Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Teknik Reaksi Kimia Prof. Dr. Zuchra Helwani, ST.MT.PhD

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAWIT

OLEH :

Tanggal Praktikum : 19 November 2019


Kelas : D3 - A
Kelompok : IV (Empat)
Nama Kelompok : 1. Dewi Kristina Panjaitan (1707035569)
2. Krissella Megawati Sianturi (1707035643)
3. Muhammad Rizky Darmawan (1707035585)
4. Ulfa Fitria (1707035567)

LABORATORIUM DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
ABSTRAK

Proses ekstraksi buah sawit yang digunakan saat ini yaitu dengan menggunakan metode
tradisional, metode artisanal, dan metode modern. Metode ekstraksi artisanal merupakan
pengembangan dari metode tradisional untuk mengolah buah sawit. Sawit yang diolah
pada percobaan ini adalah sawit off-grade yaitu sawit yang berada diluar grade
kematangan buah sehingga tidak layak untuk diolah di pabrik mminyak sawit CPO. Pada
ekstraksi artisanal proses dilakukan dengan menambahkan beberapa peralatan dan alur
proses sebagai cara untuk meningkatkan yield. Tujuan percobaan ini adalah mengolah
dan menentukan yield serta menentukan karakteristik dari sawit off-grade menggunakan
metode artisanal. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah unit sterilizer dan
spindle hydraulic press. Pada percobaan ini dilakukan dengan menvariasikan waktu 30
menit , 45 menit dan 60 menit kemudian pada alat press dilakukan penambahan air
secukupnya pada saat pengepresan. Hasil yang diperoleh dari pengolahan sawit dengan
metode artisanal yaitu untuk yield maksimum sebesar 24,688% pada waktu 60 menit
sedangkan yield minimum sebesar 16,649% pada waktu 30 menit. Untuk kadar ALB
maksimum sebesar 5,2 % pada waktu 60 menit sedangkan kadar ALB minimum sebesar
2,72 % pada waktu 30 menit. Untuk kadar air maksimum 2,29% pada waktu 60 menit
sedangkan kadar air minimum sebesar 0,79% pada waktu 30 menit. Untuk kadar kotoran
maksimum 2,81% pada waktu 30 menit sedangkan kadar kotoran minimum sebesar
1,73% pada waktu 60 menit.

Kata Kunci : ALB, artisanal, sawit Off-grade, kadar air, pengepresan, sterilizer, yield.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar.
Tingginya produksi CPO harus diimbangi dengan kualitas minyak yang
dihasilkan karena berpengaruh terhadap nilai jual minyak. Oleh karena itu
pengendalian mutu minyak pada saat pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
memiliki peran yang sangat penting. Pengendalian mutu CPO pada saat
pengolahan di pabrik dimulai dari pemilihan TBS. Pemilihan TBS harus
memenuhi grade kematangan buah agar mutu dan kuantitas minyak yang
dihasilkan dapat tercapai. Buah yang memenuhi grade kematangan buah dan layak
olah disebut sawit on-grade sedangkan buah yang tidak memenuhi kriteria
kematangan sehingga tidak layak untuk dilakukan pengolahan disebut sawit off-
grade (Ekine, 2008).
Sawit adalah salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran
penting bagi subsektor perkebunan. sawit juga dapat memberikan manfaat dalam
peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, menciptakan nilai tambah di
dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, pengembangan wisata industri. Tanaman
sawit juga menjadi sumber pangan dan gizi utama penduduk dalam negeri,
sehingga keberadaannya berpengaruh dalam perkembangan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat (Ekine, 2008).
Bagian terpenting dari tumbuhan kelapa sawit yang diperlukan untuk
memperoleh minyak sawit dan minyak inti sawit adalah buah. buah yang baik
adalah buah yang berasal dari tandan buah yang sudah matang sempurna.
Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut minyak sawit mentah atau
Crude Palm Oil (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut
minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Minyak sawit yang terkandung
dalam sel – sel serat adalah sekitar 20% – 24% dari berat tandan sawit sedangkan
minyak inti sawit sekitar 2% - 4% (Ekine, 2008).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan teknologi pengolahan sawit antara lain:
1. Mengolah sawit off-grade menggunakan metode artisanal.
2. Menentukan yield dan karakteristik minyak berupa kadar asam lemak
bebas (ALB) dan kadar air minyak dari sawit off-grade menggunakan
metode artisanal.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pengolahan Sawit


Proses ekstraksi buah sawit yang telah digunakan hingga saat ini ada 3
metode sebagai berikut :
a. Metode Tradisional
Metode pengolahan tradisional merupakan proses ekstraksi buah sawit
yang paling praktis dan sederhana. Prinsip pengolahan tidak begitu sulit namun
kurang efisien dan secara umum metode ini hanya menggunakan tenaga manusia
untuk mengolah buah sawit dengan menggunakan media air panas untuk proses
ekstraksi buah. Oleh karena itu diperlukan pekerja yang tidak sedikit dalam proses
pengolahannya. Sumber bahan baku yang digunakan berasal dari pekarangan
rumah masyarakat. Metode pengolahan secara tradisional merupakan metode
pengolahan yang dilakukan ditempat pemanenan maupun disekitar masyarakat
namun proses pengolahannya berjalan lambat ( Zu, 2012).
Metode pengolahan tradisional hanya menghasilkan persentase minyak
yang sedikit serta kualitas minyak yang rendah. Faktor utama penyebabnya adalah
tahapan proses dan peralatan yang digunakan. Secara umum tahapan proses yang
digunakan terdiri dari pelumatan buah, pemisahan fiber dan nut, dan mengekstrak
minyak dengan cara merendam buah hasil pelumatan menggunakan air panas.
Minyak yang diperoleh memiliki kualitas yang buruk karena menggunakan
teknologi yang sederhana ( Zu, 2012).

b. Metode Modern
Metode modern merupakan proses pengolahan sawit yang mementingkan
yield dan kualitas minyak. Peralatan yang digunakan dan proses pengolahan
menjadi prioritas untuk menghasilkan yield yang diinginkan dan kualitas sesuai
dengan standar. Teknologi proses yang digunakan pada metode ini full
mechanized dan system pengolahannya dilakukan secermat mungkin agar sasaran
produksi yang diinginkan dapat tercapai (Hyman, 2010).
c. Metode Artisanal
Metode ekstraksi artisanal merupakan pengembangan dari metode
tradisional. Pada metode ini proses produksi dilakukan dengan menambahkan
beberapa peralatan dan alur proses sebagai cara untuk meningkatkan yield.
Penambahan peralatan berupa alat pengepres merupakan langkah untuk
meningkatkan yield. Pengepres yang digunakan ada yang dioperasikan secara
manual dan menggunakan motor sebagai penggerak alat. Keuntungan metode
artisanal yaitu mudah digunakan, biaya produksi murah, bisa dioperasikan oleh
pekrja yang tidak memiliki keterampilan dan pekerja yang digunakan tidak
banyak (Hyman, 2010).

2.2 Komposisi Minyak Sawit


Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri
atas trigleserida, digleserida, dan monogleserida, asam lemak bebas, moisture,
pengotor, dan komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara
umum disusun oleh senyawa yang tidak dapat tersabunkan. Asam-asam lemak
penyusun minyak/lemak terdiri atas :
1. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA)
Tidak mengandung ikatan rangkap, dan secara umum penyusun lemak
berasal dari sumber hewani.
2. Asam Lemak tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid / UFA)
Mengandung ikatan rangkap, secara umum penyusun lemak berasal dari
sumber nabati dan terdiri atas;
- Mono - Unsaturated Fatty Acid / MUFA
- Poly - Unsaturated Fatty Acid / PUFA

Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit


Persen
Asam Lemak Berat Molekul Titik Didih
No Komposisi
1 Asam Laurat ( 12 : 0 ) 0,0 – 0,4 200,32 180˚C
2 Asam Miristat ( 14 : 0 ) 0,6 – 1,7 228,38 250˚C
3 Asam Palmitat (16 : 0 ) 41,1 – 47,0 256,43 271˚C
4 Asam Stearat ( 18 : 0 ) 3,7 – 5,6 284,49 232˚C
5 Asam Oleat (18 : 1 ) 38,2 – 43,6 282,47 260˚C
6 Asam Linoleat ( 18 : 2 ) 6,6 – 11,9 280,45 176˚C
7 Asam Linoleat ( 18 : 3 ) 0,0 – 0,6 278,44 180˚C
(Sumber : Ketaren, 1986)

2.3 Parameter Mutu Minyak


Standar mutu sangat penting untuk menentukan minyak memilki mutu
yang bagus atau tidak. Penentuan mutu minyak perlu dilakukan karena
berpengaruh pada daya jual minyak sawit. Apabila minyak sawit memilki mutu
yang kurang bagus, maka nilai jual minyak menjadi rendah. Oleh karena itu
pengendalian mutu minyak memiliki faktor terpenting dalam proses pengolahan
TBS. parameter mutu minyak sawit diantaranya kadar ALB, kadar kotoran, kadar
air. Standar mutu yang digunakan untuk minyak sawit di Indonesia diperlihatkan
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Syarat mutu minyak sawit mentah

No. Karakteristik Syarat Cara Pengujian


1. Warna Kuning jingga smp Visual
kemerahan
2. Asam lemak bebas 5,0 % BS 684-1958
(sbg asam palmitat)
3. Kadar kotoran 0,05 % SNI 01 – 3184 - 1992
4. Kadar air 0,5 % BS 684-1958
(Sumber : SNI 01-29-2006)

2.4 Kadar asam lemak bebas


Asam lemak bebas (ALB) merupakan asam yang tidak terikat dengan
gliserida disebabkan karena terjadinya reaksi hidrolisa maupun oksidasi. Reaksi
hidrolisa akan dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(enzim lipase). Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung, maka semakin banyak
kadar ALB yang terbentuk. Reaksi oksidasi minyak sawit akan menghasilkan
senyawa aldehid dan keton yang menyebabkan bau tengik. Pengaruh lain yang
diakibatkan dari reaksi oksidasi yaitu perubahan warna, penurunan vitamin dalam
minyak, dan dapat menyebabkan keracunan (Ketaren, 1986).

2.5 Kadar air


Kadar air yang terdapat dalam minyak tergantung pada efetivitas
pengolahan buah serta tingkat kematangan buah. Proses pengolahan dipabrik tidak
terlepas dari air karena merupakan bahan penunjang proses ekstraksi. Tingkat
kematangan buah juga mempengaruhi kadar air dalam minyak. Buah sawit yang
terlalu matang akan memiliki kadar air lebih banyak sedangkan buah mentah
memiliki sedikit kadar minyak. Untuk itu diperlukan sistem pemanenan tepat
waktu dan pengolahan yang efektif agar minyak yang diperoleh memiliki mutu
yang berkualitas. Kadar air maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,1% (Ketaren,
1986).

2.6 Kadar kotoran


Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut
dalam minyak dan dinyatakan dengan % zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya penyaringan minyak dilakukan dengan rangkaian proses
pengendapan yaitu sentrifugasi. Metode sentrifugasi hanya dapat menyaring
kotoran yang berukuran besar, tetapi kotoran berupa serabut dan yang berukuran
kecil sulit disaring karena tidak ada perbedaan berat jenis dengan minyak. Kadar
kotoran maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,01% (Ketaren, 1986).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang digunakan :


1. Unit sterilisasi (pengukusan)
2. Spindle hydraulic press (pengepresan)
3. Buret 100 ml
4. Gelas ukur 50 ml
5. Labu Ukur 500 ml
6. Gelas kimia 100 ml
7. Pipet tetes
8. Erlenmeyer 250 ml
9. Corong pisah 1000 ml
10. Corong
11. Cawan
12. Klem & Statif
13. Hot plate
14. Botol

3.2 Bahan-bahan yang digunakan :


1. Aquadest
2. Sawit off-grade
3. NaOH
4. Etanol 95%
5. Fenolftalein
6. Asam oksalat
7. N-Heksan
8. Kertas Saring
Gambar 3.1 Serangkaian peralatan teknologi pengolahan sawit offgrade dengan
Metode Artisanal.

3.3 Prosedur Percobaan


Prosedur atau langkah kerja dalam percobaan pengolahan sawit off-grade
menggunakan metode artisanal adalah sebagai berikut :
1. Sawit off-grade dicuci untuk menghilangkan kotoran-kotoran berupa pasir
dan kelopak buah.
2. Air di dalam dandang (sterillizer) dipanaskan hingga suhu steam yang
terbentuk ± 100oC dengan rasio sawit off-grade dengan air rebusan.
3. Brondolan di timbang seberat 1000 gram kemudian dimasukkan kedalam
dandang untuk dikukus selama 30 menit , 45 menit dan 60 menit.
4. Setelah waktu pengukusan tercapai, kemudian brondolan dipress
menggunakan spindle hydraulic press.
5. Minyak didiamkan dalam corong pisah sampai terbentuk dua lapisan yaitu
minyak dan air, kemudian dipisahkan dengan cara mengambil bagian
bawahnya.
6. Hasil minyak yang diperoleh ditimbang untuk menghitung yield minyak.
7. Minyak dianalisa untuk mengetahui karakteristik minyak, berupa kadar
asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.
3.3.1 Pembuatan Larutan KOH 0,1 N
1. Ditimbang kristal KOH sebanyak 2,8 gr.
2. Dilarutkan kristal KOH tersebut dalam gelas kimia dengan aquadest.
3. Setelah kristal KOH larut, dipindahkan kedalam labu ukur 500 ml dan
ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
4. Diaduk labu tersebut agar KOH larut dalam aquadest secara merata.

3.3.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N


1. Ditimbang kristal asamoksalat sebanyak 3,15 gr.
2. Dilarutkan kristal asam oksalat tersebut dalam gelas kimia dengan
aquadest.
3. Setelah kristal asam oksalat larut, dipindahkan kedalam labu ukur 500 ml
dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
4. Diaduk labu tersebut agar asam oksalat larut dalam aquadest secara
merata.

3.3.3 Perhitungan Yield Minyak


Yield minyak dihitung dengan menggunakan persamaan:
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 % ...................................................(3.1)
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ

Keterangan :
Y : Yield
Moe : Mass of oil extracted
Mm : Mass of the mash

3.3.4 Uji Kadar Asam Lemak Bebas


A. Standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat 0,1 N
1. Larutan KOH dimasukkan kedalam buret sebanyak 100 ml.
2. Larutan Asam Oksalat dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml.
3. Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein.
4. Larutan Asam Oksalat dititrasi dengan larutan KOH hingga timbul warna
merah muda (merah jambu).
𝑁𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 X 𝑉𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑂𝐻 = ....................................(3.2)
𝑉𝐾𝑂𝐻

B. Uji kadar asam lemak bebas dilakukan dengan cara:


1. Minyak hasil percobaan dipanaskan pada suhu ± 60oC kemudian diaduk
hingga homogen.
2. Contoh uji ditimbang sebanyak 5 gram dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Ditambahkan 50 ml pelarut etanol 95%.
4. Larutan etanol dan contoh uji dipanaskan diatas hot plate dan suhunya
diatur pada ± 40oC sampai contoh uji larut semuanya.
5. Ditambahkan larutan indikator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes.
6. Contoh uji dititrasi dengan larutan KOH 0,089 N hingga berwarna merah
bata.
7. Dicatat penggunaan volume larutan KOH.
8. Analisa dilakukan sekurang-kurangnya duplo, dengan perbedaan antara
kedua hasil uji tidak boleh melebihi 0,05%.
Persentase asam lemak bebas dihitung sebagai asam palmitat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑀𝑟 𝐶𝑃𝑂 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
𝐴𝐿𝐵 = 𝑥 100% ...................................................................(3.3)
𝑊𝑥1000

Keterangan :
V = volume larutan KOH yang digunakan (ml)
N = normalitas larutan KOH
W = berat contoh uji (gr)
Mr CPO = 256 gr/mol

3.3.5 Uji Kadar Air


1. Cawan yang akan dipakai dikeringkan di dalam oven pada suhu ± 100oC
untuk sedikitnya 15 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama
15 menit lalu ditimbang dan dicatat berat cawan kosong.
2. Contoh uji dilelehkan diatas hot plate pada suhu ± 40oC dan kemudian
diaduk rata.
3. Contoh uji ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam
cawan dan didinginkan di dalam desikator hingga suhu contoh uji
mencapai suhu ruang, kemudian ditimbang dan dicatat berat contoh uji
dengan wadah.
4. Oven dipanaskan pada suhu ± 100oC selama 30 menit, kemudian segera
dimasukkan kedalam desikator untuk didinginkan selama 15 menit, lalu
ditimbang dan dicatat beratnya.
5. Pemanasan diulangi di dalam oven selama 30 menit, kemudian
didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan dan
dicatat berat.
Kadar air dihitung berdasarkan rumus di bawah ini dan dinyatakan dalam tiga
desimal :
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡−𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%............................(3.4)
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡

Keterangan :
Initial weight : berat minyak sebelum dioven (gr)
Final weight : berat minyak sesudah di oven (gr)

3.3.6 Uji Kadar Kotoran


1. Cawan yang akan dipakai dikeringkan di dalam oven pada suhu ± 100oC
selama 10 menit, kemudian didinginkan didalam desikator selama 5 menit
lalu ditimbang dan dicatat berat cawan kosong.
2. Kertas saring dikeringkan di dalam oven selama 10 menit, kemudian
ditimbang dan dicatat berat kertas saring kosong.
3. Contoh uji hasil kadar air dijadikan sebagai sampel, lalu ditambahkan 50
ml pelarut n-Heksan dan dipanaskan diatas hot plate sambil digoyang –
goyang sampai minyak larut.
4. Kertas saring dan corong digunakan untuk menyaring larutan contoh uji,
kertas saring diletakkan kedalam cawan pada poin pertama lalu dioven.
5. Pemanasan dilakukan di dalam oven selama 30 menit pada suhu ± 100oC
kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang
beratnya dan dicatat beratnya.
𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑑𝑖𝑟𝑡
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 𝑥 100 ...........................................(3.5)
𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙

Keterangan :

Weight of dirt = berat kotoran (gr)

Weight of oil = berat minyak hasil uji kadar air (gr)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Hasil percobaan teknologi pengolahan sawit untuk menentukan yield dan
karakterisasi minyak dari sawit off-grade menggunakan metode artisanal dengan
waktu sterilizer yaitu selama 30 menit, 45 menit dan 60 menit dengan berat sawit
umpan sebanyak 1000 gram. Sehingga standar mutu minyak sangat penting
karena dapat berpengaruh terhadap daya jual minyak sawit, maka perlu dilakukan
pengujian mutu minyak sawit. Uji mutu minyak sawit diantaranya yield, kadar
ALB, kadar air, dan kadar kotoran. Uji mutu minyak sawit yang diperoleh dari
percobaan yang dilakukan dapat dilihat dari Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data hasil percobaan teknologi pengolohan sawit
Waktu Pengukusan Yield (%) Kadar ALB Kadar Air Kadar Kotoran
(Menit) (%) (%) (%)
30 16,649 2,72 0,79 2,81
45 22,575 4,26 1,49 2,32
60 24,688 5,2 2,29 1,73

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh waktu pengukusan terhadap Yield
Yield adalah perbandingan antara minyak yang diperoleh dengan berat
bahan baku. Dalam percobaan teknologi pengolahan sawit off-grade, dilakukan
dengan memvariasikan waktu pengukusan (30 menit, 45 menit dan 60 menit) dari
berat umpan sawit. Minyak sawit yang didapat pada waktu pengukusan 30 menit
sebanyak 166,49 gram sedangkan pada pada waktu 45 menit sebanyak 227,57
gram dan pada pada saat waktu pengukusan 60 menit didapat sebanyak 246,88
gram. Yield pada percobaan ini dengan mengunakan variasi waktu pengukusan
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
27

22.5

Yield (%) 18

13.5

4.5

0
0 15 30 45 60 75

Waktu Pengukusan

Gambar 4.1 Kurva hubungan antara lama waktu pengukusan terhadap


yield minyak dari sawit off-grade
Yield pada percobaan ini dengan mengunakan variasi waktu pengukusan
pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa yield semakin meningkat selama
bertambahnya waktu pada pengukusan. Yield minimum didapat pada waktu
pengukusan 30 menit yaitu sebesar 16,649%, sedangkan yield maksimum
diperoleh pada waktu pengukusan 60 menit sebesar 24,688%. Minyak sawit akan
terperas keluar karena adanya tekanan ketika dilakukan proses pengepresan. Pada
awal pengepresan, minyak sawit yang terperas sedikit, kemudian kuantitasnya
bertambah sedikit demi sedikit. Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya
keluar dari alat pengepresan, tetapi ada juga yang tertinggal di dalam silinder.
Dalam proses pengukusan selama 30 menit yieldnya lebih rendah dari proses
pengukusan dengan waktu 60 menit. Di akibatkan beberapa faktor, yaitu karena
proses pengepressan yang menggunakan tenaga manual, sehingga tekanan yang
diberikan menyebabkan minyak tidak dihasilkan secara optimal saat proses
pengepresan. Faktor lain juga bisa terjadi pada saat pemisahan minyak dan
komponen pengotor. Lapisan minyak dan air pengotor tidak terlalu jelas karena
zat pengotor yang masih tersuspensi pada batas lapisan air dan minyak
menyebabkan proses pemisahan terganggu, sehingga minyak ikut terbuang
sebagian. Pada waktu pemasakan juga dapat menyebabkan faktor utama pengaruh
yeld yang dihasilkan. Semakin lama waktu pemasakan maka semakin banyak pula
minyak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena buah sawit yang dikukus telah
matang sempurna sehingga pada waktu pemasakan 60 menit nilai yeld yang
diperoleh lebih besar dari pada waktu pemasakan 30 menit.

4.2.2 Pengaruh waktu pengukusan terhadap kadar Asam Lemak Bebas


(ALB)
Asam lemak bebas merupakan asam yang tidak terikat dengan gliserida
disebabkan karena terjadinya reaksi hidrolisa dari lemak. Untuk menentukan asam
lemak bebas pada minyak kelapa sawit dianggap sebagai asam palmitat. Pengaruh
waktu pengukusan terhadap kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang didapatkan
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
6

4
ALB (%)

0
0 15 30 45 60 75

Waktu Pengukusan

Gambar 4.2 Kurva hubungan waktu pengukusan terhadap kadar ALB


Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kadar ALB semakin
meningkat seiring lamanya waktu pengukusan. Kadar asam lemak bebas
maksimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu sebesar 5,2%
sedangkan kadar asam lemak bebas minimum didapat pada waktu 30 menit yaitu
sebesar 2,72%. Salah satu penyebab tingginya kadar ALB sawit yaitu karena
terjadinya reaksi hidrolisa antara minyak dengan air pada waktu pemasakan.
Proses pengepresan akan menyebabkan daging buah menjadi pecah, sehingga
minyak dapat keluar dari sawit. Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung, maka
semakin tinggi kadar ALB yang terbentuk didalam minyak.
4.2.3 Pengaruh waktu pengukusan terhadap kadar air
Kadar air yang terdapat dalam minyak tergantung pada efektivitas
pengolahan buah serta tingkat kematangan buah. Pengaruh waktu pengukusan
terhadap kadar air dari minyak sawit off-grade dapat dilihat pada Gambar 4.3.
2.5

2
Kadar Air (%)

1.5

0.5

0
0 15 30 45 60 75

Waktu Pengukusan

Gambar 4.3 Kurva hubungan waktu pengukusan terhadap kadar air dari
minyak sawit off-grade
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kadar air semakin naik
seiring bertambahnya lama waktu pengukusan. Kadar air minimum terjadi pada
waktu pengukusan selama 30 menit yaitu sebesar 0,79% dan kadar air maksimum
pada waktu pengukusan 60 menit yaitu sebesar 2,29%. Pengaruh lama waktu
pengukusan terhadap kadar air dari minyak sawit off-grade bahwa kadar air
semakin meningkat seiring bertambahnya waktu pengukusan karena minyak sawit
yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa, namun ada juga yang
tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antar buah sawit. Ketika ditambahkan
air pada proses pemasakan, maka terjadi kontak langsung buah sawit dengan air
sehingga meningkatkan kadar airnya

4.2.4 Pengaruh waktu pengukusan terhadap kadar pengotor


Kadar pengotor adalah keseluruhan bahan – bahan asing yang tidak larut
dalam minyak dan dinyatakan dengan persen zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pengaruh waktu pengukusan terhadap kadar kotoran minyak dapat dilihat
pada Gambar 4.4.
3

2.5
Kadar Kotoran (%)

1.5

0.5

0
0 15 30 45 60 75
Waktu Pengukusan

Gambar 4.4 Kurva hubungan waktu pengukusan terhadap kadar pengotor


dari minyak sawit off-grade
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa kadar pengotor semakin
berkurang seiring bertambahnya lama waktu pengukusan. Kadar pengotor
minimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu sebesar 1,73%,
sedangkan kadar pengotor maksimum didapat pada waktu 30 menit yaitu sebesar
2,81% dan waktu 45 menit 2,32%. Semakin lama waktu yang digunakan untuk
pengukusan maka semakin berkurang zat pengotor yang dihasilkan. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti zat pengotor yang masih menempel pada
alat dan faktor lainnya pada saat proses pemasakan terjadi. Zat pengotor yang
terkandung dalam sawit off-grade akan terlarut dengan bertambahnya lama proses
pemasakan, sehingga didapatkan perbandingan antara waktu pengukusan dan
kadar pengotor berbanding terbalik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Yield minimum didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu 16,649%
yield maksimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu sebesar
24,688%.
2. Kadar ALB minimum didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu
sebesar 2,72%, sedangkan kadar ALB maksimum didapat pada waktu
pengukusan 60 menit yaitu sebesar 5,2%.
3. Kadar air minimum didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu
sebesar 0,79%, sedangkan kadar air maksimum didapat pada waktu
pengukusan 60 menit yaitu sebesar 2,29%.
4. Kadar pengotor minimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu
sebesar 1,73%, sedangkan kadar pengotor maksimum didapat pada waktu
pengukusan 30 menit yaitu sebesar 2,81%.

5.2 Saran
Pada percobaan praktikum ini pilihlah buah kelapa sawit yang bagus agar
hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Karena buah kelapa sawit
mempengaruhi ALB, kadar air, kadar pengotor dan yield yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ekine,D.I., dan Onu, M. E. 2008. Economics of small - scale palm oil processing
in Ikwerre and local government areas of river state, Nigeria. Jurnal of
agricultural and social research. 8(2) : 150 – 158.

Hyman,E. L. 2010. An economic analysis of small – scale technologies for palm


oil extraction in central and west Africa. World development. 18 (3) : 455
– 476.

Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. UI Press :


Jakarta.

Zu, K. S. A., Nsiah. A., dan Bani, R. J. 2012. Effect of processing equipment and
duration of storage of palm fruit on palm oil yield and quality in the
Kwaebibrem District, Ghana. Agricultural research and reviews. 1 (1) :
18-25.
LAPORAN SEMENTARA
TEKNIK REAKSI KIMIA

Judul : Teknologi Pengolahan Sawit


Dosen pengampu : Zuchra Helwani, ST. MT. PhD
Hari/ Tanggal : Selasa/ 19 November 2019
Kelompok : IV (Empat)
Anggota Kelompok : 1. Dewi Kristina Panjaitan
2. Krissella Megawati Sianturi
3. Muhammad Rizky Darmawan
4. Ulfa Fitria

Hasil Percobaan :
Tabel A.1 Data hasil percobaan teknologi pengolohan sawit
Berat Penambaha Waktu Kadar
Yield ALB Kadar
No Berondola n Air Pengukusan Kotoran
(%) (%) air (%)
n(gr) (ml) (menit) (%)
1. 1000 6000 30 16,649 2,72 0,79 2,81
2. 1000 6000 45 22,757 4,26 1,49 2,32
3. 1000 6000 60 24,688 5,2 2,29 1,73

Pekanbaru, 21 November 2019


Mewakili Mengetahui
Praktikan Asisten

Ulfa Fitria Praja Mulya Siregar


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Berat sampel I : 1000 gram


Berat sampel II : 1000 gram
Berat sampel III : 1000 gram
Waktu sterilisasi I : 30 menit
Waktu sterilisasi II : 45 menit
Waktu sterilisasi III : 60 menit

B.1 Pembuatan larutan KOH 0,1 N


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N = x
𝐵𝐸 𝑝
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0,1 = x
56 500

Massa = 2,8 gram


Membuat larutan KOH 0,1 N dilakukan dengan menimbang padatan KOH
sebanyak 2,8 gram dan menambahkan aquadest sampai tanda batas labu ukur 500
ml.

B.2 Pembuatan larutan Asam Oksalat 0,1 N


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N = x
𝐵𝐸/2 𝑝
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0, 1 = x
126/2 500

Massa = 3,15 gram


Membuat larutan asam oksalt 0,1 N dilakukan dengan menimbang padatan
asam oksalat sebanyak 3,15 gram dan menambahkan aquadest sampai tanda batas
labu ukur 500 ml.
B.3 Standarisasi larutan KOH dengan menggunakan larutan Asam oksalat
0,1 N
- Volume KOH yang digunakan (VNaOH) = 28 ml
- Normalitas larutan Asam oksalat (N) = 0,1 N
- Volume Asam oksalat (V C2H2O4.2H2O) = 25 ml
𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑂𝐻 =
𝑉𝐾𝑂𝐻
0,1 𝑁 𝑥 25 𝑚𝑙
=
28 𝑚𝑙
= 0,089 N

B.4 Menghitung Yield Minyak


1. Waktu pengukusan 30 menit
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ

166,49 𝑔𝑟
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 16,649%

2. Waktu pengukusan 45 menit


𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ

227,57 𝑔𝑟
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 22,757%

3. Waktu pengukusan 60 menit


𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ
246,88 𝑔𝑟
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 24,688%

B.5 Uji Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)


1. Waktu pengukusan 30 menit

Molekul relatif CPO = 256 gr/mol


Volume KOH yang digunakan (V) = 6 ml
Normalitas larutan NaOH (N) = 0,089 N
Berat sampel minyak uji (W) = 5,01 gr
𝑀𝑟 𝐶𝑃𝑂𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
𝐴𝐿𝐵 = 𝑥 100%
𝑊𝑥1000
𝑔𝑟
256 𝑥 0,089 𝑁𝑥 6 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
5,01 𝑔𝑟 𝑥 1000

= 2,72%

2. Waktu pengukusan 45 menit


Molekul relatif CPO = 256 gr/mol
Volume KOH yang digunakan (V) = 9,5 ml
Normalitas larutan NaOH (N) = 0,089 N
Berat sampel minyak uji (W) = 5,08 gr
𝑀𝑟 𝐶𝑃𝑂 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
𝐴𝐿𝐵 = 𝑥 100%
𝑊𝑥1000
𝑔𝑟
256 𝑥 0,089 𝑁 𝑥 9,5 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
5,08 𝑔𝑟 𝑥 1000

= 4,26%

3. Waktu pengukusan 60 menit


Molekul relatif CPO = 256 gr/mol
Volume KOH yang digunakan (V) = 11,5 ml
Normalitas larutan NaOH (N) = 0,089 N
Berat sampel minyak uji (W) = 5,03 gr
𝑀𝑟 𝐶𝑃𝑂 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
𝐴𝐿𝐵 = 𝑥 100%
𝑊 𝑥 1000
𝑔𝑟
256 𝑥 0,089 𝑁 𝑥 11,5 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
5,03 𝑔𝑟 𝑥 1000

= 5,2%

B.6 Uji Kadar Air


1. Waktu pengukusan 30 menit
Initial weight = 10,01 gr
Final weight = 9,93 gr
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 − 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
(10,01−9,93)𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
10,01 𝑔𝑟

= 0,79%

2. Waktu pengukusan 45 menit


Initial weight = 10,04 gr
Final weight = 9,89 gr
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 − 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
(10,04−9,89)𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
10,04 𝑔𝑟

= 1,49%

3. Waktu pengukusan 60 menit


Initial weight = 10,03 gr
Final weight = 9,8 gr
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 − 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
(10,03−9,8)𝑔𝑟
= 𝑥 100%
10,03 𝑔𝑟

= 2,29%
B.7 Uji Kadar Pengotor
1. Waktu pengukusan 30 menit
Berat Pengotor = 0,28 gr
Berat Hasil uji kadar air = 9,93 gr

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑡𝑜𝑟
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑢𝑗𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
0,28 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
9,93 𝑔𝑟

= 2,81%

2. Waktu pengukusan 45 menit


Berat Pengotor = 0,23 gr
Berat Hasil uji kadar air = 9,89 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑡𝑜𝑟
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑢𝑗𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
0,23 𝑔𝑟
= 𝑥 100%
9,89 𝑔𝑟

= 2,32%

3. Waktu pengukusan 60 menit


Berat Pengotor = 0,17 gr
Berat Hasil uji kadar air = 9,8 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑡𝑜𝑟
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑢𝑗𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
0,17 𝑔𝑟
= 𝑥 100%
9,8 𝑔𝑟

= 1,73%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

NO PEKERJAAN GAMBAR
1. Proses pengukusan
buah kelapa sawit

2. Proses pengepresan
mengunakan alat
spindle hydraulic
press.

3. Minyak yang
dihasilkan dari proses
pengepresan

4. Proses pemisahan
minyak dan kotoran
5. Hasil minyak yang
didapatkan

6. Kadar ALB

7. Kadar air

8. Kadar pengotor

Anda mungkin juga menyukai