PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang
berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2013:257).
Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2012:571).
Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium
dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 2011:90).
Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut
atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli, staphylococcus aureus, atau
streptococcus pyogenes (Tucker, 2015:429).
Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang
mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 2010:1200).
Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (2014:463-464) yaitu :
B. ETIOLOGI/PENYEBAB
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus
aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran
darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan
pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis
akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang
tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan
demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik
adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada
jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat
menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri,
maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
C. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan
Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram
negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan
terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk
daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C,
2002).
PATHWAY
reaksi i nflamasi
MK:Hipertermi
Drainase pus
D. KLASIFIKASI
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Osteomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
2. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian
tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian dapat
meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom (Overdoff,
2002:572).
2. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
4. Pemeriksaan feses
7. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi (Boughman,
2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3
bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi
antibiotik tambahan.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut.
Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan berat
badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya implant prosthetic,
selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di daerah cranium, dan
Kematian.
a. Komplikasi tahap Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
3) Atritis septik
a) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh
yang terkena
b) Fraktur patologis
c) Kontraktur sendi
d) Gangguan pertumbuhan
I.PENCEGAHAN
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial
terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan
apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi
akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes
melitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
· Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).
· Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus
osteomielitis biasanya akut)
j. Jantung
I : Biasanya ictus cordis terlihat
P : Biasanya ictus teraba
P : Biasanya terdapat bunyi pekak
A: Bisanya BJ1 dan BJ2 teratur, tidak ada murmur/tidak ada bunyi
tambahan
k. Abdomen
I : Biasanya abdomen klien simetris kiri dan kanan, tidak ada ancietas
A : Biasanya bising usus normal
P : Biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
P : Biasanya bunyi tymani
l. Genita urinaria : Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi dan tidak terpasang
khateter
m. Ekstremitas bawah : biasanya terjadi hambatan mobilisasi fisik, terjadi infeksi/merah
pada tulang kaki, terjadi pembengkakan, dan juga mengeluarkan pus beserta bau yang
khas, adanya keluhan nyeri tekan, dan terjadi gangguan pergerakan sendi kaki.
n. Neorologis : Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap ransangan
2) Pola kebiasaan sehari
a. Nutrisi
1. Makanan
Sehat: biasanya 3x1 sehari(porsi makanan selalu di habiskan)
Sakit:biasanya 3x1 sehari(porsi ¼ di habiskan)
2. Minuman
Sehat:biasanya 1-2 liter sehari
Sakit:biasanya lebih kurang 1 liter sehari
b. Istirahat dan tidur
Sehat: biasanya 8-9 jam sehari
Sakit:biasanya 5-6 jam sehari (gelisah,nyeri dan saat malam sering terbangun)
c. Aktifitas sehari hari dan perawatan diri
Sehat : biasanya mandi 2 x sehari,kebersihan oral baik.
Sakit : biasanya 1 x sehari (kesulitan berjalan dan beraktifitas)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi b.d Proses Penyakit d.d Kulit Terasa Hangat Dan Kulit Memerah
2. Nyeri Akut b.d Pencedera Fisiologis d.d Mengeluh Nyeri
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Faktor Mekanis d.d Kerusakan Jaringan Dan
Nyeri
4. Resiko Tinggi Infeksi d.d Ketidakadekuatkan Pertahanan Tubuh Primer
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No. SDKI SIKI SLKI
1. Hipertemi b.d
Proses Penyakit
d.d Kulit Terasa
Hangat Dan Kulit
Memerah
3. Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan b.d
Faktor Mekanis
d.d Kerusakan
Jaringan Dan
Nyeri
4. Resiko Tinggi ·
Infeksi d.d
Ketidakadekuatkan
Pertahanan Tubuh
Primer
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur pergerakan.
Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk
memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau
reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-
kadang disebabkan oleh jamur.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan mahasiswa perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di rawat.
Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan yang baik bagi
klien.
DAFTAR PUSTAKA