,22%), wing (11,98%-13,31%), back (22,70%-26,57%), and abdominal
fat (18,70%-24,64)% in birds fed coriander seed as compared to control diet. Carcass
cholesterol (8,71-29,43 mg/ 100 g) of broiler was lower in 3% (R3) coriander seed
than other groups.

Keywords: coriander seed, carcass weight, percentage of commercial cut, abdominal


fat, cholesterol

 
PENAMBAHAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum L.) DALAM
....RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS, PERSENTASE
.....POTONGAN KOMERSIAL, LEMAK ABDOMINAL,
DAN KOLESTEROL KARKAS BROILER

FENNI ULDA SARI

D24080127

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : Penambahan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) dalam Ransum
terhadap Bobot Karkas,.Persentase Potongan Komersial, Lemak
Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler
Nama : Fenni Ulda Sari
NIM : D24080127

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S) (Dr..Ir..Rita.Mutia,,M.Agr.)


....NIP. 19521110 198003 1 004 NIP. 19630917 198803 2 001

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.)


NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian: 11 Juni 2012 Tanggal Lulus:


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Februari 1990 di


Muaradua OKU Selatan, Sumatera Selatan. Penulis adalah
anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan
Bapak H. Johan Effendi dan Ibu Siti Hasanah. Penulis
mengawali pendidikan dasar di SDN 1 (1996-2002),
pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMPN 1 (2002-
2005), dan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMAN 1
(2005-2008). Pendidikan penulis diselesaikan di kota yang
sama Muaradua. Penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2008 dan diterima
di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan tahun 2009.
Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) badminton (2008-
2009), sebagai anggota dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan
Ternak (HIMASITER) (2009-2010), sebagai anggota Kelompok Pecinta Alam Fapet
(KEPAL-D) (2009-2010), sebagai anggota paduan suara Fapet (Gradziono
Symphonia) (2009-2010), dan sebagai anggota Building Entrepreneur Student
(BEST) (2010). Penulis tercatat sebagai alumni ESQ Leadership Training (2009).
Penulis sebagai peserta Seminar Nasional Ketahanan Pakan Berbasis Pakan Lokal
(2009), Seminar Nasional Analisa Mengenai Pemenuhan Target Swasembada
Daging 2014 (2009), dan Seminar Internasional Mitigation of Rumen Methane
Emission Some Propylastic Options for the Mitigation (2012). Selama perkuliahan,
penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Usaha Design and Printing Gemilang,
Bogor (2010). Penulis ikut serta dalam kepanitiaan Dekan Cup (2011) dan Olimpiade
Mahasiswa IPB (2011). Penulis ikut berpartisipasi dalam kegiatan IPB Goes to Field
Pendamping POSDAYA Kabupaten Bogor (2011) dan IPB Goes to Field
Pembentukan dan Pengembangan POSDAYA Kabupaten Sukabumi (2012).
Bogor, Juni 2012

Fenni Ulda Sari


D24080127
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Skripsi ini berjudul “Penambahan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.)
dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Persentase Potongan Komersial, Lemak
Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler”. Skripsi ini disusun dengan harapan
memperoleh sumber feed additive alternatif dengan kemampuan yang sama dengan
antibiotik tetapi aman digunakan karena tidak meninggalkan residu pada ternak
maupun produk ternak yang dihasilkan.
Tanaman herbal berupa biji ketumbar sangat berpotensi sebagai bahan pakan,
karena mengandung beraneka macam mineral dan vitamin. Ketumbar memiliki
manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga
mempunyai nilai medis. Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol,
dan sebagai antioksidan. Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam
proses pencernaan. Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim
pencernaan dan peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi pembaca dan pemerhati
masalah herbal. Apabila terdapat kesalahan penulisan, kekhilafan selama penelitian,
dan perjalanan penyusunan skripsi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Billahittaufik wal hidayah, Wassalam.

Bogor, Juni 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ............................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Ketumbar (Coriandrum sativum L.) ............................................... 3
Sifat Kimia, Fisika, Zak Aktif, dan Khasiat Ketumbar ....... 4
Penelitian Tentang Biji Ketumbar ...................................... 6
Feed additive ................................................................................... 6
Ayam Broiler .................................................................................. 6
Respon Suhu Lingkungan Panas .......................................... 8
Bobot dan Persentase Karkas .......................................................... 8
Lemak Abdominal ........................................................................... 9
Kolesterol ......................................................................................... 9
Potongan Komersial ........................................................................ 11
MATERI DAN METODE .......................................................................... 12
Lokasi dan Waktu ........................................................................... 12
Materi .............................................................................................. 12
Ternak ................................................................................. 12
Kandang .............................................................................. 12
Peralatan Penunjang ............................................................ 12
Ransum ................................................................................. 13
Prosedur .......................................................................................... 13
Pemilihan Biji Ketumbar ..................................................... 13
Uji Kandungan Minyak Biji Ketumbar dengan
Pemanasan............................................................................ 13
Tahap Pembuatan Ransum Penelitian .................................. 13
Sampel Bobot Karkas, Lemak Abdominal, Potongan
Komersial, dan Kolesterol .................................................. 15
Teknik Pemotongan Karkas Komersial .............................. 15
Analisa Kolesterol Karkas ................................................... 16
Rancangan dan Analisis Data ......................................................... 16
Perlakuan .............................................................................. 16
Peubah ................................................................................... 16
Rancangan ............................................................................. 17
Transformasi ........................................................................ 18
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 19
Performa........................................................................................... 19
Bobot Karkas .................................................................................. 21
Persentase Karkas ........................................................................... 22
Lemak Abdominal ........................................................................... 23
Kolesterol Karkas ............................................................................ 23
Potongan Komersial ........................................................................ 24
Potongan Komersial Dada ................................................... 25
Potongan Komersial Paha ................................................... 25
Potongan Komersial Sayap ................................................. 26
Potongan Komersial Punggung ........................................... 26
Keuntungan Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum ................ 26
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 28
Kesimpulan ..................................................................................... 28
Saran ................................................................................................ 28
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30
LAMPIRAN ................................................................................................ 33
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Nutrien per 100 g Biji Ketumbar (as fed) ..................... 5

2. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707 .................................. 7

3. Kebutuhan Nutrien Broiler (High Nutrient Density Diet) ............... 8

4. Komposisi Bahan dan.Nutrien Ransum Penelitian ......................... 14

5. Pengujian Tranformasi Data .......................................................... 18

6. Komposisi Nutrien Biji Ketumbar (as fed) ..................................... 19

7. Performa Broiler Umur 5 Minggu ................................................... 20

8. Rataan Bobot Hidup Akhir, Bobot Karkas, Lemak Abdominal,


.......dan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur 5 Minggu ................... 21
9. Persentase Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu .... 25
10....Biaya.Penggunaan.Biji.Ketumbar.dalam.Ransum.terhadap
Pertambahan Bobot Badan Broiler Umur 5 Minggu ....................... 27
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Biji Ketumbar ............................................................................... 4


2. Kerangka Ayam ............................................................................ 10
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Berat Lemak Abdominal


Ayam Broiler Umur 5 Minggu ...................................................... 33
2. Data Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu ........... 33
3. Data Hasil Analisa Kolesterol Paha Kanan Atas Ayam
Broiler Umur 5 Minggu ................................................................ 34
4. Hasil Transformasi Data Analisa Kolesterol Paha Kanan Atas ..... 34
5. Hasil Sidik Ragam Bobot Hidup .................................................. 35
6. Hasil Sidik Ragam Bobot Karkas ................................................. 35
7. Hasil Sidik Ragam Lemak Abdominal ......................................... 35
8. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Paha Atas
(Transformasi Data) ....................................................................... 35
9. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Paha Bawah
(Transformasi Data) ....................................................................... 35
10. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Sayap ............................ 36
11. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Punggung
(Transformasi Data) ...................................................................... 36
12. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Dada ............................. 36
13. Hasil Sidik Ragam Kolesterol Paha Kanan Atas
.......(Transformasi Data) ...................................................................... 36
14. Komposisi Premiks ....................................................................... 37
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk dan perbaikan di bidang ekonomi
menyebabkan permintaan daging semakin meningkat. Usaha peternakan yang dapat
memenuhi permintaan pasar untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani
dengan cepat adalah ternak ayam broiler. Broiler merupakan istilah yang biasa
dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki
karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil
daging dengan konversi makanan rendah, dan siap dipotong pada usia yang relatif
muda. Pakan menjadi faktor penting dalam mengembangkan usaha peternakan, pada
umumnya peternak memberikan ransum komersil dalam menjalankan usahanya
karena telah memenuhi standar kebutuhan zat-zat makanan yang telah ditetapkan.
Ransum komersil di dalamnya sudah terkandung bahan pakan tambahan
(feed/additive) yang sengaja ditambahkan pada ransum untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ternak. Feed addtive yang umum digunakan adalah jenis antibiotik. Antibiotik
untuk memacu pertumbuhan dan mencegah penyakit. Antibiotik dapat memberikan
keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan, dengan membunuh pertumbuhan
bakteri patogen dan meningkatkan populasi bakteri yang menguntungkan dalam
saluran pencernaan. Namun penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak,
karena resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikroorganisme patogen tertentu. Selain
itu residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk unggas yang berbahaya bagi
konsumen.
Perkembangan ilmu dan teknologi meningkatkan kesadaran masyarakat yang
menyebabkan konsumen lebih selektif dalam memilih produk agar sesuai dengan
selera, tidak terakumulasi residu antibiotik yang dapat membahayakan bagi
kesehatan, dan daging dengan kadar lemak dan kolesterol yang rendah.
Kekhawatiran yang ditimbulkan dari residu antibiotik menjadi alasan perlu dilakukan
penelitian untuk memperoleh sumber feed additive yang lain untuk menggantikan
antibiotik. Sumber feed additive lain yang dapat digunakan adalah tanaman herbal,
sebagai bahan alami yang memiliki khasiat sebagai obat dan aman untuk
menggantikan fungsi antibiotik.
1
 
Ketumbar merupakan jenis herbal yang digunakan dalam penelitian ini. Biji
ketumbar sangat berpotensi sebagai bahan pakan, karena mengandung beraneka
macam mineral dan vitamin. Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu
dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis.
Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol dan sebagai antioksidan.
Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses pencernaan.
Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan peningkatan
fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Fungsi yang terkandung
pada tanaman herbal sebagai sumber feed additive alternatif adalah kemampuannya
yang sama dengan antibiotik tetapi aman digunakan karena tidak meninggalkan
residu pada ternak maupun produk ternak yang dihasilkan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari
penambahan biji ketumbar dalam ransum terhadap bobot karkas, persentase
potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler.

2
 
TINJAUAN PUSTAKA

Ketumbar (Coriandrum sativum L.)


Tanaman ketumbar berupa semak semusim, dengan tinggi sekitar satu meter.
Buahnya berbentuk bulat, waktu masih muda berwarna hijau, dan setelah tua
berwarna kuning kecokelatan. Berdasarkan ukuran buahnya, ketumbar dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu Coriandrum sativum var sativum (ukuran buahnya besar),
Coriandrum sativum var microcarpum (ukuran buahnya kecil), dan Coriandrum
sativum var indicum (buahnya berbentuk lonjong). Berdasarkan diameter bijinya,
ketumbar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Coriandrum sativum var vulgare
(diameter bijinya 3-6 mm) dan Coriandrum sativum var microcarpum (diameter
bijinya 1,5-3 mm) (Astawan, 2009).
   Tanaman ketumbar di Indonesia dikenal dengan sebutan, yaitu: katuncar
(Sunda), ketumbar (Jawa, Gayo, dan Melayu), penyijang (Kerinci), katumbare
(Makasar dan Bugis), katumba (Padang, Nusa Tenggara, dan Bima), katombar
(Madura), keutumba (Aceh), katumbah (Bali), katumbaii (Gorontalo), dan hatumbar
(Medan) (Astawan, 2009). Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(2004), secara taksonomi ketumbar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Apiles
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum

Menurut Astawan (2009), tanaman ketumbar berasal dari sekitar Laut Tengah
dan Kaukasus. Ketumbar berakar tunggang bulat, bercabang, dan berwarna putih.
Batangnya berkayu lunak, beralur, dan berlubang dengan percabangan dichotom
berwarna hijau. Tangkainya berukuran sekitar 5-10 cm. Daunnya majemuk,
3
 
menyirip, berselundang dengan tepi hijau keputihan. Tanaman dapat dipanen setelah
berumur tiga bulan. Tanaman ketumbar di Indonesia belum dibudidayakan secara
intensif dalam skala luas, penanaman hanya terbatas pada lahan pekarangan dengan
sistem tumpang sari dan jarang secara monokultur. Daerah penanaman yang
dianggap cocok dan sudah ada tanamannya adalah daerah Cipanas, Cibodas,
Jember, Boyolali, Salatiga, Temanggung, dan Sumatera Barat. Berbagai jenis biji
ketumbar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Biji Ketumbar


Sumber: www.cybehealt.cbn.net.id 2011

Sifat Kimia, Fisika, Zak Aktif, dan Khasiat Ketumbar


Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah
selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis (De.Souza et al., 2005).
Komponen aktif pada ketumbar adalah sabinene, myrcene, alfa-terpinene, ocimene,
linalool, geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam
oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren. Komponen-
komponen tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki reputasi yang bagus
sebagai komponen obat (Astawan, 2009).
Ketumbar mempunyai aroma yang khas, aromanya disebabkan oleh
komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri. Ketumbar mempunyai
kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4%-1,1%. Komponen aktif pada ketumbar
adalah linalool yang berjumlah sekitar 60%-70% total minyak esensial dengan
komponen pendukung yang lainnya, yaitu geraniol 1,6%-2,6%, geranil asetat 2%-
3%, kamfor 2%-4%, dan mengandung senyawa golongan hidrokarbon berjumlah
sekitar 20% (α-pinen, β-pinen, dipenten, p-simen, α-terpinen, γ-terpinen, terpinolen,

4
 
dan fellandren) (Lawrence dan Reynolds, 1988; Guenther, 1990). Komposisi nutrien
per 100 g biji ketumbar.disajikan pada.Tabel.1.

Tabel 1. Komposisi Nutrien per 100 g Biji Ketumbar (as fed)

Komposisi Sumber 1 Sumber 2


Energi Metabolis Kkal 298 404
Kadar Air % 11,2 11,2
Protein % 12,37 14,1
Lemak % 17,77 16,1
Serat % 41,9 -
Kalsium % 0,709 0,630
Fosfor % 0,409 0,370
Magnesium % 0,330 -
Sodium % 0,035 -
Potasium % 1,267 -
Besi % 0,016 0,017
Minyak Atsiri % 1 -
Niasin (B3) mg 2,13 -
Riboflavin (B2) mg 0,29 -
Asam Folat (B9) mg 0,1 -
Vitamin C mg 21 -
Sumber: 1USDA National Nutrient Data (2009)
................2Artikel Astawan (2009)

Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses


pencernaan (Cabuk et al., 2003). Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan
kolesterol (Chithra dan Leelamma, 1997), dan sebagai antioksidan (Wangensteen et
al., 2004). Biji ketumbar banyak mengandung vitamin. Vitamin yang banyak
terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin C dan B. Vitamin C berperan sebagai
antioksidan. Antioksidan berperan dalam mencegah dan mengurangi bahaya yang
ditimbulkan radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh yang berbahaya bagi kesehatan (Wangensteen et al.,
2004). Minyak atsiri yang dikandungnya berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ
pencernaan, merangsang enzim pencernaan, dan peningkatan fungsi hati, sehingga
dapat meningkatkan nafsu makan (Hernandez et al., 2004).
5
 
Penelitian Tentang Biji Ketumbar
Menurut Guler et al. (2005), penggunaan tepung biji ketumbar pada ransum
dengan level 0,5%, 1%, 2%, dan 4% terhadap performa puyuh, dimana pengunaan
biji ketumbar 2% dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot
badan lebih tinggi dibanding kontrol. Penggunaan 1% tepung biji ketumbar mampu
menurunkan nilai konversi pakan puyuh umur 1-6 minggu. Penggunaan 1%-4%
tepung biji ketumbar mampu meningkatkan persentase karkas pada puyuh. Menurut
Chithra dan Leelamma (1997), penambahan biji ketumbar pada makanan dapat
menurunkan produk peroksida lipid dan kolesterol darah, namun belum diketahui
taraf yang optimal untuk ternak. Selain itu, ransum ayam broiler dengan
suplementasi 0,3% biji ketumbar mampu meningkatkan bobot badan, konsumsi
ransum, dan menurunkan konversi pakan. Penggunaan 2% biji ketumbar dalam
ransum mampu meningkatkan bobot badan broiler strain Ross saat pemeliharaan
musim dingin, namun tidak efisien dalam konsumsi dan konversi pakan (Sunbul et
al., 2010).

Feed Additive
Menurut Suprijatna et al. (2005), beberapa bahan seperti antibiotik, xantofil,
antioksidan, koksidiostat, dan elektrolit perlu ditambahkan dalam pakan meskipun
jumlahnya relatif sedikit. Beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan
metabolisme. Antibiotik berfungsi untuk memacu pertumbuhan mikroorganisme
patogen di saluran pencernaan. Efeknya meningkatkan proses pencernaan dan
penyerapan zat-zat makanan. Biasanya bahan kimia ini diberikan dalam pakan ayam
broiler pada periode starter dan grower.

Ayam Broiler
Broiler merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
budidaya teknologi peternakan yang memiliki ciri khas pertumbuhannya cepat,
sebagai penghasil daging dengan konversi makanan rendah, dan siap dipotong pada
usia yang relatif muda. Menurut Amrullah (2004), ayam broiler termasuk ke dalam
ordo Galiformes, famili Phasianidae, genus Gallus, dan spesies Gallus domesticus
yang dihasilkan dari bangsa ayam tipe berat Cornish.

6
 
Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda dan
berukuran lebih kecil, dapat tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur
empat minggu yang ditujukan untuk menghasilkan daging dan menguntungkan
secara ekonomis jika dibesarkan. Bangsa ayam ini dipilih yang berbulu putih dan
seleksi diteruskan hingga dihasilkan ayam broiler seperti sekarang (Amrullah,.2004).
Bibit broiler dirancang untuk memuaskan konsumen yang menginginkan performa
yang konsisten dan produk daging yang beraneka ragam. Ayam ini dijumpai dalam
beberapa strain di Indonesia, beragamnya jenis strain ayam broiler yang beredar
sekarang ini pada dasarnya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lain dilihat
dari segi produktifitasnya. Broiler strain Cobb memiliki keunggulan dan
karakteristik tersendiri, yaitu pada perbaikan FCR, dan pengembangan genetik
diarahkan pada pembentukan daging dada (Charoen Pokphand, 2004). Standar
pertumbuhan ayam broiler strain cobb CP 707 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707

Umur Konsumsi pakan Bobot Badan


Konversi Pakan
.(minggu) (g/ ekor) Kumulatif (g/ ekor)
1 150 150 159 0,94
2 370 520 418 1,24
3 610 1130 800 1,24
4 800 1930 1265 1,53
5 990 2920 1765 1,65
6 1130 4050 2255 1,80
Sumber: Charoen Pokphand (2005)

Rekayasa genetik, perkembangan teknologi pakan, dan manajemen


perkandangan menyebabkan strain broiler yang ada sekarang lebih peka terhadap
formula pakan yang diberikan (Unandar, 2001). Menurut Wahju (2004), pakan
broiler harus mengandung energi yang cukup. Membutuhkan protein yang seimbang,
fosfor, kalsium, dan vitamin. Semua nutrien ini memiliki peran penting dalam tahap-
tahap hidupnya. Kebutuhan nutrien ransum broiler disajikan pada Tabel 3.

7
 
Tabel 3. Kebutuhan Nutrien Broiler (High Nutrient Density Diet)

Starter Grower Finisher


Komponen
(0-3 minggu) (4-5 minggu) (6-7 minggu)
Protein Kasar (%) 22 20 18
Energi Metabolis (kkal/ kg) 3050 3100 3150
Kalsium (%) 0,95 0,92 0,89
Fosfor Tersedia (%) 0,45 0,41 0,38
Methionin (%) 0,50 0,44 0,38
Methionin + Sistin (%) 0,95 0,88 0,75
Lysin (%) 1,30 1,15 1,00
Sumber: Lesson dan Summers (2005)

Respon Suhu Lingkungan Panas


Cekaman panas merupakan kondisi tubuh yang kepanasan, karena suhu atau
kelembaban lingkungan yang melebihi kisaran zona nyaman pertumbuhan (Austic,
2000). Indonesia merupakan daerah tropis secara umum suhu harian berfluktuasi
antara 27,7-34,6 °C dengan kelembaban 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003).
Suhu dan kelembaban lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan
optimum broiler yang memasuki umur tiga minggu adalah 25 °C dan kelembaban
60% (Charoen Pokphand, 2005). Besar kecilnya kerugian akibat suhu lingkungan
panas dipengaruhi oleh umur, bobot badan, suhu maksimum, lamanya cekaman yang
diterima, kecepatan perubahan suhu udara, kepadatan kandang, serta kandungan
nutrisi yang tidak sesuai kebutuhan (Austic, 2000).

Bobot dan Persentase Karkas


Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa komponen karkas terdiri
dari otot, lemak, tulang, dan kulit. Karkas ayam adalah bobot badan ayam setelah
dipotong dikurangi dengan kepala, leher, kaki, darah, bulu, serta organ dalam.
Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Persentase
karkas diperoleh dari perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup ayam akhir
dikali 100%. Pesti dan Bakalli (1997) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat

8
 
antara rasio energi dan protein dengan persentase karkas yaitu semakin tinggi rasio
energi dan protein maka semakin tinggi pula persentase karkas yang dapat diperoleh.
Menurut Pesti dan Bakali (1997), persentase karkas ayam broiler umur lima minggu
yaitu antara 60,52%-69,51%.
Menurut Soeparno (1994) bahwa produksi karkas erat hubungannya dengan
bobot hidup. Pendapat lain, Siregar (1980) menyatakan bahwa bobot karkas
dipengaruhi oleh strain, jenis kelamin, umur, bobot hidup, dan makanan. Konsumen
produk ayam kini semakin selektif dalam memilih karkas khususnya karkas dengan
kadar lemak dan kolesterol yang rendah. Kadar lemak dan kolesterol dalam daging
ayam broiler dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Konsumen
cenderung untuk mengkonsumsi suatu produk pangan yang aman dengan kata lain
suatu produk hewani yang memiliki kadar lemak dan kolesterol yang rendah.

Lemak Abdominal
Menurut Amrullah (2004), lemak abdominal merupakan lemak yang
dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak yang disimpan dalam tubuh terutama
di bawah kulit dan rongga perut. Turunnya tingkat pertumbuhan akan mengurangi
kebutuhan akan protein sehingga kelebihan protein akan disimpan dalam bentuk
lemak. Kadar lemak meningkat sejalan dengan meningkatnya umur. Pertambahan
bobot badan diikuti dengan terbentuknya akumulasi sejumlah lemak di rongga
abdominal yang tidak diinginkan. Menurut Lesson dan Summers (2000), dalam
keadaan normal persentase lemak abdominal berkisar antara 1%-2,5 % dari bobot
badan.
Kolesterol
Kolesterol berasal dari kata cholesterine yang berasal dari bahasa Yunani,
chole berarti empedu dan stereos berarti padat. Pada saat kolesterol pertama kali
ditemukan didapat dengan cara mengisolasi dari batu empedu. Penemuan ini terjadi
pada tahun 1932 oleh Wieland dan Wirdaus. Menurut Frandson (1992), kolesterol
merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam proses-proses
penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi
melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati. Fungsi kolesterol
bagi tubuh adalah untuk mensintesis hormon seks, hormon korteks adernal yang
9
 
berperan dalam metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh. Mayes (2003)
menyatakan bahwa sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari
sintesis (sekitar 700 mg/ hari), dan sisanya berasal dari makan sehari-hari. Pada
konsumsi makanan yang beraneka ragam, kurang lebih setengah dari kolesterol
berasal dari biosintesis tubuh sendiri yang berlangsung di dalam usus, kulit, terutama
dalam hati (kira-kira 50%), selebihnya kolesterol diambil dari bahan makanan.

Potongan Komersial
Menurut Priyatno (2003), potongan komersial atau parting (chicken part)
istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi
beberapa bagian menurut aturan atau pesanan tertentu atau bisa juga untuk persiapan
proses pengambilan tulang (boneless). Hasil pemotongan terdiri atas beberapa bagian
yaitu: dada ayam utuh (chicken breast), paha utuh (whole leg), sayap (wing), dan
punggung (back). Gambar 2. menyajikan gambar kerangka ayam. untuk
memudahkan dalam menentukan bagian-bagian potongan komersial ayam broiler.

Gambar 2. Kerangka Ayam


Sumber: Suprijatna et al., 2005
10
 
Keterangan gambar

1. Paruh 12. Lengan atas 23. Ruas tulang ekor


2. Pangkal paruh 13. Tulang belakang 24. Tulang paha
3. Paruh bawah 14. Scapula 25. Tulang dada
4. Tulang-tulang leher 15. Tulang selangka 26. Lutut (tempurung lutut)
5. Ruas tulang leher 16. Tulang garpu 27. Fibula
6. Jari kedua 17. Tulang rusuk 28. Tibia
7. Jari pertama 18. Tulang panggul 29. Tulang jalan
8. Jari ketiga 19. Illium 30. Jari kaki pertama
9. Meta carpus 20. Pubis 31. Jari kaki keempat
10. Carpus 21. Ischium 32. Jari kaki kedua
11. Radius 22. Tulang ekor 33. Jari kaki ketiga

Menurut Amrullah (2004), potongan komersial dapat lebih meningkatkan


daya tarik tersendiri dalam penjualan produk peternakan yang akan dipasarkan.
Proses ini dilakukan untuk memudahkan pembeli dalam memilih bagian produk yang
lebih disukai secara leluasa. Menurut Priyatno (2003), pemotongan kepala sebaiknya
dilakukan sebelum proses pengeluaran isi perut dengan maksud untuk memudahkan
pengeluaran isi perut. Tempat pemotongan kaki sendi berada di bawah lutut,
sehingga hasil pemotongannya membentuk seperti angka delapan. Sayap dipisahkan
dari punggung dengan cara memotong persendian sayap.

11
 
MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu


Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Agustus hingga Oktober
tahun 2011. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Unggas
(Kandang B), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas
Peternakan (FAPET), Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisa proksimat kandungan
biji ketumbar dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan (INTP), (FAPET, IPB). Analisa kolesterol karkas ayam broiler di
Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH, IPB).
           
                                                               Materi 
Ternak
Penelitian menggunakan 120 ekor ayam broiler umur satu hari (day old
chicken/ DOC) strain Cobb CP 707  dari PT Charoen Pokphand Indonesia di Parung,
terbagi dalam 4 perlakuan dengan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor
ayam.

Kandang
Kandang yang digunakan sebanyak 3 buah kandang besar ukuran 5 m2,
dengan sistem litter dari sekam padi yang telah difumigasi. Setiap kandang dibagi
menjadi 4 petak dengan ukuran masing-masing petak 1 m2.

Peralatan Penunjang
Peralatan lain yang digunakan yaitu: tempat pakan (feeder tray dan feeder
tube), tempat minum, lampu pijar 60 watt, lingkar pembatas, pemanas buatan
(brooder), termometer, gelas ukur, tirai penutup, timbangan digital (DJ series
electronic balance), timbangan biasa, tali rafia, kertas koran, kompor gas, dan pisau.
Untuk sanitasi peralatan dan kandang digunakan: sapu, sikat lantai, kain pel, sabun,
kapur sirih, serta bahan kimia berupa larutan desinfektan.

12
 
Ransum
Bahan baku ransum yang digunakan adalah jagung kuning, dedak padi,
tepung ikan, bungkil kedelai, CPO (crude palm oil), CaCO3 (calcium carbonate),
DCP (dicalcium phosphate), premiks, L-lysin, DL-methionin, dan biji ketumbar.
Pemberian ransum dengan penambahan biji ketumbar dilakukan mulai awal DOC
datang hingga umur lima minggu. Peralihan ransum starter ke finisher dilakukan
dengan rasio perbandingan pemberian pakan starter : finisher, yaitu 75% : 25%, 50%
: 50%, 25% : 75%, dan 100% pakan fase .finisher. Pengenalan pakan dengan
pemberian secara bertahap dilakukan selama empat hari berturut-turut.

Prosedur

Pemilihan Biji Ketumbar


Biji ketumbar diperoleh dari pasar tradisional di Pasar Kota Bogor, Pasar
Parung, dan Pasar Cibereum-Ciampea. Biji ketumbar dari pasar-pasar tersebut
dipasok dari tanggerang (impor), Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Uji Kandungan Minyak Biji Ketumbar dengan Pemanasan


Biji ketumbar diuji dengan metode pemanasan (sangrai), disiapkan kompor
dan penggorengan tanpa minyak goreng. Biji ketumbar dimasukkan ke dalam
penggorengan, disangrai selama ±5 menit, lalu diamati aroma yang terbentuk
setelah,penyangraian. Tingkat aroma antar sampel yang terbentuk dibandingkan.
Aroma yang paling menyengat dari sampel, digunakan sebagai bahan baku ransum
penelitian. Biji ketumbar yang digunakan berbentuk bulat dan berwarna kuning
kecokelatan. Setelah itu, biji ketumbar digiling dengan mesin giling hingga
bertekstur tepung (mash).

Tahap Pembuatan Ransum Penelitian


Pembuatan ransum penelitian dan bahan baku ransum diperoleh dari PT
Indofeed Bogor. Komposisi bahan dan nutrien ransum penelitian disajikan pada
Tabel 4.

13
 
Tabel.4..Komposisi Bahan dan Nutrien Ransum Penelitian

Starter Finisher
Bahan Pakan
R0 R1 R2 R3 R0 R1 R2 R3
Jagung Kuning 54,14 54,26 53,68 53,82 60,41 60,01 59,61 59,22
Dedak Padi 6,00 5,17 4,85 4,01 5,17 4,73 4,30 3,86
Bungkil Kedelai 28,00 28,00 28,00 28,00 19,46 19,33 19,19 19,06
Tepung Ikan 6,05 5,99 5,93 5,88 9,39 9,45 9,52 9,58
Crude Palm Oil (CPO) 3,61 3,38 3,34 3,09 3,37 3,27 3,18 3,08
1
Biji Ketumbar 0,00 1,00 2,00 3,00 0,00 1,00 2,00 3,00
CaCO3 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Dicalcium Phosphate 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Premiks2 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
L-Lysin 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
DL-Methionin 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Komposisi Nutrien
EM (Kkal/kg) 3050 3050 3050 3050 3100 3100 3100 3100
Bahan Kering (%) 84,23 84,42 84,47 84,68 84,13 84,42 84,32 84,42
Protein Kasar (%) 22 22 22 22 20 20 20 20
Lemak Kasar (%) 6,19 6,10 6,20 6,10 6,17 6,22 6,27 6,32
Serat Kasar (%) 2,97 3,30 3,66 3,98 2,81 3,16 3,51 3,87
Kalsium (%) 0,96 0,97 0,97 0,97 1,16 1,17 1,18 1,20
Fosfor Tersedia (%) 0,53 0,53 0,53 0,52 0,62 0,62 0,62 0,63
Lysin (%) 1,44 1,43 1,43 1,42 1,35 1,34 1,34 1,34
Methionin (%) 0,54 0,53 0,53 0,53 0,55 0,54 0,54 0,54
Keterangan:..1Komposisi nutrien biji ketumbar (Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan,.2011), 2Komposisi premiks (disajikan di lampiran), komposisi nutrien bahan
pakan.(Lesson.dan/Summers,.2005),.EM.(Energi.Metabolis)..Perlakuan.:.RO.(Ransum
tanpa.(0%).bijibketumbar);R1.(Ransum..mengandung.1%.biji./ketumbar),.R2.(Ransum
mengandung,2%.biji..ketumbar);.dan.R3.(Ransum.mengandung 3%.biji.ketumbar).

Pembuatan ransum penelitian yang pertama dilakukan yaitu penimbangan


bahan baku ransum sesuai formulasi. Bahan pertama yang dicampur adalah jagung
kuning dan CPO (Crude Palm Oil). Bahan kedua yang dicampur adalah bungkil
kedelai dan tepung ikan. Bahan ketiga yang dicampur adalah tepung biji ketumbar,
dedak padi, CaCO3 (calcium carbonate), DCP (dicalcium phosphate), premiks,
L-lysin, dan DL-methionin. Seluruh bahan selanjutnya diaduk hingga homogen

14
 
dalam mesin pencampur (mixer). Bahan yang telah homogen kemudian dibentuk
menjadi pellet di mesin pellet. Proses selanjutnya adalah ransum dibentuk menjadi
crumble di mesin crumble. Ransum yang telah jadi kemudian ditimbang dan
dikemas sesuai perlakuan.

Sampel Bobot Karkas, Lemak Abdominal, Potongan Komersial, dan Kolesterol


Sampel diambil saat umur ayam lima minggu. Sebanyak 12 ekor ayam
(1ekor/ ulangan) dipotong (disembelih), dipegang kedua sayap dan kedua kaki,
kemudian diamkan beberapa saat sampai darahnya berhenti mengalir agar darah
dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Setelah dipotong, ayam dibiarkan dalam
kondisi kepala berada di bawah selama beberapa menit. Selanjutnya, dicelupkan
ayam yang telah dipotong ke dalam air panas yang sudah disiapkan pada suhu sekitar
40-70 °C selama ±1 menit (sampai bulu sayap mudah dicabut), lalu dilakukan
pencabutan bulu secara manual. Bulu-bulu halus yang masih ada dibersihkan.
Setelah itu diambil lemak yang ada di sekeliling gizzard dan di sekitar kloaka, lalu
ditimbang sebagai data lemak abdominal. Setelah itu, dipotong pada leher dan kaki
ayam pada bagian sendi lutut. Untuk potongan komersial dipotong dan ditimbang
karkas pada bagian: dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap. Kolesterol
karkas pada daging ayam broiler bagian paha kanan atas sebanyak ±2 g, dicincang
sampai daging hancur dan homogen, lalu dilakukan analisa dengan menggunakan
metode Liberman Burchard.

Teknik Pemotongan Karkas Komersial


1..Potongan komersial dada: diperoleh dengan cara memotong bagian karkas pada
....daerah scapula sampai bagian tulang dada dan selanjutnya ditimbang (g).
2..Potongan komersial paha: diperoleh dengan cara memotong sepanjang persendian
....tulang paha selanjutnya ditimbang (g).
3..Potongan komersial punggung: diperoleh dari pemisahan tulang belakang sampai
....tulang panggul dan selanjutnya dilakukan penimbangan (g).
4.,Potongan komersial sayap: diperoleh dengan cara memotong bagian persendian
....antara lengan atas dengan scapula dan selanjutnya dilakukan penimbangan (g).

15
 
Analisa Kolesterol Karkas
Kolesterol karkas diukur dengan metode Lieberman Burchard. Sebanyak ±2
g sampel daging paha kanan atas yang sudah dicincang halus hingga homogen
dimasukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ditambahkan 10 ml diethyl ether pro
analisis. Lalu diaduk dan dikocok hingga bercampur dengan baik, dibiarkan dietyl
ether pada suhu kamar selama 48 jam, sampai diethyl ether menguap seluruhnya.
Jaringan yang sudah diekstrak dikeluarkan dari tabung dengan pinset dan ekstrak
yang menempel pada tabung yang diencerkan dengan 1 ml Phospat Buffer Salin
(PBS) pada pH 7,2. Kemudian, disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit. Supernatan dituangkan atau dipindahkam ke dalam tabung eppendorf dan siap
untuk dianalisa kolesterol. Lalu, dilakukan pembacaan absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 500 nm dengan
konsentrasi standar yang digunakan 200 mg/ dl. Nilai kolesterol diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Absorbans Sampel 100


Kolesterol.(mg/.100/g).= x.200.mg/.dl x
Absorbans Standar BBerat.Sampel

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan
Penelitian menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang
diberikan sebagai berikut:
R0 = Ransum tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol)
R1 = Ransum mengandung biji ketumbar 1%
R2 = Ransum mengandung biji ketumbar 2%
R3 = Ransum mengandung biji ketumbar 3%

Peubah
1. Bobot.Hidup.Akhir.(g/.ekor). ....
.....Penimbangan..bobot/.ayam..hidup..pada/umur/lima./minggu//sebelum..dipotong.

16
 
2...Bobot.Karkas.(g).
Penimbangan bobot ayam setelah dipotong dan yang telah dikurangi darah, bulu,
kepala, leher, kaki, dan organ dalam selain paru-paru.

3.. Persentase.Karkas.(%).
Diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot hidup broiler akhir
penelitian dikalikan 100%.

4.. Bobot Potongan Komersial Karkas (g).


Diperoleh dari pemotongan karkas yang telah dipotong menjadi bagian-bagian
sebagai berikut: dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap.

5., Persentase Potongan Komersial Karkas (%).


Diperoleh dengan membagi masing-masing potongan komersial karkas dengan
bobot karkas dikalikan 100%.

6.. Lemak Abdominal.(g).


Berat lemak abdominal pada bagian sekeliling gizzard dan sekitar kloaka pada
ayam broiler umur.lima.minggu.

7...Persentase.Lemak.Abdominal.(%).
Diperoleh dengan membagi berat lemak abdominal.dengan bobot hidup dikalikan
100%.

8. Kolesterol Karkas (mg/ 100 g).


Data ini diperoleh dengan melakukan analisa karkas pada paha kanan atas dengan
metode Lieberman Burchard.

Rancangan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang
terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari sepuluh
ekor ayam. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Y : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ : nilai rataan umum
17
 
τ1 : efek perlakuan ke-i
εij : galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan analisis ragam
(ANOVA). Perlakuan yang berpengaruh nyata (p<0,05 atau p<0,01) dilakukan uji
lanjut polinomial ortogonal (Steel dan Torrie, 1993).

Transformasi Data
Bagi data yang tidak melanggar asumsi bahwa error bebas dari pengaruh
perlakuan, eksponen β = 0 atau mendekati 0. Jika β tidak sama dengan 0, data harus
ditransformasi dulu sebelum dilakukan Anova (Steel dan Torrie, 1993). Pengujian
transformasi data disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengujian Tranformasi Data

β Tranformasi
0 Tidak Perlu
1 Akar X
2 Log X
3 1/(Akar X)
>4 1/X

18
 
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan nutrien biji ketumbar dengan varietas yang sama setiap daerah
produksi, dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan iklim (temperatur dan curah hujan).
Faktor inilah yang menjadikan nutrien biji ketumbar yang di produksi Indonesia
lebih baik dari yang dihasilkan negara lain. Daerah penanaman ketumbar di
Indonesia yang cocok dan sudah berproduksi adalah di dataran tinggi Cipanas,
Cibodas, Jember, Boyolali, Salatiga, Temanggung, dan sebagian daerah di Sumatera
Barat (Astawan, 2009). Komposisi nutrien biji ketumbar yang digunakan sebagai
bahan baku ransum penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Nutrien Biji Ketumbar (as fed)


Komposisi Nutrien Jumlah
Bahan Kering (%) 89,19
Protein Kasar (%) 17,30
Lemak Kasar (%) 11,59
Serat Kasar (%) 31,26
Beta-N 22,89
Kalsium (%) 1,01
Fosfor 0,82
Energi Bruto (Kkal/ Kg) 5.052,00
Keterangan:..Komposisi nutrien biji ketumbar hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan Fapet, Institut Pertanian Bogor (2011).

Performa
Ayam broiler penelitian yang dipelihara dipuasakan selama tiga jam sebelum
dipotong untuk mempermudah proses evaluasi akhir. Minggu ke lima ayam broiler
dipotong dan dievaluasi meliputi bobot hidup akhir, bobot karkas, potongan
komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas. Bobot hidup dipengaruhi oleh
pakan yang diberikan semakin baik kualitas ransum pada ayam akan menghasilkan
bobot hidup yang tinggi, dan juga akan mempengaruhi bobot karkas, potongan
komersial, lemak abdominal, serta kolesterol karkas.
Data mengenai seluruh peubah penelitian yang berhubungan dengan
performa broiler .umur lima minggu.disajikan.pada Tabel.7.

19 
 
Tabel 7. Performa Broiler Umur 5 Minggu

Perlakuan
Peubah
R0 R1 R2 R3
Bobot Badan (g/ e) 1.217 ± 34 1.215 ± 16 1.256 ± 84 1.308 ± 108
PBB (g/ e) 1.175 ± 34 1.173 ± 16 1.214 ± 83 1.266 ± 108
Konsumsi starter (g/ e) 816 ± 14ab 692 ± 41a 836 ± 79b 773 ± 30ab
Konsumsi finisher (g/ e) 1.383 ± 88 1.338 ± 92 1.388 ± 127 1.299 ± 84
Konversi Pakan 1,87 ± 0,13 1,73 ± 0,06 1,84 ± 0,09 1,65 ± 0,18
Keseragaman (%) 21,7 ± 2,8 51,8 ± 22,6 54,4 ± 21,2 42,7 ± 12,7
Mortalitas starter (ekor) 0,00 0,00 0,00 0,00
Mortalitas finisher (ekor) 2,00 3,00 2,00 6,00
Panting (kali/ menit) 124 ± 5,13 124 ± 1,35 132 ± 5,20 136 ± 8,66
Keterangan: .R0 (ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (ransum + 1% biji ketumbar); R2
(ransum + 2% biji ketumbar); R3 (ransum + 3% biji ketumbar). PBB (Pertambahan
Bobot Badan), keseragaman = bobot badan ± 10% bobot badan, panting diukur saat
suhu maksimum pemeliharaan. Superskrip non-kapital pada baris (konsumsi
starter).menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Indonesia merupakan daerah tropis secara umum suhu harian berfluktuasi


antara 27,7-34,6 °C dengan kelembaban 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003).
Suhu dan kelembaban lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan
optimum broiler yang memasuki umur tiga minggu adalah 25 °C dan kelembaban
60% (Charoen Pokphand, 2005). Perkembangan broiler di daerah tropis dihadapkan
pada tingginya angka mortalitas dan rendahnya produktifitas, karena pengaruh
tingginya tingkat stres akibat suhu lingkungan panas pada siang hari. Rangkaian
respon fisiologis tubuh ayam ke keadaan negatif secara terus-menerus (stres) akibat
suhu lingkungan yang fluktuatif, berdampak pada penurunan performa. Stres secara
kasat mata dalam jangka waktu lama dapat dicerminkan dengan produktivitas yang
tidak optimal, seperti bobot badan rendah (di bawah standar), keseragaman rendah,
mortalitas cenderung tinggi (infeksi penyakit), dan feed conversion ratio (FCR)
mengalami peningkatan, dan pertambahan bobot badan yang rendah (Austic, 2000).
Data di atas menunjukkan broiler seluruh perlakuan mengalami kondisi stres
akibat suhu lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari peubah keseragaman yang rendah,
konversi pakan yang tinggi dan mortalitas terjadi pada priode finisher (Austic, 2000;
Charoen Pokphand, 2005). Taraf penggunaan biji ketumbar 2%-3% dalam ransum,

20 
 
mampu memberikan efek positif terhadap peningkatan konsumsi ransum starter. Hal
ini sangat diperlukan dalam mengurangi penurunan konsumsi yang merupakan
dampak dari faktor penyebab stres.
Menurut Kusnadi (2009), cekaman panas pada ayam broiler dapat
meningkatkan konsumsi air, menurunkan produksi, dan konsumsi pakan. Mortalitas
terjadi pada priode finisher, artinya terjadi setelah broiler memasuki umur tiga
minggu. Austic (2000) menjelaskan suhu lingkungan panas mengakibatkan stres.
Rangkaian fisiologis saat stres dapat menurunkan kepekaan terhadap penyakit
(kualitas sel imun menurun), sehingga mortalitas cenderung tinggi. Hasil penelitian
untuk rataan bobot hidup akhir, bobot karkas, lemak abdominal, dan kolesterol
karkas ayam broiler umur lima minggu disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Hidup Akhir, Bobot Karkas, Lemak Abdominal, dan
.................Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur 5 Minggu

Peubah Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Bobot Hidup Akhir (g) 1.183,33 1.216,00 1.285,00 1.310,33
± 35,16 ± 39,28 ± 116,89 ± 63,53
Bobot Karkas (g) 791,67 818,67 840,33 830,67
± 51,07 ± 32,53 ± 81,93 ± 102,45
(%) 66,86 67,32 65,37 63,25
± 2,52 ± 0,76 ± 0,47 ± 5,16
Lemak Abdominal (g) 18,70 23,35 24,64 24,56
± 3,01 ± 3,03 ± 3,47 ± 2,07
(%) 1,58 1,92 1,78 1,88
± 0,28 ± 0,24 ± 0,19 ± 0,20
Kolesterol (mg/ 100 g) 19,37b 29,43 a
27,52ab 8,71c
± 3,10 ± 3,92 ± 2,29 ± 5,27
Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar); R2
.(Ransum+ 2% biji ketumbar); dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar). Superskrip non-kapital
.pada .baris (kolesterol) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Bobot Karkas
Bobot karkas dalam penelitian ini adalah bobot yang diperoleh dari hasil
pemotongan dan penimbangan ayam umur lima minggu tanpa darah, bulu, kepala,
leher, kaki, dan organ dalam selain paru-paru. Bobot karkas ayam kontrol 791,67 g/
ekor, sedangkan pada perlakuan meningkat tetapi tidak mempengaruhi bobot karkas.

21 
 
Dilihat dari data bobot hidup akhir pada perlakuan (R3)>(R2)>(R1)>(R0), jadi
peningkatan bobot karkas seiring dengan peningkatan bobot hidup akhir, dan sesuai
dengan pendapat Soeparno (1994) mengatakan bahwa produksi karkas erat
hubungannya dengan bobot hidup.
Pendapat lain, Siregar (1980) menyatakan bahwa bobot karkas dipengaruhi
oleh strain, jenis kelamin, umur, bobot hidup, dan makanan. Dilihat dari data yang
ada bahwa bobot hidup akhir perlakuan (R3)>(R2)>(R1)>(R0) tetapi bobot karkas
perlakuan (R2)>(R3)>(R1)>(R0).
Menurut Hernandez et al. (2004), biji ketumbar mengandung minyak atsiri
yang berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ pencernaan, merangsang enzim
pencernaan, dan peningkatan fungsi hati sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.
Jadi, dapat dikatakan makanan/.pakan dengan penambahan biji ketumbar
mempengaruhi bobot karkas tetapi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Persentase Karkas
Persentase karkas merupakan perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup
ayam akhir penelitian dikali 100%, sehingga bobot hidup yang besar akan diikuti
pula oleh bobot karkas yang besar begitupun sebaliknya. Untuk melihat pengaruh
dari perlakuan terhadap persentase karkas, maka dilakukan analisa ragam..Hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan (R1), (R2,) dan (R3). tidak memberikan
perbedaan yang nyata terhadap persentase karkas ayam broiler, dibandingkan dengan
ransum kontrol. Penelitian ini menggunakan ransum yang memiliki kandungan
energi metabolis dan protein yang sama. Menurut Pesti dan Bakalli (1997), ada
hubungan yang erat antara rasio energi dan protein dengan persentase karkas, yaitu
semakin tinggi rasio energi dan protein maka semakin tinggi pula persentase karkas
yang dapat diperoleh. Penambahan biji ketumbar diduga tidak terlalu mempengaruhi
efisiensi penggunaan energi dan protein ransum tersebut, sehingga persentase karkas
yang dihasilkan tidak berbeda nyata secara statistik.
Pesti dan Bakali (1997) menyatakan bahwa persentase karkas ayam broiler
umur panen lima minggu yaitu antara 60,52%-69,51%, hal ini menunjukkan bahwa
semua perlakuan dalam penelitian ini menghasilkan persentase karkas yang masih
dalam kisaran yang dinyatakan Pesti dan Bakali (1997) tersebut yaitu antara 63,25%
- 67,32%.
22 
 
Lemak Abdominal
Menurut Amrullah (2004), lemak abdominal merupakan lemak yang
dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak yang disimpan dalam tubuh terutama
di bawah kulit dan rongga perut. Produksi ayam broiler ditujukan untuk tumbuh
lebih cepat dengan bobot tubuh yang cukup dan konversi pakan yang baik, tetapi
konsekuensinya lemak tubuh meningkat. Lemak.abdominal pada penelitian ini
adalah lemak yang terdapat di sekeliling gizzard dan di sekitar kloaka. Persentase
lemak abdominal yaitu perbandingan berat lemak abdominal dengan bobot hidup
dikali 100%. Perbedaan kuantitas lemak abdominal adalah hasil perbedaan kecepatan
pertumbuhan, ada pembawaan lemak abdominal meningkat dengan meningkatnya
bobot tubuh.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap
kandungan lemak abdominal tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.
Minyak atsiri dalam biji ketumbar 0,5%-1% berkhasiat meningkatkan palatabilitas
makanan dan antimikroba (Isao et al., 2004). Hal ini mengakibatkan jumlah energi
yang dikonsumsi akan lebih banyak. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah
kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Kelebihan energi
tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya kelebihan lemak tubuh. Tinggi
rendahnya lemak abdominal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi selera
konsumen terhadap ayam broiler. Penimbunan lemak yang tidak berlebihan untuk
dipasarkan merupakan hal penting, karena akan memberikan penampilan karkas
yang baik dan memperbaiki kualitas daging, karena lemak yang berlebihan dapat
membahayakan kesehatan.

Kolesterol Karkas
Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam
proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian
besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati
(Frandson, 1992). Hendrawati (1999) menyatakan bahwa kolesterol dalam daging
ayam broiler yang baik berkisar antara 80 sampai 91 mg/ 100 g. Manusia
membutuhkan rata-rata 1,1 g kolesterol setiap hari untuk memelihara dinding sel dan
fungsi fisiologis lain. Sekitar 25%-40% dari jumlah tersebut berasal dari makanan
dan selebihnya disintesis dalam tubuh. Tabel 8. memperlihatkan bahwa penambahan
23 
 
biji ketumbar dalam ransum mampu menurunkan kolesterol karkas paha kanan atas
ayam broiler. Perlakuan (R3) dengan penambahan biji ketumbar 3% nilai kolesterol
karkas berada dibawah kadar kolesterol kontrol (R0). Menurut Chithra dan
Leelamma (1997), ketumbar ada kandungan flavonoid berperan menurunkan
kolesterol. Penambahan biji ketumbar 3% efektif untuk menurunkan kolesterol.
Menurut Robinson (1995), zat aktif flavonoid mempunyai sifat tidak larut
pada enzim-enzim pencernaan dan lipid. Hal ini dapat membantu kinerja garam
empedu, fungsi utama garam empedu dan lesitin dalam empedu adalah untuk
membuat gelembung siap untuk dipecah oleh pengadukan di dalam usus halus.
Empedu mengandung air, garam-garam pigmen empedu, kolesterol, dan lipid. Akibat
dari peningkatan sekresi empedu dan pankreas ke duodenum, ekskresi asam empedu
dan kolesterol akan dikeluarkan bersama feses.

Potongan Komersial
Potongan komersial istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang di
potong-potong menurut pesanan. Merkley et al. (1980), membagi karkas menjadi
lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, pangkal paha, paha bawah, sayap,
dan punggung. Persentase potongan komersial dalam penelitian ini adalah rasio
bobot potong komersial dengan bobot karkas dikali 100%. Menurut Amrullah
(2004), ayam broiler dapat menghasilkan daging dalam jumlah banyak, bagian-
bagian tubuh ayam broiler tidak sama rasanya satu dengan yang lain, pada bagian
betis lebih keras karena lebih berotot, bagian dada lebih empuk dan sedikit
mengandung lemak.
Menurut Priyatno (2003), potongan komersial atau parting (chicken part)
istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi
beberapa bagian menurut aturan atau pesanan tertentu atau bisa juga untuk persiapan
proses pengambilan tulang (boneless). Potongan komersial ini merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk memudahkan pembeli dalam memilih bagian produk
yang lebih disukai secara leluasa. Potongan komersial dapat lebih meningkatkan
daya tarik tersendiri dalam penjualan produk peternakan yang akan dipasarkan. Hasil
penelitian penambahan biji ketumbar terhadap persentase potongan komersial
dengan pemeliharaan selama lima minggu disajikan pada Tabel 9.

24 
 
Tabel 9. Persentase Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu

Peubah Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Dada (%) 30,55 33,81 31,59 32,47
± 1,51 ± 1,32 ± 1,52 ± 1,54
Paha atas (%) 16,92 16,08 17,44 17,41
± 0,82 ± 0,91 ± 1,90 ± 1,38
Paha.bawah (%) 15,83 14,95 16,22 15,98
± 0,18 ± 0,37 ± 2,06 ± 2,07
Sayap (%) 12,17 12,54 13,31 11,98
± 1,49 ± 0,09 ± 0,87 ± 0,60
Punggung (%) 24,51 22,70 26,57 24,84
± 1,56 ± 0,91 ± 3,98 ± 2,07
Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar);
R2 (Ransum.+ 2% biji.ketumbar);.dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar).

Potongan Komersial Dada


Dada merupakan potongan yang paling banyak disukai oleh konsumen karena
memiliki daging yang tebal serta rendah kandungan lemaknya. Hasil statistik dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dalam ransum pada
taraf yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap potongan
komersial dada. Menurut Amrullah (2004) persentase potongan komersial dada umur
lima minggu adalah 30,1% pada jantan dan 29,7% betina. Penelitian yang dilakukan
kisaran persentase potongan komersial dada yaitu 31,59%-33,81%, dapat dikatakan
pakan dengan penambahan biji ketumbar mempengaruhi persentase potongan
komersial tetapi tidak menunjukan pengaruh yang nyata.

Komersial Paha
Potongan komersial paha merupakan bagian karkas yang banyak
mengandung jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi
oleh zat makanan khususnya protein (Bahij, 1991). Betis lebih keras karena lebih
berotot (Amrullah, 2004). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan
biji ketumbar dengan taraf yang berbeda dalam ransum tidak berpengaruh nyata
terhadap potongan komersial paha atas dan paha bawah pada penelitian ini.

25 
 
Potongan Komersial Sayap
Sayap merupakan bagian karkas yang lebih banyak mengandung jaringan
tulang daripada jaringan otot, maka yang lebih berpengaruh adalah mineral ransum
untuk masa pertumbuhannya (Basoeki, 1983). Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dalam ransum tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap persentase potongan komersial sayap pada penelitian
ini.

Potongan.Komersial.Punggung
Punggung merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan
tulang sehingga yang lebih berpengaruh dalam masa pertumbuhannya adalah mineral
ransum (Basoeki, 1983). Perlakuan pemberian pakan dengan penambahan biji
ketumbar dalam ransum ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
potongan.komersial.punggung.

Keuntungan Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum


Data-data mengenai evaluasi biaya penggunaan biji ketumbar dalam ransum
terhadap pertambahan bobot badan broiler umur lima minggu disajikan Tabel 10.

Tabel.10..Biaya Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum Terhadap Pertambahan


.... Bobot Badan Broiler Umur 5 Minggu

Perlakuan
Penilaian
R0 R1 R2 R3
Konsumsi Ransum Starter (g/ekor) 815,74 691,87 835,81 773,36
Harga Ransum Starter (Rp/Kg) 6.350 6.500 6.700 6.850
Biaya Ransum Starter (Rp/ekor) 5.180 4.497 5.600 5.298
Konsumsi Ransum Finisher (g/ekor) 1.383 1.339 1.388 1.299
Harga Ransum Finisher (Rp/Kg) 6.200 6.400 6.550 6.700
Biaya Ransum Finisher (Rp/ekor) 8.576 8.568 9.089 8.703
Total Biaya Ransum (Rp/ekor) 13.756 13.065 14.689 14.000
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 1.175 1.173 1.214 1.266
Biaya Ransum Perbobot Badan (Rp/g) 11,70 11,14 12,10 11,06
Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar);
R2 (Ransum.+ 2% biji.ketumbar);.dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar).

26 
 
 
Penggunaan biji ketumbar sebagai bahan baku sangat aplikatif, pengolahan
biji ketumbar setelah dipisahkan dari buahnya, dijemur lalu digiling, dan bisa
langsung dicampur dengan bahan pakan lain dalam mesin. Proses pengolahan sampai
diberikan pada ternak tidak rumit dan relatif pendek. Namun, Penggunaan biji
ketumbar meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan karena ransum dengan
penambahan biji ketumbar mengeluarkan biaya sebesar Rp 20.000/ kg. Pada tabel
diatas perlakuan (R3) menghasilkan pertambahan bobot badan rata-rata tertinggi, dan
biaya ransum yang harus dikeluarkan (R3) paling besar. Keuntungan yang dihasilkan
jika melihat biaya ransum yang harus dikeluarkan untuk kenaikan satu g bobot badan
(R3) lebih rendah dari ransum lainnya. Jika dilihat dari tingkat kesehatan yang
diperoleh dari keterkaitan seluruh peubah, dengan asumsi manajemen pemeliharaan
dan kondisi lingkungan sama, menghasilkan broiler (R2) dalam tingkat kesehatan
tertinggi diantara yang lain. Tingkat kesehatan broiler mulai dari yang tertinggi
adalah (R2), (R1), (R0), dan (R3), serta untuk performa adalah (R3), (R2), (R1), dan
(R0). Selain itu manfaat yang dihasilkan dengan penambahan biji ketumbar dalam
penelitian ini, yaitu: memiliki nilai konversi pakan yang lebih baik dari kontrol,
memberi efek positif dalam menjaga atau mengurangi penurunan kesehatan yang
menjadi masalah bagi peternak tropis, dan mampu menurunkan kadar kolesterol
daging broiler. Hal ini tentu menguntungkan bagi produsen karena memiliki ternak
lebih sehat dengan performa baik.

27 
 
 
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Biji ketumbar bisa digunakan sebagai bahan pakan, serta ransum dengan
komposisi biji ketumbar 2%-3% dapat diaplikasikan untuk menghasilkan performa
yang baik, mendapatkan tingkat kesehatan yang tinggi, dan mampu menurunkan
kolesterol karkas pada broiler.

Saran
Perlu penelitian lebih lanjut penggunaan biji ketumbar dengan kisaran
penambahan biji ketumbar 0,1%-0,3% untuk menekan biaya yang dikeluarkan dari
penggunaan biji ketumbar dan mengetahui level terbaik terhadap bobot karkas,
persentase potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler.

28 
 
 
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Selama menjalani proses panjang menyelesaikan
tugas akhir sarjana penulis berhubungan dengan banyak pihak, pada kesempatan kali
ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda H. Johan Effendi dan Ibunda tercinta Siti Hasanah yang memberi
dukungan moril serta materil kepada penulis selama berkuliah. Untuk mereka
yang telah memberikan kasih sayangnya, penulis hanya dapat berdo’a semoga
mereka mendapat limpahan rahmat ArRahmaan dan ArRahiim.
2. Saudara, keluarga, dan khusus buat my sister drh. Rosdia Satriani dan Nisma
Ulda Sari, S.Pt yang telah memberi kasih sayang, keikhlasan, motivasi, dan do’a
yang tiada henti selalu menguatkan selama menuntun ilmu.
3. Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S selaku pembimbing akademik dan
pembimbing utama skripsi, Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimbing
skripsi. Pada fase-fase sulit sering kali beliau berdua menjadi sasaran kebuntuan
penulis.
4. Ir. Widya Hermana, M.Si selaku pembahas seminar dan penguji ujian akhir
sarjana, Dr. Ir. Sri Darwati, M.Si sebagai penguji ujian akhir sarjana, Dr. Sri
Suharti, S.Pt. M.Si dan Iwan Prihantoro, S.Pt. M.Si sebagai panitia ujian sidang
yang telah memberikan bimbingan untuk penulisan skripsi.
5. Kak Umam, Agista, Sherly sebagai grup penelitian yang memberikan dukungan
materil dan kerja sama selama penelitian.
6. Yani, Rafika, Elsa, Nia, Prima, Neri, Pika, Dian, Pipit sebagai teman dan karib
saya yang berperan serta sehingga skripsi ini terselesaikan. Ibu Lanjarsih, Ibu
Ida, Pak Idris Indofeed, Altami, Lilis, Ebi, Ferri, Arif, Fredi, Riadhi, Adit, Rifki,
Handi, dan Wesley sebagai teman diskusi yang selalu memberi dukungan.
7. Teman-teman Genetik 45 (INTP 2008), UKM Badminton (2008), HIMASITER
(2009), fairus kosan, lorong 4 asrama TPB, kelas A10 TPB, OMDA IKAMUSI,
anak-anak smansa muda osela yang berkuliah di IPB yang menjadi bagian
kenangan yang berarti bagi perjalanan penulis selama berkuliah di IPB.
29
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Ketiga. Lembaga Satu


Gunungbudi, Bogor.
Astawan, M. 2009. Ketumbar. http://cybehealt.cbn.net.id. [21 Juli 2011].
Austic, R. E. 2000. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates: Stress Physiology in
Livestock. 3rd Ed. Poultry CRC Press, Florida.
Badan Pusat Statistik. 2003. Suhu dan Kelembaban Harian. Badan Pusat Statistik RI,
Jakarta.
Bahij, A. 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibat
penurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga keempat. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2004. Tanaman Obat: Ketumbar
(Coriandrum sativum L.). Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Basoeki, B. D. A. 1983. Pengaruh tingkat pemberian ampas tahu dalam ransum
terhadap potongan karkas komersial ayam broiler betina strain hybro umur 6
minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cabuk, M., A. Alcicek, M. Bozkurt, & N. Imre. 2003. Antimicrobial properties of the
essential oils isolated from aromatic plants and using possibility as alternative
feed additives. II. National Animal Nutrition Congress. 18-20 September,
Konya, Turkey. pp: 184-487.
Charoen Pokphand Indonesia. 2004. Feed and Nutrition In Broiler Management.
Stadium General Charoen Pokphand. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Charoen Pokphand Indonesia. 2005. Manual manajemen broiler CP 707. http://www.
charoenpokphand/org.com/. [1 Desember 2011].
Chithra, V. & S. Leelamma. 1997. Hypolipidermic effect of coriander seeds
(Coriandrum sativum). Antioxidant enzyme in experimental animals. Ind.
J.Biochem. Biophys. 36:59-61.
De Souza, E. L., T. I. M. Stamford, E. O. Lima, T. N. Tarajano, & J. B. M. Fillo.
2005. Antimicrobial effectiveness of spices: An approach for use in food
convertion system. Braz. Arch. Boil. Technol. 48:1516-8913.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Terjemahan: B.
Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada Universty Press, Yogyakarta.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid IV B. Terjemahan: S. Ketaren dan R.
Mulyono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

30
 
Guler, T., O. N. Ertas, M. Ciftci, & B. Dalkhe. 2005. The effect of coriander seed
(Coriandrum sativum L.) as diet ingredient on the performance of Japanese
quail. J. Anim. Sci. 35: 260-266.
Hendrawati, A. 1999. Penurunan kadar kolesterol daging broiler dengan penambahan
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam ransum. Tesis. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hernandez, F., J. Madrid, V. Garcia, J. Orengo, & M. D. Megias. 2004. Influence of
two plant extract on broiler performance, digestibility and digestive organ
size. Poult. Sci. 83: 169-174.
Isao, K., F. Ken-Ichi, K. Aya, N. Ken-Ichi, & A. Tetsuya. 2004. Antimicrobial
activity of coriander volatile compound against Salmonella choleraesuits. J.
Agric. Food Chem. 52: 3329-3332.
Kusnadi, E. 2009. Perubahan malondialdehida hati, bobot relative bursa fabricius dan
rasio heterofil/limfosit ayam broiler yang diberi cekaman panas Med. Pet
32(2):81-87.
Lawrence, B. M. & R. J. Reynolds. 1988. Progress in essential oils. Perfumer
..Flavorist. An Allured Publication. 13(3): 49-50.
Leeson, S. & J. D. Summers. 2000. Nutrition and Quality of Broiler Carcass.
Departemen of Animal and Poultry Science. University of Guelph, Canada.
Lesson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed.
Departemen of Animal and Poultry Science. University of Guelph, Canada.
Mayes, P. A. 2003. Sintesis, pengangkutan, dan ekskresi kolesterol. Di dalam: Bani
AP, Sikumbang TMN, editor. Biokimia Harper. Ed ke-25. Jakarta: EGC.
Hlm. 270-281.
Merkley, S. W., B. T. Weinland., G. W. Malone, & G. W. Chaloupka. 1980.
Evaluation of five commercial broiler crosses 2. Eviscerated yield and
component parts. Poult. Sci. 59 : 1755-1760.
Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pesti, G. M. & R. L. Bakalli. 1997. Estimation of the composition of broiler
........../.carcasses from their specific gravity. Poultry Science. 76 (7) : 948-951.
Priyatno. M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB Press, Bandung.
Siregar. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group, Jakarta.

31
 
Soeparno..1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Steel. R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. 2sd Ed.
Terjemahan: B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sunbul, J. H., H. A. Essa, K. A. Farah, & E. A. Hanan. 2010. Effect of coriander seed
(Coriander sativum L.) as diet ingredient on broilers performance under hight
ambient temperature. Int. J. Poult. Sci. 9: 968-971.
Suprijatna, E. U., Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Tenak
Unggas. Penebar Swadya, Jakarta.
Unandar, T. 2001. Titik Lemah Broiler Modern. Buletin Elanco. Elanco, Jakarta.
USDA. 2009. Coriander seeds nutrition facts (USDA National Nutrient Data).
www.nutrition-and-you.com. [23 Februari 2011].
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. 4th Ed. GMU Press, Yogyakarta.
Wangensteen, H., A. B. Samuelsen, & K. E. Malterud. 2004. Antioksidan activity in
extracts from coriander. Food Chem. 88: 293-297.

32
 
Lampiran 1. Data Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Berat Lemak Abdominal Ayam . .
....................Broiler Umur 5 Minggu

Ransum Ulangan Bobot Hidup (g) Bobot Karkas (g) Lemak Abdominal (g)
0 1 1156,00 770,00 17,84
0 2 1171,00 755,00 22,05
0 3 1223,00 850,00 16,22
1 1 1173,00 787,00 21,60
1 2 1225,00 817,00 26,85
1 3 1250,00 852,00 21,60
2 1 1163,00 754,00 28,56
2 2 1296,00 850,00 23,40
2 3 1396,00 917,00 21,97
3 1 1248,00 715,00 23,93
3 2 1308,00 867,00 26,87
3 3 1375,00 910,00 22,87
Keterangan: Perlakuan: ransum 0: tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol), ransum 1: mengandung biji ketumbar 1%,
,,,,,,,,ransum 2: mengandung biji ketumbar 2%,.ransum 3 mengandung biji ketumbar 3%.

Lampiran 2. Data Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu


Paha.Atas.(g) Paha.Bawah.(g) Sayap.(g)
Ransum Ulangan Punggung.(g) Dada (g)
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
0 1 67 63 63 60 54 52 176 232
0 2 72 62 57 61 46 44 196 222
0 3 76 61 68 67 46 46 210 279
1 1 62 67 65 53 50 49 192 251
1 2 65 58 63 62 52 51 185 282
1 3 72 71 61 63 54 52 180 292
2 1 77 71 74 66 53 53 235 314
2 2 70 68 62 63 51 54 206 259
2 3 74 77 71 70 64 60 223 279
3 1 63 72 66 65 44 45 193 236
3 2 70 79 66 66 48 50 214 272
3 3 74 73 66 65 56 55 208 311
Keterangan: Perlakuan : ransum 0 : tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol), ransum 1 : mengandung biji ketumbar 1%, .ransum 2 :
.mengandung biji ketumbar 2%, ransum 3 : mengandung biji ketumbar 3%.

33
 
Lampiran 3. Data Hasil Analisa Kolesterol Paha Kanan Atas Ayam Broiler ..........
.................... Umur 5 Minggu

Ransum Ulangan mg/ dl mg/ 100 g sampel


I II
0 1 37,08 18 18
0 2 4,49 2 22
0 3 53,93 26 26
1 1 76,40 38 38
1 2 59,55 30 30
1 3 2,25 2 34
2 1 4,49 2 33
2 2 68,54 34 34
2 3 62,92 32 32
3 1 12,36 6 6
3 2 37,08 18 18
3 3 15,73 8 8
Keterangan: Perlakuan : ransum 0 : tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol), ransum 1 : mengandung biji ketumbar 1%,
......ransum 2 : mengandung biji ketumbar 2%, ransum 3 : mengandung biji ketumbar 3%.

Lampiran 4. Hasil Transformasi Data Analisa Kolesterol Paha Kanan Atas


Ransum Ulangan Bobot Hidup (Kg) Kolesterol (mg/ 100 g)
Bobot Hidup (Kg) ^ 0,75
0 1 1,16 1,11
0 2 1,17 1,13
0 3 1,22 1,16
1 1 1,17 1,13
1 2 1,23 1,16
1 3 1,25 1,18
2 1 1,16 1,12
2 2 1,30 1,21
2 3 1,40 1,28
3 1 1,25 1,18
3 2 1,31 1,22
3 3 1,38 1,27
Keterangan: Perlakuan : ransum 0 : tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol), ransum 1 : mengandung biji ketumbar 1%,
,,,,,,,ransum 2 : mengandung biji ketumbar 2%, ransum 3 : mengandung biji ketumbar 3%.

34
 
Lampiran 5. Sidik Ragam Bobot Hidup

SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01


Perlakuan
3 31375,33 10458,44 2,04 4,07 7,59 tn
Galat 8 40957,33 5119,67
Total 11 72332,67
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 6. Sidik Ragam Bobot Karkas

SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01


Perlakuan
3 3994,00 1331,33 0,26 4,07 7,59 tn
Galat 8 41750,67 5218,83
Total 11 45744,67
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 7. Sidik Ragam Lemak Abdominal


SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01
Perlakuan 3 0,20 0,07 1,28 4,07 7,59tn
Galat 8 0,42 0,05
Total 11 0,62
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Paha Atas (Transformasi Data)
SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01
Perlakuan 3 0,00 0,00 0,75 4,07 7,59tn
Galat 8 0,00 0,00
Total 11 0,00
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 9. Sidik Ragam Potongan Komersial Paha Bawah (Transformasi Data)

SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01


Perlakuan 3 0,00 0,00 0,48 4,07 7,59tn
Galat 8 0,00 0,00
Total 11 0,00
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

35
 
Lampiran 10. Sidik Ragam Potongan Komersial Sayap

SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01


Perlakuan 3 0,78 0,26 1,24 4,07 7,59tn
Galat 8 1,67 0,21
Total 11 2,45
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 11. Sidik Ragam Potongan Komersial Punggung (Transformasi Data)


SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01
Perlakuan 3 0,00 0,00 1,48 4,07 7,59tn
Galat 8 0,00 0,00
Total 11 0,00
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 12. Sidik Ragam Potongan Komersial Dada


SK DB JK KT F Hit F0.05 F0.01
Perlakuan 3 17,16 5,72 2,63 4,07 7,59tn
Galat 8 17,42 2,18
Total 11 34,59
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 13. Sidik Ragam Kolesterol Paha Kanan Atas (Transformasi Data)
SK DB JK KT F Hit F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 810,14 267,05 18,43 2,62 3,81**
Linier 1 172,12 172,12 11,88 3,85 6,67**
Kuadratik 1 625,40 625,40 43,17 3,85 6,67**
Kubik 1 3,62 3,62 0,25 3,85 6,67tn
Error 8 115,91 14,49
Total 11 917,05
Keterangan : ** = sangat nyata

36
 
Lampiran 14. Komposisi Premiks

Vitamin A 10,000,000 IU
Vitamin D 2,000,000 IU
Vitamin E 3,000 mg
Vitamin B1 1,000 mg
Vitamin B2 5,000 mg
Vitamin B12 5,000 mg
Vitamin K 1,000 mg
Niacinamide 7,500 mg
Ca-d-Panthotenate 2,500 mg
Folic Acid 500 mg
Choline Chloride 100,000 mg
L-lysine 75,000 mg
Dl-Methionine 100,000 mg
Magnesium Sulfate 34,000 mg
Ferrous Sulfate 25,000 mg
Manganese Sulfate 50,000 mg
Cupri Sulfate 500 mg
Zinc Sulfate 10,000 mg
Potasium Iodine 100 mg
Antioxidant & Carrier ad 5 mg

37
 

Anda mungkin juga menyukai