Anda di halaman 1dari 168

Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
Jurnal RechtsVinding merupakan majalah ilmiah hukum yang memuat naskah-naskah di bidang hukum yang berupa
hasil peneli an; kajian teori; studi kepustakaan; dan analisa / njauan putusan pengadilan.

BP
Jurnal RechtsVinding terbit secara berkala ga nomor dalam setahun pada bulan April, Agustus dan Desember.

ing
Pembina : Dr. Wicipto Se adi, S.H., M.H.
Adviser Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI
Pemimpin Umum : Noor M. Aziz, S.H., M.H., M.M.
Chief Execu ve Officer Kepala Pusat Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional BPHN
Wakil Pemimpin Umum : Purwanto, S.H., M.H. (Hukum Bisnis)
Vice Chief Execu ve Officer
ind
Pemimpin Redaksi : Arfan Faiz Muhlizi, S.H., M.H. (Hukum Tata Negara)
Editor in Chief
Anggota Dewan Redaksi : Suherman Toha, S.H., M.H., APU. (Hukum Tata Negara)
Editorial Board Ahyar Ari Gayo, S.H., M.H., APU. (Hukum Islam dan Adat)
Suharyo, S.H., M.H. (Hukum Pidana)
V
Mitra Bestari : Prof. Dr. IBR Supancana, S.H., LL.M. (Hukum Bisnis)
Peer Reviewer Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M. (Hukum Perdata)
hts

Topo Santoso, S.H., M.H., Ph.D. (Hukum Pidana)


Dr. Mudzakkir, S.H., M.H. (Hukum Pidana)
Dr. M. Hadi Shubhan, S.H., M.H., C.N. (Hukum Perdata)
Redaktur Pelaksana : Ade Irawan Taufik, S.H.
Managing Editor
ec

Sekretaris : Apri Lis yanto, S.H.


Secretaries Teguh Imansyah, S.IP., M.Si.
Ema Elviyani Br. Sembiring, S.H.
Tata Usaha : Nunuk Febriananingsih, S.H., M.H.
lR

Administra on Endang Wahyuni Setyawa , S.E.


Eko Noer Kris yanto, S.H.
Nevey Varida Ariani, S.H., M.H.
Desain Layout : Tyas Dian Anggraeni, S.H., M.H.
na

Layout and cover


Alamat:
Redaksi Jurnal RechtsVinding
Pusat Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI
Jur

Jl. Mayjen Sutoyo Cililitan Jakarta, Telp.: 021-8091908 ext.105, Fax.: 021-8002265
e-mail: jurnal_rechtsvinding@bphn.go.id; jurnalrechtsvinding@yahoo.co.id; jurnalrechtsvinding@gmail.com

Isi Jurnal RechtsVinding dapat diku p dengan menyebutkan sumbernya


(Cita on is permi ed with acknowledgement of the source)
HN
BP
ing
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

ind
V
hts
ec
lR
na
Jur
Jur
na
lR
ec
hts
Vind
ing
BP
HN
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

PENGANTAR REDAKSI

HN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya Jurnal RechtsVinding (JRV) Volume 1
Nomor 2, Agustus 2012 ini dapat diterbitkan. JRV edisi ini memuat pokok bahasan bertema perkembangan
hukum bisnis dengan berbagai variannya, yang tertuang dalam 8 (delapan) ar kel, yang ditulis oleh Prof.
Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum., Dr. Herlien Budiono, S.H., Purwanto, S.H., M.H., Ade Irawan Taufik,

BP
S.H., Dr. Suyud Margono, S.H., M.Hum., Ahyar Ari Gayo, S.H., M.H., Nevey Varida Ariani, S.H., M.Hum.,
Subianta Mandala, S.H.,LL.M.
Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum., membuka ar kel jurnal ini dengan membahas Karakteris k,
Pengelolaan Dan Pemeriksaan Badan Hukum Yayasan Di Indonesia. Beberapa permasalahan seper
polemik digunakannya Yayasan sebagai lembaga bisnis disinggung dalam ar kel ini karena secara filosofi

ing
pendirian yayasan bersifat nirlaba. Selanjutnya Dr. Herlien Budiono, S.H. membahas arah pengaturan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam menghadapi era global. Tulisan
ini menguraikan pen ngnya regulasi terkait Perseroan Terbatas sebagai landasan bagi dunia usaha dan
perekonomian nasional, dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia di era globalisasi.
Kemudian berturut-turut dilanjutkan dengan Purwanto, S.H., M.H., membahas mengenai Beberapa
ind
Permasalahan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia, yang menganalisa kesenjangan
antara regulasi dengan praktek fidusia. Ade Irawan Taufik, S.H. membahas mengenai Pembaharuan Regulasi
Jasa Konstruksi Dalam Upaya Mewujudkan Struktur Usaha Yang Kokoh, Andal, Berdaya Saing Tinggi Dan
Pekerjaan Konstruksi Yang Berkualitas. Tulisan ini bisa menjadi solusi bagi penguatan usaha jasa konstruksi
di Indonesia ke ka berhadapan dan bersaing dalam era global. Selanjutnya Dr. Suyud Margono, S.H.,
V
M.Hum, menguraikan mengenai Prinsip Deklara f Penda aran Hak Cipta. Beliau menganalisa Kontradiksi
Kaedah Penda aran Ciptaan dengan Asas Kepemilikan Publikasi Pertama Kali. Tulisan ini banyak mengkri k
hts

sistem penda aran Hak Cipta di Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal HaKI Kementerian
Hukum dan HAM RI.
Dalam tulisan berikutnya ditunjukkan bahwa perkembangan hukum bisnis di Indonesia juga mendapat
pengaruh kuat dari beberapa sub sistem hukum nasional seper hukum Islam dan hukum Adat, selain juga
ec

hukum internasional. Di wilayah hukum bisnis Islam, Akhyar Ari Gayo, S.H.,M.H. dan Ade Irawan Taufik,
S.H., membahas Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong
Perkembangan Bisnis Perbankan Syariah. Tulisan ini melihat sejauh mana Fatwa MUI berpengaruh terhadap
persepsi masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah yang pada akhirnya akan mendorong kemajuan
lR

Perbankan Syariah. Berikutnya akan dibahas juga perkembangan hukum adat dalam hukum bisnis oleh
Nevey Varida Ariani, S.H.,M.Hum. Tulisan yang berjudul Alterna f Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar
Pengadilan tersebut memasukkan unsur hukum adat di dalamnya sebagai salah satu tawaran alterna f.
Sebagai tulisan penutup, terdapat perspek f hukum internasional dari Subianta Mandala, S.H., LL.M, yang
na

membahas mengenai Pembaruan Hukum Kontrak Indonesia Dalam Kerangka Harmonisasi Hukum Kontrak
ASEAN.
Semoga gagasan-gagasan yang dibangun dan dipaparkan dari berbagai judul di Volume 1 Nomor 2,
Jur

Agustus 2012 ini dapat berkontribusi bagi pembangunan hukum yang berkeadilan dan sekaligus bermanfaat
bagi masyarakat.

Redaksi

i
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
ind
V
hts
ec
lR
na
Jur

ii
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

DAFTAR ISI

HN
BP
Pengantar Redaksi ………………………………………………………………………………………………………… i
DaŌar Abstrak
Karakteris k, Pengelolaan Dan Pemeriksaan Badan Hukum Yayasan Di Indonesia
Y. Sogar Simamora ……………………………………………………………………………………….…..…………… 175-186

ing
Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas Dalam Menghadapi Era Global
Herlien Budiono ………………………………………………………………………..…………………..……………… 187-198
Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Dengan Jaminan Fidusia
ind
Purwanto …………………………………………………………………………………….………………………………… 199-214
Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi Dalam Upaya Mewujudkan Struktur Usaha
Yang Kokoh, Andal, Berdaya Saing Tinggi Dan Pekerjaan Konstruksi Yang Berkualitas
Ade Irawan Taufik ….……………………………………………………………………………..……..….…………… 215-235
V
Prinsip Deklara f Penda aran Hak Cipta: Kontradiksi Kaedah Penda aran Ciptaan
dengan Asas Kepemilikan Publikasi Pertama Kali
hts

Suyud Margono .…………………………………………………………..……………………………….……………… 237-255


Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong
Perkembangan Bisnis Perbankan Syariah: Perspek f Hukum Perbankan Syariah
Ahyar Ari Gayo dan Ade Irawan Taufik ……………………………………………………….…………………. 257-275
ec

Alterna f Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar Pengadilan


Nevey Varida Ariani ………………………………………………………………………………………………………. 277-294
Pembaruan Hukum Kontrak Indonesia Dalam Kerangka Harmonisasi
Hukum Kontrak ASEAN
lR

Subianta Mandala ………………………..……………………………………………………………..................… 295-306


Biodata Penulis
Indeks
na

Pedoman Penulisan Jurnal RechtsVinding


Jur

iii
Jur
na
lR
ec
hts
Vind
ing
BP
HN
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 347.19

Y. Sogar Simamora

BP
Karakteris k, Pengelolaan dan Pemeriksaan Badan Hukum Yayasan di Indonesia

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186

Yayasan adalah badan hukum yang didirikan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan

ing
kemanusiaan. Pendirian yayasan diawali dengan pemisahan harta kekayaan pendiri untuk dimasukkan sebagai modal
awal yayasan. Pemisahan harta kekayaan pendiri ke dalam yayasan tersebut dak dapat diberi makna investasi karena
secara filosofi pendirian yayasan bersifat nirlaba. Dalam prak knya terjadi penyimpangan dalam pengelolaan, konflik
antar pengurus serta penyalahgunaan lembaga yayasan. Tulisan ini akan mengkaji bagaimana prinsip dan aturan hukum
dalam pengelolaan yayasan sebagai hukum privat dan bagaimana pengelolaan oleh organ yayasan berdasarkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Dengan menggunakan metode yuridis norma f dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
cara pendiriannya yayasan tergolong badan hukum privat. Prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam mewujudkan
ind
good governance dalam pengelolaan yayasan diperlukan untuk memas kan bahwa organ yayasan menjalankan
tugasnya semata-mata untuk mencapai tujuan yayasan, selain itu perlu adanya pemeriksaan terhadap yayasan untuk
memas kan organ yayasan dak melakukan pelanggaran hukum dan lalai dalam menjalankan tugasnya
Kata kunci: yayasan, pengelolaan, pemeriksaan, transparansi, akuntabilitas
V
The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.
hts

UDC: 347.19

Y. Sogar Simamora

Character, Management and Examina on Charity Founda on in Indonesia


ec

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 175-186

The founda on is a legal en ty established to achieve specific goals in the areas of social, religious, and humanitarian.
The establishment of the founda on begins with the separa on of founder(s) assets to be incorporated as the authorized
lR

capital founda on. Separa on founder(s) assets into founda ons can not be given meaning as investment, because
the founding founda ons philosophy is non-profit. In prac ce there are devia ons in the management of the conflict
between the board and the abuse of the ins tu on founda on. This paper will examine how the principles and the rule
of law in the management of a founda on and how management by organs of the founda on based on principles of
transparency and accountability. By using norma ve methods can be concluded that based on the way its establishment,
na

the founda on belonging to private legal en es. Principles of transparency and accountability in achieving good
governance in the management founda on required to ensure that the founda on organ du es solely to achieve the
purpose of the founda on, in addi on to the need for an examina on of the founda on to ensure that the fund did not
perform organ offense and negligent in performing their du es.
Keywords: founda ons, management, inspec on, transparency, accountability
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 347.191

Herlien Budiono

BP
Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Dalam Menghadapi Era
Global

Jurnal RechtsVinding Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198

ing
Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan salah satu pilar yang memberikan landasan bagi dunia usaha
dan perekonomian nasional, dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia di era globalisasi. Meski telah ada
berbagai penyempurnaan sejak tahun 2007, tetapi masih terdapat beberapa permasalahan terkait dengan iden tas
Perseroan Terbatas (PT) sebagai sebuah badan hukum, serta permasalahan lain terkait dengan proses pendiriannya.
Dengan menggunakan pendekatan norma f terlihat bahwa meski PT sebagai sebuah badan hukum disebutkan secara
jelas dalam Pasal 1 angka 1 UUPT tetapi dak dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan badan hukum. Dengan begitu
maka iden tasnya lebih banyak ditentukan secara doktrinal lewat berbagai teori. Sedangkan permasalahan terkait
ind
pendirian PT dideka dengan menggunakan metode sosio hukum untuk menjelaskan mengenai unsur perjanjian yang
masih berpolemik untuk dipenuhi. Begitu juga dengan jumlah pendiri PT, proses pengesahan, penyetoran modal dan
jenis mata uang, keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), serta sarana pendukungnya. Untuk itu
disarankan perlunya sinkronisasi yang bersifat teori s bagi penyempurnaan atas beberapa kelemahan UU PT yang ada
saat ini, di samping pembenahan di ngkat pelaksanaan yang masih terasa birokra s.
Kata Kunci: tanggung gugat, globalisasi, perseroan terbatas
V
The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
hts

This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.

UDC: 347.191

Herlien Budiono
ec

Regula on for the Direc on in which the Law Number 40 of 2007 with Respect to the Limited Liability Company
to be Dealt with in the Era of Globaliza on

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 187-198


lR

A Limited Liability Company Act is one of the pillars that provide the founda on for the business world and na onal
economy, in the face of world economic developments in the globaliza on era. Although there have been many im-
provements since 2007, but s ll there are some problems related to the iden ty of the Limited Liability Company (PT) as
na

a legal en ty, as well as other issues related to the establishment of a PT. By using the norma ve approach is seen that
although the Limited Liability Company (PT) as a legal en ty is clearly stated in Ar cle 1 number 1 but did not explain
what is meant by a legal en ty. That way, the iden ty is determined more doctrinally through various theories. While the
problems related to the establishment of a PT approximated using socio-legal methods to explain the elements of the
agreement are s ll debated to be met. So is the number of the founder of the PT number, the process of ra fica on, the
Jur

deposit of capital and types of currency, a decision outside the General Mee ng of Shareholders, as well as support fa-
cili es. It is recommended the need for synchroniza on of a theore cal nature for the improvement of some weaknesses
of exis ng PT laws today, in addi on to improvements in the implementa on of which was are s ll bureaucra c.
Keywords: liability, globaliza on, Limited Liability Company
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 341.223.3

Purwanto

BP
Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214

Lembaga pembiayaan konsumen merupakan replika dari pembiayaan perusahaan atau yang dikenal dengan leasing.

ing
Lembaga pembiayaan jenis ini berimplikasi pula dengan jenis jaminan. Jaminan merupakan hal pen ng yang diperlukan
dalam se ap perjanjian pinjam meminjam. Dalam bentuk jaminan, dikenal jaminan perorangan dan jaminan kebendaan
atau fidusia. Tulisan ini membahas praktek transaksi pembiayaan dengan jaminan fidusia dan pelanggaran yang sering
muncul dalam perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia. Dari hasil peneli an terlihat bahwa untuk
memberikan legi masi bagi para pihak maka perjanjian dibuat dengan akta oten k, dan dida arkan pada kantor
penda aran fidusia guna mendapatkan hak preference bagi kreditur. Eksekusi atas obyek jaminan dalam perjanjian
pembiayaan konsumen masih banyak mengalami masalah seper dak dilaksanaannya penda aran jaminan fidusia pada
ind
kantor penda aran fidusia sebagaimana diatur dalam undang-undang jaminan fidusia dan peraturan pelaksanaannya.
Disamping itu informasi dan pemahaman yang kurang dari debitur atas jaminan fidusia juga mengakibatkan penyelesaian
sengketa antara debitur dan kreditur dak elegan.
Kata kunci: fiducia, jaminan, debitur, kreditur, pembiayaan

The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
V
This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.
hts

UDC: 341.223.3

Purwanto

Some Issues Consumer Financing Agreement with Fiduciary


ec

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 199-214

Consumer finance is a financing alterna ve that can be given to the consumer of the goods with installment payments
are made regularly. General financing agreement with the main guarantee good collateral, guarantees principal and
lR

addi onal collateral to an cipate a default or conges on in loan repayments. The growth of consumer finance agency is
actually a replica of the finance company, known as leasing. The types of financial ins tu ons also have implica ons for
the types of collateral. However warran es are important and necessary in any agreement, especially with the lending
and borrowing. Regarding the form of guarantees, commonly known personal guarantees and collateral material or
fiduciary. In this paper will discuss the transac on and viola ons that o en appear in consumer financing agreement
na

with the fiduciary. From research shows that to provide legi macy to the par es the agreement made with authen c
deed and registered at the registrar’s office in order to get the right preference fiduciary for the creditors. The execu on
of the object of the agreement guarantees the consumer finance is s ll a lot of problems such as no registra on has
fiduciary at the registra on office as s pulated in fiduciary law and implemen ng regula ons. Besides the lack of
informa on and understanding of the fiduciary debtor also resulted in the se lement of disputes between debtors and
Jur

creditors are not elegant.


Keywords: fiduciary, collateral, debitur, creditur, financing
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 347.446

Ade Irawan Taufik

BP
Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi Dalam Upaya Mewujudkan Struktur Usaha Yang Kokoh, Andal, Berdaya
Saing Tinggi dan Pekerjaan Konstruksi yang Berkualitas

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235

Jasa konstruksi mempunyai peranan pen ng dan strategis dalam menghasilkan prasarana dan sarana yang berfungsi

ing
mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang. Dalam mendukung tujuan pembangunan tersebut,
pengembangan jasa konstruksi diarahkan untuk memiliki daya saing dan struktur usaha kokoh yang tercermin dengan
terwujudnya kemitraan yang sinergis antar penyedia jasa, baik yang berskala besar, menengah, dan kecil, maupun yang
berkualifikasi umum, spesialis, dan terampil. Permasalahan yang diteli adalah bagaimana kondisi pengaturan jasa
konstruksi saat ini dan bagaimana arah pembaharuan regulasi konstruksi di masa depan dalam mewujudkan struktur
usaha yang kokoh, andal, berdaya saing nggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkulitas. Dengan menggunakan
ind
metode peneli an norma f empirik dihasilkan dapat diketahui bahwa kondisi jasa usaha konstruksi pada saat ini belum
mewujudkan struktur usaha jasa konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing nggi. Regulasi jasa konstruksi saat ini
belum memadai sehingga perlu segera dilakukan pembaharuan regulasi mengenai hal ini.
Kata kunci: regulasi, jasa konstruksi, kemitraan, daya saing

The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
V
This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.
hts

UDC: 347.446

Ade Irawan Taufik

Construc on Services Regula on Reform in Efforts to Realize a Solid, Reliably, Highly Compe ve and Quality
of Construc on Work
ec

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 215-235

Construc on services have an important and strategic role in producing a func oning infrastructure and facili es
lR

to support growth and development of various fields. In support of these development objec ves, development of
construc on services geared to be compe ve and have a solid business structure that is reflected by the establishment
of a synergis c partnership between service providers, both large-scale, medium, and small, as well as a public,
specialists, and skilled service providers. The problems studied are the condi on of the current regula on of construc on
services; and how to reform the regula on of construc on in the future in crea ng a solid business structure, reliable
na

and highly compe ve and qualified construc on work outcome. By using norma ve empirical research method, can
be seen that the condi on of the construc on business services nowadays have not crea ng a solid, reliable and highly
compe ve business structure. Regula on of construc on services is currently inadequate to treat the condi on so it
need an immediate regulatory reform.
Keywords: regula on, construc ons services, partnership, compe on
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 347.78.01

Suyud Margono

BP
Prinsip Deklara f Penda aran Hak Cipta : Kontradiksi Kaedah Penda aran Ciptaan Dengan Asas Kepemili-
kan Publikasi Pertama Kali

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255

Hukum Hak Cipta Indonesia memiliki regulasi tentang Penda aran Hak Cipta. Penda arannya bisa dilakukan oleh

ing
pemohon baik Pencipta atau Pemegang Hak Cipta ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Ser fikat Penda aran
Hak Cipta menjadi alat buk jika terjadi sengketa melalui proses penyelesaian di Pengadilan atau non-pengadilan.
Ketentuan Penda aran Ciptaan ini dak seimbang dan mengeyampingkan keberadaan karya-karya Cipta yang dak
dida arkan dalam jumlah jutaan. Sebenarnya, dalam prinsip universal dan perlindungan hak cipta internasional
dak mewajibkan untuk se ap penda aran bagi penciptaan kepada lembaga di satu negara tertentu. Sebuah doktrin
universal yang digunakan, untuk perlindungan hak cipta telah mendapat perlindungan hukum setelah dibuat, dan dapat
ind
diketahui, didengar, dilihat oleh pihak lain. Prinsip ini dikenal dengan Prinsip Deklara f. Ini berar ekspresi penciptaan
memiliki perlindungan sejak publikasi pertama kalinya. Oleh karena itu, berdasarkan permasalah pertentangan antara
Penda aran Hak Cipta dan perlindungan penciptaan yang mengiku sistem deklara f, maka perlu pemikiran ulang
pengaturan penda aran hak cipta yang bertentangan dengan kepemilikan hak cipta yang didapat sejak saat penciptaan
pertama dipublikasikan.
Kata Kunci: Perlindungan, Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Penda aran, Prinsip Deklara f
V
The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.
hts

UDC: 347.78.01

Suyud Margono
ec

Declara ve Principle on Copyright Registra on: Contradic on between the crea on and First Publica on
Principle

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 237-255


lR

Indonesian Copyright Law has regula on about Copyright Registra on. Its registra on can be done by applicant(s)
even Creator or the Owner of Copyrights to Directorate General Intellectual Property (Indonesia IP Office). Cer ficate
of Creature Registra on will make easy proved if dispute happening event takes proceedings at Court or non-court
se lement. This rule of Copyright Registra on made in-balance for the un-register crea on in fact a million crea on that
na

doesn’t listed in General of registered creature. Actually, in universal principle and based on interna onal conven on
concerning copyright protec on not knows or not make compulsory for any sense registra on for crea on or given
authority to the ins tu on at one par cular state. An Universal doctrine that is u lized for copyright protec on which is
a creature has go en law protec on since that creature finish is made, and gets to be known, heard, seen by other Party
this principle recognised with Declara ve Principal. Its mean a that crea on is not an ideas but cons tute protected
Jur

expression of ideas or have protec on since first me publica on, but especially at Indonesia has rule and mechanism of
copyrights Registra on event its registra on is not compulsary. Therefore, based on problema c contradic ng among
Copyright Registra on and protec on of crea on that follow declara ve system this research is rethinking the existence
copyright registra on rule causes to be breached copyright ownership compossed to be go en since that crea on first
me is publicized (first to publish).
Keywords : Protec on, Intellectual Property, Copyright, Registra on, Declara ve Principle
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 348.972.7

Ahyar Ari Gayo dan Ade Irawan Taufik

BP
Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong Perkembangan Bisnis
Perbankan Syariah (Perspek f Hukum Perbankan Syariah)

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275

ing
Di dalam perbankan syariah, disamping peraturan perundang-undangan, para prak si perbankan syariah juga memerlukan
Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai acuan dalam mejalankan praktek perbankan syariah.
Permasalahannya adalah apakah Fatwa DSN-MUI secara langsung mengikat bagi pelaku perbankan syariah. Dengan
menggunakan metode peneli an yuridis sosiologis diperoleh jawaban bahwa Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat
aturan yang bersifat dak mengikat dan dak ada paksaan secara hukum bagi sasaran diterbitkannya fatwa untuk
mematuhi ketentuan fatwa tersebut, namun di sisi lain, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
adanya kewajiban bagi regulator (Bank Indonesia) agar materi muatan yang terkandung dalam Fatwa DSN-MUI diserap
ind
dan ditransformasikan sebagai prinsip-prinsip syariah dalam materi muatan peraturan perundang-undangan. Keberadaan
Fatwa DSN-MUI semakin menunjukan peranannya sebagai pedoman pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam
perbankan syariah sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Hambatan
dalam penerapan Fatwa DSN-MUI dalam kegiatan perbankan syariah, antara lain fatwa yang sulit untuk diterjemahkan
atau sulit diaplikasikan dalam peraturan perbankan dan fatwa DSN-MUI yang dak selaras dengan hukum posi f.
Kata kunci: Fatwa, DSN-MUI, Perbankan Syariah
V
The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
hts

This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.

UDC: 348.972.7

Ahyar Ari Gayo and Ade Irawan Taufik


ec

Posi on of The Na onal Sharia Board – Indonesian Council Of Ulema’s Fatwa In S mulate The Development
Of Islamic Banking Business (Islamic Banking Law Perspec ve)

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 257-275


lR

In the Islamic banking, besides legisla on, the prac oners of Islamic banking also requires the Na onal Sharia Board
– Indonesian Council of Ulema’s Fatwa (DSN-MUI) as a reference in prac ce carry out Islamic banking. The problem is is
whether the DSN-MUI Fatwa is directly ed to the perpetrators of Islamic banking. By using the methods of sociological
juridical research obtained answers that DSN-MUI Fatwa is a set of rules which are not binding and there is no legal
na

compulsion for the target to comply with the fatwa issued the fatwa, but on the other side, based on legisla on in force,
the obliga on for the regulator (Bank Indonesia) that the substance contained in the DSN-MUI Fatwa absorbed and
transformed the Islamic principles in the substance of legisla on. The presence of DSN-MUI Fatwa has grown from its
role as the guidelines for the implementa on of sharia principles in Islamic banking since the enactment of Law No. 21
of 2008 on Islamic Banking. Obstacles in the implementa on of DSN-MUI fatwa in Islamic banking ac vi es, including
Jur

fatwas that are difficult to translate or difficult to apply in banking regula on and DSN-MUI fatwa is not aligned with
the posi ve law
Keywords: Fatwa, DSN-MUI, Islamic Banking
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 341.634

Nevey Varida Ariani

BP
Alterna f Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar Pengadilan

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294

Alterna f sengketa di Luar pengadilan saat ini menjadi alterna f bagi kalangan bisnis untuk dapat menyelesaikan
sengketa bisnis diluar pengadilan hal ini disebabkan karena penyelesian melalui proses pengadilan, dianggap mengalami

ing
beban yang terlampau padat (overloaded), Lamban dan buang waktu (waste of me), Biaya mahal (very expensive)
dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepen ngan umum atau dianggap terlampau formalis k (formalis c)
dan terlampau teknis (technically). Dengan penyelesaian sengketa berdasarkan undang-undang melalui arbitrase dan
alterna f penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui mekanisme konsiliasi, mediasi, negosiasi dan pendapat ahli
serta penyelesaian sengketa menurut masyarakat adat dapat mencerminkan proses penyelesian sengketa secara adil
karena diharapkan dapat menggali nilai-nilai yang hidup dalam masayarakat secara cepat, biaya ringan, damai dengan
ind
win-win solu on bukan win lose solu on. Oleh karena itu perlu lembaga-lembaga alterna f penyelesian sengketa
terutama dalam hal pelaksanaan eksekusi.
Kata kunci : alterna f penyelesian sengketa, proses diluar pengadilan, masyarakat adat, keadilan

The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
V
This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.

UDC: 341.634
hts

Nevey Varida Ariani

Non-Li ga on Alterna ves Business Dispute Resolu on


ec

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 277-294

Today alterna ve dispute resulu on non li ga on to be an alterna ve for businesses to be able to resolve disputes
resolu on business and this is because through the court process, is considered to have the burden which overloaded,
Slow and waste of me, very expensive and unresponsive to the public interest, formalis c and technically. Alterna ve
lR

dispute Resolu on with statutory arbitra on and alterna ve dispute resolu on mechanisms outside the court through
concilia on, media on, nego a on and dispute resolu on expert opinion and according to the indigenous peoples may
reflect disputes resolu on in a fair process because it is expected to explore the values that live in society as a fast,
low cost, peace with the win-win solu on rather than lose win solu on. Therefore, the courts and state agencies need
to respect and protect the decisions issued by the ins tu ons of alterna ve dispute resolu on, especially in terms of
na

execu on.
Keywords: alterna ve dispute resolu on, Non Li ga on, indigenous people, jus ce
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Kata Kunci Bersumber dari arƟkel.

HN
Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

UDC: 341.176

Subianta Mandala

BP
Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia Dalam Kerangka Harmonisasi Hukum Kontrak ASEAN

Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 telah mendorong Negara Anggota ASEAN untuk mereformasi

ing
undang-undang mereka. Ini adalah momentum yang baik bagi Indonesia untuk mereformasi hukum kontrak dan pada
saat yang sama untuk mencapai komitmen ASEAN untuk harmonisasi hukum ASEAN. Dalam tulisan ini akan dibahas,
pendekatan hukum dapat diambil oleh Indonesia dalam upaya untuk mereformasi hukum kontrak sehingga konsisten
dengan tujuan harmonisasi ASEAN hukum; dan seberapa luas atau apa lingkup substansi untuk dimasukkan dalam
undang-undang untuk bisa menjadi undang-undang baru yang kompa bel dengan hukum kontrak Negara ASEAN lainnya.
Tulisan ini menggunakan metode peneli an hukum norma f dengan analisa kualita f. Kesimpulan yang diperoleh dari
peneli an ini adalah bahwa pendekatan yang diambil untuk mereformasi hukum kontrak Indonesia saat ini adalah
ind
dengan menggunakan instrumen hukum internasional seper Konvensi PBB tentang Kontrak untuk Penjualan Barang
Internasional (CISG) 1980 dan Prinsip UNIDROIT Kontrak Komersial Internasional (UPICCs) sebagai referensi untuk
hukum kontrak Indonesia yang baru. Sedangkan lingkup substansi yang akan direformasi terbatas pada prinsip-prinsip
umum dan aturan hukum kontrak internasional dan ketentuan untuk penjualan barang. Untuk mempercepat reformasi,
penulis menunjukkan bahwa hukum kontrak diprioritaskan dengan memasukkannya ke dalam Program Hukum Nasional
(Prolegnas) dari periode 2015-2019.
V
Kata kunci: hukum kontrak, harmonisasi hukum, ASEAN.
hts

The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in wriƟng.
This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.

UDC: 341.176

Subianta Mandala
ec

Indonesian Contract Law Reform on the Legal Framework Contract ASEAN Harmoniza on

RechtsVinding Journal, Vol. 1 No. 2, August 2012, page 295-306


lR

The establishment of ASEAN Economic Community by 2015 has encouraged ASEAN Member States to reform their
laws for harmoniza on, including contract law. This is a good momentum for Indonesia to reform its contract law and
at the same me to achieve ASEAN commitment for ASEAN legal harmoniza on. Having said that, the ques ons are
(1) what legal approach can be taken by Indonesia in its effort to reform its contract law so that it is consistent with
na

the objec ve of ASEAN legal harmoniza on, (2) how broad or what the scope of substance to be included in the new
law can be so that the new law will be compa ble with the contract laws of other ASEAN Countries. To answer those
ques ons, minor research has been conducted. A method of norma ve legal research is used to collect data which is
mainly from books, academic dra s, na onal legisla on and interna onal trea es (secondary data). Those data is, then,
analyzed using qualita ve method. In conclusion, (1) the approach taken to reform the current Indonesian contract law
Jur

is by using interna onal legal instruments such as United Na ons Conven on on Contracts for the Interna onal Sale of
Goods (CISG) 1980 and UNIDROIT Principles of Interna onal Commercial Contracts (UPICCs) as references for the new
Indonesian contract law, (2) the scope of the substance to be reformed is restricted to the general principles and rules
of interna onal contract law and provisions for sale of goods. To speed up the reform, the writer suggests that contract
law be priori zed by pu ng it into the Na onal Legal Program (Prolegnas) of 2015-2019 period.
Keywords: contract law, legal harmoniza on, ASEAN.
HN
BP
ing
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

ind
V
hts
ec
lR
na
Jur
Jur
na
lR
ec
hts
Vind
ing
BP
HN
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

KARAKTERISTIK, PENGELOLAAN DAN PEMERIKSAAN

HN
BADAN HUKUM YAYASAN DI INDONESIA
(Character, Management and Examina on Charity Founda on in Indonesia)

Y. Sogar Simamora
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BP
Jl. Darmawangsa Dalam Selatan Surabaya, 60222 Jawa Timur

Naskah diterima: 04 Mei 2012; revisi: 28 Juni 2012; disetujui: 09 Juli 2012

ing
Abstrak
Yayasan adalah badan hukum yang didirikan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan. Pendirian yayasan diawali dengan pemisahan harta kekayaan pendiri untuk dimasukkan sebagai modal
awal yayasan. Pemisahan harta kekayaan pendiri ke dalam yayasan tersebut dak dapat diberi makna investasi karena
secara filosofi pendirian yayasan bersifat nirlaba. Dalam prak knya terjadi penyimpangan dalam pengelolaan, konflik
antar pengurus serta penyalahgunaan lembaga yayasan. Tulisan ini akan mengkaji bagaimana prinsip dan aturan hukum
ind
dalam pengelolaan yayasan sebagai hukum privat dan bagaimana pengelolaan oleh organ yayasan berdasarkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Dengan menggunakan metode yuridis norma f dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
cara pendiriannya yayasan tergolong badan hukum privat. Prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam mewujudkan
good governance dalam pengelolaan yayasan diperlukan untuk memas kan bahwa organ yayasan menjalankan tugasnya
semata-mata untuk mencapai tujuan yayasan, selain itu perlu adanya pemeriksaan terhadap yayasan untuk memas kan
organ yayasan dak melakukan pelanggaran hukum dan lalai dalam menjalankan tugasnya
V
Kata kunci: yayasan, pengelolaan, pemeriksaan, transparansi, akuntabilitas
hts

Abstract
The founda on is a legal en ty established to achieve specific goals in the areas of social, religious, and humanitarian.
The establishment of the founda on begins with the separa on of founder(s) assets to be incorporated as the authorized
capital founda on. Separa on founder(s) assets into founda ons can not be given meaning as investment, because the
founding founda ons philosophy is non-profit. In prac ce there are devia ons in the management of the conflict between
ec

the board and the abuse of the ins tu on founda on. This paper will examine how the principles and the rule of law in
the management of a founda on and how management by organs of the founda on based on principles of transparency
and accountability. By using norma ve methods can be concluded that based on the way its establishment, the founda on
belonging to private legal en es. Principles of transparency and accountability in achieving good governance in
lR

the management founda on required to ensure that the founda on organ du es solely to achieve the purpose of the
founda on, in addi on to the need for an examina on of the founda on to ensure that the fund did not perform organ
offense and negligent in performing their du es.
Keywords: founda ons, management, inspec on, transparency, accountability
na
Jur

KarakterisƟk, Pengelolaan dan Pemeriksaan … (Y. Sogar Simamora) 175


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan1 B. Permasalahan

HN
Yayasan sebagai badan hukum mempunyai Dari uraian di atas, dirumuskan permasalah-
karakter yang khas. Jenis badan hukum ini lahir an sebagai berikut:
karena adanya suatu perbuatan hukum yakni 1. Bagaimana karakteris k dan aturan hukum
pemisahan sejumlah kekayaan dari pendiri dalam pendirian yayasan sebagai hukum
dengan tujuan tertentu. Tujuan ini umumnya privat?

BP
bukan untuk meraih keuntungan. Dalam 2. Bagaimana pengelolaan dan pemeriksaan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang organ yayasan berdasarkan prinsip transpa-
Yayasan (UU No. 16/2001) yang selanjutnya ransi dan akuntabilitas?
diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

ing
2004 tentang Perubahan atas UU No. 16/2001 C. Metodologi PeneliƟan
(UU No. 28/2004) tujuan yayasan ditetapkan Penulisan ini didasarkan pada peneli an
secara limita f yakni, sosial, keagamaan dan hukum norma f. Bahan hukum yang digunakan
kemanusiaan. Di samping kekayaan dan tujuan, adalah bahan hukum yang diperoleh melalui
diperlukan organisasi untuk menuju tercapainya
tujuan pendirian.
ind dari buku kepustakaan, ar kel, serta peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
Dalam UU No. 16/2001 diatur ga organ ya- karakteris k, pengelolaan dan pemeriksaan
yasan, yakni: pembina, pengurus dan pengawas. badan hukum yayasan di Indonesia.
Tiga organ inilah yang mempunyai tanggung
V
jawab dan kewenangan dalam pengelolaan ya- D. Pembahasan
yasan agar tujuan yayasan tercapai sesuai de-
1. KarakterisƟk Badan Hukum Yayasan
hts

ngan maksud pendiriannya.


Kenyataan dalam prak k menunjukkan Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 16/2001
adanya penyimpangan dalam pengelolaan, ditentukan yayasan adalah badan hukum yang
konflik antar pengurus atau penyalahgunaan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
lembaga yayasan. Fokus tulisan ini diarahkan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu
ec

pada pembahasan tentang prinsip-prinsip dan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan,
aturan hukum dalam pengelolaan yayasan yang dak mempunyai anggota. Perlu penjelasan
sebagai badan hukum privat, dan pengelolaan mengenai batasan tersebut.
lR

oleh organ yayasan bertumpu pada prinsip


transparansi dan akuntabilitas dalam kaitannya a. Yayasan Sebagai Badan Hukum
dengan upaya mencegah penyalahgunaan Seper halnya perseroan terbatas (PT)
na

lembaga yayasan. dan koperasi, yayasan adalah badan hukum


yang tergolong badan hukum privat. Ini untuk
membedakan dengan badan hukum publik.
Jur

1
Tulisan ini diolah kembali dari makalah yang penulis sampaikan dalam Seminar Tentang Aspek-Aspek Hukum
Yayasan Di Indonesia, yang diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional, pada 26 April 2012 di
Surabaya.

176 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Perbedaan antara badan hukum publik dan privat yang dilakukan oleh badan tata usaha negara.

HN
terutama terletak pada cara pendiriannya sebagai- Jika dalam situasi demikian yayasan dinilai
mana diatur dalam Pasal 1653 KUH Perdata. Cara memperoleh kewenangan atribu f dari undang-
pendirian dalam hal ini terkait dengan undang- undang, dan karena itu jika yayasan menerbitkan
undang yang mengatur bagaimana badan hukum suatu keputusan dianggap sebagai keputusan
itu didirikan. Bahwa suatu yayasan didirikan oleh tata usaha negara maka penilaian yang demikian

BP
lembaga publik (pemerintah) dak mengubah menurut Penulia dak tepat.3 Penilaian yang
statusnya sebagai badan hukum privat. Sekalipun demikian ini akan mengaburkan status yayasan
selaku pendiri adalah organ publik atau pejabat sebagai badan privat.
publik, yayasan yang didirikan dak mempunyai
wewenang publik melainkan hanya dalam lingkup b. Kekayaan Yang Dipisahkan

ing
hubungan keperdataan (privat). Status yayasan Elemen utama dari yayasan adalah harta
juga tetap sebagai badan hukum privat sekalipun kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan
kekayaan awal yang dimaksud dalam pendirian pendirinya. Perbuatan hukum memisahkan me-
berasal dari atau merupakan aset (keuangan) ind ngandung makna ada kesukarelaan dari pendiri
negara.2 untuk melepaskan suatu kekayaan. Dengan per-
Demikian juga terkait dengan lapangan ke- buatan itu, pendiri demikian juga ahli warisnya,
giatan yayasan. Kegiatan yayasan dalam be- dak lagi berhak atas kekayaan yang dipisahkan
berapa hal ditujukan untuk kepen ngan dan dilepas itu. Kekayaan yang dipisahkan itu
V
umum atau menjalankan fungsi yang menjadi kemudian berubah statusnya sebagai badan
tugas pemerintah, misalnya dalam lapangan hukum, yakni yayasan. Dengan demikian dak
hts

pendidikan atau pelayanan kesehatan (rumah ada orang atau badan yang berstatus sebagai
sakit). Sekalipun kegiatan yayasan ditujukan pemilik atas suatu yayasan.
untuk kepen ngan umum atau secara fungsional Kekayaan yang dipisahkan untuk pen-
membantu pemerintah, menurut Penulis hal dirian yayasan dapat berupa berbagai jenis
tersebut dak mengakibatkan yayasan yang ber- benda. Untuk yayasan yang didirikan oleh orang
ec

sangkutan berubah bentuknya menjadi badan Indonesia, jumlah kekayaan awal yang berasal
hukum publik. dari pemisahan harta kekayaan pribadi paling
Sekalipun suatu yayasan turut berperan serta sedikit senilai Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
lR

membantu pemerintah menjalankan fungsi rupiah), sedangkan untuk yayasan yang didirikan
pemerintahan, apa yang dilakukan oleh yayasan oleh orang asing, atau orang asing dengan orang
itu dak dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan
na

2
Mengenai Yayasan Pemerintah periksa, Lex Rieffel dan Karaniya Dharmasaputra, Di Balik Korupsi Yayasan
Pemerintah, (Jakarta: Freedom Institute, 2008).
3
Dalam Pasal 54 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diatur
Jur

bahwa masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Ada yang
menafsir ketentuan ini sebagai sumber kewenangan atributif bagi yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.
Implikasinya keputusan yang diterbitkan oleh yayasan tersebut dikuali ikasikan sebagai keputusan tata usaha
negara. Lihat, Putusan Nomor 13/G/20 10/PTUN. BKL. Selanjutnya, terkait pelayanan kesehatan dapat diperiksa
Pasal 7 ayat (4) Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menentukan bahwa rumah
sakit dapat didirikan oleh swasta yang berbadan hukum.

KarakterisƟk, Pengelolaan dan Pemeriksaan … (Y. Sogar Simamora) 177


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Indonesia, paling sedikit senilai Rp 100.000.000,00 cara mendirikan badan usaha atau ikut serta

HN
(seratus juta rupiah).4 dalam suatu badan usaha.5
Dalam kaitan dengan kekayaan yang Pada umumnya dipahami bahwa yayasan
dipisahkan, menarik untuk disimak penjelasan adalah suatu badan hukum yang kegiatannya
Pasal 9 ayat (1) UU No. 16/2001 yang menyatakan dak berorientasi mencari keuntungan (nirlaba).
bahwa yang dimaksud ”orang” adalah orang Di sisi lain, badan usaha adalah untuk mencari

BP
perseorangan atau badan hukum. Mengacu pada keuntungan. Agaknya terdapat kontradiksi antara
ketentuan ini maka dapat saja yayasan didirikan ketentuan tersebut di atas dengan Pasal 1 angka 1
oleh badan hukum, baik publik maupun privat. UU No. 16/2001 yang menentukan bahwa tujuan
Jika selaku pendiri adalah badan publik, maka yayasan adalah di bidang sosial, keagamaan dan
pendirian memerlukan persetujuan dewan kemanusiaan.

ing
(parlemen) karena kekayaan yang akan digunakan Yayasan memerlukan dana untuk men-
untuk pendirian yayasan akan menjadi milik jalankan kegiatannya. Jika dana itu semata-mata
yayasan. Demikian juga jika selaku pendiri adalah bersumber dari kekayaan awal, tentu tujuan
perseroan terbatas, maka diperlukan persetujuan pendirian yayasan sulit tercapai.
pemegang saham sebelum kekayaan perseroan
ind Dana yang diperoleh dari kegiatan usaha
akan dilepas sebagai kekayaan yang dipisahkan memang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
untuk tujuan pendirian yayasan. Hal yang sama operasional yayasan dan pengembangan yayasan.
akan berlaku jika suatu yayasan akan mendirikan Namun demikian, jika kegiatan itu dilakukan
badan hukum lainnya. atas nama yayasan maka segala pendapatan
V
Dengan demikian secara norma f badan yang diperoleh adalah milik yayasan. Demikian
hukum dapat mendirikan yayasan. Namun sebaliknya jika kegiatan itu menimbulkan suatu
hts

demikian, diperlukan suatu instrumen hukum kewajiban pembayaran kepada pihak lain maka
untuk mencegah dilakukannya penyalah-gunaan hal itu merupakan kewajiban yayasan. Prinsipnya,
lembaga yayasan sebagai suatu badan hukum se ap transaksi dengan pihak lain yang menim-
privat untuk kepen ngan pribadi atau golongan. bulkan hak dan kewajiban bagi yayasan wajib
ec

Transparansi dan akuntabilitas sangat diperlukan, dicantumkan dalam laporan tahunan.6 Dalam hal
tetapi lebih dari itu perlu penegakkan hukum yang yayasan memperoleh bantuan atau sumbangan
konsisten terhadap penyalahgunaan lembaga maka hal tersebut juga merupakan milik yayasan.
lR

yayasan. Itulah sebabnya se ap kekayaan yayasan dilarang


Peluang untuk menyalahgunakan yayasan dialihkan kepada pembina, pengurus maupun
dapat terjadi, karena sebagaimana diatur dalam pengawas. Pengecualian terhadap ketentuan
UU No. 16/2001, yayasan dapat melakukan ini adalah pengurus dapat diberi gaji, upah atau
na

kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian honorarium sepanjang pengurus tersebut bukan
maksud dan tujuan pendirian yayasan dengan
Jur

4
Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-undang tentang Yayasan
5
Pasal 3 ayat (1) UU No. 16/2001.
6
Pasal 49 UU No. 16/2001.

178 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

pendiri yayasan dan dak terafiliasi dengan d. Tidak Mempunyai Anggota

HN
pendiri, pembina dan pengawas.7 Berbeda dengan badan hukum koperasi atau
perkumpulan yang berbadan hukum, yayasan
c. Tujuan Pendirian Yayasan
dak mempunyai anggota. Pembina, pengurus
Kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan dan pengawas dalam yayasan bukanlah anggota
pendiri ditujukan untuk tujuan tertentu dalam melainkan organ yayasan. Ini dapat dipahami

BP
lingkup sosial, keagamaan dan kemanusiaan. karena dalam badan hukum yayasan, badan hu-
Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang hal kum terbentuk karena adanya harta kekayaan
ini. Tetapi dalam penjelasan Pasal 8 UU No. yang dipisahkan. Sedangkan dalam koperasi dan
16/2001 disebutkan bahwa kegiatan usaha dari perkumpulan, badan hukum terbentuk karena

ing
badan usaha yayasan mempunyai cakupan yang adanya anggota.
luas, termasuk antara lain hak asasi manusia, Karena yang menjadi unsur esensial dari
kesenian, olahraga, perlindungan konsumen, yayasan adalah harta kekayaan maka jika
pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan kemudian dalam perjalanannya suatu yayasan
ilmu pengetahuan. Dengan demikian yayasan ind habis kekayaannya maka yayasan itu tentu dak
dapat melakukan kegiatan apa saja sepanjang dapat lagi menjalankan kegiatan guna mencapai
dak bertentangan dengan keter ban umum, tujuannya. Ar nya, secara materiil yayasan bubar.
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan Dalam hal yayasan dak mampu membayar utang
yang berlaku. setelah dinyatakan pailit maka pembubaran
V
Jika kita memperha kan penjelasan Pasal 8 di terjadi karena adanya putusan (penetapan?)
atas, agaknya perlu diper mbangkan rumusan: pengadilan negeri.9
hts

”...tujuan tertentu di bidang sosial,


keagamaan, dan kemanusiaan...” e. Pendirian Yayasan dan Anggaran Dasar
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka
Terkait pendirian yayasan, Pasal 9 UU No.
1 UU No. 16/2001. Tidakkah rumusan itu
16/2001 mengatur bahwa yayasan didirikan
cukup ”tujuan tertentu” tanpa harus dikaitkan
ec

oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan


dengan tujuan di bidang sosial, keagamaan dan
sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai
kemanusiaan.
kakayaan awal. Pendirian itu dilakukan dengan
Sebagai perbandingan dapat kita lihat rumusan
akta notaris dan dalam bahasa Indonesia.10
lR

founda on dalam Ar cle 285 The Civil Code of the


Lahirnya yayasan sebagai badan hukum
Netherlands (CCN) yang menentukan:
pada saat setelah akta pendirian memperoleh
”A founda on is a legal person created by a
legal act which has no members and whose pengesahan dari Menteri. Dengan demikian
na

purpose is to realize an object stated in organ yayasan belum dapat mengikatkan yayasan
its ar cles using capital allocated to such dengan pihak lain dalam suatu hubungan hukum
purpose”.8
Jur

7
Pasal 5 UU No. 28/2004 jo. UU No. 16/2001.
8
Hans Warendorf, et.al., The Civil Code of the Netherlands, (US: Kluwer Law International, 2009).
9
Pasal 62 huruf c UU N0. 16/2001.
10
Sama seperti di Belanda, pendirian juga harus dengan akta notaris (notarial deed). Lihat, Article 286 CCN.

KarakterisƟk, Pengelolaan dan Pemeriksaan … (Y. Sogar Simamora) 179


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

sebelum diperoleh pengesahan atas anggaran 8) Tata cara penyelenggaraan rapat organ ya-

HN
dasar tersebut. Pelanggaran terhadap prinsip ini yasan;
mengakibatkan organ yang melakukan perbuatan 9) Ketentuan mengenai perubahan Anggaran
hukum atas nama yayasan akan bertanggung Dasar;
gugat secara pribadi. 10) Penggabungan dan pembubaran yayasan;
Prinsip ini selanjutnya dapat kita lihat dalam dan,

BP
UU No. 28/2004 yang menentukan bahwa 11) Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau pe-
perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus nyaluran kekayaan yayasan setelah pembu-
atas nama yayasan sebelum yayasan memperoleh baran.
status badan hukum menjadi tanggung jawab
pengurus secara tanggung renteng.11 2. Pengelolaan dan Pemeriksaan Terha-

ing
dap Yayasan
Anggaran Dasar adalah aturan internal yayasan
yang harus dipatuhi baik oleh pembina, pengurus Untuk dapat melaksanakan ak vitas guna
maupun pengawas. Dalam hal terjadi dugaan mencapai tujuan pendiriannya, suatu badan
penyimpangan atau perselisihan maka Anggaran hukum seper manusia memerlukan organ.
Dasar menjadi dasar bagi penegak hukum baik
ind Suatu badan hukum membentuk kehendaknya
penyidik, hakim maupun auditor. Dalam kaitan dengan perantaraan alat-alat atau organ-
ini sangat pen ng untuk memas kan keabsahan organnya seper manusia yang mengungkapkan
suatu Anggaran Dasar sebelum diberikan kehendaknya melalui mulut atau tangannya.
pengesahannya. Dalam Pasal 14 UU N0. 16/2001, Seper halnya manusia biasa, badan hukum
V
ditentukan Anggaran Dasar Yayasan sekurang- adalah organisme yang hidup. Badan hukum
kurangnya memuat: sebagai pendukung hak dan kewajiban,
hts

1) Nama dan tempat kedudukan; mewujudkannya melalui organ-organnya. Inilah


2) Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk esensi teori Organ.12
mencapai maksud dan tujuan tersebut; Dalam kaitan dengan badan hukum ya-
3) Jangka waktu pendirian; yasan, UU No. 16/2001 menentukan ga
ec

4) Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari jenis organ, yaitu: pembina, pengurus dan
kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uang pengawas. Pembina adalah organ yayasan
atau benda; yang mempunyai kewenangan yang dak
lR

5) Cara memperoleh dan penggunaan keka- diserahkan kepada pengurus atau pengawas
yaan; oleh undang-undang atau anggaran dasar.13
6) Tata cara pengangkatan, pemberhen an, dan Sedangkan pengurus adalah organ yayasan yang
penggan an anggota pembina, pengurus melaksanakan kepengurusan yayasan14, dan
na

dan pengawas; pengawas adalah organ yayasan yang bertugas


7) Hak dan kewajiban anggota pembina, melakukan pengawasan serta memberi nasihat
pengurus, dan pengawas;
Jur

11
Pasal 13 UU No. 28/2004 jo. UU No. 16/2001.
12
Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 2005), hlm. 32-33.
13
Pasal 28 UU No. 16/2001.
14
Pasal 31 (1) UU No. 16/2001.

180 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan menyelaraskan dengan ketentuan dalam Pasal

HN
yayasan.15 30 UU No. 16/2001 yang mengatur bahwa rapat
Kewenangan organ Pembina melipu : ke- pembina sekurang-kurangnya sekali dalam
putusan perubahan anggaran dasar, peng- setahun. Tentu dak perlu rapat jika hanya ada
angkatan dan pemberhen an pengurus dan satu orang pembina.
pengawas, penetapan kebijakan umum yayasan, Demikian juga halnya syarat persetujuan

BP
pengesahan program kerja dan rancangan pembina dalam hal pengalihan atau
anggaran tahunan, dan penetapan keputusan pembebanan kekayaan yayasan sebagaimana
mengenai penggabungan atau pembubaran diatur dalam Pasal 37 UU No. 16/2001. Yang
yayasan.16 lebih pen ng adalah terkait Pasal 57 ayat (4) UU
Siapa yang dapat menjadi Pembina diatur No. 16/2001 yang mengatur qorum rapat dalam

ing
dalam Pasal 28 ayat (3) UU No. 16/ 2001. rangka penggabungan yang mensyaratkan ¾
Dalam hal ini yang dapat diangkat adalah dari jumlah anggota. Qorum ¾ dak mungkin
orang perseorangan selaku pendiri atau orang terpenuhi jika jumlah pembina ga orang,
yang dinilai mempunyai dedikasi nggi untuk ind jumlah empat membuka peluang adanya suara
mencapai tujuan yayasan. sama dalam vo ng.
Berapa jumlah pembina dak diatur Mengacu pada ketentuan Pasal 28 (2) (e) UU
dalam undang-undang. Dengan demikian No. 16/2001 yang mengatur tentang kewenangan
dimungkinkan hanya satu orang pembina dalam dalam penggabungan dan pembubaran
V
suatu yayasan. Mengingat kewenangan yang yayasan, seharusnya diatur juga qorum dalam
ada maka pembina dapat membuat keputusan rangka pembubaran Yayasan. Tetapi ternyata
hts

sesuka ha karena dak ada mekanisme check tentang hal ini dak diatur dalam Bab X tentang
and balances. Pembubaran mulai pasal 62 sampai pasal 68.
Mengenai pengangkatan dan pember- Dari sisi perancangan perundang-undangan
hen an pengurus misalnya, pembina dapat ini dapat dikategorikan bad law seper yang
menjalankan kewenangannya berdasarkan dikemukakan oleh A yah:
ec

per mbangan subjek f dirinya sendiri. Dalam Laws may be bad because they are technically
Pasal 31 ayat (3) UU No. 16/2001 disebutkan bad; for instance, because they are obscure,
ambiguous, internally inconsistent, difficult
bahwa dalam hal pengurus dinilai merugikan to discover, or hard to apply to a variety
lR

yayasan maka pembina dapat diberhen kan of circumstances. And secondly, laws be
sebelum berakhir masa kepengurusannya. substan vely bad simply in the sense that
they produce unacceptable results, injus ce
Ini adalah salah satu kelemahan yang dapat
or plain idiocy, or less extremely, because
dimanfaatkan untuk menyalahgunakan lembaga
na

they are inefficient and expensive, or produce


yayasan. Idealnya Pembina dalam bentuk inconsistency or anomaly between like
dewan dengan jumlah anggota sekurang-kurang cases.17
lima orang dan dalam jumlah ganjil. Ini untuk
Jur

15
Pasal 40 UU No. 16/2001.
16
Pasal 28 (2) UU N0. 16/2001.
17
P.S. Atiyah, Law & Modern Society, (New York: Oxford University Press, 1995), hlm. 203.

KarakterisƟk, Pengelolaan dan Pemeriksaan … (Y. Sogar Simamora) 181


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Selanjutnya mengenai organ Pengurus, Pasal Dasar dapat membatasi kewenangan pengurus

HN
35 UU No. 16/2001 menentukan: dalam melakukan perbuatan hukum untuk dan
1) Pengurus bertanggung jawab penuh atas atas nama yayasan. Menarik untuk diperha kan
kepengurusan yayasan dan berhak mewakili penjelasan ketentuan ini yang menyatakan:
yayasan baik di dalam maupun diluar Jika Pengurus melakukan perbuatan hukum
pengadilan. untuk dan atas nama Yayasan, Anggaran

BP
Dasar dapat membatasi kewenangan tersebut
2) Se ap Pengurus menjalankan tugas dengan dengan menentukan bahwa untuk perbuatan
i kad baik dan penuh tanggung jawab. hukum tertentu diperlukan persetujuan
3) Se ap Pengurus bertanggung jawab penuh terlebih dahulu dari Pembina dan/atau
Pengawas, misalnya untuk menjaminkan
secara pribadi apabila yang bersangkutan
kekayaan Yayasan 20 guna membangun
dalam menjalankan tugasnya dak sesuai

ing
sekolah atau rumah sakit.
dengan Anggaran Dasar, yang mengakibatkan Jika pembentuk undang-undang memak-
kerugian Yayasan atau pihak ke ga. sudkan ndakan yang perlu dibatasi termasuk
Kewenangan dalam menjalankan ndakan juga membebani atau menjaminkan kekayaan
kepengurusan pada organ Pengurus melipu atas suatu hutang untuk kepen ngan yayasan
segenap ndakan dalam ruang lingkup
ind maka hal ini seharusnya diatur dalam ayat (1)
kepengurusan. Dalam badan hukum perseroan nya.
terbatas hal ini lazim disebut daden van Pembatasan dengan demikian ditujukan
beheer.18 untuk ndakan yang dikelompokkan sebagai
Untuk ndakan jenis ini pengurus mempu-
V
ndakan pemilikkan (daden van beschikking).
nyai kebebasan sejauh ndakan itu dilakukan Tindakan ini hanya dapat dilakukan setelah ada
untuk kepen ngan dan tujuan yayasan serta
hts

persetujuan tertulis dari Pembina.


dengan i kad baik. Limitasi atas kewenangan Dalam menjalan ndakan kepengurusan,
pengurus adalah adalah dalam ndakan yang Pengurus wajib beri kad baik. UU No. 16/2001
mengakibatkan beralihnya kekayaan atau dak memberikan penjelasan lebih lanjut. I kad
membebani kekayaan. Ini lazim disebut daden baik pada hakikatnya adalah kewajiban hukum
ec

van beschikking.19 untuk ber ndak secara jujur, ar nya, Pengurus


Dalam ndakan jenis yang kedua ini limitasi dituntut untuk menjalankan kewajibannya
dapat kita jumpai dalam Pasal 37 ayat (1) secara jujur guna tercapainya tujuan yayasan.
lR

UU No. 16/2001 yang menentukan bahwa Memang dak ada parameter pas untuk
Pengurus dak berwenang mengikat Yayasan mengukur jujur daknya pengurus dalam
sebagai penjamin utang, mengalihkan kekayaan menjalankan tugasnya.
yayasan kecuali atas persetujuan pembina,
na

Dalam kaitan ini ukuran itu terutama adalah


dan membebani kekayaan yayasan untuk Anggaran Dasar dan undang-undang. Hubungan
kepen ngan pihak lain. Lebih lanjut dalam dalam antara Pengurus dengan yayasan adalah
Pasal 37 ayat (2) ditentukan bahwa Anggaran
Jur

18
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 210.
19
Ibid., hlm. 211.
20
Garis bawah oleh Penulis.

182 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

hubungan fiduciary duty. Pengurus dalam hal gugat untuk membayar utang terhadap kreditur

HN
ini mempunyai kewajiban untuk ber ndak jujur manakala debitur yang dijamin wanprestasi
dan patut seper seorang agen yang mewakili adalah Pengurus itu sendiri secara pribadi.
prinsipalnya. Perjanjian penjaminan utang (penanggungan)
Pengurus wajib ber ndak dalam koridor yang dibuat dan ditandatangani oleh Pengurus
sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar atas nama yayasan demikian itu adalah batal

BP
dan berusaha mencegah mbulnya kerugian demi hukum (nie g van rechtswege).
pada yayasan. Dengan demikian Anggaran Organ yang mempunyai kewenangan
Dasar merupakan instrumen utama dalam melakukan pengawasan atas ndakan
menilai apakah Pengurus telah menjalankan kepengurusan adalah pengawas. Di samping
kepengurusan dengan i kad baik atau dak. pengawasan, pengurus juga mempunyai

ing
Kewajiban untuk ber ndak atas dasar i kad baik tugas memberikan nasihat kepada Pengurus.
juga dituntut oleh undang-undang. Oleh sebab Kewenangan lain yang diberikan oleh undang-
itu undang-undang juga merupakan instrumen undang adalah memberhen kan sementara
dalam menilai ada daknya i kad baik pada ind anggota Pengurus. Dalam yayasan sekurang-
organ Pengurus yayasan. Jika terjadi masalah kurangnya terdapat satu orang pengawas, dan
hukum, penerapan tentang kewajiban beri kad pengawas tersebut dak boleh merangkap
baik akan dinilai oleh hakim dengan ber k sebagai Pembina atau Pengurus.
tolak dari kedua instrumen tersebut. Inilah yang Terkait dengan kewenangan untuk mem-
V
pen ng untuk dipahami oleh orang yang duduk berhen kan sementara anggota pengurus,
sebagai organ yayasan, baik pembina, pengurus dak ada penjelasan lebih lanjut. Sekalipun sifat
hts

maupun pengawas agar terhindar dari tuntutan pemberhen an bersifat sementara, ketentuan
hukum karena ndakan- ndakan yang tergolong ini menurut hemat saya berlebihan. Di samping
ultra vires. pemberhen an adalah kewenangan Pembina,
Dalam hal ndakan Pengurus dak sesuai akibat pemberhen an akan menimbulkan
dengan Anggaran Dasar dan mengakibatkan kevakuman kepengurusan, sekalipun hanya
ec

kerugian pada yayasan maka pengurus 7 hari. Jika pada akhirnya tentang status
bertanggung jawab secara pribadi. Aturan pemberhen an itu dikembalikan pada Pembina
ini mengandung prinsip ultra vires yang untuk memutuskan seper diatur dalam Pasal
lR

mengandung makna ndakan diluar batas 43 ayat (4) UU No. 16/2001 maka lebih baik
kewenangan (beyond the power). jika sejak awal kewenangan pemberhen an
Sebagai contoh tentang larangan bagi sementara itu diserahkan kepada Pembina. Jika
pengurus untuk mengikat yayasan sebagai pengurus diberhen kan sementara, organ yang
na

penjamin utang seper diatur dalam Pasal 37 mana yang akan menjalankan kepengurusan
ayat (1) huruf a UU No. 16/2001. Ini adalah suatu interim dak ada aturan lebih lanjut. Sebaliknya
larangan dalam mana pengurus dak boleh jika kewenangan itu diserahkan kepada
Jur

melakukan atau dak berwenang melakukan. Pembina maka Pembina dapat memberhen kan
Jika hal ini dilakukan maka atas ndakan sementara Pengurus dan sekaligus mengangkat
tersebut yayasan yang diwakili dak terikat atau pengurus interim.
dak bertanggung gugat. Yang bertanggung

KarakterisƟk, Pengelolaan dan Pemeriksaan … (Y. Sogar Simamora) 183


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Seper halnya Pengurus, dalam menjalankan Urgensi transparansi dan akuntabilitas

HN
tugasnya, Pengawas wajib menerapkan i kad diperlukan untuk memas kan bahwa organ
baik. Sekalipun dak diatur adanya kewajiban yayasan menjalankan tugasnya semata-mata
untuk bertanggung gugat secara pribadi untuk mencapai tujuan yayasan, dan bukan
manakala terjadi kerugian pada yayasan akibat tujuan lain. Sebagai bagian dari pilar good
kesalahan dalam pengawasan, pengawas dapat governance, transparansi dan akuntabilitas

BP
saja turut bertanggung gugat jika ndakan dak saja perlu diterapkan oleh organ publik,
Pengurus yang merugikan yayasan terjadi tetapi juga organ privat. Sekalipun yayasan
karena adanya andil dari pengawas. Pengawas adalah organ privat, terdapat tuntutan oleh
yang mempunyai andil yang mengakibatkan stakeholder agar kekayaan yayasan dak
adanya ndakan kesalahan oleh pengurus yang digunakan untuk tujuan lain oleh organ yayasan

ing
merugikan yayasan mempunyai akibat yang selain daripada tujuan sebagaimana dituangkan
sama seper pengurus, yakni bertanggung dalam anggaran dasar.
gugat secara pribadi.21 Tanggung gugat pribadi Sekalipun dalam organ yayasan terdapat
ini pada Pengawas ini juga berlaku dalam hal pengawas, ke adaan transparansi potensial
terjadi kepailitan pada yayasan yang terjadi
ind mengakibatkan pemanfaatan kekayaan yayasan
akibat kesalahan dalam melakukan tugas yang dak akuntabel. Bukan dak mungkin terjadi
pengawasan.22 Dalam hal yayasan pailit, dan persekongkolan oleh ga organ yang merugikan
itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian yayasan. Transparansi dan akuntabilitas dengan
Pengawas maka se ap anggota Pengawas secara demikian juga berfungsi sebagai sarana kontrol
V
bertanggung renteng bertanggung jawab atas oleh publik atas kinerja yang dilakukan oleh
kerugian tersebut. organ yayasan dan sekaligus untuk melindungi
hts

Selanjutnya yang perlu mendapat perha an kekayaan yayasan agar dak disalahgunakan.23
adalah penerapan prinsip transparansi dan Transparansi dalam pengelolaan yayasan
akuntabilitas dalam pengelolaan yayasan. se daknya mencakup dua hal, yakni: adanya
Pengelolaan yayasan dak saja mencakup pengumuman dalam Tambahan Berita Negara
ec

ndakan pengurusan oleh organ Pengurus, atas Anggaran Dasar, dan pengumuman laporan
tetapi juga segenap ndakan yang dilakukan tahunan. Yang pertama adalah konsekuensi
oleh organ lain yakni Pembina dan Pengawas. yayasan sebagai badan hukum. Dengan adanya
lR

Sekalipun ga organ yayasan mempunyai pengumuman dalam TBN maka publik dapat
kewenangan dan tanggung jawab berbeda mengakses informasi atas suatu yayasan.
namun semua ndakan yang dilakukan adalah Sedangkan terkait pengumuman laporan
untuk kepen ngan yayasan. Prinsip transparansi tahunan, masyarakat atau publik dapat
na

dan akuntabilitas dengan demikian wajib memperoleh informasi yang berhubungan


dijalankan oleh ke ga organ tersebut. dengan keadaan dan kegiatan yayasan, serta
Jur

21
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 105.
22
Pasal 47 UU No. 16/2001.
23
Yohanes Sogar Simamora, Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Kontrak Pemerintah Di Indonesia,
disampaikan pada Pidato Guru Besar, Universitas Airlangga, Surabaya, 2008, hlm. 6.

184 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi bahwa pemeriksaan terhadap yayasan untuk

HN
keuangan pada akhir periode, laporan ak vitas, mendapatkan data atau keterangan dapat
laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan. dilakukan dalam hal terdapat dugaan bahwa
Demikian juga jika yayasan mengadakan organ Yayasan:
transaksi dengan pihak lain yang menimbulkan 1) Melakukan perbuatan melawan hukum atau
hak dan kewajiban bagi yayasan, transaksi bertentangan dengan Anggaran Dasar;

BP
tersebut juga wajib dicantumkan dalam laporan 2) Lalai dalam melaksanakan tugasnya;
tahunan.24 Namun demikian, sekalipun laporan 3) Melakukan perbuatan yang merugikan
tahunan bersifat wajib (mandatory), dak ada Yayasan atau pihak ke ga; dan,
sanksi hukum atas pengabaian kewajiban ini. 4) Melakukan perbuatan yang merugikan
Sanksi yang diatur hanya terkait larangan Negara.

ing
pengalihan kekayaan yayasan, yakni ancaman Prosedur dalam melakukan pemeriksaan
penjara lima tahun. Sedangkan pelanggaran diatur lebih lanjut dalam Pasal 53 ayat (2) yang
atau pengabaian atas kewajiban-kewajiban menentukan bahwa pemeriksaan hanya dapat
lain, termasuk kewajiban membuat dan ind dilakukan berdasarkan penetapan pengadilan
mengumumkan laporan tahunan, dak kita atas permohonan tertulis pihak ke ga yang
jumpai sanksi hukumnya dalam UU No. berkepen ngan disertai alasan. Kejaksaan juga
16/2001 dan UU N0. 28/2004. Laporan tahunan dapat mengajukan permohonan pemeriksaan
sebagai penerapan prinsip transparansi dan mewakili kepen ngan umum.
V
akuntabli as sangat pen ng untuk mencegah Terhadap permohonan pemeriksaan
terjadinya penyalahgunaan lembaga yayasan. pengadilan dapat menolak atau mengabulkan.
hts

Oleh sebab itu diperlukan aturan yang lebih Jika permohonan itu dikabulkan maka
jelas jika kewajiban itu diabaikan. pengadilan mengeluarkan penetapan bagi
Yayasan yang bagaimana yang wajib mem- pemeriksaan dan mengangkat paling banyak ga
buat dan mengumumkan laporan tahunan, UU orang ahli sebagai pemeriksa untuk melakukan
No. 16 Tahun 2001 dak mengatur. Ar nya se ap pemeriksaan.25 Terkait pengangkatan ahli,
ec

yayasan wajib membuat dan mengumumkan dalam permohonan pemeriksaan pemohon


laporan. Ke depan perlu dipikirkan apakah di- sekaligus meminta siapa ahli yang diajukan
perlukan pengecualian, misalnya untuk yayasan agar hakim dapat memeriksa kompetensi orang
lR

dengan jumlah kekayaan yang rela f kecil. yang diajukan. Hal ini pen ng karena penetapan
Selanjutnya yang perlu diperha kan dalam pemeriksaan tanpa pengangkatan ahli menjadi
kaitan dengan penerapan good governance dak bermanfaat.26
dalam pengelolaan yayasan adalah pemeriksaan Objek pemeriksaan adalah semua dokumen
na

terhadap yayasan. Terkait pemeriksanaan, dan kekayaan Yayasan. Semua dokumen dan
Pasal 53 ayat (1) UU No. 16/2001 menentukan hasil pemeriksaan dilarang untuk diumumkan
Jur

24
Pasal 49 UU No. 16/2001.
25
Pasal 54 UU No. 16/2001.
26
Gatot Supramono, op.cit., h. 131.

KarakterisƟk, Pengelolaan dan Pemeriksaan … (Y. Sogar Simamora) 185


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

atau diberitahukan kepada pihak lain. Hasil menyangkut organ, khususnya pembina,

HN
pemeriksaan wajib disampaikan kepada Ketua maupun pengaturan sanksi yang jelas atas
Pengadilan dan selanjutnya Ketua Pengadilan pelanggaran atau pengabaian atas kewajiban
memberikan salinannya kepada pemohon dan yayasan, misalnya kewajiban pembuatan
yayasan yang bersangkutan. dan pengumuman laporan tahunan. Hal ini
merupakan konsekuensi penerapan prinsip

BP
E. Penutup transparansi dan akuntabilitas yang diiperlukan
1. Kesimpulan untuk mencegah penyalahgunaan lembaga
yayasan.
Dari uraian tersebut di atas dapat disim-
pulkan bahwa yayasan adalah badan hukum
DAFTAR PUSTAKA

ing
privat. Sekalipun dalam pendirian ber ndak
selaku pendiri adalah pejabat publik, dan Buku
kekayaan yang dipisahkan adalah kekayaan Ali, Chidir, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 2005).
A yah, P.S., Law and Modern Society, (Oxford:
negara. Demikian juga terhadap yayasan
Oxford University Press, 1995).
yang menjalankan kegiatan untuk membantu
ind Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri Perseroan
fungsi pemerintahan, misalnya dalam bidang Terbatas, (Jakarta: Citra Aditya Bak , 1996).
pendidikan atau kesehatan, status yayasan Rieffel, Lex dan Dharmasaputra, Karaniya, Di Balik
Korupsi Yayasan Pemerintah, (Jakarta: Freedom
yang bersangkutan tetap sebagai badan hukum Ins tute, 2008).
privat. Supramono, Gatot, Hukum Yayasan di Indonesia,
V
Prinsip transparansi dan akuntabilitas (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
Warendorf, Hans, et al., The Civil Code of
dalam pengelolaan yayasan diperlukan untuk
the Netherlands, (New York: Kluwer Law
hts

memas kan bahwa organ yayasan menjalankan Interna onal, 2009).


tugasnya semata-mata untuk mencapai tujuan
yayasan, dan bukan tujuan lain dan juga Makalah/ArƟkel/Prosiding/Hasil PeneliƟan
dalam mewujudkan good governance dalam Simamora, Yohanes Sogar, Prinsip Transparansi
ec

pengelolaan yayasan. Selain itu penerapan Dan Akuntabilitas Dalam Kontrak Pemerintah
good governance dalam pengelolaan yayasan Di Indonesia, Pidato Guru Besar, Universitas
Airlangga, Surabaya, 2008.
adalah pemeriksaan terhadap yayasan untuk
memas kan organ yayasan dak melakukan
lR

Peraturan
pelanggaran hukum dan lalai dalam menjalankan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
tugasnya. Yayasan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
na

2. Saran Perubahan Atas Undang-undang Nomor 16


Tahun 2001 tentang Yayasan.
Berdasarkan rumusan kesimpulan tersebut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang
di atas, maka perlu penyempurnaan terhadap Pelaksanaan Undang-undang tentang Yayasan.
UU No. 16/2001 jo. UU No. 28/2004, baik
Jur

186 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 175-186


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

ARAH PENGATURAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

HN
TENTANG PERSEROAN TERBATAS DALAM MENGHADAPI ERA GLOBAL
(Regula on for the direc on in which the Law Number 40 of 2007
with respect to the Limited Liability Company to be dealt with in the era of Globaliza on)

Herlien Budiono

BP
Fakultas Hukum Universitas Parahyangan Bandung
Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung

Naskah diterima: 07 Mei 2012; revisi: 02 Juli 2012; disetujui: 11 Juli 2012

ing
Abstrak
Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan salah satu pilar yang memberikan landasan bagi dunia usaha
dan perekonomian nasional, dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia di era globalisasi. Meski telah ada
berbagai penyempurnaan sejak tahun 2007, tetapi masih terdapat beberapa permasalahan terkait dengan iden tas
ind
Perseroan Terbatas (PT) sebagai sebuah badan hukum, serta permasalahan lain terkait dengan proses pendiriannya.
Dengan menggunakan pendekatan norma f terlihat bahwa meski PT sebagai sebuah badan hukum disebutkan secara
jelas dalam Pasal 1 angka 1 UUPT tetapi dak dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan badan hukum. Dengan begitu
maka iden tasnya lebih banyak ditentukan secara doktrinal lewat berbagai teori. Sedangkan permasalahan terkait
pendirian PT dideka dengan menggunakan metode sosio hukum untuk menjelaskan mengenai unsur perjanjian yang
masih berpolemik untuk dipenuhi. Begitu juga dengan jumlah pendiri PT, proses pengesahan, penyetoran modal dan jenis
V
mata uang, keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), serta sarana pendukungnya. Untuk itu disarankan
perlunya sinkronisasi yang bersifat teori s bagi penyempurnaan atas beberapa kelemahan UU PT yang ada saat ini, di
samping pembenahan di ngkat pelaksanaan yang masih terasa birokra s.
hts

Kata Kunci: tanggung gugat, globalisasi, perseroan terbatas

Abstract
A Limited Liability Company Act is one of the pillars that provide the founda on for the business world and na onal econ-
ec

omy, in the face of world economic developments in the globaliza on era. Although there have been many improvements
since 2007, but s ll there are some problems related to the iden ty of the Limited Liability Company (PT) as a legal en ty,
as well as other issues related to the establishment of a PT. By using the norma ve approach is seen that although the
Limited Liability Company (PT) as a legal en ty is clearly stated in Ar cle 1 number 1 but did not explain what is meant by
a legal en ty. That way, the iden ty is determined more doctrinally through various theories. While the problems related
lR

to the establishment of a PT approximated using socio-legal methods to explain the elements of the agreement are s ll
debated to be met. So is the number of the founder of the PT number, the process of ra fica on, the deposit of capital and
types of currency, a decision outside the General Mee ng of Shareholders, as well as support facili es. It is recommended
the need for synchroniza on of a theore cal nature for the improvement of some weaknesses of exis ng PT laws today, in
addi on to improvements in the implementa on of which was are s ll bureaucra c.
na

Keywords: liability, globaliza on, Limited Liability Company


Jur

Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 … (Herlien Budiono) 187


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan1 tetapi perlu kiranya meninjau beberapa hal

HN
berkaitan dengan UUPT yang dapat lebih
Perekonomian nasional diselenggarakan
menampung aspirasi dunia perdagangan dan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
perubahan yang terjadi khususnya dalam
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
menghadapi era ruang lingkup dunia.
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, ke-
mandirian, serta dengan menjaga keseim-

BP
B. Permasalahan
bangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional, demikian bunyi salah satu konsideran 1. Bagaimanakah iden tas Perseroan Terbatas
dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (PT) sebagai sebuah badan hukum, dalam
tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Untuk substansi UUPT yang ada saat ini?

ing
meningkatkan pembangunan perekonomian 2. Permasalahan apakah yang ada dalam
nasional, maka UUPT merupakan salah satu pembentukan PT terkait keberadaan UUPT
pilar yang telah memberikan landasan bagi yang berlaku saat ini?
dunia usaha dalam menghadapi perkembangan
perekonomian dunia dan kemajuan ilmu C. Metode PeneliƟan
pengetahuan dan teknologi di era globalisasi2
ind
Berdasarkan iden fikasi masalah seba-
pada masa mendatang. gaimana diuraikan di atas, maka tulisan ini
Meningkatnya tuntutan masyarakat akan masuk dalam peneli an hukum yang norma f
layanan yang cepat, kepas an hukum serta dengan studi kepustakaan. Untuk itu tulisan ini
V
tuntutan akan pengembangan dunia usaha mempergunakan metode peneli an norma f.3
mendorong kebutuhan untuk dirumuskannya Namun demikian tetap akan menggunakan data
hts

beberapa pengaturan mengenai perseroan peneli an empiris4 sebagai pendukung. Dengan


terbatas yang lebih dapat menampung iklim demikian pokok permasalahan diteli secara
investasi dan dunia perdagangan. Walaupun yuridis norma f.
UUPT telah mengakomodasi hal-hal yang
signifikan berkaitan dengan hakikat perseroan
ec
lR

1
Tulisan ini diolah kembali dari makalah yang Penulis sampaikan pada ”Seminar Tentang Problematika dan
Perspektif Perseroan Terbatas di Indonesia”, yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, di
Semarang 6 Juni 2012.
2
Globalisasi = Proses masuknya ke ruang lingkup dunia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hlm. 366.
na

3
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: CV. Rajawali,
1990), hlm. 15. Penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder belaka. Pemikiran normatif didasarkan pada penelitian yang mencakup (1) asas-asas hukum, (2)
sistematik hukum, (3) taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal, (4) perbandingan hukum, (5) sejarah hukum.
Lebih jauh tentang ini lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Jur

Singkat, edisi 1, cet.v, (Jakarta: PT Raja Gra indo Persada, 2001), hlm. 13-14. Lihat juga Soerjono Soekanto dan
Sri Mamudji, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi
Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1979), hlm. 15.
4
Penelitian empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data-data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari masyarakat. Pemikiran empiris ini disebut juga pemikiran sosiologis. Lebih jauh tentang
ini lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, ibid.

188 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Tulisan ini juga menggunakan pendekatan Terbatas (PT) merupakan salah satu badan

HN
sosio hukum, dengan maksud ingin melihat lebih hukum yang diatur di dalam UUPT. Di dalam
jauh daripada sekedar pendekatan doktrinal, UUPT dak dijelaskan apa yang dimaksudkan
sehingga memiliki perspek f lebih luas dengan dengan badan hukum, walaupun Pasal 1 angka
melihat hukum dalam hubungannya dengan 1 UUPT menyebutkan bahwa:
sistem sosial, poli k, dan ekonomi masyarakat.5 ”Perseroan Terbatas, yang selanjutnya dise-

BP
but Perseroan, adalah badan hukum (...)”;
D. Pembahasan demikian pula Pasal 7 ayat (4) menyebutkan
1. Perseroan Terbatas Sebagai Badan kapan perseroan memperoleh status badan
Hukum hukum yakni pada tanggal diterbitkannya
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

ing
Jika beberapa orang secara bersama-sama
Manusia.
bermaksud untuk mencapai tujuan yang sama,
Badan hukum dapat terjadi karena un-
akan terdapat dua kemungkinan, yakni pertama
dang-undang menyatakannya dengan tegas
terjadi di antara mereka suatu kerja sama,
ind sebagaimana halnya Pasal 1 angka 1 UUPT,
hubungan dan kepen ngan mbal balik saling
tetapi dapat pula diakui sebagai badan hukum
mengikat. Kemungkinan yang ke dua adalah
karena adanya ciri-ciri tertentu. Kitab Undang-
terjadi suatu kesatuan dimana hubungan
Undang Hukum Dagang dak pernah secara
diantara mereka terhadap pihak ke ga bukan
tegas menyatakan apa yang dimaksudkan
merupakan ndakan masing-masing melainkan
dengan badan hukum6. Yayasan adalah badan
V
ndakan dari satu kesatuan sedangkan
hukum yang dinyatakan dengan tegas oleh Pasal
hubungan di antara mereka bukan hubungan
1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
hts

satu terhadap yang lain, melainkan merupakan


2001 tentang Yayasan jo. Undang-Undang
hubungan dengan kesatuannya. Hubungan
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
hukum yang disebutkan terakhir dikenal sebagai
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
badan hukum.
Yayasan.
ec

Subyek hukum dan badan hukum merupakan


Teori-teori mengenai badan hukum7 men-
is lah teknis yuridis yakni sebagai pendukung
coba untuk menerangkan gejala hukum yakni
hak dan kewajiban di bidang hukum. Perseroan
lR

5
Reformasi Hukum di Indonesia, Hasil Studi Perkembangan Hukum, Proyek Bank Dunia (Jakarta: Cyberconsult,
1999) hlm. 153.
6
Di dalam Pasal 40 ayat (2), Pasal 43, dan Pasal 45 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ditemukan
na

unsur-unsur yang cukup untuk menentukan bahwa PT adalah badan hukum. Pada waktu itu pengesahan sebagai
badan hukum dilakukan dengan keputusan Menteri Kehakiman (Penetapan Menteri Kehakiman 4 Nopember
1971 Nomor J.A. 5/159/1), sedangkan sejak 1958 hingga 1971 berdasarkan Penetapan Menteri Kehakiman
16 September 1958 Nomor J.A. 5/84/24-TBNRI 752/159), status badan hukum PT baru diperoleh setelah
pengesahan Menteri Kehakiman diikuti pendaftaran dan pengumuman di TBNRI, R. Ali Ridho, Hukum Dagang
Jur

tentang Aspek-Aspek Hukum dalam Asuransi Udara, Asuransi Jiwa dan Perkembangan Perseroan Terbatas, (Jakarta:
CV Remadja Karya, 1986), hlm. 306.
7
Diantaranya teori-teori: teori ϔictie (Von Savigny, Opzoomer), realiteitstheorie (teori realitas, Von Gierke),
theorie van het doelsubject (teori tujuan subjektif, Van der Heyden), collectieve eigendom (teori pemilikan
kolektif, Molengraaff ), Pitlo Het Nederlands burgerlijk recht Deel 2, Vennootschaps-en rechtspersonenrecht,
M.J.G.C.Raaijmakers, vierde, geheel herziene druk, Gouda Quint, Deventer, 2000, hlm. 39.

Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 … (Herlien Budiono) 189


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

adanya suatu organisasi yang mempunyai hak lain, pembuat undang-undang dak harus

HN
dan kewajiban yang sama dengan orang. Di satu tunduk pada teori hukum.
pihak hanya oranglah yang dapat menyatakan Diakui atau diterimanya suatu teori hukum
kehendaknya tetapi di lain pihak harus diakui akan mempengaruhi pula keputusan yang
adanya suatu bentuk ”kerja sama” atau diambil oleh pembuat undang-undang tatkala
kesatuan yang mempunyai hak dan kewajiban menyusun suatu undang-undang. Kriteria

BP
yang terpisah dari hak dan kewajiban orang mengenai badan hukum perlu ditentukan,
yang melakukan ndakan hukum atas nama misalnya saja melalui menyusun undang-undang
kesatuan tersebut. tersendiri mengenai badan hukum, ini menjadi
Unsur-unsur suatu badan hukum menurut sebuah kebutuhan mengingat kemungkinan ikut
doktrin yang hingga kini diterima adalah: sertanya badan usaha dari luar negeri sebagai

ing
a) Adanya harta kekayaan yang terpisah; pendiri atau pemegang saham PT sehingga
b) Mempunyai tujuan tertentu; dapat menentukan apakah badan usaha
c) Mempunyai kepen ngan sendiri; dan tersebut dapat dikategorikan sebagai badan
d) Adanya organisasi yang teratur8. hukum yang dapat ikut serta di dalam lalu lintas
Menurut Asser-Van der Grinten9, teori
ind hukum menurut hukum posi f kita.
hukum adalah teori dari gejala hukum yang ada
di dalam masyarakat serta di dalam kesadaran 2. Beberapa Permasalahan Dalam Per-
orang sehingga teori hukum dapat dan akan seroan Terbatas
mempengaruhi aturan hukum. Hukum posi f a. Sifat Pendirian Perseroan Terbatas
V
sadar atau dak sadar akan tunduk pada teori 1) pendirian PT berdasarkan perjanjian
hukum walaupun teori hukum mempunyai
hts

Sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 7 ayat


ruang lingkup sendiri tetapi dengan adanya
(1) UUPT, suatu PT didirikan oleh 2 (dua) orang
gejala-gejala baru yang mbul, teori hukum akan
atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa
dapat ”memaksa” untuk dilakukan peninjauan
Indonesia. Diperjelas oleh Pasal 1 angka 1 UUPT,
atau pembaharuan hukum. Teori hukum
ec

bahwa PT didirikan berdasarkan perjanjian10. Di


memberi bentuk dan mengejawantahkannya ke
dalam perjanjian pendirian PT sekaligus memuat
dalam hukum posi f. Singkat kata, teori adalah
anggaran dasar dan keterangan-keterangan lain
pertanyaan atas kebenaran, merupakan suatu
berkaitan dengan pendirian tersebut (Pasal 8
lR

ajaran dan pengetahuan tetapi bukan suatu


ayat (1) jo. Pasal 15 UUPT). Oleh karena pendirian
perintah atau apa yang harus dilakukan oleh
PT mendasarkan pada perjanjian, maka dengan
pembentuk undang-undang. Dengan perkataan
na

8
R. Ali Ridho, Op.Cit., hlm. 303.
9
C.Asser-Van der Grinten, Vertegenwoordiging en Rechtspersoon, De Rechtspersoon, vierde druk, (W.E.J.Tjeenk
Willink, Zwolle, 1976), hlm. 5.
Jur

10
”Perjanjian adalah suatu perbuatan/tindakan hukum yang terbentuk dengan tercapainya kata sepakat yang
merupakan pernyataan kehendak bebas dari dua orang (pihak) atau lebih, di mana tercapainya sepakat tersebut
tergantung dari para pihak yang menimbulkan akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu atas beban
pihak yang lain atau timbal balik dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan”, diterjemahkan oleh
penulis dari C. Asser-A.S.Hartkamp 4-II, Verbintenissenrecht, Algemene Leer der Overeenkomsten, tiende druk,
(W.E.J.Tjeenk Willink, Zwolle, 1989), hlm. 10.

190 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

sendirinya semua unsur-unsur perjanjian dan yang dak memenuhi unsur tersebut sehingga

HN
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur di sulit untuk digolongkan pada perbuatan hukum
dalam Buku III KUHPerd, harus pula dipenuhi, berganda yang merupakan perjanjian. Bentuk
dengan kekecualian sebagaimana disebutkan di hukum semacam itu yang tujuan utamanya
dalam ketentuan Pasal 7 ayat (7) UUPT. adalah terbentuknya korporasi kita kenal,
Ini berar , bahwa agar suatu perbuatan hu- misalnya pendirian perkumpulan13 apalagi

BP
kum dapat digolongkan pada perjanjian, unsur- setelah korporasi tersebut memperoleh status
unsur perjanjian sebagai berikut harus dipenuhi: badan hukum.
• Adanya kata sepakat dari dua pihak atau Pada korporasi seper maatschap, perseroan
lebih; firma dan perseroan komanditer, yang dak
• Kata sepakat yang tercapai harus bergantung digolongkan pada badan hukum, tampak jelas

ing
pada para pihak; adanya hubungan mbal balik diantara para
• Keinginan atau tujuan para pihak untuk pesero, baik sebelum, pada saat pendirian
mbulnya akibat hukum; maupun selama perseroan berjalan. Janji-
• Akibat hukum untuk kepen ngan pihak yang ind janji diantara para pesero seper kewajiban
satu dan atas beban pihak yang lain atau pemasukan (inbreng), larangan konkurensi,
mbal balik; dan beding-beding meneruskan, mengambil alih, dan
• Dibuat dengan mengindahkan ketentuan klausula berakhirnya perseroan harus dipenuhi
perundang-undangan.11 oleh para pesero secara mbal balik. Mengingat
V
Hingga kini, pendirian PT sesuai dengan pada sifat perjanjian ( mbal balik) yang harus
ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT, digolongkan memenuhi unsur perjanjian dan syarat sahnya
hts

pada perbuatan hukum berganda12 yang perjanjian terbuk pada maatschap, perseroan
merupakan perjanjian. Salah satu unsur, yakni firma dan perseroan komanditer yang baik
adanya kepen ngan serta hubungan antara pada saat pendirian maupun selama perseroan
para pihak yang satu terhadap yang lain atau berjalan, pembuatan akta-aktanya menggunakan
mbal balik dak tampak pada perbuatan bentuk akta pihak bukan akta berita acara
ec

hukum untuk terbentuknya suatu korporasi (relaas).


(corpora e). Meskipun dak dipungkiri adanya Pada korporasi seper pada perkumpulan
kesepakatan diantara para pendiri sebelum atau dan yayasan yang pendiriannya digolongkan pada
lR

pada saat pendirian – tujuan utama dari pihak- ndakan hukum sepihak14, akta pendiriannya
pihak adalah terbentuknya korporasi dan bukan dibuat dalam bentuk akta pihak (par j) tetapi
suatu hubungan hukum mbal balik diantara sejak memperoleh status badan hukum maka
para pihak. Ada bentuk hukum (rechtsfiguren) berlakulah anggaran dasar dari badan hukum
na

11
C.Asser-A.S.Hartkamp, Verbintenissenrecht, Algemene Leer der Overeenkomsten, (W.E.J.Tjeenk Willink, Zwolle,
1989), hlm. 9-14.
Jur

12
”Tindakan hukum berganda adalah tindakan yang memerlukan kerja sama dari dua pihak atau lebih untuk
memunculkan akibat hukum”.
13
C.Asser-A.S.Hartkamp, Verbintenissenrecht, Algemene Leer der Overeenkomsten, (W.E.J.Tjeenk Willink, Zwolle,
1989), hlm. 13-14.
14
Tindakan hukum sepihak adalah tindakan yang dilakukan oleh satu pihak saja dan yang menimbulkan, berubah,
dan berakhirnya suatu hak.

Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 … (Herlien Budiono) 191


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

tersebut dan keputusan yang diambil dak dapat orang lain atau dikeluarkannya saham baru kepada

HN
digolongkan pada kesepakatan yang tercapai orang lain mengakibatkan bahwa pemegang
seper pada perjanjian. Oleh karenanya doktrin saham bertanggung jawab secara pribadi dan
menggolongkan sifat tercapainya kata sepakat atas permohonan pihak yang berkepen ngan,
pada rapat-rapat organ perkumpulan, yayasan pengadilan negeri dapat membubarkan PT
demikian pula pada PT, sebagai Gesamtakt15, tersebut.

BP
suatu perbuatan hukum yang terjadi karena kerja Sebagaimana kita ketahui salah satu ciri
sama dari beberapa orang (pihak) tetapi dak dari PT sebagai badan hukum yang diakui oleh
dapat digolongkan pada perjanjian. Kesepakatan doktrin adalah adanya kekayaan yang terpisah
yang tercapai pada rapat adalah berdasarkan antara kekayaan PT dan kekayaan pemegang
telah terpenuhinya korum kehadiran dan korum saham, demikian pula tanggung jawab pemegang

ing
keputusanyang daktergantungpadakesepakatan saham hanya terbatas pada jumlah saham yang
dari semua pihak. Lagipula keputusan tersebut disetorkan (Pasal 3 ayat (1) UUPT). Ketentuan
dak berakibat untuk kepen ngan yang satu atas tersebut dak berlaku apabila terjadi hal yang
beban yang lain atau mbal balik diantara para disebutkan di dalam ayat (2)nya. PT didirikan
pihak. Dalam hal ini, karena sifat peris wa hukum
ind dengan tujuan untuk terbentuknya badan hukum
tersebut bukan perjanjian, maka bentuk aktanya dengan akibat adanya kekayaan yang terpisah
adalah akta berita acara (relaas). dari pemegang saham serta tanggung jawab yang
terbatas.
2) Pendirian PT sebagai Ɵndakan hukum Oleh karena itu pendirian PT oleh satu
V
sepihak orang, dua orang atau lebih dak menyebabkan
tanggung jawabnya menjadi berbeda. Modal
hts

PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih


berdasarkan perjanjian dengan akta notaris PT sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Setelah rupiah) yang akan menjadi jaminan serta
PT memperoleh status badan hukum, maka tanggung jawab PT terhadap pihak ke ga dak
berlakulah anggaran dasar (dan peraturan akan berbeda apakah saham PT dimiliki oleh
ec

perundang-undangan lainnya) sepanjang dak satu orang pemegang saham atau dimiliki oleh
bertentangan dengan UUPT. Jika pemegang 100 (seratus) orang pemegang saham. Selain
saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, maka mengenai kekayaan yang terpisah serta tanggung
lR

dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan jawab yang terbatas, pendirian PT berdasarkan
terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang perjanjian telah dak memenuhi teori hukum
saham wajib mengalihkan sebagian sahamnya perjanjian, sehingga adalah lebih logis untuk
kepada orang lain atau PT mengeluarkan saham menggolongkan pendirian PT pada ndakan
na

baru kepada orang lain. Sanksi atas dilampauinya hukum sepihak sebagaimana halnya dengan
jangka waktu pengalihan sebagian saham kepada pendirian perkumpulan dan yayasan. 16
Jur

15
C.Asser-A.S.Hartkamp, Verbintenissenrecht, Algemene Leer der Overeenkomsten, (W.E.J.Tjeenk Willink, Zwolle,
1989), hlm. 14.
16
Pasal 2:175 ayat 2 NBW: De vennootschap wordt door een of meer personen bij notarieële akte (...).

192 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Dengan demikian ketentuan mengenai adalah milik B. Hal yang sama dilakukan dengan

HN
keharusan adanya sekurang-kurangnya 2 (dua) membuat perjanjian pura-pura agar seakan-
orang pemegang saham setelah PT memperoleh akan PT tetap mempunyai 2 (dua) orang
status badan hukum dak diperlukan lagi. Ancam- pemegang saham setelah PT memperoleh
an sanksi bahwa pemegang harus bertanggung status badan hukum. Perjanjian simulasi atau
jawab secara pribadi dan atas permohonan pihak menggunakan nominee (stroman) dak perlu

BP
yang berkepen ngan, pengadilan negeri dapat terjadi jika dak disyaratkan adanya ketentuan
membubarkan PT tersebut dapat menggangu yang mengharuskan PT didirikan berdasarkan
hubungan hukum antara pihak ke ga dengan perjanjian dan keharuskan adanya 2 (dua) orang
PT yang bersangkutan malahan mungkin dapat pemegang saham setelah PT memperoleh status
merugikan para pihak. Kelanggengan hubungan badan hukum.

ing
hukum dan/atau perdagangan antara PT dengan
pihak ke ga perlu dijamin dengan peraturan b. Proses pengesahan PT sebagai badan
perundang-undangan. Jikalau ditakutkan bahwa hukum
PT sebagai pemilik tunggal saham PT akan ind Di dalam ketentuan Pasal 9, Pasal 10
menguasai kegiatan usaha di bidang tertentu, dan Pasal 11 UUPT telah dirinci tata cara
dapat ditentukan persyaratan dengan peraturan memperoleh Keputusan Menteri Hukum dan
menteri terkait yang dapat menjamin kepen ngan Ham mengenai pengesahan badan hukum suatu
umum. Inipun dak berbeda dengan keadaan PT. Jangka waktu pengajuan akta pendirian
V
sekarang dimana pemerintah mengeluarkan untuk memperoleh status badan hukum telah
persyaratan khusus untuk kegiatan usaha tertentu ditentukan secara ketat. Dalam hal permohonan
hts

seper di bidang kedirgantaraan, pertambangan, untuk memperoleh keputusan menteri mengenai


perbankan dan lain lain. pengesahan dak diajukan tepat waktu yakni 60
Di dalam prak k ketentuan pendirian PT (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta
berdasarkan perjanjian, demikian pula ketentuan pendirian ditandatangani akan mengakibatkan
keharusan agar saham-saham PT dimiliki oleh akta pendirian menjadi batal sejak lewatnya
ec

2 (dua) orang pemegang saham menimbulkan jangka waktu tersebut dan PT bubar karena
penyelundupan hukum dengan menggunakan hukum dan pemberesan harus dilakukan oleh
perjanjian pura-pura (simulasi)17 atau memakai pendiri. Sebelum PT memperoleh status badan
lR

nominee (stroman). PT didirikan oleh A dan B hukum maka perbuatan hukum atas nama PT
di mana A dengan akta di bawah tangan telah hanya boleh dilakukan oleh semua anggota
mengalihkan sahamnya kepada B atau dengan Direksi bersama-sama semua pendiri serta
cara A mengakui dan menyatakan bahwa saham semua anggota Dewan Komisaris yang semuanya
na

yang secara formil adalah milikinya sebetulnya bertanggung jawab renteng atas perbuatan
Jur

17
Suatu perjanjian di mana secara sadar dilakukan suatu perbuatan hukum yang tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya atau di mana kemauan (wil) tidak sesuai dengan pernyataan (verklaring), C. Asser-A.S.Hartkamp,
Verbintenissenrecht, Algemene Leer der Overeenkomsten, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1989, hlm. 113; Herlien
Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, cet. ke-3, (Bandung: P.T.
Citra Aditya Bakti, 2011), hlm. 86-91.

Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 … (Herlien Budiono) 193


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

hukum tersebut (Pasal 14 UUPT). Masalah yang mengambil bagian saham pada saat PT didirikan.

HN
mbul dan dapat merugikan pihak ke ga adalah Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan
jika PT telah mengadakan perjanjian dengan pihak dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk
ke ga tetapi karena keterlambatan permohonan lainnya. Mengingat dalam rangka menghadapi era
pengesahan mengakibatkan PT bubar karena global dapat kiranya dimungkinkan penyetoran
hukum. Walaupun adanya tanggung jawab atas modal saham dilakukan dalam bentuk mata

BP
secara tanggung renteng diantara Direksi, Dewan uang asing, asalkan di dalam anggaran dasarnya
Komisaris dan pendiri tetapi dengan bubarnya PT dimuat ketentuan mengenai hal tersebut.
memerlukan penyelesaian tersendiri. Bukankah Penyetoran dengan menggunakan mata uang
pihak ke ga yang beri kad baik harus dilindungi. asing harus dilakukan dalam jumlah yang senilai
Lain halnya jika mengiku tata cara diperolehnya dengan rupiah dan dengan ketentuan bahwa

ing
terlebih dahulu keterangan dak keberatan dari mata uang asing tersebut dapat dikonversi
Menteri Hukum dan Ham sebelum akta pendirian dengan rupiah. Penentuan dari kurs ditetapkan
PT ditandatangani dihadapan notaris18, tentunya pada hari penyetoran dan jika telah dilakukan
dengan mengirimkan konsep akta pendiriannya lebih lama dari sebulan (atau jangka waktu lain),
terlebih dahulu kepada Menteri Hukum dan HAM.
ind maka kurs ditetapkan pada tanggal pendirian PT.
PT memperoleh status badan hukum dengan Sebagai contoh19:
ditandatanganinya akta pendirian PT dalam jangka 1) penyetoran atas modal saham dapat
waktu yang ditentukan. Dengan cara demikian dilakukan dalam bentuk uang dan/atau
dapat dihindari kerugian yang diderita oleh pihak dalam bentuk lainnya;
V
ke ga karena telah melakukan perjanjian dengan 2) Sebelum atau pada saat pendirian perseroan,
PT yang bubar karena terlambat pengajuan penyetoran atas modal saham dapat
hts

permohonan pengesahannya. Cara yang sama dilakukan dalam mata uang asing yang hanya
dapat pula diberlakukan terhadap perubahan dapat dilakukan jika di dalam akta pendirian
anggaran dasar yang memerlukan persetujuan perseroan dinyatakan diperbolehkan
dari Menteri Hukum dan Ham sebagaimana bahwa penyetoran atas modal saham
ec

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) UUPT. dapat dilakukan dalam mata uang asing;
penyetoran atas modal saham dalam mata
c. Penyetoran atas modal saham uang asing atas pengeluaran saham lebih
lR

PT adalah badan hukum yang merupakan lanjut harus disetujui oleh perseroan;
persekutuan modal guna menunjang kegiatan 3) Dengan penyetoran atas modal saham dalam
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya mata uang berar telah dipenuhi kewajiban
terbagi dalam saham. Se ap pendiri PT wajib penyetoran atas modal saham untuk jumlah
na

18
Di Nederland telah memakai sistem pengesahan PT dengan mengeluarkan terlebih dahulu suatu surat tidak
Jur

keberatan (een verklaring van geen bezwaar) sebelum akta pendirian PT ditandatangani yakni notaris
mengirimkan terlebih dahulu konsep akta pendiriannya kepada menteri kehakiman. Sejak Wet 7 juli 2010 no 280
telah diubah Pasal 4 ayat pertama buku 2 NBW, yakni dihilangkannya kalimat ”of een verklaring van geen bezwaar”
(atau keterangan tidak keberatan) yang berarti PT memperoleh status badan hukum sejak ditandatanganinya
akta pendirian dihadapan notaris tanpa diperlukan keterangan tidak keberatan dari menteri kehakiman.
19
Mengambil contoh dari Pasal 2:191a NBW.

194 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

yang senilai dengan jumlah yang harus rapatnya yang dihadiri dan dibuat oleh seorang

HN
disetor dan dapat ditukarkan dalam mata notaris. UUPT sendiri telah cukup fleksibel
uang di Indonesia. Kurs atas mata uang di dalam menghadapi kemungkinan sulitnya
asing yang menentukan adalah pada hari mengumpulkan para pemegang saham pada satu
penyetoran dilakukan dan jika penyetoran saat dan pada suatu tempat (rapat). Oleh UUPT
tersebut dilakukan lebih lama dari 1 (satu) telah ditampung dengan baik masalah berkaitan

BP
bulan sebelum pendirian perseroan maka dengan dilakukannya RUPS dengan menggunakan
kurs tersebut adalah pada hari perseroan lembaga perwakilan melalui surat kuasa (Pasal 85
didirikan. ayat(1)UUPT),dimungkinkannyapenyelenggaraan
Transaksi dalam mata uang asing sudah RUPS melalui media telekonferensi, video
lazim di dalam dunia perdagangan internasional konferensi atau sarana elektronik lainnya (Pasal

ing
sehingga UUPT seyogyanya dapat menampung 77 UUPT). Dengan kemajuan di bidang teknologi
kemungkinan masalah penyetoran dalam bentuk informasi, UUPT telah pula memanfaatkan
mata uang asing. Dipaksakannya penyetoran sarana tersebut yakni dalam rangka pengajuan
dalam bentuk rupiah dalam konstelasi era global ind permohonan pengesahan, perubahan anggaran
akan memberi kesan kurang aspira f serta dasar PT melalui jasa teknologi informasi sistem
dapat merugikan pihak asing sebagai pemegang administrasi badan hukum secara elektronik
saham karena berar harus dikonversikan mata (Pasal ( UUPT).
uang yang dimiliki (calon) pemegang saham, Selain pengambilan keputusan para peme-
V
sehingga akan ada perbedaan pada kurs beli/ gang saham melalui RUPS, dikenal pula peng-
jual. ambilan keputusan yang mengikat di luar
hts

RUPS asalkan semua pemegang saham dengan


d. Keputusan pemegang saham di luar hak suara menyetujui secara tertulis dengan
RUPS menandatangani usul yang bersangkutan (pasal
Setelah PT memperoleh status badan hukum, 91 UUPT). Dalam rangka menghadapi era global
maka semua keputusan yang diambil oleh diusulkan agar para pemegang saham selain
ec

para pemegang saham pada umumnya adalah memberikan persetujuan secara menandatangani
melalui RUPS, RUPS merupakan organ PT yang usul yang bersangkutan dapat pula dilakukan
mempunyai wewenang yang dak diberikan secara elektronik. Contoh 20:
lR

kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas (1) Pemegang saham dapat juga mengambil
yang ditentukan dalam UUPT dan/atau anggaran keputusan yang mengikat di luar RUPS
dasar (Pasal 75 ayat (1) UUPT). Jikalau suatu dengan syarat semua pemegang saham
PT mempunyai pemegang saham saham yang dengan hak suara menyetujui secara
na

rela f sedikit, maka lebih mudah mengumpulkan tertulis dengan menandatangani usul yang
mereka dibandingkan dengan PT yang pemegang bersangkutan;
sahamnya banyak baik untuk rapat yang risalah- (2) Kecuali anggaran dasar menentukan lain
Jur

nya dibuat secara di bawah tangan atau risalah pemberian persetujuan untuk pengambilan

20
Mengambil contoh dari usulan perubahan atas Pasal 2:238 NBW kepada Tweede Kamer der Staten-Generaal,
Vergader jaar 2009-2010, 32426, nr.2, ISSN 0921-7371. s’Gravenhage 2010.

Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 … (Herlien Budiono) 195


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

keputusan sebagaimana dimaksud pada pendirian perseroan dak dibuat dihadapan

HN
ayat (1) dapat dilakukan secara elektronik. notaris ditempat kedudukan perseroan tersebut
Cara pengambilan keputusan secara elek- atau karena direktur perseroan dak mempunyai
tronik diberitahukan terlebih dahulu kepada kartu tanda penduduk ditempat kedudukan
Direksi dan Dewan Komisaris yang diberi perseroan. Mudah-mudahan dak akan terjadi
kesempatan untuk memberikan pendapat penolakan pengeluaran izin usaha PT di kota B

BP
dan nasihat mereka mengenai cara karena akta pendirian PT-nya dibuat oleh notaris
pengambilan keputusan secara elektronik di kota A.
tersebut. Singkat kata, di beberapa kota/daerah ada
ke dak sinkronan antara UUPT dengan peraturan
e. Sarana pendukung daerah kota/kabupaten dan/atau instansi terkait

ing
Sarana pendukung yang dimaksud dalam dengan PT yang dapat menghambat lancarnya
tulisan ini dak langsung berkaitan dengan iklim investasi khususnya menghadapi era global.
UUPT tetapi erat berhubungan dengan lancarnya Alangkah baiknya jika nan akan diberlakukan
pelaksanaan UUPT didalam prak k. Sebagaimana perubahan atas UUPT dilakukan pula penyuluhan
diketahui, notaris berwenang membuat akta
ind kepada instansi terkait sehingga PT dak
oten k mengenai semua perbuatan, perjanjian, mengalami hambatan di dalam menjalankan
dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan kegiatannya. Selain kurangnya pengetahuan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki yang up-to-date dari pejabat dari instansi yang
bersangkutan, juga perlu dikurangi birokrasi yang
V
oleh yang berkepen ngan untuk dinyatakan dalam
akta oten k. Di dalam melaksanakan jabatannya, masih dirasakan oleh para pengusaha.
hts

notaris terikat pada tempat kedudukan di


daerah kabupaten atau kota walaupun notaris E. Penutup
mempunyai wilayah jabatan melipu seluruh 1. Kesimpulan
wilayah provinsi dari tempat kedudukannya Perseroan Terbatas (PT) sebagai sebuah
(Pasal 18 UUJN21). Ini berar , bahwa siapapun
ec

badan hukum disebutkan secara jelas dalam


yang membutuhkan bantuan notaris dan datang Pasal 1 angka 1 UUPT yang menyebutkan
ke kantor notaris untuk minta bantuan berkaitan bahwa: ”Perseroan Terbatas adalah badan
dengan pembuatan akta notaris, maka notaris hukum”. Meski demikian, di dalam UUPT dak
lR

wajib memberikan bantuannya, sepanjang dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan badan
pembuatan akta tersebut dak dilarang baik oleh hukum. Badan hukum dapat terjadi karena
UUJN maupun perundang-undangan lainnya. Jika undang-undang menyatakannya dengan tegas
para pendiri PT datang kepada notaris di kota A
na

sebagaimana halnya Pasal 1 angka 1 UUPT,


untuk mendirikan PT dengan tempat kedudukan tetapi dapat pula diakui sebagai badan hukum
di kota B, maka akta pendirian PT dapat dilakukan karena adanya ciri-ciri tertentu. Kitab Undang-
oleh notaris di kota A. Adanya penolakan yang Undang Hukum Dagang dak pernah secara
Jur

terjadi atas pengeluaran izin usaha karena akta tegas menyatakan apa yang dimaksudkan

21
UUJN = Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

196 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

dengan badan hukum. Teori-teori mengenai mempunyai kartu tanda penduduk ditempat

HN
badan hukum mencoba untuk menerangkan kedudukan perseroan, selain itu adanya kewa-
gejala hukum yakni adanya suatu organisasi jiban penyetoran dalam bentuk rupiah dalam
yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama konstelasi era global akan memberi kesan
dengan orang. Di satu pihak hanya oranglah kurang aspira f serta dapat merugikan pihak
yang dapat menyatakan kehendaknya tetapi asing sebagai pemegang saham.

BP
di lain pihak harus diakui adanya suatu bentuk
”kerja sama” atau kesatuan yang mempunyai 2. Saran
hak dan kewajiban yang terpisah dari hak dan Perlu dilakukan peneli an hukum mengenai
kewajiban orang yang melakukan ndakan beberapa permasalahan PT secara empirik (yang
hukum atas nama kesatuan tersebut. Unsur-

ing
bersifat socio-legal) yang melihat hukum bukan
unsur suatu badan hukum menurut doktrin semata-mata sebagai norma hukum posi f saja,
yang hingga kini diterima adalah: Adanya harta tetapi sebagai hukum yang hidup.
kekayaan yang terpisah; Mempunyai tujuan Oleh karena itu antara lain perlu dilakukan
tertentu; Mempunyai kepen ngan sendiri; dan ind perubahan atas UUPT sebagai penyempurnaan
Adanya organisasi yang teratur. atas beberapa kelemahan yang ada saat ini; perlu
Permasalahan yang ada dalam pembentukan sinkronisasi antara UUPT dengan peraturan
PT terkait keberadaan UUPT yang berlaku saat ini daerah kota/kabupaten dan/atau instansi terkait
antara lain adalah sifat pendirian PT yang pada dengan PT yang dapat menghambat lancarnya
V
dasarnya adalah perjanjian, namun salah satu iklim investasi khususnya menghadapi era global;
unsur perjanjian dak tampak pada perbuatan perlu meng-up-to-date pengetahuan tentang PT
hts

hukum untuk terbentuknya suatu korporasi dari pejabat instansi yang bersangkutan; perlu
(corpora e). Permasalahan lain yang mbul dikurangi birokrasi yang masih dirasakan oleh
akibat dasar pendirian PT adalah perjanjian, para pengusaha.
maka PT didirikan oleh 2 orang atau lebih, Jika nan akan diberlakukan perubahan atas
sehingga adanya keharusan minimal 2 (dua) UUPT, maka perlu penyuluhan kepada instansi
ec

orang pemegang saham, namun dengan adanya terkait sehingga PT dak mengalami hambatan
kekayaan yang terpisah dari pemegang saham di dalam menjalankan kegiatannya.
serta tanggung jawab yang terbatas, maka syarat
lR

ini seharusnya dak diperlukan lagi. Selain itu, DAFTAR PUSTAKA


apabila terjadi keterlambatan permohonan
Buku
pengesahan, maka PT bubar karena hukum,
C. Asser-Van der Grinten, Vertegenwoordiging en
sehingga mbul masalah, yaitu kerugian pada
na

Rechtspersoon, De Rechtspersoon, vierde druk,


pihak ke ga yang telah mengadakan perjanjian (W.E.J.Tjeenk Willink, Zwolle, 1976).
dengan PT. Fakta di lapangan sering pula mbul C. Asser-A.S.Hartkamp 4-II, Verbintenissenrecht,
masalah terkait dengan adanya penolakan yang Algemene Leer der Overeenkomsten, ende
druk, (W.E.J.Tjeenk Willink, Zwolle), 1989.
Jur

terjadi atas pengeluaran izin usaha karena akta Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian
pendirian perseroan dak dibuat dihadapan dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, cet.
notaris ditempat kedudukan perseroan ter- ke-3, (Bandung: P.T. Citra Aditya Bak , 2011).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
sebut atau karena direktur perseroan dak
Pustaka, 2005)

Arah Pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 … (Herlien Budiono) 197


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Pitlo Het Nederlands burgerlijk recht Deel 2, Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Peneli an
Vennootschaps-en rechtspersonenrecht, Hukum Norma f, Suatu Tinjauan Singkat,

HN
M.J.G.C.Raaijmakers, vierde, geheel herziene (Jakarta: CV. Rajawali, 1990).
druk, Gouda Quint, Deventer, 2000. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Peranan dan
Ridho, R. Ali, Hukum Dagang tentang Aspek-Aspek Penggunaan Perpustakaan di Dalam Peneli an
Hukum dalam Asuransi Udara, Asuransi Jiwa dan Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Hukum
Perkembangan Perseroan Terbatas, (Jakarta: CV Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1979).
Remadja Karya, 1986).

BP
Reformasi Hukum di Indonesia, Hasil Studi
Perkembangan Hukum, Proyek Bank Dunia
(Jakarta: Cyberconsult, 1999).

ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

198 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 187-198


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

BEBERAPA PERMASALAHAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN

HN
KONSUMEN DENGAN JAMINAN FIDUSIA
(Some Issues Consumer Financing Agreement with Fiduciary)

Purwanto
BPHN - Kementerian Hukum dan HAM

BP
Jl. Mayjen Soetoyo, Cililitan, Jakarta Timur
e-mail: purwaspur2001@yahoo.com

Naskah diterima: 11 Mei 2012; revisi: 09 Juli 2012; disetujui: 17 Juli 2012

ing
Abstrak
Lembaga pembiayaan konsumen merupakan replika dari pembiayaan perusahaan atau yang dikenal dengan leasing.
Lembaga pembiayaan jenis ini berimplikasi pula dengan jenis jaminan. Jaminan merupakan hal pen ng yang diperlukan
dalam se ap perjanjian pinjam meminjam. Dalam bentuk jaminan, dikenal jaminan perorangan dan jaminan kebendaan
atau fidusia. Tulisan ini membahas praktek transaksi pembiayaan dengan jaminan fidusia dan pelanggaran yang sering
ind
muncul dalam perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia. Dari hasil peneli an terlihat bahwa untuk
memberikan legi masi bagi para pihak maka perjanjian dibuat dengan akta oten k, dan dida arkan pada kantor
penda aran fidusia guna mendapatkan hak preference bagi kreditur. Eksekusi atas obyek jaminan dalam dalam perjanjian
pembiayaan konsumen masih banyak mengalami masalah seper dak dilaksanaannya penda aran jaminan fidusia pada
kantor penda aran fidusia sebagaimana diatur dalam undang-undang jaminan fidusia dan peraturan pelaksanaannya.
Disamping itu informasi dan pemahaman yang kurang dari debitur atas jaminan fidusia juga mengakibatkan penyelesaian
V
sengketa antara debitur dan kreditur dak elegan.
Kata kunci: fiducia, jaminan, debitur, kreditur, pembiayaan
hts

Abstract
Consumer finance is a financing alterna ve that can be given to the consumer of the goods with installment payments are
made regularly. General financing agreement with the main guarantee good collateral, guarantees principal and addi onal
collateral to an cipate a default or conges on in loan repayments. The growth of consumer finance agency is actually a
ec

replica of the finance company, known as leasing. The types of financial ins tu ons also have implica ons for the types of
collateral. However warran es are important and necessary in any agreement, especially with the lending and borrowing.
Regarding the form of guarantees, commonly known personal guarantees and collateral material or fiduciary. In this paper
will discuss the transac on and viola ons that o en appear in consumer financing agreement with the fiduciary. From
research shows that to provide legi macy to the par es the agreement made with authen c deed and registered at the
lR

registrar’s office in order to get the right preference fiduciary for the creditors. The execu on of the object of the agreement
guarantees the consumer finance is s ll a lot of problems such as no registra on has fiduciary at the registra on office
as s pulated in fiduciary law and implemen ng regula ons. Besides the lack of informa on and understanding of the
fiduciary debtor also resulted in the se lement of disputes between debtors and creditors are not elegant.
Keywords: fiduciary, collateral, debitur, creditur, financing
na
Jur

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 199


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan terlaksananya perjanjian leasing, khususnya

HN
dalam hal pembiayaan konsumen.
Pembiayaan konsumen saat ini marak dan
Berkembangnya lembaga pembiayaan jenis
berkembang di seluruh wilayah Indonesia,
ini berimplikasi pula dengan jenis jaminan.
terutama di kota-kota besar. Pembiayaan
Bagaimanapun jaminan merupakan hal pen ng
konsumen yang berkembang dalam sepuluh
dan diperlukan dalam se ap perjanjian,
tahun terakhir ini pada umumnya terfokus

BP
terlebih dengan pinjam meminjam4. Mengenai
pada pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bentuk jaminan, umumnya dikenal jaminan
bermotor, baik untuk roda dua maupun roda
perorangan dan jaminan kebendaan. Dan, salah
empat. Tumbuhnya lembaga pembiayaan
satu jaminan kebendaan yang dikenal dalam
konsumen sebenarnya merupakan replika dari
hukum posi f adalah jaminan fidusia5.

ing
pembiayaan perusahaan atau yang dikenal
Perjanjian pembiayaan adalah suatu
dengan leasing1. Ciri khas dari usaha leasing
perjanjian penyediaan dana dan atau barang
adalah penyewaan atas obyek modal untuk
modal yang melipu antara lain usaha–usaha
jangka waktu tertentu dimana pada akhir masa
pembiayaan konsumen, sewa guna usaha
sewa terdapat hak opsi atas sewa barang, berupa
membeli obyek leasing, menyewa lagi atau tanpa
ind (leasing), anjak piutang (factoring), usaha
kartu kredit, modal ventura (venture capital)
opsi membeli2. Senada dengan pembiayaan
dan perdagangan surat berharga, karenanya
perusahaan, maka konsumen yang dak
perjanjian pembiayaaan ini terkait erat dengan
memiliki uang cukup saat ini banyak diberikan
hal keuangan. Penger an pembiayaan konsumen
V
talangan oleh lembaga pembiayaan tersebut.
menurut keputusan Menteri keuangan Nomor
Dasar pelaksanaan untuk mengimplementasikan
1251/KMK.013/1988, adalah:
hts

pembiayaan konsumen umumnya iden k


”Suatu kegiatan yang dilakukan dalam bentuk
dengan leasing3. Untuk melaksanakan perjanjian penyediaan dana bagi konsumen untuk
leasing, faktor terpen ng adalah kepercayaan, pembelian barang yang pembayarannya
karenanya i kad baik merupakan kunci dari dilakukan secara angsuran”.
ec

1
Leasing sebagai lembaga pembiayaan bertujuan membantu pengusaha dari sisi permodalan. Industri pembiayaan
(multi ϔinance) di Indonesia mulai tumbuh sekitar 1974. Kelahirannya didasarkan pada Surat Keputusan Bersama
lR

(SKB) tiga menteri, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan. Pada awalnya,
usaha leasing dii Indonesia terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri yaitu; Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia.
2
Leasing dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu Operational lease, dikenal sebagai leasing yang tanpa opsi
membeli dan Finansial lease, yaitu leasing yang memberikan opsi membeli pada akhir masa sewa obyek leased.
na

3
Perjanjian leasing secara khusus tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Dengan
mendasarkan pada asas kebebasan berkontrak muncul suatu perjajanjian leasing. Ini merupakan implementasi
dari asas pokok hukum perjanjian dimana dalam Pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan bahwa ”Suatu perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dan, suatu perjanjian
tidak dapat ditarik kembali, kecuali dengan sepakat bersama kedua pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
Jur

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.


4
Setiap perjanjian kredit terutama perjanjian leasing, jaminan merupakan hal yang penting karena jaminan
adalah sesuatu yang diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk memberikan keyakinan atau kepastian bahwa
debitur akan memenuhi prestasinya sesuai yang diperjanjikan.
5
Sebagai lembaga jaminan atas benda bergerak untuk pembiayaan konsumen, jaminan idusia banyak digunakan
oleh masyarakat bisnis. Jaminan idusia juga digunakan dalam perusahaan pembiayaan.

200 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Dengan banyaknya usaha–usaha pem- Pemberian pinjaman uang dalam perjanjian ini

HN
biayaan yang ada saat ini, tulisan ini akan disebut dengan is lah pembiayaan.
membatasi pada perjanjian pembiayaan Dengan menerima fasilitas dana pembiayaan
kredit untuk kendaraan bermotor, yang itu, maka penerima fasilitas menyatakan secara
notabene merupakan bagian dari perjanjian sah berhutang kepada pemberi fasilitas. Dengan
pembiayaan untuk pembiayaan konsumen. tercapainya kesepakatan ini maka pemberi

BP
Pembiayaan konsumen sesungguhnya adalah fasilitas berkewajiban untuk mencairkan
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dana pembiayaan yang merupakan hak bagi
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan penerima fasilitas dan secara otoma s sang
sistem pembayaran angsuran atau kredit, debitor memikul kewajiban untuk membayar
yang bertujuan untuk membantu perorangan kembali hutang pembiayaan dengan cara yang

ing
ataupun perusahaan dalam pemenuhan telah disepeka . Proses pembiayaan konsumen
kebutuhan dan permodalan mereka, khususnya ini melibatkan ga pihak (triangular transac on)
untuk pembelian kendaraan bermotor. Hal ini yaitu perusahaan yang bergerak dibidang
ditujukan untuk membantu masyarakat yang ind pembiayaan konsumen yang melakukan kegiat-
memerlukan kendaraaan bermotor tetapi an usaha berupa penyediaan dana untuk mem-
memiliki keterbatasan modal, oleh karena beli barang yang ber ndak sebagai pemberi
itu dalam perjanjian pembiayaan, pelunasan fasilitas atau kreditor, konsumen sebagai
hutang debitor dilakukan secara angsuran penerima fasilitas atau debitor dan dealer/
V
atau kredit6. Perjanjian pembiayaan konsumen supplier/showroom sebagai penyedia barang
merupakan suatu bentuk persetujuan dimana dan melakukan penjualan. Agar terwujud sikap
hts

pemberi fasilitas / kreditor setuju memberikan saling percaya (trus g environment) dan rasa
pinjaman uang melalui fasilitas pembiayaan aman (secure) bagi kedua belah pihak, maka
dengan Jaminan hak milik secara Fidusia pembuatan perjanjian pembiayaan konsumen
kepada penerima fasilitas pembiayaan/debitor. dilaksanakan dan diiku dengan penyerahaan
Jaminan hak milik secara Fidusia7.
ec

6
Ini sesuai dengan tujuan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan perkreditan dalam rangka pembangunan,
yaitu untuk membantu para pengusaha untuk menambah permodalannya, dalam rangka meningkatkan taraf
hidup dari masyarakat golongan ekonomi lemah maupun dari golongan menengah. Hal ini diatur dalam Pasal 1
lR

butir 12 Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan.


7
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Gra ika, 2008), hal 96. Adanya janji bahwa penerima
fasilitas memenuhi janji untuk setiap waktu melakukan pencicilan hutang yang dikhawatirkan oleh pihak
perusahaan pembiayaan atau pemberi fasilitas tidak akan memenuhi janji itu. Selain itu, mungkin saja jaminan
sudah dijual atau dimiliki orang ketiga yang berakibat pemberi fasilitas dirugikan. Penerima fasilitas meskipun
na

tidak memegang hak kepemilikan atas obyek Jaminan Fidusia namun barang Jaminan itu berada dalam tangan
penerima fasilitas. Jika hutang pemberi Fidusia/ penerima fasilitas telah dibayar berjumlah sama dengan harga
pembelian berikut dengan bunganya maka barang yang dijaminkan menjadi hak miliknya secara utuh. Dengan
demikian dapat dihindari kemungkinan bahwa sebelum jumlah total hutang dibayar, barang Jaminannya sudah
dijual kepada orang lain. Sebab kalau penerima fasilitas menjualnya, ia dapat dihukum pidana berdasarkan atas
Jur

pelanggaran Pasal 372 KUHPidana yakni penggelapan barang yang merupakan kejahatan. Dengan perjanjian
seperti itu kedua belah pihak tertolong, artinya penerima fasilitas dapat memilik barang dengan mendapatkan
dana pembiayaan yang dapat dilunasi secara cicil yang mana ia sendiri tidak mampu membayar secara tunai
dan seketika dapat menikmati barangnya, sedangkan dilain pihak pemberi fasilitas merasa aman karena barang
Jaminan tidak akan dihilangkan oleh Penerima fasilitas selama hutang belum dibayar lunas karena ia takut
terjerat ancaman pidana yakni penggelapan.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 201


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Jaminan fidusia sendiri diatur di dalam B. Permasalahan

HN
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Persoalan yang muncul dalam perjanjian
Jaminan Fidusia. Di dalam Pasal 1 disebutkan:
lembaga pembiayaan konsumen umumnya
”Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu
ke ka debitur lalai mengembalikan uang
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan
pinjaman pada saat yang ditentukan. Hal ini
bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
menyebabkan kreditur merasa dak aman, dan

BP
tetap dalam penguasaan pemilik benda”.
untuk memas kan pengembalian uangnya, maka
Jaminan fidusia merupakan hak jaminan atas
kreditur tentu akan meminta kepada debitur
benda, hak jaminan atas benda bergerak baik
untuk mengadakan perjanjian tambahan, guna
yang berwujud maupun yang dak berwujud
menjamin dilunasinya kewajiban debitur pada
dan benda dak bergerak, khususnya bangunan

ing
waktu yang telah ditentukan, dan disepaka
yang dak dapat dibebani hak tanggungan
sebelumnya diantara kreditur dan debitur. Oleh
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
karena itu dalam penulisan ini penulis akan
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
membahas 2 (dua) persoalan terkait dengan
yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi
perjanjian pembiayaan konsumen, yaitu:
Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
ind 1. Bagaimana transaksi pembiayaan konsumen
tertentu, yang memberikan kedudukan yang
dengan jaminan fidusia ini dilaksanakan?
diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap
2. Pelanggaran apa yang sering muncul dalam
kreditor lainnya.
perjanjian pembiayaan konsumen dengan
Fidusia merupakan terobosan bagi dunia
V
jaminan fidusia?
usaha dan untuk memberikan jaminan kepada
investor, oleh karena itu obyek fidusia juga
hts

C. Metode PeneliƟan
dida arkan8 guna kepen ngan investor sendiri.
Hal-hal terkait dengan perjanjian lembaga Berdasarkan permasalahan peneli an di atas,
pembiayaan dengan jaminan fidusia ini ini peneli an ini dilakukan dengan menggunakan
adalah: 1). Piutang, yaitu hak untuk menerima pendekatan yuridis empiris9, yaitu pendekatan
ec

pembayaran; 2). Benda, yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk melihat gejala-gejala
yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang sosial yang berkaitan dengan hukum di tengah
berwujud maupun yang dak berwujud, yang masyarakat. Pendekatan yuridis empiris meng-
lR

terda ar maupun yang dak terda ar, yang kaji bagaimana ketentuan norma f diwujudkan
bergerak maupun yang tak bergerak yang dak senyatanya di masyarakat.
dapat dibebani hak tanggungan atau hipotek.
na
Jur

8
Lihat Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, Pasal 11.
9
Penelitian empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data-data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari masyarakat. Pemikiran empiris ini disebut juga pemikiran sosiologis. Lebih jauh tentang
ini lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1990), hlm. 15.

202 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

D. Pembahasan untuk dan atas nama kreditor eigenaar”.12

HN
1. Pembiayaan Konsumen Dengan Sedangkan Munir Fuady menyatakan fidusia
Jaminan Fidusia ini disebut juga dengan is lah Penyerahan Hak
Milik Secara Kepercayaan13. Oey Hoey Tiong
Fidusia merupakan kata atau is lah dari
menyebut bahwa fidusia atau lengkapnya
bahasa asing yang sudah dibakukan ke dalam
Fiduciaire Eigendoms Overdracht sering disebut

BP
bahasa Indonesia dan sudah menjadi is lah
sebagai Jaminan Hak Milik Secara Kepercayaan
resmi dalam hukum di Indonesia. Fidusia dalam
dan merupakan suatu bentuk jaminan atas
bahasa Belanda secara lengkap disebut dengan
benda-benda bergerak disamping gadai yang
”Fiduciaire Eigendoms Overdracht”, dan dalam
dikembangkan oleh yurisprudensi.14 Dan,
bahasa Inggris dikenal dengan is lah ”Fiduciary
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani menyatakan

ing
Transfer of Ownership”10. Menurut asal katanya,
bahwa fidusia berdasarkan asal katanya ”fides”
fidusia berasal dari bahasa La n ”fides” yang
yang berar kepercayaan”.15
berar ”kepercayaan”11. Menurut A.Hamzah
Sumber-sumber hukum yang melandasi
dan Senjun Manullang Fiducia merupakan
ind lembaga jaminan fidusia ini ada yang bersifat
suatu cara pengoperan hak milik dari pemiliknya
umum dan adapula yang bersifat khusus. Aturan
(debitor), berdasarkan adanya suatu perjanjian
yang bersifat umum adalah Pasal 1338 ayat (1)
pokok (perjanjian hutang piutang) kepada
KUHPerdata, yang berbunyi ”semua perjanjian
kreditor, akan tetapi yang diserahkan hanya
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
haknya saja secara yuridische levering dan hanya
V
undang bagi mereka yang membuatnya”. Pasal
dimiliki oleh kreditor secara kepercayaan saja
ini memberikan kebebasan kepada para pihak
(sebagai jaminan hutang debitor) sedangkan
hts

untuk membuat perjanjian yang mereka buat,


barangnya tetap dikuasai oleh debitor tetapi
sepanjang dak bertentangan dengan undang-
bukan lagi sebagai eigenaar maupun bezi er
undang, kesusilaan dan keter ban umum.
melainkan hanya sebagai detentor atau houder
ec

10
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Cet. II, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 3-4. Dalam literatur Belanda kita
jumpai pula pengungkapan jaminan idusia ini dengan istilah-istilah sebagai berikut: Zekerheids eigendom (hak
milik sebagai jaminan); 1. Bezitloos Zekerheidsrecht (jaminan tanpa menguasai); 2. Verruimd Pand Begrip (gadai
lR

yang diperluas); 3. Eigendom Overdracht tot Zekerheid (penyerahan hak milik secara jaminan); 4. Bezitloos Pand
(gadai tanpa penguasaan); 5. Een Verkapt Pand Recht (gadai berselubung); 6. Uitbaouw dari Pand (gadai yang
diperluas).
11
Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Cet. II, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm.
21. Memang konstruksi idusia adalah, bahwa hubungan hukum antara debitur pemberi idusia dan kreditur
na

penerima idusia merupakan suatu hubungan hukum yang berdasarkan atas kepercayaan. Pemberi idusia
percaya bahwa kreditur penerima idusia mau mengembalikan hak milik yang telah diserahkan kepadanya,
setelah debitur melunasi utangnya. Kreditur juga percaya bahwa pemberi idusia tidak akan menyalahgunakan
barang jaminan yang berada dalam kekuasaannya dan mau memelihara barang jaminan tersebut selaku bapak
rumah yang baik
Jur

12
A. Hamzah dan Senjun Manullang, Lembaga Fidusia Dan Penerapannya Di Indonesia, (Jakarta: Indhill Co., 1987),
hlm. 37.
13
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 3.
14
Oey Hoey Tiong, Op. Cit., hlm. 21.
15
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia (Seri Hukum Bisnis), Cet. II, (Jakarta: Raja Gra indo Persada,
2001), hlm. 113.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 203


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Sedangkan aturan yang bersifat khusus antara Maret 2001 tentang Pembukaan Kantor

HN
lain:16 Penda aran Fidusia Di Seluruh Kantor
1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Wilayah Departemen Kehakiman Dan Hak
tentang Rumah Susun, LN.75, TLN.3318; Asasi Manusia Republik Indonesia;
2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 9) Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi
tentang Jaminan Fidusia, LN.168, TLN.3889; Hukum Umum Departemen Kehakiman

BP
3) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1999, Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
LN.58, TLN.3837, jo.Peraturan Pemerintah Nomor C.UM.01.10-11 tanggal 19 Januari
Nomor 87 Tahun 2000 tentang Tarif Atas 2001 tentang Penghitungan Penetapan
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Jangka Waktu Penyesuaian Dan Penda aran
Berlaku Pada Departemen Kehakiman, Perjanjian Jaminan Fidusia.

ing
LN.171, TLN.4006; Obyek jaminan fidusia pada awalnya
4) Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun ditujukan hanya untuk benda bergerak, akan
2000 tentang Tata Cara Penda aran Jaminan tetapi dalam perkembangannya, obyek fidusia
Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan dak hanya benda bergerak saja, tetapi juga
Fidusia, LN.170, TLN.4005;
ind melipu benda dak bergerak17. Hal ini dapat
5) Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun dilihat dari ketentuan sebagaimana dituangkan
2000 tanggal 30 September 2000 tentang dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Pembentukan Kantor Penda aran Fidusia Di tentang Jaminan Fidusia, yang menyebutkan
Se ap Ibukota Propinsi Di Wilayah Negara bahwa obyek jaminan fidusia adalah benda
V
Republik Indonesia; bergerak baik yang berwujud maupun yang
6) Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak dak berwujud, yang terda ar maupun yang
hts

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor dak terda ar dan benda dak bergerak yang
M.01.UM.01.06 Tahun 2000 tanggal 30 dak dapat dibebani hak tanggungan maupun
Oktober 2000 tentang Bentuk Formulir Dan hipo k18. Sedangkan J. Satrio menyatakan bahwa
Tata Cara Penda aran Jaminan Fidusia; benda yang dapat menjadi obyek Jaminan
ec

7) Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Fidusia sekarang ini melipu : Benda Bergerak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor dan Benda Tetap Tertentu yaitu benda tetap yang
M.08.UM.07.01 Tahun 2000 tanggal 30 dak bisa dijaminkan melalui lembaga jaminan
lR

Oktober 2000 tentang Pembukaan Kantor hak tanggungan atau hipo k dan dengan syarat
Penda aran Fidusia; benda tetap tersebut dapat dimiliki dan dapat
8) Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak dialihkan.19
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor Lebih lanjut dalam ketetuan Pasal 3 Undang-
na

M.03-PR.07.10 Tahun 2001 tanggal 30 Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Jur

16
A.Hamzah dan Senjun Manullang, Op.Cit., hlm. 41-42.
17
Hal ini dapat dilihat dari Keputusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 158/1950/Pdt tanggal 22 Maret 1950
dan Keputusan Mahkamah Agung Nomor 372 K/Sip/1970 tanggal 1 September 1971, yang menyatakan bahwa
idusia hanya sah sepanjang mengenai barang-barang bergerak.
18
Lihat Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,Pasal 1 ayat (2) dan ayat (4).
19
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 179.

204 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Fidusia menyatakan, bahwa Jaminan Fidusia jaminan dikemudian hari. Sehingga secara

HN
dak berlaku terhadap: prak s obyek jaminan fidusia hanya berupa
1. Hak tanggungan yang berkaitan dengan benda bergerak saja.
tanah dan bangunan, sepanjang peraturan Mengenai benda yang menjadi jaminan
perundang-undangan yang berlaku fidusia, Undang-Undang Fidusia pada Pasal
menentukan jaminan atas benda-benda 5 ayat (1) menentukan, bahwa pembebanan

BP
tersebut wajib dida ar; benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan
2. Hipotek atas kapal yang terda ar dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan
isi kotor berukuran 20 (dua puluh) M3 atau merupakan akta jaminan fidusia. Dalam akta
lebih; jaminan fidusia, selain dicantumkan hari
3. Hipotek atas pesawat terbang; dan dan tanggal, juga dicantumkan waktu (jam)

ing
4. Gadai. pembuatan akta tersebut. Dari ketentuan Pasal
Dengan demikian, obyek jaminan fidusia 5 ayat (1) tersebut, maka pembebanan jaminan
adalah benda bergerak dan benda dak fidusia yang merupakan perjanjian fidusia dibuat
bergerak, khususnya bangunan yang dak bisa ind dalam bentuk tertulis dengan akta notaris20.
dibebani dengan hak tanggungan. Akan tetapi Di njau dari sudut pembuk an yang berlaku
dalam prakteknya, kebanyakan jaminan fidusia di Indonesia, maka akta oten k merupakan
berupa benda bergerak, antara lain kendaraan alat buk yang paling kuat dalam hal terjadi
bermotor, stok barang dagangan (inventory). sengketa diantara para pihak. Akta oten k
V
Sedangkan jaminan fidusia berupa benda dak merupakan suatu buk yang sempurna yang
bergerak seper kios jarang digunakan. Hal ini dak bisa dibantah kebenarannya oleh para
hts

berkaitan dengan tempat penda aran yang pihak, kecuali ada unsur penipuan, paksaaan
dirasakan kurang menjamin kepas an hukum atau kekeliruan yang harus dibuk kan oleh
terhadap kreditur, dan kemungkinan meng- pihak yang membantahnya. Pasal 1870
hadapi kesulitan lebih besar dibandingkan KUHPerdata menentukan, bahwa: ”Suatu
dengan benda bergerak dalam eksekusi benda akta oten k memberikan diantara para pihak
ec
lR

20
Notaris merupakan pegawai/pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik, demikian menurut
ketentuan Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang menyatakan: ”Notaris adalah pegawai umum yang satu-
satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang
diharuskan oleh sesuatu peraturan umum atau dikehendaki oleh yang berkepentingan agar dinyatakan dalam
suatu akta otentik, menjamin kebenaran tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan
na

kutipannya, semuanya itu sebegitu jauh pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pegawai umum lainnya”.
Pengertian Notaris menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.
Jur

Pengertian akta otentik sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1868 KUHPerdata, bahwa: ”Suatu akta otentik
ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.” Dari pengertian Pasal 1868
KUHPerdata tersebut, maka suatu akta untuk dapat dikatakan akta otentik harus memenuhi 3 (tiga) syarat,
yaitu: a. Dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum; b. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang; c. Pegawai umum itu berwenang membuat akta itu.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 205


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

beserta ahli waris-ahli warisnya atau orang- (3) Undang-Undang Fidusia, bahwa jaminan

HN
orang yang mendapat hak dari mereka, suatu fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan
buk yang sempurna tentang apa yang dimuat tanggal dicatatnya Jaminan Fidusia dalam Buku
di dalamnya.” Da ar Fidusia. Dalam sistem hukum yang ada
Jadi ketentuan untuk pembebanan jaminan penda aran melipu penda aran benda dan
fidusia dalam bentuk akta notaris merupakan penda aran ikatan jaminan22.

BP
upaya dalam memberikan kepas an dan Penda aran fidusia yang diatur dalam
perlindungan hukum bagi para pihak yang Undang-Undang Fidusia dimaksudkan untuk
terkait, karena pada umumnya benda yang memberikan kepas an hukum terhadap
menjadi obyek jaminan fidusia adalah barang para pihak yang terkait dalam fidusia.
yang dak terda ar. Karena sebelum keluarnya Undang-Undang

ing
Dalam fidusia, penda aran merupakan Fidusia penda aran fidusia dak diwajibkan.
syarat mutlak yang harus dipenuhi sebagai syarat Permohonan Penda aran Jaminan Fidusia
lahirnya jaminan fidusia untuk memenuhi asas dilakukan oleh pihak penerima fidusia atau
publisitas. Ini sesuai dengan ketentuan yang wakilnya atau kuasanya dengan melampirkan
terdapat dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang
ind pernyataan Penda aran Jaminan Fidusia, hal
Fidusia yang berbunyi: ”benda yang dibebani ini sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) Undang-
dengan jaminan fidusia wajib dida arkan”. Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Penda aran tersebut memiliki ar yuridis Fidusia. Permohonan penda aran jaminan
sebagai suatu rangkaian yang dak terpisah fidusia tersebut dibuat secara tertulis dalam
V
dari proses terjadinya perjanjian jaminan bahasa Indonesia dan ditujukan kepada Menteri
fidusia, dan selain itu penda aran jaminan Kehakiman dan Hak Asasi Manusia melalui
hts

fidusia merupakan perwujudan dari asas Kantor Penda aran Fidusia, sebagaimana diatur
publisitas dan kepas an hukum.21 Hal ini sesuai dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor
juga dengan ketentuan dalam Pasal 14 ayat 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penda aran
ec

21
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua,
(Bandung: Alumni, 2006), hlm. 213.
22
Pendaftaran suatu benda merupakan suatu pembukuan/registrasi benda tertentu, dimana dalam buku register
lR

tersebut dicatat dengan teliti ciri-ciri benda dan pemilik benda yang bersangkutan, dan benda yang telah
didaftarkan tersebut disebut dengan istilah benda terdaftar atau benda atas nama. Berdasarkan keterangan di
atas, maka orang yang namanya terdaftar dalam buku pendaftaran benda/register menjadi pemilik dari benda
yang bersangkutan. Dengan demikian hak dari pemilik benda menjadi terdaftar yang kemudian terhadap pemilik
benda terdaftar tersebut akan dikeluarkan bukti kepemilikan. Selain itu karena hak yang terdaftar adalah hak
na

si pemilik atas suatu benda, maka berdasarkan Pasal 584 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hak si pemilik
merupakan hak kebendaan, suatu hak yang bersifat absolute, sehingga bisa ditujukan dan dipertahankan
terhadap siapa saja. Hal lain yang juga berkaitan dengan sifat kebendaan adalah droit de suite. Terhadap
benda yang telah didaftarkan atau benda terdaftar dalam penyerahan dan pembebanannya dilakukan dengan
mendaftarkan kata peralihannya atau akta pembebanannya dalam buku register yang bersangkutan. Terhadap
Jur

benda terdaftar ini, bagi pihak ketiga yang melakukan pengoperan atau melakukan pemindahan hak dari pihak
yang tidak berhak, tidak dapat membenarkan perolehannya hanya berdasarkan itikad baik semata. Sedangkan
pendaftaran ikatan jaminan yang berlaku dalam sistem hokum kita adalah Pendaftaran ikatan jaminan atas
benda terdaftar. Contohnya adalah ikatan jaminan yang ada pada hipotik dan hak tanggungan, dimana ikatan
jaminannya merupakan ikatan jaminan terhadap benda terdaftar. Keadaan yang sama juga berlaku terhadap
tanah dimana tanah yang akan dijadikan jaminan harus didaftarkan dahulu baru bisa dijadikan jaminan.

206 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Fidusia didirikan untuk pertama kali di Jakarta

HN
Jaminan Fidusia. dan secara bertahap sesuai keperluan akan
Permohonan penda aran fidusia dilakukan didirikan di ibukota propinsi di seluruh Wilayah
oleh penerima fidusia atau wakilnya atau Negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai
kuasanya dengan melampirkan pernyataan dengan Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun
penda aran jaminan fidusia, yang memuat: 1) 2000 tentang Pembentukan Kantor Penda aran

BP
Iden tas pihak pemberi dan penerima fidusia; Fidusia di Se ap Ibukota Propinsi di Wilayah
2)Tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama, Negara Republik Indonesia, bahwa Kantor
dan tempat kedudukan notaris yang membuat Penda aran Fidusia didirikan di se ap ibukota
akta jaminan fidusia; 3) Data perjanjian pokok propinsi dan berada dalam lingkup Kantor
yang dijamin fidusia; 4) Uraian mengenai Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

ing
benda yang menjadi obyek jaminan fidusia; 5) Manusia Republik Indonesia. Sedangkan untuk
Nilai penjaminan; 6) Nilai benda yang menjadi pendirian Kantor Penda aran Fidusia di daerah
obyek jaminan fidusia. Sebagai buk bahwa ngkat II dapat disesuaikan dengan Undang-
kreditur telah melakukan penda aran jaminan ind undang tentang Pemerintahan Daerah, hal ini
fidusia adalah diterbitkannya ser fikat jaminan sesuai dengan keterangan dalam penjelasan
fidusia oleh Kantor Penda aran Fidusia, pada Pasal 12 Undang-Undang Fidusia.
hari penda aran dilakukan. Ser fikat jaminan Dengan dilakukannya penda aran jaminan
fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang fidusia di Kantor Panda aran Fidusia serta
V
dipersamakan dengan Putusan Pengadilan diterbitkannya ser fikat jaminan fidusia, maka
yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap. benda atau obyek yang menjadi jaminan fidusia
hts

Ar nya bahwa ser fikat jaminan fidusia dapat juga beralih kepemilikannya dari pemberi kepada
langsung dipakai sebagai alat eksekusi terhadap penerima fidusia, walaupun penguasaannya
obyek jaminan fidusia tanpa melalui proses diberikan secara sukarela kepada pemberi
pengadilan, bersifat final dan mengikat. Apabila fidusia. Pemberi fidusia dak lagi berhak untuk
setelah dida arkan terjadi perubahan dalam memperjualbelikan atau memindahtangankan
ec

hal jaminan fidusia, maka penerima fidusia obyek jaminan fidusia tersebut, kecuali untuk
wajib mengajukan permohonan penda aran obyek jaminan fidusia yang berupa benda
atas perubahan tersebut ke Kantor Penda aran persediaan/stok barang dagangan (inventory).
lR

Fidusia, dan perubahan tersebut dak perlu Pemberi fidusia bertanggungjawab penuh
dilakukan dengan akta notaris. terhadap keselamatan obyek jaminan fidusia
Penda aran jaminan fidusia dilakukan di sebagai akibat pemakaian dan keadaan
Kantor Penda aran Fidusia, sesuai dengan obyek jaminan fidusia yang berada dalam
na

ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12 Undang- penguasaannya karena obyek jaminan fidusia
Undang Fidusia. Kantor Penda aran Fidusia sepenuhnya berada dalam penguasaan pemberi
berada dalam lingkup Departemen Hukum fidusia termasuk memperoleh manfaat dari
Jur

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia obyek jaminan fidusia tersebut.23 Bagi penerima
yang bertempat di Jakarta. Kantor penda aran fidusia setelah dilakukan penda aran jaminan

23
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op. Cit., hlm. 129.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 207


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

fidusia, maka penerima fidusia menjadi kreditur yang bersangkutan dijadikan obyek jaminanyang

HN
preferen atau mempunyai hak didahulukan un- pengikatannya dilakukan secara Fidusia.
tuk mengambil pelunasan piutangnya atas ha- Sama seper pemberian kredit oleh bank,
sil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan pada lembaga pembiayaan konsumen juga
fidusia. Dengan diterbitkannya ser fikat jaminan memerlukan jaminan dalam ar keyakinan bagi
fidusia, maka penerima fidusia mempunyai hak perusahaan pembiayaan bahwa konsumen akan

BP
eksekutorial yaitu penerima fidusia langsung dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan
dapat melaksanakan eksekusi terhadap obyek perjanjian pembiayaan yang telah ditandatangani.
jaminan fidusia apabila pemberi fidusia mela- Seper diketahui pemberian pembiayaan oleh
kukan cidera janji terhadap pelunasan utang perusahaan.
yang dijamin dengan benda yang menjadi obyek Pembiayaan kepada konsumen dituangkan

ing
jaminan fidusia tanpa harus melalui pangadilan dalam suatu perjanjian yang namanya perjanjian
dan bersifat final serta mengikat para pihak pembiayaan.
untuk melaksanakannya. Jaminan-jaminan yang diberikan dalam
Jaminan fidusia akan hapus manakala hu- transaksi pembiayaan konsumen ini pada
tang yang dijamin dengan fidusia hapus, ada-
ind prinsipnya serupa dengan jaminan terhadap
nya pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh perjanjian kredit bank. Untuk itu, jaminan dalam
penerima fidusia, dan benda yang menjadi pembiayaan konsumen dibagi kedalam jaminan
obyek jaminan fidusia musnah24. Dengan utama, jaminan pokok dan jaminan tambahan.
hapusnya jaminan fidusia, Kantor Penda aran
V
Fidusia akan menerbitkan surat keterangan 1. Jaminan utama
yang menyatakan ser fikat jaminan fidusia yang
hts

Sebagai suatu kredit, maka jaminan pokoknya


bersangkutan dak berlaku lagi. adalah kepercayaan dari kreditur (perusahaan
pembiayaan) kepada debitur (konsumen), bahwa
2. Permasalahan Hukum Berkaitan De- pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup
ngan Pembiayaan Konsumen Dengan
memenuhi kewajibannya. Jadi disini prinsip
ec

Jaminan Fidusia
pemberian kredit yang dikenal dengan prinsip 5C
a. Transaksi Pembiayaan Konsumen De-
(character, capital, capacity, condi on of economic
ngan Jaminan Fidusia
dan collateral) juga berlaku dan diterapkan pada
lR

Dalam praktek lembaga pembiayaan konsu- pembiayaan konsumen. Untuk mengetahui dan
men ini sangat dimina oleh para konsumen. Hal menentukan bahwa seseorang dipercaya untuk
ini didasarkan pada alasan-alasan bahwa proses/ memperoleh kredit, pada umumnya dunia
prosedur permohonan untuk mendapatkan perbankan menggunakan instrument analisa 5C
na

pembiayaan sangat mudah serta dak diperlukan (the five of credit) ini25.
adanya jaminan barang-barang lain selain barang
Jur

24
Dalam hal benda yang menjadi obyek jaminan idusia musnah, dan apabila terdapat jaminan asuransinya maka
klaim asuransi tersebut menjadi hak dari penerima idusia. Penerima idusia mempunyai kewajiban untuk
memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan idusia, dengan melampirkan
pernyataan mengenai hapusnya hutang, pelepasan hak atau musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan
idusia.
25
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 92.

208 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

2. Jaminan Pokok mengiku perjanjian pokoknya yaitu perjanjian

HN
Sebagai jaminan pokok terhadap transaksi pembiayaan konsumen.
pembiayaan konsumen adalah barang yang dibeli Pada dasarnya dalam pelaksanaan perjanjian
dengan dana atau pembiayaan dari perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia, dak hanya
pembiayaan tersebut. Jika dana tersebut diberikan dibuat satu macam perjanjian yang dibuat
misalnya untuk membeli mobil, maka mobil oleh para pihak, tetapi juga dibuat berbagai

BP
yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. jenis perjanjian lainnya. Perjanjian pokoknya
Biasanya jaminan tersebut dibuat dalam bentuk adalah perjanjian pembiayaan konsumen, dan
”Fiduciary Transfer of Ownership” (Fidusia).26 dari perjanjian pembiayaan ini, maka lahirlah
Mengingat dalam pembiayaan konsumen perjanjian tambahan atau perjanjian accessoir
lainnya, seper perjanjian jaminan fidusia28.

ing
umumnya adalah barang kebutuhan konsumen,
seper ; komputer, alat elektronik, alat berat, Bila dicerma dalam praktek, masing-masing
kendaraan bermotor, dan lain-lainnya, yang lembaga pembiayaan mempunyai jenis perjanjian
notabena masuk katagori barang bergerak, maka tambahan yang berlaku antara satu dengan yang
pembebanannya atau pengikatannya memakai
ind lainnya. Namun yang pas , pada se ap perjanjian
lembaga jaminan fidusia. tambahan umumnya ada dibuat perjanjian
pemberian jaminan Fidusianya, seper praktek
3. Jaminan Tambahan yang dilakukan selama ini oleh perusahaan
pembiayaan.
Sering juga dalam praktek pembiayaan kon-
V
Perjanjian tambahan tersebut melipu :
sumen dimintakan jaminan tambahan, walaupun
a) Perjanjian pemberian jaminan fidusia
dak seketat jaminan untuk pemberian kredit oleh
hts

b) Perjanjian oleh debitur


bank. Dalam pengamatan Munir Fuady, biasanya
c) Perjanjian pemberian kuasa.
jaminan tambahan terhadap transaksi ini adalah
Perjanjian pemberian fidusia merupakan
berupa: Surat pengakuan utang (promissory
perjanjian yang dibuat antara pemberi fidusia
notes), atau acknowledgment of indebtedues,
dengan penerima fidusia, dimana pemberi
ec

kuasa menjual barang, dan assignment of proceed


fidusia menyerahkan benda jaminan berdasarkan
(cossie) dari asuransi. Disamping itu sering juga
kepercayaan kepada penerima fidusia, untuk
dimintakan ”persetujuan istri/suami” untuk kon-
jaminan suatu utang. Pemberi fidusia adalah
sumen pribadi, dan persetujuan komisaris / RUPS
lR

penerima fasil as kredit dari lembaga pembiayaan


untuk konsumen perusahaan sesuai ketentuan
sedangkan penerima fidusia adalah perusahaan
Anggaran Dasarnya27.
pembiayaan. Biasanya yang diserahkan oleh
Pembebanan atau pengikatan barang yang
pemberi fidusia berupa BPKB kendaraan
na

menjadi obyek pembiayaan konsumen dilakukan


bermotor (barang) yang menjadi obyek perjanjian
dengan membuatkan perjanjian tambahan
pembiayaan konsumen. BPKB inilah yang ditahan
yaitu perjanjian pemberian jaminan fidusia yang
Jur

26
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2000), hlm. 168.
27
Ibid.
28
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUP Perdata, (Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada, 2008), hlm.
135.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 209


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

oleh penerima Fidusia sampai dengan pemberi mengingat obyek jaminan fidusia dak saja

HN
fidusia dapat melunsi utang-utangnya29. barang-barang bergerak yang sudah terda ar,
Perjanjian pemberian jaminan fidusia dibuat tetapi pada umumnya adalah barang bergerak
dengan akta notaries dalam bahasa Indonesia yang dak terda ar, maka sudah sewajarnya
yang merupakan akta jaminan fidusia (pasal 5 ayat bentuk akta oten klah yang dianggap paling
1 UU Jaminan Fidusia. Sejalan dengan ketentuan dapat menjamin kepas an hukum berkenaan

BP
mengenai hipo k dan hak tanggungan, maka akta dengan obyek jaminan fidusia.
jaminan fidusia wajib dibuat dengan akta oten k Untuk memberikan kepas an hukum, maka
(akta notaris). Sebagai pejabat yang berwenang pasal 11 UU jaminan fidusia (UU No. 42 tahun
untuk membuat akta itu adalah notaris yang 1999) mewajibkan benda yang dibebani jaminan
ditunjuk undang-undang. fidusia dida arkan pada Kantor Penda aran

ing
Akta oten k adalah suatu akta yang didalam Fidusia. Kewajiban ini bahkan tetap berlaku
bentuk ditentukan oleh undang-undang, dibuat meskipun benda yang dibebani jaminan
oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum fidusia berada diluar wilayah Negara Republik
yang berkuasa untuk ditempa dimana akta Indonesia.
dibuatnya (pasal 1868 KUH Perdata). Sementara
ind
R. Supomo memberikan penger an akta oten k b. Pelanggaran Hukum Perjanjian Lem-
sebagai berikut: baga Pembiayaan Dengan Jaminan
Akta oten k adalah surat yang dibuat oleh Fidusia
atau dimuka seorang pejabat umum yang Sulitnya pelaksanaan eksekusi dalam per-
V
mempunyai wewenang untuk membuat
surat itu, dengan maksud untuk menjadikan janjian pembiayaan konsumen oleh lembaga
pembiayaan yang juga merupakan kreditur
hts

surat tersebut sebagai alat buk 30. Sedangkan


akta dibawah tangan adalah surat yang sesungguhnya merupakan implikasi atas dak
ditandatangani dan dimuat dengan maksud
ter bnya pelaksanaan perjanjian. Kewajiban-
untuk dijadikan buk dari perbuatan
hukum . 31 kewajiban yang harus ditunaikan oleh pihak
Ketentuan pasal 1870 KUH Perdata me- kreditur dak dilaksanaan, sehingga pada
ec

nyatakan bahwa akta notaris merupakan akta kemudian hari terjadi beberapa kesulitan dalam
oten k yang memiliki kekuatan pembuk an pelaksanaan eksekusi. Di samping itu kurangnya
sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya informasi atas jaminan fidusia kepada dibitur juga
lR

diantara para pihak beserta para ahli wrisnya, mengakibatkan pelaksanaan penyelesaian seng-
atau para penggan haknya. Hal inilah yang keta antara debitur dan kreditur sering terjadi
menyebabkan UU Jaminan fidusia menetapkan dalam pelaksanaan eksekusi obyek jaminan.
Kesulitan-kesulitan ini sebenarnya berkembang
na

perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta


notaris.32 atas adanya pelanggaran hukum yang terjadi
Alasan lain kenapa akta jaminan fidusia harus dalam perjanjian lembaga pembiayaan dengan
dibuat dengan akta oten k (akta notaris) adalah jaminan fidusia.
Jur

29
Ibid, hlm. 136.
30
R. Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), hlm. 76-77.
31
Ibid.
32
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada, 2000), hlm. 136.

210 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Dapat dimenger bahwa dalam suatu langsung melakukan eksekusi terhadap jaminan

HN
perjanjian dak mustahil terjadinya suatu fidusia namun harus menempuh gugatan secara
pelanggaran. Demikian halnya dengan perjanjian perdatadipengadilanberdasarkanketentuanKitab
pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia. Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Apabila sudah ada putusan pengadilan yang
Jaminan Fidusia sebenarnya telah secara tegas dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka

BP
rinci mengatur tentang tata cara pelaksanaan pen- baru dapat dimintakan eksekusi terhadap obyek
da aran jaminan fidusia, namun dalam praktek, jaminan fidusia.
terjadi berbagai bentuk pelanggaran hukum. Bentuk pelanggaran hukum lainnya yang
Pelanggaran-pelanggaran hukum dilakukan baik cukup fatal adalah adanya penda aran fidusia
oleh pihak kreditur (penerima fidusia) maupun yang dilakukan manakala debitur wanprestasi.

ing
oleh pihak debitur (pemberi fidusia). Hal ini juga masih banyak dilakukan oleh
lembaga pembiayaan (finance) dengan alasan
1. Pelanggaran oleh pihak kreditur sebagaimana telah dikemukakan di atas. Pada
Pelanggaran-pelanggaran yang sering dila- ind saat debitur mulai wanprestasi, perusahaan
kukan oleh kreditur umumnya adalah kreditur finance baru menda arkan obyek jaminan fidusia
dak menda arkan obyek jaminan fidusia di dalam rangka untuk memenuhi persyaratan untuk
Kantor Penda aran Fidusia. Banyak kreditur melakukan eksekusi terhadap obyek jaminan
dari lembaga pembiayaan konsumen dak fidusia. Pemicu ndakan lembaga finance ini
V
menda arkan obyek jaminan fidusia di Kantor dikarenakan dalam Undang-Undang tentang
Penda aran Fidusia. Padahal Undang-Undang Jaminan Fidusia dak diatur ketentuan mengenai
hts

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia di dalam daluarsa penda aran jaminan fidusia sehingga
Pasal 11 ayat (1) secara tegas mengatur bahwa Kantor Penda aran Fidusia dak punya alasan
benda yang dibebani dengan jaminan fidusia untuk menolak permohonan penda aran fidusia
wajib dida arkan. Terhadap jaminan fidusia yang yang perjanjian kreditnya sudah ditandatangani
dak dida arkan maka ketentuan-ketentuan dalam waktu yang lama (biasanya 2-3 tahun
ec

dalam Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia sebelum dida arkan). Meskipun aturan mengenai
dak berlaku. Dengan kata lain keberlakuan daluarsa penda aran jaminan fidusia dak ada
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang- namun dalam Pasal 14 sub 3 Undang-Undang
lR

Undang Jaminan Fidusia harus dipenuhi syarat Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
benda jaminan fidusia itu dida arkan. Oleh telah diatur bahwa jaminan fidusia lahir pada
karena itu kreditur yang dak menda arkan obyek tanggal yang sama dengan tanggal penda aran
jaminan fidusia sebagaimana tercatat dalam
na

jaminan fidusia di Kantor Penda aran Fidusia


dak bisa menikma keuntungan-keuntungan Buku Da ar Fidusia. Oleh sebab itu, apabila ada
dari ketentuan-ketentuan dalam undang-undang perjanjian kredit yang dibuat beberapa tahun
jaminan fidusia, seper misalnya hak preferen yang lalu namun penda aran jaminan fidusianya
Jur

atau hak didahulukan. baru dilakukan belakangan maka berlakunya


Konsekwensi lain dengan dak dida arkan- jaminan fidusia itu adalah pada saat dida arkan
nya suatu obyek jaminan fidusia adalah apabila bukan pada saat perjanjian kredit ditandatangani
debitur wanprestasi maka kreditur dak bisa atau pada saat penandatanganan akta notariil.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 211


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Konsekwensinya adalah peris wa-peris wa hutang debitur. Sesungguhnya terhadap eksekusi

HN
hukum yang terjadi sebelum penda aran jaminan yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 29
fidusia dak berlaku ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 berakibat
Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia. eksekusi dak sah sehingga pihak pemberi fidusia
Masih terdapat bentuk pelanggaran lain yang (debitur) dapat menggugat untuk pembatalan.
cukup signifikan, misalnya kreditur melakukan ek-

BP
sekusi terhadap obyek jaminan fidusia dak ses- 2. Pelanggaran oleh pihak debitur
uai ketentuan Pasal 29 Undang-Undang tentang Selain dilakukan oleh pihak kreditur, pe-
Jaminan Fidusia33. Apabila debitur wanprestasi langgaran hukum terhadap ketentuan dalam
dengan dak melunasi hutangnya sesuai yang Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 juga
diperjanjikan, maka dapat dilakukan eksekusi ter-

ing
dapat dilakukan oleh pihak debitur. Pelanggaran-
hadap obyek jaminan fidusia yang telah dida ar- pelanggaran yang sering dilakukan debitur adalah
kan di Kantor Penda aran Fidusia guna peluna- sebagai berikut:
san utang tersebut. a. Melakukan ndakan tanpa seijin penerima
Hal yang sering dilanggar oleh lembaga fidusia (kreditur).
pembiayaan (finance) dalam melakukan eksekusi
ind Perbuatan atau ndakan tanpa seijin
terhadap obyek jaminan umumnya prosedur penerima fidusia oleh debitur umumnya adalah
pelaksanaan eksekusi dak dilaksanan sesuai adalah pemberi fidusia (debitur) menggadaikan,
ketentuan. Seper misalnya eksekusi yang mengalihkan atau menyewakan obyek jaminan
dilakukan dengan penjualan di bawah tangan
V
fidusia tanpa seijin penerima fidusia (kreditur).
hanya boleh dilakukan setelah lewat waktu 1 Tindakan ini biasanya dilakukan oleh debitur
(satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis
hts

yang telah mendapatkan pembiayaan dari


kepada pihak-pihak yang berkepen ngan dan perusahaan finance untuk pembelian kendaraan
diumumkan minimal dalam 2 (dua) surat kabar bermotor, di mana hutangnya belum lunas
yang beredar di daerah yang bersangkutan. Ini tapi kendaraannya telah digadaikan secara di
umumnya dak dilakukan, dan biasanya Finance bawah tangan kepada pihak ke ga. Terhadap
ec

akan menggunakan jasa debt collector yang perbuatan tersebut, Pasal 36 Undang-Undang
langsung mendatangi debitor dan mengambil Nomor 42 Tahun 1999 telah mengatur ancaman
kendaraan obyek jaminan dan kemudian oleh pidana bagi debitur yang mengadaikan atau
lR

finance akan menjualnya kepada pedagang yang mengalihakan obyek jaminan fidusia tanpa seijin
sudah menjadi relasinya. Hasil penjualan dak kreditur yaitu diancam pidana penjara paling
diberitahukan kepada debitur apakah ada sisa lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.
atau masih ada kekurangan dibandingkan dengan 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
na

33
Dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia diatur mengenai cara
melakukan eksekusi yaitu: 1. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
Jur

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. Dalam serti ikat jaminan idusia terdapat irah-irah ”DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. 2. Penjualan benda obyek jaminan
idusia atas kekuasaan penerima idusia sendiri melalui pelelangan umum; 3.Penjualan di bawah tangan yang
dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima idusia untuk memperoleh harga tertinggi
yang menguntungkan kedua belah pihak.

212 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

b. Menurunkan kualitas obyek jaminan E. PENUTUP

HN
fidusia. 1. Kesimpulan
Umumnya perbuatan ini dilakukan oleh
Berdasarkan pembahasan di atas, pem-
debitur dengan mengubah dan atau menggan
biayaan konsumen merupakan salah satu
isi dari benda yang menjadi obyek jaminan
alterna f pembiayaan yang dapat diberikan
sehingga kualitasnya menjadi turun (jelek).

BP
kepada konsumen atas suatu barang dengan
Misalnya menggan onderdil kendaraan
pembayaran angsuran yang dilakukan secara
bermotor dengan onderdil palsu atau onderdil
berkala. Perjanjian pembiayaan umumnya
bekas.
disertai barang jaminan baik jaminan utama,
Perbuatan debitur tersebut dak dapat
jaminan pokok, dan jaminan tambahan untuk
dibenarkan karena pada saat ditandatanganinya

ing
meng an sipasi terjadinya wanprestasi atau
perjanjian kredit dan perjanjian jaminan fidusia,
kemacetan dalam pengembalian kredit. Salah
hak kepemilikan atas obyek jaminan fidusia
satu jaminan tambahan dalam dalam perjanjian
telah ”beralih” dari pemberi fidusia (debitur)
pembiayaan konsumen adalah jaminan fidusia.
kepada penerima fidusia (kreditur), sehingga ind Untuk memberikan legi masi bagi para pihak
pemberi fidusia (debitur) hanya ”dianggap
maka perjanjian dibuat dengan akta okta oten k,
sebagai penyewa” yang mempunyai kewajiban
dan dida arkan pada kantor penda aran
untuk menjaga, memelihara dan memakai
fidusia guna mendapatkan hak preference
obyek jaminan yang dikuasainya dengan baik.
bagi kreditur. Berdasarkan praktek, perjanjian
V
c. Menjaminkan kembali obyek fidusia pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia
Seringkali terjadi debitur menjaminkan belum sepenuhnya dipahami oleh debitur. Hal
hts

kembali obyek jaminan fidusia kepada pihak ini terungkap setelah terjadi persengketaan
lain. Sesungguhnya dalam prinsip jaminan antara kreditur dan debitur dan terjadinya
fidusia terdapat larangan untuk melakukan eksekusi terhadap jaminan fidusia.
fidusia ulang sebagaimana diatur dalam Pasal Eksekusi atas obyek jaminan dalam dalam
17 Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia.
ec

perjanjian pembiayaan konsumen masih ba-


Hal ini ditujukan untuk melindungi kepen ngan nyak mengalami masalah. Permasalahan ini
pihak kreditur yang telah memberikan umumnya terjadi karena dak dilaksanakannnya
pinjaman kepada debitur. Ketentuan tersebut kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan
lR

sangat logis karena atas obyek jaminan fidusia oleh pihak kreditur, seper dak dilaksanaannya
dimaksud hak kepemilikannya telah ”beralih” penda aran jaminan fidusia pada kantor
dari pemberi fidusia (debitur) kepada penerima penda aran fidusia sebagaimana diatur dalam
na

fidusia (kreditur) sehingga dak mungkin lagi undang-undang jaminan fidusia dan peraturan
dijaminkan kepada pihak lain. Apabila atas pelaksanaannya. Disamping itu informasi dan
benda yang sama menjadi obyek jaminan fidusia pemahaman yang kurang dari debitur atas
lebih dari satu perjanjian jaminan fidusia maka jaminan fidusia juga mengakibatkan penye-
Jur

hak yang didahulukan diberikan kepada pihak lesaian sengketa antara debitur dan kreditur
yang lebih dahulu menda arkannya di Kantor dak elegan.
Penda aran Fidusia.

Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan …. (Purwanto) 213


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

2. Saran DAFTAR PUSTAKA

HN
Talangan pembiayaan oleh lembaga pem- Buku
biayaan konsumen kepada debitur yang lebih Fuady, Munir, Jaminan Fidusia, Cet. II, (Bandung:
banyak menimbulkan sifat-sifat komsum f Citra Aditya Bak , 2003).
masyarakat karena mereka belum memahami Fuady, Munir, Jaminan Fidusia, (Bandung: PT. Citra
Aditya, 2000).
jaminan fidusia atas perjanjian pembiayaan

BP
Hamzah, A., dan Senjun Manullang, Lembaga Fidusia
konsumen sehingga seringkali apabila terjadi Dan Penerapannya Di Indonesia, (Jakarta: Indhill
wanprestasi mereka belum rela untuk dilakukan Co., 1987).
HS, H. Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar
eksekusi atas obyek jaminan. Oleh karena itu KUP Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
perlu dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat 2008).

ing
mengenai kerugian dan dampak nega f dari Kamelo, Tan, Hukum Jaminan Fidusia Suatu
Kebutuhan Yang Didambakan, Edisi Pertama,
penerimaan talangan dari lembaga pembiayaan
Cetakan Kedua, (Bandung: Alumni, 2006)
konsumen. Satrio, J., Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan
Penyelesaian sengketa perjanjian lembaga Fidusia, (Bandung: Citra Aditya Bak , 2002).
pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Peneli an
dak elegan bahkan cenderung menimbulkan
ind Hukum Norma : Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: CV. Rajawali, 1990)
sengketa yang kadang menjurus kearah kriminal. Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta:
Oleh karena itu proses eksekusi atas obyek Sinar Grafika, 2008).
Supomo, R., Hukum Acara Perdata Pengadilan
jaminan dari perjanjian pembiayaan konsumen
Negeri, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980)
V
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada
yang telah ditentukan. Bank, (Bandung: Alfabeta, 2004)
hts

Tiong, Oey Hoey, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-


Unsur Perikatan, Cet. II, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985).
Widjaja, Gunawan & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia
(Seri Hukum Bisnis), Cet. II, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001).
ec

Widjaja, Gunawan, & Ahmad Yani, Jaminan


Fidusia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000).
lR
na
Jur

214 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 199-214


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

PEMBAHARUAN REGULASI JASA KONSTRUKSI DALAM UPAYA

HN
MEWUJUDKAN STRUKTUR USAHA YANG KOKOH, ANDAL, BERDAYA SAING
TINGGI DAN PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG BERKUALITAS
(Construc on Services Regula on Reform in Efforts to Realize a Solid, Reliably, Highly Compe ve
and Quality of Construc on Work)

BP
Ade Irawan Taufik
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Jl. Mayjen Soetoyo, Cililitan, Jakarta Timur
e-mail: ade.taufik@bphn.go.id / ade_irawancute@yahoo.com

ing
Naskah diterima: 11 Mei 2012; revisi: 02 Juli 2012; disetujui: 19 Juli 2012

Abstrak
Jasa konstruksi mempunyai peranan pen ng dan strategis dalam menghasilkan prasarana dan sarana yang berfungsi
ind
mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang. Dalam mendukung tujuan pembangunan tersebut,
pengembangan jasa konstruksi diarahkan untuk memiliki daya saing dan struktur usaha kokoh yang tercermin dengan
terwujudnya kemitraan yang sinergis antar penyedia jasa, baik yang berskala besar, menengah, dan kecil, maupun yang
berkualifikasi umum, spesialis, dan terampil. Permasalahan yang diteli adalah bagaimana kondisi pengaturan jasa
konstruksi saat ini dan bagaimana arah pembaharuan regulasi konstruksi di masa depan dalam mewujudkan struktur
usaha yang kokoh, andal, berdaya saing nggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkulitas. Dengan menggunakan
V
metode peneli an norma f empirik dihasilkan dapat diketahui bahwa kondisi jasa usaha konstruksi pada saat ini belum
mewujudkan struktur usaha jasa konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing nggi. Regulasi jasa konstruksi saat ini belum
memadai sehingga perlu segera dilakukan pembaharuan regulasi mengenai hal ini.
hts

Kata kunci: regulasi, jasa konstruksi, kemitraan, daya saing

Abstract
Construc on services have an important and strategic role in producing a func oning infrastructure and facili es to support
ec

growth and development of various fields. In support of these development objec ves, development of construc on
services geared to be compe ve and have a solid business structure that is reflected by the establishment of a synergis c
partnership between service providers, both large-scale, medium, and small, as well as a public, specialists, and skilled
service providers. The problems studied are the condi on of the current regula on of construc on services; and how to
reform the regula on of construc on in the future in crea ng a solid business structure, reliable and highly compe ve
lR

and qualified construc on work outcome. By using norma ve empirical research method, can be seen that the condi on of
the construc on business services nowadays have not crea ng a solid, reliable and highly compe ve business structure.
Regula on of construc on services is currently inadequate to treat the condi on so it need an immediate regulatory
reform.
Keywords: regula on, construc ons services, partnership, compe on
na
Jur

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 215


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan nggal dan perdagangan, bandar udara dan

HN
pelabuhan menjadi pembentuk lingkungan
Konstruksi merupakan sektor perekonomian
terbangun (built environment).4
yang sangat pen ng untuk menghasilkan
Dalam pembangunan nasional, jasa kon-
suatu produk bangunan, baik dalam fungsinya
struksi mempunyai peranan pen ng dan strategis
sebagai infrastruktur1 maupun proper , serta
mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk
penyumbang Produk Domes k Bruto (PDB)

BP
akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya,
yang signifikan. Keluaran (output) dari sektor
baik yang berupa prasarana maupun sarana
ini sangat pen ng bagi pembangunan sosial
yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan
ekonomi bangsa dan merupakan masukan
perkembangan berbagai bidang, terutama
(input) bagi sektor-sektor perekonomian lain-
bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Jasa

ing
nya. Sektor konstruksi juga berperan pen ng
konstruksi nasional diharapkan semakin
dalam pembentukan Gross Fixed Capital
mampu mengembangkan perannya dalam
Forma on (GFCF)2. Sebagai aset fisik, infra-
pembangunan nasional melalui peningkatan
struktur berfungsi memberi layanan bagi
keandalan yang didukung oleh struktur usaha
berbagai ak vitas sosial ekonomi masyarakat
dan menjadi social overhead capital3 bagi
ind yang kokoh dan mampu mewujudkan hasil pe-
kerjaan konstruksi yang berkualitas.5 Perha an
pembangunan suatu bangsa. Selanjutnya,
terhadap pengembangan jasa konstruksi sebagai
produk sektor konstruksi seper jaringan jalan,
salah satu sektor dalam mewujudkan tujuan
jembatan, bendungan dan jaringan irigasi,
pembangunan, sebagaimana tertuang dalam
V
perumahan dan permukiman, gedung tempat
hts

1
Infrastruktur merupakan prasarana atau segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya
suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya), Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), hlm. 331 dan 699. Di dalam Black’s Law Dictionary, infrastruktur atau infrastructure diartikan
ec

sebagai ”the underlying framework of a system; esp., public services and facilities (such as highways, schools, bridges,
sewers, and water systems) needed to support commerce as well as economic and residential development)”, Bryan
A. Garner (Ed.), Black’s Law Dictionary 9th Edition, (St. Paul Minnesota, USA: Thomas Reuters, 2010), hlm. 668.
Infrastruktur dalam konteks pembangunan isik diartikan sebagai sebagai komponen-komponen tributari (yang
sengaja dibangun, manmade) untuk mendukung/mempermudah masyarakat terhadap akses mobilitas manusia,
lR

barang dan jasa, pemanfaatan dan pengendalian sumber daya air, akses dan mobilitas sumber daya energi, akses
komunikasi, serta akses atas sarana dan prasarana permukiman/tempat tinggal (sumber: Badan Pembinaan
Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, Glossary Sumber Daya Investasi, http://pusbinsdi.net/glossary.
php?lagi=0, diakses tanggal 10 Juni 2012).
2
Gross Fixed Capital Formation (GFCF) meliputi pekerjaan tanah (pagar, selokan, saluran air, dan sebagainya);
na

pabrik, mesin, dan pembelian peralatan, dan pembangunan jalan, kereta api, dan sejenisnya, termasuk sekolah,
kantor, rumah sakit, tempat tinggal perumahan swasta, dan bangunan komersial dan industri (sumber: http://
data.worldbank.org/indicator/NE.GDI.FTOT.CD, diakses tanggal 01 Juli 2012).
3
Social Overhead Capital merupakan barang-barang modal yang menjadi dasar atau sarana penting bagi keperluan
masyarakat yang secara tidak langsung bermanfaat dalam usaha meningkatkan produksi, seperti perumahan,
Jur

sekolah, rumah sakit dan lain-lain.


4
Tim Penyusun Buku Konstruksi Indonesia 2011, Konstruksi Indonesia 2011, Penyelenggaraan Infrastruktur
Berkelanjutan, Inovasi Investasi dan Dukungan Sektor Konstruksi Indonesia, (Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum, 2011), hlm. 6.
5
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833).

216 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Rencana Pembangunan Jangka Menengah kemitraan, keamanan dan keselamatan demi

HN
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, yaitu kepen ngan masyarakat, bangsa, dan negara,
melalui percepatan pembangunan infrastruktur bertujuan untuk memberikan arah pertumbuh-
yang memadai untuk peningkatan daya saing an dan perkembangan jasa konstruksi untuk
perekonomian dan pertumbuhan ekonomi mewujudkan struktur usaha yang kokoh,
nasional yang berkualitas.6 andal, berdaya saing nggi, dan hasil pekerjaan

BP
Dalam mendukung tujuan pembangunan konstruksi yang berkualitas; mewujudkan ter b
tersebut, pengembangan jasa konstruksi penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
diarahkan untuk memiliki daya saing dan menjamin kesetaraan kedudukan antara peng-
kemampuan menyelenggarakan pekerjaan guna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan
konstruksi secara lebih efisien dan efek f, se- kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada

ing
dangkan struktur usaha yang kokoh tercermin ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dengan terwujudnya kemitraan yang sinergis berlaku; dan mewujudkan peningkatan peran
antar penyedia jasa, baik yang berskala besar, masyarakat di bidang jasa konstruksi.7
menengah, dan kecil, maupun yang berkualifikasi ind Namun kondisi dunia jasa konstruksi saat
umum, spesialis, dan terampil, serta perlu ini masih jauh dari yang dicita-citakan tersebut.
diwujudkan pula keter ban penyelenggaraan Permasalahan yang melanda, yaitu mudahnya
jasa konstruksi untuk menjamin kesetaraan membuat perusahaan jasa konstruksi, hal
kedudukan antara pengguna jasa dengan ini menyebabkan jumlah perusahaan jasa
V
penyedia jasa dalam hak dan kewajiban. konstruksi yang besar8 dengan latar belakang
Upaya pemerintah dalam mengembangkan keberadaan dan kemampuannya yang sangat
hts

jasa usaha konstruksi yang berkualitas, tepat beragam dengan jumlah sekitar kurang lebih
waktu dan efisien secara norma f diformulasikan 90% (sembilan puluh persen) adalah golongan
melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 kecil9 yang masih membutuhkan waktu untuk
tentang Jasa Konstruksi (UUJK) dan berbagai dibina. Permasalahan lainnya adalah kemitraan
peraturan perundang-undangan pelaksana yang sinergis antar penyedia jasa dalam
ec

dari UUJK tersebut. Pengaturan jasa konstruksi berbagai klasifikasi dan/atau kualifikasi dalam
dalam UUJK yang berlandaskan pada asas iklim usaha yang bersih dan sehat, ter b hukum,
kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, bere ka bisnis dan profesi belum terbangun, ke-
lR

keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, mampuan manajemen; penguasaan teknologi


na

6
Lihat Lampiran Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010 – 2014.
7
Lihat Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833).
8
Jumlah total badan usaha jasa konstruksi yang terregistrasi pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tahun
Jur

2012 adalah sebanyak 204.548 perusahaan. Sumber: http://www.lpjk.net/gra ik-jasa-kontruksi.php, diakses


tanggal 05 Juni 2012.
9
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), Tri Widjajanto mengatakan saat ini jumlah
kontraktor saat ini 182.800 dengan proporsi 13% kontraktor nonkecil yang diduga menguasai 80% pasar,
sedangkan 87% kontraktor kecil diduga hanya mampu merebut 20% pasar (sumber: http://www.bisnis.com/
articles/jasa-konstruksi-kontraktor-kecil-butuh-perlindungan, diakses tanggal 14 Juli 2012).

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 217


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

dan permodalan rela f lemah; lemahnya sumber 2011.12 Oleh karena itu, terkait dengan lama

HN
daya manusia di bidang jasa konstruksi dengan dan alotnya pembahasan RUU tersebut, penulis
keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil merasa pen ng untuk membahasnya dengan
yang tersebar merata di seluruh daerah; masih mencoba melakukan problem iden fica on
sangat menggantungkan diri pada proyek-proyek (menangkap realita/Das Sein yang terjadi) dan
pemerintah; belum efek fnya asosiasi berperan problem solving terutama dalam lingkup salah

BP
dalam pembinaan pengembangan badan usaha satu tujuan dibuat UUJK yaitu pengaturan
anggotanya, kekurangsetaraan hubungan pelaku jasa konstruksi dalam mewujudkan
kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa, struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya
belum mantapnya dukungan di berbagai sektor saing nggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang
secara langsung maupun dak langsung yang berkualitas.

ing
mempengaruhi kinerja dan keandalan jasa
konstruksi nasional, antara lain akses kepada B. Permasalahan
permodalan, pengembangan profesi keahlian 1. Bagaimana kondisi pengaturan jasa
dan keterampilan, ketersediaan bahan bangunan konstruksi saat ini dalam mewujudkan
yang standar; belum tertatanya pembinaan jasa
ind struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya
kontruksi secara nasional, masih bersifat parsial saing nggi dan hasil pekerjaan konstruksi
dan sektoral, belum sepenuhnya tertata iklim yang berkualitas?
usaha yang kondusif dalam: 1) kepranataan 2. Bagaimana arah pembaharuan regulasi
usaha, 2) pengembangan usaha 3) par sipasi
V
konstruksi di masa depan dalam me-
masyarakat 4) pengaturan, pemberdayaan dan wujudkan struktur usaha yang kokoh, andal,
pengawasan.10
hts

berdaya saing nggi dan hasil pekerjaan


Terkait dengan kompleksnya permasalahan konstruksi yang berkulitas?
dunia konstruksi di Indonesia, maka pada
perkembangannya saat ini DPR bersama C. Metode PeneliƟan
Pemerintah sedang membahas Rancangan
ec

Undang-Undang (RUU) Perubahan Atas Undang- Peneli an ini bersifat norma f empirik,
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa yaitu peneli an hukum yang mengkaji hukum
Konstruksi. RUU ini merupakan RUU Prioritas tertulis dari berbagai aspek teori, sejarah,
filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi,
lR

dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas)


Tahun 2012.11 RUU ini sendiri merupakan RUU lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan
luncuran dari Prolegnas RUU Prioritas tahun umum dan pasal demi pasal, formalitas dan
na

10
Agus G. Kartasasmita, Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Menurut Pelaku Usaha (makalah) disampaikan
pada Seminar Nasional dengan tema ”Upaya Perbaikan Sistim Penyelenggaraan Barang / Jasa Pemerintah”,
Jur

diselenggarakan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di
Hotel Nikko Jakarta, 23 Agustus 2006.
11
Lihat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Nomor 08/DPR RI/II/2011-2012 tentang Program
Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2012.
12
Lihat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Nomor 02B/DPR RI/II/2010-2011 tentang Program
Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun Anggaran 2011.

218 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kekuatan mengikat suatu undang-undang, serta D. Pembahasan

HN
bahasa hukum yang digunakan.13 Peneli an 1. Kondisi pengaturan jasa konstruksi
norma f ini disebut juga sebagai peneli an saat ini terhadap struktur usaha yang
hukum kepustakaan14 atau dapat juga disebut kokoh, andal, berdaya saing Ɵnggi
peneli an hukum doktrinal, yang bertujuan dan hasil pekerjaan konstruksi yang
untuk menemukan jawaban yang benar dengan berkulitas

BP
mendasarkan pada preskripsi-preskripsi hukum Pertumbuhan sektor usaha jasa konstruksi
yang tertulis dan juga ajaran atau doktrin,15 yang ditandai dengan semakin meningkatnya
dan lebih cenderung bersifat kualita f ( dak jumlah badan usaha jasa konstruksi (BUJK) dan
berbentuk angka) berdasarkan data sekunder.16 pasar konstruksi yang meningkat dari tahun
Pendekatan analisa dalam peneli an

ing
ke tahun. Namun peningkatan tersebut belum
ini adalah deskrip f kualita f, yaitu tata berbanding lurus dalam mewujudkan struktur
cara peneli an yang menghasilkan data usaha jasa konstruksi yang kokoh, andal,
deskrip f terhadap permasalahan serta usaha berdaya saing nggi dan menghasilkan produk
pemecahannya.17 Analisa kualita f dalam ind konstruksi yang berkualitas.
peneli an ini juga merupakan suatu usaha Hal ini disebabkan oleh karena persyaratan
untuk menguraikan data secara bermutu usaha serta persyaratan keahlian dan ke-
dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, terampilan belum diarahkan untuk me-
logis, dak tumpang ndih dan efek f sehingga wujudkan keandalan usaha yang profesional.
V
memudahkan interpretasi data dan pemahaman Dengan ngkat kualifikasi dan kinerja tersebut,
hasil analisis.18 pada umumnya pangsa pasar pekerjaan
hts

Data yang digunakan dalam peneli an ini konstruksi yang berteknologi nggi belum
berupa data sekunder, yaitu berbagai informasi sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa
yang tertulis. Data sekunder yang digunakan konstruksi nasional. Kesadaran hukum dalam
berupa bahan hukum primer (primary sources penyelenggaraan pekerjaan konstruksi perlu
or authori es), yaitu peraturan perundang- di ngkatkan, termasuk kepatuhan para pihak,
ec

undangan, dan bahan hukum sekunder yakni pengguna jasa dan penyedia jasa, dalam
(secondary sources or authori es), yaitu berupa pemenuhan kewajibannya serta pemenuhan
buku-buku literatur, makalah-makalah dan terhadap ketentuan yang terkait dengan aspek
lR

berita dari internet.19 keamanan, keselamatan, kesehatan, dan


na

13
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 132
14
Rachmat Trijono (Ed.), Pola Penelitian dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan Sistem Hukum Nasional,
(Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2011), hlm. 8
15
Soetandyo Wignjosoebroto, Ragam-ragam Penelitian Hukum. Dalam Irianto, Sulistyowati dan Shidarta (Ed.).
Jur

Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Reϔleksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Jakarta, 2011), hlm. 121.
16
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 2.
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 51.
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004).
19
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung: Alumni, 2006), hlm.
134.

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 219


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

lingkungan, agar dapat mewujudkan bangunan Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,

HN
yang berkualitas dan mampu berfungsi ruang lingkup pembahasan dalm tulisan ini
sebagaimana yang direncanakan. akan mengungkapkan kondisi struktur usaha
Kondisi jasa konstruksi nasional dewasa ini jasa konstruksi. Kondisi masuknya BUJK asing
sebagaimana tercermin dalam uraian tersebut juga akan diungkapkan karena berkorelasi
di atas disebabkan oleh dua faktor:20 antara kesiapan struktur usaha jasa konstruksi

BP
nasional terhadap daya saing dengan BUJK asing.
a. faktor internal, yakni: Kondisi pembinaan jasa konstruksi juga akan
1) pada umumnya jasa konstruksi nasional dibahas, karena keseriusan dan kejelasan dan
masih mempunyai kelemahan dalam kepas an program pembinaan jasa konstruksi
akan membawa pada kesiapan struktur usaha

ing
manajemen, penguasaan teknologi, dan
permodalan, serta keterbatasan tenaga ahli industri konstruksi dalam menghadapi daya
dan tenaga terampil; saing dengan sesama BUJK nasional maupun
2) struktur usaha jasa konstruksi nasional asing.
belum tertata secara utuh dan kokoh
yang tercermin dalam kenyataan belum
ind a) Kondisi struktur usaha jasa konstruksi
terwujudnya kemitraan yang sinergis antar Jasa konstruksi nasional diharapkan semakin
penyedia jasa dalam berbagai klasifikasi mampu mengembangkan perannya dalam
dan/atau kualifikasi; pembangunan nasional melalui peningkatan
V
keandalan yang didukung oleh struktur usaha
b. faktor eksternal, yakni: yang kokoh dan mampu mewujudkan hasil
hts

1) kekurangsetaraan hubungan kerja antara pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Struktur


pengguna jasa dan penyedia jasa; usaha yang kokoh tercermin dengan terwujudnya
2) belum mantapnya dukungan berbagai sektor kemitraan yang sinergis antar penyedia jasa,
secara langsung maupun dak langsung baik yang berskala besar, menengah, dan kecil,
yang mempengaruhi kinerja dan keandalan maupun yang berkualifikasi umum, spesialis, dan
ec

jasa konstruksi nasional, antara lain akses terampil.


kepada permodalan, pengembangan Rela f mudahnya mendirikan BUJK
profesi keahlian dan profesi keterampilan, menyebabkan meningkatnya jumlah BUJK yang
lR

ketersediaan bahan dan komponen sangat signifikan saat ini. Regulasi merupakan
bangunan yang standar; salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi
3) belum tertatanya pembinaan jasa konstruksi meskipun dak dipungkiri adanya faktor-faktor
lain.21 Industri konstruksi nasional melibatkan
na

secara nasional, masih bersifat parsial dan


sektoral. 182.800 BUJK dengan kualifikasi besar (1%),
Jur

20
Lihat Penjelasan Umum UUJK.
21
Faktor-faktor lain tersebut terkait dengan sejarah perkembangan dunia jasa usaha konstruksi
Indonesia, dimana pada awal dekade tujuh puluhan, dunia konstruksi Indonesia mulai mendapatkan
angin, ketika Soeharto mencanangkan pembangunan yang bertumpu kepada terciptanya
prasarana (infrastruktur) pembangunan ekonomi. Hingga pada dekade delapan puluh sampai
dengan sembilan puluhan, pembangunan konstruksi mencapai klimaksnya atau ”booming”.

220 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kualifikasi menengah (12%) dan kualifikasi kecil sehingga banyak transaksi dan banyak kontrak.

HN
(87%). Komposisi ini didominasi BUJK umum Dengan demikian, biaya transaksi nggi sering
(general contractors) dan sedikit BUJK khusus terjadi. Seharusnya terdiferensiasi menjadi
(specialist contractors). Secara hipote k, 85% nilai generalis dan spesialis bila diarahkan dapat
pasar konstruksi dikuasai oleh non-kecil dengan terbangun dengan struktur yang seimbang.
jumlah 13% dari total 182.800 BUJK, sedangkan Apabila dilihat dari komposisi BUJK besar,

BP
15% nilai pasar konstruksi diperebutkan oleh menengah dan kecil tersebut di atas terhadap
BUJK kecil dengan jumlah 87% dari total 182.800 nilai pasar konstruksi yang dikuasai BUJK besar,
BUJK.22 Sebagai perbandingan, proporsi jumlah menengah dan kecil, maka kondisi struktur usaha
BUJK besar dan kecil ini dari tahun ke tahun jasa konstruksi saat ini Indonesia mengalami
menunjukan prosentase yang sama, hal ini dapat ke mpangan struktur pasar dan industri

ing
terlihat dari data tahun 2002 yang menunjukan konstruksi. Keadaan ini menyebabkan persaingan
bahwa jumlah BUJK besar jasa konstruksi hanya usaha di pasar konstruksi skala kecil menjadi dak
sekitar 1.1% saja dari total perusahaan jasa sehat dan terdistorsi.
konstruksi Indonesia. Sementara 7% tergolong ke ind Struktur industri konstruksi nasional di-
dalam kelompok kontraktor menengah dan 91% dominasi oleh BUJK berbagai skala bersifat umum.
tergolong ke dalam kelompok kontraktor kecil.23 Spesialisasi BUJK masih belum berkembang dan
Fakta yang menunjukan bahwa struktur spesialisasi dipandang akan mempersempit
usaha yang kokoh, andal, dan berdaya saing peluang usaha. Keterbatasan kesempatan usaha
V
belum terbentuk adalah dengan indikator jumlah bagi BUJK skala kecil. BUJK skala besar seper
kontraktor lebih dari 150.000 dan hampir 70%- BUMN masih ditengarahi memiliki dominasi dan
hts

80% berada di Jawa. Kemitraan antara badan bahkan melakukan prak k mengambil pasar
usaha besar, sedang, dan kecil belum terwujud konstruksi skala kecil menengah serta ekploitasi
secara sinergis, saling menguntungkan dan subkontraktor.
resiprokal. Disamping itu, jumlah kontraktor kecil Kontraktor besar dinilai belum ikut serta mem-
lebih banyak bersifat umum dan dak spesialis; berdayakan atau memberi kesempatan kepada
ec

jumlah kontraktor spesialis hampir dak ada. kontraktor skala kecil lokal dimana pekerjaan
Struktur industri konstruksi terfragmentasi konstruksi berada. Kapasitas, kompetensi dan
lR

Banyaknya proyek konstruksi, sebagaimana hukum ekonomi tentang supply dan demand, yaitu terjadinya
”Booming” lahirnya puluhan ribu, bahkan tercatat jumlah kontraktor di Indonesia hingga tahun 90-an pun telah
mencapai 100 ribu. Karena jumlah perusahaan (pengusaha) kontraktor mengimbangi ”demand” atau pasar
na

konstruksi dalam negeri terutama proyek-proyek konstruksi yang dibiayai oleh APBN dan investor Luar Negeri.
Market share tercapai. Maka hingga dekade sembilan puluh lima-an adalah merupakan masa-masa emas bagi
pengusaha kontraktor dan jasa konstruksi lainnya (Bambang Pranoto, Nasionalisme Konstruksi Indonesia (makalah),
disampaikan pada Civil Engineering Conference – Unika Soegijapranata di Semarang pada tanggal 17-18 Juni 2005).
22
Akhmad Suraji & Krishna S Pribadi (Ed.), Membangun Struktur Industri Konstruksi Nasional Yang Kokoh, Andal
Jur

Dan Berdayasaing Serta Memberikan Kesempatan Kepada Para Pelaku Usaha Tumbuh dan Berkembang Secara Adil
Melalui Restrukturisasi Sistem, Diseminasi Hasil Rumusan Seminar Konstruksi Nasional Indonesia I Tahun 2012,
diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Konstruksi (BP-Konstruksi) Kementerian PU, Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), dan GAPENSI).
23
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Position Paper KPPU Terhadap Perkembangan Sektor Jasa Konstruksi,
(Jakarta: KPPU, tanpa tahun), hlm. 8

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 221


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

daya saing kontraktor skala kecil terbatas. Per- pekerjaan dilakukan dilapangan, (vi) biaya murah

HN
masalahan ini dipicu oleh keterbatasan kompe- dan nilai tambah rendah; (vii) cara berhubungan
tensi SDM, akses permodalan dan kemampuan yang cenderung memicu konflik/bersifat
peralatan/ teknologi.24 adversarial; (viii) terfragmentasi, terpecah pecah
Kondisi usaha industri konstruksi yang dan berasal dari banyak latar belakang berbeda
didominasi pelaku usaha besar dikarenakan dan (ix) entry barrier rendah dan persaingan

BP
adanya kebutuhan pendanaan yang rela f besar berdasarkan harga murah. Secara umum kondisi
dan juga pool of resources yang memungkinkan tersebut menjadikan industri konstruksi kurang
tercapainya skala ekonomis. Kontraktor lokal efisien, kurang produk f, kurang innova f.27
dan asing memiliki segmen pasarnya masing-
masing terutama berkaitan dengan infrastruktur b) Kondisi Terhadap Kehadiran BUJK Asing

ing
di sektor migas. Hambatan untuk masuk ke pasar Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang sedang
cukup besar bagi pelaku usaha baru sehingga membangun seper sekarang ini, ternyata dak
pertambahan pelaku usaha di sektor jasa semua kue pembangunan nasional dinikma oleh
konstruksi cenderung sangat minim.25 BUJK nasional. Pasar konstruksi Indonesia yang
Hasil kajian KPPU memperlihatkan bahwa
ind besarnya sekitar Rp 208 triliun pada tahun 2011,
dalam industri jasa konstruksi, pelaku usaha ternyata yang menikma adalah BUJK asing. Porsi
berpotensi untuk melakukan pelanggaran yang dinikma oleh BUJK asing itu, yaitu 70%. Hal
terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun ini berar dana konstruksi Indonesia yang terbang
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
V
ke luar negeri, sekitar Rp 145,6 triliun.28
Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam beberapa Jumlah kontraktor dan konsultan asing yang
bentuk kolusi tender; kartel; pemboikotan;
hts

masuk ke Indonesia mengalami peningkatan


menciptakan entry barrier melalui proses yang cukup pesat (22%) sejak dicanangkannya
ser fikasi; menjadikan keanggotaan asosiasi program Masterplan Percepatan Perluasan dan
sebagai entry barrier.26 Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Kondisi struktur usaha industri konstruksi Saat ini jumlahnya telah mencapai 262 BUJK
ec

yang tergambarkan di atas menyebabkan usaha yang sebagian besar berasal dari Jepang (77
industri konstruksi terbawa pada penilaian bahwa BUJK), Korea Selatan (69 BUJK), China (42
usaha industri kontruksi adalah (i) mengesankan BUJK), dan Eropa (33 BUJK). Ketua Umum
lR

menjaditempatpermainankotor,(ii)dimanfaatkan Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional


untuk meminta jatah, (iii) persaingan sangat keras Indonesia (Gapensi) Soeharsojo mengatakan
dapat cenderung berbahaya, (iv) lebih berdasar membanjirnya kontraktor asing seharusnya dapat
keterampilan dari pada pengetahuan, (iv) banyak
na

24
Akhmad Suraji & Krishna S Pribadi (Ed.), Op.Cit.
25
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Persaingan Usaha dan Jasa Konstruksi (Makalah). Sumber: www.kppu.go.id,
Jur

diakses tanggal 20 Juni 2012.


26
Ibid.
27
Ibid.
28
Agoes S. Soerono, Pasar Konstruksi Indonesia 70% Digerogoti Asing, Harian Ekonomi Neraca, 20 Juni 2012,
sumber: http://www.neraca.co.id/2012/06/20/pasar-konstruksi-indonesia-70-digerogoti-asing/, diakses
tanggal 1 Juli 2012.

222 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

menjadi kesempatan bagi kontraktor lokal untuk bentuk forum dan lembaga. Forum merupakan

HN
mendapatkan ilmu dan pengalaman baru.29 fasilitas dan/atau sarana untuk mendorong
Ketergantungan pada teknologi, material dan terciptanya pemanfaatan dan pengawasan
peralatan konstruksi dari luar negeri menyebabkan secara op mal terhadap penyelenggaraan
pasar konstruksi nasional masih banyak dikuasai jasa konstruksi nasional bagi masyarakat pada
penyedia BUJK asing, terutama di sektor migas. umumnya dan atau masyarakat jasa konstruksi

BP
Di sektor migas justru banyak ”Barrier”, sehingga pada khususnya. Lembaga merupakan wadah
BUJK nasional sulit memenuhi persyaratan pembinaan pelaksanaan pengembangan jasa
kualifikasi, akibatnya dak berkesempatan konstruksi.
mengiku pelelangan. Peran asosiasi dan lembaga (dalam hal
Kondisi usaha industri konstruksi yang ini Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi

ing
juga dikuasai oleh BUJK asing membawa Nasional / LPJKN) memiliki posisi yang sangat
pada kehancuran BUJK nasional. Seharusnya pen ng dalam proses pembinaan usaha industri
kehadiran BUJK asing membawa pembaharuan jasa konstruksi. Namun kondisinya saat ini terjadi
dalam usaha industri konstruksi kita dalam ind kegundahan tentang perkembangan asosiasi
hal transfer of konwledge, karena dari faktor yang kontra produk f terhadap semangat UUJK,
pengetahuan dan teknologi yang digunakan oleh sehingga perlu adanya penataan Asosiasi dan LPJK
BUJK asing mungkin lebih nggi dan berkualitas agar kembali ke khitahnya sebagai lembaga yang
dari pada BUJK asing. Selain hal tersebut apabila dapat mengembangkan industri jasa konstruksi
V
dibandingkan dengan jumlah pelaku usaha nasional.
nasional secara keseluruhan mungkin sangat Regulasi yang mengatur mengenai ser fikasi
hts

sedikit, tetapi skala kemampuan finansial mereka kontraktor dan klasifikasi bidang usaha jasa
yang sangat nggi menyebabkan mereka cukup konstruksi, hingga saat ini aturan bakunya belum
berperan dalam melakukan penetrasi pasarnya. tegas. Kontraktor disinyalir dapat seenaknya
mengantongi ser fikat. Begitu juga untuk
c) Kondisi Pembinaan Terhadap Usaha mendirikan badan usaha, dapat dengan mudah
ec

Jasa Konstruksi memperoleh izin asalkan ada asosiasi anggota


Pelaksanaan pembinaan jasa konstruksi lembaga pengembangan jasa konstruksi (LPJK)
dak semata-mata merupakan domain dari yang menyetujuinya. Akibatnya, bermunculan
lR

Pemerintah. Di dalam Pasal 35 UUJK disebutkan asosiasi konstruksi dadakan yang didirikan hanya
bahwa Pemerintah bersama-sama dengan untuk kepen ngan membidik proyek tertentu.30
masyarakat jasa konstruksi melaksanakan Data menunjukan saat ini terdapat 38
pembinaan jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan ( ga puluh delapan) asosiasi badan usaha jasa
na

pembinaan yang dilakukan bersama dengan konstruksi dan 43 (empat puluh ga) asosiasi
masyarakat jasa konstruksi, pembinaan dilakukan profesi jasa konstruksi. Asosiasi badan usaha
oleh Pemerintah melalui suatu kegiatan dalam jasa konstruksi adalah satu atau lebih wadah
Jur

29
Sumber: http://www.bisnis.com/articles/jumlah-kontraktor-asing-meningkat-pesat, diakses pada tanggal 15
Juni 2012.
30
A. Dadan Muhanda, Jasa Konstruksi Masuki Babak Baru, sumber: http://www.lkpp.go.id/v2/berita-detail.
php?id=1668785862, diakses pada tanggal 15 Juli 2012.

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 223


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

organisasi dan atau himpunan para pengusaha pengadaan barang dan jasa pemerintah. Padahal

HN
yang bergerak di bidang jasa konstruksi untuk spirit dari UUJK adalah untuk memberikan arah
memperjuangkan kepen ngan dan aspirasi pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi
para anggotanya. Sedangkan Asosiasi profesi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh,
jasa konstruksi, adalah satu atau lebih wadah andal, berdaya saing nggi, dan hasil pekerjaan
organisasi atau himpunan perorangan, atas dasar konstruksi yang berkualitas, dimana asosiasi

BP
kesamaan disiplin keilmuan dibidang konstruksi sebagai ujung tombak dalam pembinaan
atau kesamaan profesi dibidang jasa konstruksi, profesionalisme penyedia jasa konstruksi.32
dalam usaha mengembangkan keahlian dan Kehadiran Lembaga Pengembangan Jasa
memperjuangkan aspirasi anggota.31 Konstruksi (LPJK), dengan dua kewenangan
Asosiasi baru yang muncul bukan saja asosiasi- utamanya yakni melakukan ser fikasi profesi dan

ing
asosiasi yang lebih spesialis bidangnya, tetapi ser fikasi badan usaha jasa konstruksi. Dalam
juga asosiasi-asosiasi sejenis yang sudah ada dan praktek di lapangan seringkali kewenangan ini
bersifat umum. Padahal sebelum diberlakukannya dijadikan sandaran bagi munculnya perilaku yang
UUJK, kita hanya mengenal Gapensi dan AKI bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5
sebagai asosiasi perusahaan kontraktor dan
ind Tahun 1999, antara lain dalam bentuk hadirnya
Inkindo untuk asosiasi perusahaan konsultan. entry barrier berupa kesulitan mendapatkan
Setelah 10 tahun usia UUJK, disinyalir munculnya ser fikasi badan usaha dalam bidang tertentu.33
asosiasi baru bukan karena kebutuhan anggota, Kewenangan Asosiasi mengeluarkan ser fikat
tetapi seringkali karena merupakan tandingan digunakan sebagai alat untuk mendiskriminasi
V
dari asosiasi yang sudah ada akibat adanya konflik pelaku usaha pesaing, dengan cara: a) Ser fikat
di ngkat elit pengurus asosiasi. Adanya aturan hanya diberikan kepada pelaku usaha yang
hts

UUJK yang membuka peluang bagi asosiasi untuk berada di kelompok tertentu; b) Persyaratan
melakukan ser fikasi, diduga menjadi salah satu ser fikat menjadi Entry Barrier bagi pelaku usaha
daya tarik berdirinya asosiasi asoisasi, karena pesaing. Kecenderungan untuk membentuk
asosiasi lebih menjadi semacam profit-center asosiasi tertentu dengan ruang lingkup pekerjaan
ec

daripada services-center. Kondisi semacam itu yang semakin spesifik. Kehadiran asosiasi untuk
menyebabkan asosiasi-asosiasi dak op mal menciptakan peluang memenangkan tender dan
atau bahkan merasa dak perlu melakukan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Kasus yang
lR

peningkatan profesionalisme anggota. Karena terjadi Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) telah
tanpa menjalankan fungsi pembinaan, asosiasi- mempraktekkan diri menjadi kartel (di Medan).
asosiasi tetap dibutuhkan karena ser fikatnya Perkara ini pernah ditangani oleh KPPU.34
dapat memenuhi persyaratan dalam proses
na

31
Pusat Pembinaan Usaha Dan Kelembagaan Badan Pembinaan Konstruksi - Kementerian Pekerjaan Umum, Tahun
2011. Sumber: http://www.jasakonstruksi.net/index.php/frontyard/article/index/asosiasi_bu dan http://
Jur

www.jasakonstruksi.net/index.php/frontyard/article/index/asosiasi_jakon, diakses pada tanggal 13 Juli 2012.


32
Mengantisipasi Dampak Perubahan Regulasi Bidang Jasa Konstruksi (Majalah trenKonstruksi edisi Juni 2010).
33
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Position Paper KPPU Terhadap Perkembangan Sektor Jasa Konstruksi, Op.Cit.,
hlm. 2.
34
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Persaingan Usaha dan Jasa Konstruksi (makalah). Sumber: www.kppu.go.id,
diakses tanggal 20 Juni 2012.

224 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

2. Arah pembaharuan regulasi konstruksi menjelma dalam mendasari materi muatan


di masa depan dalam mewujudkan

HN
yang diatur dalam UUJK.
struktur usaha yang kokoh, andal, Asas-asas pembentukan peraturan perun-
berdaya saing Ɵnggi dan hasil dang-undangan adalah suatu pedoman atau
pekerjaan konstruksi yang berkulitas
suatu rambu-rambu dalam pembentukan per-
Beranjak dari tujuan dibuatnya UUJK, aturan perundang-undangan yang baik.35

BP
yaitu untuk memberikan arah pertumbuhan Paul Scholten dalam ‘Algemeen Deel’ meng-
dan perkembangan jasa konstruksi untuk ungkapkan bahwa asas hukum (rechtsbenginsel)
mewujudkan struktur usaha yang kokoh, adalah pen ng untuk dapat melihat jalur
andal, berdaya saing nggi, dan hasil pekerjaan ”benang merah” dari sistem hukum posi f yang
konstruksi yang berkualitas; mewujudkan ditelusuri dan diteli . Melalui konstruksi dengan

ing
ter b penyelenggaraan pekerjaan konstruksi cara membatasi beberapa aturan tertentu
yang menjamin kesetaraan kedudukan antara menjadi aturan yang lebih mempunyai ruang
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak lingkup atau tujuan yang umum, maka dapat
dan kewajiban, serta mewujudkan peningkatan ind dicari apa yang menjadi ra o legis atau tujuan
peran masyarakat di bidang jasa konstruksi, umum aturan-aturan tersebut.36
maka penulis berusaha meneli apakah Di dalam pembentukan peraturan per-
tujuan yang hendak dicapai itu menjadi suatu undang-undangan Indonesia, sebagaimana
realita dalam usaha industri konstruksi. Realita halnya di negara lain, terdapat dua asas hukum
yang dijumpai adalah adanya suatu keadaan
V
yang perlu diperha kan, yaitu asas hukum
yang belum mencapai tujuan dari dibuatnya umum yang khusus memberikan pedoman dan
regulasi, yaitu sebuah realita yang telah penulis
hts

bimbingan bagi ”pembentukan” isi peraturan,


deskripsikan di atas. Terjadinya kesenjangan dan asas hukum lainnya yang memberikan
antara tujuan ideal dan realita yang terjadi (Das pedoman dan bimbingan bagi penuangan
Sollen dan Das Sein) tersebut di atas, maka peraturan ke dalam bentuk dan susunannya,
penulis berusaha mengkajinya berdasarkan bagi metode pembentukannya, dan bagi proses
ec

perspek f aspek legal substance atau materi serta prosedur pembentukannya.37


muatan yang diatur di dalam UUJK dan peraturan Di dalam Pasal 5 dan 6 Undang-Undang No.
perundang-undangan lainnya sebagai peraturan 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
lR

pelaksanaannya. Oleh karena itu pembahasan Perundang-undangan disebutkan bahwa Dalam


asas-asas hukum yang mendasari pembentukan membentuk Peraturan Perundang-undangan
UUJK dan peraturan pelaksananya akan menjadi harus dilakukan berdasarkan pada asas
sangat pen ng, karena apakah asas-asas hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
na

yang terdapat dalam UUJK benar-benar telah yang baik, yang melipu : a) kejelasan tujuan;
Jur

35
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Jakarta: Kanisius, 2007),
hlm. 252.
36
A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita
I – Pelita IV (Disertasi), (Jakarta, Fakultas Pascasarjana UI, 1990), hlm. 299.
37
Ibid., hlm. 304.

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 225


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

b) kelembagaan atau pejabat pembentuk yang dilan,38 manfaat,39 keserasian,40 keseimbang-

HN
tepat; c) kesesuaian antara jenis, hierarki, an,41 kemandirian,42 keterbukaan,43 kemitraan,44
dan materi muatan; d) dapat dilaksanakan; e) keamanan dan keselamatan demi kepen ngan
kedayagunaan dan kehasilgunaan; f) kejelasan masyarakat, bangsa, dan negara.45
rumusan; dan g) keterbukaan. Kemudian Berdasarkan asas-asas yang terdapat dalam
Materi muatan Peraturan Perundang-undangan UUJK tersebut penulis akan mengkaji apakah

BP
harus mencerminkan asas: a) pengayoman; b) keberadaan asas-asas tersebut melandasi
kemanusiaan; c) kebangsaan; d) kekeluargaan; materi muatan yang terkait permasalahan
e) kenusantaraan; f) bhinneka tunggal ika; g) struktur usaha jasa konstruksi, pengaturan BUJK
keadilan; h) kesamaan kedudukan dalam hukum asing dan pembinaan jasa usaha konstruksi,
dan pemerintahan; i) keter ban dan kepas an yang akan diuraikan di bawah ini.

ing
hukum; dan/atau j) keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan. Selain mencerminkan asas a) Pembaharuan regulasi struktur usaha
sebagaimana tersebut di atas, Peraturan jasa konstruksi
Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas Bahwa indikator struktur usaha jasa konstruksi
lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan
ind yang kokoh tercermin dari terwujudnya kemitraan
Perundang-undangan yang bersangkutan. yang sinergis antar penyedia jasa, baik yang
Di dalam UUJK, pengaturan jasa konstruksi berskala besar, menengah, dan kecil, maupun
berlandaskan pada asas kejujuran dan kea- yang berkualifikasi umum, spesialis, dan terampil.
V
hts

38
Asas Kejujuran dan Keadilan mengandung pengertian kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan tertib
jasa konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya (Lihat
Penjelasan Pasal 2 UUJK).
39
Asas Manfaat mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan
pada prinsip-prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, e isiensi dan efekti itas yang dapat
menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan
ec

bagi kepentingan nasional (Lihat Penjelasan Pasal 2 UUJK).


40
Asas Keserasian mengandung pengertian harmoni dalam interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang berwawasan lingkungan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermanfaat tinggi (Lihat Penjelasan Pasal 2 UUJK).
41
Asas Keseimbangan mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan pekerjaan konstruksi harus berlandaskan
lR

pada prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban kerjanya.
Pengguna jasa dalam menetapkan penyedia jasa wajib mematuhi asas ini, untuk menjamin terpilihnya penyedia
jasa yang paling sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan yang proporsional dalam
kesempatan kerja pada penyedia jasa
42
Asas Kemandirian mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional
na

(Lihat Penjelasan Pasal 2 UUJK).


43
Asas Keterbukaan mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan
peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajiban secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk
memperolehnya serta memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan
Jur

dan penyimpangan (Lihat Penjelasan Pasal 2 UUJK).


44
Asas Kemitraan mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, bersifat imbal
balik, dan sinergis (Lihat Penjelasan Pasal 2 UUJK).
45
Asas Keamanan dan Keselamatan mengandung pengertian terpenuhinya tertib penyelenggaraan jasa konstruksi,
keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap
memperhatikan kepentingan umum (Lihat Penjelasan Pasal 2 UUJK).

226 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Seper yang telah dijelaskan di atas bahwa reali- c. menyerahkan rekaman Ser fikat Badan

HN
ta yang terjadi adalah BUJK kecil berjumlah yaitu Usaha (SBU) yang telah diregistrasi oleh
berjumlah 87%, namun ironisnya kue pasar Lembaga;
konstruksi yang mereka nikma hanya sebesar d. menyerahkan rekaman Ser fikat Keahlian
15% dari total pasar konstruksi. (SKA) dan/atau Ser fikat Keterampilan
Struktur usaha industri konstruksi yang (SKT) dari Penanggung Jawab Teknik Badan

BP
mpang tersebut, secara norma f didasarkan Usaha (PJT-BU) yang telah diregistrasi oleh
pada lemahnya regulasi, yaitu terkait pengaturan Lembaga;
perizinan usaha jasa konstruksi yang rela f e. menyerahkan rekaman Kartu Penanggung
mudah; ruang lingkup jenis usaha jasa konstruksi; Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang
bentuk usaha jasa konstruksi; dan bidang usaha dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri

ing
jasa konstruksi. Tenaga Ahli/Terampil dengan Penanggung
Terkait dengan perizinan jasa usaha kon- Jawab Utama Badan Usaha (PJU-BU).
struksi, BUJK yang menyelenggarakan usaha Pengaturan bagi usaha orang perorangan yang
jasa konstruksi wajib memiliki izin usaha yang ind akan menyelenggarakan usaha jasa konstruksi
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di tempat cukup dengan kewajiban memiliki SKA/SKT dan
domisilinya.46 Namun untuk mengan sipasi terda ar pada unit kerja / instansi pemberi IUJK
ke dak seragaman/keteraturan pengaturan dan diberikan Kartu Tanda Da ar.48
pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Apabila melihat persyaratan-persyaratan di
V
di berbagai daerah dan untuk memberikan atas dalam hal untuk mendapat IUJK, maka hal
kepas an hukum serta untuk melindungi yang pokok atau syarat mutlak untuk dimiliki
hts

kepen ngan masyarakat dan pembinaan di bidang terlebih dahulu oleh BUJK adalah SBU dan SKA/
jasa konstruksi, pemerintah memberlakukan SKT. Persyaratan administrasi yang rela f mudah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor tersebut mengakibatkan kondisi usaha jasa
04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan konstruksi saat ini jauh dari proporsional yang
Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional. diidamkan oleh pembentuk peraturan. Kemudian
ec

Pemberian IUJK akan diberikan kepada BUJK pertanyaannya adalah siapa yang berwenang
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:47 menerbitkan SBU dan SKA/SKT tersebut. Hal ini
a. mengisi Formulir Permohonan; akan dibahas pada masalah regulasi pembinaan
lR

b. menyerahkan rekaman Akta Pendirian jasa konstruksi.


BUJK; Kemudian mengenai ruang lingkup jenis
usaha jasa usaha konstruksi, berdasarkan Pasal 1
na

46
Lihat Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi. Pemerintah Kabupaten / Kota memiliki wewenang untuk memberikan IUJK kepada badan usaha
Jur

jasa konstruksi berdasarkan tempat domisili (Lihat Pasal 4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/
M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional).
47
Lihat Pasal 8 UUJK jo. Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 jo. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2011.
48
Lihat Pasal 9 ayat (1-2) UUJK jo. Pasal 9 ayat (1-2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 jo. Pasal 9 ayat
(1-2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2011.

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 227


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

angka (2) UUJK disebutkan bahwa yang dimaksud ii. Bidang pekerjaan Sipil, antara lain jalan

HN
dengan Jasa Konstruksi adalah layanan jasa dan jembatan, jalan kereta api, landasan,
konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, terowongan, jalan bawah tanah, saluran
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, drainase dan pengendalian banjir,
dan layanan jasa konsultansi pengawasan pelabuhan, bendung/bendungan, bangunan
pekerjaan konstruksi. Kemudian di dalam Pasal dan jaringan pengairan atau prasarana

BP
1 angka (3) UUJK disebutkan yang dimaksud sumber daya air, struktur bangunan gedung,
dengan Pekerjaan Konstruksi adalah Pekerjaan geoteknik, konstruksi tambang dan pabrik,
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian termasuk perawatannya, dan pekerjaan
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pe- penghancuran bangunan (demoli on).
laksanaan beserta pengawasan yang mencakup iii. Bidang pekerjaan Mekanikal, antara lain

ing
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, instalasi tata udara/AC, instalasi minyak/gas/
dan tata lingkungan masing-masing beserta geotermal, instalasi industri, isolasi termal
kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu dan suara, konstruksi li dan eskalator,
bangunan atau bentuk fisik lain. Berdasarkan perpipaan, termasuk perawatannya.
Pasal tersebut secara garis besar ruang lingkup
ind iv. Bidang pekerjaan Elektrikal, antara lain
jenis usaha jasa konstruksi kita terbagi menjadi 3 instalasi pembangkit, jaringan transmisi
( ga), yaitu: dan distribusi, instalasi listrik, sinyal dan
i. Jasa Konsultasi Perencanaan untuk pekerja- telekomunikasi kereta api, bangunan
an arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, pemancar radio, telekomunikasi dan sarana
V
dan tata lingkungan; bantu navigasi udara dan laut, jaringan
ii. Jasa Pelaksanaan untuk pekerjaan ar- telekomunikasi, sentral telekomunikasi,
hts

sitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan instrumentasi, penangkal pe r, termasuk


tata lingkungan; dan perawatannya.
iii. Jasa Konsultansi Pengawasan untuk peker- v. Bidang pekerjaan Tata Lingkungan, antara
jaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, lain penataan perkotaan/ planologi, analisa
ec

dan tata lingkungan. dampak lingkungan, teknik lingkungan, tata


Ruang lingkup pekerjaan arsitektural, sipil, lingkungan lainnya, pengembangan wilayah,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan bangunan pengolahan air bersih dan
lR

dijabarkan di dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan pengolahan limbah, perpipaan air bersih dan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha perpipaan limbah, termasuk perawatannya.
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, yaitu: Namun ruang lingkup bidang pekerjaan
i. Bidang pekerjaan Arsitektural antara sebagaimana diatur di atas dipersempit dengan
na

lain arsitektur bangunan berteknolo- diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor


gi sederhana, arsitektur bangunan ber- 4 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
teknologi menengah, arsitektur bangunan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha
Jur

berteknologi nggi, arsitektur ruang dalam dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Di dalam
bangunan (interior), arsitektur lansekap, Pasal 7 ayat (1 dan 2) Peraturan Pemerintah Nomor
termasuk perawatannya. 4 Tahun 2010 disebutkan bahwa bidang usaha
jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi

228 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

terdiri atas bidang usaha yang bersifat umum yang bersifat umum, spesialis, dan keterampilan

HN
dan spesialis dan bidang usaha jasa pelaksana tertentu.50 Di dalam penjelasan pengaturan
konstruksi terdiri atas bidang usaha yang bersifat tersebut disebutkan bahwa dengan pendekatan
umum, spesialis dan keterampilan. ini diharapkan terwujud restrukturisasi bidang
Berdasarkan bidang usaha tersebut, usaha jasa konstruksi yang menunjang efisiensi
diklasifikasikan49 menjadi: a) arsitektur; b) usaha, karena kemampuan penyedia jasa baik

BP
rekayasa (engineering); c) penataan ruang dan dalam skala usaha maupun kualifikasi usaha akan
d) jasa konsultasi lainnya untuk bidang usaha saling mengisi dalam kemitraan yang sinergis dan
jasa perencaan dan pengawasan, sedangkan komplementer, karena saling memerlukan, yang
untuk bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi dalam hubungan transaksionalnya dilandasi oleh
diklasifikasikan menjadi: a) bangunan gedung; kesetaraan dalam hak dan kewajiban.

ing
b) bangunan sipil; c) instalasi mekanikal dan Selain hal tersebut pengaturan mengenai
elektrikal; dan jasa pelaksanaan lainnya. Dari hubungan kerja antara BUJK, diatur dalam Pasal 24
klasifikasi bidang usaha tersebut dikualifikasikan ayat (1) UUJK. Di dalam pasal tersebut disebutkan
menjadi: a) kualifikasi usaha besar; b) kualifikasi ind bahwa Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan
usaha menengah; dan kualifikasi usaha kecil. pekerjaan konstruksi dapat menggunakan
Pembahasan selanjutnya adalah bagaimana subpenyedia jasa yang mempunyai keahlian
hubungan antara jenis usaha, bentuk usaha dan khusus sesuai dengan masing-masing tahapan
bidang usaha beserta klasifikasi dan kualifikasi pekerjaan konstruksi. Di dalam penjelasan pasal
V
bidang usaha tersebut di atas dalam menciptakan tersebut dijelaskan bahwa pengikutsertaan
suatu struktur usaha industri konstruksi yang subpenyedia jasa dibatasi oleh adanya tuntutan
hts

kokoh dan handal? Berdasarkan hasil kajian pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
secara norma f terhadap UUJK maupun ditempuh melalui mekanisme subkontrak, dengan
peraturan perundang-undangan pelaksanaanya dak mengurangi tanggung jawab penyedia jasa
dak ditemukan pengaturan hubungan hukum terhadap seluruh hasil pekerjaannya. Bagian
antara sesama BUJK maupun suatu kewajiban dari pekerjaan yang akan dilaksanakan subpenyedia
ec

pengguna jasa konstruksi untuk memperha kan jasa harus mendapat persetujuan pengguna jasa.
kelangsungan usaha BUJK. Pengikutsertaan subpenyedia jasa bertujuan
Pengaturan mengenai struktur usaha industri memberikan peluang bagi subpenyedia jasa yang
lR

konstruksi di dalam UUJK hanya mengatur bahwa mempunyai keahlian spesifik melalui mekanisme
usaha jasa konstruksi dikembangkan untuk keterkaitan dengan penyedia jasa.
mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien Ketentuan Pasal 24 ayat (1) di atas, bukanlah
melalui kemitraan yang sinergis antara usaha yang suatu keharusan yang dibebankan UUJK
na

besar, menengah, dan kecil serta antara usaha terhadap penyedia jasa dalam meng-subkan
Jur

49
Klasi ikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi
menurut bidang dan sub bidang usaha atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang
perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau keterampilan tertentu dan/atau
kefungsian dan/atau keahlian masing-masing (Lihat Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2010).
50
Lihat Pasal 12 UUJK.

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 229


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

pekerjaannya kepada penyedia jasa. Frasa ‘dapat’ dengan komposisi 74% umum; 26% spesialis.

HN
dalam pasal tersebut mengandung ar suatu Sesudah 2002, Pemerintah China melakukan
pilihan hukum, dalam ar penyedia jasa boleh restrukturisasi sehingga menjadi 64.600
menggunakan subpenyedia jasa dan juga boleh perusahaan dengan 52% umum dan 48% spesialis
dak menggunakan subpenyedia jasa. melalui suatu new qualifica on standards dan
Asas Kemitraan yang mengandung pe- pembinaan yang progresif. Workshop terbatas

BP
nger an hubungan kerja para pihak yang Gapensi dan Tsinghua University (Beijing, 20 Juli
harmonis, terbuka, bersifat mbal balik, dan 2012) dan diskusi Gapensi dan CHINCA (Beijing,
sinergis yang melandasi pengaturan di dalam 20 Juli 2012) menginformasikan bahwa jumlah
UUJK pada dasarnya telah menjelma dari kontraktor di China kurang lebih 30.000. Struktur
pengaturan di atas. Namun belum memuat suatu klasifikasi dan kualifikasi kontraktor di China,

ing
norma yang mengatur bagaimana bentuk/pola sangat natural; struktur kontraktor berbentuk
dan hubungan dari kemitraan sinergis antara piramid dengan kontraktor besar: jumlah sedikit;
usaha yang besar, menengah, dan kecil serta harus mampu memperbesar skala ekonomi, cross
antara usaha yang bersifat umum, spesialis, dan region; transna onal, mul project. Kemudian
keterampilan tertentu. Pengaturan ini pen ng
ind kontraktor spesialis biasanya perusahaan kecil,
karena di dalamnya memuat bagaimana hak dan kemampuan terbatas, perlu fleksibel, responsif
kewajiban antara usaha BUJK tersebut serta apa kepada pasar dan jumlah seharusnya bisa banyak
yang diperbolehkan atau dak boleh diantara jika dibina dengan baik. Dalam hal ini, faktor yang
mereka. Selain pengaturan tersebut, pen ng juga mempengaruhi demand kontraktor spesialis
V
mengatur peran pemerintah dalam membuat akan sangat tergantung ada daknya kontraktor
suatu regulasi pengadaan barang dan jasa besar serta peluang usaha terbatas, ada proteksi
hts

dalam mengakomodir keberadaan BUJK dalam regional dan departemental, kompe si dari
membentuk hubungan transaksionalnya dilandasi kontraktor asing rendah dan ada proteksi.51
oleh kesetaraan dalam hak dan kewajiban.
Sebagai bahan perbandingan struktur usaha b) Pembaharuan regulasi kehadiran BUJK
ec

industri konstruksi, maka dak salah apabila kita Asing


melihat upaya negara lain dalam menciptakan Pemberian izin bagi BUJK asing yang akan
struktur usaha industri konstruksi yang kokoh. menyelenggarakan usaha jasa konstruksi di
lR

Negara-negara seper USA, Jepang dan UK Indonesia diatur di dalam Pasal 14 ayat (4)
serta China memiliki postur kontraktor umum Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 dan
dan spesialis yang proporsional. Komposisi secara teknis diatur di dalam Peraturan Menteri
kontraktor generalis dan kontraktor spesialis Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2011
na

seper Jepang, Amerika dan Inggris memiliki tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin
komposisi hampir 30:70 dan China dengan Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing.
50:50. Sebelum tahun 2001, China mengalami BUJK asing yang akan menyelenggarakan usaha
Jur

jumlah kontraktor sebanyak 90.000 perusahaan jasa usaha konstruksi di Indonesia wajib memiliki

51
Akhmad Suraji & Krishna S Pribadi (Ed.), Op.Cit.

230 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Izin Perwakilan BUJK Asing.52 Izin Perwakilan BUJK mengenai pemenuhan kebutuhan hukum dalam

HN
Asing diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang masyarakat.
ditunjuk atas nama Menteri dan hanya diberikan Oleh karena itu pengaturan BUJK asing dalam
kepada BUJK yang memiliki kualifikasi besar.53 UUJK lebih diperluas dan dipertegas kembali
Keberadaan BUJK asing di dalam UUJK diakui, sehingga tercipta struktur usaha yang lebih kokoh
yaitu dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan besinergis antara BUJK nasional dengan BUJK

BP
yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi asing.
nggi dan/atau yang berbiaya besar. Pengaturan
mengenai kriteria pekerjaan apa saja yang dapat c) Pembaharuan regulasi pembinaan jasa
dilakukan, dan pengaturan pola hubungan dengan usaha konstruksi
BUJK nasional dan hak dan kewajiban BUJK asing

ing
Pemerintah berdasarkan Pasal 35 ayat (1-5)
dak diatur dalam UUJK. Formula pengaturan UUJK melakukan pembinaan jasa konstruksi
BUJK asing di dalam UUJK dipersamakan dengan dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan,
BUJK nasional dengan kualifikasi besar. Dengan dan pengawasan, dan pelaksanaan pembinaan
kondisi BUJK yang belum cukup mampu bersaing ind tersebut dapat dilakukan bersama-sama dengan
dengan BUJK asing yang secara kemampuan masyarakat jasa konstruksi.
teknologi dan finansial lebih nggi dari BUJK Masyarakat jasa konstruksi di Indonesia
nasional, maka pembiaran kondisi seper ini dalam realitas keberadaannya dipengaruhi
dak mendasarkan pada asas keadilan, asas berbagai hal. Pertama, Lingkungan eksternal,
V
kemadirian dan asas keseimbangan. dalam hal ini menyangkut kecenderungan global
Pengaturan BUJK asing secara lebih men- jasa konstruksi, situasi moneter, keamanan
hts

dalam justru diatur dalam Peraturan Menteri nasional, dinamika poli k hingga regulasi yang
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2011 tentang dibuat. Kedua, lingkungan internal, dalam hal ini
Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Perwakilan kondisi yang dialami masyarakat jasa konstruksi,
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing. Materi baik secara sendiri-sendiri maupun jaringan
muatan yang diatur dalam Permen tersebut keasosiasian. Pemahaman terhadap lingkungan
ec

lebih mempunyai nilai fungsi sebagai materi kebijakan adalah cara untuk memahami konstelasi
muatan yang seharusnya dimuat dalam undang- posisional jasa konstruksi.54
undang dalam hal UUJK. Sesuai dengan Pasal Masyarakat jasa konstruksi merupakan
lR

10 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, bagian dari masyarakat yang mempunyai
bahwa materi muatan yang harus diatur dalam kepen ngan dan/atau kegiatan yang ber-
undang-undang salah satunya berisi ketentuan hubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa
na

52
Pengertian BUJK Asing adalah badan usaha yang didirikan menurut hukum dan berdomisili di negara asing,
memiliki kantor perwakilan di Indonesia, dan dipersamakan dengan badan hukum Perseroan Terbatas yang
bergerak di bidang usaha jasa konstruksi (lihat Pasal 1 angka (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Jur

05/PRT/M/2011).
53
Penetapan memiliki kuali ikasi besar didapatkan setelah BUJK Asing mendapatkan penyetaraan klasi ikasi
dan kuali ikasi yang dinyatakan dalam bentuk serti ikat dari Lembaga (lihat Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2011).
54
Iwan Kartiwan, Kamajaya Al Katuuk, Hendra N. Soenardji, Wajah Jasa Konstruksi Indonesia, Tinjauan Keberpihakan,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 9.

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 231


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

konstruksi.55 Apabila melihat unsur-unsur56 yang Oleh karena itu untuk mendapatkan suatu

HN
terdapat dalam masyarakat jasa konstruksi, maka kepas an hukum dan mencegah adanya conflict
dapat diibaratkan masyarakat jasa konstruksi of interest, proses pembinaan dalam kerangka
merupakan induk dari segala kegiatan konstruksi penerbitan SBU perlu dilakukan perubahan
di Indonesia yang berperan dalam pengembangan tata kelola ser fikasi badan usaha dan profesi.
jasa konstruksi dan juga melakukan pembinaan Perlunya pengaturan dan penataan terhadap

BP
jasa konstruksi. asosiasi dan penyelenggaraan proses ser fikasi
Keterlibatan peran masyarakat jasa konstruksi yang akuntabel. Penataan asosiasi diperlukan,
yang cukup besar dalam pembinaan (pengaturan, karena asosiasi memiliki fungsi mendasar, yaitu
pemberdayaan dan pengawasan) yang dalam untuk melakukan pembinaan anggotanya, baik
pelaksanaan pengembangannya dilaksanakan aspek profesionalisme, pengembangan pasar,

ing
oleh suatu forum jasa konstruksi dan lembaga dan perlindungan maupun penegakkan e ka
menimbulkan suatu permasalahan tersendiri. profesi. Dengan demikian fungsi asosiasi bukan
Tugas dan wewenang dari lembaga yang hanya memproduksi KTA dan SBU/SKA semata.
begitu besar menimbulkan permasalahan yaitu
peran pembinaan pemerintah belum efek f dan
ind E. Penutup
kurang tegas dinyatakan siapa yang mewakili Struktur usaha yang kokoh tercermin de-
pemerintah. Disamping itu, koordinasi yang lemah ngan terwujudnya kemitraan yang sinergis
antara stakeholders dan saling mengharapkan antar penyedia jasa, baik yang berskala
antara pemerintah dan LPJKN/D. Peran LPJKN/D
V
besar, menengah, dan kecil, maupun yang
terbatas dan kemampuan pendanaan yang berkualifikasi umum, spesialis, dan terampil.
terbatas. Disamping itu, lembaga ini dak
hts

Kondisi kemitraan antara badan usaha besar,


sepenuhnya mendapat dukungan pendanaan sedang, dan kecil belum terwujud secara
dari pemerintah. Dalam kondisi keterbatasan sinergis, saling menguntungkan dan resiprokal,
tersebut, konsentrasi peran masih sebatas ser - disamping itu, jumlah kontraktor kecil lebih
fikasi dan registrasi badan usaha, tenaga ahli dan banyak bersifat umum. Kondisi tersebut
ec

tenaga terampil. Sistem dan tatakelola proses menyebabkan struktur usaha jasa konstruksi
ser fikasi masih diwarnai oleh conflict of interest saat ini Indonesia mengalami ke mpangan
dan juga menciptakan adanya barrier dalam struktur pasar dan industri konstruksi. Keadaan
lR

proses ser fikasi. ini menyebabkan persaingan usaha di pasar


konstruksi skala kecil menjadi dak sehat dan
na

55
Lihat Pasal 31 ayat (1) UUJK.
56
Penyelenggaraan peran masyarakat jasa konstruksi dilaksanakan melalui suatu forum jasa konstruksi. Forum
Jasa konstruksi ini terdiri dari unsur a. asosiasi perusahaan jasa konstruksi; b. asosiasi profesi jasa konstruksi;
c. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha jasa konstruksi; d. masyarakat intelektual; e. organisasi
Jur

kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang jasa konstruksi dan/atau yang mewakili
konsumen jasa konstruksi; f. instansi Pemerintah; dan g. unsur-unsur lain yang dianggap perlu. Sedangkan
dalam pengembangan jasa konstruksi dilakukan oleh suatu lembaga yang independen dan mandiri, yang
beranggotakan asosiasi perusahaan jasa konstruksi; b. asosiasi profesi jasa konstruksi; c. pakar dan perguruan
tinggi yang berkaitan dengan bidang jasa konstruksi; dan d. instansi Pemerintah yang terkait (Lihat Pasal 31-33
UUJK).

232 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

terdistorsi. Selain hal itu kondisi usaha industri membuat suatu regulasi pengadaan barang dan

HN
konstruksi yang juga dikuasai oleh BUJK asing jasa dalam mengakomodir keberadaan BUJK
membawa pada kehancuran BUJK nasional. dalam membentuk hubungan transaksionalnya
Seharusnya kehadiran BUJK asing membawa dilandasi oleh kesetaraan dalam hak dan
pembaharuan dalam usaha industri konstruksi kewajiban. Formula pengaturan BUJK asing
kita dalam hal transfer of konwledge. Peran di dalam UUJK dipersamakan dengan BUJK

BP
pembinaan yang dak berjalan juga menambah nasional dengan kualifikasi besar, sehingga
permasalahan. Peran asosiasi dan lembaga BUJK belum cukup mampu bersaing dengan
(dalam hal ini Lembaga Pengembangan Jasa BUJK asing, maka pembiaran kondisi seper
Konstruksi Nasional / LPJKN) memiliki posisi ini idak berdasarkan atau dak mendasarkan
yang sangat pen ng dalam proses pembinaan pada asas keadilan, asas kemandirian dan

ing
usaha industri jasa konstruksi. Namun asas keseimbangan. Pengaturan BUJK asing
kondisinya saat ini terjadi kegundahan tentang secara lebih mendalam justru diatur dalam
perkembangan asosiasi yang kontra produk f Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
terhadap semangat UUJK. Kontraktor disinyalir ind 05/PRT/M/2011. Materi muatan yang diatur
dapat seenaknya mengantongi ser fikat. Begitu dalam Permen tersebut lebih mempunyai nilai
juga untuk mendirikan badan usaha. fungsi sebagai materi muatan yang seharusnya
Berdasarkan hasil kajian secara norma f dimuat dalam undang-undang dalam hal UUJK.
terhadap UUJK maupun peraturan perundang- Oleh karena itu untuk mendapatkan suatu
V
undangan pelaksanaanya dak ditemukan kepas an hukum dan mencegah adanya conflict
pengaturan hubungan hukum antara sesama of interest, proses pembinaan dalam kerangka
hts

BUJK maupun suatu kewajiban dari pengguna penerbitan SBU perlu dilakukan perubahan
jasa konstruksi untuk memperha kan tata kelola ser fikasi badan usaha dan profesi.
kelangsungan usaha BUJK. Asas Kemitraan Perlunya pengaturan dan penataan terhadap
mengandung penger an hubungan kerja para asosiasi dan penyelenggaraan proses ser fikasi
pihak yang harmonis, terbuka, bersifat mbal yang akuntabel dan penataan asosiasi.
ec

balik, dan sinergis yang melandasi pengaturan di


dalam UUJK pada dasarnya telah menjelma dari DAFTAR PUSTAKA
pengaturan di atas, namun belum memuat suatu Buku
lR

norma yang mengatur bagaimana bentuk/pola


A amimi, A. Hamid S., Peranan Keputusan Presiden
dan hubungan dari kemitraan sinergis antara Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan
usaha yang besar, menengah, dan kecil serta Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis
antara usaha yang bersifat umum, spesialis, dan Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi
na

Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita


keterampilan tertentu. Pengaturan ini pen ng IV (Disertasi), (Jakarta, Fakultas Pascasarjana UI,
karena di dalamnya memuat bagaimana hak 1990).
dan kewajiban antara usaha BUJK tersebut Farida Indra S, Maria., Ilmu Perundang-undangan:
Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Jakarta:
Jur

serta apa yang diperbolehkan atau dak boleh


Kanisius, 2007).
diantara mereka. Selain pengaturan tersebut, Garner, Bryan A. (Ed.), Black’s Law Dic onary 9th
pen ng juga mengatur peran pemerintah dalam Edi on, (St. Paul Minnesota, USA: Thomas
Reuters, 2010).

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 233


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Hartono, C.F.G. Sunarya , Peneli an Hukum Di Engineering Conference – Unika Soegijapranata


Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung: di Semarang pada tanggal 17-18 Juni 2005.

HN
Alumni, 2006). Suraji, Akhmad & Krishna S Pribadi (Ed.),
Kar wan, Iwan, Kamajaya Al Katuuk, Hendra N. Membangun Struktur Industri Konstruksi
Soenardji, Wajah Jasa Konstruksi Indonesia, Nasional Yang Kokoh, Andal Dan Berdayasaing
Tinjauan Keberpihakan, (Jakarta: Gramedia Serta Memberikan Kesempatan Kepada Para
Pustaka Utama, 2010). Pelaku Usaha Tumbuh Dan Berkembang Secara
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Posi on Paper Adil Melalui Restrukturisasi Sistem, Diseminasi

BP
KPPU Terhadap Perkembangan Sektor Jasa Hasil Rumusan Seminar Konstruksi Nasional
Konstruksi, (Jakarta: KPPU, tanpa tahun). Indonesia I Tahun 2012, diselenggarakan oleh
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Peneli an Badan Pembinaan Konstruksi (BP-Konstruksi)
Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bak , 2004). Kementerian PU, Lembaga Pengembangan Jasa
Soekanto, Soerjono, Pengantar Peneli an Hukum, Konstruksi Nasional (LPJKN), dan GAPENSI).

ing
(Jakarta: UI Press, 1986).
Supranto, J., Metode Peneli an Hukum dan Sta s k, Internet
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
Trijono, Rachmat (Ed.), Pola Peneli an dan Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan
Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan Sistem Umum, Glossary Sumber Daya Investasi, h p://
Hukum Nasional, (Jakarta: Badan Pembinaan pusbinsdi.net/glossary.php?lagi=0, (diakses 10
Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI, 2011).
ind Juni 2012).
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Persaingan
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Usaha dan Jasa Konstruksi (Makalah). Sumber:
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan www.kppu.go.id, (diakses 20 Juni 2012).
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Muhanda, Dadan, Jasa Konstruksi Masuki Babak
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990). Baru, sumber: h p://www.lkpp.go.id/v2/berita-
V
Tim Penyusun Buku Konstruksi Indonesia 2011, detail.php?id=1668785862, (diakses 15 Juli
Konstruksi Indonesia 2011, Penyelenggaraan 2012).
Infrastruktur Berkelanjutan, Inovasi Investasi dan Soerono, Agoes S., Pasar Konstruksi Indonesia
hts

Dukungan Sektor Konstruksi Indonesia, (Jakarta: 70% Digerogo Asing, Harian Ekonomi Neraca,
Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). 20 Juni 2012, sumber: h p://www.neraca.
Wignjosoebroto, Soetandyo, Ragam-ragam co.id/2012/06/20/pasar-konstruksi-indonesia-
Peneli an Hukum. Dalam Irianto, Sulistyowa 70-digerogo -asing/, (diakses 1 Juli 2012).
dan Shidarta (Ed.). Metode Peneli an Hukum h p://data.worldbank.org/indicator/NE.GDI.FTOT.
CD, (diakses tanggal 01 Juli 2012).
c

Konstelasi dan Refleksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka


Obor Jakarta, 2011). http://www.lpjk.net/grafik-jasa-kontruksi.php,
(diakses 05 Juni 2012).
Re

http://www.bisnis.com/articles/jasa-konstruksi-
Makalah / ArƟkel / Prosiding / Hasil PeneliƟan kontraktor-kecil-butuh-perlindungan, (diakses
Kartasasmita, Agus G., “Pengadaan Barang / Jasa 14 Juli 2012).
Pemerintah Menurut Pelaku Usaha” (makalah h p://www.bisnis.com/ar cles/jumlah-kontraktor-
disampaikan pada Seminar Nasional dengan asing-meningkat-pesat, (diakses 15 Juni 2012).
l

tema “Upaya Perbaikan Sis m Penyelenggaraan http://www.jasakonstruksi.net/index.php/


na

Barang / Jasa Pemerintah”, diselenggarakan oleh frontyard/ar cle/index/asosiasi_bu dan h p://


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan www.jasakonstruksi.net/index.php/frontyard/
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Hotel ar cle/index/asosiasi_jakon, (diakses 13 Juli
Nikko Jakarta, 23 Agustus 2006). 2012).
Mengan sipasi Dampak Perubahan Regulasi Bidang
Jur

Jasa Konstruksi (Majalah Tren Konstruksi edisi Peraturan


Juni 2010).
Pranoto, Bambang, “Nasionalisme Konstruksi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Indonesia” (makalah), disampaikan pada Civil Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik

234 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 215-235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

HN
3817) Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 2010 Nomor 95)
Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 tentang
Negara Republik Indonesia Nomor 3833) Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah

BP
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 157)
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Republik Indonesia Nomor 5234) Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran

ing
Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Masyarakat Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
2000 Nomor 63) Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Nasional Tahun 2010 – 2014
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor ind Nomor 08/DPR RI/II/2011-2012 tentang Program
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang
Indonesia Nomor 3956) Prioritas Tahun 2012
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi Nomor 02B/DPR RI/II/2010-2011 tentang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-
2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Undang Prioritas Tahun Anggaran 2011
V
Republik Indonesia Nomor 3957) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional
hts

28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara 05/PRT/M/2011 Pedoman Persyaratan
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 7, Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Jasa Konstruksi Asing
Nomor 5092)
c
l Re
na
Jur

Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi … (Ade Irawan Taufik) 235


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
V ind
”Halaman ini dikosongkan”
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

PRINSIP DEKLARATIF PENDAFTARAN HAK CIPTA:

HN
Kontradiksi Kaedah PendaŌaran Ciptaan dengan Asas Kepemilikan
Publikasi Pertama Kali
(Declara ve Principle on Copyright Registra on:
Contradic on between the crea on and First Publica on Principle)

BP
Suyud Margono
Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara
dan Magister Ilmu Hukum Universitas Mpu Tantular dan Universitas Parahyangan

Naskah diterima: 10 Mei 2012; revisi: 03 Juli 2012; disetujui: 20 Juli 2012

ing
ABSTRAK
Hukum Hak Cipta Indonesia memiliki regulasi tentang Penda aran Hak Cipta. Penda arannya bisa dilakukan oleh
pemohon baik Pencipta atau Pemegang Hak Cipta ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Ser fikat Penda aran Hak
Cipta menjadi alat buk jika terjadi sengketa melalui proses penyelesaian di Pengadilan atau non-pengadilan. Ketentuan
ind
Penda aran Ciptaan ini dak seimbang dan mengeyampingkan keberadaan karya-karya Cipta yang dak dida arkan dalam
jumlah jutaan. Sebenarnya, dalam prinsip universal dan perlindungan hak cipta internasional dak mewajibkan untuk
se ap penda aran bagi penciptaan kepada lembaga di satu negara tertentu. Sebuah doktrin universal yang digunakan,
untuk perlindungan hak cipta telah mendapat perlindungan hukum setelah dibuat, dan dapat diketahui, didengar, dilihat
oleh pihak lain. Prinsip ini dikenal dengan Prinsip Deklara f. Ini berar ekspresi penciptaan memiliki perlindungan sejak
publikasi pertama kalinya. Oleh karena itu, berdasarkan permasalah pertentangan antara Penda aran Hak Cipta dan
V
perlindungan penciptaan yang mengiku sistem deklara f, maka perlu pemikiran ulang pengaturan penda aran hak cipta
yang bertentangan dengan kepemilikan hak cipta yang didapat sejak saat penciptaan pertama dipublikasikan.
Kata Kunci: Perlindungan, Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Penda aran, Prinsip Deklara f
hts

ABSTRACT
Indonesian Copyright Law has regula on about Copyright Registra on. Its registra on can be done by applicant(s) even
Creator or the Owner of Copyrights to Directorate General Intellectual Property (Indonesia IP Office). Cer ficate of Creature
ec

Registra on will make easy proved if dispute happening event takes proceedings at Court or non-court se lement. This
rule of Copyright Registra on made in-balance for the un-register crea on in fact a million crea on that doesn’t listed in
General of registered creature. Actually, in universal principle and based on interna onal conven on concerning copyright
protec on not knows or not make compulsory for any sense registra on for crea on or given authority to the ins tu on
at one par cular state. An Universal doctrine that is u lized for copyright protec on which is a creature has go en law
lR

protec on since that creature finish is made, and gets to be known, heard, seen by other Party this principle recognised
with Declara ve Principal. Its mean a that crea on is not an ideas but cons tute protected expression of ideas or have
protec on since first me publica on, but especially at Indonesia has rule and mechanism of copyrights Registra on
event its registra on is not compulsary. Therefore, based on problema c contradic ng among Copyright Registra on and
protec on of crea on that follow declara ve system this research is rethinking the existence copyright registra on rule
na

causes to be breached copyright ownership compossed to be go en since that crea on first me is publicized (first to
publish).
Keywords : Protec on, Intellectual Property, Copyright, Registra on, Declara ve Principle
Jur

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 237


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan proteksi dak hanya bagi pemegang merek

HN
namun juga para konsumen. Adalah pen ng
Krea fitas dan inovasi teknologi seba-
untuk melindungi merek yang memiliki fungsi
gaimana peningkatan ekonomi sangat dibu-
jaminan atau kualitas barang dan memiliki
tuhkan bagi pertumbuhan masyarakat dan
daya tarik bagi konsumen dan juga untuk
pengembangan industri. Melalui kreasi dan
mempertahankan kredibilitas orang-orang yang
inovasi teknologi mendatangkan kemakmuran

BP
berkecimpung dalam produksi atau penjualan,
dan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan
terhadap pihak lain yang dak berhak. Dengan
masyarakat. Sebagai contoh dalam rangka
cara ini, sistem yang terbentuk menyatakan
pengembangan teknologi di bidang piran lunak
bahwa siapapun dak dapat menggunakan
(so ware) komputer atau teknologi informasi
hasil kreasi intelektual di bidang teknologi, seni

ing
yang baru diperlukan biaya, waktu dan tenaga
dan ilmu pengetahuan, dan sebagainya, dan
kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Di
tanda dagang komersil, tanpa persetujuan dari
sisi lain kegiatan menggandakan / mengkopi,
Pemiliknya (Pencipta (Authors) atau Pemegang
menggunakan, atau memalsukan krea fitas dan
Hak (Holders). Pengklasifikasian kepemilikan
inovasi yang telah dikembangkan oleh orang lain
merupakan sesuatu yang mudah.
ind suatu karya cipta dengan kedudukan Pencipta
atau pemegang hak ini semata-mata dalam
Penggunaan atau perbanyakan oleh orang
rangka memberikan perlindungan Hak Moral
lain tanpa hak menyebabkan dorongan untuk
(Moral Rights) bagi Pencipta (Authors).
mengembangkan inovasi lain akan menurun
Indonesia mengakui dan memberikan peng-
V
atau bahkan hilang dan akibatnya pertumbuhan
hargaan terhadap karya cipta dan mekanisme
krea fitas manusia dan pengembangan in-
perlindungan Haknya dalam Undang-Undang
hts

dustri krea f dapat terhambat. Dari sudut


Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
pandang tersebut, dikembangkan suatu kaidah
(UUHC 2002), yang dari segi substansi, terdapat
hukum yang dapat mendorong peneli an dan
beberapa ketentuan pen ng yang saling terkait
pengembangan dengan memberikan per-
dan bahkan akan dapat menjadi instrumen
lindungan bagi teknologi baru yang tercipta
ec

strategis dalam menunjang proses dan


selama waktu tertentu dengan memberikan
mekanisme penegakan hukum Hak Cipta. Secara
Hak Eksklusif bagi para pengembang seper
khusus UUHC mengatur tentang Penda aran
Hak Kekayaan Intelektual.
lR

Ciptaan1. Penda aran Ciptaan dapat dilakukan


Perlindungan hukum tersebut diperlukan
oleh Pemohon baik oleh Pencipta ataupun
dak hanya untuk industri krea f ataupun
Pemegang Haknya. Untuk permohonan pen-
teknologi, namun juga untuk karya sastra (literary
da aran (applica on to register) dari Luar
na

works), seni (ar s c works) yang pada akhirnya


Negeri diwajibkan bagi Pemohon Asing (Foreign
menjadi produk kebudayaan. Begitupun dalam
Applicant) untuk mengajukan permohonan
hal perlindungan tanda dagang (brand name),
Jur

1
Ketentuan Pendaftaran Ciptaan untuk pertama ditentukan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta (UUHC 1982) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 (UUHC
1987) dan kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 (UUHC 1997).

238 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Penda aran melalui kuasa, kuasa tersebut Ciptaan dak ditentukan oleh adanya registrasi

HN
adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual Ter- karena suatu karya cipta tersebut sudah
da ar pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan mendapatkan perlindungan sejak pertama kali
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi dimumkan, namun secara khusus di Indonesia
Manusia (selanjutnya disebut Ditjen HKI). diselenggarakan mekanisme Penda aran
Dengan dibentuknya sistem Penda aran Ciptaan.

BP
Ciptaan akan berlanjut dengan dibuatnya ke- Maka, berdasarkan problema ka terhadap
tentuan pelaksanaan untuk mekanisme admi- ke daksesuaian antara Perlindungan Ciptaan Hak
nistra f dari proses aplikasi, pemeriksaan, Cipta yang menganut sistem deklara f dengan
ser fikasi, dan dokumentasi. Diterbitkannya ketentuan Penda aran Ciptaan sebagaimana
ser fikat berupa Surat Tanda Penda aran diatur dalam ketentuan Undang-Undang Hak

ing
Ciptaan ini dianggap akan memudahkan pem- Cipta ini menarik perha an peneli untuk
buk an apabila terjadi sengketa mengenai Hak mengkaji kembali eksistensi apakah ketentuan
Cipta baik itu perkara di pengadilan atau di luar Penda aran Ciptaan tersebut menyebabkan
pengadilan. Ketentuan Penda aran Ciptaan ind dilanggarnya asas kepemilikan karya cipta
ini dak seimbang dan mengeyampingkan diperoleh sejak ciptaan tersebut pertama kali
keberadaan karya-karya Cipta yang dak dipublikasikan (since publica on).
dida arkan, dengan kata lain terhadap ciptaan
yang dak dida arkan akan lebih sukar dan B. Permasalahan
V
lebih memakan waktu pembuk an hak ciptanya Berdasarkan latar belakang di atas, dirumus-
dari ciptaan yang dida arkan. kan beberapa permasalahan sebagai berikut:
hts

Berdasarkan ketentuan konvensi Interna- 1. Apakah Undang-Undang Hak Cipta telah


sional dibidang Hak Cipta, termasuk dalam sesuai dan efek f dalam kerangka perlin-
praktek perlindungan atas kreasi terhadap dungan dan pembuk an terhadap perkara
karya seni dan karya sastra dak mengenal atau Hak Cipta?
dak mewajibkan adanya Penda aran Ciptaan 2. Bagaimana penjabaran prinsip deklara f
ec

pada instansi tertentu pada suatu negara. Suatu dalam memberikan perlindungan hak cipta?
doktrin yang digunakan untuk memproteksi Hak 3. Apakah dengan adanya ketentuan Pendaf-
Cipta yaitu suatu ciptaan sudah mendapatkan taran Ciptaan sebagaimana diatur dalam
lR

perlindungan hukum sejak ciptaan tersebut UUHC 2002 menyebabkan dilanggarnya Asas
selesai dibuat, dan dapat diketahui, didengar, Deklara f (Declara ve Principle)”?
dilihat oleh pihak lain (first to publish) yang
menimbulkan kepemilikan Hak bagi Pencipta
na

C. Metode PeneliƟan
ataupun Pemegang Haknya prinsip ini dikenal
dengan Asas Deklara f (Declara ve Principal). Tulisan ini menggunakan pendekatan yuridis
Ar nya suatu Ciptaan tersebut bukan berupa norma f yang didasarkan pada peneli an
kepustakaan dengan mempergunakan data
Jur

ide-ide atau gagasan namun merupakan


ungkapan nyata dari ide-ide atau gagasan sekunder dalam bidang hukum. Sifat peneli an
tersebut (protected expression of ideas). ini adalah deskrip f anali s, karena melalui
Dalam ar luas ketentuan kepemilikan suatu tulisan ini diharapkan akan diperoleh gambaran

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 239


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

secara sistema s dan faktual terkait data atas UUHC 1982, yang perinciannya dalam bu r-

HN
hukum yang ada. bu r penjelasan kami ku pkan sebagai berikut:
1) Dalam rangka pembangunan di bidang
D. Pembahasan hukum demi mendorong dan melindungi
1. Ketentuan PendaŌaran Ciptaan penciptaan, penyebarluasan hasil karya
ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat

BP
Dalam rangka pembentukan hukum nasio-
pertumbuhan, kecerdasan kehidupan
nal, pada tanggal 12 April 1982, pemerintah
bangsa perlu dibentuk Undang-undang
Indonesia memutuskan untuk mencabut
tentang Hak Cipta. Undang-undang tentang
Auteurswet (selanjutnya disingkat menjadi
Hak Cipta Auteurswet 1912 Staatsblad No.
A.W) 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912
60 Tahun 1912, perlu digan karena sudah

ing
dan sekaligus mengundangkan UUHC 1982 yang
dak sesuai dengan kebutuhan dan cita-cita
dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982
hukum nasional.
Nomor 15.
2) Dalam undang-undang ini selain di-
Terdapat dua dasar per mbangan hukum
maksudkan unsur baru mengingat per-
untuk diundangkannya UUHC, seper dimuat
ind kembangan teknologi, diletakkan juga unsur
dalam Mukadimah UUHC 1982, untuk mencabut
kepribadian Indonesia yang mengayomi baik
A.W. 1912, yaitu:
kepen ngan individu maupun masyarakat
1) Dalam rangka pembangunan di bidang
sehingga terdapat keseimbangan yang serasi
hukum sebagaimana termaksud dalam
antara kedua kepen ngan termaksud.
V
Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan
Pasal 2 UUHC tahun 1982, ditentukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/
bahwa:
hts

MPR/1918), serta untuk mendorong dan


”Hak Cipta adalah Hak Khusus bagi pencipta
melindungi penciptaan, penyebarluasan maupun penerima hak untuk mengumumkan
hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni atau memperbanyak ciptaannya maupun
dan sastra serta mempercepat pertumbuhan memberi ijin untuk itu dengan dak me-
ngurangi pembatasan-pembatasan menurut
ec

kecerdasan kehidupan bangsa dalam wahana peraturan perundang-undangan yang ber-


Negara Republik Indonesia berdasarkan laku”
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Walaupun dalam Pasal 2 UUHC 1982 ini
maka perlu disusun Undang-undang tentang
lR

ditentukan hak cipta adalah hak khusus tetapi


Hak Cipta; sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam
2) Berdasarkan hal tersebut pada huruf 1 di Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, maka ia
atas maka pengaturan tentang Hak Cipta mempunyai fungsi sosial dalam ar ia dapat
na

berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad dibatasi untuk kepen ngan umum. Hal ini dapat
Nomor 600 Tahun 1912 perlu dicabut karena kiranya dilihat:
sudah dak sesuai dengan kebutuhan dan a. pada kemungkinan membatasi hak cipta
cita-cita hukum Nasional. demi kepen ngan umum/ nasional dengan
Jur

Beberapa penger an umum yang digunakan keharusan memberikan gan rugi pada
sebagi dasar untuk menggan A.W. 1912 dengan penciptanya.
UUHC 1982 seper dimuat dalam Penjelasan

240 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

b. pada penyingkatan waktu berlakunya hak orang tanpa dikenai biaya. Namun apabila orang

HN
cipta dari 50 (lima puluh) tahun menurut ingin memperoleh Da ar Ciptaan untuk dirinya
peraturan yang lama menjadi 25 (dua puluh sendiri suatu pe kan dari Da ar Umum Ciptaan
lima) tahun. tersebut dengan dikenai biaya.
c. dengan diberikannya hak cipta kepada Dalam Pasal 35 ayat (4) ditentukan bahwa
negara atas benda budaya nasional. Penda aran Hak Cipta dak merupakan ke-

BP
Secara khusus dalam UUHC 1982 tersebut wajiban untuk mendapatkan Hak Cipta. Keten-
diatur ketentuan tentang Penda aran Ciptaan. tuan dalam Pasal 35 ayat (4) ini merupakan
Tujuan dari ketentuan Penda aran Ciptaan poin pen ng dalam kerangka perlindungan Hak
ini dibuat dalam rangka agar negara melalui Cipta. Penda aran Ciptaan bukan merupakan
pemerintah sebagai pelaksananya dapat me- suatu keharusan tetapi kerelaan (voluntary)

ing
ngetahui secara posi f kepemilikan suatu bagi pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Dan
Ciptaan yang beredar dimasyarakat atau ada perlu ditegaskan bahwa mbulnya perlindungan
dalam wilayah Republik Indonesia, dalam hal suatu Ciptaan dimulai sejak Ciptaan itu ada atau
ini dapat mengetahui secara formal Pencipta, ind terwujud (material form) dan bukan karena
Pemegang Hak, jenis ciptaan. Dengan adanya suatu penda aran. Ar nya disini bahwa Hak
penda aran ini diharapkan dapat menjadi Cipta baik terda ar maupun dak terda ar
buk kepemilikan Hak dan selanjutnya dapat tetap mendapat perlindungan yang sama oleh
memberikan kepas an hukum baik bagi Pemilik Undang-undang.
V
dan Pihak yang berkepen ngan. Peran Kantor Ditjen HKI berfungsi untuk
Disamping Penda aran Ciptaan tersebut da- mengadministrasi dan mengelola Penda aran
hts

pat memberikan kepas an hukum kepemilikan Hak Cipta (Pasal 52 UU No. 19 Tahun 2002).
Hak Cipta, pembentukan Sistem Penda aran Kantor Direktorat Hak Cipta dak mempunyai
Ciptaan yang konsepnya diatur dalam suatu wewenang untuk menjus fikasi Hak Cipta
undang-undang akan memberikan peran stra- tersebut layak dida ar atau dak, kecuali
tegis bahwa Pemerintah Republik Indonesia memang Hak Cipta tersebut bertentangan
ec

sangat concern atas perlindungan Hak Cipta dengan Undang-Undang, misalnya: gambar
sehingga bersedia menyediakan perangkat dak marka jalan lalu lintas, dak dapat dida ar,
saja suatu kaedah hukum namun juga perangkat karena gambar tersebut telah menjadi milik
lR

administra f dalam menata ciptaan yang akan umum.


dida arkan oleh Pemiliknya. Ketentuan tentang Sehubungan dengan masalah tersebut, Pasal
Penda aran Ciptaan tersebut dak dicabut 36 Undang-Undang Hak Cipta menentukan
atau mengalami perubahan sampai dengan bahwa, ”Penda aran Ciptaan dalam Da ar
na

diundangkannya UUHC 2002. Umum Ciptaan dak mengandung ar sebagai


Ketentuan mengenai penda aran Hak pengesahan atau isi, ar , maksud, atau bentuk
Cipta, diatur dalam Pasal 35 sampai dengan dari Ciptaan yang dida ar. Hal ini berar bahwa
Jur

Pasal 43 UUHC 2002. Kantor Ditjen HKI, Kantor Ditjen HKI dak bertanggungjawab atas
menyelenggarakan Penda aran Ciptaan dan isi, ar , maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang
dicatat dalam Da ar Umum Ciptaan. Da ar terda ar.
Umum Ciptaan tersebut dapat dilihat oleh se ap

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 241


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Dalam Da ar Umum Ciptaan memuat, an- tersebut. Apabila Penda aran diterima oleh

HN
tara lain: Kantor Direktorat Hak Cipta, maka Penda aran,
a. nama Pencipta dan pemegang Hak Cipta; diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan
b. tanggal penerimaan surat permohonan; oleh Direktorat Jenderal. Apabila terdapat
c. tanggal lengkapnya persyaratan; dan Pemindahan atas Penda aran Hak Cipta, secara
d. nomor penda aran Ciptaan. khusus ditentukan dalam Pasal 41 UU No. 19

BP
Dalam Pasal 37 ayat (1) UUHC 2002 me- Tahun 2002, kami ku pkan sebagai berikut:
nentukan bahwa Penda aran Ciptaan dalam 1) Pemindahan hak atas penda aran
Da ar Umum Ciptaan dilakukan atas Permo- Ciptaan, yang terda ar menurut pasal 39
honan yang diajukan oleh Pencipta atau Pe- yang terda ar dalam satu nomor, hanya
megang Hak Cipta atau Kuasa. Sebagaimana diperkenankan jika seluruh Ciptaan yang

ing
juga telah ditentukan dalam Undang-Undang terda ar itu dipindahkan haknya kepada
Hak kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat penerima hak.
HKI) lainnya bahwa yang dimaksud dengan kuasa 2) Pemindahan hak tersebut dicatat dalam
adalah Konsultan HKI yaitu orang yang memiliki Da ar Umum Ciptaan atas permohonan
keahlian di bidang HKI dan secara khusus
ind tertulis dari kedua belah pihak atau dari
memberikan jasa mengurus permohonan Hak penerima hak dengan dikenai biaya.
Cipta, Paten, Merek, Desain Industri serta bi- 3) Pencatatan pemindahan hak tersebut
dang-bidang Hak Kekayaan lainnya selanjutnya diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan
terda ar sebagai Konsultan HKI di Kantor Ditjen oleh Direktorat Jenderal.
V
HKI. Apabila terdapat perubahan nama dan/atau
Permohonan diajukan kepada Kantor Ditjen perubahan alamat orang atau badan hukum yang
hts

HKI dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis namanya tercatat dalam Da ar Umum Ciptaan
dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta,
Ciptaan atau penggan nya dengan dikenai biaya. maka atas permintaan tertulis dari Pencipta
Contoh Ciptaan dilampirkan, namun apabila atau pemegang Hak dicatat dalam Da ar Umum
ec

Ciptaan yang dilampirkan dak dimungkinkan, Ciptaan. Perubahan nama dan/atau perubahan
maka digan dengan miniatur atau fotonya. alamat tersebut diumumkan dalam Berita Resmi
Setelah melalui permohonan, maka dalam Ciptaan oleh Direktorat Jenderal.
lR

waktu paling lama 9 (sembilan) bulan sejak Sebagaimana telah uraikan diatas bahwa
diterimanya permohonan Penda aran secara penda aran Hak Cipta dak memberikan akibat
lengkap Direktorat Jenderal harus memberikan juridis bahwa Hak Cipta yang telah terda ar
keputusan diterima atau ditolaknya penda aran tersebut mempunyai kekuatan hukum sehingga
na

Hak Cipta. dak dapat digangu gugat oleh pihak lain.


Pasal 38 UUHC 2002 menentukan bahwa, Untuk permasalahan ini Pasal 44 UUHC 2002
dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari memberikan penegasan, bahwa kekuatan hu-
Jur

seorang atau suatu badan hukum yang secara kum dari suatu penda aran Ciptaan hapus
bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan, karena:
Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi
atau keterangan tertulis yang membuk kan hak

242 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

a. penghapusan atas permohonan orang

HN
atau badan hukum yang namanya tercatat
sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;
b. lampau waktu;
c. dinyatakan batal oleh putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum

BP
tetap.
Walaupun UUHC 2002 ini diadakan ketentuan
dan perangkat mengenai Penda aran Ciptaan,
namun Penda aran Ciptaan ini dak mutlak
atau dak diwajibkan (non-compulsory), karena

ing
tanpa penda aranpun hak cipta dilindungi oleh Skema 1: Mekanisme PendaŌaran Ciptaan
Undang-Undang. Hanya mengenai ciptaan yang
Berkenaan permohonan Penda aran
dak dida arkan akan lebih sukar dan lebih
Ciptaan telah memperoleh ser fikat sebagai
memakan waktu pembuk an hak ciptanya dari ind surat tanda penda aran dari Ditjen HKI, apabila
ciptaan yang dida arkan.
terjadi pelanggaran maka ser fikat sebagai
Dengan demikian Penda aran ciptaan
tanda buk kepemilikan sebagai salah satu
dilakukan secara pasif, ar nya bahwa semua
buk untuk diajukan kepada pihak penyidik dan
permohonan penda aran diterima dengan
menjadi per mbangan hakim untuk mengambil
V
dak terlalu mengadakan pemeriksaan me-
keputusan. Berikut ini kami uraikan tabel proses
ngenai validitas aplikasi yang diajukan oleh
gugatan/ tuntutan apabila terjadi pelanggaran
hts

Pemohon, kecuali jika aplikasi dari Pemohon


Hak Cipta.
yang bersangkutan secara nyata bertentangan
dengan undang-undang atau dak termasuk
kualifikasi Ciptaan sudah jelas ternyata ada
pelanggaran hak cipta. Maka, dalam undang-
ec

undang ini dianut sistem penda aran nega f-


deklara f, seper pada umumnya dalam hal
sengketa, kepada hakim diserahkan kewenangan
lR

untuk mengambil keputusan.


Berikut ini adalah mekanisme Penda aran
Ciptaan sebagaimana ditentukan dalam UUHC
2002 melipu proses permohonan sampai
na

dengan ser fikasi, sebagai berikut:


Jur

Skema 2: Proses Gugatan/Tuntutan Pelanggaran Hak Cipta

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 243


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

2. Prinsip DeklaraƟf dalam Perlindungan Menurut WIPO2 dan oleh praktek negara-
Hak Cipta

HN
negara, HKI dikelompokkan secara tradisional
Prinsip dalam membedakan perlindungan kedalam dua kelompok kekayaan intelektual
Hak Cipta dengan perlindungan Hak atas (juga bandingkan dengan tabel objek Hak Cipta
Kekayaan Intelektual lainnya adalah bahwa Hak sebagai bagian dari perlindungan Hak kekayaan
Cipta melindungi karya sastra (literary works) dan Intelektual (HKI):

BP
karya seni (ar s c works) dengan segala bentuk 1) Kekayaan industrial (industrial property)
perkembangannya di dunia ini. Sebagai contoh terdiri dari:
karya sastra dapat berupa buku pelajaran, teks a. Invensi teknologi (paten);
lagu, tulisan, dan lain-lain, sedangkan karya seni b. merek;
c. desain industri;

ing
dapat berupa lagu/ musik, tarian, lukisan, dan
lain-lain. d. rahasia dagang;
Hak Cipta adalah bagian dari sekumpulan e. indikasi geografis.
hak yang dinamakan Hak Kekayaan Intelektual 2) Hak cipta (copy rights) dan Hak-hak yang
(HKI) yang pengaturannya terdapat dalam ilmu Berkaitan (Neighboring Rights) yang terdiri
hukum dan dinamakan Hukum HKI. Hukum
ind antara lain:
HKI ini, melipu suatu bidang hukum yang a. karya-karya tulis;
membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya b. karya musik;
atau ciptaan-ciptaan hasil olah pikir manusia c. rekaman suara;
d. pertunjukan pemusik, aktor dan penyanyi.
V
bertautan dengan kepen ngan-kepen ngan
yang bersifat ekonomi dan moral. Bidang yang Pada umumnya, hukum kekayaan intelektual
bertujuan untuk melindungi para pencipta dan
hts

dicakup dalam hak-hak atas kekayaan intelektual


sangat luas, karena termasuk didalamnya semua produser barang dan jasa intelektual lainnya
kekayaan intelektual yang dapat terdiri dari: melalui pemberian hak tertentu secara terbatas
ciptaan sastra, seni, dan ilmu pengetahuan. untuk mengontrol penggunaan yang dilakukan
produser tersebut. Hak itu dak berlaku
ec

pada barang-barang fisik dimana kreasi dapat


diwujudkan tetapi sebagai penggan kreasi
intelektual itu saja.
lR

Penger an tentang intellectual property


bukan merupakan penger an baku, dalam hal
ini Pendapat WIPO dalam General Informa on,
sebagai berikut3:
na

Skema 3: Pembagian Umum Hak Cipta


Jur

2
WIPO didirikan berdasarkan Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, yang
ditandatangani 14 Juli 1976 di Stockholm dan mulai berlaku 1970. WIPO menjadi organisasi internasional
bagaian dari United Nations (PBB) pada Desember 1974).
3
World Intellectual Property Organization, General Information, (Geneva: WIPO Publication No. 400 (E), 1993),
hlm. 131.

244 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

No interna onal treaty defines these untuk menggunakan karya tersebut selama
concepts, and the various countries diffe form

HN
waktu tertentu. Secara luas, hak cipta mencakup
each other on several important points. It is
not posibble, therefore, to give universally ketentuan-ketentuan tentang perlindungan hak
accepted defini ons of the various forms of cipta menurut penger an kata yang tepat dan
interna onal property. juga perlindungan terhadap apa yang biasanya
Walaupun suatu definisi tentang kekayaan disebut ”hak-hak terkait”, sehingga eksklusif

BP
intelektual (kekayaan industrial dan hak cipta) sifatnya.
yang diterima secara umum/ universal dak ada Perjanjian TRIP’s dak mendefinisikan ke-
(no single generic term)4. Namun, untuk dipakai kayaan intelektual, tetapi Pasal 1. 2 - nya me-
sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan nyebutkan bahwa kekayaan intelektual terdiri
selanjutnya ada baiknya di sini dikemukakan dari:

ing
beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ƒ hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan
penulis,5 bahwa untuk mencakup dalam suatu hak cipta (seper hak dari ar s pertunjukan,
definisi yang memuaskan semua yang tergolong produser rekaman suara dan organisasi
kekayaan intelektual adalah dak dimungkinkan, ind penyiaran);
dan pendapatnya, sebagai berikut: ƒ merek;
”There is no single generic term that sa s- ƒ indikasi geografis;
factorily covers them all, Tradi onally, the ƒ desain industri;
term ”intellectual property” was used to
refer to the rights conferred by the grant of ƒ paten;
ƒ desain rangkaian listrik terpadu;
V
a copyright in literary, ar s c and musical
works.” ƒ rahasia dagang dan data mengenai test (test
hts

Secara tradisional kekayaan intelektual di- data);


bagi menjadi dua cabang: ”kekayaan industri” ƒ varietas tanaman baru.
dan ”hak cipta”. ”Kekayaan industri” men- Jadi kekayaan intelektual berhubungan de-
cakup perlindungan invensi melalui paten, ngan permohonan perlindungan atas gagasan-
perlindungan kepen ngan komersial tertentu gagasan dan informasi yang mempunyai nilai
ec

melalui undang-undang merek dan undang- komersial. Kekayaan intelektual merupakan


undang tentang nama dagang, dan undang- kekayaan pribadi yang bisa dimiliki dan dialihkan
undang tentang perlindungan desain industri. kepada orang lain sebagaimana halnya jenis-
lR

Disamping itu, kekayaan industri melipu jenis kekayaan lainnya, termasuk dijual dan
pengendalian persaingan yang dak wajar. dilisensikan.
”Hak cipta” memberikan hak-hak tertentu Konsepsi yang mendasar dalam rezim hu-
kepada para pengarang atau pencipta karya kum hak cipta adalah bahwa hak cipta dak
na

intelektual lainnya (sastra, musik dan seni) melindungi ide-ide, informasi atau fakta-fakta,
untuk memberikan wewenang atau melarang tetapi lebih melindungi bentuk dari pengung-
Jur

4
W.R. Cornish, Intellectual Property, Patent, Copyright, Trade Marks and Allied Rights, (Sweet & Maxwell, 2nd
Edition, 1989),, hlm. 3.
5
Stainforth Ricketson and M. Richardson, Intellectual Property: Cases, Materials and Commentary, (Butterwoths,
2nd edition, 1998), hlm. 3.

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 245


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kapan ide-ide, informasi atau fakta-fakta tersebut hak-hak perseorangan secara seimbang dengan

HN
(expression of ideas). Hal mana juga diatur kepen ngan masyarakat bangsanya.
ditentukan oleh negara-negara anggota WIPO, Menurut Megan Richarson, keuntungan
Australia misalnya, Hak cipta didefinisikan:6 ekonomi (economic benefit) dari Hak Cipta,
”Copyright is form of intellectual property dengan memper mbangkan beberapa hal
protec on for a variaty of crea ve works. sebagai berikut:7

BP
It is not ideas but their expression which are
subject to copyright.” a. wheather material incen ve provided by
copyright are relevant to the innova ve
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
process behind copyright works and others
Hak cipta adalah ada (exist) dalam bentuk nyata
subject ma er;
(real), dan bukan ide-ide itu sendiri. Maka Hak
b. wheather, given that we import more

ing
Cipta dak melindungi ide-ide atau informasi
copyright material than we export, Australia
sampai ide atau informasi tersebut dituangkan
is a net loser from a copyright system that
dalam bentuk yang dapat dihitung dalam
rewards innova on;
bentuk materi, dan dapat diproduksi ulang.
c. wheather the cost associated with the
3. Keterkaitan PendaŌaran Ciptaan de-
ind gran ng proprietary rights over informa on
ngan Prinsip DeklaraƟf outweigh the benefit of copyright.
Manfaat lain, umumnya dialami oleh pelaku
Munculnya suatu karya telah begitu meli-
seni (ar st) melalui perlindungan Hak Cipta,
batkan tenaga, waktu, dan biaya, apabila dikon-
sangat memberikan keuntungan ekonomis bagi
V
versikan ke dalam angka-angka akan menun-
pencipta dan pemegang Hak Cipta, dimana pen-
jukkan nilai karya yang memiliki manfaat atau
dapat mereka sangat tergantung pada pasar:8
hts

nilai ekonomi pada suatu karya cipta. Selanjut-


Almost all ar st who have done anything
nya mbullah kemudian konsepsi mengenai approaching first-rate work have been
kekayaan, yang pada gilirannya, tumbuh konsepsi thoroughly bourgeois people – leading quiet,
hukum mengenai hak dan kebutuhan untuk unostenta ous lives, indifferent to the world’s
praise or blame, and far to much interest in
ec

melindunginya. Pengembangan konsepsi hukum their job to spend their me kicking over the
ini, bila dilihat dari segi usaha untuk mendorong traces.
tumbuhnya sikap dan budaya menghorma atau Dasar pemikiran diberikannya kepada se-
menghargai jerih payah atau hasil karya orang
lR

orang atau individu untuk perlindungan hukum


lain, memiliki ar yang pen ng. Apabila kalau terhadap ”ciptaan” bermula dari teori yang dak
hal ini di njau dari kebutuhan negara untuk lepas dari dominasi pemikiran Mazhab atau
mewujudkan tatanan kehidupan ekonomi yang Dokrin Hukum Alam yang menekankan pada
na

tetap memberikan penghormatan terhadap faktor manusia dan pengunaan akal seper
Jur

6
CAL (Copyright Agency Ltd), Copyright Information Sheet, (Sydney: Copyright Agency Ltd, 2nd Edition, 2000), hlm.
12.
7
Megan Richardson, etc., The Beneϔits and Costs of Copyrights: an Economic Perspective, (Discussion Papers for The
Centre for Copyright Studies Ltd., June 2000), hlm. 7.
8
CLRC. Australia, Copyright Reform: Consideration of Rationales, Interest and Objectives, (1996), hlm. 18., juga lihat
Of ice Regulation Review., An Economic Analysis of Copyright Reform, (1995), hlm. 4.

246 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

yang dikenal dalam Sistem Hukum Sipil (Civil Bertolak dari hasil uraian tentang berbagai

HN
Law System) yang merupakan sistem hukum pendapat di atas, situasi pada masa kini sangat
umum yang dipakai di Indonesia.9 kondusif bagi penciptaan suatu kepas an hukum
Pengaruh Mazhab Hukum Alam dalam Civil dan pengayoman atau perlindungan hukum yang
Law System ini terhadap seorang individu yang berin kan keadilan dan kebenaran, sehingga
menciptakan pelbagai ciptaan yang kemudian pembangunan hukum pada umumnya, dan

BP
memperoleh perlindungan hukum atas cip- perlindungan HKI pada khususnya perlu segera
taan yang merupakan kekayaan intelektual. di ngkatkan lebih cepat menuju terwujudnya
Perkembangan ini juga dikemukakan oleh S. sistem hukum nasional yang menyeluruh dan
Stewart dengan:10 terpadu.
Countries that follow the civil law tradi on, Hal yang paling mendasar bagi perlindungan

ing
however, regard authors’ rights as natural hak atas kekayaan intelektual adalah bahwa
human rights, or part of one’s right of
personalit. As apart of this tradi on, in seseorang yang telah mencurahkan usahanya
addi on to the protec on of the author’s untuk menciptakan/ menemukan sesuatu
economic rights, the protec on of the ind selanjutnya mempunyai hak alamiah/ dasar
author’s ”moral right” is an essen al part of
untuk memiliki dan mengontrol apa-apa yang
the system.
telah diciptakannya.
Stewart mengajukan sebuah summary
Menurut Pasal 27 (2) dari Deklarasi Universal
Prinsip-prinsip Hak Cipta Internasional dan
Hak Asasi Manusia (Universal Declara on of
sinopsis Hukum Hak Cipta di beberapa negara.
V
Human Rights), menyebutkan bahwa:
Stewart juga telah mengiden fikasi Hukum
”Everyone has the right to the protect of the
Hak Cipta negara-negara penganut Sosialis moral and material interest resul ng form
hts

(Socialist Copyrights Law) sebagai satu kategori. any scien fic, literary, or ar s c produc on
Menurutnya bagaimanapun juga, sejak ber- of which he/she is the author”.
akhirnya Uni Soviet (USSR), banyak negara- ”Se ap orang mempunyai hak untuk
menlindungi kepen ngan moral dan material
negara bekas sosialis telah bergerak dengan
yang berasal dari ilmu pengetahuan, sastra
ec

perundang-undangan Hak Cipta Modern atau hasil seni yang mana dia merupakan
(moderncopyrights legisla on). Misalnya Hukum penciptanya”.
Hak Cipta dari Republik Rakyat China dan Rusia Secara substan f penger an HKI dapat di
menganut model civil law system.
lR

deskripsikan sebagai ”Hak atas kekayaan yang


Melalui pengakuan secara universal ini, mbul atau lahir karena kemampuan intelektual
sudah dak diragukan lagi bahwa suatu ciptaan manusia”. Penggambaran di atas pada dasarnya
mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia memberikan kejelasan bahwa HKI memang
na

(life worthy) dan mempunyai nilai ekonomi menjadikan karya-karya yang mbul atau lahir
sehingga menimbulkan adanya ga macam karena kemampuan intelektual manusia sebagai
konsepsi:11 (1) Konsepsi Kekayaan; (2) Konsepsi in dan objek pengaturannya. Demikian juga
Hak; dan (3) Konsepsi Perlindungan Hukum. dalam Hak Cipta yang merupakan bagian dari
Jur

9
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cet. Pertama, (Bandung: Alumni, 1972), hlm. 292.
10
S. Stewart., International Copyright and Neighboring Right, 2nd Edition, (1989), hlm. 33.
11
Eddy Damian, Op.Cit., hlm. 18.

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 247


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HKI, pemahaman mengenai hak atas kekayaan sebagai moral kehidupan bangsa. Dengan

HN
yang mbul atau lahir karena kemampuan berlandasan pada Pasal 33 UUD 1945 yang
intelektual tersebut, telah berwujud karya menyebutkan bahwa Perekonomian disusun
cipta.12 berdasarkan asas kekeluargaan diharapkan
Dalam kerangka permasalan inilah keha- dapat tercipta suatu keseimbangan dalam
diran Undang-undang Hak Cipta perlu mem- kegiatan usaha besar, menengah dan kecil

BP
peroleh perha an sewajarnya. Seper terurai dalam pola kemitraan usaha. Dalam sistem
sebelumnya, yang baru bagi bangsa Indonesia ekonomi yang berasaskan kebersamaan dan
pada dasarnya hanyalah pengenalan konsepsi kekeluargaan tersebut diharapkan semua pihak
tentang pengaturan secara lugas dalam sistem dapat bersaing secara kekeluargaan, saling
hukum nasional. Dalam ilmu hukum, Hak membina agar bersama-sama dapat maju dalam

ing
Cipta seper halnya hak-hak lainnya yang mengembangkan perekonomian nasional yang
dikenal dalam HKI digolongkan sebagai hak efisien.14
milik perorangan yang dak berwujud. Hak Untuk dapat mewujudkan pembangunan
ini bersifat khusus, karena hak tersebut hanya ekonomi yang diciptakan tersebut, diperlukan
diberikan kepada pemilik atau pemegang hak
ind adanya perlindungan hukum bagi hak ekonomi
yang bersangkutan untuk dalam waktu tertentu individu. Di Indonesia, Pasal 27 ayat (1) UUD
memperoleh perlindungan hukum guna 1945 berbunyi:
mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, (1) ”Segala warga negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintah dan wajib
dan lain-lain hasil karya ciptanya, atau memberi
V
menjujung hukum dan pemerintahan itu dengan
ijin kepada orang lain untuk melaksanakannya. dak ada kecuali”
Hak Cipta sering pula dikatakan eksklusif,
hts

(2) ”Tiap- ap warga negara berhak atas


karena mengenyampingkan orang lain untuk pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
mengumumkan, memperbanyak, atau meng- kemanusiaan”
edarkan dan lain-lain kecuali atas ijin pemilik Berdasarkan uraian di atas, selain diatur
atau pemegang hak yang bersangkutan. Ciri- persamaan hak-hak dasar warga negara, juga
ec

ciri seper itu pula yang kemudian sering tersirat makna bahwa negara berkewajiban
mengundang semacam kri k, bahwa Hak Cipta melindungi warga negaranya yang lemah dari
berkembang dari paham ”individualisme”, segi ekonomi Hal ini dimaksudkan agar dalam
lR

bertentangan dengan paham kekeluargaan dan proses berekonomi, secara bertahap dapat
kegotong-royongan bangsa Indonesia.13 bersaing secara wajar dengan pengusaha atau
Lebih jauh, pembangunan ekonomi nasional negara lainnya yang telah lebih dahulu mampu
harus berlandasan UUD 1945 dan Pancasila berkompe si, berdasarkan prinsip demokrasi
na

ekonomi.15

12
Suyud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, Cet. Pertama, 2003),
Jur

hlm. 4 – 5.
13
Bambang Kesowo., Op.Cit., hlm. 8.
14
Djuhaedah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat pada Tanah dalam
Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, (Bandung: PT. Citra AdityaBakti, Cet. Pertama), hlm. 12.
15
Sri Edi Swasono, Membangun Sistem Ekonomi dan Demokrasi ekonomi, (Jakarta: UI-Press, Cet. Kedua, 1985), hlm.
99.

248 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Salah satu bagian pen ng dari pembangunan dituju sesuai dengan kemauan masyrakatnya.19

HN
ekonomi adalah pembangunan di bidang indus- Dengan demikian, hukum menciptakan keadaan
tri, Pembangunan industri yang berlangsung yang rela f sangat baru, dak sekadar mengatur
di Indonesia diarahkan untuk menciptakan keadaan yang telah berjalan. Komar Kantatmadja
kemandirian Perekonomian nasional dengan menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui hukum sebagai sarana pembaharuan adalah

BP
peran serta ak f Masyarakat yang didukung sebagai berikut:20
oleh produk fitas masyarakat yang sehat dalam ”Hukum harus mampu memenuhi kebutuhan
menghasilkan barang dan jasa. Diharapkan sesuai dengan ngkat kemajuan serta
tahapan pembangunan di segala bidang
dalam pembangunan industri yang berlangsung sehingga dapat diciptakan keter ban dan
dapat meningkatkan penguasaan pasar dalam

ing
Kepas an hukum untuk menjamin serta
negri dan memperluas pasar luar negeri.16 memperlancar pelaksanaan pembangunan”.
Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bah- Sumantoro menyatakan bahwa hukum da-
wa hukum merupakan sarana pembaharuan pat berfungsi sebagai agent of moderniza on
masyarakat. Hal ini didasarkan pada suatu ind and instrument of social engineering.21 Dengan
anggapan bahwa adanya keteraturan atau demikian, pembangunan hukum juga dapat
keter ban itu merupakan suatu hal yang berjalan di depan bersama pembangunan eko-
diinginkan, bahkan dipandang perlu. Lebih nomi dalam upaya mencapai masyarakat yang
jauh lagi anggapan lain yang terkandung dalam adil dan makmur. Mendukung pendapat di atas,
V
konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan Sunarya Hartono menyatakan bahwa makna
masyarakat adalah hukum dalam ar kaidah dari pembangunan hukum melipu empat hal
hts

atau peraturan hukum memang dapat sebagai berikut:22


berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana 1. menyempurnakan (membuat sesuatu yang
pembangunan dalam ar penyalur arah lebih baik);
kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh 2. mengubah agar menjadi lebih baik dan
pembangunan atau pembaharuan.17 modern;
ec

Roscue Pound berpendapat ”Law as a toll 3. mengadakan sesuatu yang sebelumnya


of social engineering”18 bahwa hukum sebagai belum ada, atau;
sarana rekayasa sosial, hukum dak pasif, tetapi 4. meniadakan sesuatu yang terdapat dalam
lR

harus mampu digunakan untuk mengubah sistem lama karena dak diperlukan dan
suatu keadaan dan kondisi tertentu ke arah yang dak cocok dengan sistem baru.
na

16
Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), 2004), hlm. 27.
17
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung: Bina Cipta, Cet.
Pertama, 1976), hlm. 4.
18
Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, (Bandung: Citra AdityaBakti, Cet. Kedua, 1996), hlm. 83.
Jur

19
W. Friedman, Legal Theory, (London: Steven & Sons Limited, 1960), hlm. 293-296.
20
Komar Kantaatmadja, Perandan Fungsi ProfesiHukum Dalam Undang-UndangPerpajakan, makalah, dalam
Seminar Nasional Hukum Pajak, IMNO-UNPAD, Bandung, Juli 1985.
21
Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta: UI Press, Cet. Kedua, 1986), hlm. 180.
22
Sunaryati Hartono, ”Sejarah Pekembangan Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum Nasional”, Makalah,
1991.

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 249


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Bertolak dari pemahaman mengenai segala Pasca penandatangganan TRIPS Agreement

HN
hal terdahulu dan dalam kerangka menghindari tersebut, memberikan konsekuensi produk Hu-
suatu pelanggaran dalam Hak Cipta, rambu- kum Hak Cipta di Indonesia untuk diadakan per-
rambu pengaturannya secara seksama telah ubahan dalam rangka memenuhi standarisasi
diformulasikan dalam perundang-undangan, Di pemberlakukan TRIPS Agreement tersebut.
Indonesia sejak tahun 1970-an upaya pengaturan Perubahan Undang-Undang dilakukan yaitu

BP
Hak Cipta ini dimulai dan kemudian memberikan dengan diundangkannya Undang-Undang No.
hasil berupa UUHC 1982. Pada tanggal 12 April 12 Tahun 1997 tentang perubahan Undang-
1982, oleh pemerintah Indonesia memutuskan Undang No. 6 Tahun 1982 sebagaimana diubah
untuk mencabut Auteurs Wet,Staatsblad Nomor dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1987 dan
600 Tahun 1912 dan sekaligus mengundangkan perubahan terakhir kali dengan diundangkannya

ing
Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 1982 tentang UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta yang
Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara dianggap telah memenuhi seluruh ketentuan
RI Tahun 1982 Nomor 15 Undang-Undang No. 7 dalam TRIPs Agreement termasuk beberapa
Tahun 1987 tentang Perubahan Undang-Undang Current Issues internasional di bidang Hak
No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta ditujukan
ind Cipta Tradisional khususnya perlindungan atas
karena Pertumbuhan dan perkembangan ilmu expression of folklore.
pengetahuan, seni, dan sastra. Selanjutnya, Persetujuan TRIPs Agreement, menimbulkan
sistem Hukum Hak Cipta juga mengalami kebutuhan untuk menghadirkan beberapa
perubahan yang signifikan dari sudut substansi, ketentuan internasional bidang Hak Cipta
V
hal ini dak hanya dialami oleh Indonesia dengan beberapa ciri pokok pengaturannya
namun juga oleh negara-negara anggota yang masing-masing dan unsur-unsur yang dimaksud
hts

menandatanggani perjanjian WTO (World Trade dalam TRIPs Agreement. Terhadap hukum
Organiza on). nasional yang berlaku bagi masing-masing
Indonesia merupakan salah satu dari 110 negara anggota penandatangan, bentuk
negara yang menandatangani hasil akhir Pu- pemberlakuan ketentuan-ketentuan Hak Cipta
ec

taran Uruguay. Selanjutnya Indonesia dengan dalam skala internasional antara lain berupa:
resmi telah mengesahkan keikutsertaan dan (1) memberlakukan Konvensi Bern 1971 yang
menerima Conven on Establishing the World belum berlaku bagi Indonesia;
lR

Trade Organiza on dengan Undang-Undang No. (2) mencabut ketentuan-ketentuan Hak Cipta
7 Tahun 1994. Sebagai konsekuensi dari keang- yang dak sesuai dan menggan nya dengan
gotaan Indonesia di WTO, Indonesia antara lain yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
harus menyelaraskan segala pranata peraturan Persetujuan TRIPs;
na

perundang-undangan di bidang HaKI dengan (3) menetapkan penambahan ciptaan-ciptaan


norma dan standar yang disepaka . Sesuai yang diatur dalam Persetujuan TRIPs yang
dengan Pasal 65 Persetujuan TRIPs (Trade Re- dinamakan Hak-hak yang Berkaitan dengan
Jur

lated Aspect on Intellectual Property Rights and Hak Cipta.


Counterfeit Goods Agreement), Indonesia seba- Konvensi Bern, dikatakan sebagai sebagai
gai negara berkembang mendapatkan tenggang dasar dan acuan pengaturan hukum Hak Cipta
waktu sampai 1 Januari 2002. bagi Negara-negara di dunia atau disebut

250 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

dengan law making treaty, sebagaimana kami syarat apapun (no condi onal upon compliance

HN
ku pkan bahwa Negara-negara anggota WTO with any formality).
harus memenuhi seluruh ketentuan Konvensi
Bern dalam produk Hukum Hak Cipta masing- (3) Prinsip independence of protecƟon:
masing, yaitu dalam bagian II Sec on 1: Copy- Bentuk perlindungan hukum Hak Cipta dibe-
right and Related Rights, TRIPs Agreement, rikan tanpa harus bergantung kepada pengaturan

BP
Pasal 9 berkaitan dengan Berne Conven on: perlindungan hukum negara asal pencipta.
”Members shall comply with Ar cle 1 through Ku pan Pasal 5 ayat (1) dan (2) Konvensi
21 of the Berne Conven on (1971) and the
Appendix thereto. However, Members shall Bern sebagai berikut:
not have rights or obliga ons under this (1) Authors shall enjoy, in respect of works for which
they are protected under this Conven on, in

ing
Agreement in respect of the rights conferred
under Ar cle 6bis of that Conven on or of the countries of the Union others than the country of
rights derived therefrom”. origin, the rights which their respec ve laws do
now or may herea er grant to their na onals,
Konvensi Bern 1886, pada garis besarnya
as well as the rights specially granted by this
memuat prinsip dasar mengenai sekumpulan ind Conven on.
ketentuan yang mengatur standar minimum (2) The enjoyment and the exercise of this rights shall
perlindungan hukum (minimum standart of not be subject to any formality; such enjoyment
protec on) yang diberikan kepada pencipta dan and such exercise shall be independent of the
existence of protec on in the country of origin
sekumpulan ketentuan yang berlaku khusus of the works. Consequently, apart from the
bagi negara-negara anggota WTO. Keikutsertaan
V
provision of this Conven on, the extent of
suatu negara sebagai anggota Konvensi Bern protec on, as well as the means of redness
memuat ga prinsip dasar yang menimbulkan afforded to the authors to protect his rights
hts

shall be governed exclusively by the laws of the


kewajiban negara peserta untuk menerapkan
country where protec on is claimed.
dalam perundang-undangan nasionalnya di
Dengan mengacu pada keberlakukan ke-
bidang hak cipta, yaitu:
tentuan konvensi internasional di bidang
Hak Cipta khususnya Konvensi Bern, se ap
ec

(1) Prinsip naƟonal treatment:


ciptaan sudah mendapatkan perlindungan
Ciptaan yang berasal dari salah satu negara
secara otoma s (automa c protec on) sejak
peserta perjanjian (yaitu ciptaan seorang warga-
Ciptaan menjadi nyata (real expression),
lR

negara dari negara peserta perjanjian, atau suatu


perlindungannya diberikan langsung tanpa
ciptaan yang pertama kali diterbitkan di salah
bergantung dari Negara asal pencipta (direct and
satu negara peserta perjanjian) harus mendapat
independent protec on), dan pemberlakukan
perlindungan hukum Hak Cipta yang sama seper
na

ketentuan ini berlaku sama bagi seluruh


diperoleh ciptaan seorang pencipta warga negara
negara-negara yang telah mera fikasi Konvensi
sendiri.
Bern termasuk negara-negara anggota WTO
yang juga menandatanggani TRIPS Agreement.
Jur

(2) Prinsip automaƟc protecƟon:


Dengan demikian dak diperlukan intervensi
Pemberian perlindungan hukum harus dibe- negara termasuk suatu negara membentuk
rikan secara langsung tanpa harus memenuhi suatu sistem registrasi suatu karya cipta yang

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 251


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

selanjutnya menjadi buk atau formalitas suatu mbul dari suatu Ciptaan dalam Hak Cipta oleh

HN
kepemilikan ciptaan. Hukum diberikan secara bersamaan dengan
Ketentuan prinsip deklara f dalam Konvensi keis mewaan-keis mewaan tertentu, yaitu Hak
internasional dibidang Hak Cipta ini sesuai untuk mengeksploitasi ciptaannya. Konsepsi
dengan doktrin dan asas hukum perlindungan kekayaan dalam Hak Cipta yang bersifat eksklusif
ciptaan. Asas yang mendasar dalam rezim ini juga disampaikan menurut Bruce A. Lehman,

BP
hukum hak cipta adalah bahwa hak cipta berpendapat: 24
dak melindungi ide-ide, informasi atau fakta- ”Ownership of a copyright, or any of the
fakta, tetapi lebih melindungi bentuk dari exclusive rights under a copyright, is dis nct
from ownership of any material object in
pengungkapan ide-ide, informasi atau fakta- which the work is embodied. Transfer of
fakta tersebut (protectedexpression of ideas).

ing
ownership of any material object, including
Hal mana juga diatur ditentukan oleh negara- the copy or phonorecord in which the work is
first fixed, does not of itself convey any rights
negara anggota WIPO, Australia misalnya,
in the copyrighted work embodied in the
Hak cipta didefinisikan:23 ”Copyright is form of object; nor, in the absence of an agreement,
intellectual property protec on for a variaty of does transfer of ownership of a copyright or of
crea ve works. It is not ideas but their expression
ind any exclusive rights under a copyright convey
property rights in any material object”.
which are subject to copyright”.
Dapat dikatakan bahwa Hak cipta adalah ada Konsepsi kepemilikan (possesion), kekayaan
(exist) dalam bentuk nyata (real), dan bukan ide- atau hak-hak kekayaan lain yang melekat
ide itu sendiri. Maka Hak Cipta dak melindungi kepada atau terkait dengan mengkopi dari karya
V
ide-ide atau informasi sampai ide atau informasi cipta (copyrighted work), termasuk hak untuk
tersebut dituangkan dalam bentuk yang dapat mendapatkan akses melalui media network
hts

dihitung dalam bentuk materi (material form), komputer, dak seorangpun dapat menguasai
dan dapat dipublikasi (publica on) ataupun dan menjalankan hak-hak eksklusif dari pemilik
diproduksi ulang (reproduc on) yang kemudian Hak Cipta (copyright owner), (misal hak untuk
berkembang menjadi konsep kekayaan yang mengumumkan kepada publik (to perform it
c

memberikan manfaat ekonomi bagi Pencipta publicly) atau hak untuk mereproduksi).
Kepemilikan Hak Cipta terkait dengan hak-hak
Re

atau Pemegang Hak-nya.


Hak Cipta sebagai bagian dari perlindungan yang melekat atau dimiliki pemegang Hak Cipta.
Kekayaan intelektual memilki hak-hak yang Pada Umumnya Hukum Hak Cipta memberikan
di mbulkan atas kekayaan yang dimilikinya, beberapa hak yang dikenal dengan Hak Eksklusif
dalam hal ini pemilik Hak Cipta dapat melakukan (a number exclusive rights). Berikut ini kami
l

perbuatan-perbuatan hukum tertentu atas ku pkan beberapa hak eksklusif terhadap suatu
na

kekayaan yang dimilikinya. Hak-hak yang karya Cipta, yaitu: 25


Jur

23
CAL (Copyright Agency Ltd), Op.Cit.,hlm. 12.
24
Bruce A. Lehman, Intellectual Property and The National Infrastructure: The Report of The Working Group on
Intellectual Property Rights, Information Infrastructure Task Force, (Washington D.C: USPTO, September 1995),
hlm. 137.
25
Attorney General’s, Department Copyright Law Australia, Short Guide Copyrights Information, (Attorney General’s
Department Copyright Law in Australia, January 2000).

252 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

”These exclusive rights vary according to the Umum Ciptaan. Konsekuensi dari ketentuan
different types of works and other subject-

HN
tentang Penda aran Ciptaan ini Kantor Ditjen
ma er protected by copyright.The owner of
copyright in a literary, drama c or musical HKI ber ndak selaku Pemeriksa dan menentukan
work has the following exclusive rights: suatu karya cipta tersebut layak atau dak layak
1. to reproduce the work in a material form untuk dida ar. Padahal dalam Penda aran
(which includes making a sound recording Ciptaan dak terdapat pemeriksaan Substan f

BP
or film of the work or including the work (Substa ve Examina on), hal ini akan menjadi
in a database);
masalah khususnya tentang objek fitas dari
2. to publish the work (that is, to make
pemeriksa.
copies of the work available to the public
for the first me); Ketentuan Penda aran Ciptaan belum cu-
kup efek f dalam memberikan perlindungan

ing
3. to perform the work in public;
Hak Cipta, ketentuan ini hanya memberikan
4. to broadcast the work;
kesan bahwa Pemerintah Negara Republik
5. to make an adapta on of the work (which
includes an arrangement of a musical Indonesia secara ak f memberikan proteksi bagi
work and a drama sa on or transla on ind perlindungan Hak Cipta. Ketentuan Penda aran
of a literary work); Ciptaan ini terdapat ke daksesuaian karena
6. cable television), and; perlindungan Hak Cipta itu seharusnya sejak
7. in the case of computer programs, and Ciptaan tersebut selesai dibuat, ar nya tanpa
works recorded in sound recordings, to penda aran pun suatu karya Cipta diakui dan
commercially rent the sound recording or
V
mendapatkan perlindungan. Dengan demikian
computer program”.
ketentuan Penda aran Ciptaan dalam Undang-
Hak Pencipta dan Pemegang Hak dalam
hts

Undang Hak Cipta dak mutlak atau dak


ruang lingkup karya seni memiliki beberapa hak
diwajibkan (non-compulsary). Dengan kata
eksklusif sebagai berikut:
lain, Penda aran ciptaan dilakukan secara pasif
ƒ to reproduce the work in a material
dan bersifat sukarela (voluntary applica on),
form (which includes reproducing a two-
ar nya bahwa semua permohonan penda aran
c

dimensional work in a three-dimensional


diterima dengan dak terlalu mengadakan
form and vice versa);
Re

pemeriksaan secara substan f mengenai materi


ƒ to public the works;
Aplikasi Ciptaan, kecuali jika sudah jelas ternyata
ƒ to include the work in a television broadcasts,
ada pelanggaran atas syarat Hak Cipta.
and;
Sebetulnya dalam UUHC 2002 tentang
ƒ to transmit a television program which
Hak Cipta menganut sistem deklara f, namun
l

includes that work to subscribers to a


terdapat ketentuan Penda aran Ciptaan
na

television services.
yang sebetulnya bertentangan dengan sistem
Bagi Indonesia, dengan adanya ketentuan
deklara f. Mekanisme atau Konsep registrasi
Penda aran Ciptaan ini, memberikan konse-
sebetulnya adalah kelanjutan dari perlindungan
kuensi Kantor Ditjen HKI memiliki kewenangan
Jur

atas Hak Kekayaan Intelektual dengan sistem


berdasarkan Undang-Undang untuk mengelola
kons tu f (Cons tu ve Principal) dimana
Penda aran Ciptaan tersebut, termasuk admi-
kepemilikan suatu Hak Kekayaan Intelektual
nistrasi yaitu Ditjen HKI ber ndak menerima,
diperoleh karena suatu penda aran pertama
memeriksa dan menerbitkannya dalam Da ar

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 253


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kali (first to file). Sistem Kons tu f ini pada dimana se ap ciptaan sudah mendapatkan

HN
umumnya dikhususkan untuk proteksi dibidang perlindungan secara otoma s (automa c
Hak Kekayaan Industrial (Industrial Property protec on) sejak Ciptaan menjadi nyata
Right) yang terdiri atas Paten (Patents), Merek (real expression), perlindungannya diberikan
(Trademarks), Desain Industri (Industrial langsung tanpa bergantung dari negara asal
Designs). pencipta (direct and independent protec on).

BP
Dengan demikian, berdasarkan kerangka Pemberlakukan ketentuan ini berlaku sama bagi
pemikiran ini sementara bahwa dengan adanya seluruh negara-negara yang telah mera fikasi
ketentuan Penda aran Ciptaan sebagaimana Konvensi Bern termasuk negara-negara anggota
diatur dalam UUHC 2002 menyebabkan WTO yang juga menandatanggani TRIPS
dilanggarnya Asas Deklara f (declara ve Agreement. Dengan demikian dak diperlukan

ing
principle) yaitu suatu Ciptaan dilindungi sejak intervensi Negara termasuk suatu Negara mem-
pertama kali dipublikasikan. bentuk suatu sistem registrasi suatu karya cipta
yang selanjutnya menjadi buk atau formalitas
E. Penutup suatu kepemilkan ciptaan.
1. Kesimpulan
ind Hubungan antara Penda aran Ciptaan
berdasarkan UUHC 2002 tentang Hak Cipta
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas,
dilakukan dengan tetap diberlakukan secara
ketentuan Penda aran Ciptaan sebagaimana
nega f-deklara f, dengan demikian ketentuan
dimaksud dalam UUHC 2002 sebagai hukum
Penda aran Ciptaan tersebut menyebabkan
V
norma f tentang Hak Cipta di Indonesia.
dilanggarnya asas kepemilikan karya cipta
Dengan adanya ketentuan Penda aran Ciptaan
diperoleh sejak ciptaan tersebut pertama kali
hts

ini, memberikan konsekuensi Kantor Ditjen HKI


dipublikasikan (Declara ve Principle).
memiliki kewenangan berdasarkan Undang-
Undang untuk mengelola Penda aran Ciptaan
2. Saran
tersebut termasuk administrasi yaitu Kantor
Perlu meneli kembali apakah perlindungan
ec

Ditjen HKI ber ndak menerima, memeriksa dan


menerbitkannya dalam Da ar Umum Ciptaan. hukum bidang HKI khususnya Hak Cipta,
Konsekuensi dari ketentuan tentang Penda aran berdasarkan beberapa perundang-undangan
Ciptaan ini Kantor Ditjen HKI ber ndak selaku nasional terutama Undang-Undang Hak Cipta
lR

Pemeriksa dan menentukan suatu karya cipta No. 19 Tahun 2002 khususnya dengan mengkaji
tersebut layak atau dak layak untuk dida ar. kembali secara juridis norma f ketentuan ten-
Prinsip Deklara f dalam Perlindungan Hak tang Penda aran Ciptaan apakah telah sesuai
na

Cipta berdasarkan ketentuan hukum inter- dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di
nasional dan doktrin hukum yang berlaku dalam kalangan masyarakat internasional, khususnya
praktek perlindungan Hak Kekayaan Intelektual pengaturan seper yang ditetapkan dalam per-
dimana secara universal mengacu pada janjian TRIPs and Counterfeit Goods, yang telah
Jur

keberlakukan ketentuan konvensi internasional dira fikasi oleh Indonesia dengan Undang-
di bidang Hak Cipta khususnya Konvensi Bern, Undang No. 7 tahun 1994.

254 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 237-255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

DAFTAR PUSTAKA Margono, Suyud, Hukum dan Perlindungan Hak


Cipta, (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri., Cet.

HN
Buku Pertama, Jakarta, 2003).
A orney General’s, Department Copyright Law Mayana, Ran Fauza., Perlindungan Desain Industri
Australia, Short Guide Copyrights Informa on, di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas,
(A orney General’s Department Copyright Law (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
in Australia, January 2000). (Grasindo), Cet. Pertama, 2004)

BP
CAL (Copyright Agency Ltd), Copyright Informa on Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni,
Sheet, (Copyright Agency Ltd, 2nd Edi on, Sydney, Cet. Pertama, Bandung, 1982).
2000). Rasjidi, Lili., Dasar-dasar Filsafat Hukum, (Bandung:
Cornish, W. R., Intellectual Property, Patent, Citra Aditya Bak , Cet. Kedua, 1996).
Copyright, Trade Marks and Allied Rights, (Sweet Richardson, Megan, etc., The Benefits and Costs of
& Maxwell, 2nd Edi on, 1989). Copyrights: an Economic Perspec ve., Discussion

ing
Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta, (Bandung: PT. Papers for The Centre for Copyright Studies Ltd.,
Alumni, Cet. Kedua, 2004). (Australia, Published in June 2000).
Friedman, W, Legal Theory, (London: Steven & Sons Ricketson, Stainforth and M. Richardson, Intellectual
Limited, 1960). Property: Cases, Materials and Commentary,
Galaner, Marc.,”The Moderniza on of Law The (Bu erwoths, 2nd edi on, 1998.)
Dynamic of Growth” dalam Syamsudin, Hukum ind Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta UI Press, Cet.
Adat dan Modernisasi Hukum, (Yogyakarta: FH Kedua, 1986).
UII, Cet. Pertama, 1998). Stewart, S, Interna onal Copyright and Neighboring
Hartono, Sunarya , ”Sejarah Pekembangan Hukum Right, (2d Edi on, 1989).
Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum World Intellectual Property Organiza on, General
Nasional”, Makalah, 1991. Informa on, (Geneva: WIPO Publica on No. 400
Hasan, Djuhaedah, Lembaga Jaminan Kebendaan (E), 1993).
V
bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat
pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Peraturan
hts

Pemisahan Horizontal, (Bandung: Citra Aditya


Agreement on Trade – Related Aspects of Intellectual
Bak , Cet. Pertama, 2000).
Property Right, Marrakesh, 15 April 1994.
Kesowo, Bambang, Pengantar Umum Mengenai
Bern Conven on for the Protec on of Literary and
HAKI di Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Negara
Ar s c Works, Paris Act of July 24, 1971 as
RI., terbit tanpa Tahun).
amended on September 28, 1979.
Kusumaatmadja, Mochtar., Hukum, Masyarakat dan
ec

Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang


Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung: Bina
Pengesahan Agreement Establishing The World
Cipta, Cet.Pertama, 1976).
Trade Organiza on (Persetujuan Pembentukan
________, Konsep-Konsep Hukum Dalam
Organisasi Perdagangan Dunia).
Pembangunan, (Bandung: PT. Alumni, Cetakan
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
lR

Keempat, 2002).
Cipta
Lehman, A, Bruce., Intellectual Property and The
Na onal Informa on Infrastructure., The report
of the Working Group on Intellectual Property
Rights, September 2003.
na
Jur

Prinsip DeklaraƟf PendaŌaran Hak Cipta…. (Suyud Margono) 255


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
V ind
”Halaman ini dikosongkan”
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

KEDUDUKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA

HN
INDONESIA DALAM MENDORONG PERKEMBANGAN BISNIS PERBANKAN
SYARIAH (PERSPEKTIF HUKUM PERBANKAN SYARIAH)
(Posi on of The Na onal Sharia Board – Indonesian Council Of Ulema's Fatwa In S mulate
The Development Of Islamic Banking Business – Islamic Banking Law Perspec ve)

BP
Ahyar Ari Gayo dan Ade Irawan Taufik
Badan Pembinaan Hukum Nasonal Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Mayjen. Soetoyo, Cililitan, Jakarta Timur

Naskah diterima: 14 Mei 2012; revisi: 10 Juli 2012; disetujui: 20 Juli 2012

ing
ABSTRAK
Di dalam perbankan syariah, disamping peraturan perundang-undangan, para prak si perbankan syariah juga memerlukan
Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai acuan dalam mejalankan praktek perbankan syariah.
Permasalahannya adalah apakah Fatwa DSN-MUI secara langsung mengikat bagi pelaku perbankan syariah. Dengan
ind
menggunakan metode peneli an yuridis sosiologis diperoleh jawaban bahwa Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat aturan
yang bersifat dak mengikat dan dak ada paksaan secara hukum bagi sasaran diterbitkannya fatwa untuk mematuhi
ketentuan fatwa tersebut, namun di sisi lain, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, adanya kewajiban
bagi regulator (Bank Indonesia) agar materi muatan yang terkandung dalam Fatwa DSN-MUI diserap dan ditransformasikan
sebagai prinsip-prinsip syariah dalam materi muatan peraturan perundang-undangan. Keberadaan Fatwa DSN-MUI
semakin menunjukan peranannya sebagai pedoman pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan syariah sejak
V
diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Hambatan dalam penerapan Fatwa DSN-
MUI dalam kegiatan perbankan syariah, antara lain fatwa yang sulit untuk diterjemahkan atau sulit diaplikasikan dalam
peraturan perbankan dan fatwa DSN-MUI yang dak selaras dengan hukum posi f.
hts

Kata kunci: Fatwa, DSN-MUI, Perbankan Syariah

ABSTRACT
In the Islamic banking, besides legisla on, the prac oners of Islamic banking also requires the Na onal Sharia Board
ec

– Indonesian Council of Ulema’s Fatwa (DSN-MUI) as a reference in prac ce carry out Islamic banking. The problem is is
whether the DSN-MUI Fatwa is directly ed to the perpetrators of Islamic banking. By using the methods of sociological
juridical research obtained answers that DSN-MUI Fatwa is a set of rules which are not binding and there is no legal
compulsion for the target to comply with the fatwa issued the fatwa, but on the other side, based on legisla on in force,
the obliga on for the regulator (Bank Indonesia) that the substance contained in the DSN-MUI Fatwa absorbed and
lR

transformed the Islamic principles in the substance of legisla on. The presence of DSN-MUI Fatwa has grown from its role
as the guidelines for the implementa on of sharia principles in Islamic banking since the enactment of Law No. 21 of 2008
on Islamic Banking. Obstacles in the implementa on of DSN-MUI fatwa in Islamic banking ac vi es, including fatwas that
are difficult to translate or difficult to apply in banking regula on and DSN-MUI fatwa is not aligned with the posi ve law
Keywords: Fatwa, DSN-MUI, Islamic Banking
na
Jur

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 257
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan santri (muslim) adalah mereka yang dipengaruhi

HN
oleh etos kerja Islam yang hidup di lingkungan
Terdapat rambu-rambu hukum Islam yang
di mana mereka bekerja.2
mengatur ke ka manusia melakukan kegiatan
Pada dasawarsa terakhir, perha an umat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rambu-
Islam Indonesia terhadap ajaran ekonomi
rambu hukum dimaksud, ada yang bersifat
yang berdasarkan syariah mulai tumbuh dan
pengaturan dari Alquran, Alhadis, peraturan

BP
berkembang. Hal tersebut disebabkan, selain
perundang-undangan (ij had kolek f), ijma
karena sistem ekonomi konvensional ternyata
qiyas, is hsan, maslahat mursalah, maqashidus
dak dapat memenuhi harapan, kesadaran
syariah, maupun is lah lainnya dalam teori-
umat untuk syariah secara kaffah (menyeluruh)
teori hukum Islam.. Rambu-rambu pengaturan
dalam berbagai aspek kehidupan ternyata juga

ing
dalam berak fitas dimaksud, baik dalam bentuk
terus meningkat.
hukum perbankan, jual beli, asuransi, gadai,
Momentum pergerakan ekonomi syariah di-
utang piutang, maupun dalam bentuk lainnya
mulai ke ka lahirnya Bank Muamalat Indonesia
dalam bidang hukum ekonomi atau ekonomi
pada tahun 1992 sebagai bank pertama di
syariah.1
Sejarah pergerakan ekonomi Islam di
ind Indonesia yang berlandaskan pada prinsip
syariah dalam kegiatan transaksinya.3 Kelahiran
Indonesia secara formal sebenarnya telah
bank syariah ini kemudian diiku oleh bank-
berlangsung sejak tahun 1911, yaitu sejak
bank lain, baik yang berbentuk full branch
berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam
maupun yang hanya berbentuk divisi atau
V
yang dibidani oleh para entrepreneur dan para
unit usaha syariah. Tak ke nggalan, lembaga
tokoh Muslim saat itu. Bahkan jika kita menarik
keuangan lainnya pun, seper perusahaan
hts

sejarah jauh ke belakang, jauh sebelum tahun


asuransi dengan prinsip syariah; pasar modal
1911, peran dan kiprah para santri (umat
yang berbasiskan produk syariah dan lembaga
Islam) dalam dunia perdagangan cukup besar.
pembiayaan non bank dengan prinsip syariah
Dalam buku Pedlers and Princes, (1955), Clifford
terus bermunculan.
Geertz, seorang antropolog dari Amerika Serikat,
ec

Perkembangan ekonomi syariah dalam


menyatakan bahwa di Jawa, para santri reformis
bidang usaha perbankan syariah, sampai dengan
mempunyai profesi sebagai pedagang atau
triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan
wirausahawan dengan etos entrepreneurship
lR

kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan


yang nggi. Sementara dalam buku ”The Religion
munculnya pemain-pemain baru baik dalam
of Java” (1960), Geertz menulis, ”Pengusaha
na

1
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Gra ika, 2008), hlm. 1.
2
Agustianto, Implementasi Ekonomi Syariah, sumber: http://www.agustiantocentre.com/?p=459, diakses tanggal
29 April 2011.
3
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai
Jur

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal
1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
dan beberapa pengusaha Muslim. Pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti
dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan, sumber: http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/pro ile, diakses tanggal 29 April
2011.

258 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun telah diubah dengan Undang-Undang No. 10

HN
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS Undang No. 7 Tahun 1992; Undang-Undang
bertambah 4 BUS dimana 2 BUS merupakan No. 23 Tahun 1992 tentang Bank Indonesia
hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan

BP
sehingga jumlah UUS di tahun 2010 ini berkurang Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
menjadi 23 UUS. Peningkatan jaringan kantor Bank Indonesia; Undang-Undang No. 8 Tahun
BUS dan UUS sampai triwulan III 2010 meningkat 1995 tentang Pasar Modal; Undang-Undang
sebanyak 387 kantor, peningkatan ini terutama No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat;
dari pembukaan kantor cabang terutama kantor Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang

ing
cabang pembantu. Sedangkan untuk layanan Wakaf; Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
syariah mengalami penurunan sebanyak 652 tentang Perseroan Terbatas; Undang-Undang
menjadi 1140 pada triwulan III 2010.4 No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
Dalam menghadapi perkembangan ekonomi ind Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang
syariah yang signifikan di Indonesia, diperlukan Surat Berharga Syariah Negara; dan peraturan
suatu perangkat peraturan perundangan-un- perundang-undangan lainnya dalam bentuk
dangan yang dapat memberikan kepas an Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
hukum kepada para prak si ekonomi syariah Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Menteri
V
dalam menjalankan ekonomi syariah. Di dalam Keuangan maupun Peraturan Bapepam-LK.
kons tusi, kegiatan ekonomi syariah secara Selain peraturan perundang-undangan
hts

implisit didasarkan pada Pasal 29 ayat (1 dan tersebut di atas, para prak si ekonomi syariah,
2) Undang-Undang Dasar Negara Republik masyarakat dan pemerintah (regulator)
Indonesia Tahun 1945, kemudian pengaturan membutuhkan fatwa-fatwa terkait ekonomi
ekonomi syariah di Indonesia tersebar dalam syariah dari para ulama atau lembaga-lembaga
berbagai peraturan perundang-undangan, atau organisasi-organisasi Islam lainnya yang
ec

antara lain Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 berkompeten mengeluarkan fatwa-fatwa


tentang Peradilan Agama sebagaimana telah sebagai suatu pegangan atau petunjuk untuk
diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun melaksanakan kegiatan ekonomi syariah.
lR

2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Perkembangan lembaga ekonomi syariah


No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang demikian cepat harus diimbangi dengan
sebagaimana telah diubah pula dengan Undang- fatwa-fatwa ekonomi syariah yang valid dan
Undang No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan akurat. Untuk lebih meningkatkan khidmah
na

Kedua atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 dan memenuhi harapan umat yang demikian
tentang Peradilan Agama; Undang-Undang No. besar terhadap ekonomi syariah, Majelis
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana Ulama Indonesia (MUI) pada Tahun 1999 telah
Jur

4
Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia,
2010, sumber: www.bi.go.id, diakses tanggal 02 Mei 2011.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 259
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Permasalahannya adalah apakah para

HN
Lembaga ini, yang beranggotakan para ahli hukum pelaku ekonomi syariah dapat secara langsung
Islam (fuqaha’) serta ahli dan prak si ekonomi, menjadikan Fatwa MUI sebagai dasar untuk
terutama sektor keuangan, bank maupun non- menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah
bank, berfungsi untuk melaksanakan tugas- sebagai dasar operasional kegiatan perbankan
tugas MUI dalam mendorong dan memajukan syariah atau dituangkan terlebih dahulu ke dalam

BP
ekonomi ummat, di samping itu, lembaga ini peraturan perundang-undangan, sehingga
pun bertugas, antara lain, untuk menggali, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
menguji dan merumuskan nilai dan prinsip- hukum mengikat. Mengingat Fatwa MUI dak
prinsip hukum Islam (syariah) untuk dijadikan termasuk ke dalam jenis peraturan perundang-
pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga- undangan sebagaimana tersebut dalam Pasal

ing
lembaga keuangan syariah, serta mengawasi 7 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
pelaksanaan dan implementasinya. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Sejak berdiri tahun 1999, DSN, telah
mengeluarkan lebih dari 80 fatwa tentang B. Permasalahan
ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang
ind 1. Bagaimana kedudukan Fatwa DSN–MUI
giro, tabungan, murabahah, jual beli saham, dalam perspek f hukum perbankan syariah
is shna’, mudharabah, musyarakah, ijarah, di Indonesia?
wakalah, kafalah, hawalah, uang muka dalam 2. Bagaimana Peran fatwa DSN-MUI dalam
murabahah, sistem distribusi hasil usaha dalam
V
mendorong pelaksanaan ekonomi syariah
lembaga keuangan syariah, diskon dalam dalam bidang usaha perbankan syariah di
murabahah, sanksi atas nasabah mampu yang
hts

Indonesia?
menunda-nunda pembayaran, pencadangan 3. Faktor apa saja yang menjadi hambatan
penghapusan ak va produk f dalam Lembaga dalam penerapan Fatwa DSN-MUI dalam
Keuangan Syariah, al-qaradh, investasi reksadana mendorong pelaksanaan bidang usaha
syariah, pedoman umum asuransi syariah, jual perbankan syariah di Indonesia?
ec

beli is sna’ paralel, potongan pelunasan dalam


murabahah, safe deposit box, raha (gadai), rahn C. Metode PeneliƟan
emas, ijarah muntahiyah bit tamlik, jual beli mata
Peneli an ini merupakan peneli an yuridis
lR

uang, pembiayaan pengurusan haji di Lembaga


Keuangan Syariah, pembiayaan rekening koran sosiologis, yaitu meneli tentang keberadaan
syariah, pengalihan hutang, obligasi syariah, Fatwa-fatwa MUI dan perkembangan ekonomi
obligasi syariah mudharabah, Le er of Credit syariah dan bagaimana hubungan hukum antara
na

(LC) impor syariah, LC untuk ekspor, Ser fikat fatwa MUI dan pelaksanaan ekonomi syariah
Wadiah Bank Indoensia, Pasar Uang antar Bank di Indonesia dengan peraturan perundang-
Syariah, ser fikat investasi mudharabah (IMA), undangan yang berlaku. Data peneli an yang
digunakan dalam peneli an ini berupa data
Jur

asuransi haji, pedoman umum penerapan


prinsip syariah di pasar modal, obligasi syariah primer dan data sekunder. Data primer yang
ijarah, kartu kredit, dan sebagainya. digunakan yaitu data yang diperoleh langsung
dari objek peneli an yang diperoleh melalui
metode instrumen wawancara kepada pihak

260 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

regulator dalam hal ini Bank Indonesia dan dalam sistem hukum Islam sangat pen ng seiring

HN
pelaku usaha perbankan syariah5 dan juga para dengan permasalahan sosial yang semakin hari
pakar yang mempunyai kompetensi di bidang semakin banyak dan kompleks dibandingkan
ekonomi syariah. dengan permasalahan yang terjadi pada masa
Nabi Muhammad, SAW, dan para sahabat.
D. Pembahasan Permasalahan yang dialami Rasulullah dan para

BP
1. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah sahabatnya dak serumit yang dihadapi sekarang,
Nasional – Majelis Ulama Indonesia disisi lain Allah, SWT telah mencukupkan wahyu-
Dalam PerspekƟf Hukum Perbankan Nya dan hadits yang disampaikan Rasulullah un-
Syariah di Indonesia tuk memecahkan permasalahan-permasalahan
yang ada.7

ing
a. Konsepsi Fatwa DSN MUI
Keberadaan pihak-pihak pemberi fatwa
Penger an fatwa secara terminologis, seba-
di Indonesia, pada awalnya pada abad ke-20
gaimana dikemukakan oleh Zamakhsyari adalah
dikeluarkan oleh ulama secara individu. Pada
penjelasan hukum syara’ tentang suatu masalah
ind pertengahan kedua abad ke-20, beberapa
atas pertanyaan seseorang atau kelompok.
fatwa mulai dikeluarkan oleh para ulama secara
Menurut as-Sya bi, fatwa dalam ar al-i aa
berkelompok. Pada tahun 1926, para ulama
berar keterangan-keterangan tentang hukum
tradisionalis mendirikan organisasi Nahdlatul
syara’ yang dak mengikat untuk diiku . Menurut
Ulama (NU) dan mulai mengeluarkan fatwa untuk
Yusuf Qardawi, fatwa adalah menerangkan
V
para pengikutnya melalui sebuah lajnah yang
hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai
dinamakan Lajnah Bahts al-Masa’il. Sedangkan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
hts

para ulama modernis yang memiliki pendirian


peminta fatwa (mustafi) baik secara perorangan
ij had secara langsung merujuk al-Quran dan
atau kolek f.6
al-Sunnah, mendirikan Muhammadiyah pada
Fatwa merupakan suatu keputusan hukum
tahun 1912. Pada awalnya Muhammadiyah
atas suatu masalah yang dilakukan oleh seorang
dak memberi penekanan dalam persoalan
ec

ulama yang berkompeten baik dari segi ilmu atau


fatwa, namun pada tahun 1927, organisasi
kewaraannya. Fatwa dikeluarkan baik diminta
itu membentuk pani a khusus diberi nama
ataupun dak, karena itu perkembangan fatwa
Majelis Tarjih. Tugas utama majelis ini meng-
lR

5
Pelaku usaha perbankan syariah yang diwawancarai, yaitu PT. Bank BNI Syariah; PT. Bank Syariah Mandiri; PT.
Bank Danamon Indonesia Unit Usaha Syariah; PT. Bank Mega Syariah; PT. Bank BJB Syariah; PT. Bank Maybank
Syariah Indonesia (dua responden, yaitu Direktur Kepatuhan dan Kepala Divisi Risk Management) dan PT. Bank
na

Tabungan Negara Unit Usaha Syariah. Pemilihan 8 (delapan) responden lembaga perbankan syariah tersebut
di atas sebagai sample untuk diwawancarai adalah didasarkan pada pemikiran: 1) Bahwa jumlah total populasi
lembaga perbankan syariah di Indonesia adalah berjumlah 34 (tiga puluh empat) lembaga perbankan syariah
(diluar Bank Pembiayaan Syariah), dengan perincian, bank umum syariah berjumlah 11 (sebelas) dan bank
dengan pelayanan unit usaha syariah berjumlah 23 (dua puluh tiga) unit usaha syariah); 2) Jangka waktu
Jur

penelitian yang relatif pendek, sehingga tidak memungkinkan untuk mewawancarai seluruh populasi lembaga
perbankan syariah, maka jumlah responden dibatasi sampai dengan 25% dari jumlah total populasi, yaitu kurang
lebih 8 (delapan) sample responden yang dianggap mereprentasikan total populasi.
6
Ma’ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta: Elsas, 2008), hlm. 19.
7
Ridwan Nurdin, Kedudukan Fatwa MUI Dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia, makalah disampaikan
dalam diskusi dengan Penulis, tanggal 17 Juni 2011.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 261
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kaji permasalahan yang berhubungan dengan oleh ins tusi yang berhak, seper

HN
keagamaan (agama Islam) secara umum, dan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
menerapkan hukumnya secara khusus ber- c. Memberikan dukungan dan/atau mencabut
landaskan syariat Islam.8 dan menyokong nama-nama yang akan
Pada perkembangan berikutnya, tahun 1975, duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah
dibentuk Majelis Ulama Indonesia. Majelis ini pada suatu Lembaga Keuangan Syariah.

BP
beranggotakan para ulama dari pelbagai kalangan, d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan
baik kalangan tradisionalis maupun modernis. suatu masalah yang diperlukan dalam
Sejak pendiriannya hingga sekarang, MUI telah pembahasan ekonomi syariah, termasuk
mengeluarkan banyak fatwa, baik berkaitan otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
dengan masalah ritual keagamaan, pernikahan, maupun luar negeri.

ing
kebudayaan, poli k, ilmu pengetahuan, maupun e. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga
transaksi ekonomi. Perkembangan berikutnya, keuangan Syariah untuk menghen kan pe-
MUI menganggap perlu mendirikan Dewan nyimpangan dari fatwa yang telah dike-
Syariah Nasional (DSN), untuk menumbuh luarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
kembangkan penerapan nilai-nilai syariah, me-
ind f. Mengusulkan kepada ins tusi yang berhak
ngeluarkan fatwa yang berhubungan dengan untuk mengambil ndakan apabila perintah
jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan dak didengar.
syariah, termasuk juga bank-bank syariah.9
DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI b. Konsepsi Perbankan Syariah
V
yang secara struktural berada di bawah MUI. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang di-
Tugas DSN adalah menjalankan tugas MUI dalam
hts

dasarkan pada petunjuk-petunjuk al-Qur’an


menangani masalah-masalah yang berhubungan dan Hadits. Sedangkan menurut Abdul Manan,
dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syariah
dengan ak vitas lembaga keuangan syariah atau- adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang
pun yang lainnya.10 Untuk melaksanakan tugas dilaksanakan menurut prinsip syariah yang
ec

utama tersebut, DSN memiliki otoritas untuk:11 melipu bank syariah, lembaga keuangan mikro
a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah,
Pengawas Syariah di masing-masing Lem- reksadana syariah, obligasi syariah dan surat
lR

baga Keuangan Syariah dan menjadi dasar berharga berjangka menengah syariah, sekuritas
ndakan hukum pihak terkait. syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah,
b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan dana pensiun lembaga keuangan syariah dan
bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan bisnis syariah. 12
na

8
M. Cholil Na is, Teori Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: UI Press, 2011), hlm. 4.
9
Ibid., hlm. 6
Jur

10
Ibid., hlm. 82.
11
Ibid., hlm. 89.
12
M. Arsyad Harahap, Ekonomi Syariah dan Ruang Lingkup Pembahasannya, sumber: http://ekonomisyariah.blog.
gunadarma.ac.id/2010/05/25/ekonomi-syari%E2%80%99ah-dan-ruang-lingkup-pembahasannya-oleh-drs-
m-arsyad-harahap/, diakses pada tanggal 29 April 2011. Lihat juga Agustianto, Blueprint Ekonomi Syariah di
Indonesia, sumber: http://www.agustiantocentre.com/?p=783, diakses tanggal 29 April 2011

262 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Di dalam Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang- Pada dasarnya sistem perbankan syariah

HN
Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan memiliki ga ciri yang mendasar, yaitu (a) prinsip
Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang- keadilan, (b) menghindari kegiatan yang dilarang,
Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan dan (c) memperha kan aspek kemanfaatan.
Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Dalam pelaksanaan operasional sistem perbankan
Peradilan Agama sebagaimana telah diubah syariah akan tercermin prinsip ekonomi syariah

BP
pula dengan Undang-Undang No. 50 Tahun dalam bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat
2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang- dibagi dalam dua persek f, yaitu mikro dan
Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan makro. Nilai-nilai syariah dalam perspek f mikro
Agama, merumuskan ”ekonomi syariah” adalah menekankan aspek kompetensi / profesionalisme
perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan dan sikap amanah; sedangkan dalam perspek f

ing
menurut prinsip syari’ah, melipu : bank syari’ah; makro nilai-nilai syariah menekankan aspek
asuransi syari’ah; reasuransi syari’ah; reksadana distribusi, pelarangan riba dan kegiatan ekonomi
syari’ah; obligasi syari’ah dan surat berharga yang dak memberi manfaat secara nyata kepada
berjangka menengah syari’ah; sekuritas syari’ah; ind sistem perekonomian.13
pembiayaan syari’ah; pegadaian syari’ah; dana Merujuk pada pasal 19 ayat (1) Undang-
pensiun lembaga keuangan syari’ah; bisnis Undang No. 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa
syari’ah; dan lembaga keuangan mikro syari’ah. kegiatan usaha Bank Umum Syariah melipu :
Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang- a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan
V
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya
Syariah, bahwa yang dimaksud dengan Perbankan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
hts

Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut Akad wadi'ah atau Akad lain yang dak
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, bertentangan dengan Prinsip Syariah;
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk
usahanya, kemudian di dalam Pasal 1 angka (7) lainnya yang dipersamakan dengan itu
ec

undang-undang tersebut disebutkan bahwa berdasarkan Akad mudharabah atau Akad


yang dimaksud Bank Syariah adalah Bank yang lain yang dak bertentangan dengan Prinsip
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Syariah;
lR

Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berda-
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat sarkan Akad mudharabah, Akad musyara-
Syariah. Prinsip syariah itu sendiri berdasarkan kah, atau Akad lain yang dak bertentangan
Pasal 1 angka (12) adalah prinsip hukum Islam dengan Prinsip Syariah;
na

dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad


yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki murabahah, Akad salam, Akad is shna', atau
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Akad lain yang dak bertentangan dengan
Jur

syariah. Prinsip Syariah;

13
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Gra ika, 2008), hlm. 20.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 263
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad p. memberikan fasilitas le er of credit atau

HN
qardh atau Akad lain yang dak bertentangan bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;
dengan Prinsip Syariah; dan
f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan
barang bergerak atau dak bergerak di bidang perbankan dan di bidang sosial
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah sepanjang dak bertentangan dengan

BP
dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
muntahiya bi amlik atau Akad lain yang peraturan perundang-undangan.
dak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
g. melakukan pengambilalihan utang c. Kedudukan Fatwa DSN MUI dalam
berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain PerspekƟf Hukum Perbankan Syariah

ing
yang dak bertentangan dengan Prinsip Ada beberapa dasar per mbangan disah-
Syariah; kannya Rancangan Undang-Undang Perbankan
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu Syariah menjadi Undang-Undang antara lain:
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; Pertama, secara yuridis, kehadiran Undang-
i. membeli, menjual, atau menjamin atas
ind Undang Perbankan syariah adalah didasarkan pada
risiko sendiri surat berharga pihak ke ga Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
yang diterbitkan atas dasar transaksi Tahun 1945 (UUD 1945). Jadi, penerapan hukum
nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara ekonomi syariah di Indonesia memiliki dasar yang
lain, seper Akad ijarah, musyarakah,
V
sangat kuat. Ketentuan Pasal 29 ayat (1) UUD
mudharabah, murabahah, kafalah, atau 1945 dengan tegas menyatakan bahwa Negara
hawalah;
hts

berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 disebutkan
Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah bahwa negara menjamin kemerdekaan ap- ap
dan/atau Bank Indonesia; penduduk untuk memeluk agamanya masing-
k. menerima pembayaran dari tagihan atas masing dan untuk beribadat menurut agama
ec

surat berharga dan melakukan perhitungan dan kepercayaannya itu. Kata ”menjamin”
dengan pihak ke ga atau antar pihak ke ga sebagaimana termaktub dalam ayat (2) pasal 29
berdasarkan Prinsip Syariah; UUD 1945 tersebut bersifat ”impera f”, ar nya
lR

l. melakukan Peni pan untuk kepen ngan negara berkewajiban secara ak f melakukan
pihak lain berdasarkan suatu Akad yang upaya-upaya agar ap- ap penduduk dapat
berdasarkan Prinsip Syariah; memeluk agama dan beribadat menurut agama
m. menyediakan tempat untuk menyimpan dan kepercayaannya itu. Sebenarnya, melalui
na

barang dan surat berharga berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, seluruh
Prinsip Syariah; syariat Islam, khususnya yang menyangkut
n. memindahkan uang, baik untuk kepen ngan bidang-bidang hukum muamalat, pada dasarnya
Jur

sendiri maupun untuk kepen ngan Nasabah dapat dijalankan secara sah dan formal oleh kaum
berdasarkan Prinsip Syariah; muslimin, baik secara langsung maupun dak
o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat langsung, dengan jalan diadopsi dalam hukum
berdasarkan Akad wakalah; posi f nasional.

264 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Keharusan adanya materi kons tusi dan d. Peraturan Pemerintah;

HN
peraturan perundang-undangan yang berten- e. Peraturan Presiden;
tangan dengan nilai-nilai ke-Tuhanan Yang Maha f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
Esa tersebut adalah konsekuensi diterapkannya g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai salah Kemudian di dalam Pasal 8 ayat (1 dan 2)
prinsip dasar penyelenggaraan negara, oleh Undang-Undang No. 12 tahun 2011 disebutkan

BP
karenanya kehadiran kedua undang-undang pula bahwa keberadaan jenis peraturan
ekonomi syariah tersebut, dak bertantangan perundang-undangan selain sebagaimana
dengan Pancasila, UUD 1945 dan dak dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup
14
mengganggu keutuhan NKRI. peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Merujuk beberapa negara saat ini, fungsi Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

ing
fatwa dalam sebuah negara dapat dibedakan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
melalui ga fungsi utama. Pertama, negara Agung, Mahkamah Kons tusi, Badan Pemeriksa
yang menjadikan syariah Islam sebagai dasar Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
dan undang-undang negara yang dilaksanakan ind Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
secara menyeluruh dan sempurna, maka fatwa se ngkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
memainkan peranan sangat pen ng. Kedua, atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
negara yang mengaplikasikan hukum sekuler, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
maka fatwa dak mempunyai peranan dan dak Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
V
berfungsi dalam negara. Ke ga, negara yang Kabupaten/Kota, Bupa /Walikota, Kepala Desa
menggabungkan penerapan hukum sekuler dan atau yang se ngkat diakui keberadaannya dan
hts

hukum Islam, maka fungsi fatwa lebih bertumpu mempunyai kekuatan hukum mengikat se-
dalam ruang lingkup hukum Islam saja. Indonesia panjang diperintahkan oleh peraturan perun-
adala negara yang mengaplikasikan pola dang-undangan yang lebih nggi atau dibentuk
pemerintahan ke ga, sehingga menjadikan kajian berdasarkan kewenangan.
fatwa di Indonesia begitu menarik.15 Apabila merujuk jenis dan hierarkhi seba-
ec

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang gaimana tersebut dalam Undang-Undang No.
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan 12 Tahun 2011 tersebut, maka posisi Fatwa DSN
Peraturan Perundang-undangan, jenis dan hie- – MUI dak merupakan suatu jenis peraturan
lR

rarkhi peraturan perundang-undangan adalah perundang-undangan yang mempunyai kekuatan


sebagai berikut: mengikat secara umum.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Kemudian bagaimana kedudukan fatwa DSN-
Indonesia Tahun 1945; MUI dalam peraturan perundang-undangan di
na

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; Indonesia. Kedudukan Fatwa DSN-MUI terdapat


c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah dalam berbagai macam peraturan perundang-
Penggan Undang-Undang; undangan.
Jur

14
Agustianto, Inklusivisme Ekonomi Syariah (Rekleksi menanti Kelahiran UU SBSN dan UU Perbankan Syariah),
sumber: http://www.agustiantocentre.com/?p=816, diakses pada tanggal 29 April 2011.
15
M. Cholil Na is, Op.Cit., hlm. 3.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 265
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Dalam catatan sejarah sejak berdirinya MUI 3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

HN
sampai dengan sekarang, telah banyak fatwa tentang Perseroan Terbatas;
dan nasihat MUI sebagai produk pemikiran Dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 40
hukum Islam yang terserap16 dalam berbagai Tahun 2007 dinyatakan:
Peraturan Perundang-undangan khususnya di (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan
bidang Hukum Ekonomi Syariah. Indikator yang usaha berdasarkan prinsip syariah selain

BP
mendukung kecenderungan tersebut dapat dilihat mempunyai Dewan Komisaris wajib
dari lahirnya beberapa Peraturan Perundang- mempunyai Dewan Pengawas Syariah.
undangan, antara lain: (2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang
ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh

ing
tentang Perbankan:
Di dalam Pasal 6 huruf (m) undang-undang RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama
tersebut, disebutkan bahwa usaha bank umum Indonesia.
melipu menyediakan pembiayaan bagi nasabah Dewan Pengawas Syariah sebagaimana di-
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan maksud pada ayat (1) bertugas memberikan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
ind nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi
Pemerintah. Sebagai peraturan pelaksana dari kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip
ketentuan pasal tersebut, diberlakukan Peraturan syariah.
Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank 4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara;
V
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Dari ketentuan
Pasal 6 huruf (m) dan PP No. 72 Tahun 1992, Dalam Pasal 25 Undang-Undang Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2008 dinyatakan:
hts

meski dak disebutkan secara eksplisit kata-kata


”Dalam rangka penerbitan SBSN, Menteri
bank syariah, namun dapat diar kan bahwa bank
meminta fatwa atau pernyataan kesesuaian
dengan prinsip bagi hasil adalah suatu ketentuan SBSN terhadap prinsip prinsip syariah dari
prinsip muamalah berdasarkan syariah; lembaga yang memiliki kewenangan dalam
2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 penetapan fatwa di bidang syariah.”
ec

tentang Perubahan atas Undang-Undang Dalam penjelasan Pasal 25 tersebut dinyata-


No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan; kan bahwa:
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 me- ”Yang dimaksud dengan "lembaga yang
lR

memiliki kewenangan dalam menetapkan


rupakan suatu k awal pengakuan perbankan
fatwa di bidang syariah" adalah Majelis Ulama
syariah secara eksplisit dalam peraturan Indonesia atau lembaga lain yang ditunjuk
perundang-undangan. Di dalam Undang-Undang Pemerintah.”
na

No. 10 Tahun 1998 disebutkan secara tegas kata 5) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
”Prinsip Syariah” di dalam Pasal 1 angka (3, 4, 12, tentang Perbankan Syariah;
13, 18), Pasal 6 huruf (M), Pasal 7 huruf (c), Pasal Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 21
8 ayat (1&2), Pasal 11 ayat (1&3); Tahun 2008 dinyatakan:
Jur

16
Istilah ”penyerapan” digunakan untuk menunjukkan bahwa hukum Islam yang diformulasikan oleg fatwa tidak
diterapkan secara menyeluruh ke dalam hukum nasional, akan tetapi hanya menjadi nilai atau dasar yang
kemudian disahkan menjadi peraturan perundang-undangan. M. CholilNa is, Op.Cit., hlm. 234.

266 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

(1) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud tersebut dinyatakan bahwa dalam hal bank akan

HN
dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 dan/ melakukan kegiatan usaha, jika ternyata usaha
atau produk dan jasa syariah, wajib tunduk yang dimaksudkan belum difatwakan oleh DSN,
kepada Prinsip Syariah. maka bank wajib meminta persetujuan DSN
(2) Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada sebelum melaksanakan kegiatan usaha tersebut.
ayat (1) difatwakan oleh Majelis Ulama Berdasarkan hasil peneli an, sebagai pihak

BP
Indonesia. regulator kegiatan perbankan syariah, Bank
(3) Fatwa sebagaimana dimaksud pada ayat Indonesia, juga mempunyai keterikatan dengan
(2) dituangkan dalam Peraturan Bank Fatwa yang dihasilkan oleh DSN-MUI. Dalam
Indonesia. membuat Peraturan Bank Indonesia, Bank
(4) Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia menggunakan Fatwa DSN-MUI sebagai

ing
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat bahan referensi dalam penyusunan Peraturan
(3), Bank Indonesia membentuk komite Bank Indonesia dan juga Surat Edaran yang
perbankan syariah. bersifat eksternal. Dalam praktek pembuatan PBI
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara ind terkait dengan perbankan syariah Bank Indonesia
pembentukan, keanggotaan, dan tugas hanya boleh merujuk Fatwa DSN-MUI dalam
komite perbankan syariah sebagaimana menyusun PBI, dan dak merujuk pada fatwa
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan yang dikeluarkan oleh ins tusi selain DSN-MUI.17
Peraturan Bank Indonesia. Apabila melihat kedudukan fatwa DSN-MUI
V
(6) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 yang terdapat dalam peraturan perundang-
tentang Perubahan atas Undang-Undang undangan, maka fatwa DSN-MUI merupakan
hts

Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan perangkat aturan kehidupan masyarakat yang
Berjangka Komodi . bersifat mengikat bagi Bank Indonesia sebagai
Dalam Pasal II angka 1 (a) Undang-Undang regulator, yaitu adanya kewajiban agar materi
tersebut dinyatakan: muatan yang terkandung dalam Fatwa MUI
”Sebelum dibentuknya Peraturan Perundang- dapat diserap dan ditransformasikan dalam
ec

undangan yang mengatur tentang per- merumuskan prinsip-prinsip syariah dalam


dagangan berjangka komodi syariah, maka
penyelenggaraan Kontrak Deriva f Syariah bidang perbankan syariah menjadi materi muatan
ditetapkan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Peraturan Perundang-undangan yang memiliki
lR

Nasional - Majelis Ulama Indonesia.” kekuatan hukum dan mengikat umum. Oleh
6) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. karena itu Bank Indonesia, dak dapat membuat
32/34/1999 suatu peraturan terkait perbankan syariah yang
Dalam Pasal 31 Surat Keputusan tersebut bertentang dengan prinsip-prinsip syariah yang
na

disebutkan bahwa ”untuk melaksanakan ke- ditentukan dalam fatwa DSN-MUI, selain itu hanya
giatan-kegiatan usahanya, bank umum syariah fatwa DSN-MUI yang dapat dijadikan pedoman
diwajibkan untuk memperha kan fatwa DSN- dalam pembuatan Peraturan Bank Indonesia,
Jur

MUI”, kemudian di dalam Surat Keputusan ar nya Bank Indonesia dak boleh mengacu

17
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden/Informan dengan Kepala Biro Penelitian, Pengembangan dan
Pengaturan Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 267
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

pada fatwa yang diterbitkan oleh ins tusi lainnya di atas, maka kekuatan mengikat dari fatwa DSN-

HN
meskipun ins tusi yang mengeluarkan fatwa MUI tersebut bukan saja terjadi ke ka fatwa
tersebut adalah ins tusi yang berkompeten DSN-MUI tersebut menjadi materi muatan dalam
dalam mengeluarkan fatwa. Peraturan Bank Indonesia, namun juga diperlukan
Berdasarkan hasil peneli an yang dilakukan sebagai pedoman bagi pihak perbankan syariah
terhadap lembaga perbankan syariah, ditemukan dalam dalam pembuatan dan pengembangan

BP
bahwa lembaga perbankan syariah mempunyai produk baru yang dikeluarkan serta operasional
keterikatan terhadap fatwa yang dikeluarkan kegiatan perbankan syariah serta kewajiban
oleh DSN-MUI. Menurut lembaga perbankan Dewan Pengawas Syariah di lembaga perbankan
syariah yang diwawancarai, keterikatan terhadap syariah untuk berpedoman kepada fatwa DSN-
fatwa DSN-MUI dikarenakan adanya peraturan MUI.

ing
perundang-undangan yang mewajibkan lembaga Pembentukan fatwa merupakan tuntutan
perbankan syariah untuk patuh terhadap fatwa yang harus dipenuhi oleh DSN-MUI dalam rangka
DSN-MUI, selain hal tersebut, Fatwa DSN-MUI menciptakan kepas an hukum penyelenggaraan
merupakan syarat yang paling mendasar dalam kegiatan ekonomi syariah di Indonesia,
pembuatan dan pengembangan produk baru
ind mengupayakan agar kegiatan ekonomi syariah
yang dikeluarkan oleh lembaga perbankan syariah di Indonesia dapat berjalan dengan ter b,
serta operasional kegiatan perbankan syariah. dan tentunya dengan adanya fatwa tersebut
Yeni Salma Barin mengatakan bahwa fatwa diharapkan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia
DSN-MUI mempunyai kekuatan hukum yang dapat berkembang dengan lebih cepat. Pada
V
mengikat sehingga harus dipatuhi oleh pelaku awal pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah di
ekonomi syariah. Kekuatan hukum ini didasarkan Indonesia belum terdapat hukum nasional atau
hts

pada beberapa ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Perundang-undangan yang mengatur
peraturan perundang-undangan, baik secara lang- kegiatan ekonomi syariah tersebut, sehingga
sung maupun dak langsung. Secara langsung Fatwa MUI sangat dibutuhkan eksistensinya
adalah disebut dengan jelas dalam peraturan sebagai landasan hukum untuk menutupi
ec

bahwa fatwa menjadi prinsip syariah yang harus kekosongan hukum di bidang ekonomi syariah.
dipatuhi, apabila dak dipatuhi, pelaku ekonomi
syariah akan dikenakan sanksi administrasi. 2. Peran Fatwa DSN-MUI dalam
lR

Secara dak langsung adalah disebutkannya mendorong pelaksanaan ekonomi


peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus
syariah dalam bidang usaha perbankan
syariah di Indonesia
berada di lembaga perbankan syariah. Dalam
melaksanakan perannya sebagai pengawas Hampir seluruh fatwa-fatwa yang
na

syariah, DPS harus berpedoman kepada fatwa- dikeluarkan oleh DSN-MUI terserap dalam
fatwa yang diterbitkan oleh DSN-MUI.18 bentuk Peraturan Bank Indonesia yang akan
Apabila melihat pada persepsi lembaga mengikat seluruh perbankan syariah dan pelaku
Jur

perbankan syariah dan keterangan ahli tersebut fiqih muamalah, meskipun beberapa fatwa

18
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden/Informan dengan Yeni Salma Barlinti (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Indonesia).

268 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

diadaptasi dan digabung menjadi satu Peraturan berpengaruh terhadap beralihnya sebagian

HN
Bank Indonesia.19 nasabah yang beragama Islam ke bank syariah.
Dalam prak k pelaksanaan perbankan Keberadaan fatwa DSN-MUI semakin me-
syariah, Bank Indonesia telah banyak me- nunjukkan peranannya dalam sebagai pedoman
ngeluarkan peraturan sebagai tuntunan pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam
pelaksanaan prinsip-prinsip syariah. Fatwa pada perbankan syariah sejak diberlakukannya

BP
dasarnya memiliki sifat sesuai dengan keadaan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
dan situasi tempat dan mengiku pemahaman Perbankan Syariah.Undang-Undang No. 21
kontemporer, sehingga fatwa dapat mengalami Tahun 2008 mewajibkan para stakeholders
perubahan. Apabila terjadi perubahan fatwa untuk memperha kan dan menyesuaikan
DSN-MUI terhadap permasalahan tertentu, kegiatan-kegiatan usaha sesuai dengan prinsip-

ing
maka hal ini bukan dak mungkin berakibat pada prinsip syariah yang tersebut dalam Fatwa yang
perubahan ketentuan Bank Indonesia. Namun dikeluarkan DSN-MUI.
dalam prakteknya, berdasarkan data peneli an Sebagai undang-undang yang khusus meng-
belum ada perubahan Peraturan Bank Indonesia ind atur perbankan syariah, dalam Undang-Undang
akibat perubahan fatwa dari DSN-MUI.20 No. 21 Tahun 2008 diatur mengenai masalah
Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/ kepatuhan syariah (syariah compliance) yang
PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Uang dan kewenangannya berada pada Majelis Ulama
Penyalurannya bagi Bank yang Melaksanakan Indonesia (MUI) yang direpresentasikan melalui
V
Transaksi Berdasarkan Prinsip Syariah telah Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus
digan dengan Peraturan Bank Indonesia No. dibentuk pada masing-masing Bank Syariah
hts

9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip dan Unit Usaha Syariah. Untuk menindaklanju
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Uang dan implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke
Penyalurannya serta Layanan Jasa Bank Syariah. dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam
Penggan an ini dilakukan untuk menyesuaikan internal Bank Indonesia dibentuk Komite
dengan keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Perbankan Syariah, yang keanggotaannya
ec

DSN-MUI, dalam hal inilah proses menjadikan terdiri atas perwakilan dari Bank Indonesia,
fatwa berkekuatan mengikat, yaitu terjadinya Departemen Agama, dan unsur masyarakat
‘transformasi’ hukum Islam menjadi hukum yang komposisinya berimbang.22
lR

nasional.21 Dalam proses implementasi atau penuangan


Diterbitkannya fatwa bahwa bunga bank fatwa ke dalam Peraturan Bank Indonesia,
adalah riba nasi’ah yang diharamkan oleh MUI Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
pada tanggal 24 Januari 2004 menjadi salah Indonesia No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite
na

satu pendorong pelaksanaan perbankan syariah Perbankan Syariah, yang bertugas menjabarkan
di Indonesia. Pasca kehadiran fatwa tersebut fatwa MUI yang berhubungan dengan perban-
Jur

19
M. Cholil Na is, Op.Cit., hlm. 137.
20
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden / Informan dengan Kepala Biro Penelitian, Pengembangan dan
Pengaturan Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia
21
M. Cholil Na is, Op.Cit., hlm. 239.
22
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang No. 21 Tahun 2008.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 269
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kan syariah, memberikan sumbangan dalam Wakalah;Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/

HN
rangka penyerapan fatwa dalam Peraturan Bank IX/2000 tentang Uang Muka Dalam
Indonesia dan melaksanakan pembangunan Murabahah;Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/
industri perbankan syariah. IX/2000 tentang Diskon dalam Muraba-
Penyusunan ketentuan Bank Indonesia di- hah;Fatwa DSN No. 23/DSN-MUI/III/2002
mulai dengan riset atau peneli an, selanjutnya tentang Potongan Pelunasan dalam

BP
akan dilakukan diskusi dengan stakeholders Murabahah; Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/
antara lain industri perbankan syariah dan juga II/2005 tentang Potongan Tagihan Mu-
dengan MUI dalam hal terkait pembahasan rabahah (Khashm Fi Al Murabahah);Fatwa
mengenai fatwa. DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penye-
Peranan Fatwa DSN-MUI sebagai pemberi lesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah

ing
pedoman prinsip-prinsip syariah dak hanya Tidak Mampu Membayar; Fatwa DSN No.
dalam tataran untuk diserap dalam peraturan 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan
Bank Indonesia atau syariah compliance dalam Kembali tentang Tagihan Murabahah;Fatwa
internal lembaga perbankan syariah, namun DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Kon-
juga pada hakikatnya fatwa-fatwa DSN-MUI
ind versi Akad Murabahah); Pembiayaan atas
telah diserap dalam Undang-Undang No. 21 dasar akad salam (Fatwa DSN No. 5/DSN-
Tahun 2008 dalam hal jenis-jenis transaksi yang MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam);
disebutkan dalam undang-undang tersebut. Pembiayaan atas dasar akad is shna (Fatwa
Pola-pola penyerapan jenis-jenis transaksi DSN No. 6/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual
V
dalam fatwa DSN-MUI ke dalam produk-produk Beli Is shna', dan Fatwa DSN No. 22/DSN-
perbankan syariah terlihat sebagai berikut: MUI/III/2002 tentang Jual Beli Is shna'
hts

1. Pengimpunan Dana, berupa Giro Syariah Paralel); Pembiayaan atas dasar akad ijarah
(Fatwa DSN No. 1/DSN-MUI/IV/2000 tentang (Fatwa DSN No. 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Giro); Tabungan Syariah (Fatwa DSN-MUI Pembiayaan Ijarah dan FatwaDSN No. 27/
yang mendasarinya Fatwa DSN No. 2/DSN- DSN-MUI/III/2002 tentang al-Ijarah al-
c

MUI/IV/2000 tentang Tabungan); Deposito Muntahiyah bi al- Tamlik); Pembiayaan atas


Re

Syariah (Fatwa DSN No. 3/DSN-MUI/IV/2000 dasar akad qardh (Fatwa DSN No. 19/DSN-
tentang Deposito). MUI/IV/2001 tentang Al qardh); Pembiayaan
2. Penyaluran Dana, berupa Pembiayaan Mul jasa (Fatwa DSN No. 44/DSN-MUI/
atas dasar akad mudharabah (Fatwa DSN No. VIII/2004 tentang Pembiayaan Mul jasa).
7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan 3. Pelayanan Jasa, berupa Le er of credit (L/C)
l

Mudharabah (Qiradh)); Pembiayaan atas Impor syariah (Fatwa DSN No. 34/DSN-
na

dasar akad musyarakah. (Fatwa DSN No. 8/ MUI/IX/2002 tentang Le er of Credit(L/C)


DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Impor Syariah); Bank Garansi Syariah (Fatwa
Musyarakah); Pembiayaan atas dasar DSN Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000
Jur

akad murabahah (Fatwa DSN No. 4/DSN- tentang Kafalah); Penukaran Valuta Asing
MUI/IV/2000 tentang Murabahah; Fatwa (Sharf), Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002
DSN No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang tentang Jual Beli Mata Uang (Al Sharf).

270 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Peranan fatwa DSN-MUI berdasarkan data kendala yang dihadapi yaitu hal yang terkait

HN
peneli an, pada prakteknya sebagian besar dengan hukum posi f yang berlaku yang sering
fatwa DSN-MUI yang telah diterbitkan telah dak sejalan dengan hukum Islam. Dalam hukum
menjawab kebutuhan perbankan syariah, mes- posi f hanya mengenal transaksi utang piutang
kipun masih terdapat beberapa hal yang belum dalam perbankan, sehingga fatwa MUI terkait
terjawab atau belum tersedianya fatwa DSN-MUI mudharabah, musyarakah, ijarah dan lainnya

BP
dalam mendukung pengembangan produk baru dak dapat dilaksanakan secara utuh.
dan kegiatan operasional perbankan syariah. Pihak lembaga perbankan syariah juga meng-
Peranan Fatwa DSN-MUI dalam mendorong akui bahwa ada kendala-kendala yang dihadapi
pelaksanaan perbankan syariah dapat diin- dalam penerpan fatwa DSN-MUI, antara lain:
dikasikan juga dengan banyaknya bank umum a. Paradigma nasabah yang belum mengenal

ing
syariah dan bank dengan unit usaha syariah produk dan operasional perbankan syariah;
yang memulai kegiatan operasinya setelah MUI b. Regulasi belum selaras dengan fatwa,
membentuk Dewan Syariah Nasional. Sebelum seper produk IMBT apabila dilaksanakan
periode tahun 2008 jumlah bank umum syariah ind sesuai dengan fatwa maka objek IMBT harus
hanya berjumlah ga bank, pada tahun 2011 ini atas nama bank, apabila demikian maka
jumlah bank umum syariah meningkat menjadi akan menimbulkan cost yang nggi seper
11 (sebelas) bank umum syariah, begitu pula regulasi pajak;
dengan BPR Syariah, sebelum periode tahun c. Perbedaan persepsi antara DSN-MUI dan
V
2008 jumlah BPR Syariah hanya berjumlah 114 Bank Indonesia mengenai fatwa ekonomi
bank, pada tahun 2011 ini jumlah BPR Syariah syariah;
hts

meningkat menjadi 154 bank. d. Adanya fatwa DSN-MUI yang dak terlalu
detail sehingga untuk hal-hal teknis terkadang
3. Hambatan dalam penerapan Fatwa menimbulkan pertanyaan / perdebatan;
DSN-MUI dalam mendorong pelak- e. Adanya fatwa yang belum aplika f, seper
sanaan ekonomi syariah dalam bidang fatwa DSN-MUI No. 15/DSN-MUI/IX/2000
c

usaha perbankan syariah di Indonesia


tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam
Hampir seluruh fatwa-fatwa yang dikeluar-
Re

LKS;
kan oleh DSN-MUI terserap dalam bentuk f. Belum dapat mengadaptasi prinsip-prinsip
Peraturan Bank Indonesia yang akan mengikat syariah dalam pergerakan moneymarket
seluruh perbankan syariah dan masyarakat yang ekspansif
pelaku perbankan syariah, namun ada beberapa g. Tidak semua fatwa ekonomi relevan dari
l

fatwa yang sulit untuk diterjemahkan dalam sisi bisnis. Sebab, LKS dak akan membuat
na

peraturan perbankan sehingga hal ini menjadi sebuah produk yang kurang menguntungkan
kendala dalam pengembangan usaha perbankan dan dak dapat diserap oleh pihak ke ga;
syariah. h. Kendala Support Pemerintah. Seringkali
Jur

Berdasarkan data peneli an yang diperoleh kebijakan pemerintah menjadi kendala


ada beberapa kendala penerapan Fatwa DSN- bagi terlaksananya Fatwa DSN-MUI oleh
MUI dalam pelaksanaan perbankan syariah. LKS. Misalnya double tax yang pernah
Dalam hal ini Bank Indonesia mengakui bahwa diberlakukan untuk akad Murabahah (sebab

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 271
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

barang harus dibeli dulu oleh bank dan c. Keterbatasan sumber daya manusia yang

HN
kemudian baru dijual kepada nasabah); memahami produk dan sistem syariah;
i. Kendala dalam produk dengan akad d. Masih kurangnya modal yang dimiliki
musyarakah, PBI mensyaratkan pembatasan perbankan syariah;
proyeksi pendapatan minimal 80% terkait e. Lembaga arbitrase syariah nasional yang ada
pembiayaan, maka jika kurang dari 80% sekarang bukan dibentuk oleh pemerintah

BP
maka akan masuk NPf. tetapi oleh MUI. Hal ini menyebabkan
Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi lembaga ini dak memiliki kewenangan yang
perbankan syariah dalam mengembangkan usa- mengikat;
hanya berdasarkan persepsi lembaga perbankan f. Fasilitas dari pemerintah terkait penye-
syariah dan Bank Indoensia, antara lain: lesaian pembiayaan bermasalah;

ing
a. Mindset deposan yang masih berpikir g. Kendala tekhnis, berupa sistem informasi (IT).
secara konvensional dan masih ada kesan Semisal mekanisme bagi hasil (Profit Share)
di sebagian masyarakat bahwa bank syariah kepada pihak ke ga yang harusnya fluktua f
bersifat ekslusif dalam ar an bahwa bank se ap bulan (tergantung keuntungan bank).
syariah hanya ditujukan untuk masyarakat
ind Sementara ini masih terkendala sistem yang
muslim dan melibatkan kaum yang beragama ter ”set up” tetap (fix) se ap bulan.
muslim saja, hal ini dikarenakan sosialisasi Menurut Yeni Salma Barlin , kendala-ken-
perbankan syariah yang belum op mal. Oleh dala dalam penerapan fatwa ekonomi syariah,
sebab fatwa menggunakan is lah-is lah antara lain disebabkan dak semua pelaku
V
berbahasa arab (terutama jenis akad) dan ekonomi syariah mengetahui adanya fatwa
PBI juga menggunakan is lah yang sama, DSN-MUI; masih banyaknya anggapan bahwa
hts

maka perlu waktu bagi perbankan untuk fatwa DSN-MUI dak memiliki kekuatan hukum;
melakukan sosialisasi kepada pihak ke ga fatwa DSN-MUI dak dapat diterapkan secara
(masyarakat) terhadap produk-produk sempurna karena adanya hukum-hukum yang
perbankan yang menggunakan is lah telah berlaku yang harus dipatuhi oleh pelaku
ec

berbahasa arab. Selain itu, minimnya budget ekonomi syariah dan masih banyak peraturan
untuk marke ng dan promosi juga menjadi perundang-undangan yang belum menunjang
kendala perbankan syariah untuk semakin pelaksanaan fatwa DSN-MUI.23
lR

dikenal di mata masyarakat luas; Merujuk perihal kendala-kendala sebagai-


b. Peraturan untuk membuat iklim investasi mana tersebut di atas, maka letak permasalahan
di industri syariah masih kurang fleksibel, secara garis besar terletak pada:
aturan perpajakan dan pertumbuhan produk a. Produk fatwa DSN-MUI itu sendiri yang
na

dan jasa baru belum didukung maksimal belum menjawab kebutuhan kegiatan
dengan landasan hukum yang memadai perbankan syariah;
dalam bentuk fatwa DSN-MUI maupun PBI;
Jur

23
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden/Informan dengan Yeni Salma Barlinti (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Indonesia).

272 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

b. Proses ‘penterjemaahan’ atau ‘penye- rapkan prinsip perbankan syariah secara

HN
rapan’ Fatwa DSN-MUI ke dalam peraturan murni.
perundang-undangan;
c. Kesiapan pihak perbankan syariah untuk E. Penutup
menyesuaikan kegiatan operasional dan 1. Kesimpulan
produk perbankan mereka dengan Fatwa

BP
Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat
DSN-MUI;
aturan kehidupan masyarakat yang bersifat
Berdasarkan kendala-kendala dalam pene-
dak mengikat dan dak ada paksaan secara
rapan fatwa DSN-MUI tersebut dalam pelak-
hukum bagi sasaran diterbitkannya fatwa
sanaan ekonomi syariah, maka untuk memi-
untuk mematuhi ketentuan fatwa tersebut.
nimalkan kendala tersebut yang dapat dilakukan

ing
Namun di sisi lain, berdasarkan peraturan
antara lain yaitu:
perundang-undangan yang berlaku, khususnya
a. Perkembangan perbankan syariah yang
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
dinamis dak diiku oleh kedinamisan fatwa
Perbankan Syariah, melalui pola-pola tertentu,
DSN-MUI yang dapat menjawab kebutuhan ind adanya kewajiban bagi regulator dalam hal
perbankan syariah. Oleh karena itu perlunya
ini Bank Indonesia agar materi muatan yang
dilibatkan lebih ak f par sipasi stakeholders
terkandung dalam Fatwa MUI dapat diserap dan
(dalam hal ini Bank Indonesia dan lembaga
ditransformasikan dalam merumuskan prinsip-
perbankan syariah) oleh DSN-MUI dalam
prinsip syariah dalam bidang perekonomian
V
se ap penyusunan Fatwa DSN-MUI, sehingga
dan keuangan syariah menjadi materi muatan
fatwa-fatwa yang dihasilkan dapat menjawab
Peraturan Perundang-undangan yang memiliki
hts

kebutuhan perbankan syariah dan dalam


kekuatan hukum dan mengikat umum.
proses ‘penterjemaahan’ dan ‘penyerapan’
Diterbitkannya fatwa yang menetapkan
dak menimbulkan mul tafsir dan dapat
bahwa bunga bank adalah riba nasi’ah yang
langsung diimplementasikan sehingga aspek
diharamkan oleh MUI menjadi salah satu
keha -ha an dalam kegiatan perbankan
ec

pendorong pelaksanaan perbankan syariah di


syariah dapat terjaga.
Indonesia, selain itu keberadaan fatwa DSN-
b. Peningkatan kualitas sumber daya ma-
MUI semakin menunjukan peranannya sebagai
nusia dari pihak perbankan syariah perlu
pedoman pelaksanaan prinsip-prinsip syariah
lR

dilakukan sebagai langkah ak f dari pihak


dalam perbankan syariah sejak diberlakukannya
perbankan syariah untuk siap dan faham
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
terhadap prinsip-prinsip perbankan syariah.
Perbankan Syariah, yang mewajibkan para
Hal ini mengingat masih banyak sumber
na

stakeholders untuk memperha kan dan menye-


daya manusia dari pihak perbankan syariah
suaikan kegiatan-kegiatan usaha sesuai dengan
yang masih menggunakan perspek f prinsip
prinsip-prinsip syariah yang tersebut dalam
perbankan konvensional ke ka menjalankan
Fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI. Peranan
Jur

perbankan syariah, sehingga apabila tetap


Fatwa DSN-MUI dalam mendorong pelaksanaan
dengan menggunakan perspek f ini, maka
perbankan syariah dapat diindikasikan juga
akan menimbulkan kesulitan untuk mene-
dengan banyaknya bank umum syariah dan

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 273
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

bank dengan unit usaha syariah yang memulai Nafis, M. Cholil, Teori Hukum Ekonomi Syariah,
(Jakarta: UI Press, 2011).

HN
kegiatan operasinya setelah MUI membentuk
Rohilina, Wisam dan Yusuf Wibisono, Perbankan
Dewan Syariah Nasional. Syariah Mengokohkan Fondasi Menuju
Dalam penerapan Fatwa DSN-MUI terdapat Pertumbuhan Tinggi Yang Berkelanjutan, dalam
beberapa hambatan yang ditemui dalam kegiat- Indonesia Syariah Economic Outlook (ISEO) 2001,
Yusuf Wibisono (Ed.), (Jakarta: Lembaga Penerbit
an perbankan syariah, antara lain fatwa yang
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011).

BP
sulit untuk diterjemahkan atau sulit diaplikasikan Sjafi’i, Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek,
dalam peraturan perbankan, fatwa DSN-MUI (Jakarta: Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers,
yang dak selaras dengan hukum posi f dan 2001).
Soekanto, Soerjono, Pengantar Peneli an Hukum,
beberapa kendala lainnya. (Jakarta: UI Press, 1986).

ing
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT.
2. Saran Pustaka Firdaus, 1999).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pelibatan yang lebih ak f dan par sipasi Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
stakeholders amat diperlukan (dalam hal ini Indonesia.
Bank Indonesia dan lembaga perbankan syariah)
oleh DSN-MUI dalam se ap penyusunan Fatwa
ind Makalah / ArƟkel / Prosiding / Hasil PeneliƟan
DSN-MUI, sehingga fatwa-fatwa yang dihasilkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Kementerian Keuangan Republik
dapat langsung diimplementasikan sehingga
Indonesia, “Laporan Tahunan (Annual Report)
aspek keha -ha an dalam kegiatan perbankan Tahun 2009”.
V
syariah dapat terjaga. Nurdin, Ridwan, Kedudukan Fatwa MUI Dalam
Dukungan pemerintah dan DPR juga diper- Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia
(makalah).
hts

lukan dalam merancang peraturan perundang-


undangan yang lebih harmonis dalam men- Internet
dukung pelaksanaan transaksi perbankan Agus anto, “Implementasi Ekonomi Syariah”, h p://
www.agus antocentre.com/?p=459, (diakses 29
syariah.
April 2011).
Sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif Agus anto, “Blueprint Ekonomi Syariah di Indonesia”,
ec

mengenai produk-produk perbankan syariah http://www.agustiantocentre.com/?p=783,


harus terus dilakukan kepada masyarakat (diakses 29 April 2011).
Agus anto, “Ekonomi Syariah Sebagai Solusi”, h p://
luas, dan juga para prak si perbankan syariah www.agus antocentre.com/?p=761, (diakses 29
lR

sehingga perbankan syariah dapat berkembang April 2011).


lebih cepat Agus anto, “Inklusivisme Ekonomi Syariah (Rekleksi
menan Kelahiran UU SBSN dan UU Perbankan
Syariah)”, h p://www.agus antocentre.
DAFTAR PUSTAKA
na

com/?p=816, (diakses 29 April 2011).


Buku Agus anto, “Blueprint Ekonomi Syariah di Indonesia”,
Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: http://www.agustiantocentre.com/?p=783,
Sinar Grafika, 2008). (diakses 29 April 2011).
----------------, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Dewan Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas
Jur

Sinar Grafika, 2008). Syari’ah, www.scrib.com/doc/57565656/


Amin, Ma’ruf, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, Makalah-Dewan-Syari’ah-Nasional-Dan-Dewan-
(Jakarta: Elsas, 2008). Pengawas-Syari’ah
Fatah, Rohadi Abdul, Analisis Fatwa Keagamaan
Dalam Fikih Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

274 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, M. Arsyad Harahap, “Ekonomi Syariah dan
“Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011”, Ruang Lingkup Pembahasannya”, h p://

HN
www.bi.go.id ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/
Faradibah, “Kedudukan Fatwa MUI”, sumber: 05/25/ekonomi-syari%E2%80%99ah-dan-ruang-
http://freearsy.wordpress.com/2009/07/10/ lingkup-pembahasannya-oleh-drs-m-arsyad-
kedudukan-fatwa-mui/, (diakses 29 April 2011). harahap/, (diakses 29 April 2011).
h p://www.muamalatbank.com/index.php/home/ Sta s k Perbankan Indonesia (Indonesian Banking

BP
about/profile, (diakses 29 April 2011). Sta s cs), Direktorat Perizinan dan Informasi
http://www.takaful.com/index.php/profile/list/, Perbankan Bank Indonesia, Vol. 9, No. 8, Juli
(diakses 29 April 2011). 2011
Profil MUI, sumber: www.mui.or.id, (diakses 29 April Tentang Dewan Syariah Nasional, sumber
2011). sumber: www.mui.or.id

ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 275
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
V ind
”Halaman ini dikosongkan”
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI LUAR PENGADILAN

HN
(Non-Li ga on Alterna ves Business Dispute Resolu on)
Nevey Varida Ariani
Pusat Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional
Badan Pembinaan Hukum Nasional

BP
Jl. Mayjen. Soetoyo, Cililitan Jakarta Timur

Naskah diterima: 16 Mei 2012; revisi: 09 Juli 2012; disetujui: 23 Juli 2012

ing
Abstrak
Alterna f sengketa di Luar pengadilan saat ini menjadi alterna f bagi kalangan bisnis untuk dapat menyelesaikan sengketa
bisnis diluar pengadilan hal ini disebabkan karena penyelesian melalui proses pengadilan, dianggap mengalami beban yang
terlampau padat (overloaded), Lamban dan buang waktu (waste of me), Biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap
(unresponsive) terhadap kepen ngan umum atau dianggap terlampau formalis k (formalis c) dan terlampau teknis
(technically). Dengan penyelesaian sengketa berdasarkan undang-undang melalui arbitrase dan alterna f penyelesaian
ind
sengketa di luar pengadilan melalui mekanisme konsiliasi, mediasi, negosiasi dan pendapat ahli serta penyelesaian
sengketa menurut masyarakat adat dapat mencerminkan proses penyelesian sengketa secara adil karena diharapkan
dapat menggali nilai-nilai yang hidup dalam masayarakat secara cepat, biaya ringan, damai dengan win-win solu on bukan
win lose solu on. Oleh karena itu perlu lembaga-lembaga alterna f penyelesian sengketa terutama dalam hal pelaksanaan
eksekusi.
Kata kunci : alterna f penyelesian sengketa, proses diluar pengadilan, masyarakat adat, keadilan
V
hts

Abstract
Today alterna ve dispute resulu on non li ga on to be an alterna ve for businesses to be able to resolve disputes
resolu on business and this is because through the court process, is considered to have the burden which overloaded, Slow
and waste of me, very expensive and unresponsive to the public interest, formalis c and technically. Alterna ve dispute
Resolu on with statutory arbitra on and alterna ve dispute resolu on mechanisms outside the court through concilia on,
media on, nego a on and dispute resolu on expert opinion and according to the indigenous peoples may reflect disputes
resolu on in a fair process because it is expected to explore the values that live in society as a fast, low cost, peace with the
ec

win-win solu on rather than lose win solu on. Therefore, the courts and state agencies need to respect and protect the
decisions issued by the ins tu ons of alterna ve dispute resolu on, especially in terms of execu on.
Keywords: alterna ve dispute resolu on, Non Li ga on, indigenous people, jus ce
lR
na
Jur

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 277


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan itu disebabkan jumlah serta sebaran pengadilan

HN
yang hampir merata di seluruh pelosok daerah
Aterna f proses penyelesaian sengketa bisnis
di tanah air. Akan tetapi seiring perkembangan
yang diupayakan pihak-pihak di luar pengadilan,
masyarakat, lalu lintas perdagangan dan dunia
merupakan realita perubahan kecenderungan
usaha nasional maupun internasional, serta
manusia dalam masyarakat yang harus diterima.
perkembangan hukum itu sendiri, rasio jumlah
Apabila selama ini mekanisme penyelesaian

BP
perkara yang harus diselesaikan oleh pengadilan
sengketa mengiku pola yang terstruktur
semakin dak sebanding dengan kapasitas
melalui pengadilan negeri, namun melalui
serta kemampuan pengadilan untuk menerima,
mekanisme yang lebih sederhana diharapkan
memeriksa, dan memutus perkara yang masuk.
dak terjadi distorsi pada penegakan hukum
Di samping faktor eksternal semacam

ing
sehingga hasilnya dapat memenuhi rasa keadilan
itu, ada juga faktor internal pengadilan yang
masyarakat. Penggunaan sistem peradilan
menyebabkan masyarakat menilai pengadilan
modern sebagai sarana pendistribusian keadilan
serta sumberdaya manusianya semakin dak
terbuk menjumpai sangat banyak hambatan.
berpihak kepada tuntutan rasa keadilan
Adapun yang menjadi faktor penyebab adalah
karena peradilan modern sarat dengan beban
ind masyarakat. Para hakim di Indonesia selama
beberapa dekade telah menjadi bagian
formalitas, prosedur, birokrasi, serta metodologi
hegemoni pegawai negeri sipil yang dikondisikan
yang ketat. Oleh sebab itu, keadilan yang
untuk mendukung kepen ngan poli k pihak
diperoleh masyarakat modern dak lain adalah
yang berkuasa. Bahkan sampai kini disinyalir
V
keadilan birokra s.1
hakim-hakim di Indonesia masih rentan ter-
Namun dewasa ini cara penyelesaian
hadap upaya penyuapan, sehingga putusan
hts

sengketa melalui peradilan mendapat kri k


yang dikeluarkan pengadilan sulit diramalkan,
yang cukup tajam, baik dari prak si maupun
acapkali memihak penguasa atau orang kaya
teori si hukum. Peran dan fungsi peradilan,
yang pada akhirnya bertentangan dengan
dianggap mengalami beban yang terlampau
rasa keadilan masyarakat karena penyelesaian
padat (overloaded). Lamban dan buang waktu
ec

sengketa di pengadilan telah menjauhkan pihak-


(waste of me). Biaya mahal (very expensive)
pihak yang bersengketa dari nilai-nilai keadilan.2
dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap
Oleh karena itu, apabila pengusaha menghadapi
kepen ngan umum. Atau dianggap terlampau
lR

sengketa, tentu saja akan memilih cara-cara yang


formalis k (formalis c) dan terlampau teknis
lebih sederhana prosedurnya serta ditentukan
(technically).
secara limita f waktu penyelesaiannya.
Meskipun demikian, sebagian besar perkara
Untuk menghindari mekanisme penyelesaian
na

yang terjadi di masyarakat tetap mengalir ke


sengketa dipengadilan yang memerlukan waktu
pengadilan untuk diperiksa dan diputus dalam
bertahun-tahun. Dengan penyelesaian sengketa
rangka memperoleh penyelesaian yang adil. Hal
Jur

1
S. Susanto, ”Lembaga Peradilan dan Demokrasi”, Makalah pada Seminar Nasional tentang Pendayagunaan
Sosiologi Hukum dalam Masa Pembangunan dan Restrukturisasi Global, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 12-
13 Nopember 1996, hal 3.
2
Eman Suparman. Op.Cit.

278 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

di luar pengadilan, waktu dan biaya rela f penyelesaian sengketa di luar pengadilan

HN
dapat dihemat, juga yang terpen ng adalah disebabkan karena ga alasan, yaitu: Pertama,
penyelesaian dilakukan secara damai, sehingga penyelesaian sengketa di pengadilan adalah
semua pihak yang bersengketa menjadi terbuka, kaum bisnis lebih menyukai sengketa
‘pemenang’. Penyelesaian sengketa di luar mereka diselesaikan tertutup, tanpa diketahui
pengadilan dijamin kerahasiaannya, sehingga oleh publik. Kedua, sebagian masyarakat,

BP
dak perlu was-was apa yang terjadi selama khususnya orang bisnis menganggap hakim dak
proses penyelesaian akan diketahui orang lain selalu ahli dalam permasalahan sengketa yang
atau media massa. 3 mbul. Dan yang Ke ga, penyelesaian sengketa
Suatu perselisihan itu muncul ke di Pengadilan akan mencari pihak mana yang
permukaan, antara lain disebabkan karena salah dan yang benar, sedangkan putusan

ing
masing-masing merasa benar, merasa berhak penyelesaian sengketa di luar pengadilan akan
atas apa yang diperselisihkan. Sebab kalau dicapai melalui kompromi. 4
salah satu pihak dari yang berselisih merasa Kompleksitas dan ngginya perkem-
bersalah dan tahu dak berhak atas sesuatu ind bangan di dunia bisnis, cenderung berpotensi
yang diperselisihkan, perselisihan itu dak ada menimbulkan konflik atau sengketa. Penyelesaian
atau berakhir tatkala ke dak benaran disadari. sengketa bisnis yang dak tertangani secara adil
Di dalam pergaulan masyarakat, kedamaian di suatu negara dapat mengganggu hubungan
adalah merupakan idaman se ap anggota baik suatu negara dengan negara lainnya
V
masyarakat. Kedamaian akan terwujud antara dan menghambat kedatangan investor asing.
lain kalau aneka kepen ngan yang berbeda Keberadaan paradigma non li gasi yang disebut
hts

dari masing-masing anggota masyarakat dak alterna f penyelesaian sengketa sebenarnya


saling bertabrakan. Pertentangan kepen ngan masih berlangsung dalam prak k-prak k
itulah yang menimbulkan perselisihan dan penyelesaian sengketa di masyarakat. Namun
untuk menghindari gejala tersebut, mereka penyelenggaraannya belum dikembangkan
mencari jalan untuk mengadakan tata ter b, secara ilmiah untuk menyelesaikan sengketa-
ec

yaitu dengan membuat ketentuan atau kaedah sengketa bisnis modern yang mul kompleks.
hukum, yang harus ditaa oleh se ap anggota Selain media ADR yang dikemas secara
masyarakat, agar dapat mempertahankan hidup modern, perlu juga digali kembali potensi
lR

bermasyarakat. Dalam kaedah hukum yang media penyelesaian sengketa yang sudah
ditentukan itu, se ap orang diharuskan untuk tumbuh secara tradisional dalam masyarakat
ber ngkah laku sedemikaian rupa, sehingga hukum adat. Berbicara tentang lembaga adat
kepen ngan anggota masyarakat lainnya akan sebenarnya sudah dari zaman dahulu kita
na

terjaga dan dilindungi. mengenalnya dan telah lama dipraktekkan untuk


Menurut Erman Rajagukguk, masya- menyelesaikan perselisihan yang terjadi atau
rakat khususnya kaum bisnis lebih menyukai sengketa yang ada di dalam masyarakat hukum
Jur

3
”Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian dalam Aspek Hukum Indonesia” sumber: www.google.com, diakses, 28 Mei
2011.
4
Eman Rajaguguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, (Jakarta: Chandra Pratama, 2001) hlm. 30.

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 279


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

adat. Cara ini ditempuh diantaranya untuk D. Pembahasan

HN
mengurangi biaya perkara yang mahal karena 1. Penyelesain Sengketa Bisnis di luar
dalam proses pengadilan berindikasi akan ada Pengadilan Menurut Peraturan
pihak yang menang dan yang kalah. Pihak yang PerUndang-Undangan
kalah akan merasa dirugikan dengan adanya
Perkembangan masyarakat serta laju
putusan sehingga prosesnya akan memakan
dinamis dunia bisnis saat ini berlangsung

BP
waktu yang lama dan berbelit-belit. Selain itu
demikian pesat. Dinamika dan kepesatan yang
juga terjadinya penumpukan perkara yang
terjadi di dalam kegiatan ekonomi dan bisnis itu
terjadi di Mahkamah Agung yang memerlukan
ternyata telah membawa implikasi yang cukup
penyelesaian yang cepat.5
mendasar terhadap pranata6 maupun lembaga7

ing
hukum. Implikasiter hadap pranata hukum di-
B. Permasalahan sebabkan sangat dak memadainya perangkat
Dari uraian diatas dirumuskan beberapa norma untuk mendukung kegiatan ekonomi
permasalahan sebagai berikut: dan bisnis yang sedemikian pesat. Kondisi
1. Bagimana proses penyelesaian sengketa bis- tersebut kemudian diupayakan untuk diatasi
nis di luar pengadilan berdasarkan Undang-
ind dengan melakukan reformasi hukum di bidang
Undang? kegiatan ekonomi, dengan membuat peraturan
2. Bagimana alterna f penyelesaian sengketa perundang-undangan baru mengenai bidang-
bisnis menurut masyarakat adat? bidang yang menunjang kegiatan ekonomi dan
V
bisnis.8
C. Metodologi PeneliƟan Sementara itu, implikasi dari kegiatan bisnis
hts

Berdasarkan iden fikasi masalah sebagai- yang pesat terhadap lembaga hukum berakibat
mana diuraikan diatas, maka tulisan ini masuk juga terhadap pengadilan9 yang dianggap
dalam peneli an hukum norma f dengan studi dak profesional untuk menangani sengketa-
kepustakaan. Untuk itu tulisan ini menggunakan sengketa bisnis, dak independen, bahkan para
hakimnya telah kehilangan integritas moral10
ec

metode peneli an yuridis norma f. Tulisan ini


juga mengunakan pendekatan sosio hukum, tugas untuk menegakkan hukum dan keadilan
sehingga memiliki perspek f lebih luas dengan ke ka menerima, memeriksa,mengadili, serta
melihat hukum dalam hubungannya dengan menyelesaikan se ap sengketa yang diajukan,
lR

sistem sosial, poli k, dan ekonomi masyarakat.


na

5
Lili Suarni, Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Lembaga Adat di Nagari Kambang Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan, (Program Pascasarjana Universitas Andalas, Tahun 2008)
6
Satjipto Rahardjo, Pembangunan Hukum di Indonesia dalam Konteks SituasiGlobal; dalam Problema Globalisasi –
Perspektif Sosiologi Hukum, Ekonomi, & Agama. (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000), hal 13.
7
Adi Sulistiyono, Mengembangkan Paradigma Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi dalam Rangka Pendayagunaan
Jur

Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis / Hak Kekayaan Intelektual (Semarang: Disertasi, PDIH, 2002), hlm. 4.
8
Normin S. Pakpahan, Pembaharuan Hukum di Bidang Kegiatan Ekonomi, Makalah pada Temu Karya Hukum
Perseroan dan Arbitrase; (Jakarta, 22-23 Januari 1991), hlm. 31.
9
Sudikno Mertokusumo, Sistem Peradilan di Indonesia”, (Jurnal Hukum, No. 9, Vol. 4, 1997), hlm. 2.
10
Lihat Mas Achmad Santosa, ”Independensi Peradilan dan TAP MPR RI No. X/MPR/1998”; (Kompas, 11 Januari
1999).

280 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

dianggap sebagai tempat menyelesaikan seng- an yang akan ia ambil untuk kepen ngannya sen-

HN
keta yang dak efek f dan efisien.11 diri, walau demikian dak menutup kemungkin-
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 an klien akan dapat mempergunakan pendapat
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alterna f yang disampaikan oleh pihak konsultan tersebut.
Penyelessaian sengketa Umum, Pasal 1 angka Ini berar dalam konsultasi, sebagai suatu bentuk
10, merumuskan bahwa: pranata alterna f penyelesaian sengketa, peran

BP
”Alterna f Penyelesaian Sengketa adalah dari konsultan dalam menyelesaikan perselisihan
lembaga penyelesaian sengketa atau beda atau sengketa yang ada ndakan dominan sama
pendapat melalui prosedur yang disepaka
para pihak, yakni penyelesaian di luar sekali, konsultan hanyalah memberikan pendapat
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, (hukum), sebagaimana diminta oleh kliennya,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli” yang untuk selanjutnya keputusan mengenai

ing
penyelesaian sengketa tersebut akan diambil
a. Konsultasi sendiri oleh para pihak, meskipun ada kalanya
pihak konsultan juga diberikan kesempatan
Tidak ada suatu rumusan ataupun penjelasan
ind untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian
yang diberikan dalam UU No. 30 Tahun 1999
sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang
mengenai makna maupun ar dari konsultasi.
bersengketa tersebut.13
Jika melihat pada Black's Law Dic onary dapat
diketahui bahwa yang dimaksud dengan
b. Negosiasi dan Mediasi
konsultasi (consulta on) adalah: Act of consul ng
V
or conferring: e.g. pa ent with doctor, client Jika rumusan yang diberikan dalam Pasal
with lawyer. Delibera on of persons on some 6 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun 1999, di sana
hts

subject.12 dikatakan bahwa pada dasarnya para pihak dapat


Dari rumusan yang diberikan dalam Black's dan berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa
Law Dic onary tersebut dapat diketahui, bahwa yang mbul di antara mereka. Kesepakatan
pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya
harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang
ec

ndakan yang bersifat personal antara suatu


pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan disetujui oleh para pihak. Ketentuan tersebut
pihak lain yang merupakan pihak konsultan, yang mengingatkan pada ketentuan yang serupa
memberikan pendapatnya kepada klien tersebut yang diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan
lR

untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan 1864 Bab Kedelapanbelas Buku III Kitab Undang-
kliennya tersbut. Tidak ada suatu rumusan yang undang Hukum Perdata tentang Perdamaian.
menyatakan sifat keterikatan atau kewajiban Berdasarkan definisi yang diberikan dikatakan
na

untuk memenuhi dan mengiku pendapat yang bahwa Perdamaian adalah suatu persetujuan
disampaikan oleh pihak konsultan. Ini berar klien dengan mana kedua belah pihak, dengan
adalah bebas untuk menentukan sendiri keputus- menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu
Jur

11
Adi Sulistiyono, Mengembangkan… Op. Cit., hlm. 4.
12
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Editor in Chief, 2004, hlm. 1003.
13
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian dalam Aspek Hukum Indonesia, sumber: www.google.com, diakses tanggal
28 Mei 2011

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 281


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang dikatakan bahwa atas kesepakatan tertulis para

HN
bergantung atau mencegah mbulnya suatu pihak sengketa atau beda pendapat diselesaikan
perkara. Persetujuan perdamaian ini oleh Kitab melalui bantuan seorang atau lebih penasihat
Undang-undang Hukum Perdata diwajibkan untuk ahli maupun melalui seorang mediator. Undang-
dibuat pula secara tertulis, dengan ancaman dak undang dak memberikan rumusan definisi
sah. Jika dikaji secara seksama dapat dikatakan atau penger an yang jelas dari mediasi maupun

BP
bahwa kata-kata yang tertuang dalam rumusan mediator. Dari literatur hukum, misalnya adalah
Pasal 6 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999 memiliki Black's Law Dic onary dikatakan bahwa mediasi
makna objek f yang hampir sama dengan yang dan mediator adalah: Media on is a method of
diatur dalam Pasal 1851 KUH Perdata, hanya saja non binding dispute revela on involving a neutral
negosiasi menurut rumusan Pasal 6 ayat (2) UU third party who tries to help the dispu ng par es

ing
No. 33 Tahun 1999 tersebut: reach a mutually agreeable solu on.15 Mediasi
a. Diberikan tenggang waktu penyelesaian merupakan model penyelesaian sengketa di mana
paling lama 14 hari; dan pihak luar dak memihak dan netral (mediator)
b. Penyelesaian sengketa tersebut harus membantu pihak-pihak yang bersengketa guna
dilakukan dalam bentuk pertemuan
ind memperoleh penyelesaian sengketa yang
langsung oleh dan antara para pihak yang disepaka para pihak.
bersengketa. Mediasi, dari penger an yang diberikan,
Selain itu perlu dicatat pula bahwa negoisasi, jelas melibatkan keberadaan pihak ke ga
merupakan salah satu lembag alterna f (baik perorangan maupun dalam bentuk suatu
V
penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di lembaga independen) yang besifat netral dan
luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dak memihak, yang akan berfungsi sebagai
hts

dilakukan baik sebelum proses persidangan mediator. Sebagai pihak ke ga yang netral,
pengadilan dilakukan, maupun setelah sidang independen, dak memihak dan ditunjuk oleh
peradilan dilaksanakan, baik di dalam maupun di para pihak secara langsung maupun melalui
luar sidang pengadilan (Pasal 130 HIR).14 lembaga mediasi, mediator berkewajiban untuk
ec

Pengaturan mengenai mediasi dapat melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan


ditemukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat (3), ayat pada kehendak dan kemauan para pihak.
(4) dan ayat (5) UU No. 30 Tahun 1999, Ketentuan Walau demikian ada suatu pola umum yang
lR

mengenai mediasi yang diatur dalam Pasal 6 ayat dapat diiku dan pada umumnya dijalankan oleh
(3) UU No. 30 Tahun 1999 adalah merupakan mediator dalam rangka penyelesaian sengketa
suatu proses kegiatan sebagai kelanjutan dari para pihak. Sebagai suatu pihak di luar perkara,
gagalnya negosiasi yang dilakukan oleh para pihak yang dak memiliki kewenangan memaksa,
na

menurut ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU No. 30 mediator ini berkewajiban untuk bertemu atau
Tahun 1999. Menurut rumusan dari Pasal 6 ayat mempertemukan para pihak yang bersengketa
(3) Undang-undang No.30 Tahun 1999 tersebut guna mencari masukan mengenai pokok
Jur

14
M. Husni, Arbitrase sebagai Alternatif Penyelesian Sengketa Bisnis di luar Pengadilan, (Jurnal Equality, Vol. 13 No.
1 Februari 2008).
15
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Editor in Chief, 2004, hlm. 1003.

282 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

persoalan yang dipersengketakan oleh para pihak. ii. mediator yang ditunjuk oleh lembaga abritase

HN
Berdasarkan pada informasi yang diperoleh, baru atau lembaga alterna ve penyelesaian
kemudian mediator dapat menentukan duduk sengketa yang ditunjuk oleh para pihak
perkara, kekurangan dan kelebihan dari masing- (Pasal 6 ayat (4) UU No. 30 Tahun 1999.
masing pihak yang bersengketa, dan selanjutnya Meskipun diberikan suatu jangka waktu
mencoba menyusun proposal penyelesaian, yang jelas, kedua ketentuan tersebut terkesan

BP
yang kemudian dikomunikasikan kepada para memperanjang jangka waktu alterna ve penye-
pihak secara langsung. Mediator harus mampu lesaian sengketa di luar pengadilan. Tidak ada
menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif suatu kejelasan apakah ketentuan tersebut
bagi terciptanya kompromi di antara kedua belah bersifat memaksa atau dapat disimpangi oleh
pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil para pihak. Seper halnya konsultasi, negosiasi

ing
yang saling menguntungkan. maupun mediasi, UU No. 30 Tahun 1999 dak
Baru setelah diperoleh persetujuan dari para memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas
pihak atas proposal yang diajukan beserta segala penger an atau definisi dari konsiliasi ini.
revisi atau perubahnnya untuk penyelesaiaan ind
masalah yang dipersengketakan, mediator c. Konsiliasi
kemudian menyusun kesepakatan itu secara Dalam Black's Law Dic onary dikatakan
tertulis untuk ditandatangani oleh para pihak. bahwa konsiliasi adalah: Consillia on is the
Tidak hanya sampai disitu, mediator juga adjustment and se lement of a dispute in a
V
dihrapkan dapat membantu pelaksanaan dari friendly, unantagonis c manner used in court
kesepakatan tertulis yang telah ditandatangani before trial with a view towards avoiding trial
hts

oleh kedua belah pihak. Menurut UU No. 30 in labor disputes before arbitra on. Court of
Tahun 1999, kesepakatan penyelesaian sengketa Concilia on is a court which proposes terms of
atas beda pendapat secara tertulis adalah final adjustment, so as to avoid ligi on.17
dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan Consillia on dalam bahasa Inggeris berar
dengan i kad baik. Kesepakatan tertulis tersebut perdamaian dalam bahasa Indonesia. Kemudian
ec

wajib dida arkan di Pengadilan Negeri dalam dalam Blak's Law Dictonary dikatakan bahwa pada
waktu paling lama ( ga puluh) hari terhitung prisnispnya konsiliasi merupakan perdamaian.
sejak penandatanganan, dan wajib dilaksanakan Dalam hal yang demikian sebagaimana yang
lR

dalam waktu paling lama 30 ( ga puluh) hari diatur dalam pasal 1851 sampai dengan Pasal
sejak penda aran.16 1864 Bab kedelapan belas Buku III UU Hukum
Dalam pasal 6 (4) UU No. Tahun 1999 dikatakan Perdata, berar segala sesuatu yang dimaksudkan
bahwa UU membedakan mediator ke dalam:
na

untuk diselesaikan melalui konsiliasi tunduk pada


i. mediator yang ditunjuk secara bersama oleh ketentuan KUH Perdata, dan secara khusus Pasal
para pihak (Pasal 6 ayat (3) UU No. 30 Tahun 1851 sampai dengan Pasal 1864. Ini berar hasil
1999, dan kesepakatan melalui alterna f penyelesaian
Jur

16
Munir Fuadi, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesian Sengketa Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.
42.
17
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Editor in Chief, 2004, hlm. 1003.

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 283


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

sengketa konsiliasi inipun harus dibuat secara opini atau pendapat hukum tersebut dapat

HN
tertulis dan ditandatangani secara bersama oleh merupakan suatu masukan bagi para pihak.
para pihak yang bersengketa. Sesuai dengan Sewaktu menyusun atau membuat perjanjian
ketentuan Pasal 6 ayat (7) jo Pasal 6 ayat (8) yang akan mengatur hak-hak dan kewajiban
UU No. 30 Tahun 1999. Kesepakatan tertulis para pihak dalam perjanjian. Maupun dalam
hasil konsiliasi tersebutpun harus dida arkan di memberikan penafsiran ataupun terhadap salah

BP
Pengadilan negeri dalam jangka waktu 30 ( ga satu atau lebih ketentuan dalam perjanjian yang
puluh) hari terhitung sejak tanggal penda aran telah dibuat oleh para pihak untuk memperjelas
di Pengadilan Negeri. Kesepakatan tertulis pelaksanaannya.
hasil konsiliasi bersifat final dan mengikat para Jika pada uraian di atas dibahas konsiliasi
pihak.18 dalam penger an yang sangat umum, termasuk

ing
Berbeda dengan negosiasi, konsiliasi, dari dalam pemberian opini atau pendapat hukum
penger an yang diberikan dalam Black's Law dalam suatu mediasi atau konsiliasi. Pendapat
Dic onary, merupakan langkah awal perdamaian hukum yang diberikan oleh lembaga arbitrase,
sebelum sidang peradilan (ligitasi) dilaksanakan. yang bersifat mengikat guna menyelesaikan suatu
Bahkan diatur dalam KUHP, dengan berasumsi
ind bentuk perbedaan paham, atau perselisihan
bahwa yang dimaksud dengan konsiliasi dalam pendapat ataupun mengenai suatu ke dakjelasan
UU No. 30 Tahun 1999 adalah iden k dengan akan suatu hubungan hukum ataupun rumusan
perdamaian yang diatur dalam KUHP. Dengan dalam perjanjian, yang dihadapi para pihak
demikian berar konsiliasi dak hanya dapat dalam suatu perjanjian dengan klausula arbitrase,
V
dilakukan untuk mencegah dilaksanakannya sebagaimana diatur dalam UU No. 30 Tahun 1999
proses ligitasi, melainkan juga dapat dilakukan tentang Arbitrase dan Alterna f Penyelesaian
hts

oleh para pihak, dalam se ap ngkat peradilan Sengketa.


yang sedang berlangsung, baik di dalam maupun Dalam Pasal 2 Ruang lingkup dan Kekuatan
di luar pengadilan, dengan pengecualian untuk Berlaku Perma adalah:
hal-hal atau sengketa di mana telah diperoleh 1. Peraturan Mahkamah Agung ini hanya
ec

suatu putusan hakim yang telah mempunyai berlaku untuk mediasi yang terkait dengan
kekuatan hukum tetap, dak dapat dilakukan proses berperkara di Pengadilan.
konsiliasi. 2. Se ap hakim, mediator dan para pihak wajib
lR

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 juga mengiku prosedur penyelesaian sengketa


mengenal is lah pendapat ahli sebagai bagian melalui mediasi yang diatur dalam Peraturan
dari alterna f penyelesaian sengketa. Dan ini.
bahwa ternyata arbitrase dalam suatu bentuk 3. Tidak menempuh prosedur mediasi berda-
na

kelembagaan, dak hanya bertugas untuk sarkan Peraturan ini merupakan pelanggaran
menyelesaikan perbedaan atau perselisihan terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau
pendapat maupun sengketa yang terjadi di antara Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan
Jur

para pihak dalam suatu perjanjian. Pemberian batal demi hukum.

18
Munir Fuadi, Op.Cit.

284 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

4. Hakim dalam per mbangan putusan perkara pengadilan. Sebagian besar pengusaha lebih suka

HN
wajib menyebutkan bahwa perkara yang menyelesaikan sengketa yang mbul diantara
bersangkutan telah diupayakan perdamaian mereka melalui arbitrase dari pada pengadilan.
melalui mediasi dengan menyebutkan nama Biasanya arbiter pertama-tama membahas
mediator untuk perkara yang bersangkutan. masalah yang mbul, berusaha mencapai
Ini berbeda dalam proses negosiasi dengan konsesus. Jika usaha ini gagal, negosiasi diantara

BP
orang Cina, Jepang, Korea. Mereka akan anggota panel biasanya melahirkan putusan
bertanya, jika anda membawa lawyer, apakah yang kompromis. Tidak selalu harus melalui
anda mau berbisnis atau mencari-cari kesalahan. pemungutan suara.
Ada perbedaan persepsi terhadap ”lawyer” Lembaga arbitrase dak lain merupakan
dalam masyarakat Amerika dan Jepang. Begitu suatu jalur musyawarah yang melibatkan pihak

ing
pula ada perbedaan persepsi mengenai kontrak. ke ga sebagai wasitnya. Dengan perkataan
Untuk orang Jepang kontrak adalah simbol lain, arbitrase adalah suatu cara penyelesaian
kerjasama untuk saling menguntungkan dan sengketa atau perselisihan bisnis dengan bantuan
bukan merupakan suatu dokumen hukum. ind pihak ke ga, bukan hakim, walaupun dalam
Dalam berbisnis masyarakat Jepang menganggap pelaksanaan putusannya harus dengan bantuan
”trust the people rather paper”. Dalam proses hakim. Apabila salah satu pihak kemudian enggan
negosiasi, kedua belah pihak perlu memahami memberikan bantuannya untuk pengambilan
juga perbedaan budaya berkenaan dengan keputusan atau dak mentaa keputusan yang
V
karakter dan kebiasaan masing-masing pihak. telah diambil oleh orang yang mereka berikan
Orang Amerika cenderung berkata terus terang wewenang untuk sengketa tersebut, pihak itu
hts

dan langsung, sedangkan orang Jepang biasa dianggap melakukan breach of contract atau
mengataka ”ya” dak selalu berar ”setuju”.19 melanggar perjanjian.
Mediasi juga merupakan salah satu cara Memilih forum di luar pengadilan negeri
penyelesaian melalui pihak ke ga. Pihak ke ga untuk menyelesaikan sengketa komersial dalam
tersebut disebut dengan mediator. Ia bisa negara, bidang bisnis pada dasarnya merupakan bagian
ec

Organisasi internasional (misalnya PBB) atau dari kebebasan para pihak dalam membuat
individu (poli kus, ahli hukum, atau ilmuan). Ia ikut kesepakatan mengenai berbagai objek per-
serta secara ak f dalam proses negosiasi. Biasanya janjian. Kesepakatan memilih forum dapat
lR

ia dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral dilakukan melalui dua cara. (i) sebelum terjadi
berupaya mendamaikan para pihak dengan sengketa dan dicantumkan dalam perjanjian
memberikan saran penyelesaian sengketa. Jika pokok, dinamakan pactum de compromi endo;
cara penyelesaian dengan menggunakan diatas atau (ii)sesudah terjadi sengketa, dibuat dalam
na

gagal atau dak berhasil, barulah ditempuh cara- bentuk tertulis terpisah dari perjanjian pokok,
cara lain seper penyelesaian melalui pengadilan disebut akta kompromis. Akan tetapi, menurut
atau arbitrase. Arbitrase adalah ins tusi hukum hukum Indonesia, dak se ap sengketa dapat
Jur

alterna f bagi penyelesaian sengketa di luar diselesaikan melalui forum arbitrase yang

19
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian dalam Aspek Hukum Indonesia, sumber: www.google.com, diakses tanggal
28 Mei 2011.

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 285


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

dipilih para pihak. Lebih dari itu, arbitrase diakui di antara mereka inilah yang oleh Snouck

HN
sebagai model penyelesaian sengketa yang Hurgronje dinamakan sebagai Adatrecht atau
mengedepankan pencapaian keadilan dengan yang kemudian biasa diterjemahkan sebagai
pendekatan konsensus dan mendasarkan pada Hukum Adat. Hukum adat adalah hukum yang
kepen ngan para pihak dalam rangka mencapai bersumber pada ugeran-ugeran atau norma
win-win solu on.20 kehidupan sehari-hari yang langsung mbul

BP
Akan tetapi di balik semua kelebihan sebagai pernyataan kebudayaan orang Indonesia
arbitrase, ternyata ada satu hal yang sangat dak asli dalam hal ini sebagai pernyataan rasa keadilan
memuaskan para pihak dari seluruh rangkaian dalam hubungan pamrih, sehingga jelas sekali
proses arbitrase. Ke dak-puasan para pihak terlihat bahwa hukum adat adalah hukum asli
dalam proses arbitrase terutama pada saat bangsa Indonesia yang dibuat oleh masyarakat

ing
pelaksanaan (eksekusi) putusan. Pelaksanaan Indonesia sendiri secara turun-temurun ber-
putusan arbitrase, baik putusan arbitrase dasarkan value consciousness mereka yang ter-
nasional apalagi putusan arbitrase internasional, manifestasi dalam kebiasaan-kebiasaan hidup
di Indonesia selalu menghadapi kesulitan dan sehari-hari dengan menggunakan ukuran nalar
hambatan. Kesulitan serta hambatan untuk
ind dan rasa keadilan mereka.
melaksanakan putusan arbitrase disebabkan Di samping itu eksistensi ins tusi lokal
antara lain karena norma hukum yang ambivalen. termasuk lembaga adat akhir-akhir ini adalah
Di satu pihak, arbitrase diakui sebagai salah satu sebuah fenomena yang menarik untuk dicerma ,
model penyelesaian sengketa di luar pengadilan. lembaga adat yang dulunya mampu eksis dan
V
Akan tetapi di lain pihak, badan peradilan terkesan berperan dalam penyelesaian kasus atau perkara
belum sepenuhnya memberikan kewenangan di dalam masyarakat namun sekarang telah
hts

dalam menyelesaikan sengketa komersial kepada terjadi pergeseran paradigma penyelesaian


forum arbitrase. Oleh karena itu, peran pengadilan sengketa dalam masyarakat. Hal ini dibuk kan
masih sangat dominan dalam keseluruhan proses dengan berbagai ak fitas penyelesaian sengketa
arbitrase.21 di kalangan masyarakat mengalami kemunduran
ec

dan dak mampu berbuat banyak dalam pe-


2. AlternaƟf Penyelesaian Sengketa di nyelesaian sengketa khususnya penyelesaian
Luar Pengadilan Menurut Masyarakat sengketa waris, bisnis dan lain-lain di mana
Adat
lR

untuk penyelesaian sengketa, masyarakat


Di berbagai wilayah di Nusantara ini telah cenderung lebih menggunakan penyelesaian
terdapat kesatuan-kesatuan masyarakat yang sengketa melalui lembaga pengadilan.
teratur, yang dikelola oleh suatu sistem nilai Hal ini salah satunya disebabkan, karena
na

yang bersifat tradisional dan dipercaya secara dilahirkannya kebijakan-kebijakan antara lain
turun-temurun. Sistem nilai yang hidup di pemerintah berupaya melakukan penyeragaman
dalam masyarakat yang mengelola keteraturan peradilan melalui Undang-undang No. 1 tahun
Jur

20
Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial Untuk Penegakan Keadilan, (Jakarta:
Tatanusa, 2004), hlm. 333.
21
Ibid., hlm. 335.

286 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

1951, peradilan adat sebagaimana dimaksud adat, dimana dalam pasal 7 menjelaskan bahwa

HN
dalam Stb. 1932 No. 80 yang dihapuskan secara kekuasaan kehakiman yang berkepribadian
berangsur-angsur, sedangkan peradilan desa Pancasila dan yang menjalankan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Stb. 1935 No. hukum sebagai pengayoman, dilaksanakan
102 masih tetap dipertahankan terus termasuk oleh Pengadilan dalam lingkungan: Peradilan
keterkaitanya dengan Peradilan Umum. Melalui Umum, Peradilan Agama, Peradilan Meliter

BP
ketentuan Pasal 3a RO (Reglement of de dan Peradilan Tata Usaha Negara. Dan dalam
Rechtelijke Organisa e in Het Beleid der Jus e Undang-Undang ini dak menyebutkan tentang
in Indonesia) yang dikaitkan secara khusus Peradilan Adat.
dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku baik Kemudian Undang-undang No.14 Tahun
dalam HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) 1970 (yang terakhir diubah dengan Undang-

ing
maupun RB(Rechtsreglement Buitengewesten) undang No. 48 Tahun 2009) Tentang Kekuasaan
yang meminta agar hakim memperha kan Kehakiman Pasal 2 ayat (3) berbunyi bahwa
putusan dari Hakim Perdamaian Desa.22 semua peradilan di seluruh wilayah negara
Dalam Pasal 120 a, HIR/143 a RBg dinyatakan ind Republik Indonesia adalah peradilan negara yang
dalam ayat satu (1) ”jika gugatan yang diajukan diatur dengan Undang-Undang, namun dak
itu berhubungan dengan perkara yang sudah menutup kemungkinan penyelesaian sengketa
diputuskan oleh Hakim perdamaian desa, maka dilakukan di luar peradilan negara yaitu melalui
penggugat harus menyebutkan isi putusan itu perdamaian dan arbitrase. Dari penjelasan ini
V
dalam gugatannya; sedapatnya salinan putusan dapat dilihat bahwa penyelesaian sengketa di
itu dilampirkan. Ayat dua (2) Ketua Pengadilan luar peradilan negara masih bisa diberlakukan.
hts

Negeri memperingatkan kepada penggugat Walaupun Undang-undang ini membuka


akan kewajibannya yang ditetapkan dalam ayat peluang bagi hakim untuk menemukan hukum
1 pada waktu atau sesudah menerima gugatan berdasarkan nilai-nilai hukum yang hidup dan
atau pada permulaan persidangan.”23 berkembang dalam masyarakat, namun dalam
Dalam ketentuan ini dapat dilihat bahwa realitanya nilai-nilai yang terdapat di dalam
ec

masih diakuinya keberadaan putusan Hakim sis m penyelesaian yang ada di masyarakat
perdamaian desa, dan wajib dijadikan sebagai tersebut dak bisa diakomodasikan oleh sis m
pedoman oleh Hakim dalam proses penyelesaian peradilan formal.24
lR

sengketa di Pengadilan Negeri, karena HIR dan Di satu sisi harapan masyarakat untuk
RBg merupakan salah satu sumber hukum menyelesaikan sengketa melalui lembaga
dalam hukum acara perdata di Indonesia. pengadilan justeru kembali menemukan
Dalam Undang-undang No. 19 Tahun 1964 permasalahan baru berupa resistensi atas
na

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan sebuah keputusan pengadilan terhadap perkara


Kehakiman telah menghapus bentuk peradilan tertentu karena dianggap oleh sebagaian
Jur

22
Abdurrahman Saleh, Dialog Interaktif Membangun Mitra dan Ruang Partisipasi dalam Penyelesaian Sengketa
Sako dan Pusako di Sumatera Barat, (2004), hlm. 3.
23
K. Wantjik Saleh. Hukum Acara Perdata RBg / HIR, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 18-19.
24
Lili Suarni, Op Cit.

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 287


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

masyarakat dak menyentuh rasa keadilan resistensi atau penolakan dari banyak pihak.

HN
masyarakat. Namun, walaupun dak sesuai dengan harapan
Paradoks dengan hal ini, tujuan hukum masyarakat, segala macam proses pengemban-
sebagai proses harmonisasi dan integrasi sosial an hukum tersebut telah dapat dikatakan sah
dalam beberapa produk hukum berupa putusan secara yuridis, atau dengan kata lain telah
pengadilan cenderung bernuasa sebagai mesin memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan untuk

BP
pencetak konflik sosial sehingga perlu kembali dapat dikatakan sebagai hukum Jika proses
memberikan peranan yang lebih besar kepada pengembangan hukum tersebut dikatakan dak
lembaga hukum adat dalam menyelesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan rakyat karena
sengketa dalam masyarakat. dirasakan bertentangan atau melanggar rasa
Fenomena dimana masih sulitnya keadilan keadilan masyarakat, maka berdasarkan contoh-

ing
bagi masyarakat banyak untuk dipenuhi oleh contoh permasalahan hukum di Indonesia se-
Hukum Indonesia, dan hal itu jelas merupakan bagaimana dijabarkan di atas dapat diketahui
suatu permasalahan yang cukup serius dalam bahwa pengembanan Hukum Indonesia
ruang pembangunan hukum Indonesia yang daklah linier dengan tuntutan keadilan yang
sekaligus merupakan permasalahan dalam
ind diharapkan oleh masyarakat banyak sebagai
Sistem Hukum Indonesia yang mengadopsi subyek sasaran dari adanya hukum tersebut. Jika
Civil Law System sebagai sistem hukum demikian, maka jelas dalam banyak hal secara
warisan kolonial. Di sisi lain, Indonesia pada rela f dapat dikatakan bahwa Hukum Indonesia
hakekatnya disebut demikian karena secara daklah bertujuan secara pertama dan utama
V
faktual eksistensinya kini makin dilupakan dan memberikan keadilan.25
di nggalkan memiliki sistem hukumnya sendiri Von Savigny mengatakan bahwa hukum
hts

yang telah ada jauh sebelum kolonialisme adalah cerminan jiwa rakyat, maka hukum
asing dengan transplantasi hukumnya hadir di adatlah yang merupakan cerminan jiwa bangsa
Indonesia yakni Sistem Hukum Adat dengan Indonesia.26 Hal di atas kiranya akan lebih
karakteris knya yang khas. diperjelas dengan melihat kepada kerakteris k
ec

Dalam pengembangan Hukum Indonesia, hukum adat. Hukum adat memiliki corak, dan
mulai dari proses pembentukan hingga karakteris k sebagai berikut:
penegakannya, seringkali justru dak sesuai 1. Komunalis k, ar nya manusia menurut
lR

dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan hukum adat merupakan makhluk dalam
oleh masyarakat banyak, sehingga kemudian ikatan kemasyarakatan yang erat.
banyak menimbulkan reaksi nega f hingga
na

25
Efendi, Peranan Lembaga Adat Penjelasan Sengketa Waris di Lombok Tengah, sumber: www.google.com, diakses
tanggal 21 Januari 2012
Jur

26
Von Savigny terkenal dengan konsep jiwa bangsa (volksgeist) sebagai sumber hukum. Menurut Savigny, ‘law
as an expression of the common consciousness or spirit of the people”. Menurut guru besar Hukum Romawi ini,
hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Savigny mengembangkan pikirannya
tatkala pada abad XIX, Jerman berencana membuat kodi ikasi hukum perdata German dengan berkiblat pada
kode Napoleon. Pada waktu itu, Savigny berpolemik dengan seorang ahli hukum A.F.J. Thibaut, yang justru
membenarkan rencana kodi ikasi tersebut.

288 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

2. Religio-magis, ar nya hukum adat selalu disamping itu pula berguna terciptanya sebuah

HN
berkaitan dengan persoalan magis dan Hukum Indonesia yang lebih baik. Yakni Hukum
spiritualisme (kepercayaan atas roh-roh Indonesia yang sesuai dengan rasa keadilan dan
nenek moyang, dsb). berdasarkan nilai-nilai masyarakat Indonesia
3. Konkrit, ar nya perhubungan-perhubungan sendiri, Hukum Indonesia yang berke-Indonesia-
hidup yang ada dalam hukum adat adalah an, Hukum Indonesia yang beradatkan

BP
perhubungan-perhubungan yang konkrit Indonesia, Hukum Indonesia yang berdasarkan
atau nyata. Seper halnya, dalam hukum Hukum Adat Indonesia.
adat is lah jual-beli hanya dimaknai secara Keadilan berasal dari Tuhan YME dan se ap
nyata yakni jika telah benar-benar ada orang diberi kemampuan, kecakapan untuk
pertukaran uang dan barang secara kontan, meraba dan merasakan keadilan itu. Dan

ing
sehingga dalam hukum adat dak dikenal segala apa yang di dunia ini sudah semes nya
sistem jual-beli secara kredit sebagaimana menimbulkan dasar-dasar keadilan pada
yang dikenal di BW. manusia. Dengan demikian, hukum dak hanya
4. Visual, ar nya dalam hukum adat ind mencarikan keseimbangan antara berbagai
perhubungan hukum dianggap hanya terjadi kepen ngan yang bertentangan satu sama
oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan
yang dapat dilihat (seper halnya sistem keseimbangan antara tuntutan keadilan tersebut
panjer, peningset, dll). dengan ”Keter ban” atau ”Kepas an Hukum”.
V
Karakter-karakter hukum adat sebagaimana Jika terjadi fenomena adanya eksistensi
dikemukakan di atas adalah cermin dari karakter suatu hukum yang justru bertentangan dengan
hts

masyarakat Indonesia. Sifat komunalis k dapat rasa keadilan masyarakat, maka dalam hal ini
terlihat dari kebiasaan gotong-royong dan dapat dikatakan telah terjadi suatu legal gap,
gugur-gunung yang biasa dilakukan dalam yakni adanya gap atau jurang perbedaan antara
menghadapi pekerjaan besar secara bersama- apa yang diatur atau dikandung dalam substansi
sama, ataupun dalam mekanisme musyawarah hukum posi p yang ada dengan apa yang
ec

yang biasa dilakukan masyarakat kita sejak diharapkan serta diidealkan masyarakat menurut
berabad-abad lampau dalam memecahkan nilai-nilai dan rasa keadilan yang tumbuh dan
suatu permasalahan bersama. berkembang dalam dimensi ba niah mereka.
lR

Hukum adat yang dijalankan oleh lembaga Dalam fenomena ini, terjadi perbedaaan value
adat merupakan perwujudan nilai-nilai hidup consciousness atau kesadaran akan nilai-nilai
yang berkembang di dalam masyarakat dan tentang apa yang baik dan yang buruk, apa yang
merupakan sesuatu yang given, oleh karena benar dan yang salah, apa yang sesuai hukum
na

itu Hukum Adat baik secara yuridis norma f, dan yang bertentangan dengan hukum, antara
filosofis, maupun secara sosiologis sebagai kesadaran yang ada di masyarakat dan kesadaran
sentral seharusnya diletakkan sebagai pondasi yang dijabarkan di dalam hukum posi p yang
Jur

dasar struktur hirarki Tata Hukum Indonesia di ada. Jika demikian maka nalar keadilan antara
mana dalam hukum adat itulah segala macam yang diharapkan oleh masyarakat dengan yang
aturan hukum posi p Indonesia mendasarkan dikonsepkan dalam substansi aturan hukum
diri dan mengambil sumber substansinya yang ada jelas akan berbeda.

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 289


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Friederich Carl von Savigny, memiliki pe- Hal ini dapat dilihat dari hukum adat yang

HN
mikiran yang terkenal: ”Das recht wird nicht menempatkan kepala adat sebagai penengah
gemacht, est ist und wird mit dem volke” dan memberi putusan adat bagi sengketa di
yang ar nya bahwa hukum itu dak dibuat, antara warga. Kedua, adanya ke dakpuasaan
melainkan tumbuh berkembang bersama atas penyelesaian perkara melalui pengadilan,
masyarakat. Secara lebih lanjut, von Savigny seper mahalnya ongkos perkara, lamanya waktu

BP
menyatakan bahwa hukum adalah cerminan dan rumitnya beracara, maka berbagai negara
jiwa rakyat (volksgeist). Dari sini kiranya di dunia termasuk Indonesia mulai berpaling
jelas bahwa hukum pada hakekatnya adalah kepada penyelesaian perkara secara non ligitasi
manifestasi nilai-nilai yang berkembang di di luar pengadilan. Ke ga, pada masyarakat
masyarakat, sehingga dengan demikian hukum Banjar terdapat kecenderungan penyelesaikan

ing
tumbuh dan berkembang seiring perkembangan sengketa dengan cara badamai atau adat
masyarakat karena hukum adalah bagian dari badamai. Sebagai sarana penyelesaian sengketa
masyarakat, cerminan dari jiwa masyarakat, hukum adat badamai (nonligitasi) sampai saat
cerminan dari rasa keadilan rakyat. Sehingga, ini masih efek f, dalam aspek perdata maupun
jika suatu hukum hendak dibuat dalam bentuk
ind aspek pidana.27
formal oleh negara maka hal yang seharusnya Adat badamai adalah salah satu bentuk
dijadikan sebagai sumber pembentuk substansi penyelesaian sengketa yang lazim dilakukan oleh
hukum tersebut dak lain adalah nilai-nilai yang masyarakat Banjar. Adat badamai bermakna
hidup di masyarakat, dengan demikian hukum pula sebagai hasil proses perembukan atau
V
posi p dak lain adalah formulasi formal musyawarah dalam pembahasan bersama
dari value consciousness masyarakat dengan dengan maksud mencapai suatu keputusan
hts

nalar keadilan berdasarkan rasa keadilan sebagai penyelesaian dari suatu masalah.
rakyat. Jika konsep di atas dilaksanakan dalam Adat badamai dilakukan dalam rangka meng-
proses pengembanan Hukum Indonesia, maka hindarkan persengketaan yang dapat mem-
dipas kan fenomena legal gap dapat dicegah bahayakan tatanan sosial. Putusan Badamai
ec

dalam kegiatan pembentukan hukum. yang dihasilkan melalui mekanisme musyawarah


Ada ga penyebab utama dipergunakannya merupakan upaya alterna f dalam mencari
cara non-ligitas dalam penyelesaian sengketa jalan keluar guna memecahkan persoalan
lR

terutama perkara perdata di Indonesia. yang terjadi dalam masyarakat, maka warga
Penyelesaiannya di luar pengadilan dengan masyarakat berkecenderungan menyelesaikan
cara perdamaian. Pertama,di Indonesia tata secara badamai. Warga masyarakat enggan
cara penyelesaian sengketa damai telah lama menyelesaikan sengketa itu melalui lembaga
na

dan biasa dipakai oleh masyarakat Indonesia. ligitasi (jalur lembaga peradilan). 28Adat

27
Ahmadi Hasan, Penyelesaian Sengketa Melalui Upaya (Non Ligitasi) Menurut Peraturan Perundang-undangan
Jur

(AL-BANJARI: Vol. 5, No. 9, Januari – Juni 2007)


28
Sebagaimana penyelesaian kasus pidana dalam sidang adat pada warga suku Ayer dan Asyrem di Papua yang
menewaskan seorang kakek bernama Daniel Ayer, 63 tahun dari warga Ayer yang tewas ditombak Ever Asyrem,
35 tahun dalam pertikaian pada 20 Nopember 1993 diselesaiakan dengan sidang adat dengan alasan warga
Ayer tidak mau menyelesaikan kasus pembunuhan itu lewat jalur hukum formal (nasional). Penyelesaian secara

290 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

badamai ini diakui efek f dalam menyelesaikan dan kedua penyelesaian konflik yang bersifat

HN
per kaian atau persengketaan. Sekaligus fisik yang berkaitan dengan kasus penganiayaan,
mampu menghilangkan perasaan dendam perkelahian, pelanggaran lalu lintas maupun
berperan menciptakan keamanan keter ban sengketa pembagian harta warisan. Jika terjadi
dan perdamaian. Adat badamai ini lazim pula konflik atau persengketaan antara warga dan
disebut dengan, babaikan, baparbaik, bapatut dak dilakukan adat badamai diyakini akan

BP
atau mamatut, baakuran dan penyelesaian merusak tatanan harmoni yang merupakan
dengan cara suluh.29 pelanggaran terhadap kearifan tradisional.
Pada dasarnya budaya untuk konsiliasi atau Jika konflik terjadi apalagi yang berkaitan
musyawarah30 merupakan nilai masyarakat yang dengan peris wa pidana, maka tokoh-tokoh
meluas di Indonesia. Berbagai suku bangsa di masyarakat (tetuha kampung) berinsia f untuk

ing
Indonesia mempunyai budaya penyelesaian mendamaikan para pihak yang bersengketa.
sengketa secara damai, misalnya masyarakat Diupayakan pertemuan (musyawarah) ke-
Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, luarga, dilanjutkan acara selamatan, dengan
Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Irian Jaya, ind bermaaf-maafan dan terkadang disertai dengan
dan masyarakat Toraja. Sedangkan menurut perjanjian dak akan memperpanjang sengketa
Kawashima, bagi masyarakat Jepang, ligitasi telah dan permusuhan. Bahkan diantara kedua belah
dinilai salah secara moral, bersifat subversif atau pihak diikat dalam sebuah persaudaraan yang
memberontak, dan dipandang membahayakan lazim disebut sebagai baangkat dangsanak
V
hubungan social yang harmonis. Mochrani (dipersaudarakan) atau baangkat kuitan
membagi penyelesaian sengketa itu kepada (menjadi orang tua dan anak angkat). Ciri
hts

dua hal, pertama penyelesaian dalam masalah khas yang membedakan adat badamai dengan
agama yaitu dengan cara mengadakan hujjah penyelesaian damai pada masyarakat lainnya

adat ini memiliki kelebihan, yakni dendam antarmarga bisa berakhir setelah mereka melakukan
ec

upacara ritual bersama. Sedangkan jika diputus lewat hukum pidana biasa, menurut salah seorang
pemuka adat bisa jadi ada pihak yang tidak puas, lantas memelihara dendam. (Gatra, 17 Agustus 1996).
29
Istilah Baparbaik dan Bapatut lebih mengarah kepada penyelesaian perkara pidana seperti terjadinya tindak
penganiayaan, perkelahian atau pelanggaran lalu lintas, namun istilah badamai mengandung pengerian umum
artinya penyelesaian masalah apa saja, termasuk juga di dalamnya penyelesaian perdata hubungan hukum antar
lR

orang perorang. Adapun Suluh lebih dekat pengertiannya kepada istilah Ishlah menurut konsep agama yang
dapat digunakan dalam pengertian penyelesaian keperdataan semisal pembagian waris, maupun keperdataan
lainnya. Lihat Alfani Daud, Islam dan MasyarakatBanjar, Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, PT. Raja
Gra indo Persada, Jakarta, 1997, hlm..198.
30
Dalam bahasa Arab, perkataan musyawarah berasal dari kata dasar syawarayasyuru-musyawarah atau syura
na

yang artinya tanda, petunjuk, nasehat, pertimbangan. Dengan demikian, berdasarkan asal-muasalnya, kata
musyawarah merupakan kata kerja yang dibendakan dan mengandung makna ”saling memberi isyarat, petunjuk,
atau pertimbangan yang bermakna resiprokal dan mutual”. Kata ”musyawarah” dalam terminology ketatanegaraan
Indonesia biasanya disandingkan dengan kata ”mufakat” yang berasal dari bahasa Arab. Istilah ini bersal dari
asal kata itifaq-muwafawah yang berarti ”memberikan persetujuan atau kesepakatan”. Persetujuan di sini dapat
Jur

berupa suara yang terbanyak dan secara teknis dilakukan lewat pemungutan suara atau consensus bulat. Akan
tetapi, dalam pengertian teknis di Indonesia dewasa ini, istilah ”musyawarah mufakat” mengandung pengertian
”consensus bulat.” Lihat Nurchalish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam
Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 194. dan M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,
1996), hlm. 361. Dan Lihat Adi Sulistyono, Mengembangkan Paradigma Non-Ligitasi di Indonesia, (Surakarta:
Sebelas Maret University Press, 2006), hlm. 31.

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 291


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

adalah: adanya nilai-nilai atau norma yang harus sebab adanya suatu bangsa adalah sekumpulan

HN
dipatuhi, adanya upacara yang mengiriingi se- masyarakat yang hidup dalam komunitas karena
bagai simbol tuntasnya sengketa atau per - adanya persamaan nasib dan sepenanggungan.
kaian, adanya acara maangkat dangsanak atau Berangkat dari hal tersebut maka budaya
maangkat.31 bangsa yang berangkat dari sikap kegotong-
royongan dan mau untuk berdamai demi

BP
E. Penutup kesejahteraan masyarakat sekitar yang telah
1. Kesimpulan dilakukan oleh pendahulu kita perlu mendapat
apresiasi kembali seper penyelesaian sengketa
Secara yuridis formal penyelesaian seng-
yang dilakukan oleh masyarakat adat zaman
keta di luar pengadilan yang di maksudkan
dahulu bahwa penyelesaian sengketa cukup

ing
dalam undang-undang adalah mengop malkan
dilakukan oleh kedua belah pihak dan dihadiri
peranan peraturan perundang-undangan yang
oleh kepala adat atau kepala desa sebagai
memuat ketentuan yang mengatur penggunaan
pemimpin dalam suatu masyarakat terkecil,
alterna f penyelesaian sengketa (seper UU No.
atau tokoh agama dengan memper mbangkan
30 Tahun 1999 dan PERMA No. 1 Tahun 2008),
ind kemaslahatan wilayah serta keadilan dan
diantaranya adalah bagaimana agar pengadilan
kepas an dalam masyarakat sehingga dengan
dapat menghorma putusan-putusan yang
proses penyelesaian sengaketa yang dilakukan
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga alterna f
oleh masyarakat sendiri di nilai dapat mencakup
penyelesaian sengketa terutama dalam hal
suatu proses yang cepat, biaya murah dan dak
V
pelaksanaan eksekusi. Secara sosiologis di
berbelit-belit dan sesuai dengan nilai-nilai yang
masyarakat masih terjadi permasalahan di an-
hidup dalam masyarakat. Mengembangkan dan
hts

taranya penyelesaian sengketa yang dilakukan


merasionalkan budaya musyawarah agar bisa
masih mengacuh pada ranah hukum posi f
dimanfaatkan untuk menyelesaikan sengketa-
yang ar nya lembaga peradilan turut berperan
sengketa bisnis. Penegakan e ka bisnis sebagai
dalam persolan ini sehingga masyarakat
upaya membangun kepercayaan masyarakat
ec

cenderung jarang menempuh jalur demikian


pada paradigma non li gasi. Hal ini pen ng
karena dianggap bagian dari proses pengadilan
karena alterna f penyelesaian sengketa ini dak
yang dianggap lambat, berbelit-belit, mahal
mempunyai daya pemaksa dalam pelaksanaan
dan hampir sama dengan proses di persidangan
lR

hasil putusannya, dan hanya didasarkan pada


dengan mengedepankan upaya mendamaikan
kesepakatan antara para pihak.Namun demikian
kedua belah pihak, dan di masyarakat jarang
perlu juga Menggunakan pendidikan (formal,
terjadi dalam suatu putusan selesai dalam tahap
keluarga, dan lembaga publik) sebagai sarana
na

ini.
untuk mengembangkan kesadaran masyarakat
Dengan kembali mengedepankan pada
untuk menggunakan paradigma non li gasi
tradisi dan budaya yang ada di masyarakat
membuat negara ini mengakui ja dari bangsa
Jur

31
Ahmadi Husain, Penyelesaian Sengketa Melalui Upaya (Non Litigasi) Menurut Peraturan Perundang-undangan,
(AL-BANJARI Vol. 5, No. 9, Januari – Juni 2007).

292 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

2. Saran secara adat terlebih dahulu dengan memperoleh

HN
legilalisasi formal jika belum dapat diselesaikan
Dalam rangka upaya memaksimalkan kea-
barulah menggunakan upaya terakhir melalui
dilan yang ada di masyarakat sebagai bagian dari
lembaga peradilan sebagai ul mum remidium.
proses keadilan yang dimiliki oleh masyarakat
kiranya dalam proses penyelesian sengketa yang
ada dalam masyarakat maka hal yang pertama
DAFTAR PUSTAKA

BP
dilakukan adalah menyelesaian persolan ter- Buku
Abdulrrasyid, Priyatna. Arbitrase dan Alterna f
sebut (baik itu persoalan bisnis, sengketa per- Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar,
tanahan, perkawinan, waris dan lain-lain) (Jakarta: Fikaha Aneska, 2002).
terlebih dahulu harus diselesaian antara kedua Darmodihardjo, D, dan Shidarta, Pokok-Pokok

ing
Filsafat Hukum, (Jakarta Gramedia Pustaka
belah pihak dengan melalui musyawarah
Utama, 2004).
mufakat jika dak bisa selesai maka persoalan Dimya , Khudzaifah, Teori sasi Hukum: Studi tentang
tersebut dibawah kelembaga peradilan adat Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia
dalam hal ini ketua adat atau kepala desa atau 1945 - 1990, (Surakarta Muhammadyah
University Press, 2004).
lurah atau tokoh masyarakat yang ditunjuk
berkewajiban untuk menyelesaian persoalan
ind Fuady, Munir, Arbitrase Nasional: Alterna f
Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Bandung: Citra
yang ada dalam lingkungan masyarakat atau Aditya Bak , 2000).
Garner, Bryan A., Black’s Law Dic onary, Editor in
yang termasuk dalam bagian warganya untuk
Chief, 2004, hlm. 1003.
dapat menyelesiakan perkara yang dilakuan oleh Rajagukguk, Erman, Arbitrase Dalam Putusan
V
warga masyarakat dengan berkiblat pada hukum Pengadilan, (Jakarta: Chandra Pratama, 2001).
adat yang sudah merupakan perpadauan antara Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, Mengenal Arbitrase
Salah Satu Altena f Penyelesaian Sengketa
hts

nilai Agama, nilai moral, nilai kesusilaan yang Bisnis, (Jakarta: Tatanusa, 2004).
tercermin dalam e ka hidup bermasayarakat Sulistyono, Adi, Mengembangkan Paradigma Non-
yang diakui kebenarannya. Ligitasi di Indonesia, (Surakarta: Sebelas Maret
University Press, 2006).
Namun demikian jika upaya maksimal ter-
Suparman, Eman, Pillihan Forum Arbitrase Dalam
sebut dak dapat dilakukan maka menyele-
ec

Sengketa Komersial Untuk Penegakan Keadilan,


saikan persoalan tersebut dapat dilakukan (Jakarta: Tatanusa, 2004).
melaui prores peradilan baik peradilan umum Usman, Rachmadi, Hukum Arbitrase Nasional,
(Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia,
maupun peradilan abritrase nasional yang telah
lR

2002).
dilegalisasikan oleh negara dengan menjunjung Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis: Alterna f
nggi dan berhen pada upaya perdamian Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001).
sehingga meminimalisir penumpukan perkara
na

di pengadilan yang berdampak pada lambatnya Makalah / ArƟkel / Prosiding / Hasil PeneliƟan
penyelesaian perkara, berbelit-belit, dengan Hasan, Ahmadi, Penyelesaian Sengketa Hukum
biaya yang mahal sehingga nilai keadilan dan Berdasarkan Adat Badamai Pada Masyarakat
Banjar dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional,
kepas an dak menjadi jaminan. Oleh karenanya (Disertasi pada Program Doktor Ilmu Hukum
Jur

dalam suatu perkara yang masuk kepengadilan Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Islam
perlu kiranya sengketa tersebut telah diketahui Indonesia, Yogyakarta, Tahun 2007).
dan telah diselesikan melalui penyelesaian

AlternaƟf Penyelesaian Sengketa Bisnis… (Nevey Varida Ariani) 293


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Peraturan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008


Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

HN
Arbitrase dan Alterna f Penyelesaian Sengketa. Mahkamah Agung

BP
ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

294 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 277-294


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

PEMBAHARUAN HUKUM KONTRAK INDONESIA

HN
DALAM KERANGKA HARMONISASI HUKUM KONTRAK ASEAN
(Indonesian Contract Law Reform on the
Legal Framework Contract ASEAN Harmoniza on)

Subianta Mandala
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM

BP
Jl. Mayjen. Soetoyo Cililitan Jakarta Timur

Naskah diterima: 18 Mei 2012; revisi: 12 Juli 2012; disetujui: 23 Juli 2012

ing
Abstrak
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 telah mendorong Negara Anggota ASEAN untuk mereformasi
undang-undang mereka. Ini adalah momentum yang baik bagi Indonesia untuk mereformasi hukum kontrak dan pada
saat yang sama untuk mencapai komitmen ASEAN untuk harmonisasi hukum ASEAN. Dalam tulisan ini akan dibahas,
pendekatan hukum dapat diambil oleh Indonesia dalam upaya untuk mereformasi hukum kontrak sehingga konsisten
dengan tujuan harmonisasi ASEAN hukum; dan seberapa luas atau apa lingkup substansi untuk dimasukkan dalam undang-
ind
undang untuk bisa menjadi undang-undang baru yang kompa bel dengan hukum kontrak Negara ASEAN lainnya. Tulisan ini
menggunakan metode peneli an hukum norma f dengan analisa kualita f. Kesimpulan yang diperoleh dari peneli an ini
adalah bahwa pendekatan yang diambil untuk mereformasi hukum kontrak Indonesia saat ini adalah dengan menggunakan
instrumen hukum internasional seper Konvensi PBB tentang Kontrak untuk Penjualan Barang Internasional (CISG) 1980
dan Prinsip UNIDROIT Kontrak Komersial Internasional (UPICCs) sebagai referensi untuk hukum kontrak Indonesia yang
baru. Sedangkan lingkup substansi yang akan direformasi terbatas pada prinsip-prinsip umum dan aturan hukum kontrak
V
internasional dan ketentuan untuk penjualan barang. Untuk mempercepat reformasi, penulis menunjukkan bahwa hukum
kontrak diprioritaskan dengan memasukkannya ke dalam Program Hukum Nasional (Prolegnas) dari periode 2015-2019.
Kata kunci: hukum kontrak, harmonisasi hukum, ASEAN.
hts

Abstract
The establishment of ASEAN Economic Community by 2015 has encouraged ASEAN Member States to reform their laws
for harmoniza on, including contract law. This is a good momentum for Indonesia to reform its contract law and at the
same me to achieve ASEAN commitment for ASEAN legal harmoniza on. Having said that, the ques ons are (1) what
ec

legal approach can be taken by Indonesia in its effort to reform its contract law so that it is consistent with the objec ve of
ASEAN legal harmoniza on, (2) how broad or what the scope of substance to be included in the new law can be so that the
new law will be compa ble with the contract laws of other ASEAN Countries. To answer those ques ons, minor research
has been conducted. A method of norma ve legal research is used to collect data which is mainly from books, academic
lR

dra s, na onal legisla on and interna onal trea es (secondary data). Those data is, then, analyzed using qualita ve
method. In conclusion, (1) the approach taken to reform the current Indonesian contract law is by using interna onal legal
instruments such as United Na ons Conven on on Contracts for the Interna onal Sale of Goods (CISG) 1980 and UNIDROIT
Principles of Interna onal Commercial Contracts (UPICCs) as references for the new Indonesian contract law, (2) the scope
of the substance to be reformed is restricted to the general principles and rules of interna onal contract law and provisions
na

for sale of goods. To speed up the reform, the writer suggests that contract law be priori zed by pu ng it into the Na onal
Legal Program (Prolegnas) of 2015-2019 period.
Keywords: contract law, legal harmoniza on, ASEAN.
Jur

Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia… (Subianta Mandala) 295


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan Ekonomi ASEAN karena ak fitas perdagangan

HN
dan transaksi bisnis diwujudkan dalam bentuk
Hukum kontrak merupakan bidang hukum
kontrak-kontrak dagang internasional.
yang sangat pen ng di era globalisasi terutama
Hukum kontrak Indonesia sekarang ini, yang
dalam mendukung kegiatan di sektor perdagang-
menganut tradisi civil law, masih berpedoman
an dan transaksi bisnis internasional. Lahirnya
pada aturan yang merupakan warisan dari
kesepakatan perdagangan di antara Negara-

BP
pemerintahan kolonial Hindia Belanda, yaitu
negara di dunia, antara lain GATT/WTO, NAFTA,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerd)
APEC, EU dan AFTA dan lainnya turut memper-
atau Burgerlijk Wetboek (BW) khususnya Buku
cepat globalisasi ekonomi dan perdagangan.
III tentang Perikatan dan lebih khusus lagi diatur
Proses globalisasi ini pada gilirannya memaksa
dalam Bab II tentang Perikatan yang Lahir dari

ing
Negara-negara di dunia untuk membuka diri.
Perjanjian. Hukum kontrak Indonesia adalah
Perkembangan pen ng yang terjadi di dalam
produk hukum yang sudah out of date dan
ASEAN baru baru ini adalah ditanda-tanganinya
belum mengakomodir perkembangan yang ada,
Piagam ASEAN pada bulan Nopember 2007
terutama menyangkut kontrak-kontrak dagang
yang mengindikasikan komitmen Negara-negara
ASEAN untuk memperkuat kerjasama regional
ind internasional.2
Belanda sendiri, sebagai negara yang mem-
melalui pembentukan masyarakat ASEAN
bawa BW ke Indonesia sudah menggan de-
(ASEAN Community), termasuk Masyarakat
ngan yang baru, yaitu Nieuw Burgerlijk Wetboek
Ekonomi ASEAN, yang diharapkan terwujud
(NBW) yang muatannya sudah sangat berbeda
V
pada tahun 2015.1
dengan BW. NBW yang saat ini berlaku di
Dalam rangka mewujudkan suatu Masya-
Belanda sebagai The Dutch Civil Code sudah
hts

rakat Ekonomi ASEAN yang lebih terintegrasi


jauh lebih maju baik dari segi substansi maupun
tersebut maka peran hukum akan semakin
sistema ka sebagai koreksi atas kelemahan-
sentral. Pengembangan hukum perdagangan
kelemahan yang terdapat dalam BW.
ASEAN sedang menjadi kajian dan pembahasan
Gagasan untuk memperbarui hukum kontrak
secara intensif di ASEAN. Salah satu bidang
ec

Indonesia sudah lama diperbincangkan. Berba-


hukum yang mendapat prioritas di ASEAN untuk
gai konsep mengenai hukum kontrak/perjanjian/
diharmoniskan adalah hukum kontrak dagang
perikatan yang baru pernah dibuat, baik dalam
Internasional. Hukum kontrak (internasional)
lR

bentuk kajian/peneli an ilmiah maupun naskah


akan menjadi bidang hukum yang semakin
akademik, dan bahkan sudah dalam bentuk
pen ng dalam upaya mendukung kegiatan per-
rancangan undang-undang. Namun, keinginan
dagangan dan transaksi bisnis dalam Masyarakat
na

1
Piagam ASEAN ditanda-tangani oleh 10 Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN tanggal 20 Nopember 2007 pada
KTT ke-13 di Singapore dan mulai berlaku efektif tanggal 15 Desember 2008 setelah kesepuluh Negara anggota
Jur

ASEAN menyampaikan instrument rati ikasi. Piagam ASEAN utamanya berisi keinginan untuk membentuk
Masyarakat ASEAN yang ditopang oleh 3 pilar Masyarakat ASEAN, yaitu: Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN,
Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Untuk mewujudkan ke 3 pilar tesebut,
ASEAN juga telah mengeluarkan blueprint untuk masing-masing pilar tersebut.
2
Lihat Taryana Sunandar, Prinsip Prinsip UNIDROIT Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian sengketa
(Jakarta: Sinar Gra ika, 2004), hlm. 3.

296 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

untuk mewujudkan sebuah hukum perjanjian/ for the Interna onal Sale of Goods (CISG) 1980

HN
kontrak yang baru belum bisa terwujud sampai dan peraturan perundang-undangan nasional
kini. dan konvensi internasional lainnya yang terka ,
Momentum untuk menghidupkan kem- (2) bahan hukum sekunder yakni bahan-bahan
bali gagasan memperbarui atau memoderni- yang erat hubungannya dengan bahan hukum
sasi hukum kontrak Indonesia telah ba ke ka primer dan dapat membantu menganalisa dan

BP
ASEAN mengambil inisia f untuk melakukan memahami bahan hukum primer, seper Nas-
harmonisasi di bidang hukum perdagangan, kah Akademik dan Rancangan Undang-undang
termasuk hukum kontrak. Hukum Perikatan, Naskah Akademik tentang
Kontrak di Bidang Perdagangan. Disamping itu,
B. Permasalahan sebagai bahan hukum sekunder, penulis juga

ing
Berdasarkan latar belakang yang diurai- menggunakan model law atau Legal Principles
kan di atas, maka tulisan ini akan membahas seper UNIDROIT Principles of Interna onal
permasalahan-permasalahan sebagai berikut: Commercial Contracts. Bahan hukum sekunder
1. Bagaimanakah metoda pendekatan yang
ind lainnya yang digunakan adalah buku, karya
paling efek f untuk memperbaharui hukum tulis/paper/makalah dan hasil peneli an yang
kontrak / hukum perjanjian yang diatur berkaitan dengan hukum kontrak dan har-
dalam Buku III KUHPerdata dalam rangka monisasi hukum.
mendukung terwujudnya harmonisasi Keseluruhan data yang diperoleh baik dari
V
hukum kontrak ASEAN. bahan primer maupun sekunder dianalisis secara
2. Sampai sejauh manakah substansi perubah- kualita f dan diberikan penggambaran (deskrip-
hts

an hukum kontrak yang harus diwujudkan si) secara mendalam mengenai pendekatan dan
sehingga hukum kontrak Indonesia masa substansi pembaruan hukum kontrak Indonesia.
depan juga sekaligus harmonis dengan Kesimpulan diambil berdasarkan pada metoda
hukum kontrak Negara-negara anggota penalaran deduk f dan Induk f.
ASEAN;
ec

D. Pembahasan
C. Metodole PeneliƟan 1. Metoda Pendekatan Yang Paling EfekƟf
Untuk Memperbarui Hukum Kontrak
lR

Untuk mengkaji permasalahan di atas, pe-


nulis menggunakan motode peneli an hukum a. Upaya Pembaruan Hukum Kontrak
Indonesia
norma f. Peneli an ini meni kberatkan pada
studi literatur (data sekunder). Studi literatur Perubahan hukum kontrak Indonesia adalah
na

(kepustakaan) dilakukan untuk mendapatkan urgen dan perlu diprioritaskan.3 Dikatakan urgen
dan mengkaji sumber-sumber tertulis yang dan perlu diprioritaskan terutama karena negara
melipu : (1) bahan hukum primer yaitu Buku kita telah berada di tengah perkembangan
III KUHPerdata, dan perjanjian internasional perdagangan bebas dan global yang dak dapat
Jur

seper United Na ons Conven on on Contracts begitu saja dielakkan atau dihindari. Dalam

3
Dalam Prolegnas 2010-2014, hukum kontrak belum masuk dalam daftar RUU Prioritas.

Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia… (Subianta Mandala) 297


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

posisinya sebagai salah satu negara ASEAN berkeyakinan, bahwa dengan sekuat tenaga
dan kemauan yang baik dapat diusahakan

HN
yang telah bertekad untuk berkembang sebagai
agar dalam jangka pendek diketemukan suatu
sebuah rule based regional organiza on dan perumusan Hukum Perjanjian di Indonesia,
menuju sebuah Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang dapat ditetapkan berlaku bagi segenap
Indonesia akan dituntut untuk memberikan lebih warga negara Indonesia. Untuk permulaan,
dapat dimulai dengan bagian umum dari
banyak komitmen untuk berperan serta dalam
Hukum Perjanjian itu”.

BP
upaya pengembangan perekonomian regional
Pada tahun 1974 pernah disusun sebuah
dan inter-regional (dengan mitra-mitra ASEAN di
Rancangan Undang-Undang (RUU) Hukum
berbagai region).
Perikatan yang diketui oleh Prof. R. Soebek .
Sebagaimana telah disinggung di bagian
Sis ma ka RUU ini mengiku sis ma ka Buku
Pendahuluan tulisan ini, usaha-usaha untuk

ing
III KUHPerdata.5 Tercatat pula pada tahun 1992
menggan , merombak dan memperbarui
BPHN pernah membentuk Tim Kerja Penyusunan
hukum kontrak Indonesia sudah berlangsung
Naskah Akademis Peraturan Perundang–
lama. Gagasan Awal untuk melakukan pem-
undangan tentang Kontrak di Bidang Perdagangan
baruan hukum kontrak nasional diajukan oleh
Wirjono Projodikoro yang menurut beliau hukum
ind yang diketuai oleh Prof. Sunarya Hartono.6 Dalam
Naskah Akademik tersebut dibahas mengenai
perjanjian adalah satu satunya bagian hukum
asas-asas hukum kontrak, kontrak baku, kontrak
perdata yang segera dapat dilakukan kodifikasi
pemerintah, dan kontrak internasional.
karena bidang hukum tersebut dianggap cukup
Upaya pembaruan hukum kontrak tera-
netral.
V
khir pernah dilakukan oleh R. Se awan mela-
Semangat yang mengedepan dalam diri
lui penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Wirjono Projodikoro adalah menghidupkan
hts

Perundang-undangan tentang Perikatan pada


lembaga perjanjian dalam Hukum Adat. Hukum
tahun 1994.7 R. Se awan berpendapat bahwa
Adat pada hakikatnya hukum yang berbeda di
sebagian ketentuan Hukum Perikatan dalam
berbagai daerah. Namun demikian, perbedaan
KUHPerdata sudah dak sesuai lagi dengan
yang ada dalam Hukum Adat ini, khususnya Hukum
ec

perkembangan yang ada, dan sebagian yang


Perjanjian, dak begitu tajam bila dibandingkan
lain masih relevan untuk dipertahankan. Seiring
dengan Hukum Waris atau Perkawinan yang sarat
dengan era globalisasi yang menyentuh hampir
akan nilai nilai. Wirjono Projodikoro secara tegas
semua aspek kehidupan masyarakat indonesia,
lR

menyatakan sebagai berikut:4


R. Se awan secara tegas menyatakan bahwa
”Lain halnya dengan Hukum Perjanjian,
yang ternyata dak memperlihatkan begitu bidang hukum, khususnya Hukum Perjanjian,
banyak perbedaan yang mendalam di antara mulai terkena pengaruh apa yang dikenal sebagai
na

hukum yang berlaku bagi pelbagai golongan Conven on Law dan Community Law. Lebih lanjut,
dan daerah di Indonesia. Maka dari itu, saya
Jur

4
Wirjono Prodjodikuro, Asas-Asas Hukum Perjanjian (Bandung: Mandar Madju, 2000), hlm. 160.
5
Lihat Naskah Akademik Peraturtan Perundang-undangan tentang hukum Perikatan, BPHN, Departemen
Kehakiman RI, 1976/1977.
6
Naskah Akademik tentang Kontrak di Bidang Perdagangan, BPHN Departemen Kehakiman, 1994.
7
Tau iqurrahman, Karakter Pilihan Hukum, Kajian tentang Lingkup Penerapan the United Nations Convention on
Contracts for the International Sale of Goods (CISG) 1980 (Surabaya: Bayumedia, 2010), hlm. 350.

298 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

R. Se awan menyatakan bahwa Hukum Perikatan hukum dagang ASEAN, termasuk hukum jual

HN
dalam konteks internasional dihadapkan pada beli barang internasional (interna onal sale of
masalah yang berkaitan dengan harmonisasi goods).9
hukum.
Ke ga naskah akademik RUU tersebut b. Harmonisasi Hukum Kontrak ASEAN
di atas yang dimaksudkan sebagai upaya Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

BP
pembaruan hukum nasional di bidang Hukum pada tahun 201510 dan juga dalam rangka
Kontrak tampaknya masih terfokus pada melaksanakan ASEAN Free Trade Area (AFTA)11
pengaturan terhadap transaksi-transaksi yang menjadikan hukum kontrak sebagai bidang
bersifat domes k. Sekalipun perkembangan- hukum yang sangat pen ng dalam mendukung
perkembangan internasional turut juga mem-

ing
kegiatan di sektor perdagangan dan transaksi bis-
pengaruhi perancang dalam menyusun naskah nis internasional dikawasan ASEAN. Menyatukan
RUU tersebut, sebagaimana R. Se awan, tetapi hubungan antara para pihak dalam lingkup ASEAN
rumusan naskahnya masih bermuara pada bukanlah persoalan yang sederhana. Hal ini
kepen ngan-kepen ngan domes k. Eksistensi ind menyangkut perbedaan sistem, paradigma, dan
kontrak-kontrak internasional dalam lalu-lintas aturan hukum yang berlaku sebagai suatu aturan
perdagangan belum mendapat sentuhan yang yang bersifat memaksa untuk dipatuhi oleh para
berar secara konseptual.8 pihak di masing-masing negara.
Upaya menghidupkan kembali gagasan Negara Negara ASEAN yaitu: Indonesia,
V
pembaruan hukum kontrak Indonesia mbul Thailand dan Vietnam dapat digolongkan peng-
belakangan ini terkait dengan perkembangan yang anut sistem hukum civil law, sedangkan Singapore,
hts

terjadi pada organisasi ASEAN - yaitu keinginan Malaysia dan Brunei Darussalam adalah penganut
untuk mewujudkan suatu masyarakat ASEAN sistem hukum common law.12
yang lebih terintegrasi secara ekonomi pada Perbedaan sistem hukum sebagaimana di-
tahun 2015. Dalam rangka Masyarakat Ekonomi sebutkan di atas memberikan pengaruh yang
ASEAN tersebut, pejabat nggi hukum ASEAN signifikan kepada masing-masing negara dalam
ec

yang tergabung dalam ASEAN Senior Officials pembentukan hukum (undang-undang) yang
Mee ngs (ASLOM) dalam program kerjanya telah mengatur mengenai kontrak baik dari aspek
mencanangkan untuk melakukan harmonisasi formil maupun materiilnya. Hukum kontrak pada
lR

8
bid. hlm. 351.
9
Selain hukum jual beli barang internasional, bidang hukum dagang lain yang diharmonisasikan adalah
international commercial arbitration, government procurement, dan e-commerce.
na

10
Untuk membantu pencapaian integrasi regional ASEAN yang diinginkan- yaitu Masyarakat ASEAN pada tahun
2015, telah dikeluarkan blueprint yang berisi langkah-langkah strategis yang harus dilaksanakan oleh ASEAN.
Salah satu strategi yang disebutkan dalam blueprint adalah melakukan kerjasama untuk mengembangkan
strategi-strategi untuk memperkuat supremasi hukum (rule of law) dan sistem peradilan (judiciary system) serta
infrastruktur hukum (legal infrastructure) di ASEAN.
Jur

11
AFTA diberlakukan secara penuh untuk 6 negara ASEAN sejak 1 Januari 2002 dengan leksibilitas (terhadap
produk-produk tertentu tarifnya masih diperkenankan lebih dari 0-5%). Target tersebut diterapkan untuk 6
negara ASEAN sedangkan untuk negara baru: Vietnam (2006); Laos dan Myanmar (2008); dan Cambodia
(2010).
12
Lihat Allan D. Rose A.O, ”The Challenges for Uniform Law in the Twenty-First Century”, Uniform Law Review, NS-
Vol.1, (2005):9-25.

Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia… (Subianta Mandala) 299


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kenyataanya sangat beragam karena adanya negara ASEAN untuk mengubah atau membuat

HN
perbedaan sistem hukum di masing-masing hukum kontrak yang sesuai dengan aturan yang
negara tersebut.13 Kalaupun ada persamaan, berlaku secara universal atau best prac ces.
hanya terkait dengan prinsip-prinsip umum Secara spesifik, ASLOM merekomendasikan
yang belum dapat diaplikasikan secara nyata untuk mengadopsi prinsip-prinsip hukum kontrak
sebagai pedoman dalam pembentukan kontrak internasional yang ada dalam United Na ons

BP
internasional yang lingkup objeknya begitu Conven on on Contracts for the Interna onal Sale
luas, sedangkan aturan-aturan yang sifatnya of Goods (CISG) 1980 dan UNIDROIT Principles
substan f berbeda di masing-masing negara. of Interna onal Commercial Contracts (UPICCs)
Kondisi seper ini tentunya dak kondusif bagi pada tahun 1994 yang kemudian telah direvisi
ak vitas perdagangan dan bisnis ASEAN. Adanya pada tahun 2010.14

ing
perbedaan aturan di masing-masing negara akan
menghambat terlaksananya transaksi bisnis c. Metoda Pendekatan: CISG dan UNIDROIT
internasional yang menghendaki kecepatan dan Principles
kepas an. Dengan argumentasi bahwa pembaruan
Pembahasan menyangkut harmonisasi hu-
ind hukum kontrak Indonesia harus sejalan de-
kum dagang ASEAN, termasuk di dalamnya har- ngan arah perkembangan harmonisasi hukum
monisasi hukum jual beli barang internasional, kontrak ASEAN, maka pendekatan yang dilaku-
sedang dilakukan oleh ASEAN Senior Law Officials kan dalam perubahan hukum perjanjian yang
Mee ng (ASLOM), sebuah badan sektoral di
V
terdapat dalam Buku III KUHPerdata harus
bawah ASEAN yang keanggotaannya terdiri dari sejalan dengan rekomendasi yang dijalankan oleh
para pejabat nggi hukum ASEAN. Kelompok kerja
hts

ASEAN. Diantara berbagai pendekatan yang telah


ASLOM (ASLOM Working Group) yang bertugas dikaji15, ASEAN merekomendasikan agar Negara-
mengkaji dan membahas harmonisasi hukum negara anggota ASEAN mera fikasi CISG16 atau
kontrak telah merekomendasikan kepada negara- memperbaharui hukum kontrak nasionalnya
ec

13
Wayne R. Barnes, Contemplating A Civil Law Paradigm for a Future International Commercial Code,( Lousiana Law
Review 677, 2005), hlm. 76. Menurut Barnes sistem hukum yang paling banyak dipraktekan di dunia adalah civil
lR

law dan common law. Negara-negara yang mempraktekan sistem hukum ini ada yang secara penuh dan yang
campuran. Indonesia dikategorikan menganut sistem hukum campuran, yaitu civil law, hukum adat dan hukum
islam.
14
Upaya harmonisasi hukum kontrak dalam konteks internasional secara efektif dilakukan oleh lembaga atau
organisasi internasional, baik yang sifatnya publik seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan badan
na

kelengkapannya seperti United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) atau organisasi
internasional yang independen seperti International Institute for the Uniϔication of Private Law atau Institut
International Pour L’uniϔication Du Droit Prive yang lazim dikenal dengan UNIDROIT. Peran yang dilakukan oleh
berbagai organisasi internasional ini adalah mengeluarkan berbagai perjanjian atau kesepakatan internasional
yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan kontrak internasional. Dalam hal ini UNCITRAL telah
Jur

mengeluarkan 1980 - United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods (CISG) dan
UNIDROIT telah mengeluarkan UNIDROIT Principles of International Commercial Contracts (UPICCs) pada tahun
1994 yang kemudian telah direvisi beberapa kali dan terakhir tahun 2010.
15
Berbagai pendekatan dikaji diantaranya adalah ASEAN membuat sendiri sebuah binding treaty on ASEAN contract
law yang bersifat hard law atau membuat sebuah Model Law yang sifatnya persuasif (soft law).
16
Satu-satunya negara anggota ASEAN yang telah merati ikasi CISG adalah Singapura.

300 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

dengan merujuk pada CISG. Disamping itu, rupakan hasil kompromi dari asas-asas hukum

HN
ASEAN memberikan alterna f kepada anggotanya yang dianut dalam sistem hukum common law
untuk memanfaatkan UNIDROIT Principles of dan civil law dan disusun berdasarkan pada best
Interna onal Commercial Contracts (UPICCs) prac ces dalam transaksi-transaksi perdagangan
sebagai referensi bagi pembaruan hukum internasional, sehingga aksesi Indonesia ini
kontrak nasionalnya. Nampak disini bahwa akan berguna sebagai langkah modernisasi

BP
pendekatannya adalah bersifat persuasif de- hukum perjanjian Indonesia, khususnya sebagai
ngan memberikan keleluasaan kepada Negara- sumber asas-asas hukum kontrak jual beli barang
negara anggota ASEAN untuk memperbarui atau internasional. Penulis berpendapat bahwa aksesi
membuat hukum kontrak nasionalnya dengan terhadap CISG adalah satu alterna f yang dapat
mengacu kepada perangkat atau instrument diambil oleh pemerintah Indonesia, namun

ing
internasional yang ada yang diyakini merupakan ndakan tersebut belum memberikan jawaban
best contrac ng prac ces atau yang diakui keber- bagi pembaruan hukum kontrak nasional yang
lakuannya secara universal. komprehensif karena CISG hanya mengatur satu
Disamping itu, dapat dikatakan bahwa pen- ind jenis transaksi yaitu jual beli barang internasional.
dekatan yang dipilih adalah metoda harmo- CISG dak atau belum tentu dapat diterapkan
nisasi dan bukan unifikasi.17 Walaupun mere- pada jenis-jenis transaksi lain dalam perdagangan
komendasikan untuk mera fikassi CISG, yaitu internasional seper faranchise, distributorship,
agar terwujudnya suatu unifikasi di bidang commercial agency countertrade, dan lain lain.
V
hukum kontrak, khususnya kontrak jual beli ba- Disamping itu, tanpa aksesi terhadap CISG
rang internasional, namun ASEAN memberikan pun, dalam praktek di Indonesia ternyata CISG
hts

kemungkinan kepada anggotanya untuk meng- sudah sering berlaku terhadap kontrak-kontrak
gunakan pendekatan yang lebih lunak atau dagang internasional ke ka para para pihak
fleksibel yaitu melalui harmonisasi hukum, de- dalam kontrak sepakat untuk menggunakan
ngan menggunakan prinsip-prinsip hukum yang CISG sebagai governing law atas kontrak mereka,
ada dalam CISG dan UPICCs sebagai rujukan atau berlakunya CISG berdasarkan kaedah
ec

dalam memperbaharui atau membuat hukum aturan hukum perdata internasional (conflict
kontrak nasionalnya. of law rules). Di sisi lain, CISG memberikan
Untuk mempercepat pembaruan hukum kebebasan, dak saja kepada Negara-negara
lR

kontrak Indonesia beberapa pihak mengu- yang mera fikasi atau mengaksesi, tetapi juga
sulkan agar Indonesia segera mengaksesi CISG. bagi pihak-pihak dalam kontrak jual beli, untuk
Per mbangannya adalah diantaranya CISG me- mengesampingkan berlakunya asas-asas yang
na

17
Lihat Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). 31-32. Menurut Huala
Adolf istilah ”uni ikasi” dan ”harmonisasi” hukum sebenarnya memiliki makna yang sama, yaitu sebagai upaya
penyeragaman substansi pengaturan dari sistem hukum yang ada. Perbedaan kedua istilah tersebut hanya
Jur

terletak pada derajat upaya penyeragaman yang dilakukan. Penyeragaman melalui uni ikasi dilakukan lebih dalam
dibandingkan melalui harmonisasi. Cakupan uni ikasi meliputi penghapusan dan penggantian atas suatu sistem
hukum yang ada dengan suatu sistem hukum yang sama sekali baru. Berbeda dengan uni ikasi, harmonisasi
diartikan sebagai proses-proses dalam rangka untuk menghindari kon lik dan menghasilkan perimbangan.
Tujuan utama harmonisasi hukum hanya berupaya mencari kesergaman atau titik temu dari prinsip-prinsip
yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada.

Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia… (Subianta Mandala) 301


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

ada di dalamnya. Dengan demikian, CISG yang dipilih oleh pihak-pihak pembuat kontrak dengan

HN
seharusnya berfungsi sebagai hard law, tetapi menyatakannya secara tegas di dalam klausula
di sana-sini dilengkapi dengan ketentuan- pilihan hukum sebagai the governing law bagi
ketentuan yang ”melemahkan” daya ikatnya.18 kontrak mereka. UPICC memuat 211 Ar cles yang
Oleh karena itu menjadi pertanyaan bagi kita ditata di dalam sebelas Bab 20 secara sistema k
mengenai urgensi Indonesia untuk mengaksesi dan mencakup seluruh siklus-hidup sebuah

BP
CISG. Yang lebih baik dilakukan Indonesia adalah kontrak (dari Forma on s/d discharge), termasuk
menjadikan CISG sebagai model law untuk penyimpangan-penyimpangan yang mungkin
merombak, menambah, dan menyempurnakan terjadi dalam pelaksanaannya (non-performance,
Buku III Bab V tentang Perjanjian Jual Beli, dengan hardship, assignments, set-off, termina on, dsb).
penyesuaian-penyesuan untuk jual beli domes k Selama perjalanan 18 tahun UPICC dipu-

ing
dan internasional. Pendekatan ini tentu masih blikasikan kepada umum, berbagai perkem-
sejalan dengan rekomendasi yang dibuat oleh bangan serta kebutuhan baru dalam prak k
ASEAN dalam upaya harmonisasi hukum kontrak berkontrak secara internasional ditambahkan
nasional di Negara-negara ASEAN. dan dijadikan dasar untuk penyempurnaan se-
Selain menjadikan CISG sebagai model dalam
ind ap edisi. Yang lebih pen ng lagi, asas-asas dan
pembaruan hukum kontrak Indonesia, dan sesuai aturan-aturan di dalamnya dak saja digunakan
dengan pendekatan yang direkomendasikan sebagai ”the chosen legal system” oleh para pihak
oleh ASEAN, Indonesia dapat menggunakan dalam kontrak, tetapi juga dijadikan referensi
UPICCs sebagai referensi bagi pembaruan oleh forum-forum arbitrase perdagangan
V
hukum kontraknya. Berbeda dengan CISG yang internasional dan pengadilan berbagai negara
secara khusus mengatur tentang jual beli barang di dunia dalam memberikan dasar hukum atas
hts

internasional, UPICCs memuat prinsip-prinsip keputusan-keputusan hukum yang dibuat.


atau asas-asas hukum kontrak internasional yang Pengakuan terhadap manfaat UPICC juga terbuk
bersifat umum yang dapat diterapkan untuk dari kenyataan bahwa UPICC telah diterjemahkan
semua jenis transaksi internasional. secara resmi ke dalam beberapa bahasa, dan
ec

UPICCs dianggap berhasil merumuskan proses penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia


kembali keseluruhan asas, aturan dan standar juga dewasa ini sedang berlangsung.
kontrak-kontrak perdagangan internasional pada Pembukaan (Preamble) dari UPICC mene-
lR

umumnya, dan menyesuaikannya dengan best gaskan 6 (enam) tujuan utama penerbitan UPICC
prac ces yang berkembang dalam bisnis dan (Purpose of the Principles). Walaupun tujuan
perdagangan internasional.19 Sebagai sebuah utama adalah ”... to be applied when the par es
Restatement of Interna onal Contract Law, UPICC have agreed that the contract be governed by
na

pada dasarnya disediakan sebagai op on untuk them” dan tujuan pen ng lain adalah ”... they

18
Bayu Seto Hardjowahono, UNIDROIT Principles on International Commercial Contracts dan Relevansinya bagi
Jur

Pembaruan hukum Kontrak Indonesia, (Makalah disampaikan pada Forum Harmonisasi hukum Nasional dan
Hukum Internasional, BPHN, 7 Maret 2012).
19
Lihat Michael Joachim Bonell, an International Restatement of Contract Law, the UNIDROIT Principles of
International Commercial Contract (USA: Transnational Publishers, Inc, 2005), hlm. 35.
20
Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 1994, edisi Kedua terbit pada tahun 2004, dan edisi Ketiga terbit pada
tahun 2011 (disebut UNIDROIT Principles 2010).

302 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

may be applied when the par es have not chosen seper kontrak baku, kontak pemerintah dan

HN
any law to govern their contract”, namun dalam kontrak internasional.
konteks tulisan ini tujuan UPICC yang menjadi Menjadi pertanyaan sampai sejauh mana
pen ng adalah bahwa UPICC ”... may serve as a lingkup perubahan hukum kontrak yang harus
model for na onal and interna onal legislators. dilakukan sekarang ini dalam menghadapi
Dengan memperha kan salah satu tu- perkembangan perdagangan internasional dan

BP
juan dari pembuatan UPICCs, maka penulis secara khusus perkembangan perdagangan
cenderung untuk berpandangan bahwa pem- dikawasan ASEAN. Komitmen untuk mewujudkan
baruan hukum kontrak Indonesia sebaiknya harmonisasi hukum ASEAN tampaknya sudah
mengacu pada UPICC sebagai Model Law, disertai menjadi sesuatu ”diujung jalan”. Sebelum, atau
dengan modifikasi-modifikasi serta tambahan- se dak- daknya bersamaan dengan upaya

ing
tambahan yang dianggap perlu untuk tetap dapat harmonisasi hukum regional itu, Indonesia
dipergunakan sumber hukum kontrak domes k harus mulai untuk mempercepat proses pe-
dan transaksi-transaksi dan kontrak-kontrak per- nyempurnaan hukum kontrak nasionalnya.
dagangan internasional. Penggunaan UPICCs ind Dengan argumentasi bahwa pembaruan
sebagai model bagi pembaharuan hukum kontrak hukum kontrak Indonesia harus sejalan dengan
Indonesia akan juga sekaligus mengharmoniskan arah perkembangan harmonisasi hukum
hukum kontrak nasional Indonesia dengan kontrak ASEAN, maka lingkup perubahan
hukum kontrak Negara-negara anggota ASEAN sebaiknya hanya menyangkut prinsip prinsip dan
V
lainnya, atau se dak daknya asas, aturan dan ketentuan-ketentuan umum hukum perjanjian
standar hukum kontrak Indonesia ke depan akan (general principles and rules on contracts).
hts

compa ble dengan kontrak-kontrak perdagangan Dengan melihat pesatnya perkembangan tran-
di kawasan ASEAN. saksi jual beli internasional, dan berdasarkan
rekomendasi ASEAN untuk mengadopsi CISG,
2. Ruang Lingkup Perubahan perubahan dapat juga dilakukan terhadap Buku
Diskusi mengenai ruang lingkup perubahan III Bab V mengenai Jual Beli. Dengan demikian
ec

hukum perjanjian yang terdapat dalam Buku maka perubahan akan fokus pada Buku III,
III KUHPerdata cukup beragam. Sebagaimana Bab I (Perikatan pada Umumnya) Bagian I
diuraikan di bagian depan dari tulisan, tampak (Ketentuan Umum), Buku III, Bab II (mengenai
lR

bahwa ada keinginan untuk menggan secara Perikatan yang lahir dari perjanjian), (Bagian 1
keseluruhan Buku III KUHPerdata tentang mengenai Ketentuan Umum), Bab V (Jual Beli).
Perikatan. Ini berar bukan saja menggan Perubahan parsial dari Buku III KUHPerdata
tersebut didasarkan juga pada alasan prak s,
na

atau merubah ketentuan hukum perikatan yang


lahir dari perjanjian (kontrak), tetapi juga ingin yaitu sisa waktu yang ada untuk mempersiapkan
mengan kan ketentuan mengenai perjanjian perubahan sangat terbatas, yaitu hanya nggal
yang lahir dari undang-undang, perikatan pada 3 tahun lagi sebelum terbentuknya Masyarakat
Jur

umumnya, hapusnya perikatan dan perjanjian Ekonomi ASEAN tahun 2015.


tertentu. Namun ada pula perubahan yang Berkaitan dengan perubahan yang me-
diinginkan hanya mencakup asas-asas hukum nyangkut prinsip-prinsip atau asas-asas hukum
kontrak dan beberapa jenis perjanjian tertentu, kontrak, Indonesia dapat menggunakan

Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia… (Subianta Mandala) 303


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

asas-asas yang terdapat dalam UPICCs. Asas- prinsip tersebut juga harus dapat menjadi

HN
asas dan aturan-aturan hukum kontrak yang pegangan agar terwujud ngkat keseragaman
dituangkan di dalam UPICC cukup memadai serta untuk mengakomodir kepen ngan kontrak/
untuk memenuhi kebutuhan perubahan yang perjanjian yang bersifat lintas sektoral.22
diinginkan. Disamping UPICC, beberapa prinsip
hukum kontrak juga dapat diperoleh dari E. Penutup

BP
referensi lain, misalnya CENTRAL List of Lex 1. Kesimpulan
Mercatoria Principles, Rules And Standards, dan
Sebagaimana pepatah ”sekali mendayung
Principles of European Contract Law. Secara
dua ga pulau terlampaui”, pembaruan hukum
umum ada beberapa prinsip hukum kontrak
kontrak nasional Indonesia harus sekaligus
yang hampir selalu ada dalam se ap sistem

ing
dilakukan dalam kerangka harmonisasi hukum
hukum, yaitu: prinsip freedom of contract (party
kontrak ASEAN. Oleh karena itu, metoda
autonomy), prinsip pacta sunt servanda, good
pendekatan dan lingkup substansi pengaturan
faith, kekuatan mengikat dari praktek kebiasaan
pembaruan hukum kontrak Indonesia harus
dan prinsip overmacht atau impossibility of
performance. 21
ind memperha kan konsep harmonisasi hukum
kontrak ASEAN yang ada. Berbeda dengan konsep
Pengaturan prinsip prinsip serta aturan
Uni Eropa yang menggunakan pendekatan
umum hukum kontrak dalam perubahan
hard law – yaitu dengan membuat European
hukum kontrak Indonesia, disamping untuk
Contract Law, ASEAN cenderung menggunakan
mempermudah penyelarasan dengan praktek
V
pendekatan so law dengan meminta ang-
kontrak internasional juga harus mampu
gotanya menyusun atau memperbarui hukum
mengakomodasi perkembangan-perkembangan
hts

kontraknya nasional masing masing dengan


dalam transaksi-transaksi bisnis serta kontrak-
menggunakan instrument hukum internasional
kontrak yang bersifat transnasional dan/atau
yang ada seper CISG dan UPICCs sebagai model
mengandung unsur-unsur asing. Dalam kaitan
law. Pendekatan ini memberikan keleluasaan
ini, pengembangan asas-asas dan aturan umum
ec

bagi Negara anggota ASEAN untuk mengadopsi


hukum kontrak harus senan asa dilandasi
atau mengambil alih prinsip/asas dan aturan
kesadaran bahwa ia harus memiliki ngkat
hukum dari CISG dan UPICCs yang dianggap
aplikabilitas dan fleksibilitas yang baik untuk
perlu dan sesuai kebutuhan dari masing masing
lR

diterapkan baik pada kontrak-kontrak yang


Negara anggota.
sepenuhnya bersifat domes k maupun yang
Dalam memperbarui hukum kontrak nasio-
mengandung unsur-unsur transnasional. Prinsip-
nal Indonesia, Indonesia dapat mempergunakan
na

21
Uraian mengenai prinsip prinsip tersebut lihat Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, (Bandung:
Re ika Aditama, 2010), hlm. 19-29.
22
Hukum kontrak untuk sektor tertentu adalah hukum yang materi muatannya mengatur juga mengenai kontrak
Jur

misalnya adanya Undang-Undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat, Undang-
Undang tentang Penanaman Modal, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang tentang
Mineral dan Batubara, Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, dan peraturan perundang-undangan
sektoral lainnya yang dalam materi muatannya diatur juga mengenai kontrak/perjanjian, misalnya Peraturan
Pemerintah tentang Waralaba. Pembaruan hukum kontrak secara sektoral memang memberikan kepastian
hukum dalam sektor terkait. Namun tetap diperlukan prinsip-prinsip serta aturan umum hukum kontrak

304 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

UPICCs sebagai model law bagi bagi pengaturan menyusun undang-undang kontrak sehingga

HN
hukum perjanjian secara umum, terutama me- dapat menerapkan UPICCs secara benar dan
nyangkut asas-asas dan aturan umum hukum sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh
kontrak internasional. Terhadap CISG, Indonesia pasal-pasal UPICCs tersebut. Bantuan teknis
dapat memper mbangkan untuk mera fikasi oleh UNIDROIT kepada anggotanya sudah jamak
konvensi tersebut, namun akan dirasakan dilakukan seper kepada Negara-negara Afrika

BP
lebih bermanfaat apabila prinsip atau asas- (yang tergabung dalam OHADA) dan China
asas yang ada dalam CISG diadopsi ke dalam ke ka mereka menyusun hukum kontraknya.
hukum kontrak Indonesia, khususnya bagi Sekalipun secara prinsip CISG dan UPICCs
pengaturan kontrak jual beli. Untuk saat ini, digunakan sebagai model atau referensi dalam
pembaruan yang terbatas pada prinsip-prinsip pembaruan hukum kontrak Indonesia, hukum

ing
dan aturan umum hukum kontrak ditambah adat tentang jual beli dan juga hukum islam yang
pengaturan kontrak jual beli dirasakan cukup masih relevan harus tetap diperha kan dalam
memadai untuk mengan sipasi perkembangan penyusunan undang-undang hukum kontrak
transaksi-transaksi bisnis di kawasan ASEAN ind yang baru. Demikan pula, walaupun pembaruan
menjelang lahirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN hukum kontrak Indonesia dimaksudkan dalam
tahun 2015. Perubahan terbatas yang hanya kerangka mengan sipasi perkembangan per-
menyangkut prinsip dan aturan umum hukum dagangan internasional, dan secara khusus
kontrak menjadikan hukum kontrak Indonesia dalam kerangka lahirnya Masyarakat Ekonomi
V
ke depan akan lebih compa ble dengan hukum ASEAN tahun 2015, penyusunan hukum kontrak
kontrak nasional Negara Negara ASEAN lainnya yang baru nan harus tetap berorientasi kepada
hts

dan dengan hukum kontrak internasional kepen ngan nasional.


yang berlaku di belahan dunia lainnya. Selain
itu, undang-undang hukum kontrak tersebut DAFTAR PUSTAKA
dapat menjadi undang-undang payung bagi Buku
pengaturan lebih lanjut kontrak-kontrak jenis Adolf, Huala, Dasar-Dasar Hukum Kontrak
ec

Internasional, (Bandung: Refika Aditama, 2010).


tertentu yang dibuat dimasa depan.
Adolf, Huala, Hukum Perdagangan Internasional
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
2. Saran-saran Bonell, Michael Joachim, an Interna onal
lR

Restatement of Contract Law, the UNIDROIT


Diharapkan agar penyusunan hukum kon- Principles of Interna onal Commercial Contract
trak Indonesia dapat dijadikan prioritas dalam (USA: Transna onal Publishers, Inc, 2005).
legislasi nasional dengan memasukan RUU Prodjodikuro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian
(Bandung: Mandar Madju, 2000).
na

Hukum Kontrak ke dalam Prolegnas 2015-2019,


Sunandar, Taryana, Prinsip Prinsip UNIDROIT Sebagai
dan pembahasannya di Dewan Perwakilan Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian
Rakyat sudah dapat dilakukan selambat- sengketa (Jakarta: Sinar Grafika, 2004).
lambatnya tahun 2015 (sebagai prioritas tahun Taufiqurrahman, Karakter Pilihan Hukum, Kajian
Jur

tentang Lingkup Penerapan the United Na ons


2015). Conven on on Contracts for the Interna onal
Indonesia sebagai anggota UNIDROIT sejak Sale of Goods (CISG) 1980 (Surabaya: Bayumedia,
tahun 2008 perlu meminta bantuan teknis ke ka 2010).

Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia… (Subianta Mandala) 305


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Makalah / ArƟkel / Prosiding / Hasil PeneliƟan Wayne R. Barnes, Contempla ng A Civil Law
Allan D. Rose A.O, The Challenges for Uniform Law in Paradigm for a Future Interna onal Commercial

HN
the Twenty-First Century, (Uniform Law Review, Code, (Lousiana Law Review 677, 2005).
NS-Vol.1, 2005). Naskah Akademik Peraturaan Perundang-undangan
Bayu Seto Hardjowahono, UNIDROIT Principles tentang Hukum Perikatan, BPHN, Departemen
on Interna onal Commercial Contracts dan Kehakiman RI, 1976/1977.
Relevansinya bagi Pembaruan hukum Kontrak Naskah Akademik tentang Kontrak di Bidang
Indonesia, (Makalah disampaikan pada Forum Perdagangan, BPHN Departemen Kehakiman,

BP
Harmonisasi hukum Nasional dan Hukum 1994.
Internasional, BPHN, 7 Maret 2012).

ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

306 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 295-306


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA MITRA BESTARI

Segenap pengelola Jurnal RechtsVinding


ind
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya
atas sumbangsih :

™ Prof. Dr. IBR Supancana, S.H., LL.M.


V
™ Dr. M. Hadi Shubhan, S.H., M.H., C.N.
hts

™ Dr. Freddy Haris, S.H., LL.M.

sebagai Mitra Bestari yang telah melakukan peer review


terhadap naskah Jurnal RechtsVinding Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012.
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
V ind
”Halaman ini dikosongkan”
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

BIODATA PENULIS

HN
Yohanes Sogar Simamora, lahir di Sidoarjo, 27 Januari 1961, adalah Guru Besar Fakultas Hukum Uni-
versitas Airlangga Surabaya. Meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Surabaya tahun 1985. Selanjutnya beliau juga meraih gelar Magister Humaniora pada 1996, dan Dok-
tor Ilmu Hukum pada 2005 di Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Beberapa pela han yang

BP
pernah diiku adalah Pre-Departure English Traing Course (PDETC), Pascasarjana IKIP Malang (1988),
Kursus Bahasa Belanda, Erasmus Huis, Surabaya (1989), Pela han Arbitrase dan Alterna f Penyelesa-
ian Sengketa, ICEL, Cisarua Bogor (1995), Training on Intellectual Property Right, Kerjasama Pemerin-
tah Indonesia dengan Australia, oleh Sekretariat Negara RI, Jakarta (1995), Shortcourse on Commercial
Law pada University of New South Wales, Australia (1996), Training Quality Assurance pada Pusat Pen-

ing
ingkatan dan Pengembangan Pendidikan Universitas Airlangga (P4UA), Surabaya (2005), dan Pela han
Pengadaan Barang dan Jasa, Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan
Universitas Indonesia, Jakarta (2005). Di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Airlangga, pernah
menjabat sebagai Sekretaris Unit Hukum Bisnis (2000), Ketua Unit Penjaminan Mutu (2005), Ketua
Minat Studi Hukum Bisnis, Program Magister Hukum Bisnis (2006), Ketua Unit Perancangan Hukum
ind
dan Kontrak Bisnis / UPHKB) (2008), dan Ketua Program Studi S1 (2008). Selain menjadi Narasumber
di berbagai seminar ilmiah, beliau juga pernah menjadi Sekretaris Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) Surabaya (2000-2008), Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah (MPD) Notaris Wilayah Surabaya
(2006), Pengawas Ikatan ahli Pengadaan Indonesia (IAPI) Ja m (2011), dan Dewan Pakar Ikatan Sar-
jana Hukum Indonesia (ISHI) Ja m (2012).
V
Herlien Budiono, lahir di Semarang, 1 Oktober 1942. Meraih Sarjana Hukum dari Universitas Parahyan-
gan, Bandung (1966). Menyelesaikan Candidat Notaris pada Universitas Padjadjaran Bandung (1970).
hts

Mengiku Summer Course on Private Interna onal Law (non degree) pada The Hague Academy of In-
terna onal Law, The Netherlands (1986), dan Pendidikan Reksadana bagi Profesi Penunjang untuk No-
taris Pasar Modal pada Lembaga Manajemen Keuangan dan Akuntansi (non degree), Jakarta (1997).
Pada tahun 2001 meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Hukum dari Universitas Leiden, Netherland.
Mengawali profesi sebagai asisten dosen, diantaranya pada alm. Prof. Wirjono Prodjodikoro S.H. dan
ec

alm. Prof. Subek S.H. dan dosen pada Universitas Parahyangan (1966─1991) dan dosen pada Pendidi-
kan Kenotariatan Universitas Padjadjaran (sekarang Program Studi Magister Kenotariatan) sejak 1984.
Dosen pada Program Studi Kenotariatan, Universitas Surabaya di Surabaya sejak 2003. Mengajar kem-
bali pada Program Studi Magister Fakultas Hukum Universitas Parahyangan (2002─2006) dan pada
lR

Fakultas Hukum Universitas Parahyangan sejak 2008. Profesi utama yang digelu nya adalah sebagai
notaris di Bandung (1971─ 2009) dan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di Bandung (1973─2007).
Buku-buku yang telah diterbitkan antara lain: Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia,
Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wiga Indonesia yang merupakan terjemah- an dari diser-
na

tasinya berjudul Het Evenwichtsbeginsel voor het Indonesisch Contractenrecht, Contractenrecht op het
Indonesisch beginselen geschoeid (PT Citra Aditya Bak , 2006). Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di
Bidang Kenotariatan (PT Citra Aditya Bak , 2007, dan dicetak ulang 2008). Ajaran Umum Hukum Per-
janjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan (PT Citra Aditya Bak 2009. dicetak ulang 2010 dan
2011), Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Buku Kedua (PT Citra Aditya Bak ,
Jur

2010). Sejumlah ar kel telah dimuat di Media Notariat, Renvoi, Oten k, dan Jurnal Legislasi Indonesia
dan Dialogia Luridica mengenai masalah-masalah perdata dan e k di bidang kenotariatan.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Subianta Mandala, lahir di Singaraja, Bali, 2 Agustus 1963. Meraih gelar Sarjana Hukum dari Univer-

HN
sitas Atmajaya, Yogyakarta, tahun 1990, kemudian sempat mengiku Pendidikan program Notariat di
Universitas Gadjah Mada selama satu tahun (1991). Master Hukum (LLM) dari Universitas Melbourne
tahun 2002. Saat ini masih mengiku Program Doktoral (S3) Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Per-
nah mengiku Pendidikan singkat (3 bulan) di bidang Commercial Law di Universitas New South Wales
Australia pada tahun 1998, Training on Australian Legal Process and Legal Ins tu ons di Universitas

BP
Melbourne Australia tahun 1999, Studi Perbandingan di bidang sistem hukum dan peradilan di Osaka/
Tokyo selama dua bulan pada tahun 2003, Program Magang di Australian’s A orney General Australia
pada 2005, Peneli an hukum di Kantor UNIDROIT, Roma, Italia, 15 Februari-15 April 2007, Training
”Dispute Resolu on System: Policies, Structures and Strategies” di Singapore, 4 November sampai 12
November 2008. Beliau juga ak f menghadiri berbagai forum internasional di bidang hukum di beber-

ing
apa negara seper , Singapore, China, Malaysia, Philippine, Rusia, Australia, Oman, Brunei, Thailand,
dan Kamboja. Saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Rencana dan Fasilitasi Pembangunan Hukum
Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional, BPHN – Kementerian Hukum dan HAM. Sebelum-
nya memulai karier sebagai Staf pada Direktorat Penyuluhan Hukum Ditjen Hukum dan Perundang-
undangan (Ditjen Kumdang) Departemen Kehakiman (1990-1997), Direktorat Hukum Perdata, Ditjen
Hukum dan Perundang-undangan (Ditjen Kumdang), Departemen Kehakiman (1997 – 2002), Kepala
ind
Seksi Kerjasama Bilateral Direktorat Hukum Internasional, Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU)
Departemen Kehakiman & HAM (2002 – 2007), dan Kepala Bidang Kerjasama Pengembangan Hukum
Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum, BPHN, Kementerian Hukum dan HAM. Selain karier di Pe-
merintahan, beliau juga pernah menjadi Pengajar Lembaga Bahasa LIA Jakarta/Bogor (1993-2009),
dan Dosen Tidak Tetap Fakultas Hukum Universitas Nasional, Jakarta (2002-sekarang).
V
hts

Suyud Margono, lahir di Jakarta, 28 Januari 1976. Merupakan Advokat, Konsultan HKI Terda ar, Aka-
demisi/Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara dan Magister Ilmu Hukum Universitas
Mpu Tantular, Universitas Parahyangan serta Perguruan Tinggi lain, Peneli dibidang Hukum salah
satunya pada Kegiatan Peneli an Hukum di Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) – Kemente-
rian Hukum dan HAM R.I. Menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum, Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta
(1994 – 1998); kemudian melanjutkan S2 pada Program Pascasarjana, Magister Ilmu Hukum, Univer-
ec

sitas Tarumanagara, Jakarta (2002 – 2004); dan memperoleh gelar Doktor Ilmu Hukum pada Program
Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung (2009-2011).
lR

Ahyar Ari Gayo, lahir di Bale Takengon (Aceh Tengah), 21 April 1966. Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Islam Djakarta, tamat tahun 1991. Gelar Master Hukum diperoleh dari Sekolah Tinggi
Ilmu Hukum ”IBLAM” Tahun 2002. Selain pendidikan formal juga mengiku la han dan khursus,
yaitu Pela han Tenaga Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan Angkatan ke V Tahun 1992,
na

Penyelenggara Tenaga Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan Tahun 1993, Pela han
Tenaga Teknis Perencana Hukum Angkatan ke I Tahun 1993/1994. Jabatan Fungsional Peneli Hukum
pada Puslitbangkum BPHN Kementerian Hukum dan HAM RI Jabatan 1 Mei 1996 diangkat sebagai
Ajun Peneli Muda pada PUSBINSIS BPHN, 1 juni 1997. Pada 1 Juni 2008 diangkat sebagai Peneli
Jur

Utama pada Pusat Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional (Puslitbangkum) BPHN De-
partemen Hukum dan HAM RI. Kegiatan lainnya sampai saat ini Ketua Dewan Redaksi Jurnal Hukum
De Jure APHI, Penulis diberbagai Jurnal dan Majalah Ilmiah; dapat dihubungi melalui email: ahyara-
rigayo@yahoo.com.

310
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Purwanto, lahir di Jakarta, 1 April 1962, memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum

HN
Universitas Islam Jakarta pada 1999, kemudian melanjutkan kuliah di Program Pasca Sarjana Ins tut
Law Bussines and Manajemen (STIH IBLAM), dan memperoleh gelar Magister Hukum pada 2002.
Beberapa pela han yang pernah diiku antara lain adalah Perencanaan Hukum, Pusdiklat Departe-
men Kehakiman, Jakarta, Tahun 1994; Hukum Kepailitan, A orneys General’s of the Commenwealth
of Australia, Faculty of Law University of Melbourne, 1998; Commercial Law, Monash University

BP
Australia, 2001; Instructor for Development of the Internet for Asean Law, BPHN dan AusTLII, Ja-
karta, 2001; Pendidikan dan Pela han Kepemimpinan (Pertama) di Departemen Hukum dan HAM RI,
1996; Pendidikan dan Pela han Kepemimpinan (Kedua) di Departemen Hukum dan HAM RI, 2000.
Mengawali karier sebagai Staf Bidang Hukum Transnasional pada Pusat Perencanaan Hukum Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan HAM RI (1989-1996); kemudian dian-

ing
gkat sebagai Kepala Sub Bidang Pelayanan Teknis pada Pusat Pembinaan Sistem dan Pranata Hukum
(1997-1999); Kepala Sub Bidang Penyusunan Program pada Pusat Peneli an dan Pengembangan
Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan HAM RI (1999-2006);
Kepala Bidang Penyusunan Program dan Pelayanan Teknis pada Pusat Peneli an dan Pengembangan
Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan HAM RI (2006-
2011); dan Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Prov.
ind
Maluku (2011-sekarang). Selain berkarier di Pemerintahan, ak f juga sebagai Dosen Luar Biasa di
Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 dan Universitas Sahid Jakarta. Dapat dihubungi melalui
email: purwaspur2001@yahoo.com
V
Ade Irawan Taufik, lahir di Jakarta, 26 Mei 1980. Lulus S1 Ilmu Hukum dari Universitas Padjadjaran
Bandung. Saat ini bekerja sebagai fungsional peneli hukum di Badan Pembinaan Hukum Nasional
hts

– Kementerian Hukum dan HAM RI, sebelumnya pernah bekerja sebagai Legal Officer di salah satu
kontraktor BUMN dan juga kontraktor PMA. Dapat dihubungi melalui: ade_irawancute@yahoo.com
/ ade.taufik@bphn.go.id.

Nevey Varida Ariani, lahir di Lamongan, 12 Mei 1982. Saat ini bekerja sebagai Analis Hukum pada Pusat
ec

Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),
Kementerian Hukum dan HAM. Menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Ma-
lang pada 2005, dan S2 di Universitas yang sama pada 2008. Pernah mengiku Pendidikan Profesi
lR

Advokat pada 2005, dan bekerja pada Advocates & Solicitors Othman Hashsim & Co di Malaysia pada
2007. Dapat dihubungi melalui: nevey.ariani@yahoo.com.
na
Jur

311
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
V ind
”Halaman ini dikosongkan”
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

INDEKS

HN
A Bezwaar 194
Accountability 175 Birokrasi 196, 197, 278
Adat badamai 290, 291,293 Bisnis Syari’ah 263

BP
Adatrecht 286 BPHN 199, 298, 302, 306, 310, 311
Ade Irawan Taufik 215, 257 Breach of Contract 285
Ahyar Ari Gayo 257 Bruce A. Lehman 252
Akad hawalah 264 Buku III KUHPerdata 297, 298, 303
- Ijarah 260, 264, 270, 271 BurgerlijkWetboek (BW) 296
- Mudharabah 263, 270

ing
- Musyarakah 270, 272
- Qardh 263, 270 C
- wadi’ah 263, 271 CAL (Copyright Agency Ltd.) 246, 252
Akta Capital 175, 179, 200, 208, 216
- notaries 209 CENTRAL List of Lex Mercatoria 304
- oten k 205 ind Charity 175
Akuntabilitas 176, 177, 178, 183, 186 Check and balances 181
Algemeen Deel 225 CISG 295, 297, 300, 305
Ali Ridho 189, 190 Civil Law System 247, 288
Alterna f 77, 279, 280, 281, 282, 283, 285 Commercial Agency Countertrade 301
Ancaman pidana 201, 212 Common Law 299, 301
Anggaran Dasar 179, 184, 190, 195 Community Law 298
V
Arbiter 285 Conflict of law rules 301
Arbitrase 285, 286, 287, 293 Contoh Ciptaan 242
Ar cle 179, 217, 223, 234 Copy Rights 244
hts

Asas Publisitas 206 Copyright Informa on Sheet 246


A yah 181 Cross Region 230
Australia 246, 252, 255, 309, 310
Auteurs Wet 250
Auteurswet 240 D
Authors 238, 247, 251
ec

Data Sekunder 219, 239, 260, 297


Debitur 183, 199, 202, 208, 210, 212
Declara ve Principal 239
B Deklarasi Universal HAM 247
Baakuran 291 Demokrasi Ekonomi 188, 248
lR

Babaikan 291 Desain Industri 242, 244, 254


Bad Law 181 Desain Rangkaian Listrik Terpadu 245
Badan Hukum 175, 180, 186, 189, 192 Dewan Pengawas Syariah 262, 266, 268
Bahts al-Masa’il 261 Dewan Perwakilan Rakyat 235, 265
Bambang Kesowo 248 Diferensiasi 221
na

Bank Syari’ah 263 Direksi 266, 267


Baparbaik 291 Dir.Jend. Hak Kekayaan Intelektual 239
Bapatut 291, 222, 223, 224 Distorsi 278
Barrier 222, 223, 224, 232 Distributorship 301
Beding-Beding 191
Jur

Djuhaedah Hasan 248


Benda Bergerak 200, 202, 204, 205 Dokrin Hukum Alam 246
Benda Teta 204 Double Tax 271
Berita Resmi Ciptaan 242
Berne Conven on 251
Beschikking 182
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

E Hindia Belanda 296


Eddy Damian 247 Hipo k 206

HN
Eksekusi 199, 205, 207, 210, 212, 214 Hirarki Tata Hukum 289
Eksistensi 239, 268, 286, 289, 299 HKI 239, 241, 243, 244, 247, 253
Ekspansif 271 Honorarium 178
Eraglobalisasi 187, 188, 296, 298 Hujjah 291
European Contract Law 304 Hukum Adat 279, 286, 288, 289, 293
Examina on 175, 253 - Doktrinal 219

BP
- Internasional 295, 304, 306
- Kontrak 209, 214, 295, 298 299
F - Kontrak Nasional 300, 302, 304
Factoring 200 - Nasional 310, 323, 326
Fatwa 257, 258, 259, 261, 265, 267 Hutang Debitor 201, 203
Fiduciary 203, 209

ing
Formalis c 277, 278
Formil 193, 299 I
Founda on 175, 179, 187 Ijarah Muntahiyah 260
Freedom Ins tute 177 Ijma’ 258
Full Branch 258 Impossibility of Performance 304
Inbreng 191
Fuqaha’ 260
ind
Independence of Protec on 251
Indikasi Geografis 244, 245
G Infrastruktur 216, 222, 234, 299
Gadai 203, 205, 258, 260 Inovasi 216, 234, 238
Garis-Garis Besar Haluan Negara 240 Inovasi Teknologi 238
Inspec on 175
V
Gatot Supramono 184, 185
Geoteknik 228 Ins tute 177, 300
Giro 260, 263, 270 Instrument Internasional 301
hts

Global 187, 188, 194, 196, 231, 297 Integritas Moral 280
Globalisasi 187, 188, 296, 298 Intellectual Property 237, 244, 245, 250
Globaliza on 187 Inter-regional 298
Good Faith 104 Invensi Teknologi 244
Good Governance 175, 184, 185, 186 Investasi 175, 188, 196, 216, 234
Governing Law 301, 302
ec

Gross Fixed Capital Forma on 216


J
Jaminan 238, 248, 255
H - Fidusia 199, 203, 204, 206, 211
lR

Hak Cipta 237, 239, 241, 243, 245, 247


- Modern 247
Hak Eksklusif 238, 252, 253 K
Hak Kekayaan Intelektual 238, 242, 253 Kafalah 260, 264, 270
Hak Kepemilikan 202, 213 Karya Cipta 237, 239, 246, 251, 254
na

Hak Moral 238 Karya Musik 244


Hak Tanggungan 202, 204, 210 Karya Sastra 238, 244
Hans Warendorf 179 Karya Seni 239, 244, 253
Hard Law 302, 204 Kekayaan Industrial 245, 254
Hardship 302 Kekuatan Eksekutorial 207, 212
Jur

Harmonisasi 288, 295, 299, 300, 303 Kekuatan Mengikat 219, 265, 268, 304
Hawalah 260, 264 Kepustakaan 323, 176, 188, 219, 239
Hegomoni 278 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 265
Herlin Budiono 309 Komanditer 191
Herziene Indonesisch Reglement 287 KomarKantaatmadja 249
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Komisaris 193, 194, 196, 209, 266 Megan Richardson 246


Komunalis k 288, 289 Merek 238, 242, 244, 245

HN
Konkurensi 191 Metode 188, 202, 218, 225, 239, 260, 280
Konsepsi Hak 247 Mochtar Kusumaatmadja 249
Konsepsi Kekayaan 247, 252 Modal 192, 194, 200, 201, 216, 218, 220, 222, 258,
Konsepsi Perlindungan Hukum 247 259, 260, 272, 304
Konsiliasi 277, 281, 283, 291 Model Law 297, 300, 302, 303, 304, 305
Konstruksi 215, 218, 221, 225, 228 Mursalah 258

BP
Konsultan Hak Kekayaan Intelektual 239 Mustafi 261
Konsultasi 324, 228, 281, 283 Musyawarah 285, 289, 290, 291, 292, 293
Konsumen 179, 199, 200, 208, 210, 214
Kontradiksi 178, 237
Kontrak Baku 298, 303
Kontrak Dagang 296, 301
N

ing
Naskah Akademik 296, 297, 298, 299
Kontrak Internasional 295, 298, 303
Na onal Treatment 251
Kontrak Pemerintah 184, 186, 298
Negosiasi 281, 282, 283, 284, 285
Konvensi Bern 197, 250
Netherlands 179
Konvensi Internasional 239, 251, 254
Nevey Varida Ariani 277
Konvensional 258, 259, 272
Nieuw Burgerlijk Wetboek (NBW) 296
Koperasi 176, 179 ind Nirlaba 178
Korporasi 191, 197
Non li gasi 280
Kreditur 199, 202, 205, 208, 211, 213
Non-performance 302
Kualita f 219, 295, 297
Norma f Empirik 218

L
V
Lajnah 261
O
Obligasi Syari’ah 263
Law Making Treaty 251
Obyek jaminan fidusia 204
hts

Leasing 199, 200


OHADA 305
Legal 175, 179, 187, 197, 225, 255
Operasional 178, 260, 263, 268, 271, 273
Legal Gap 289, 290
Legal Principles 297
Legal Substance 225
Legislasi Nasional 218, 235 P
Pactum de Compromittendo 285
ec

Lembaga
- Arbitrase 272, 277, 281, 284 Pancasila 240, 248, 264, 265, 287
- Arbitrase Syariah 272 Panjer 289
- Keuangan 258, 260 Parlemen 178
Le er of Credit 260, 264, 270 Paten 242, 244, 245, 254
lR

Lili Rasjidi 249 PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) 244, 285, 300


Lintas Sektoral 304 Pembiayaan Konsumen 200, 201, 202, 203, 208,
209, 210, 211, 213, 214
Pembiayaan Syari’ah 263
Pemegang Hak Cipta 241, 242, 243, 246, 252
na

M
Majelis Tarjih 261 Pemerintahan Kolonial 296
Management 175, 261 Pencipta 238, 239, 240, 241, 242, 243
Maqashidus Syariah 258 Penda aran Ciptaan 238, 240, 241, 242, 243, 246,
Marc Galaner 255 253, 254
Jur

Maslahat 258, 292 Penda aran Hak Cipta 241, 242


Masyarakat Ekonomi ASEAN 296, 298, 299, 299, Peneli an Hukum Norma ve 188, 202
303, 305 Penilaian Ahli 281
Mediasi 281, 282, 283, 284, 285 Peningset 289
Mediator 282, 283, 284, 285 Peradilan Adat 287, 293
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Peradilan Formal 287 RUPS 195, 209, 266


Perbuatan Hukum 176, 177, 180, 182, 191, 210, Rusia 247

HN
252
Perjanjian Pemberian Fidusia 209
Perjanjian Pembiayaan 199, 200, 208, 210, 213 S
Perlindungan Kekayaan Intelektual 252, 254 S. Stewart 247
Perseroan Terbatas 176, 182, 187, 189, 190, 196 Safe Deposit Box 260
Piagam ASEAN 296 Saham 178, 190, 194

BP
Piutang 200, 202, 203, 208, 258, 270 Satjipto Rahardjo 247, 280
Pranata alterna ve 281 Sekuritas Syari’ah 263
Pranata Hukum 280 Ser fikat Wadiah 260
Principles of European Contract Law 304 Set-off 302
Prinsip Deklara f 237 Simulasi 193
Prinsip Freedom of Contract (party autonomy) 304 Sinkronisasi 197

ing
Prinsip Overmacht 304 Sistem Hukum 206, 225, 247, 250, 261, 288, 299,
Prinsip Pacta Sunt Servanda 304 301
Prinsip Pemberian Kredit 208 Sistem Hukum Sipil 247
Produk Domes k Bruto 216 Soerjono Soekanto 188, 202, 219
Profit Share 272 So Law 300
Prolegnas 218, 305 Sogar Simamora 175, 184
Proteksi 230, 238, 253
ind Sosio Hukum 189, 280
Purwanto 199 Sri Edi Swasono 248
Putaran Uruguay 250 Sri Mamuji 188
Stainforth Ricketson 245
Stakeholder 184, 232, 269, 273, 274
Q Stroman 193
V
Qiyas 258 Subianta Mandala 295
Subversif 291
hts

Suluh 291
R Sumantoro 249
Raha 260 Sunarya Hartono 219, 249, 255
Rahasia Dagang 244, 245 Surat Berharga Syari’ah 263
Ran Fauza Mayana 249 Surat Tanda Penda aran Ciptaan 238
Ra fikasi 296, 300, 305 Suyud Margono 237, 248
ec

Reasuransi Syari’ah 263 Syara’ 261


Rechtsreglement Buitengewesten 287 Syariah 257, 258, 260, 262, 266
Reformasi 280
Regional 230, 296, 298, 303
lR

Regulator 259, 261, 267, 273


Rekaman Suara 244
T
Talangan 200, 214
Reksadana Syari’ah 263
Tanggung Gugat 180, 183, 187
Relaas 191, 192
Tata Usaha Negara 177, 287
Religio-magis 289 Teknologi Informasi 195, 238
na

Renteng 180, 184, 193 The Dutch Civil Code 296


Republik Rakyat China 247 Transnasional 304, 311
Resistensi 287, 288 Transparansi 175, 176, 178, 184, 186
Restatement of Interna onal Contract Law 302 TRIP’s 250
Roscue Pound 249 TRIP’s Agreement 245
Jur

Rudhi Prasetya 182 Trust the People Rather Paper 285


Rule Based Regional Organiza on 298
Rules and Standards 304
Rules on Contracts 303
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

U W
Ul mumremidium 293 W.Friedman 249

HN
Ultra Vires 183 W.R. Cornish 245
Undang-Undang Hak Cipta 239, 241, 248 Wakalah 260, 269
Uni Eropa 304 Wali Amanat 264
UNIDROIT 295, 297, 300, 305 Wanprestasi 183, 211, 213, 214
Universal 237, 245, 247, 254,300 Win-Win Solu on 277, 286
Universal Declara on of Human Rights 247

BP
WIPO 244, 246, 255
UPICCs 295, 300, 302, 305 Wirjono Prodjodikoro 309
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 248, WTO 250, 231, 254, 296
259, 264, 265
UUJN 196
Y

ing
Yuridis Norma f 188, 239, 280
V Yayasan 175, 176, 179, 182, 185, 186
Value Consciousness 286, 289, 290
Van der Grinten 190, 197
Varietas Tanaman Baru 245
Visual 289 ind
Volksgeist 288, 290
V
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

HN
BP
ing
V ind
”Halaman ini dikosongkan”
hts
ec
lR
na
Jur
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

PETUNJUK PENULISAN NASKAH

HN
JURNAL RECHTSVINDING

Jurnal RechtsVinding merupakan media caturwulanan di bidang hukum, terbit sebanyak 3 ( ga) nomor
dalam setahun (April; Agustus; dan Desember). Jurnal RechtsVinding diisi oleh para pakar hukum,

BP
akademisi, penyelenggara negara, prak si serta pemerha dan penggiat hukum. Redaksi Jurnal
RechtsVinding menerima naskah karya tulis ilmiah di bidang hukum yang belum pernah dipublikasikan
di media lain dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Redaksi menerima naskah karya tulis ilmiah bidang Hukum dari dalam dan luar lingkungan Pusat
Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional

ing
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
2. Jurnal RechtsVinding menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaksi. Dewan Redaksi dan
Mitra Bestari akan memeriksa naskah yang akan masuk dan berhak menolak naskah yang dianggap
dak memenuhi ketentuan.
ind
3. Naskah dikirim berbentuk Karya Tulis Ilmiah berupa:
a. Hasil Peneli an;
b. Kajian Teori;
c. Studi Kepustakaan; dan
d. Analisa / njauan putusan lembaga peradilan.
V
4. Judul naskah harus singkat dan mencerminkan isi tulisan serta dak memberikan peluang
penafsiran yang beraneka ragam, ditulis dengan huruf kapital dengan posisi tengah (centre) dan
hts

huruf tebal (bold). Judul ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Apabila naskah ditulis
dalam Bahasa Indonesia maka judul dalam Bahasa Indonesia ditulis di atas Bahasa Inggris, begitu
juga sebaliknya. Judul kedua ditulis miring (italic) dan di dalam kurung.
5. Abstrak memuat latar belakang, permasalahan, metode peneli an, kesimpulan dan saran. Abstrak
ditulis dalam Bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan Bahasa Inggris (maksimal 150 kata).
ec

Abstrak ditulis dengan huruf cetak miring (italic) dalam 1 (satu) alinea dengan spasi 1 (satu) dan
bentuk lurus margin kanan dan kiri / jus fy. Hindari pengunaan singkatan dalam abstrak. Di bawah
abstrak dicantumkan minimal 3 ( ga) dan maksimal 5 (lima) kata kunci, ditulis dengan huruf cetak
miring (italic). Abstract dalam Bahasa Inggris maka diiku kata kunci (Keywords) dalam Bahasa
lR

Inggris. Abstrak dalam Bahasa Indonesia maka diiku kata kunci dalam Bahasa Indonesia.
6. Sistema ka Penulisan:
Sistema ka penulisan harus memenuhi dan secara berurutan mencakup:
na

- Judul;
- Nama Penulis (dike k di bawah judul ditulis lengkap tanpa menyebutkan gelar. Jika penulis
terdiri lebih dari satu orang maka harus ditambahkan kata penghubung ’dan’ (bukan
lambang ’&’);
Jur

- Nama Instansi Penulis;


- Abstrak;
- Kata Kunci;
- Pendahuluan (berisi latar belakang);
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

- Permasalahan;
- Metode Peneli an (berisi cara pengumpulan data, metode analisis data, serta waktu dan

HN
tempat jika diperlukan);
- Pembahasan;
- Penutup (berisi kesimpulan dan saran).
7. Aturan Teknis Penulisan:

BP
a. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, diserahkan dalam bentuk file
elektronik (so copy) dalam program MS Office Word serta 2 (dua) rangkap dalam bentuk
cetakan (print out).
b. Jumlah halaman naskah 20 s.d. 25 halaman, termasuk abstrak, gambar, tabel dan da ar pustaka.
Bila lebih dari 25 halaman, redaksi berhak untuk menyun ng ulang, dan apabila dianggap perlu

ing
akan berkonsultasi dengan penulis.
c. Ditulis dengan menggunakan MS Office Word pada kertas ukuran A4 (210 mm x 297 mm),
font Calibri ukuran 12, spasi 1,5 (satu koma lima), kecuali tabel (spasi 1,0). Batas / margin atas,
batas bawah, tepi kiri dan tepi kanan 3 cm.
d. Penyebutan is lah di luar Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris harus ditulis dengan huruf
cetak miring (italic).
ind
e. Penyajian Tabel dan Gambar:
- Judul tabel ditampilkan di bagian atas tabel, rata kiri (bukan center), ditulis menggunakan
font Calibri ukuran 12;
- Judul gambar ditampilkan di bagian bawah tabel, rata kiri (bukan center), ditulis menggunakan
V
font Calibri ukuran 12;
- Tulisan ‘Tabel’ / ‘Gambar’ dan ‘nomor’ ditulis tebal (bold), sedangkan judul tabel ditulis
hts

normal;
- Gunakan angka Arab (1, 2, 3, dst.) untuk penomoran judul tabel / gambar;
- Tabel ditampilkan rata kiri halaman (bukan center);
- Jenis dan ukuran font untuk isi tabel bisa disesuaikan menurut kebutuhan (Times New
Roman atau Arial Narrow ukuran 8—11) dengan jarak spasi tunggal);
ec

- Pencantuman sumber atau keterangan diletakkan di bawah tabel, rata kiri, menggunakan
font Calibri ukuran 10.
f. Penulisan ku pan menggunakan model catatan kaki (foot note). Penulisan model catatan
lR

kaki menggunakan font Cambria 10. Penulisan model catatan kaki dengan tata cara penulisan
sebagai berikut:
- Buku (1 orang penulis): Wendy Doniger, Spli ng the Difference (Chicago: University of
Chicago Press, 1999), hlm. 65.
na

- Buku (2 orang penulis): Guy Cowlishaw and Robin Dunbar, Primate Conserva on Biology
(Chicago: University of Chicago Press, 2000), hlm. 104–7.
- Buku (4 orang atau lebih penulis): Edward O. Laumann et al., The Social Organiza on of
Sexuality: Sexual Prac ces in the United States (Chicago: University of Chicago Press, 1994),
Jur

hlm. 262.
- Ar kel dalam Jurnal: John Maynard Smith, “The Origin of Altruism,” Nature 393 (1998):
639.
- Ar kel dalam jurnal on-line: Mark A. Hlatky et al., “Quality-of-Life and Depressive Symptoms
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

in Postmenopausal Women a er Receiving Hormone Therapy: Results from the Heart and

HN
Estrogen/Proges n Replacement Study (HERS) Trial,” Journal of the American Medical
Associa on 287, no. 5 (2002), h p://jama.ama-ssn.org/issues/v287n5/rfull/joc10108.
html#aainfo (diakses 7 Januari 2004).
- Tulisan dalam seminar : Brian Doyle, “Howling Like Dogs: Metaphorical Language in Psalm
59” (makalah disampaikan pada the Annual Interna onal Mee ng for the Society of Biblical

BP
Literature, Berlin, Germany, 19-22 Juni 2002).
- Website / internet : Evanston Public Library Board of Trustees, “Evanston Public Library
Strategic Plan, 2000–2010: A Decade of Outreach,” Evanston Public Library, h p://www.
epl.org/library/strategic-plan-00.html (diakses 1 Juni 2005).
g. Penulisan Da ar Pustaka:

ing
- Bahan referensi yang dijadikan bahan rujukan hendaknya menggunakan edisi paling
muktahir;
- Penulisan da ar pustaka diklasifikasikan berdasarkan jenis acuan yang digunakan, misal
Buku; Makalah / Ar kel / Prosiding / Hasil Peneli an; Internet dan Peraturan;
- Penulisan da ar pustaka disusun berdasarkan alphabet;
ind
- Penggunaan referensi dari internet hendaknya menggunakan situs resmi yang dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya.
- Penulisan model Da ar Pustaka dengan tata cara penulisan sebagai berikut:
• Buku (1 orang penulis): Doniger, Wendy, Spli ng the Difference (Chicago: University of
Chicago Press, 1999).
V
• Buku (2 orang penulis): Cowlishaw, Guy and Robin Dunbar, Primate Conserva on Biology
(Chicago: University of Chicago Press, 2000).
hts

• Buku (4 orang atau lebih penulis): Laumann, Edward O. et al., The Social Organiza on
of Sexuality: Sexual Prac ces in the United States (Chicago: University of Chicago Press,
1994).
• Ar kel dalam Jurnal: Smith, John Maynard, “The Origin of Altruism,” Nature 393 (1998).
ec

• Ar kel dalam jurnal on-line: Hlatky, Mark A. et al., “Quality-of-Life and Depressive
Symptoms in Postmenopausal Women a er Receiving Hormone Therapy: Results from the
Heart and Estrogen/Proges n Replacement Study (HERS) Trial,” Journal of the American
Medical Associa on 287, no. 5 (2002), h p://jama.ama-ssn.org/issues/v287n5/rfull/
lR

joc10108.html#aainfo (diakses 7 Januari 2004).


• Tulisan dalam seminar : Brian Doyle, “Howling Like Dogs: Metaphorical Language in
Psalm 59” (makalah disampaikan pada the annual interna onal mee ng for the Society
of Biblical Literature, Berlin, Germany, 19-22 Juni 2002).
na

• Website / internet : Evanston Public Library Board of Trustees, “Evanston Public Library
Strategic Plan, 2000–2010: A Decade of Outreach,” Evanston Public Library, h p://
www.epl.org/library/strategic-plan-00.html (diakses 1 Juni 2005).
Jur

8. Naskah dikirimkan dalam bentuk file elektronik (so copy) dan cetakan (hardcopy) yang dilampiri
dengan biodata singkat (CV) penulis, alamat e-mail, nomor telepon, naskah dapat dikirim melalui:
jurnal_rechtsvinding@bphn.go.id; jurnalrechtsvinding@yahoo.co.id dan jurnalrechtsvinding@
gmail.com.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

9. Naskah dapat dikirimkan atau diserahkan secara langsung kepada:

HN
Redaksi Jurnal RechtsVinding
Pusat Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Mayjen Sutoyo No. 10 Cililitan Jakarta,
Telp.: 021-8091908 ext.105; Fax.: 021-8002265.

BP
10. Naskah yang belum memenuhi format dan ketentuan di atas dak akan diseleksi. Dewan Redaksi
berhak menyeleksi dan mengedit ar kel yang masuk tanpa mengubah substansi. Kepas an atau
penolakan naskah akan diberitahukan kepada penulis. Prioritas pemuatan ar kel didasarkan pada
penilaian substansi dan urutan naskah yang masuk ke Dewan Redaksi Jurnal RechtsVinding.

ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur
Jur
na
lR
ec
hts
Vind
ing
BP
HN

Anda mungkin juga menyukai