1
Sementara itu berbagai negara non-Barat merasa terpanggil untuk
membahas beberapa aspek yang menurut mereka kurang memperoleh
perhatianya itu pertama, konsep bahwa setiap manusia di samping hak,
juga mempunyai kewajiban atau tanggung jawab terhadap masyarakat
di mana ia berada. Kedua bahwa bagi banyak negara yang rasa
agamanya kuat, hak asasi dianggap tidak dapat dilihat terpisah dari
agama dan budaya.
Pada masa berikutnya, di beberapa belahan dunia seperti Afrika dan
Asia timbul beberapa piagam regional seperti misalnya, Piagam Afrika
mengenai Hak Manusia dan Bangsa-bangsa (African Charter on
Human and Peoples’ Rights, 1981).Dalam dasawarsa 90-an disusul
dengan Deklarasi Cairo mengenai Hak Asasi dalam Islam (Cairo
Declaration on Human Rights in Islam, 1990), yang merupakan hasil
diskusi Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan Bangkok Declaration,
hasildari Regional Meeting for Asia of the World Conference on
Human Rights, April 1993.Akhirnya, padabulanJuni 1993, lebihdari
170 negaraanggota PBB (termasuk Indonesia) merumuskan Vienna
Declaration yang mengakomodasikan pendirian negara Barat dan non-
Barat terutama seperti dirumuskan dalam Bangkok Declaration.
2
kontrak, sesuai dengan suasana perdagangan yang sedang berkembang
di Eropa Barat. Pemikiran ini tercermin dalam karangan beberapa
filsuf Zaman Pencerahan (Enlightenment) yang menganut aliran
Liberalisme (Klasik), seperti Hobbes (1588−1679), John Locke
(1632−1704), Montesquieu (1689−1755), dan Rousseau (1712−1778).
Mereka berbeda dalam penafsiran tetapi semuanya membayangkan
suatu masa lalu di mana manusia hidup dalam ”keadaanalam” (state of
nature). Dalam keadaan alam ini semua manusia sama martabatnya
(equal), tunduk kepada Hukum Alam, dan memiliki hak-hak alam.
Akan tetapi, pada suatu saat manusia mengembangkan rasionyan
(akalsehat) dan sampai pada kesimpulan bahwa untuk menjamin
terlaksananya hak-hak itu, ”keadaanalam”perlu ditinggalkan dan
diganti dengan kehidupan bernegara berdasarkan suatu kontrak social
antara penguasa dan masyarakat. Ini yang kemudian dinamakan
sebagai Teori Kontrak Sosial. Filsuf Prancis, Montesquieu lebih
menekankan perlunya pembagian kekuasaan sebagai sarana menjamin
hak-hak itu, suatu system yang kemudian dikenal dengan istilah
triaspolitica. Filsuf Prancis lain, yakni Jean-Jacques Rousseau,
menekan perlunya kebebasan bagi manusia.
Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21
Dalam masa berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai
hak asasi, antara lain karena terjadinya depresi besar (the Great
Depression) sekitar tahun 1929 hingga 1934, yang melanda sebagian
besar dunia.Depresi ini, yang mulai di Amerika dan kemudian
menjalar kehampir seluruh dunia, berdampak luas.
Di Jerman, depresi turut berakibat timbulnya Nazisme yang dipimpin
oleh Adolf Hitler. Perkembangan ini menyebabkan banyak orang
berimigrasike Amerika dan negara-negara demokrasi lainnya. Jutaan
orang Yahudi yang tidak sempat meninggalkan Jerman, ditahan dan
dibunuh dalam berbagai kampkon sentrasi (Holocaust).
Dalam suasana itu Presiden Amerika Serikat, Roosevelt pada 1941
merumuskan Empat Kebebasan (The Four Freedoms), yaitu kebebasan
berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan
beragama (freedom ofreligion), kebebasan dari ketakutan (freedom
from fear), dan kebebasan dari kemiskinan (freedom from want).
Pada 1941 Presiden Roosevelt menjelaskan sebagai berikut: ”Kami
sepenuhnya menyadari fakta bahwa tidak mungkin ada kebebasan bagi
manusia tanpa keamanan serta kemandirian ekonomis. (We have come
to a clear realization of the fact that true individual freedom cannot
exist without economic security and independence ).”
3
Dalam UUD 1936 (Pasal 125) ada empat hak politik yang dijamin, asal
”sesuai dengan kepentingan rakyat pekerja dan memperkuat dan
mengembangkan system sosialis.” Dalam UUD 1977 hal itu diulang
kembali dalam Pasal 50 dan ditambah dengan ketentuan dalam Pasal
39 bahwa semua hak yang dijamin dalam UUD:
“tidak boleh dilaksanakan dengan merugikan kepentingan-kepentingan
masyarakat atau negara, atau melanggar hak-hak warga negara lain.
(must not be to the detriment of the interest of society or the state, or
infringe the rights of the other citizens)
4
Dua Kovenan Internasional
Tahap kedua yang ditempuh oleh Komisi Hak Asasi PBB adalah
menyusun ”sesuatu yang lebih mengikat dari pada deklarasi belaka
(Something more legally binding than a mere declaration),” dalam
bentuk perjanjian (covenant). Ditentukan pula bahwa setiap hak akan
dijabarkan, dan prosedur serta aparatur pelaksanaan dan pengawasan
dirumuskan secara rinci. Juga diputuskan untuk menyusun dua
perjanjian (kovenan) yakni, yang pertama mencakup hak politik dan
sipil, dan yang kedua meliputi hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Dengan demikian, setiap Negara memperoleh kesempatan memilih
salah satu atau kedua-duanya.
Ternyata masih diperlukan delapan belas tahun (dari 1948 sampai
1966), untuk mencapai konsensus agar Sidang Umum PBB menerima
baik Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights),
Kovenan Internasional Hak Sipil danPolitik (International Covenant on
Civil and Political Rights), serta tentang pengaduan perorangan
(Optional Protocol to the International Covenant on Civil andPolitical
Rights).
Selain itu, diperlukan sepuluh tahun lagi (dari 1966 sampai
1976)sebelum duaKovenan PBB beserta Optional Protocol dinyatakan
berlaku, sesudah diratiikasi oleh 35 negara. Jadi, proses mulai dari
Deklarasi memerlukan seluruh nya waktu dua puluh delapan tahun
(1948-197). Kemudian pada tahun 1989 Optional Protocol II
(bertujuan penghapusan hukuman mati) diterima oleh Sidang Umum
PBB (1989). Naskah-naskahDeklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
dua Kovenan serta dua Optional Protocol dianggap sebagai satu
kesatuan, yang dinamakan Undang-undang Internasional Hak Asasi
Manusia (International Bill of Human Rights).
5
Boks 1
UNDANG-UNDANG INTERNASIONAL HAM
(International Bila Of Hujan Ringan)
mencakup :
1. Deklarasi Universitas Hak Asasi Manusia (1948)
2. Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
(1966/1967)
3. Konvenan Internasional Hak Sipil dan politik (1966/1976)
4. Optimal protocol dari kovenan Internasional Hak Sipil dan politik
(mengenai pengaduan perorangan) (1966/1976)
5. Optional protocol II dari kovenan Internasional Hak Sipil dan
Politik yang bertujuan menghapuskan hukuman mati (1989).
Itu, dalam masa berikutnya berubah nama menjadi hak-hak
asasi manusia (humam right). Hak-hak ini sangat menekankan
kebebasan individu dan mencakup antara lain hak menyertakan
pendapat, dan hak untuk secara bebas mendirikan atau memasuki
organisasi yang di inginkan. Pada hakikatnya hak politik di maksud
untuk melindungi individu dari penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak
penguasa, karena negara sedikit banyak dianggap sebagai ancaman
bagi manusia. Kewewenangan pemerintah perlu di batasi melalui
perundang-undangan, agar campur tangannya dalam kehidupan warga
masyarakat tidak melampaui batas-batas tertentu. Perbedaan lain ialah,
jika pelaksanaan hak politik memerlukan dibatasinya peran
pemerintah, maka untuk melakukan hal ekonomi tidak cukup hanya
melalui perundang-undangan saja. Pemerintah harus aktif menggali
sumber kekayaan dan mengatur kegiatan ekonomi sedemikian rupa
sehingga tercapai iklim yang kondusif untuk penegakan hak ekonomi.
Perbedaan antara kedua jenis hak manusia juga dapat dilihat
pada mekanisme pengawasan (monitoring). Karena di sadari bahwa
pelaksanaan hak ekonomi bagi banyak negara, terutama yang sedang
berkembang, merupakan tugas yang sukar diselenggarakan, maka
dalam konvenan Hak Ekonomi hanya ditentukan bahwa setiap negara
yang meratifikasinya dapat melaksanakannya secara bertahap
(progressive), cukup hanya memberikan laporan kepada PBB
mengenai kemajuan yang telah di capai, agar dapat terus dipantau oleh
badan internasional itu
6
diperkenakan campur tangan dalam hal-hal yang berkenanan dengan
yurisdiksi domestik masing-masing negara :
7
Pasal 11. : Hak atas tingkat kehidupan yang layak bagi diri dan
keluarganya termasuk pangan, pakai, dan perumahan yang
layak.
Pasal 13 : Hak atas pendidikan.
Untuk memantau perkembangan pelaksanaan hak-hak
politik, didirikan panitia hak asasi (Human Rights Comittee),
yang berak menerima serta menyelidiki pengaduan dari suatu
negara pihak terhadap negara pihak lain, jika telah terjadi
pelanggaran terhadap hak asasi yang tercantum dalam
konvenan itu. Bahkan telah dibuka juga kesempatan bagi
perorangan untuk mengadukan suatu negara Pihak-termasuk
negaranya sendiri- melaluiOptional protocol. Naskah protokol
ini ternyata lebih sukar di terima dari pada dua perjanjian PBB.
Pada Mei 2003 baru 49 negara yang meratifikasi, sedangkan
perjanjian Hak Ekonomi dan Perjanjian Hak Politik masing-
masing diratifikasi oleh 1460 negara dan 149 negara. Optional
protocol II diterima pada tahun 1989 yang bertujuan
menghapuskan hukuman mati.
Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara
yang bersangkutan mengikat diri untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan
itu menjadi bagian dari hukum nasionalnya. Akan tetapi setiap
negara dapat mengajukan keberatan (reservation) terhadap
suatu ketentuan dalam perjanjian itu.
Di antara negara lain yang belum mengadakan ratifikasi
terdapat Papua New Guinea (PNG), Indonesia, Singapura,
Malaysia, dan Pakistan. Negara-negara yang belum
menandatangani itu umumnya merasa keberatan bila setiap
tahun menghadapi pemantauan Komisi Hak Asasi tentang
pelaksanaan hak asasi di negara masing-masing.
8
1. Jika kita mempunyai hak atas hidup, maka kita mempunyai
kewajiban menghormati hidup itu.
2. Jika kita mempunyai hak atas kebebasan, maka kita
mempunyai kewajiban menghormati kebebasan orang lain.
3. Jika kita mempunyai hak atas keamanan, maka kita juga
mempunyai kewajiban menciptakan kondisi bagi semua orang
untuk menikmati keamanan kemanusiaan (human security) itu.
4. Jika kita mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam proses
politik di negara sendiri dan memilih pemimpin-pemimpin kita,
maka kita mempunyai kewajiban berpartisipasi dan berusaha
agar pemimpin-pemimpin terbaik yang terpilih.
5. Jika kita mempunyai hak bekerja dalam kondisi yang adil
dan menguntungkan untuk memberikan taraf hidup yang layak
bagi kita serta keluarga, maka kita juga mempunyai kewajiban
untuk bekerja dengan penuh kemampuan kita.
6. Jika kita mempunyai kebebasan berpikir, mempunyai hati
nurani, dan beragama, maka kita juga mempunyai kewajiban
menghormati pemikiran atau agama orang lain.
7. Jika kita mempunyai hak memperoleh pendidikan, maka kita
mempunyai kewajiban untuk belajar penuh sesuai dengan
kemampuan kita dan, di mana mungkin, membagi pengetahuan
serta pengalaman kita dengan orang lain.
8. Jika kita mempunyai hak menikmati kekayaan alam, maka
kita mempunyai kewajiban menghormati, memelihara, dan
memulihkan bumi serta sumber sumber alamnya.
Naskah Deklarasi Tanggung Jawab Manusia sendiri
pendek sekali, hanya mencakup 19 pasal. Dalam Preambule
dikatakan bahwa terlalu mengutamakan hak secara eksklusif,
dapat menimbulkan konlik, perpecahan dan pertengkaran tanpa
akhir, di pihak lain mengabaikan tanggung jawab manusia
dapat menjurus ke chaos.
Beberapa pasal diuraikan di bawah ini:
(Pasal 1) Setiap orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
memperlakukan semua orang dengan cara manusiawi.
(Pasal 9) Semua orang yang berkecukupan mempunyai
tanggung jawab untuk berusaha secara serius untuk mengatasi
keadaan kurang pangan, kebodohan, dan ketidaksamaan.
(Pasal 11) Semua milik dan kekayaan harus dipakai secara
bertanggung jawab sesuai dengan keadilan dan untuk
memajukan semua umat manusia. Kekuasaan ekonomi dan
politik tidak boleh dipakai sebagai alat dominasi, tetapi untuk
mencapai keadilan ekonomi dan mengatur masyarakat.
(Pasal 13) Para politisi, pegawai pemerintah, pemimpin bisnis,
ilmuwan atau artis tidak dapat terkecualikan dari standar etis.
Begitu pula dokter, sarjana hukum, dan orang profesional yang
mempunyai kewajiban khusus terhadap klien.Selain dari itu,
9
ada dua pasal yang patut disebut di sini, antara lain yang
menyangkut media massa. Media massa dihimbau agar
melaksanakan hak yang dimilikinya dengan rasa tanggung
jawab yang tinggi.
Pasal 14 mencanangkan:
Kegiatan pemerintah yang sangat diperlukan dalam suatu
masyarakat yang adil, harus dilaksanakan dengan rasa
tanggung jawab dan penuh kebijaksanaan (discretion).
Kebebasan media massa ini membawa tanggung jawab khusus
untuk memberi laporan yang akurat dan benar. Laporan yang
penuh sensasi yang melecehkan manusia atau martabatnya
harus selalu dihindari.Mengenai agama, Interaction Council
menghimbau agar toleransi antara agama serta antaragama
ditingkatkan terutama dalam masyarakat pluralis..
10
umat manusia, barang siapa memberikan kehidupan kepada suatu jiwa, ia
seakan-akan telah menghidupkan seluruh manusia (QS 5:32”)
Hak Persamaan
Perbedaan atas dasar keturunan, kesukuan warna kulit, atau tanah air tidak
relevan. Diebutkan : “Hai Mnausia kami telah meciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan , dan kami telah menjadikan kamu
berbnagsa bangsa dan bersuku-suku ,agra kamu saling berkenalan.
Sesungguhnya yang paling mulia dalam pandnagan Allah adalah yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Alla Maha Mengetahui
dan Maha Sadar” (QS 49:13).Orang harus mengikuti apa yang sesuai
dengan hokum dan menjauhi apa yang tidak sesuai dengan hokum, secara
jelas ketentuan ini terdapat dalam surat yang menyatakan: “dan
bertolongla untuk kebaikan dan ketaqwaan, dan jangan bertolong-tolongan
untuk dosa dan permusuhan” (QS 5:2).
Hak kebebasan
Tidak seorang pun yang memegang kekuasaan, walaupun ia seorang
nabi, berhak untuk memperbudak orang lain dengan cara bagaimanapun juga
(QS 3:79).
11
Hak Mendapatkan Perlindungan Terhadap Penindasan Karena
Perbedaan Agama
Hak ini merupakan konsekuensi langsung dari hak kebebasan
kepercayaan seperti dikemukakan di atas (Qur’an Surat 6:108 dan Qur’an
Surat 5: 48).
Hak Ekonomi
Setiap orang Islam berkewajiban memperoleh pendapatan dan
penghasilan secara legal. Dan juga memberikan sumbangan kepada dana
umum yang disediakan bagi orang-orang yang membutuhkan. Setiap
orang Islam harus mendapat kesempatan kerja dan mendapat imbalan yang
adil atas pekerjaan yang dilakukannya itu. (Lihat ayat-ayat Al Quran:
Qur’an Surat 51, Qur’an,Surat 19, Qur’an Surat 76:8, Qur’an Surat 2:188,
Qur’an Surat 46:19, Qur’an Surat 39:70, Qur’an Surat 7:32, dan Qur’an
Surat 53:39).
12
penduduk keturunan China tidak boleh menganggap diri sebagai
masyarakat China.
2. Keluarga sebagai kesatuan dasar masyarakat (Family as the basic unit of
society). Keluarga dianggap sebagai batu bangunan (building block) yang
bisa menjadi dasar untuk mendirikan bangunan sosial yang stabil.
Keluarga termasuk orangtua, anak, dan sesepuh.
3. Dukungan komunitas serta respek untuk individu (Community support
and respect for the individual). Nilai ini rupanya untuk mengimbangi nilai
pertama. Perlu ada keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan
kepentingan individu.
4. Konsensus, bukan konlik (Consensus, not conlict). Pendapat yang
berbeda- beda mengenai arah perkembangan masyarakat harus
diakomodasikan dan dicarikan konsensus mengenai upaya penyelesaian
yang didukung oleh mayoritas sekalipun tidak secara bulat.
5. Harmoni rasial dan religius (Racial and religious harmony). Harmoni
semacam ini dalam setiap masyarakat penting. Akan tetapi, dalam
masyarakat
yang banyak agama dan ras, nilai ini mutlak perlu.
Bangkok Declaration (1993)
Deklarasi Bangkok yang pada April 1993 diterima oleh para menteri
dan wakil dari negara-negara Asia mencerminkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat di wilayah itu. Naskah ini mempertegas berbagai konsep dan
prinsip:
1. Hak asasi bersifat universal (Universality); artinya berlaku untuk semua
manusia dari semua ras, agama, kelompok etnis, kedudukan sosial, dan
sebagainya.
2. Hak asasi tidak boleh dibagi-bagi atau dipilah-pilah (Indivisibility dan
Interdependence); harus dilihat dalam keseluruhnya. Hak politik dan hak
ekonomi/sosial/budaya tidak boleh dipisah-pisah. Semua hak asasi terkait
dan bergantung satu sama lain (Pasal 10). Hak atas pembangunanerat
hubungannya dengan hak ekonomi dan hak politik.
3. Tidak dibenarkan memilih di antara beberapa kategori hak asasi dan
menganggap bahwa satu kategori lebih penting dari yang lain
(Nonselectivity dan objectivity). Dalam menilai situasi di beberapa negara
tidak diperkenankan memakai standar ganda (double standard) (Pasal 7).
4. Hak atas pembangunan adalah suatu hak asasi (Right to development)
(Pasal 17). Hak ini terutama penting untuk negara-negara Dunia Ketiga,
dan merupakan penegasan kembali dari Deklarasi PBB mengenai hak atas
pembangunan (1986).
5. Pelaksanaan hak asasi tidak boleh menjadi syarat (Non-conditionality)
untuk bantuan pembangunan (development assistance) (Pasal 4).
6. Kekhasan nasional, regional, sejarah, budaya, dan agama merupakan hal
yang perlu dipertimbangkan (National and regional particularities) (Pasal
8).
13
7. Hak untuk menentukan nasib sendiri (right to selfdetermination). Hak
tersebut selama ini dipakai untuk melawan kolonialisme sehingga muncul
banyak negara baru yang merdeka. Deklarasi Bangkok menambah suatu
pasal bahwa hak itu tidak boleh dipakai untukmerusak integritas teritorial
(territorial integrity), kedaulatan nasional dan kemerdekaan politik negara
(Pasal 12, 13). Rumusan ini mengacu pada gejala etno-nasionalisme dan
separatisme yang telah dialami oleh Rusia dan Yugoslavia dan
mengancam beberapa daerah lain termasuk Indonesia.
14
kedaulatan negara. Dari konsep domestik jurisdictionakan mengarah
sedikit diganti dengan konsep universaljurisdiction.
15
terjadi hingga akhirnya pada tahun 1966 Demokrasi Terpimpin diganti
dengan Demokrasi Pancasila atau Orde Baru.
Masa Reformasi
Pemerintah Habibie (Mei 1998 – Oktober 1999) pada awal masa
reformasi mencanangkan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia
(RAN – HAM). Dalam masa reformasi pula Indonesia meratifikasi dua
Konvensi Hak Asasi Manusia yang penting yaitu konvensi menentang
penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan dan konvensi internasional penghapusan
segala bentuk diskriminasi rasial. Terutama dalam melaksanakan
pendapat, Reformasi sangat berhasil. Akan tetapi dalam masa
reformasi pemenuhan hak asasi ekonomi telah mengalami kemunduran
tajam. Sekalipun banyak faktor internasional memengaruhi ekonomi
Indonesia, akan tetapi tidak sedikit faktor internal yang
menyebabkannya. Faktor eksternal adalah kemerosotan ekonomi
diseluruh dunia, dan reaksi dunia atas peristiwa bom Bali dan gerakan
antiterorisme. Faktor internal menyangkut kegagalan pemberatasan
korupsi, manajemen sistem bank dan pengaturan berbagai konflik
sosial di sejumlah daerah yang mengakibatkan bengkaknya jumlah
pengungsi, terlantarnya pendidikan, dan kerugian kolateral.
16
1945 misalnya, dengan tegas mengatakan bahwa semua orang sama
kedudukannya dihadapan hukum.
17