Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konservasi berasal dari kata conservation yang terdiri dari kata con
(together) dan servare (keep/save), jadi konsrevasi merupakan perlindungan atau
pelestarian yang dilakukan secara bersama.
Tak salah memang jika Indonesia disebut sebagai salah satu surga dunia.
Tak hanya alamnya yang indah, Indonesia juga kaya akan flora dan fauna yang
hanya ada di nusantara. Tercatat tidak kurang dari 515 spesies mamalia (terbanyak
di dunia), 270 amfibi (terbanyak kelima di dunia), 600 spesies reptile (terbanyak
ketiga di dunia), 121 spesies kupu – kupu (terbanyak di dunia) dan 20.000 spesies
tumbuhan berbunga (terbanyak ketujuh di dunia) menghuni daratan dan lautan
Indonesia.
Namun sayangnya, dewasa ini banyak flora dan fauna di Indonesia yang
sudah langka, bahkan punah. Maka dari itu untuk mencegh hewa yang sudah
langka dari kepunahan, maka sudah sepantasnya bagi kita bersama dengan
pemerintah untuk melindungnya.
Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi
(sumber daya alam hayati) adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Sudah sejak ribuan tahun manusia beriteraksi
dengan alam, namun kerusakan lingkungan yang sangat tinggi terlihat pada
beberapa dekade terakhir. Nenek moyang kita mengembangkan berbagai
pengetahuan maupun kearifan lokal untuk dapat hidup selaras dengan alam
sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan. Banyak masyarakat tradisional
memiliki etika konservasi yang kuat dan cocok bagi perlindungan keanekaragaman
hayati. Melindungi keanekaragaman hayati secara menyeluruh merupakan hal yang
sulit karena masih banyak spesies yang belum ditemukan ilmu pengetahuan
(ilmuwan), bahkan spesies yang adapun sering tidak dikenal oleh masyarakat
umum.

1
Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Cagar alam karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa
mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya konservasi di daerah pulau Jawa ?
2. Bagaimana upaya konservasi yang bersumber dari kearifan lokal dalam
hubungan sesama manusia ?
3. Bagaimana hewan dan tumbuhan yang ada di Jawa ?
4. Bagaimana penerapan konservasi dalam 5w+1h ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya konservasi di daerah pulau Jawa.
2. Untuk mengetahui upaya konservasi yang bersumber dari kearifan lokal dalam
hubungan sesama manusia.
3. Untuk mengetahui hewan dan tumbuhan yang ada di jawa.
4. Untuk mengetahui penerapan konservasi dalam 5W+1H

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Konservasi Di Daerah pulau Jawa


Istilah Konservasi dapat diartikan sebagai suatu usaha pengelolahan yang
dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam secara
berkelanjutan untuk genarasi manusia saat ini serta tetap memelihara potensinya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi yang akan
datang. Berdasarkan pengertia tersebut konservasi diartikan sebagai
perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan dan penguatan
lingkungan alam (IUCN, 1980). Pengertian tersebut juga menekankan bahwa
konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka ragam jenis ekosistem
untuk kepentingan manusia secara maksiamal selama pemanfaatan tersebut
masih berkelanjutan.
Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi
(sumber daya alam hayati) adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Sudah sejak ribuan tahun manusia beriteraksi
dengan alam, namun kerusakan lingkungan yang sangat tinggi terlihat pada
beberapa dekade terakhir. Salah satunya adalah provinsi Jawa Timur, Provinsi
Jawa Timur merupakan satu provinsi di Pulau Jawa yang terletak pada 7,120LS -
8,480LS dan 111,00 BT - 114,40 BT. Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur, di
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa (Pulau Kalimantan), sebelah timur
berbatasan dengan Selat Bali (Pulau Bali), sebelah selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa
Tengah. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur mencapai 46.428 km2 atau
4.642.800 ha yang terbagi ke dalam 29 kabupaten, 9 kota, dan 657 kecamatan
dengan 8.497 desa/kelurahan (785 kelurahan dan 8484 desa).
Jadi Upaya Pelestarian Flora dan Fauna di pulau jawa
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu
untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya

3
dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri,
dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut
dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. . Untuk mencegah semakin punahnya
flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya seperti Ditetapkan tempat
perlindungan bagi flora dan fauna agar perkembangbiakannya tidak terganggu.
Tempat-tempat perlindungan ini berupa cagar alam bagi flora dan suaka
margasatwa bagi fauna, Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-
tempat penangkaran bagi hewan-hewan tertentu, Pembangunan yang
berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus memperhatikan
keseimbangan yang sehat antara manusia dengan lingkungannya, Menetapkan
beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi, Melakukan usaha pelestarian
hutan, Melakukan usaha pelestarian hewan, Melakukan usaha pelestarian biota
perairan, dan sebagainya.

B. Upaya Konservasi Dari Kearifan Lokal Dalam Hubungan Sesama Manusia


Di ekosistem hutan, biasanya konflik konservasi muncul antara satwa
endemik dan pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Karena habitatnya
menciut dan kesulitan mencari sumber makanan, akhirnya satwa tersebut keluar
dari habitatnya dan menyerang manusia.
Konflik konservasi muncul karena:
1. Penciutan lahan & kekurangan SDA (Sumber Daya Alam)
2. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada SDA
meningkat.
3. SDA diekstrak berlebihan (over exploitation) menggeser keseimbangan alami.
4. Masuknya/introduksi jenis luar yang invasif, baik flora maupun fauna,
sehingga mengganggu atau merusak keseimbangan alami yang ada.
Kemudian, konflik semakin parah jika :
1. SDA berhadapan dengan batas batas politik (mis: daerah resapan dikonversi
utk HTI, HPH (kepentingan politik ekonomi)
2. Pemerintah dengan kebijakan tata ruang (program jangka panjang) yang tidak
berpihak pada prinsip pelestarian SDA dan lingkungan.
3. Perambahan dengan latar kepentingan politik untuk mendapatkan dukungan
suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai sumber keuangan ilegal.

4
Penerapan Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang ketentuan-ketentuan
pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam ketentuan tersebut juga diatur
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Upaya-upaya untuk melestarikan
beraneka ragam satwa liar telah diwujudkan oleh pemerintah dan masyarakat
dengan menetapkan bentang-bentang alam tertentu sebagai kawasan-kawasan
konservasi seperti :
 Taman Nasional Ujung Kulon terletak di ujung paling barat Pulau Jawa.
Taman nasional ini adalah habitat terakhir dari hewan-hewan yang terancam
punah, seperti badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus), banteng (Bos
sondaicus), harimau loreng (Panthera tigris), Surili (Presbytis aygula), dan owa
jawa (Hylobathes moloch).
 Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango terletak di Kabupaten Bogor,
Cianjur, dan Sukabumi. Taman nasional ini mewakili hutan hujan tropis
pegunungan di Jawa. Karena iklimnya lembap, kawasan ini didominasi oleh
jenis paku-pakuan, misalnya, Hymmenophyllaceae, Gleischenia, Gaulthenisa,
dan semak Rhododendron. Pohon raksasa yang ada ialah rasamala (Altingia
exelsa) yang dapat mencapai tinggi 60 m. Di samping itu, juga terdapat bunga
abadi yang tidak pernah layu, yaitu bunga Anaphalis javanica.
 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru membentang di
Kabupaten Probolinggo, Malang, Pasuruan, dan Lumajang, Jawa Timur.
Jenis tumbuhan yang spesifik adalah cemara gunung (Cassuarina junghuniana),
sedangkan jenis fauna yang dilindungi adalah kijang, ayam hutan, babi hutan,
ajak, rusa, dan macan tutul.
Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa.
Taman nasional ini merupakan contoh ekosistem dataran rendah kering, dengan
musim kering yang panjang antara 4 – 9 bulan. Flora yang dilindungi di sana,
antara lain, dadap biru (Eythrina eudophylla), pilang, kosambi, kemloko, widoro,
klampis, kemiri, talok, wungur, laban, dan asam. Faunanya, antara lain, banteng,
rusa, kerbau liar, ular piton, macan tutul, ajak, linsang, kijang, dan babi hutan
Keberadaan hewan di indonesia semakin hari semakin berkurang, perilaku
manusia yang menyebabkan langkanya spesies hewan ini adalah dampak buruk
bagi kelestarian alam semesta sehingga pemerintah mengadakan pemgembangan

5
daerah konservasi. Pengembangan daerah konservasi, yaitu dengan menggunakan
kawasan konservasi sebagai tempat peneltian, pendidikan, dan daerah wisata.
Namun demikian, dalam pengembangannya jangan sampai bertentangan dengan
tujuan utama yaitu melestarikan serta melindungi flora dan fauna dari kepunahan.
Pelestarian di luar kawasan konservasi, dilakukan dengan beberapa cara berikut :
 Perbaikan kondisi lingkungan hutan.
 Mencegah pencurian kayu dan penebangan liar.
 Mencegah perusakan wilayah perairan.
 Melindungi anak ikan dari gangguan/penangkapan.
Jika dari segi ekonomi:
 Untuk mencegah kerugian yang diakibatkan oleh sistem penyangga kehidupan
misalnya kerusakan pada hutan lindung, daerah aliran sungai dan lain-lain.
Kerusakan pada lingkungan akan menimbulkan bencana dan otomatis akan
mengakibatkan kerugian.
 Untuk mencegah kerugian yang diakibatkan hilangnya sumber genetika yang
terkandung pada flora yang mengembangkan bahan pangan dan bahan untuk
obat-obatan.

Jadi upaya konservasi dari kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia
mungkin agak susah. Karena, sistem pengetahuan lokal sebagai hasil interaksi
terus menerus yang terbangun karena kebutuhan-kebutuhan seperti pangan,
perumahan, sistem produksi dan lain sebagainya.

C. Hewan Dan Tumbuhan Yang Ada Di Jawa


1) Arjuno Lalijiwo
Kawasan konservasi Arjuno Lalijiwo adalah daerah administratif tempat
Gunung Arjuno berada, dan berada di tiga kawasa kabupaten, yaitu Malang,
Pasuruan dan Mojokerto. Kawasan konservasi cagar alam Arjuno Lalijiwo
berada di bawah Balai Konservadi Sumber Daya Alam Jatim II, yang dibentuk
untuk tujuan penelitian, pariwisata dan ilmu pengetahuan. Hal yang tak kalah
pentingnya adalah, konservasi ini ditetapkan untuk tujuan melindungi segala
kekayaan yang ada di kawasan Arjuno Lalijiwo. Kawasan Arjuno Lalijiwo

6
memiliki luas 4960 hektar, meliputi gunung Welirang, Gunung Arjuno, Gunung
Kembar I dan II. Kawasan Arjuno Lalijiwo memiliki vegetasi hutan tropika,
dimana terdapat banyak tumbuhan seperti pinus, cemara, wadang dan triwulan
tumbuh di sini. Sedangkan untuk fauna, kawasan ini berada di garis Wallace,
yang termasuk dalam zona fauna Asia seperti babi hutan, kijang, elang Jawa dan
masih banyak lagi.

2) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan kawasan konservasi
yang adalah bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Pasuruan, Kabupaten
Malang, Kabupaten Lumajang and Kabupaten Probolinggo. Taman ini telah
ditetapkan ada sejak 1982, tetapi sudah menjadi kawasan yang dilindungi sejak
tahun 1919, dengan mencakup total luas 5.250 hektar pada ketinggian sekitar
2.100 m. Beberapa lokasi yang tak kalah menarik untuk dikunjungi, seperti;
Gunung Batok, Gunung Kursi, Gunung Watangan dan Gunung Widodaren. Danau
yang terdapat di kawasan ini juga tak kalah indah, sebut saja, Ranu Pane, Ranu
Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.Bagi mereka yang suka akan
tantangan alam seperti hiking, disarankan untuk mengambil rute dari Malang,
karena mereka dapat menikmati pesona lautan pasir yang lebih lama dari rute lain.
Awal perjalanan dapat mulai dari Ngadas, yang merupakan desa terakhir di sekitar
Taman Nasional ini. Selain itu, juga dianjurkan untuk para pengunjung untuk
selalu membawa perlengkapan yang dibutuhkan, terutama air, karena setelah
melewati Desa Ngadas tidak akan menemukan sumber air.
Selain pemandangan yang indah, terdapat sejumlah flora dan fauna yang
menarik bisa ditemukan di Taman Nasional ini. Beberapa hewan endemik dan
langka bisa ditemukan di kawasan eksotis ini termasuk musang (Pardofelis
marmorata), rusa (Cervus timorensis), kera ekor panjang (Macaca fascicularis),
kijang (Muntiacus muntjak), unggas merah hutan (Gallus Gallus), macan tutul
(Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus), dan berbagai jenis burung seperti burung
alap-alap (Accipiter virgatus), burung rangkong (Buceros rhinoceros silvestris),
elang ular Crested (Spilornis cheela Crested), Srigunting hitam (Dicrurus
macrocercus), elang gundul (Haliastur indus ), dan belibis yang hidup di Ranu

7
Pane, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo. Masyarakat yang tinggal di sekitar taman
nasional ini adalah suku asli Tengger. Masyarakat Tengger merupakan salah satu
komunitas Hindu minoritas di Pulau Jawa. Agama lokal yang dianut adalah
kepercayaan sisa dari era kerajaan Majapahit.
Oleh karena itu, budaya dan agama yang dianut mirip dengan Bali, tapi
cenderung lebih ke animisme. Masyarakat Tengger percaya bahwa mereka adalah
keturunan langsung dari Majapahit yang berekspansi ke bukit-bukit di sekitar
kawasan ini, setelah kedatangan masyarakat suku Madura Muslim selama abad
ke-19.

3.) Kawasan Konservasi Nusa Barung


Nusa Barung atau Nusa Barong, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di
sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah administratif
Kabupaten Jember. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang
terletak di Samudra Hindia dan berbatasan langsung dengan Australia. Nusa
Barung merupakan sebuah kawasan cagar alam yang sudah ditetapkan sejak tahun
1920. Di pulau ini bisa ditemukan beberapa spesies burung, serangga, dan
tumbuhan. Fungsi pokok cagar alam ini adalah sebagai perlindungan bagi lutung
budeng (Trachypithecus auratus) yang terancam punah. Selain itu, berbagai jenis
satwa liar juga terdapat di kawasan Cagar Alam Nusa Barong ini, diantaranya
terdiri dari jenis-jenis mamalia, aves dan reptil. Jenis Mamalia yang sering
dijumpai yaitu Kera (Macaca fascicularis), Babi hutan (Sus scropa) dan Tupai
(Scewius notakas). Jenis-jenis Burung yang ada antara lain Pecuk ular (Antinga
rufa), Kuntul (Egrelta sp), Ibis hitam (Plenadis falsinallus), Elang (Elanus sp) dan
Burung Rangkong (Aceros undulatus)
Jenis tumbuhan di kawasan Cagar Alam Nusa Barong yang diketahui
sebanyak 46 jenis. Beberapa jenis. Beberapa jenis yang mudah dijumpai
diantaranya Endog-endogan (Xanthophyiium excelsum), Klampok hutan
(Eugenia sp), Bogem (brugeura sp), Kalak (Mitrophora javanica), Laban (Vitex
pubesecens), Salakan (Palmae sp). Kawasan Cagar Alam Nusa Barong ini
memiliki panorama alam berupa pantai pasir putih yang terletak dibagian utara.
Selain keindahannya, keunikan lain yang bisa terlihat di pantai ini adalah saat

8
Rusa (Cervus timorensis) dan Kera (Macaca Fascicularis) berdatangan untuk
bermain dan mencari siput dan ketam.

D. Penerapan Konservasi Dalam 5w+1h


 What ?
Terancam punahnya hewan dan tumbuhan yang ada di Indonesia khususnya
di Pulau jawa akibat diburu oleh para pemburu yang ada di Indonesia. Hal ini
akan terus terjadi karena kurang tegasnya tindakan pemerintah dalam
melindungi hewan dan tumbuhan yang di Indonesia yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kepunahan hewan dan tumbuhan di Pulau Jawa. Ketegasan
peraturan pemerintahpun kadang masih diaangap sepele oleh para pemburu liar,
bahkan mereka terkadang berani dan bahkan dengan leluasa keluar masuk ke
area perlingdungan hewan-hewan yang hampir punah tersebut.
 Where ?
Di daerah kawasan Nusantara khususnya di pulau Jawa, seperti : Taman
Nasional Ujung Kulon terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. Taman nasional
ini adalah habitat terakhir dari hewan-hewan yang terancam punah, seperti badak
bercula satu (Rhinoceros sondaicus), banteng (Bos sondaicus), harimau loreng
(Panthera tigris), Surili (Presbytis aygula), dan owa jawa (Hylobathes moloch).
 Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango terletak di Kabupaten Bogor,
Cianjur, dan Sukabumi. Taman nasional ini mewakili hutan hujan tropis
pegunungan di Jawa. Karena iklimnya lembap, kawasan ini didominasi
oleh jenis paku-pakuan, misalnya, Hymmenophyllaceae, Gleischenia,
Gaulthenisa, dan semak Rhododendron. Pohon raksasa yang ada ialah
rasamala (Altingia exelsa) yang dapat mencapai tinggi 60 m. Di samping
itu, juga terdapat bunga abadi yang tidak pernah layu, yaitu bunga
Anaphalis javanica.
 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru membentang di
Kabupaten Probolinggo, Malang, Pasuruan, dan Lumajang, Jawa Timur.
Jenis tumbuhan yang spesifik adalah cemara gunung
(Cassuarina junghuniana), sedangkan jenis fauna yang dilindungi adalah
kijang, ayam hutan, babi hutan, ajak, rusa, dan macan tutul.

9
 Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa.
Taman nasional ini merupakan contoh ekosistem dataran rendah
kering, dengan musim kering yang panjang antara 4 – 9 bulan. Flora
yang dilindungi di sana, antara lain, dadap biru (Eythrina
eudophylla), pilang, kosambi, kemloko, widoro, klampis, kemiri, talok,
wungur, laban, dan asam. Faunanya, antara lain, banteng, rusa, kerbau
liar, ular piton, macan tutul, ajak, linsang, kijang, dan babi hutan.
 Who ?
Hewan dan tumbuhan yang terancam punah ada di Indonesia khususnya di
Pulau Jawa akibat diburu oleh para pemburu-pemburu yang memburu hewan-
hewan tersebut tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
 When ?
Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa pada awal 1984 sejak penetapan dari
Undang-undang sampai saat ini pemburu masih saja tidak menghiraukan hukum
yang ada pada undang-undang tersebut untuk tidak berburu seenaknya sendiri.
 Why ?
Karena sampai saat ini satwa liar masih menjadi incaran oleh para pemburu
gelap dengan beberapa alasan mengapa mereka diburu. Pertama, untuk
diperjualbelikan sebagai satwa peliharaan. Semakin langka suatu satwa, semakin
mahal pula harganya. Kedua, untuk dikonsumsi daging atau telurnya. Di beberapa
daerah Kepulauan Nusantara, menyantap satwa liar merupakan bagian tradisi
penduduk setempat. Ketiga, untuk dijadikan hiasan. Hiasan dapat berasal dari
tubuh hewan yang diawetkan, atau dari bagian tubuh tertentu seperti gading gajah
dan kerapas penyu. Keempat, sebagai bahan baku pembuatan barang-barang
seperti tas, sepatu, dan mantel. Kelima, sebagai bahan obat-obatan. Banyak orang
percaya bahwa satwa liar memiliki khasiat menyembuhkan penyakit. Beberapa
jenis satwa liar yang biasa digunakan sebagai obat adalah ular kobra, kukang, dan
badak. Darah, empedu dan sumsum kobra dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit liver.
 How ?
Untuk menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus
diusahakan agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami

10
kepunahan. Oleh sebab itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus
dilakukan secara terpadu, artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen
ekosistem harus dilestarikan secara keseluruhan. Sikap manusia sangat
berpengaruh terhadap perlindungan satwasatwa langka yang mulai terancam
kepunahan ini. Manusia harus sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah
punah, keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi.
Dalam usaha melestarikan hewan-hewan langka, cara yang ditempuh oleh
berbagai pihak yang berkompeten adalah:
1. membuat undang-undang perburuan dengan aturan-aturannya yang meliputi
batas-batas daerah perburuan, masa berburu, jumlah hewan yang boleh diburu,
jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan yang paling penting adalah hasil
buruan tidak untuk diperjualbelikan;
2. membiakkan hewan-hewan langka yang hampir punah, misalnya, dengan
mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara, dan membiakkannya,
kemudian dilepaskan kembali ke asalnya;
3. memindahkan hewan langka yang hampir punah ke tempat lain yang
habitatnya lebih sesuai dan lebih aman;
4. mengambil telur hewan-hewan tertentu pada saat tertentu untuk kemudian
menetaskannya, membiakkannya, dan mengembalikannya ke habitat semula.

11
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Pelestarian di luar kawasan konservasi, dilakukan dengan beberapa cara
berikut.
 Perbaikan kondisi lingkungan hutan.
 Mencegah pencurian kayu dan penebangan liar.
 Mencegah perusakan wilayah perairan.
 Melindungi anak ikan dari gangguan/penangkapan.
Penerapan Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang ketentuan-ketentuan
pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Upaya-upaya untuk melestarikan
beraneka ragam satwa liar telah diwujudkan oleh pemerintah dan masyarakat
dengan menetapkan bentang-bentang alam tertentu sebagai kawasan-kawasan
konservasi seperti taman-taman nasional.

B. Saran
Adapun saran dari penulis kepada:
1. Pembaca
Diharapkan dapat memahami isi dari makalah ini sehingga kedepannya
pengetahuan tersebut dapat bermanfaat khususnya dalam bidang pendidikan
dan pembangunan yang berwawasan geografi.
2. Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang mata
kuliah Geografi Tumbuhan dan Hewan.

12
DAFTAR RUJUKAN

https://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi .(Diakses 18 Desember 2015, 10:00WIB)

http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/
basisdata-kawasan-konservasi/details/1/83 .(Diakses 18 Desember 2015,
10:15WIB)
http://www.eastjava.com/books/glorious/ina/nature.html.(Diakses 18 Desember
2015, 11:00WIB)

http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/(Diakses 18 Desember 2015,


11:45WIB)

http://sapakabar.blogspot.co.id/2015/08/
upaya-konservasi-flora-dan-fauna.html .(Diakses 18 Desember 2015,
09:00WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai