Anda di halaman 1dari 32

Triana, M.Kep.

 DM atau kencing manis ➔ penyakit peningkatan


kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat
kekurangan hormon insulin baik absolut maupun
relative. Absolut berarti tidak ada insulin sama
sekali sedangkan relative berarti jumlahnya
cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya
kurang.
 Hormone insulin dibuat dalam pancreas.
 Dampak negative yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada
penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system
saraf, hati, mata dan ginjal.
 DM type I atau DM yang tergantung pada insulin.
Disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah karena
kerusakan sel beta pancreas.
Gejala yang menonjol : sering kencing (terutama dalam hari),
sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM
type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi
pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
 DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada
insulin.
Disebabkan insulin yang tidak normal, rendah atau bahkan
meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa
tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap
tinggi hingga terjadi hiperglekimia, 75 % dari penderita DM
type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan
biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
1. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormone
glucagon
2. Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%),
menghasilkan hormone insulin
3. Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon
Somatostatin.
4. Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan
polipeptida pankreas.
 Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah.
 Kadar glukosa darah yang berlebihan akan merangsang
sekresi insulin dan bila kadar glukosa normal atau rendah
maka sekresi insulin akan berkurang
 Insulin meningkatkan transport glukosa kedalam sel
(namun otak, hati, dan sel-sel ginjal tidak bergantung
pada insulin untuk asupan glukosa).
 Di dalam sel, glukosa digunakan pada respirasi sel untuk
menghasilkan energi.
 Hati dan otot rangka juga mengubah glukosa menjadi
glikogen (glikogenesis, yang berarti pembentukan
glikogen) yang disimpan untuk menggunakan di lain
waktu berkenaan dengan kadar glukosa darah, insulin
menurukan kadar glukosa dengan meningkatkan
penggunaan glukosa untuk produksi energy
 Glukagon merangsang hati untuk mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini
disebut glikogenolisis, yang berarti pemecahan glikogen) dan meningkatkan
penggunaan lemak dan asam amino untuk produksi energi.
 Proses glukonegenesis (yang berarti pembentukan glukosa) merupakan perubahan
kelebihan asam amino menjadi karbohidrat yang sederhana yang dapat memasuki
reaksi pada respirasi sel. Dengan demikian, efek glikagon secara keseluruhan
adalah meningkatkan kadar glukosa
 Glukagon di sekresikan ketika kadar glukosa darah turun dibawah normal. Sel-sel
alpha melepaskan glucagon dan cadangan energy di mobilisasi.
 Pengaruh utama glucagon sebagai berikut :
1) Merangsang pemecahan glikogen di otot rangka dan sel-sel hati. Molekul
glukosa dilepaskan dan dimetabolisme menjadi energi.
2) Merangsang pemecahan tirigliserida dalam jaringan adiposa. Adiposit
melepaskan asam lemak kesirkulasi darah untuk digunakan oleh jaringan lain.
3) Merangsang sintesis glukosa dihati dengan cara mengabsorsi asam amino dari
aliran darah dan merubahnya menjadi glukosa, kemudian melepaskannya ke
sirkulasi darah. Proses yang dikenal dengan glikoneogenesis
 Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang secera genetis dan klinis
termasuk heterogen yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia, Hal 1260)
 Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
dengan kenaikan kadar glukosa darah atau hipoglikemia (Brunner & Suddarth)
 Diabetes mellitus adalah keadaan hipoglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormon, yang menimbulkan beberapa komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Kapita selekta
Kedokteran, 2001)
 Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolic yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormone inslin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, Hal 519)
 Diabetes mellitus adalah factor risiko utama untuk aterosklerosis. Individu
pengidap diabetes mellitus kolesterol dan triglisireda plasma yang tinggi.
Buruknya sirkulasi ke sebagian besar organ menyebabkan hipoksia dan cedera
jaringan, kemudian menstimulasi reaksi inflamasi yang berperan menyebabkan
ateroklerosis (Corwin, Hal 480)
 Dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe dependen
insulin ; namun, kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang
usia. Insidens diabtes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap
tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtype:
a. Autoimun
Akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta;
b. Idiopatik
Tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
Subtype ini lebih sering timbul pada etnik keturunsn Afrika-
Amerika dan Asia. (Buku Patofisiologi Sylvia, Hal 1262)
 Awitan DM tipe 1 (bergantung pada Insulin) biasanya terjadi
sebelum umur 30 tahun (meskipun dapat terjadi pada semua
usia) pasien DM tipe 1 bertubuh kurus dan memerlukan
pemberian insulin eksogen serta penatalakasaan diet untuk
mengendalikan gula darah sebaliknya (Kowalak, Hal 519)
 Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau
tipe onset maturitas tipe nondependen insulin.
 Insidens diabetes tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru
setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan
penyakit ini (beragam dari predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin yang relatif sampai
dengan predominan gangguan sekresi dengan
resistensi insulin) (Buku Patofisiologi Sylvia, Volume 2
Hal 1262)
 Diabetes tipe 2 (tidak bergantung pada Insulin)
biasanya terjadi pada dewasa yang obese diatas usia
40 tahun dan diatasi dengan diet serta latihan
bersama pemberian obat-obatan diabetes oral
meskipun terapinya dapat pula meliputi pemberian
insulin (Kowalak, Hal 519)
 Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan dan
mempengaruhi 4% dari semua kehamilan.
 Factor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan
sekresi berbagai hormone yang mempunya efek metabolic terhadap toleransi
glukosa,maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
 Pasien-pasien yang mempunyai predisposisi diabetes secara genetic mungkin
akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada
tingkehamilan. Kriteria diagnosis biokimia diabtes kehamilan yang dianjurkan
adalah kriteria yang diusulkan oleh O’Sullivan dan Mahan (1073). Menurut kriteria
ini, GDM terjadi apabila dua atu lebih dari nilai berikut ini di temukan atau
dilampaui sesudah pemberian 75 glukosa oral: puasa, 105mg/dl, 1 jam,
190mg/dl, 2 jam, 165mg dl; 3 jam, 145mg,dl. Pengenalan diabetes seperti ini
penting karena penderita berisiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas
pernatal dan memepunyai frekuensi kematian janin viable yang lebih tinggi.
Kebanyakan perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk diabetes selama
usisa kehamilan 24 hingga 28 minggu. (Buku Patofisiologi Sylvia, Volume 2 Hal
1262)
 Terjadi ketika seseorang wanita yang sebelumnya tidak didiagnosis sebagai
penyandang diabetes memperlihatkan intoleransi glukosa selama kehamilanya.
Hal ini dapat terjadi jika hormone – hormone plasenta melawan balik erja insulin
sehingga timbul resistensi insulin. Diabetes kehamilan merupakan factor risiko
yang signifikan bagi terjadinya diabetes tipe 2 kemudian hari. (Kowalak, Hal 519)
(a) kelainan genetic dalam sel beta seperti yang dikenali
pada MODY. Diabetes subtype ini memiliki pravalensi
familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14
tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap
insulin kelainan genetic telah dikenali dengan baik dalam
empat bentuk mutasi dan fenotif yang berbeda (MODY1,
MODY 2, MODY 3, MODY 4)
(b) kelainan genetic pada kerja insulin, menyebabkan
sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans;
(c) penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan
pankreastitis kronik;
(d) penyakit endokrin seperti Sindrom Cushing dan
akromegali;
(e) obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta; dan
(f) infeksi
(Buku Patofisiologi Sylvia, Volume 2 Hal 1262)
1. Hereditas
2. Lingkungan (infeksi, maknan, toksin, stress)
3. Perubahan gaya hidup pada orang yang
secara genetic rentan
4. Kehamilan (Kowalak, Hal 519)
1. Poliuria dan polydipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum
yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang tinggi
2. Anoreksia (sering terjadi) atau polifagia (kadang-kadang
terjadi)
3. Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30%;
penyandang diabetes tipe 1 secara khas tidak memiliki lemak
pada tubuhnya saat diagnosis ditegakkan) karena tidak
terdapat metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang
normal sebagai akibat fungsi insulin yang rusak atau tidak ada
4. Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang
berkurang, dan gangguan pada kinerja; semua ini disebabkan
oleh kadar glukosa intrasel yang rendah
5. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya; rasa gatal
pada kulit
(Kowalak, Hal 520)
1. Terapi sulih insulin, perencanaan makan dan latihan
fisik (bentuk terapi insulin yang muktakhir meliputi
penyuntikan preparat mixed insulin, split-mixed,
dan penyuntikan insulin regular. Lebih dari 1x
per/hari serta penyuntikan insulin subkutan yang
kontinu)
2. Pemantauan kadar glukosa darah secara cermat
3. Perencanaan makan yang dirancangan secara
perorangan untuk memenuhi kebutuhan gizi,
mengendalikan kadar glukosa serta lipid darah, dan
mencapai berat badan yang tepat serta
mempertahankannya (rencana makan harus diikuti
serta konsisten dan hidangan harus dikonsumsi
secara teratur)
(kowalak, hal 520)
Penatalaksanaan diabetes mellitus didasarkan pada :
Rencana diet yang dimaksudkan untuk mengatur jumlah
kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari
sebagai contoh, pada pasien obesitas, dapat ditentukan
diet hingga berat badan pasien turun hingga kekisaran
kekisaran optimal untuk pasien tersebut. Sebaliknya,
pada pasien muda dengan diabetes tipe 1, berat
badannya dapat menurun selama keadaan
dekompensasi. Pasien ini harus menerima kalori yang
cukup mengembalikan berat badan mereka ke keadaan
semula dan untuk pertumbuhan. Diet disesuaikan
dengan keadaan penderita prinsip umum : diet dan
pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes.
 Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes,
diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial
(misal : vitamin dan mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan
yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap
harinya dengan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yang
aman dan praktis.
e. Menurunkan makan pada penderita DM
1. Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total
untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan
pengendalian kadar glukosa darah. Rencana makan bagi
penyandang diabetes juga memfokuskan presentase kalori yang
berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, Ada 2 tipe karbohidrat
yang utama, yaitu :
a. Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)
b. Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula)
Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :
BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat,
diperlukan 25 kkal/kg BB ideal kemudian diperhitungkan pula
aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedangditambah
30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat sekali ditambah 20
– 30 %). Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah
400 kal dan laktasi ditambah 600 kal.
c. Karbohidrat
 Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat
kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum
utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang berasal
dari gandum yang masih mengandung bekatul. karbohidrat
sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak
berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau
makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah.
d. Lemak
 Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300
mg/hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti
kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan
proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian
pada penderita diabetes.
e. Protein
 Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan
bijibijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan
kolesterol serta lemak jenuh. (Brunner & Suddarth, 2002)
2. Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik
Latihan fisik akan mempermudah transfor kadar
glukosa ke dalam sel-sel dan meningkatkan kepekaan
terhadap insulin. (Buku Patofisiologi Sylvia, Volume 2
Hal 1262)

3. Obat berkhasiat hipoglemik


Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan
kegiatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa
darahnya masih belum baik, dipertimbangkan
pemakaian obat berkhasiat hipoglemin (oral/suntikan).
(Kapita Selekta Kedokteran, Edisi3 Jilid 1, Hal 584)
 Pengkajian
Data fokus pada sistem endokrin dan sistem
lain yang berhubungan dengan kasus DM
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi
2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
b.d penumpukan glukosa dalam darah
3. Resiko jatuh
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi
1. Monitor intake dan output
2. Monitor status hidrasi
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium
4. Berikan cairan infus RL
5. Pertahankan pemberian cairan paling sedikit
2500 ml/hari
6. Lakukan pemasangan cateter urin
1. Kaji ulang aktivitas
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien
dalam membantu aktivitas
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Ajarkan pasien beserta keluarga bagaimana
membuat catatan makanan harian
4. Monitor adanya penurunan berat badan
5. Monitor adanya mual dan muntah
1. Mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi resiko jatuh
2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan
yang meningkatkan potensi untuk jatuh
3. Kaji tingkat energy yang di miliki klien
4. Berikan terapi ringan untuk
mempertahankan keseimbangan
1. Monitor glukosa darah
a. Bagaimana gaya hidup pasien
b. Pasien harus mampu mengecek gula darah
sendiri

2. Berikan cairan dextrose


3. Berikan insulin drip 5 IU/menit ke dalam Nacl
4. Anjurkan pasien untuk latihan jasmani senam
5. Lakukan promosi kesehatan mengenai
makananan yang mengandung kadar glukosa
tinggi dan rendah

Anda mungkin juga menyukai