Anda di halaman 1dari 52

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

PERIKARDITIS, MIOKARDITIS, & ENDOKARDITIS

DISUSUN OLEH :

1. Miftahul Jannah
2. Nia Mediawati
3. Rohliana Safitri
4. Tsabitul Ismi

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyeslesaikan tugas makalah ini. Solawat beriring salam tak lupa pula
kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat


bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi untuki para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Mataram,15 September
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................

2.1 Perikarditis .................................................................................


2.2 Miokarditis .................................................................................
2.3 Endokarditis ...............................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................


3.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah,


dalam hal ini adalah jantung dan urat-urat darah. Jika orang mendengar tentang
penyakit jantung, kebanyakan orang akan berpikir orang tersebut sakit jantung.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang tentunya masih membutuhkan


banyak ilmu tentang penyakit yang menyerang jantung khususnya gangguan-
gangguan yang berhubungan dengan infeksi sistem kardiovaskuler.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada infeksi kardiovaskuler perikarditis?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada infeksi kardiovaskuler miokarditis?

3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada infeksi kardiovaskuler endokarditis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada infeksi kardiovaskuler


perikarditis.

2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada infeksi kardiovaskuler


miokarditis.

3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada infeksi kardiovaskuler


endokarditis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Perikarditis

2.1.1 Definisi Perikarditis

Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, pericardium viseral, atau


keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, perikarditis subakut, dan
perikarditis kronis. Perikarditis subakut atau perikarditis kronis mempunyai etiologi,
manifestasi klinis, pendekatan diagnostik, dan penatalaksanaan yang sama.

2.1.2 Etiologi

Klasifikasi perikarditis baik secara klinis maupun etiologis sangat berguna


karena kelainan ini merupakan penyebab proses sakit paling umum yang mengenai
perikardium dijelaskan pada tabel dibawah ini

Klasifikasi Klinis Klasifikasi Etiologis


Perikarditis Fibrinosa Perikarditis Virus, pirogenik, tuberkolosis,
akut (kurang infeksiosa infeksi lain (sifilis, parasit).
6 minggu)
Perikarditis Konstriktif Perikarditis Infark miokardium akut, uremia,
subakut Efusi non-infeksiosa neoplasia: tumor primer dan tumor
konstriktif metastasis, miksedema, kolesterol,
kiloperikardium, trauma: luka
tembus dinding dada, aneurisma
aorta (dengan kebocoran kedalam
kantong perikardium), pascaradiasi,
cacat sekat atrium, anemia kronis
berat, perikarditis familial:
mulberry aneurysm, idiopatik akut.

Perikarditis Demam rematik, penyakit vaskular


berhubungan kolagen: SLE, reumatik arthritis,
dengan skleroderma, akibat obat:
hipersensitivitas prokalnamid, hidralazin, pasca-
atau autoimun cedera kardiak.
Perikarditis merupakan penyakit inflamasi pada pericardium, kantung membran
yang membungkus jantung. Biasa merupakan penyakit primer atau dapat terjadi
sesuai perjalanan berbagai penyakit medical dan bedah.

2.1.3 Patofisiologi

Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan
memberikan respons sebagai berikut.

1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong


perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein,, termasuk
fibrinogen atau fibrin, didalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan pemindahan leukositterutama pada perikarditis purulenta.
4. Pendarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan
parut dan pelengketan yang disertai klasifikasi lapisan pericardium viseral
maupun parietal yang menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila
cukup berat akan menghambat pengembangan volume jantung pada fase
diastolik.
Pada kondisi lain terakumulasinya cairan pada pericardium yang sekresinya
melebihi absorpsi yang menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan
cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi
serius terhadap masuknya darah kekedua bilik jantung bisa menimbulkan
tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium dan
restriksi progresif pengisian ventrikel.

Tamponade jantung

Penyebab tamponade paling sering adalah pendarahan kedalam rongga


pericardium setelah suatu operasi jantung atau trauma, termasuk yang diakibatkan
oleh perforasi selama prosedur diagnostic: TBC dan tumor, yang kebanyakan adalah
karsinoma paru dan payudara, serta limfoma.

Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut
oleh karena virus, perikarditis pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan
hemoperikardium sebagai akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan
berbagai bentuk perikarditis akut.

Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250
cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat dan 1000 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai kesempatan
untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tamponade bervariasi
tergantung dari tebalnya miokardium ventrikel dan kebalikan dengan tebal
perikardium parietal. Lebih sering terjadi adalah tamponade berlangsung lebih
perlahan dan gejala klinisnya menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea,
bendungan hati, dan hipertensi vena jugularis.
Inflamasi, tumor, invasi kuman ke Trauma pasca-infark pasca
pericardium, gagal ginjal, dan pembedahan jantung
sebagainya
Ruptur jantung, pembentukan
Perlengketan, kalsifikasi eksudat ke perikardium

Perikarditis konstriktif Efusi perikardium

Pergerakan fase diastolik dan Tamponade jantung


sistolik menurun

Nyeri dada Tekanan ventrikel

Pengisian diastolik
Iskemia
miokardium Tekanan vena
Volume sekuncup

Aliran darah Peningkatan


Curah jantung
koroner tekanan vena
jugularis
Perfusi jaringan asistes
edema

Kongesti Aliran darah tidak

pulmonalis Pemenuhan adekuat ke sistemik Kondisi dan

kebutuhan prognosis
Sesak nafas Kelemahan fisik penyakit
HCL,
mual,
Gangguan Gangguan Kecemasan
muntah
pertukaran pemenuhan koping individu
Pemenuhan
gas pola kebutuhan-sehari tidak efektif
nutrisi
nafas tidak hari
kurang dari
efektif
kebutuhan
2.1.4 Konsep Asuhan Keperawatan

2.1.4.1 Pengkajian

Keluhan utama

Keluhan utama pada perikarditis adalah nyeri dada, pada efusi perikardium adalah
cepat lelah dalam beraktivitas.

Riwayat penyakit saat ini

Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub, dan
abnormalitas EKG yang khas. Manifestasi utama dari perikarditis akut adalah rasa
nyeri substernal atau parasternal, kadang kadang menjalar ke bahu. Nyeri ini menjadi
lebih ringan bila klien duduk. Karakteristik nyeri perikarditis berkurang dengan
duduk tegak setelah membungkuk kedepan. Rasa nyeri adalah suatu gejala yang
penting tapi bukan merupakan suatu gejala yang invariabel pada berbagai macam
perikarditis akut. Rasa nyeri biasanya terdapat pada banyak jenis-jenis
perikarditisakut yang diduga berhubungan dengan hipersensitivitas atau autoimunitas.

Rasa nyeri biasanya tidak ditemukan pada perikarditis yang disebabkan oleh
uremia, neoplasma, pascapenyinaran, TBC, yang semua ini berlangsung perlahan-
lahan. Rasa nyeri perikarditis biasanya kuat. Nyeri ini khas berlokasi ditengah tengah
dada, menusuk kebelakang sampai ke pinggiran trapezius.

Selain pengkajian nyeri, pengkajian predisposisi penyebab perikarditis perlu


dikaji seperti riwayat pembedahan jantung, riwayat trauma tembus dada.

Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian apakah klien pernah menderita gagal ginjal, tumor mediastinum, dan
pernahkah mengalami infark miokardium sebelumnya.
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik klien dengan perikarditis ditemukan pericardial friction rub


dan pembesaran jantung. Bunyi gesekan perikardium adalah gejala fisik yang begitu
penting dan dapat didengar sampai tiga komponen pada tiap siklus denyut jantung.
Kadang-kadang didengar lebih baik dengan menekan diafragma stetoskop lebih keras
kedinding dada.

Tanda-tanda tamponade jantung, tekanan vena meningkat, hepatomegali dan


edema kaki juga dapat ditemukan. Bunyi jangtung lemah, tapi dapat juga normal bila
efusi perikardium berada dibelakang. Manifestasi klinis efusi konstriktif berupa lelah
(fatique), dispnea d’effort, dan perasaan berat prekordial. Gejala meliputi peningkatan
tekanan vena, tekanan nadi normal atau sedikit, pulsus paradoksus. Foto rotgen toraks
meunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sedang EKG sama seperti
perikarditis konstriktif.

Pemeriksaan diagnostik

Foto rotgen toraks bisa normal bila efusi perikardium hanya sedikit tetapi dapat
tampak bayangan jantung membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru
normal dan adanya efusi perikardium yang banyak

Pada efusi perikardium gambaran rotgen toraks memperlihatkan suatu


konfigurasi bayangan jantung berbntuk bulir-bulir air, tapi dapat juga normal atau
hampir normal.

Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan


resiprokal, voltasi QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau
hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.

Pemerisaan ekokrdiografi M-Mode atau ua dimnsi sangat baik untuk memastikan


adanya adanya efusi perikardium dan memperkirakan banyaknya cairan perikardium.
Penatalaksanaan medis

Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis


idiopatik dapat diobati dengan menggunakan endometasin atau kortikosol. Bila efusi
perikardium kronis tetap menimbulkan gejala keluhan maka perlu dipertimbangkan
perikardiektomi.

Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat maka perikardiektomi


merupakan satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan tahanan pengisian
ventrikel pada fase diastolik.

Penatalaksanaan pada efusi perikardium yang masif adalah dengan melakukan


perikardisentesis kedalam kantong perikardium dengan tujuan agar proses drainase
dari aspirasi dapat adekuat (Rubin,1990).

Penatalaksanaan tampoade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin


dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat
untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya pmeriksaan seperti
ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung, harus dilaksanakan.
Tamponade jantung memerlukan aspirasi perikardium dengan jarum. Monitor EKG
memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih cermat karena dalam banyak hal
tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang menyatakan adanya penyakit
perikardium.

Tamponade jantung harus tercapai apabila terdapat perluasan daerah perkusi


redup didaerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih,
pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi, pengurangan amplitudo
QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-hal tersebut diawal.
Pada tamponade jantung pada tekanan yang rendah klien biasanya tanpa gejala
atau mengeluh sesak dan kelemahan badan yang ringan, dan dalam hal ini diagnosis
ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamik dan gejala klinis segera
membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

Perikardiosentesismerupakan tindakan aspirasi efusi perikardium atau pungsi


perikardium. Pungsi perikardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari
etiologi efusi sebagai penegakkan diagnosis dan tindakan invasif untuk pengobatan.

Lokasi pungsi perikardium disudut antara prosesus xifoideuss dengan arkus iga
kiri. Titik ini paling aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi
kemungkinan penyebaran infeksi keparu atau perikarditis purulen. Hal ini juga
menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi perikardium umumnya
berada dibawah sehingga cairan yang sedikitpun dapat diperoleh dari sini.

Peran perawat dengan pelaksanaan perikardiosentesis adalah mempersiakan klien


sebelum dan sesudah tindakan, dukungan psikologis, dan persiapan alat tindakan

2.1.4.2 Diagnosis keperawatan

1. Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan


penurunan kontraktiitas ventrikel kiri akibat sekunder penurunan kemampuan
dilatasi jantung, penurunan volume sekuncup.
2. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai
oksigen ke miokardium.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru akibat
sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli.
4. Risiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunanintake, mual, dan anoreksia.
6. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik.
7. Cemas yang berhubungan dengan dengan rasa takut pada kematian,
penurunan status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan keshatan.

2.1.4.3 Intervensi keperawatan

Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan


penurunan kontraktiitas ventrikel kiri akibat sekunder penurunan kemampuan dilatasi
jantung, penurunan volume sekuncup.

Tujuan: dalam waktu 3X24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang dan bebas gejala gagal jantung (parameter hemodinamik dalam batas normal,
output urine adekuat)

Kriteria evaluasi: klien melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam


aktivitas mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal (120/80
mmHg, nadi 80X/menit), tidak terjadi aritmia, denyut dan irama jantung teratur, CRT
kurang dari 3 detik, urine 30 ml/jam.

Intervensi Rasional
Kaji dan lapor penurunan curah jantung Kejadian mortaliy dan mortabity
sehubungan dengan Ml yang lebih dari
24 jam pertama
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
diperlihatkan dengan tanda menurunnya
nadi radial, popliteal, dorsalisis pedis,
dan post-tibial, nadi mungkin cepat
hilang atau tidak teratur untuk dipulsasi
(denyut kuat diserti denyut lemah)
mungkin ada.
Pantau output urine, catat jumah dan Ginjal berespons dengan penurunan
kepekatan/konsentrasi urine curah jantung dengan menahan cairan
dan natrium, output urine biasanya
menurun selama tiga hari karena
perpindahan cairan kejaringan tetapi
dapat meningkat pada malam hari
sehingga cairan berpindah kembali ke
sirkulasi bila klien tidur.
Observasi adanya nadi cepat, hipotensi, Manifestasi klinis pada tamponade
peningkatan distensi vena jugularis, jantung yng mungkin terjadi pada
perubahan suara jantung, penurunan perikarditis ketika akumulasi cairan
tingkat kesadaran. eksudat pada rongga perikardial
megurangi pegisian jantung dan curah
jantung.
Kaji perubahan sensorik, contoh letargi, Penurunan curah jantung dapat
cemas, dan depresi. mengakibatkan tidak efektifnya perfusi
serebral
Berikan istirahat psikologi dengan Stres emosi menimbulkan vasokonstriksi
lingkungan tenang. yang terkait sert meningkatkan tekanan
darah, frekuensi, dan kerja jantung
Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkan sediaan oksigen untuk
nasal/masker sesuai dengan indikasi. kebutuhn miokardium melawan efek
hipoksia/iskemia.

Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai


oksigen ke miokardium.

Tujuan: dalam waktu 3X 24 jam tidak ada keluhan dan terdpat penurunan
respons nyeri dada.
Kriteria evaluasi: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer, urine >600ml/hari.

Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien
intensitas, lamanya, dan penyebaran karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian. Lokasi nyeri pada bagian
perikarditis di substernal menjalar
keleher dan punggung. Tetapi brbeda
dengan nyeri iskemi miokardial/infark.
Nyeri tersebut akan bertambah saat
inspiras dalam, perubahan posisi, dan
berkurang pada saat duduk/bersandar ke
depan.

Catatan: nyeri dadaini ada atau tidak


adanya pada endokarditis/miokarditis
bergantung pada adanya iskemi.
Anjurkan kpada klien untuk melaporkan Nyeri berat dapat menyebabkan syok
nyeri dengan segera kardiogenik yang berdampak pada
kematian mendadak.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan:

1. Atur posisi fisiologis 1. Posisi fisiologis akan


2. Istirahatkan klien meningkatkan suplai oksigen ke
3. Berikan oksigen tambahan jaringan yang mengalami iskemia.
dengan kanula nasal atau masker 2. Istirahat akan menurunkan
sesuai dengan indikasi kebutuhan oksigen jaringan
4. Manajemn lingkungan: perifer sehingga akan menurunan
lingkungan tenang dan batasi kebutuhanmiokardium dan akan
pengunjung meningkatkan suplai darah dan
5. Ajarkan teknik relaksasi oksigen untuk menurunkan
pernapasan dalam iskemia.
6. Ajarkan teknik distraksi pada saat 3. Meningkatkan jumlah oksigen
nyeri yang ada untuk pemakaian
7. Lakukan manajemen setuhan miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan
akibat sekunder dan iskemi.
4. Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan.
5. Meningkatkan suplai oksigen
sehingga menurunkan nyeri
akibat sekunder dari iskemia
jaringan otak.
6. Distraksi (pengalihan perhatian)
dapat menimbulkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi ndorfin dan
enkefalin yng dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
7. Berupa dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan
nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis meningkatkan
suplai darah dan oksigen ke area
dan menurunkan sensasi nyeri.

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru akibat


sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli.

Tujuan: dalam 3X24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan
respons sesak nafas.

Kriteria evaluasi: secara subjktif klien menyatakan penurunan sesak nafas, secara
objektif diddapatkan tanda vital dalam batas normal (PR 16-20X/menit), tidak ada
penggunaan otot bantu nafas, analisa gas darah dalam batas normal

Intervensi Rasional
Berikan tambahan oksigen 6 lt/menit Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen
pada proses pertukaran oksigen
Pantau salturasi (oksimetri) pH, BE, Untuk mengetahui tingkat oksigenasi
HCO3 dengan analisa gas darah (AGD) pada jaringan sebagai dampk adekuat
arteri. tidaknya proses pertukaran zat
Koreksi keseimbangan asam-basa Mencegah asidosis yang dapat
memperberat fungsi bernafasan
Cegah atelektasis dengan melatih batuk Kongesti yang berat akan memperburuk
efektif ddan nafas dalam proses pertukaran gas sehingga
berdampak timbulnya hipoksia
Kolaborasi: Meningkatkan kontraktilitas otot jantung
sehingga dapat mengurangi timbulnya
- RL 500 cc/24 jam
edema shingga dapat mencegah
- Digoxin 1-0-0
gangguan pertukaran gas.

Furosemide 2-1-0 Mmbantu mencgah terjadinya retensi


cairan dengan menghambat ADH.

Risiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan
paru tidak optimal.

Tujuan: dalam waktu 3X24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas

Kriteria evaluasi: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal (16-0X/menit),
respon batuk berkurang.

Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi nafas (krakles) Indikasi edema paru, sekunder akibat
dekompensasi jantung
Kaji adanya edema Waspadai adanya gagal kongestif dan
kelebihan volume cairan
Ukur intake dan output cairan Penurunan curah jantung, akibat tidak
efektifnya pertusi ginjal, retensi
cairan/natrium, dan penurunan output
cairan
Timbang berat badan Penurunan tiba-tiba berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 Memenuhi kebutuhan cairan orang
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular dewasa, tetapi memerlukan pembatasan
dengan adanya dekompensasi jantung

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik.


Tujuan: dalam waktu 3X24 jam aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan
meningkatnya pengetahuan beraktivitas.
Kriteria evaluasi: klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala
yang berat, terutama mobolisasi di tempat tidur.

Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, dan Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan TD selama dan sesudah mengindikasi penurunan oksigen
aktivitas.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan Menurunkan kerja miokardium dan
brikn aktivitas senggang yang tidak berat konsumsi oksigen miokardium
Anjurkan menghindari peningkatan Mengejan mengakibatkan kontraksi otot
tekanan abdomen misalnya mengejan dan vasokostriksi yang dapat
saat defekasi meningkatkan preload, tahanan vaskular
sistemis, ddan beban jantung.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan kontrol
tingkat aktivitas jantung, meningkatkan regangan, dan
mencegah aktivitas berlebihan
Mempertahankan klien tirah baring Untuk mengurangi beban kerja jatung
sementara sakit akut
2.1.4.4 Implementasi keperawatan

No Hari/tangg Dx. Kep Implementasi Respon hasil Ttd


al
waktu Aktual/resiko 1. Mengkaji 1) Mengetahu
pelaksanaan tinggi penurunan i
tindakan menurunnya curah penurunan
keperawata curah jantung jantung curah
n yang 2. Palpasi jantung
berhubungan nadi perifer 2) Mengetahu
dengan 3. Memantau i keadaan
penurunan output nadi perifer
kontraktiitas urine, 3) Mengetahu
ventrikel kiri mencatat i output
akibat jumlah dan urine
sekunder kepekatan/ 4) Klien
penurunan konsentrasi merasa
kemampuan urine nyaman
dilatasi 4. Mengistira 5) Mengetahu
jantung, hatkan i adanya
penurunan klien nadi yang
volume dengan cepat,
sekuncup. tirah baring hipotensi,
normal peningkata
5. Mengobser n distensi
vasi adanya vena
nadi yang jugularis,
cepat, perubahan
hipotensi, suara
peningkata jantung,
n distensi penurunan
vena tingkat
jugularis, kesadaran
perubahan 6) Mengetahu
suara i perubahan
jantung, sensorik
penurunan 7) Pasien
tingkat beristirahat
kesadaran dengan
6. Mengkaji nyaman
perubahan 8) pasien
pada bernafas
sensorik, dengan
contoh nyaman
letargi,
cemas, dan
depresi
7. Memberika
n istirahat
psikologi
dengan
lingkungan
yang
tenang
8. Memberika
n oksigen
tambahan
dengan
kanula
nasal/mask
er sesuai
Nyeri yang
dengan
berhubungan
indikasi
dengan
ketidakseimb
angan
1. mencatat 1. mengetahui
kebutuhan
karakteristik lokasi nyeri
dan suplai
nyeri, lokasi, 2. agar nyeri
oksigen ke
intensitas dapat segera
miokardium.
lamanya, dan ditangani
penyebaran 3. mengurangi
rasa nyeri
2.
a. suplai
menganjurkan
oksigen ke
klien untuk
jaringan
melaporkan
meningkat
adanya nyeri
b. klien
dengan segera
istirahat
c. suplai
3. melakukan
oksigen
manajemen
meningkat
nyeri
d. klien
keperawatan:
merasa aman
a. mengatur dan nyaman
posisi e. rasa nyeri
fisiologis berkurang
f. persepsi
b. nyeri
mengistiraha menurun
tkan klien g. pasien
merasa
c.
nyaman
memberikan
oksigen
tambahan
dengan
kanula nasal
atau masker
sesuai
dengan
indikasi

d.
manajemen
lingkungan:
lingkungan
tenang dan
batasi
pengunjung

e.
mengajarkan
teknik
relaksasi
pernafasan
dalam

f.
mengajarkan
teknik
distraksi
pada nyeri

g.
melakukan
mamajemen
sentuhan

2.1.4.5 Evaluasi keperawatan

Tgl NO. DX Evaluasi TTD

Waktu berisi urutan S: Berisi data subjektif Tanda


pelaksanaan diagnosa yang (keluhan pasien) tangan
tindakan akan O: Berisi data objektif perawat
keperawaan diidentifikasi A: Assesment (masalah
teratasi atau tidak)
P: Planning (intervensi
dilanjutkan atau tidak)
I: Implementasi
E: Evaluasi
R: Reasismen (Komponen
evaluasi yang menjadi
petunjuk perlunya
perbaikan dari perubahan
intervensi dan
tindakan/menunjukan
perubahan dari rencana
awal/perlu /kolaborasi
baru/rujukan)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Miokarditis

2.2.1 Definisi

Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada


umumnya miokarditis disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai
akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi.
Miokarditis data disebakan infeksi, reaksi alergi dan reaksi toksik.

Pada miokarditis, kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang


diekluarkan basil miosoit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara
mikroskopis akan didapatkan miosit dengan infiltrasi lemak, serat otot mengalami
nekrosis hialin.Beberapa organisme dapat menyerang dinding arteri kecil , terutama
arteri korona intramuscular yang memberikan reaksi radang perivascular miokardium.

Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur
seperti aspergilus dan candida.Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung
langsung sel-sel miokardium yang menyebabkan reaksi radang. Hal ini dapat terjadi
pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinois, sel-sel radang yang ditemukan terutama
eosinophil.

2.2.2 Etiolgi
1) Infeksi bakteri: dipteria tuberculosis, thypoid, tetanus,
staphylococcus, pneumococcus, dan gonococcus.
2) Keracunan zat kimia: alcohol
3) Infeksi cacing: trichinosis
4) Hipersensitif reaksi imun: reumatik fever dan postcardiotomi
sindrom
5) Infeksi parasit: trypanosomiasis, toxoplasmosis
6) Terapi radiasi dosis besar

2.2.3 Patofisiologi

Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius ini dapat melalui 3


mekanisme dasar sebagai berikut.

1) Invasi langsung ke miokardium


2) Proses imunologis terhadap miokardium
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium

Proses mikoarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut) berlangsung kira-
kira 1 minggu (pada tikus) dimana terjad invasi virus ke miokardium, replikasi virus
dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan
atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).

Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system imun
akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokardium,
akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung
beberap aminggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dan yang
minimal sampai yang berat.

Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel


endotel dan terbentuknya antibody endotel, diduga sebagai penyebab spasme
mikrovaskular. Walaupunn etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat
mungkin berasal dari respons imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.

Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses
berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya.

2.2.4 Manifestasi klinis

1) Dada terasa berat dan sesak napas


2) Demam, denyut jantung meningkat/ takikardi
3) Anoreksia
4) Gallop’s, bunyi jantung lemah
5) Tanda-tanda gagal jantung kanan
2.2.5 Komplikasi

1) Kardiomiopati
2) Payah jantung kongresif
3) Efusi pericardial
4) AV block total
5) Trobi kardiak
6) Gagal jantung
2.2.6 Penatalaksaan
1) Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang
mendasar (penisilin untuk streptokokus hemolitikus)
2) Pasien dibaringkan ditempat tidur untuk mengurangi beban
jantung. Bernaring juga dapat membantu mengurangi
kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis.
3) Fungsi jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
4) Bila terjadi gagal jantung kongestiv harus diberikan obat
untuk memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan
kekuatan kontraksi.

2.2.7 Konsep Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian Fokus
Manifestasi klinis miokarditis sangat bervariasi dari
yang tanpa keluhan sampai bentuk berat berupa payah jantung
kongestif yang fatal. Pada miokarditis viral, variasi keadaan
ini diduga suhungan dengan kerentanan secara genetic yang
berbeda pada tiep klien.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin
didapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak napas, dan rasa
tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
pericarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang
menyerupai angina pectoris. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan
kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan
nadi yang kecil atau dengan gangguan pulasasi.
Jantung biasanya membesar, terutama bila sudah terjadi
jantung kongestif atau dalam keadaan kardiomiapati kongestif/
dilatasi. Tekanan vena jugularis meningkat dan pada
auskultasi didapatkan bunyi jantung pertama yang melemah,
kadang-kadang ditemukan aritmia da irama derap ventikular
atau atrial serta sistolik diapeks.
Manifesstasi klinis miokarditis jarang didapat pada saat
puncak-penyakit infeksi karena akan tertutup oleh manifestasi
sistematis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase
pemulihan. Sebaliknya pada infeksi virus sebagian besar
perjalannya insidious hingga sering terlewatkan. Bentuk
umumnya sembuh dengan sendirinya, tetpai sebagian berlanjut
menjadi bentuk kardiomiopati da nada juga yang menjadi
penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung
yang secara structural dianggap normal.
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Nyeri dada yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
ke miokardium.
b) Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang
berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal.
c) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan
anoreksia.
d) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium
dengan kebutuhan.
e) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan
kematian, penurunan status kesehatan, situasi kritis,
ancaman, atau perubahan kesehatan.
3) Intervensi
1) Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon
nyeri dada.
Kriteria Hasil :
a) Klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada
b) TTV dalam batas normal
c) Wajah rileks
d) Tidak terjadi penurunan fungsi perifer
e) Urine >600 ml/hari

Intervensi Rasional

Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku


intensitas, lama dan penyebab. klien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian.

Lakukan manajemen nyeri Istirahat akan menurunkan


keperawatan. kebutuhan O2 jaringan perifer
sehingga akan menurunkan
· Istirahatkan klien
kebutuhan miokardium serta akan
meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke miokardium yang
membutuhkan O2 untuk
menurunkan suplai iskemia.

Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan jumlah oksigen yang


nasal kanul atau masker sesuai ada untuk pemakaian miokardium
dengan indikasi. sekaligus mengurangi
ketiaknyamanan akibat iskemia.

Manajemen lingkungan : lingkungan Lignkungan tenang akan


tenang dan membatasi pengunjung. menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan
yang kan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada diruangan
hanya sedikit.

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan Meningkatkan asupan O2 sehingga


dalam. akan menurunkan nyeri sekunder
dan iskemia jaringan otak.

Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian)


nyeri. dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endofrin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.

Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat


nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah, membantu suplai darah
dan oksigen ke area nyeri, serta
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
farmakologis dengan efek vasodilatasi koroner.
Antiangina nitrogliserin)
Analgesik Menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokard.

2) Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria hasil :
a) Klien menyatakan tidak sesak napas
b) RR dalam batas normal 16-20 kali/menit
c) Respon untuk batuk berkurang

Intervensi Rasionalisasi

Auskultasi bunyi napas (krakles) Indikasi edema paru sekunder akibat


dekompensasi jantung.

Kaji adanya edema Curiga gagal kongesti/kelebihan


volume cairan.

Ukur intake dan ouput Penurunan curah jantung,


mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urine.

Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat badan


menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.

Pertahankan pemasukan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh


2000 ml/24 jam dalam toleransi orang dewasa, tetapi perlu
kardiovaskular. memerlukan pembatasan dengan
adanya dekompensasi jantung.

Kolaborasi Natrium meningkatkan


retensi cairan dan
Berikan diet tanpa garam
meningkatkan volume plasma
yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja
jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan
miokardium.

Barikan diuretik, contoh : Diuretik bertujuan untuk


furosemide, sprinolakton, dan menurunkan volume plasma
hidronolakton. dan retensi cairan di jaringan
sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru.

Pantau data laboratorium elektrolit Hipokalemia dapat


kalium membatasi keefektifan terapi.

3) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan.
Kriteria hasil :
a) Klien tidak mengeluh pusing
b) Alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah
dijangkau klien
c) TTV daam batas normal
d) CRT < 3 detik
e) Urine > 600ml/hari

Intervensi Rasional

Catat frekuensi jantung, irama, serta Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan tekanan darah selama mengindikasi penurunan oksigen
dan sesudah aktivitas miokard.

Tingkatkan istiraat, batasi aktivitas, Menurunkan kerja miokard/konsumsi


dan barikan aktivitas senggang oksigen
yang tidak berat.
Anjurkan menghidari peningkatan Dengan mengejan dapat
abdomen, misalnya mengejan saat mengakibatkan bradikardi,
defekasi. menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD.

Jelaskan pola peningkatan bertahap Aktivitas yang maju memberikan


dari tingkat aktivitas. kontrol jantung, meningkatkan
regangan, dan mencegah aktivitas
berlebihan.

Rujuk ke program rehabilitasi Meningkatkan jumlah oksigen yang


jantung ada utnuk pemakaian miokardium
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan karena iskemia.
4) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
a) Klien menyatakan kecemasan berkurang
b) Klein mengenal perasaaanya
c) Dapat megidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya
d) Kooperatif terhadap tindakan
e) Wajah rileks

Intervensi Rasional

Bantu klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan dampak


perasaan marah, kehilangan, dan serangan jantung selanjutnya.
takut.
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/non verbal dapat
kecemasan, dampingi klien, dan enunjukkan rasa agitasi, marah, dan
lakukan tindakan bila menunjukan gelisah.
perilaku merusak.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan
rasa marah, menurunkan keraj
sama, dan mungkin memperlambat
penyembuhan.

Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal


mengurangi kecemasan. Beri yang tidak perlu.
lngkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat.
Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang
keadaan klien, menekankan pada
penghargaan sumber-sumber
koping yang positif, membantu
latihan relaksasi dan teknik-teknik
pengalihan, serta memberikan
respon balik yang positif.

Orientasikan klien terhadap Orientasi dapat menurunkan


prosedur yang rutin dan aktivitas kecemasan.
yang diharapkan.
Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan ansietasnya. teradap kekhawatiran yag tidak
diekspresikan.

Berikan privasi untuk klien dan Memberi waktu untuk


orang terdekat mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas, dan perilaku
adaptasi.

Kolaborasi : berikan anticemas Meningkatkan relaksasi dan


sesuai indikasi, contohnya menurunkan kecemasan.
diazepam.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Endokarditis

2..3.1 Definisi

Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantu ng yang


disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain yang menyebabkan
deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebab meliputi bakteri (streptokokus,
enterokokus, pneumokokus, stafilokokus), fungi/jamur, riketsia, dan streptokokus
viridans.

Endocarditis infeksius yang sering terjadi pada lanjut usia (lansia) mungkin
akibat menurunnya respon imunologis terhadap infeksi , perubahan metabolisme
akibat penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostic invasive, khususnya pada
penyakit genitourinaria.

Terdapat insidensi tinggi endocarditis stapilokokus diantara pemakai obat


intravena, penyakit yang terjadi paling sering pada orang-orang yang secara umum
sehat. Endokarditas yang didapat dirumah sakit terjadi paling sering pada klien
dengan penyakit yang melemahkan, yang memakai kateter indwelling, dan yang
menggunakan terapi intravena atau antibiotic jangka panjang. Klien yang diberi
pengobatan imunosupresif atau steroid juga dapat mengalami endocarditis fungi.

2.3.2 Etiologi

Pada umumnya, endokarditis tergolong jarang, dan tidak menyerang


seseorang dengan jantung yang sehat. Akan tetapi, penyakit ini rentan terjadi pada
individu dengan kondisi tertentu. Misalnya, penderita penyakit jantung bawaan,
penderita kardiomiopati, dan seseorang dengan katup jantung prostetik.

Endokarditis terjadi ketika kuman masuk ke aliran darah lalu ke jantung.


Kuman kemudian menempel di katup jantung yang abnormal atau jaringan jantung
yang rusak, dan berkembang biak di lapisan dalam jantung (endokardium). Kondisi
ini memicu peradangan pada endokardium dan kerusakan pada katup jantung.
Di samping akibat bakteri, endokarditis juga bisa disebabkan oleh jamur dan
mikroorganisme lainnya. Kuman-kuman tersebut masuk ke aliran darah melalui
beberapa cara, seperti:

a. Luka di mulut. Terdapat luka pada rongga mulut ketika menggosok gigi
terlalu kencang, prosedur perawatan gigi, atau tergigit saat mengunyah
makanan, bisa menyebabkan bakteri masuk ke aliran darah, terutama bila
kebersihaan gigi dan gusi tidak terjaga.
b. Organ lain yang terinfeksi. Bakteri dapat masuk ke aliran darah dan jantung,
dari bagian tubuh yang terinfeksi, misalnya akibat luka terbuka di kulit,
infeksi menular seksual, atau infeksi di saluran pencernaan.
c. Kateter urine. Bakteri bisa masuk ke aliran darah melalui kateter, terutama
kateter yang dipasang dalam waktu yang lama.
d. Jarum suntik. Jarum yang terkontaminasi dapat menjadi media masuknya
bakteri ke aliran darah, baik itu melalui tato, tindik, atau penggunaan NAPZA
suntik.

2.3.3 Patofisiologi

Terjadinya endokarditas rematik disebabkan langsung oleh demam rematik,


suatu penyakit sistemis yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A.
demam rematik memengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis.
Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang
kerusakannya paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan
tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organisme
tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi, yang
terjadi sebagai respons terhadap streptokokus hemolitikus. Leukosit darah
akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang
kemudian akan diganti dengan jaringan parut.
2.3.4 Manifestasi klinis

Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya tumbuhan


kecil yang transparan, yang menyerupai manik-manik dengan ukuran sebesar kepala
jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup. Manik-manik kecil
tadi tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa meruska bilah katup, namun
yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya
suatu proses yang secara bertahap menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkannya
menjadi memendek dan menebal disbanding dengan bilah katup yang normal,
sehingga tak dapat menutup dengan sempurna. Sebagai akibatnya terjadilah
kebocoran, keadan ini disebut regurgitasi katup. Tempat yang paling sering
mengalami regurgitasi katup adalah katup mitral.

2.3.5 Komplikasi

Endokarditis dapat memicu penggumpalan bakteri dan bekuan darah (vegetasi) di


area infeksi. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan berpindah ke organ vital, seperti
otak, paru-paru, ginjal, dan limpa. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani,
penderita endokarditis dapat terserang komplikasi berupa:

a. Gangguan pada jantung, seperti bising jantung, kerusakan katup jantung, dan
gagal jantung.
b. Terbentuknya abses (kumpulan nanah) di jantung, otak, dan paru-paru.
c. Stroke.
d. Kejang.
e. Emboli paru.
f. Kerusakan ginjal.
g. Splenomegali atau pembesaran limpa.
2.3.6 Penatalaksanaan

Dalam banyak kasus endocarditis dapat disembuhkan dengan pemberian


antibiotic. Sedangkan pada beberapa kasus lainnya, prosedur bedah perlu dilakukan
untuk memperbaiki kerusakan katup jantung dan membersihkan sisa infeksi.

Jenis antibiotic yang diberikan untuk mengobati endocarditis tergantung


kepada tipe kuman penyebab infeksi. Oleh karena itu, sampel darah pasien akan
diteliti terlebih dahulu untuk mendapatkan kombinasi antibiotic yang tepat.
Umumnya pasien akan diberikan antibiotic suntik selama dirumah sakit. Perawatan
bias berlangsung 2-6 minggu, tergantung kepada tingkat keparahan pasien. Bila
kondisi sudah membaik, pasien dapat melajutkan terapi antibiotic dirumah. Namun
demikian, pasien dianjurkan untuk rutin control ke dokter untuk memastikan
pengobatan berjalan dengan baik.

Bedah dilakukan pada infeksi endocarditis yang sudah berlangsung lama, atau
pada endocarditis yang disebabkan oleh infeksi jamur. Prosedur bedah dilakukan
untuk membuang jaringan yang mati, penumpukan cairan, serta jaringan parut dari
area yang terinfeksi.

Bedah dilakukan pada 15-25% penderita endocarditis, dokter ajuga akan


menyarankan bedah pada kondisi :

a. Pasien memiliki katup jantung prostetik


b. Demam tinggi masih berlanjut meskipun sedang menjalani terapi
antibiotic atau anti jamur
c. Endocarditis disebabkan oleh jenis jamur yang agresif atau bakteri
yang kebal pada antibiotic
d. Timbul gumpalan darah walaupun sedang menjalani terapi antijamur
atau antibiotic
e. Terbentuk abses atau fistula (saluran tidak normal) dibagian
dalam jantung yang diketahui dari hasil tes ekokardiografi.

2.3.7 Konsep asuhan keperawatan

1) Pengkajian
Keluhan utama :
Pada fase awal keluhan biasanya sesak nafas dan nyeri tenggorokan.
Sesuai progresitivitas penyakit endocarditis yang menggangu katup
jantung, keluhan sesak nafas dan kelemahan menjadi alasan klien
untuk meminta pertolongan kesehatan.
Riwayat penyakit saat ini :
Pengkajian riwayat kesehatan saat ini meliputi
 Apakah terdapat masalah penurunan respons imunologis
terhadap infeksi seperti pada klien dengna HIV/AIDS
 Apakah klien mengalami perubahan metabolism akibat
penurunan
 Apakah klien pernah dapat prosedur diagnostic invasive secraa
intravena
 Apakah klien mendapat pengobatan yang bersifat
imunosupresif
 Apakah klien pernah mendapat pengobatan antibiotic jangka
panjang

Riwayat penyakit dahulu :

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji


apakah klien sebelumnya klien pernah menderita infeksi tenggorokan atau infeksi
sinus akut. Riwayat minum obat, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu.
Juga pengkajian adanya riwayat alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Perlu dicermati, sering klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping
obat.

Riwayat keluarga :

Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta
bila ada anggota kelurga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.

2) Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya klien
terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini terjadi
akibat pengeluran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan kahir diastolic dari ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis.
B2 (Blood )
Inspeksi :
Inspeksi dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri
biasanya nyeri biasanya berada didaerah substernal atau nyeri diatas
pericardium. Penyebaran dapat meluas didada dank lien sering
mrngalami ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Palpasi :
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi 38,9-40 derajat celcius
disertai menggigil.

Auskultasi

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume skuncup. Gejala sistemis
yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan
murmur pada seseorang yng menderita infeksi sistemis, maka harus dicurigai adanya
infeksi ednokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai dengan
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya keruakan katup akibat
fegetasi atau perforasi katup atau chordae tendinae. Pembesaran jangung atau
adanyabukti (tanda dan gejala) gagal jantung kongesif juga bisa terjadi.

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, sakit tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan


disertai eksudat dan nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut
(mungkin karena streptokokus) dapat pula tejadi. Manifestasi sistem saraf pusat
mencakup sakit kepala, iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke yang
mungkin diakibatkan oleh emboli paa arteri serebral.

B4 (Bledder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark miokardium akut (IMA) karena
meupakan tanda awal syok kardiogenik.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, erat badan turun.
Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih sering pada
anak).

B6 (Bone)

Meliputi pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidak


dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda yang dapat
dikenali adalah takikardia dan dispnea pada saat istirahat/aktivitas. Higiene kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.

1) Diagnosis keperawatan
a. Aktual/resiko yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke area
miokardium akibat seunder dari penurunan perfusi.
b. Aktual/ resiko tinggi tidak efektif perfusi jaringan perifer yang
berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup
pada endokarditis.
c. Aktual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
d. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi krisis, ancaman atau perubahan kesehatan.
e. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambara diri yang salah, perubahan peran.
f. Kurangnya pengetahuan(mengenai kondisi atau tindakan) yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara
pencegahan terjadinya komplikasi.
2) Intervensi keperawatan
Tujuan intervensu keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi
masalah kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal,
dan mengurangi dampak kekambuhan dari endokarditis rematik sehingga
komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat dikurangi. Intervensi
keperawatan pada fase akut yang dilakukan perawat meliputi :
Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan supali darah ke area
miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
Tujuan : dalam waktu 3X24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada.
Kriteria evaluasi : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri
dada, secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks,
tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine >600 ml/hari.

Intervensi rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku
intensitas, lamanya dan penyebaran klien karena nyeri terjadi sebagai
nyeri. temuan pengkajian
Lakukan manajemen nyeri Istirahat akan menuunkan kebutuhan
keperawatan: miokardium dan akan meningkatkan
1. Istirahatkan klien suplai darah dan oksigen ke jaringan
nyeri.
2. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang dan batasi menurunkan stimulus nyeri
pengunjung. eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan.
3. Ajarkan teknik relaksasi napas Meningkatkna suplai oksigen
dalam sehingga akan menurunkan nyeri
akibat sekuder dari iskemia jaringan
otak.
4. Ajarkan teknik distraksi pada Ditraksi (pengalihan perhatian)
saat nyeri dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
5. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan persepsi nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi Oat-oabt antinyeri akan memblok
farmakologi antinyeri (antiangina) stimulus nyeri supaya tidak
dipersepsikan oleh korteks selebri

Auskultasi/risiko tidak efektif perfusi jaringan perifer yang


berhubungan dengan trombeoboli atau kerusakan sekunder katup-
katup pada endokarditas.
Tujuan : dalam waktu 3X24 jam tidak terjadi gangguan perfusi perifer.
Kriteria evaluasi : perfusi jaringan yang adekuat dapat dipertahankan
sesuai dengan kebiasaan individu seperti kebiasaan makan, tanda vital
yang pasti, kehangatan, tekanan nadi perifer, keseimbangan intake dan
output.
Intervensi Rasional
Mandiri : Indikasi adanya emboli sistemis
Evaluasi status mental,. Catat ke otak
adanya hemiparalisis afasia,
muntah, peningkatan tekanan darah
Kaji nyeri dada, dyspnea yang tiba- Emboli arterial pada jantung
tiba ditandai dengan takipnea, nyeri atau organ penting lain dapat
pleuritis, sianosis. terjadi sebagai akibta penyakit
jantung atau disritmia kronis.
Kongesti vena dapat
menunjukkan tempat thrombus
pada vena-vena yang dalam dan
emboli paru.
Observasi edema pada ekstremitas. Inaktivitas / tiras baring yang
Catat kecendrungan /lokasi nyeri, lama dapat menimbulkan
tanda-tanda human positif. terjadnya kongesti vena dan
thrombosis vena.
Observasi adanya hematuria yang Indikasi adanya emboli ginjal
ditandai oleh nyeri pinggang dan
oliguria.
Catat keluhan nyeri perut kiri atas Indikasi emboli kandung
menjalar kebahu, kelemahan local, empedu
abdominalngiditas.
Tingkatkan/pertahankan tirah Untuk membantu mencegah
baring sesuai dengan anjuran penyebaran atau perpindahan
emboli pada klien dengan
endokarditas. Pada tirah baring
yang lama (sering dilakukan
pada klien dengan endokarditas
dan miokarditas) beresiko untuk
mengalami tromboeboli.
Kolaborasi : Meningkatkan sirkulasi perifer
Gunakan stocking antiemboli sesuai dan arus balik vena dan
indikasi mengurangi resiko thrombus
pada vena superfisial/vena yang
lebih dalam
Berikan antikoagulan seperti Heparin dapat digunakan secara
heparin, warfarin(Coumadin) profalaksis pada klien dengan
tirah baring yang lama seperti
sepsis atau gagal jantung
kongestif dan sebelum dan
sesudah operasi penggantian
katup. Catatan heparin erupakan
kontradiksi pada perikarditas
dan tamponade jantung.
Coumadin adalah pengobatan
jangka panjang yang digunakan
untuk setelah penggantian katup
atau pada emboli perofer

Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang


berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,
cara pencegahan terjadinya komplikasi.
Tujuan : terpenuhinya pengetahuan klien tentang kondisi penyakit
Kriteria evaluasi :
 Mengungkapkan perhatian tentang proses infeksi, tindakan
yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi
 Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah
terjadinya komplikasi

Intervensi Rasional
Mandri : Untuk bertanggung jawab
kepada kesehatannya, klien
Jelaskan efek emosi pada
membutuhkan pengertian
jantung secara individual.
tentang penyebab khusus,
Berikan penjelasan mengenai
tindakan dan efek jangka
gejala-gejala komplikasi dan
panjang yang mungkin terjadi
tanda-tanda yang harus segera pada kondisi inflamasi, baik
dilaporkan pada petugas tanda dan gejala atau
kesehatan seperti demam, komplikasi.
peningkatan nyeri dada yang
luar biasa, bertambahnya
keterbatasan beraktivitas.
Beritahukan klien/orang Informasi dibutuhkan untuk
terdekat mengenai dosis, meningktkan kemampuan
aturan, dan efek pengobatan, perawatan diri, untuk
diet yang dianjurkan, menambah kejelasan efektivitas
pembatasan aktivitas yang dapat pengobatan dan mencegah
dilakukan. komplikasi
Jelaskan tentang pentingnya Pemberian
pengobatan antibiotic/antimikroba yang
antibiotic/antimikroba jangka lama baik selama dirumah sakit
panjang maupun dirumah dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil kultur
darah yang negative sebagai
indikasi sembuhnya/hilangnya
infeksi.
Diskusikan mengenai Klien dengan riwayat demam
profilaksis penggunaan rematik merupakan resiko tinggi
antibiotik dan menumbuhkan profilaksis
antibitik jangka panjang. Klien
dengan masalah-masalah katup
tanpa riwayat demam rematik
membutuhkan antibiotic jangka
pendek sebagai proteksi
terhadap tin dakan-tindakan
yang dapat menyebabkan
transitnya bakteri seperti pada
gigi, tonsilektomi, pembedahan
atau biopsy pada mukosa
saluran pernafasan, bronkoskopi
insisi, atau drainanse infeksi
jaringan dan tindakan urologi
atau gastrointestinal dan
kelahiran.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, pericardium viseral, atau


keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, perikarditis subakut, dan
perikarditis kronis. Perikarditis subakut atau perikarditis kronis mempunyai etiologi,
manifestasi klinis, pendekatan diagnostik, dan penatalaksanaan yang sama.

Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada


umumnya miokarditis disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai
akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi.
Miokarditis data disebakan infeksi, reaksi alergi dan reaksi toksik.

Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantu ng yang


disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain yang menyebabkan
deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebab meliputi bakteri (streptokokus,
enterokokus, pneumokokus, stafilokokus), fungi/jamur, riketsia, dan streptokokus
viridans.

3.2 Saran

Semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi pembaca, apabila ada


kekurangan dalam penulisan laporan pendahuluan ini mohon kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai