Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Analisa Univariat

Hasil analisa Univariat tentang Tingkat pengetahuan dan kepatuhan


tentang pil KB tercantum pada Tabel 4.1 dan 4.2

1. Tingkat pengetahuan tentang Pil KB

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Akseptor KB tentang Tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan penggunaan Alat Kontrasepsipil KB di RW 1 Kelurahan Mata
Air Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang Selatan Tahun 2019
Tingkat Pengetahuan F %

Baik 32 59,3

Kurangbaik 22 40,7

Total 54 100

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa 32 (59,3%) akseptor KB memiliki

pengetahuan baik , 22 (40,7%) pengetahuan kurang baik mengenai pengetahuan

tentang kontrasepsi pil KB di Kelurahan Mata Air wilayah Kerja Puskesmas

Rawang Padang Selatan Tahun 2019

2. Tingkat Kepatuhan

4.2
Distribusi Frekuensi Akseptor KB Tentang Kepatuhan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Pil KB di Kelurahan Mata Air Wilayah Kerja Puskesmas
Rawang Padang Selatan Tahun 2019

37
Kepatuhan F %

Patuh 33 61,1

Tidak Patuh 21 38,8

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa 33 (61,1%) akseptor

KB patuh menggunakan alat Kontrasepsi pil KB di Kelurahan Mata Air

Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang Selatan Tahun 2019

B. Analisa Bivariat Data Hasil Penelitian

Dari hasil analisa Bivariat tentang hubungan antara Variabel dependen

dan independen dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel. 4.3
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan penggunaan Alat kontrasepsipil
KB di Kelurahan Mata Air Wilayah KerjaPuskesmas Rawang Padang
Selatan Tahun 2019

pengetahuan * kepatuhan Crosstabulation


Kepatuhan
tidak patuh Patuh Total
Pengetahuan kurang baik Count 8 14 22
% within
36.4% 63.6% 100.0%
pengetahuan
% within kepatuhan 38.1% 42.4% 40.7%
Baik Count 13 19 32
% within
40.6% 59.4% 100.0%
pengetahuan
% within kepatuhan 61.9% 57.6% 59.3%

38
Total Count 21 33 54
% within
38.9% 61.1% 100.0%
pengetahuan
% within kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan akseptor KB memiliki pengetahuan

baik tentang Alat kontrasepsi pil KB 32 (59,3%) dan yang patuh menggunakan

Alat kontrasepsi pil KB 33 ( 61,1%). Sebaliknya akseptor yang memiliki

pengetahuan kurang baik tentang kontrasepsi pil KB 22 ( 40,7%) dan yang

tidak patuh menggunakan kontrasepsi pil KB 21 (38,9%) . Setelah dilakukan uji

statistic menggunakan chi – square diperoleh P value = 0,975 > (P 0,05). Secara

statistik tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan

Alat kontrasepsi Pil KB di Kelurahan Mata Air Wilayah Kerja Puskesmas

Rawang Padang Selatan Tahun 2019.

C. Pembahasan

1.Hasil Analisa Univariat

a.Kepatuhan penggunaan Alat kontrasepsi Pil KB

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan (61,1%) responden patuh

menggunakan kontrasepsipil KB di Kelurahan Mata Air Wilayah Kerja

Puskesmas Rawang Padang Selatan Tahun 2019. Hasil sama dengan yang di

dapatkan Fitri (2013) didapatkan hasil (67,4%) patuh mengkonsumsi Pil KB .

Penelitian Anna (2012) akseptor KB patuh menggunakan kontrasepsi Pil KB

sebanyak 53,3 % di Wilyah Desa Margasana Kecamatan Jati Lawang.

39
Penelitian Endah (2014) didapatkan hasil 72,7% patuh dalam mengkonsumsil

Pil KB.

Kontrasepsi berasal dari kata kontra (menolak) dan konsepsi (pertemuan

antara sel telur yang telah matang dengan sel sperma), maka kontrasepsi dapat di

artikan sebagai cara untuk mencegah pertemuan antara sel telur dan sel sperma

sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan. ( Purwoastuti dan Siwi. 2015 ).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan . upaya

ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen ,dan upaya ini dapat

dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat - obatan ( proverawati, dkk

2010 ) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terbuahinya sel telur oleh sel

sperma atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding

rahim.(Mulyani, dan mega . 2013 )

Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi ( berisi hormone estrogen &

progestogen ) atau pun hanya berisi progestogen saja (Purwoastuti dan ESiwi.

2015). Pil KB adalah pil kontrasepsi yang mengandung esterogen maupun

progesterone dalam dosis rendah. (Mulyani dan Mega , 2013)

Penelitian ini di dukung oleh teori yang mengemukakan bahwa

penggunaan alat kontrasepsi pil KB sangat tepat untuk meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Dalam

pemerataan pelayanan kesehatan pemerintah telah mendirikan Puskesmas,

memang ada kecamatan yang hanya satu Puskesmas yang sudah dapat di jangkau

seluruh penduduk. Tetapi banyak Puskesmas yang hanya di jangkau oleh

40
penduduk yang bermukim di dekat nya karena penduduk lain tempat tinggal nya

jauh dari Puskesmas. Adanya perbedaan yang sangat jauh dalam lokasi tempat

tinggal ini telah menyebabkan masyarakat kesulitan untuk dapat ke Puskesmas

atau sarana kesehatan( Arif dkk 2011 )

Menurut asumsi peneliti , tinggi nya kepatuhan penggunaan kontrasepsi

pil KB di Kelurahan Mata Air Wilayahkerja Puskesmas Rawang Padang Selatan

karena pengaruh tingkat pendidikan responden pada umum nya tamatan SLTP 24

(44,4 %) dan SLTA 18 (33,3 %) .Hal ini didukung dari hasil kuesioner yang

peneliti sebarkan sebagian besar responden mampu menjawab dengan benar.

Didalam analisa kuesioner juga didapatkan hasil akseptor KB 16 (30 % ) yang

mendapatkan penyuluhan dan sebagian besar 38 ( 70%) tidak mengikuti

penyuluhan yang diselenggarakan tim kesehatan Puskesmas Rawang Padang

Selatan. Dengan rincian yang tidak mengikuti penyuluhan SD(11%) SMP (31%)

SMA( 24%) Perguruan tinggi( 6%) dan yang mengikuti penyuluhan SD( 9%)

SMP( 13%) SMA (7%).

b. Tingkat Pengetahuan tentang Pil KB

Tabel 4.4 diatas menunjuk kan bahwa sebagian dari akseptor KB

(59,3%) memiliki pengetahuan baik tentang pil KB. Hasil yang sama juga

didapatkan Anna ( 2012) di Wilayah Desa Margasana, 60 % memiliki

pengetahuan baik tentang kontrasepsi Pil KB, Sedangkan Endah (2014)

didapatkan hasil 45,5% memilik pengetahuan baik tentang pil KB di Desa

Karang Kecamatan Delanggu Klaten , Hasil juga sesuai dengan penelitian Fitri

41
(2013) di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo lebih tinggi yaitu 87 %

memiliki pengetahuan baik tentang pil KB

Teori menyatakan pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoatmodjo, S 2012 ).

Pengetahuan memiliki kaitan erat dengan kepatuhan, tingkat pengetahuan

yang tinggi patuh untuk mengkonsumsi pil KB sesuai jadwal. Hal ini sesuai

dengan teori yang di kemukakan Lawrence and Green yang menyatakan

bahwa seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan lebih mudah

menyerap konsep - konsep kesehatan yang dipahami sehingga orang tersebut

akan lebih memiliki tingkat kesadaran untuk merubah perilakunya menjadi lebih

baik di banding mempunyai pengetahuan rendah ( Notoatmodjo, S 2011 ).

Pemahaman setiap individu di pengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang berbeda.

Tingkat pengetahuan ini di pengaruhi tingkat pendidikan, ke terpaparan

informasi dan pengalaman.

Sebuah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

serta usaha untuk mendewasakan manusia di peroleh melalui upaya pengajaran

dan pelatihan, sumber informasi yang di peroleh melalui media massa, media

elektronik, dan pengalaman di mana lewat pengalaman, seseorang cenderung

menerapkan masa lalu untuk memecahkan masalah yang menyebab kan

42
seseorang memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang baik (Irmayati, 2007

dalam sanding dkk. 2014)

Pendidikan responden mempengaruhi pengetahuan responden, karena

semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin mudah untuk

menerima informasi baru. Hal ini menunjuk kan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang maka pengetahuan nya akan semakin luas atau baik, selain

itu semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah responden dalam

menerima informasi.(Soekanto, 2000 didalam Endah 2014)

Berdasarkan perbandingan di atas peneliti memiliki asumsi bahwa

pengetahuan dibentuk juga oleh latar belakang pendidikan responden. Dimana

sebagian besar responden memiliki latar belakang (SLTA-SMA) sehingga

perilaku responden banyak memiliki pemahaman yang baik tentang Alat

kontrasepsi pil KB. Upaya peningkatan pengetahuan dapat di lakukan dengan

menghadiri setiap penyuluhan yang di berikan petugas Puskesmas. Pembentukan

pengetahuan sangat berpengaruh terhadap keputusan dalam memilih dan

menentukan pemakaian kontrasepsi.

2.Hasil Analisa Bivariat.

a.Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan pil KB

Berdasarkan tabel 4.6 diatas di dapatkan bahwa akseptor yang patuh

menggunakan Pil KB sebagian besar (61,1%) memiliki tingkat pengetahuan

yang baik, di bandingkan dengan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah.

43
Hail uji statistic chi – square di dapatkan p value = 0,752, dimana p <

0,05 maka di katakan tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan

responden dengan kepatuhan penggunaan Kontrasepsi Pil KB di Kelurahan Mata

Air Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang Selatan Tahun 2019

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Cahyani (2016)

yang berjudul Hubungan antara pengetahuan dengan sikap dalam pemilihan

KB jenis Pil pada akseptor KB Di Puskesmas Sungai Kakap Kabupaten

Kubu Raya , didapatkan bahwa hasil tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan sikap dalam pemilihan KB pil.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukano leh Endah Purwaningsih dan

Yeniatun kusumah (2014) hasilan alisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pemakaian kontrasepsi Pil KB di

Puskesmas Bantul Surakarta. Hal ini dilihat dari hasil analisis dengan ujichi –

square, diperoleh nilai sigifikan 0,000 (p <0,05) . Hal ini menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan atau bermakna antara pengetahuan dengan

kepatuhan minum Pil

dan juga Sanding, dkk, dengan judul Hubungan pengetahuan ibu dengan

kepatuhan minum pil KB Di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur hasil uji chi square (ᵡ2) diperoleh nilai p= 0,001 terdapat

hubungan bermakan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum pil KB, juga

Penelitian Anna(2012) dari hasil uji statistik diperoleh nilai chi square

sebesar 6,451 yang lebih besar dari X tabel yaitu 3,481 dan nilai p= 0,011 yang

44
lebh kecil dari α = 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan akseptor dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi pil KB.

Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori

kurang baik, yaitu sebanyak (40,7 % ) dari 54 responden ,dikarenakan beberapa

hal yang kurang mengetahui mengenai alat kontrasepsipil KB ,beserta efek

samping, kontraindikasi, kekurangan dan kelebihan. Beberapa akseptor KB sangat

jarang mengikuti acara acara penyuluhan mengenai kontrasepsi pil KB yaitu 38

(70%) dan yang mengikuti penyuluhan 16 ( 30%).

Hal ini sependapat dengan Green dalam Notoadmodjo (2011) pengetahuan

seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu factor predisposisi yang

mempengaruhi seseorang, jadi jika aksepto rmemiliki pengetahuan yang kurang

mengenai alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai

alat kontrasepsi (Notoatmodjo 2011).

Pengetahuan merupakan domain sangat penting dalam terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior). Ada 3 faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku yaitu faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat.

Pengetahuan mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku seseorang dan

kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang,

sehingga pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang dalam hal ini kepatuhan akseptor KB pil sesuai

jadwal (Notoatmodjo, 2011)

45
Walaupun secara statistik didapatkan tidak ada hubungan ,namun

hasil penelitian memperlihatkan bahwa responden dengan pengetahuan

yang baik lebih tinggi (59,3%) dari pada yang memiliki pengetahuan

kurang baik (40,7%). Demikian juga Kepatuhan dalam menggunakan pil KB

terlihat lebih tinggi yang patuh (61,1%) dari pada yang tidak patuh

(38,9%.

Oleh karena itu informasi yang efektif kepada akeptor KB Pil

seperti melakukan penyuluhan dan konseling mengenai KB Pil

merupakan hal tepat untuk dilakukan oleh tenaga kesehatan. Disamping

itu hendaknya akseptor KB pil juga harus berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan mengenai KB pil dan meningkatkan pengetahuannya dengan

membaca, aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan

oleh tenaga kesehatan.

46

Anda mungkin juga menyukai