DISUSUN OLEH :
1. Miftahul Jannah
2. Nia Mediawati
3. Rohliana Safitri
4. Tsabitul Ismi
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyeslesaikan tugas makalah ini. Solawat beriring salam tak lupa pula
kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi untuki para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Mataram,15 September
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan
memberikan respons sebagai berikut.
Tamponade jantung
Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut
oleh karena virus, perikarditis pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan
hemoperikardium sebagai akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan
berbagai bentuk perikarditis akut.
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250
cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat dan 1000 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai kesempatan
untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tamponade bervariasi
tergantung dari tebalnya miokardium ventrikel dan kebalikan dengan tebal
perikardium parietal. Lebih sering terjadi adalah tamponade berlangsung lebih
perlahan dan gejala klinisnya menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea,
bendungan hati, dan hipertensi vena jugularis.
Inflamasi, tumor, invasi kuman ke Trauma pasca-infark pasca
pericardium, gagal ginjal, dan pembedahan jantung
sebagainya
Ruptur jantung, pembentukan
Perlengketan, kalsifikasi eksudat ke perikardium
Pengisian diastolik
Iskemia
miokardium Tekanan vena
Volume sekuncup
kebutuhan prognosis
Sesak nafas Kelemahan fisik penyakit
HCL,
mual,
Gangguan Gangguan Kecemasan
muntah
pertukaran pemenuhan koping individu
Pemenuhan
gas pola kebutuhan-sehari tidak efektif
nutrisi
nafas tidak hari
kurang dari
efektif
kebutuhan
2.1.4 Konsep Asuhan Keperawatan
2.1.4.1 Pengkajian
Keluhan utama
Keluhan utama pada perikarditis adalah nyeri dada, pada efusi perikardium adalah
cepat lelah dalam beraktivitas.
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub, dan
abnormalitas EKG yang khas. Manifestasi utama dari perikarditis akut adalah rasa
nyeri substernal atau parasternal, kadang kadang menjalar ke bahu. Nyeri ini menjadi
lebih ringan bila klien duduk. Karakteristik nyeri perikarditis berkurang dengan
duduk tegak setelah membungkuk kedepan. Rasa nyeri adalah suatu gejala yang
penting tapi bukan merupakan suatu gejala yang invariabel pada berbagai macam
perikarditis akut. Rasa nyeri biasanya terdapat pada banyak jenis-jenis
perikarditisakut yang diduga berhubungan dengan hipersensitivitas atau autoimunitas.
Rasa nyeri biasanya tidak ditemukan pada perikarditis yang disebabkan oleh
uremia, neoplasma, pascapenyinaran, TBC, yang semua ini berlangsung perlahan-
lahan. Rasa nyeri perikarditis biasanya kuat. Nyeri ini khas berlokasi ditengah tengah
dada, menusuk kebelakang sampai ke pinggiran trapezius.
Pengkajian apakah klien pernah menderita gagal ginjal, tumor mediastinum, dan
pernahkah mengalami infark miokardium sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diagnostik
Foto rotgen toraks bisa normal bila efusi perikardium hanya sedikit tetapi dapat
tampak bayangan jantung membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru
normal dan adanya efusi perikardium yang banyak
Lokasi pungsi perikardium disudut antara prosesus xifoideuss dengan arkus iga
kiri. Titik ini paling aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi
kemungkinan penyebaran infeksi keparu atau perikarditis purulen. Hal ini juga
menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi perikardium umumnya
berada dibawah sehingga cairan yang sedikitpun dapat diperoleh dari sini.
Tujuan: dalam waktu 3X24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang dan bebas gejala gagal jantung (parameter hemodinamik dalam batas normal,
output urine adekuat)
Intervensi Rasional
Kaji dan lapor penurunan curah jantung Kejadian mortaliy dan mortabity
sehubungan dengan Ml yang lebih dari
24 jam pertama
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
diperlihatkan dengan tanda menurunnya
nadi radial, popliteal, dorsalisis pedis,
dan post-tibial, nadi mungkin cepat
hilang atau tidak teratur untuk dipulsasi
(denyut kuat diserti denyut lemah)
mungkin ada.
Pantau output urine, catat jumah dan Ginjal berespons dengan penurunan
kepekatan/konsentrasi urine curah jantung dengan menahan cairan
dan natrium, output urine biasanya
menurun selama tiga hari karena
perpindahan cairan kejaringan tetapi
dapat meningkat pada malam hari
sehingga cairan berpindah kembali ke
sirkulasi bila klien tidur.
Observasi adanya nadi cepat, hipotensi, Manifestasi klinis pada tamponade
peningkatan distensi vena jugularis, jantung yng mungkin terjadi pada
perubahan suara jantung, penurunan perikarditis ketika akumulasi cairan
tingkat kesadaran. eksudat pada rongga perikardial
megurangi pegisian jantung dan curah
jantung.
Kaji perubahan sensorik, contoh letargi, Penurunan curah jantung dapat
cemas, dan depresi. mengakibatkan tidak efektifnya perfusi
serebral
Berikan istirahat psikologi dengan Stres emosi menimbulkan vasokonstriksi
lingkungan tenang. yang terkait sert meningkatkan tekanan
darah, frekuensi, dan kerja jantung
Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkan sediaan oksigen untuk
nasal/masker sesuai dengan indikasi. kebutuhn miokardium melawan efek
hipoksia/iskemia.
Tujuan: dalam waktu 3X 24 jam tidak ada keluhan dan terdpat penurunan
respons nyeri dada.
Kriteria evaluasi: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer, urine >600ml/hari.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien
intensitas, lamanya, dan penyebaran karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian. Lokasi nyeri pada bagian
perikarditis di substernal menjalar
keleher dan punggung. Tetapi brbeda
dengan nyeri iskemi miokardial/infark.
Nyeri tersebut akan bertambah saat
inspiras dalam, perubahan posisi, dan
berkurang pada saat duduk/bersandar ke
depan.
Tujuan: dalam 3X24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan
respons sesak nafas.
Kriteria evaluasi: secara subjktif klien menyatakan penurunan sesak nafas, secara
objektif diddapatkan tanda vital dalam batas normal (PR 16-20X/menit), tidak ada
penggunaan otot bantu nafas, analisa gas darah dalam batas normal
Intervensi Rasional
Berikan tambahan oksigen 6 lt/menit Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen
pada proses pertukaran oksigen
Pantau salturasi (oksimetri) pH, BE, Untuk mengetahui tingkat oksigenasi
HCO3 dengan analisa gas darah (AGD) pada jaringan sebagai dampk adekuat
arteri. tidaknya proses pertukaran zat
Koreksi keseimbangan asam-basa Mencegah asidosis yang dapat
memperberat fungsi bernafasan
Cegah atelektasis dengan melatih batuk Kongesti yang berat akan memperburuk
efektif ddan nafas dalam proses pertukaran gas sehingga
berdampak timbulnya hipoksia
Kolaborasi: Meningkatkan kontraktilitas otot jantung
sehingga dapat mengurangi timbulnya
- RL 500 cc/24 jam
edema shingga dapat mencegah
- Digoxin 1-0-0
gangguan pertukaran gas.
Risiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan
paru tidak optimal.
Tujuan: dalam waktu 3X24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria evaluasi: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal (16-0X/menit),
respon batuk berkurang.
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi nafas (krakles) Indikasi edema paru, sekunder akibat
dekompensasi jantung
Kaji adanya edema Waspadai adanya gagal kongestif dan
kelebihan volume cairan
Ukur intake dan output cairan Penurunan curah jantung, akibat tidak
efektifnya pertusi ginjal, retensi
cairan/natrium, dan penurunan output
cairan
Timbang berat badan Penurunan tiba-tiba berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 Memenuhi kebutuhan cairan orang
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular dewasa, tetapi memerlukan pembatasan
dengan adanya dekompensasi jantung
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, dan Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan TD selama dan sesudah mengindikasi penurunan oksigen
aktivitas.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan Menurunkan kerja miokardium dan
brikn aktivitas senggang yang tidak berat konsumsi oksigen miokardium
Anjurkan menghindari peningkatan Mengejan mengakibatkan kontraksi otot
tekanan abdomen misalnya mengejan dan vasokostriksi yang dapat
saat defekasi meningkatkan preload, tahanan vaskular
sistemis, ddan beban jantung.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan kontrol
tingkat aktivitas jantung, meningkatkan regangan, dan
mencegah aktivitas berlebihan
Mempertahankan klien tirah baring Untuk mengurangi beban kerja jatung
sementara sakit akut
2.1.4.4 Implementasi keperawatan
d.
manajemen
lingkungan:
lingkungan
tenang dan
batasi
pengunjung
e.
mengajarkan
teknik
relaksasi
pernafasan
dalam
f.
mengajarkan
teknik
distraksi
pada nyeri
g.
melakukan
mamajemen
sentuhan
2.2.1 Definisi
Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur
seperti aspergilus dan candida.Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung
langsung sel-sel miokardium yang menyebabkan reaksi radang. Hal ini dapat terjadi
pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinois, sel-sel radang yang ditemukan terutama
eosinophil.
2.2.2 Etiolgi
1) Infeksi bakteri: dipteria tuberculosis, thypoid, tetanus,
staphylococcus, pneumococcus, dan gonococcus.
2) Keracunan zat kimia: alcohol
3) Infeksi cacing: trichinosis
4) Hipersensitif reaksi imun: reumatik fever dan postcardiotomi
sindrom
5) Infeksi parasit: trypanosomiasis, toxoplasmosis
6) Terapi radiasi dosis besar
2.2.3 Patofisiologi
Proses mikoarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut) berlangsung kira-
kira 1 minggu (pada tikus) dimana terjad invasi virus ke miokardium, replikasi virus
dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan
atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system imun
akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokardium,
akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung
beberap aminggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dan yang
minimal sampai yang berat.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses
berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya.
1) Kardiomiopati
2) Payah jantung kongresif
3) Efusi pericardial
4) AV block total
5) Trobi kardiak
6) Gagal jantung
2.2.6 Penatalaksaan
1) Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang
mendasar (penisilin untuk streptokokus hemolitikus)
2) Pasien dibaringkan ditempat tidur untuk mengurangi beban
jantung. Bernaring juga dapat membantu mengurangi
kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis.
3) Fungsi jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
4) Bila terjadi gagal jantung kongestiv harus diberikan obat
untuk memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan
kekuatan kontraksi.
1) Pengkajian Fokus
Manifestasi klinis miokarditis sangat bervariasi dari
yang tanpa keluhan sampai bentuk berat berupa payah jantung
kongestif yang fatal. Pada miokarditis viral, variasi keadaan
ini diduga suhungan dengan kerentanan secara genetic yang
berbeda pada tiep klien.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin
didapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak napas, dan rasa
tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
pericarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang
menyerupai angina pectoris. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan
kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan
nadi yang kecil atau dengan gangguan pulasasi.
Jantung biasanya membesar, terutama bila sudah terjadi
jantung kongestif atau dalam keadaan kardiomiapati kongestif/
dilatasi. Tekanan vena jugularis meningkat dan pada
auskultasi didapatkan bunyi jantung pertama yang melemah,
kadang-kadang ditemukan aritmia da irama derap ventikular
atau atrial serta sistolik diapeks.
Manifesstasi klinis miokarditis jarang didapat pada saat
puncak-penyakit infeksi karena akan tertutup oleh manifestasi
sistematis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase
pemulihan. Sebaliknya pada infeksi virus sebagian besar
perjalannya insidious hingga sering terlewatkan. Bentuk
umumnya sembuh dengan sendirinya, tetpai sebagian berlanjut
menjadi bentuk kardiomiopati da nada juga yang menjadi
penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung
yang secara structural dianggap normal.
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Nyeri dada yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
ke miokardium.
b) Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang
berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal.
c) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan
anoreksia.
d) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium
dengan kebutuhan.
e) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan
kematian, penurunan status kesehatan, situasi kritis,
ancaman, atau perubahan kesehatan.
3) Intervensi
1) Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon
nyeri dada.
Kriteria Hasil :
a) Klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada
b) TTV dalam batas normal
c) Wajah rileks
d) Tidak terjadi penurunan fungsi perifer
e) Urine >600 ml/hari
Intervensi Rasional
2) Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria hasil :
a) Klien menyatakan tidak sesak napas
b) RR dalam batas normal 16-20 kali/menit
c) Respon untuk batuk berkurang
Intervensi Rasionalisasi
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, serta Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan tekanan darah selama mengindikasi penurunan oksigen
dan sesudah aktivitas miokard.
Intervensi Rasional
2..3.1 Definisi
Endocarditis infeksius yang sering terjadi pada lanjut usia (lansia) mungkin
akibat menurunnya respon imunologis terhadap infeksi , perubahan metabolisme
akibat penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostic invasive, khususnya pada
penyakit genitourinaria.
2.3.2 Etiologi
a. Luka di mulut. Terdapat luka pada rongga mulut ketika menggosok gigi
terlalu kencang, prosedur perawatan gigi, atau tergigit saat mengunyah
makanan, bisa menyebabkan bakteri masuk ke aliran darah, terutama bila
kebersihaan gigi dan gusi tidak terjaga.
b. Organ lain yang terinfeksi. Bakteri dapat masuk ke aliran darah dan jantung,
dari bagian tubuh yang terinfeksi, misalnya akibat luka terbuka di kulit,
infeksi menular seksual, atau infeksi di saluran pencernaan.
c. Kateter urine. Bakteri bisa masuk ke aliran darah melalui kateter, terutama
kateter yang dipasang dalam waktu yang lama.
d. Jarum suntik. Jarum yang terkontaminasi dapat menjadi media masuknya
bakteri ke aliran darah, baik itu melalui tato, tindik, atau penggunaan NAPZA
suntik.
2.3.3 Patofisiologi
2.3.5 Komplikasi
a. Gangguan pada jantung, seperti bising jantung, kerusakan katup jantung, dan
gagal jantung.
b. Terbentuknya abses (kumpulan nanah) di jantung, otak, dan paru-paru.
c. Stroke.
d. Kejang.
e. Emboli paru.
f. Kerusakan ginjal.
g. Splenomegali atau pembesaran limpa.
2.3.6 Penatalaksanaan
Bedah dilakukan pada infeksi endocarditis yang sudah berlangsung lama, atau
pada endocarditis yang disebabkan oleh infeksi jamur. Prosedur bedah dilakukan
untuk membuang jaringan yang mati, penumpukan cairan, serta jaringan parut dari
area yang terinfeksi.
1) Pengkajian
Keluhan utama :
Pada fase awal keluhan biasanya sesak nafas dan nyeri tenggorokan.
Sesuai progresitivitas penyakit endocarditis yang menggangu katup
jantung, keluhan sesak nafas dan kelemahan menjadi alasan klien
untuk meminta pertolongan kesehatan.
Riwayat penyakit saat ini :
Pengkajian riwayat kesehatan saat ini meliputi
Apakah terdapat masalah penurunan respons imunologis
terhadap infeksi seperti pada klien dengna HIV/AIDS
Apakah klien mengalami perubahan metabolism akibat
penurunan
Apakah klien pernah dapat prosedur diagnostic invasive secraa
intravena
Apakah klien mendapat pengobatan yang bersifat
imunosupresif
Apakah klien pernah mendapat pengobatan antibiotic jangka
panjang
Riwayat keluarga :
Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta
bila ada anggota kelurga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
2) Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya klien
terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini terjadi
akibat pengeluran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan kahir diastolic dari ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis.
B2 (Blood )
Inspeksi :
Inspeksi dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri
biasanya nyeri biasanya berada didaerah substernal atau nyeri diatas
pericardium. Penyebaran dapat meluas didada dank lien sering
mrngalami ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Palpasi :
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi 38,9-40 derajat celcius
disertai menggigil.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume skuncup. Gejala sistemis
yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan
murmur pada seseorang yng menderita infeksi sistemis, maka harus dicurigai adanya
infeksi ednokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai dengan
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya keruakan katup akibat
fegetasi atau perforasi katup atau chordae tendinae. Pembesaran jangung atau
adanyabukti (tanda dan gejala) gagal jantung kongesif juga bisa terjadi.
B3 (Brain)
B4 (Bledder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark miokardium akut (IMA) karena
meupakan tanda awal syok kardiogenik.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, erat badan turun.
Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih sering pada
anak).
B6 (Bone)
1) Diagnosis keperawatan
a. Aktual/resiko yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke area
miokardium akibat seunder dari penurunan perfusi.
b. Aktual/ resiko tinggi tidak efektif perfusi jaringan perifer yang
berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup
pada endokarditis.
c. Aktual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
d. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi krisis, ancaman atau perubahan kesehatan.
e. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambara diri yang salah, perubahan peran.
f. Kurangnya pengetahuan(mengenai kondisi atau tindakan) yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara
pencegahan terjadinya komplikasi.
2) Intervensi keperawatan
Tujuan intervensu keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi
masalah kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal,
dan mengurangi dampak kekambuhan dari endokarditis rematik sehingga
komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat dikurangi. Intervensi
keperawatan pada fase akut yang dilakukan perawat meliputi :
Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan supali darah ke area
miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
Tujuan : dalam waktu 3X24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada.
Kriteria evaluasi : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri
dada, secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks,
tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine >600 ml/hari.
Intervensi rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku
intensitas, lamanya dan penyebaran klien karena nyeri terjadi sebagai
nyeri. temuan pengkajian
Lakukan manajemen nyeri Istirahat akan menuunkan kebutuhan
keperawatan: miokardium dan akan meningkatkan
1. Istirahatkan klien suplai darah dan oksigen ke jaringan
nyeri.
2. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang dan batasi menurunkan stimulus nyeri
pengunjung. eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan.
3. Ajarkan teknik relaksasi napas Meningkatkna suplai oksigen
dalam sehingga akan menurunkan nyeri
akibat sekuder dari iskemia jaringan
otak.
4. Ajarkan teknik distraksi pada Ditraksi (pengalihan perhatian)
saat nyeri dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
5. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan persepsi nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi Oat-oabt antinyeri akan memblok
farmakologi antinyeri (antiangina) stimulus nyeri supaya tidak
dipersepsikan oleh korteks selebri
Intervensi Rasional
Mandri : Untuk bertanggung jawab
kepada kesehatannya, klien
Jelaskan efek emosi pada
membutuhkan pengertian
jantung secara individual.
tentang penyebab khusus,
Berikan penjelasan mengenai
tindakan dan efek jangka
gejala-gejala komplikasi dan
panjang yang mungkin terjadi
tanda-tanda yang harus segera pada kondisi inflamasi, baik
dilaporkan pada petugas tanda dan gejala atau
kesehatan seperti demam, komplikasi.
peningkatan nyeri dada yang
luar biasa, bertambahnya
keterbatasan beraktivitas.
Beritahukan klien/orang Informasi dibutuhkan untuk
terdekat mengenai dosis, meningktkan kemampuan
aturan, dan efek pengobatan, perawatan diri, untuk
diet yang dianjurkan, menambah kejelasan efektivitas
pembatasan aktivitas yang dapat pengobatan dan mencegah
dilakukan. komplikasi
Jelaskan tentang pentingnya Pemberian
pengobatan antibiotic/antimikroba yang
antibiotic/antimikroba jangka lama baik selama dirumah sakit
panjang maupun dirumah dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil kultur
darah yang negative sebagai
indikasi sembuhnya/hilangnya
infeksi.
Diskusikan mengenai Klien dengan riwayat demam
profilaksis penggunaan rematik merupakan resiko tinggi
antibiotik dan menumbuhkan profilaksis
antibitik jangka panjang. Klien
dengan masalah-masalah katup
tanpa riwayat demam rematik
membutuhkan antibiotic jangka
pendek sebagai proteksi
terhadap tin dakan-tindakan
yang dapat menyebabkan
transitnya bakteri seperti pada
gigi, tonsilektomi, pembedahan
atau biopsy pada mukosa
saluran pernafasan, bronkoskopi
insisi, atau drainanse infeksi
jaringan dan tindakan urologi
atau gastrointestinal dan
kelahiran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran