Oleh :
Kelas E
Kelompok 6
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Wowon Juanda, MP. selaku
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak kami harapkan agar lebih baik lagi dalam pengerjaan laporan berikutnya.
Semoga laporan akhir ini dapat diterima dengan baik oleh semua pihak dan
Penulis.
I
PENDAHULUAN
campuran gas yang dihasilkan dari proses perombakan kotoran ternak sebagai
bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen atau proses
biogas yang banyak digunakan diantaranya jenis kubah tetap (fixed-dome), drum
dihasilkan dari kotoran ternak sapi yakni 0,24 m³ biogas/kg kotoran dan 0,20-
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan ,Selama
dioksida, air, produk organik lain serta energi. Beberapa energi digunakan untuk
(1) Bagaimana proses pada laju timbulan dan komposisi limbah padat?
(1) Mahasiswa dapat menjelaskan proses pada laju timbulan dan komposisi
limbah padat.
pengolahan biogas.
pengolahan kompos.
analisis SWOT.
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa
produksi baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia. Beberapa
adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses
kegiatan manusia.
(Mardana, 2007).
2.1.3 Karakteristik Limbah Cair
digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Eddy,
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau,
a. Total Solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi
pada suhu 103–105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik,
pengolahan penuh dengan sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga
b. Bau
dekomposisi bahan organik dari air limbah atau karena penambahan suatu
c. Temperatur
Semakin tinggi temperatur air (>27oC) maka kandungan oksigen dalam air
d. Density
Air limbah yang berwarna banyak menyerap oksigen dalam air sehingga
dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau.
f. Kekeruhan
dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
b. Bahan anorganik
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah
adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S),
3. Karakteristik Biologi
Tahun 2003, limbah cair domestik adalah limbah cair yang berasal dari usaha
yaitu kotoran, urine, dan air bekas cucian yang mengandung deterjen, bakteri,
Air yang dihasilkan oleh industri, baik akibat proses pembuatan atau
produksi yang dihasilkan industri tersebut maupun proses lainnya (Darmono,
2001). Limbah non domestik adalah limbah yang berasal dari pabrik, industri,
2008).
3. Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya air tanah ke dalam saluran air buangan
melalui sambungan pipa, pipa bocor, atau dinding manhole, sedangkan inflow
adalah masuknya aliran air permukaan melalui tutup manhole, atap, area
drainase, cross connection saluran air hujan maupun air buangan (Eddy, 2008).
minyak dan kotoran manusia. Limbah ini dalam skala kecil tidak akan terlalu
kandungan bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari industri
dan jenis pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa
eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang
35-100 µg/L dan pertumbuhan tanaman yang berlebihan (Eddy, 2008).
gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran
oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke-4~5 sesudah biodigester terisi penuh dan
mencapai puncak pada hari ke-20~25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar
terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya
anaerob ini biasa terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau
dan di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Proses fermentasi adalah penguraian
menghasilkan gas yang mengandung sedikitnya 50% metana. Gas inilah yang
biasa disebut dengan biogas. Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi sampah
organik seperti sampah pasar, daun daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari
sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun.
Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari jenis
metana (CH4) dengan persentase yang cukup tinggi dan titik nyala sebesar 645˚C-
Hidrogen 5-10
udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan. Gas metan adalah gas
yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar
biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik
Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan
organik, seperti kotoran binatang, feses manusia, dan sampah organik rumah
tangga. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini
adalah sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan
air yang cukup banyak. Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan proses
pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang produknya berupa gas
methan (CH4).
Gas metan hasil pencernaan bakteri tersebut dapat mencapai 60% dari
1979 dalam Harsono, 2013) yang disitasi oleh (Fentenot, 1983 dalam Harsono,
pencerna dapat berlangsung selama 60-90 hari, tetapi menurut (Sahidu, 1983
dalam Harsono, 2013), hanya berlangsung 60 hari saja dengan terbentuknya gas
bio pada hari ke-5 dengan suhu pencerna 28 ̊C, sedangkan menurut (Hadi, 1981
dalam Harsono, 2013) gas bio sekitar 10-24 hari. Produksi biogas sudah
Setelah 10 hari fermentasi sudah terbentuk lebih kurang 0,1-0,2 m3/kg dari
hari meningkatkan produksi biogas sebesar 50%. Biogas yang dihasilkan oleh
biodigester sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40%
karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Hadi, 1981 dalam
Harsono, 2013).
fermentasi sudah terbentuk lebih kurang 0,1-0,2 m3/kg dari berat bahan kering.
besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2), dan gas
lainnya dalam jumlah kecil (Hadi, 1981 dalam Harsono, 2013). Ada tiga
sumber seperti air bersih, endapan air laut, sapi, kambing, lumpur (sludge)
yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan
Hidrogen 5-10
Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang
dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan
air, kimia tanah dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos antara lain
berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan),
sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam,
berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta
struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi
tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh
tanaman, memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat
menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah
terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air dan memperbaiki kehidupan
jasad renik yang hidup dalam tanah. Untuk memperoleh kualitas kompos yang
dengan kompos yang matang maka frekuensi kompos akan meracuni tanaman
akan rendah dan unsur hara pada kompos akan lebih tinggi dibanding dengan
organik hingga sama atau hampir sama dengan nisbah C/N tanah (< 20 3. Tidak
ada aktivitas serangga atau larva pada akhir pengomposan 4. Hilangnya bau tidak
dan apabila digunakan pada tanah memberikan efek positif untuk pertumbuhan
tanaman.
memiliki standar kualitas kompos sendiri. Adapun standar kualitas kompos yang
diajadikan acuan oleh bebeapa perusahaan atau asosiasi dapat dilihat dalam tabel
1. Tabel 1: Standar kualitas kompos salah satu perusahaan dan asosiasi Parameter
mutu Satuan Standar mutu PT. Mekaro Daya Mandiri (1995) Asosiasi Bark
Kompos Jepang dalam harada et al (1993) Fisik Kotoran - Tidak ada - Warna -
Coklat tua - Bau - Sedikit - Kadar air % 10-20 55-65 pH - 5,5-6,5 5,5-7,5 Daya
ikat % 100-150 - Biologi Uji benih* - - Dapat diterima Kimia Bahan % - - C/N -
Maks 20 1,2 N tersedia % 50-70 - P2O5 % 1-1,5 >0,5 K2O % 1-1,5 >0,3 KTK
Meq/100 g 75-100 >70 Logam % Tidak ada - Daun jati merupakan limbah yang
belum banyak dimanfaatkan.
Limbah daun jati merupakan salah satu limbah yang kita jumpai
bertumpukan dan banyak terlihat pada saat musim kemarau. Limbah daun jati ini
merupakan hasil dari proses gugurnya daun jati akibat adanya proses
Selain itu tanaman jati dapat tumbuh pada cahaya matahari penuh dan sangat
Tanaman jati dapat tumbuh di tanah latosol, andosol dan aluvial, bahkan
pada tanah yang mengandung kapur tanaman jati masih dapat tumbuh (Hamzah,
1983). Pada penelitian Hapsari (2001), daun jati memiliki kandungan unsur hara
yaitu N= 1,77%, C= 72,08%, P= 0,22%, K= 0,43%, Ca= 0,80%, Mg= 0,18% dan
Fe = 11.468 ppm, Namun setelah daun jati menjadi kompos, limbah ini memiliki
kanduagan unsur hara yang meningkat yaitu unsur hara N=2,40%, P=0,42%,
K=0,435, Ca= 1,05%, Mg=0,70% dan Fe=10,103 ppm. Selain itu pada proses
pengomposan daun jati memiliki hasil akhir kompos yang remah, warna berubah
menjadi hitam, rasio C/N menjadi 18,68 dan pH kompos mendekati netral yaitu
7,1.
III
PEMBAHASAN
Simantri Suka Jaya Makmur, Mayong Pengulkulan, Eka Santhi, Sari Mekar, dan
Madu Amerta.
Menurut data yang didapatkan pada jurnal Teknik ITS Vol. 5 No. 2 Pada
Simantri Suka Jaya Makmur diperoleh rata-rata laju timbulan sebagai berikut :
Gambar 2. Rata-rata laju timbulan dan komposisi limbah padat per ekor
sapi per ekor terbesar dari peternakan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh
ukuran sapi pada peternakan ini lebih besar dibandingkan peternakan lainnya.
pakan per ekor terbesar karena jumlah pakan yang diberikan tiap harinya lebih
banyak dari peternakan lainnya. Simantri Sari Mekar dengan rata-rata laju
timbulan sisa pakan dan kotoran sapi per ekor terkecil dari peternakan lainnya.
Hal ini disebabkan oleh ukuran sapi, jumlah pakan dan frekuensi pakan pada
sebagai dasar perhitungan laju timbulan limbah padat total pada peternakan sapi
limbah padat peternakan sapi Simantri Kecamatan Seririt yaitu sebagai berikut :
Laju
Laju Laju
Timbulan
Nama Jumlah Timbulan Timbulan
Limbah
No Kelompok Sapi Sisa Pakan Kotoran
Padat Total
Tani (kg/hari) Sapi
(kg/hari)
(kg/hari)
a b c d e f=d+e
1 Amerta 7 7,49 50,96 58,45
Nadi
2 Puncak 21 22,47 152,88 175,35
Manik
3 Munduk 21 22,47 152,88 175,35
Sari
4 Werdhi Nara 21 22,47 152,88 175,35
Hita
5 Eka Santhi 28 29,96 203,84 233,8
6 Tani 23 24,61 167,44 192,05
Mandiri
7 Sari Mekar 24 25,68 174,72 200,4
8 Madu 23 24,61 167,44 192,05
Amerta
9 Suka Jaya 21 22,47 152,88 175,35
Makmur
10 Bakti Gopala 24 25,68 174,72 200,4
11 Madu Merta 25 26,75 182 208,75
Mayong
12 Pengulkulan 21 22,47 152,88 175,35
13 Murdha 25 26,75 182 208,75
Sadhana
Total Laju Timbulan
303,88 2067,52 2371,40
(kg/hari)
pengolahan biogas pada Simantri Eka Santhi, Sari Mekar dan Madu Amerta tidak
Suka Jaya Makmur yaitu 1 jam 15 menit. Pada Simantri Mayong Pengulkulan
menghasilkan lama penggunaan pada kompor biogas 1 jam 21 menit atau pada
kondisi yang kurang baik. Selain itu, adanya kendala distribusi biogas karena
jarak dengan rumah penduduk sangat jauh dan kesulitan memperoleh sarana
Simantri Mayong Pengulkulan, Madu Amerta dan Sari Mekar tidak melakukan
pada tahun 2015 yaitu 13,70 ton. Produktivitas kompos pada Simantri Eka Santhi
pada tahun 2015 yaitu 76,16 ton. Kendala dalam pembuatan kompos ini yaitu
tidak dapat dilakukan pembuatan kompos saat musim hujan. Hal ini karena bahan
baku kompos yaitu jerami padi dan kotoran sapi perlu dilakukan penjemuran agar
kompos pada Simantri Mayong Pengulkulan, Sari Mekar dan Madu Amerta yakni
Selama ini limbah padat berupa kotoran sapi pada Simantri Sari Mekar dan
Madu Amerta dijemur dan apabila sudah kering langsung dijual ke konsumen.
masing faktor SWOT. Faktor kekuatan yang dirumuskan yaitu ada 5 faktor
akan teknologi pengolahan biogas dan kompos baik. Pada faktor kelemahan
kompos. Selain itu, standar kualitas kompos belum diketahui dan keterbatasan
pembuatan kompos. Berdasarkan data yang diperoleh dari Jurnal Teknik ITS
Vol. 5 No. 2 setelah penempatan pada diagram kartesius yaitu posisi titik
koordinat strategi pengembangan terdapat di kuadran I, yakni strategi agresif.
peluang yang ada dalam penerapan teknologi pengolahan biogas dan kompos.
Sehingga strategi yang akan dilakukan yakni melakukan pengolahan biogas dan
PENUTUP
(1) Rata-rata laju timbulan sisa pakan per ekor disebabkan oleh ukuran sapi,
(2) Pada umumnya penyebab permasalahan biogas pada Simantri Eka Santhi,
yang kurang baik. Selain itu, adanya kendala distribusi biogas karena
(3) Dalam pembuatan kompos tidak dapat dilakukan saat musim hujan. Hal
ini karena bahan baku kompos yaitu jerami padi dan kotoran sapi perlu
(4) Analisis SWOT ini dilakukan dalam bentuk kuisioner yang diberikan
Eddy. 2008. Karakteristik Limbah Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.2,
No.2, p.20.
Harsono, 2013. ‘’Aplikasi Biogas Sistem Jaringan Dari Kotoran Sapi Di Desa
Bumijaya Kec, Anak Tuha Lampung Tengah Sebagai Energi Alternatif
Yang Efektif’’. Jurusan Teknik Mesin,Universitas Lampung. Skripsi.
Rukmana, R, 2007. Bertanam Petsai dan Sawi Kanisus, Yogyakarta. Hal : 11- 35
Winarti, E., dan Supriadi, “Usaha Perbibitan Sapi Potong Ramah Lingkungan
(Studi Kasus
Kelompok Peternak Ngudimulyo, Pleret, Bantul),” Prosiding Ekspose dan
Seminar Nasional Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan Makassar (2013).
Tangkas, G., P., dan Yulinah T. 2016. Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Peternakan Sapi Simantri Berbasis 2R (Reduce dan Recycle) di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Jurnal Teknis ITS. Vol. 5. No.