Anda di halaman 1dari 28

PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE GAMBAR

BUAH-BUAHAN

DI RUANGAN ANAK RASUNA SAID

RS TK. III DR. REKSODIWIRYO PADANG

OLEH :

KELOMPOK II

DESMAINI, S.Kep

DEVI HARLIZA, S.Kep

DIAN KISNI. N, S.Kep

DONA FAROZA, S.Kep

HARTATI, S.Kep

IRA MIRANTI ALFIAN, S.Kep

NOVA LUSIANA, S.Kep

RIZKI ILDANI, S.Kep

RISMAYENI, S.Kep

RINI MARLINA, S.Kep

RITA ANDAYATI, S.Kep

OETARI ADNAN, S.Kep

WIDIAWATI, S.Kep

1
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE GAMBAR

BUAH-BUAHAN

Oleh

KELOMPOK II

DESMAINI, S.Kep

DEVI HARLIZA, S.Kep

DIAN KISNI. N, S.Kep

DONA FAROZA, S.Kep

HARTATI, S.Kep

IRA MIRANTI ALFIAN, S.Kep

NOVA LUSIANA, S.Kep

RIZKI ILDANI, S.Kep

RISMAYENI, S.Kep

RINI MARLINA, S.Kep

RITA ANDAYATI, S.Kep

OETARI ADNAN, S.Kep

WIDIAWATI, S.Kep

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns.Monna Widyastuti, M.Kep) (Ns.Dona Yuli Supriani, S.Kep)

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Aktifitas bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik,
emosi, mental, intelektual, kreatifitas dan sosial. Dengan bermain di rumah
sakit, anak dapat beradaptasi lebih adaptif terhadap stress akibat hospitalisasi
dan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya selama perawatan berlangsung.
Untuk itu aktifitas bermain tidak hanya diperlukan oleh anak sehat saja, tapi
diperlukan juga bagi anak dalam keadaan sakit dan dirawat (hospitalisasi)
sehingga anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi serta tetap
dapat mengembangkan kreatifitas dan mengurangi nyeri akibat penyakit atau
terapi. Dengan demikian terapi bermain dianggap salah satu alternative
mempercepat penyembuhan bagi anak.
Terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit mempunyai beberapa
prinsip yaitu (1) tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang berjalan,
(2) tidak membutuhkan energy yang banyak, (3) harus mempertimbangkan
keamanan anak, (4) dilakukan pada kelompok umur yang sama, (5) melibatkan
orang tua.
Puzzle adalah salah satu bentuk permainan untuk anak usia pre sekolah,
dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukuannya
sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam menjalani
perawatan di rumah sakit dan dapat menilai kemampuan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Terapi bermain ini bermanfaat untuk membina hubungan antara anak
dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara maksimal,
selain itu terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan
teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan
usia selama hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan
permainan tidak membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak anak
dalam memecahkan masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih

3
nalar kecerdasan, melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu
tantangan. Puzzle adalah salah satu bentuk permainan untuk anak usia pre
sekolah, dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang
dilakukuannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam
menjalani perawatan di rumah sakit dan dapat menilai kemampuan motorik
kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat
usianya.
Stress hospitalisasi ini dapat ditanggulangi dengan terapi bermain salah
satunya puzzle, dimana terapi ini bermanfaat untuk membina hubungan antara
anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara
maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi
dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai
dengan usia selama hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan
permainan permainan tidak membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak
anak dalam memecahkan masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih nalar kecerdasan, melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu
tantangan.
Puzzle adalah salah satu bentuk permainan untuk anak usia pre sekolah,
dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukuannya
sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam menjalani
perawatan di rumah sakit dan dapat menilai kemampuan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Berdasarkan hasil observasi kelompok di Ruang Anak RS dr.
Reksodiwiryo TK. III Padang pada tanggal 7 Desember 2019, didapatkan
jumlah anak yang dirawat sebanyak 8 orang anak dari berbagai penyakit seperti
Diare, kejang demam, DHF dll. Dari 8 anak yang dirawat, 4 diantaranya berada
pada tahap perkembangan usia pra sekolah, 4 sudah melewati perawatan
intensif di ruangan masing-masing,
Berdasarkan hasil observasi kelompok di Ruang Anak RS dr.
Reksodiwiryo TK. III Padang pada tanggal 7 Desember 2019, didapatkan
jumlah anak yang dirawat sebanyak 8 orang anak dari berbagai penyakit seperti

4
Diare, kejang demam, DHF dll, dan berada dalam tahap Stress Hospitalisasi,
karena rata-rata setiap kali petugas mendekatinya, mereka tampak cemas dan
takut, karena seringnya dilakukan tindakan-tindakan invasif seperti injeksi,
IUFD, pengambilan darah vena, dll.
Berdasarkan survey di atas, kelompok tertarik mengambil materi terapi
aktivitas bermain tentang menyusun puzzle yang bermanfaat untuk membina
hubungan antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat
diberikan secara maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi anak
untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh
kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi.

1.2. TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mempertahankan proses tumbuh kembang, yang dapat dicapai
secara optimal. Disamping itu, keterlibatan orang tua dalam aktifitas
bermain sangat penting karena anak akan merasa aman, sehingga dia
mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan terbuka.
1.2.2) Tujuan Khusus
2.2.1) Dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama perawatan,
sehingga tumbuh kembang tetap berlangsung terus tanpa terhambat
oleh keadaan anak.
2.2.2) Dapat mengurangi stress hospitalisasi di rumah sakit, dan anak
mendapatkan ketenangan dalam bermain.(Nursalam, 2008:29 )

3. MANFAAT TERAPI BERMAIN


3.1) Bagi Peserta Terapi Bermain
Diharapkan terapi bermain ini dapat dijadikan sebagai sebuah terapi selain
terapi medis yang bisa mengurangi tingkat stress pada Anak, sehingga
anak bisa lebih kooperatif terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan
yang akan diberikan.

5
3.2) Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya pelaksanan terapi bermain ini, bisa menambah
ilmu pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya terapi bermain pada
anak.

6
BAB II
PELAKSANAAN TERAPI
1. PESERTA
Peserta dari program terapi bermain ini direncanakan sebanyak 5 orang
anak, yang dirawat di ruangan Anak RS dr. Reksodiwiryo TK. III Padang dan
berada dalam usia tahap pra sekolah dengan kondisi yang memungkinkan
untuk ikut terapi bermain sebagai berikut:
 Anak tidak ada kontra indikasi dengan penyakit yang dideritanya
untuk aktifitas bermain yang diselenggarakan
 Pasien kooperatif
 Tidak dalam kondisi bed rest
 Bersedia untuk mengikuti kegiatan bermain
 Anak tidak terpasang oksigen
 Anak tidak terpasang infus
2. MEDIA
Puzzle berbentuk gambar buah-buahan
3. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu : Jum’at/ 13 Desember 2019
Jam : 11.00 WIB – 11.45 WIB
Tempat kegiatan : Ruangan Anak RS dr. Reksodiwiryo TK. III
Padang
Alokasi waktu : 45 menit

7
4. SETTING TEMPAT

MEJA
BERMAIN

Keterangan :
= Pemimbing = Moderator = Fasilator

= Orang Tua = Leader

= Klien = Observer

7. PENGORGANISASIAN
Moderator : Rismayeni, S. Kep
Tugas :
 Memimpin kerjasama tim
 Menjaga kekompakan TIM
 Mengingatkan leader tentang waktu bermain

Leader : 1. Rizky Ildani, S. Kep

Tugas :
 Menjaga kerjasama Tim yang solid
 Memadu jalannya Program bermain
 Memotivasi klien dan keluarga untuk terlibat dalam
program bermain

8
Co.Leader : 1. Rini Marlina, S. Kep
2. Dian Kisni, S. Kep

Tugas :
 Menjaga kerjasama Tim yang solid
 Memadu jalannya Program bermain
 Memotivasi klien dan keluarga untuk terlibat dalam
program bermain

Observer : Devi Harliza, S.Kep


Nova Lusianan, S.Kep

Tugas :

- Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal


sampai akhir
- Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
Fasilitator :
1. Oetari Adnan, S.Kep
2. Dona Faroza, S.Kep
3. Hartati, S.Kep
4. Widyawati, S.Kep
5. Ira Miranti Alfian, S.Kep
6. Desmaini, S.Kep
7. Rita Andayati, S.Kep
Tugas :
 Menyiapkan sarana dan prasarana
 Memberikan mainan pada anak
 Membantu memotivasi klien dan keluarga
Tugas :

9
Mengamati respon hospitalisasi anak selama terapi aktifitas
bermain berlangsung, mengamati dan mencatat respon motorik kasar klien,
mengamati dan mencatat respon motorik halus klien, mengamati dan
mencatat respon kognitif

Kegiatan Bermain

No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan oleh moderator
 Memusatkan perhatian pada  Memperhatikan
anak-anak
 Salam  Menjawab salam
 Perkenalan dengan mahasiswa  Berkenalan
 Perkenalan dengan pembimbing  Berkenalan
 Menjelaskan tujuan dan aturan  Memperhatikan
kegiatan  Memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  Memperhatikan
 Menjelaskan bahwa selama
kegiatan berlangsung anak
ataupun orang tua tidak boleh
meninggalkan tempat.
Sebelumnya anak atau orangtua
diizinkan terlebih dahulu untuk
izin sebelum kegiatan
berlangsung.

2 45 menit Kegiatan inti oleh Leader dan


co.leader  Orang tua hadir didekat
 Menstimulasikan cara anak

10
menyusun puzzle  Memberikan mainan
 Melibatkan orang tua untuk
hadir didekat anak  Membongkar mainan
 Membagikan peralatan  Mendengarkan
 Memandu anak menyusun
puzzle  Memasang mainan
 Memberikan reinforcement atas
tindakan peserta  Mendengarkan
 Memandu anak untuk menyusun
puzzle dengan baik  Menjawab pertanyaan
 Memberikan reinforcement atas
tindakan peserta  Mendengarkan
 Menanyakan pendapat anak
tentang puzzle yang disusun
 Memberikan reinforcement atas
tindakan peserta
3 5 menit Penutup oleh moderator
 Menanyakan perasaan anak  Mendengarkan
sesudah bermain  Memperhatikan
 Menyampaikan hasil observasi  Menjelaskan
terhadap tumbuh kembang anak perasaannya
kepada orang tua  Mendengarkan
 Menyimpulkan hasil kegiatan
 Mengucapkan terima kasih pada
orang tua dan anak
 Menberi salam

 Menjawab salam

BAB III
TINJAUAN TEORITIS

11
1. KONSEP BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Bermain adalah suatu konsep yang sangat penting bagi anak. Konsep
pembelajaran pada anak adalah bagaimana mereka bermain. Dengan bermain
mereka belajar tentang dunia luar dan lingkungan dimana mereka berada.
Fungsi khusus bermain pada anak mencakup perluasan keterampilan sensorik,
motorik, kreativitas, intelektual dan perkembangan sosial (Suriadi, 2001:8).
Sakit yang dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak
pada anak Jika seorang anak yang dirawat di rumah sakit maka anak tersebut
akan mudah mengalami krisis karena : (1) Anak mengalami strss karena
perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam
kebiasaan sehari-hari, (2) anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang
bersifat menekan. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerjasama dengan petugas
kesehatah selama dalam perawataan. Media yang paling ektif adalah melalui
kegiatan permainan.
Dalam sebuah permainan diperlukannya suatu media yang dapat
menjadikan permainan itu sebagai stimulasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Yang dimaksud stimulasi disini adalah perangsangan
yang datangnya dari lingkungan luar anak. Anak yang banyak mendapat
stimulasi akan lebih cepat berkembang dari anak yang kurang atau bahkan
tidak mendapat stimulasi, pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya (Soetjiningsih, 1995:106).
Aktifitas bermain yng dilakuan perawat di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut:
 Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan
perawat, karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat
mempunyai keseempatan untuk membina hubungn baik dan
menyenangkan dengan anak dan keluarganya.

12
 Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri.
 Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan
rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang dan
nyeri.
 Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
 Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat akan dapat menurunkan ketegangan pada
anak dan keluarga.

2. PRINSIP PERMAINAN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT


1) Tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang di jalankan
2) Tidak membutuhkan energi yang banyak
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5) Melibatkan orang tua

3. TUJUAN BERMAIN
Tujuan bermain bagi anak untuk membantu melengkapi kebutuhan
bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Kebutuhan mengacu pada
tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus
memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit yaitu: menekankan
pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut,
cemas, sedih, tegang, dan nyeri.

4. ALAT PERMAINAN EDUKATIF

13
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk :
a. Perkembangn aspek fisik yaitu kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak.
b. Pengembangan bahasa dengan berlatih berbicara menggunakan kalimat
yang benar
c. Pengembangan aspek kognitif, dengan pengenalan suara, ukuran, dan
bentuk, warna
d. Perkembangan aspek sosial, khusus dalam hubungannya dengan
interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.

5. KARAKTERIK BERMAIN ANAK USIA PRE SEKOLAH


Karakteristik permainan untuk anak usia pre sekolah dibedakan menurut
jenis kelaminnya, yaitu:
a. Anak laki-laki
Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan sejenis mekanik yang
akan menstimulasi kemampuan kreatifitasnya dalam berkreasi sebagai
seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan, puzzle.
b. Anak perempuan
Lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasinya untuk
mengembangkan perasaan, pemikiran, sikap dalam menjalankan peran
sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.

6. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRE SEKOLAH


a. Perkembangan Motorik Kasar (Umur 3 sampai 6 tahun)
Aktifitas motorik kasar diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan
satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan
tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, berjalan denagna
bantuan.
b. Perkembangan Motorik Halus

14
Perkembangan ini meliputi :
Mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,
menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit
benda, melambaikan tangan, menggunakan tangan nya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir
dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan
jari, membuat coretan denagan kertas.
c. Perkembangan Kognitif (cara kerja kongkrit usia 2-7 tahun)
Dengan perkembagan kemampuan sebagai berikut anak belum
mampu mengoperasionalisasikan apa yang di pikirkan melalui apa yang
di pikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak
masih bersifat egosintrik, seperti dalam penelitian piaget anak selalu
menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu sesuatu atau
ukuran yang besar walaupun isi isi sedikit.
d.Perkembangan Psikososial
Tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu terjadi pada umur 1-3
tahun ( toddler ) dengan perkembangan sebagai berikut anak sudah mulai
mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam
motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan
pada tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu
melindungi atau t5idak memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan
menuntut tinggi harapan anak. (A. Aziz Alimul Hidayat)

7. BERMAIN KONTRUKSI ( PUZZLE )


Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu objek permainan
agar menjadi sebuah kontruksi yang benar seperti permainan menyusun
balok atau menyusu pazzle. Sifat dari permainan ini adalah aktif dimana
anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permainan
dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.

15
8. CIRI-CIRI BERMAIN PUZZLE UNTUK ANAK USIA SEKOLAH
DENGAN HOSPITALISASI

a. Puzzle dapat mengurangi kebosanan terhadap hospitalisasi


b. Tingkat kesulitan puzzle sesuai dengan usia sekolah
c. Bermain ini dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan
usia selama hospitalisasi
d. Permainan dapat dilakukan dengan pertahankan mobilisasi

9. FUNGSI WARNA
Warna merupakan sebuah media terapi bagi banyak orang, bahkan warna
kerapkali digunakan sebagai bahasa global untuk membaca emosi seseorang.
Seorang anak yang mewarnai matahari dengan warna-warna gelap seperti hitam
atau abu-abu bisa jadi menandakan kemarahan mereka saat itu. Selain itu cara si
kecil menorehkan warna juga dapat mengekspresikan sifat dasar mereka, sebagai
contoh, jika si kecil mewarnai dengan cara menorehkan garis-garis teratur pada
gambar menunjukan bahwa si kecil memeiliki kecenderungan gaya hidup teratur.
Terlepas dari itu warna sendiri menjadi alat terapi untuk meringankan stres pada si
kecil setelah lelah seharian beraktifitas.
Seperti yang kita tahu warna merupakan salah hal yang ditangkap dan di
proses oleh otak kanan manusia. Warna memiliki magic atau kegunaan dalam
berbagai hal dalam kehidupan, beberapa diantara yakni:
 Warna mempunyai kode tersendiri, misalnya dalam peta terdapat warna
untuk membedakan laut, gunung, sungai, hutan, bukit, dan sebagainya.
Warna juga digunakan dalam berbagai grafik atau diagram. Serta surat
untuk sang terkasih pun pasti memiliki warna tersendiri kan? Seperti pink
atau merah biasanya.
 Warna mempunyai emosi tersendiri, contohnya nuansa rumah sakit yang
putih atau warna lain yang cenderung pucat, nuansa sekolah yang biru atau
cream yang kalem, kecuali nuansa sekolah TK atau Play Group yang
cenderung warna-warna dan cheerful untuk balita dan anak-anak, dan

16
sebagainya. Bisa kamu bayangkan kalau seandainya sekolah di cat merah
dan TK dan Play Group di cat gelap seperti coklat gelap apakah mereka
bisa konsentrasi belajar dalam keadaan seperti itu?

 Membantu otak menjadi lebih rileks sebab otak kiri dan kanan yang
seimbang akan membuat otak cenderung menuju gelombang otak α,
tempat kondisi rileks terjadi.

 Membuat otak menjadi lebih kreatif dalam berfikir sebab otak yang rileks
di kondisi α membuatmu bisa mengakses semua informasi yang ada di
pikiran bawah sadarmu.

 Berkonsentrasi lebih baik karena mengaktifkan otak kanan sehingga


seimbang dengan otak kiri dan mengambil alih kegiatan melamun yang
mengganggu konsentrasi.
 Warna bisa mengklasifikasikan informasi, contohnya warna yang berbeda
pada traffic light dan beberapa rambu-rambu lalu lintas untuk
menyampaikan informasi yang berbeda-beda.
Tapi Tahukah anda akan arti dari warna - warna tersebut, setiap warna memiliki
arti atau juga makna tersendiri. Dalam dunia design seorang design grafis harus
tahu apa itu arti dan makna dari berbagai warna, karna setiap orang akan tertarik
dengan warna.
macam makna warna yang ada:
- Kuning
Respon Psikologi: Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut
(untuk budaya Barat), pengkhianatan, pencerahan dan intelektualitas.
Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu. Kuning adalah warna
yang hangat. Cukup menarik perhatian dan sangat baik jika dijadikan
background untuk teks hitam karena akan lebih mencolok terlihat.
- Oranye
Respon Psikologi: Energy, Keseimbangan, Kehangantan. Menekankan
sebuah produk yang tidak mahal.

17
- Merah
Respon Psikologi: Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya,
berpendirian, dinamis, dan percaya diri.
Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain.
Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal.
Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti ‘bahagia’ di
budaya Oriental. Bisa berarti berani dan semangat yang berkobar-kobar.
Singkatnya secara umum berhubungan dengan perasaan yang meledak-
ledak. Warna merah mudah menarik perhatian dan meningkatkan nafsu.
Karena itu seperti saya katakan tadi, bisnis makanan banyak menggunakan
warna dominan merah karena ini dipercaya dapat meningkatkan nafsu
makan pembeli, lihat saja warna pizza hut, McD, KFC yang juga ada
merahnya.Atau kalau untuk teks, warna merah pasti akan lebih menarik
perhatian dibanding warna lain. Namun jika untuk background dengan
teks hitam, akan membuat mata cepat lelah.
- Biru
Respon Psikologi: Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tehnologi,
Kebersihan, Keteraturan, Damai, menyejukkan, spiritualitas, kontemplasi,
misteri, dan kesabaran. Banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank
di Amerika Serikat untuk memberikan kesan tenang, terpercaya, ilmu dan
wawasan. Warna ini sangat baik untuk menumbuhkan loyalitas konsumen.
Bank-bank banyak menggunakan warna biru sebagai warna dominannya,
demikian juga pendidikan.
- Hijau
Respon Psikologi: Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan,
pertumbuhan, kesuburan, harmoni, optimisme, kebebasan, dan
keseimbangan Warna Hijau tidak terlalu ’sukses’ untuk ukuran Global. Di
Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat
sambutan. Tetapi di Timur Tengah, warna Hijau sangat disukai. Banyak
produk yang menekankan kealamian produk menggunakan warna ini
sebagai pilihan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan
eksplorasi alam, warna hijau banyak dipakai untuk menegaskan bahwa

18
perusahannya berwawasan lingkungan. Warna ini termasuk yang sedang
ngetren dan akan banyak dipakai khususnya dengan kampanye yang
berhubungan dengan lingkungan. Kemasan deterjen juga tidak sedikit
yang menggunakan warna hijau.
- Ungu atau Jingga
Respon Psikologi: Spiritual, Misteri, Kebangsawanan, Transformasi,
Kekasaran, Keangkuhan, Ramah, Romantis, dan Mandiri.
Warna Ungu sangat jarang ditemui di alam. Ungu adalah capuran warna
merah dan biru. Menggambarkan sikap ‘gempuran’ keras yang
dilambangkan dengan warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis
atau menjurus ke pengertian yang dalam dan peka. Bersifat kurang teliti
namun penuh harapan.
- Coklat
Respon Psikologi: Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan,
Stabilitas, Bobot, Kestabilan dan Keanggunan.
Kemasan makanan di Amerika sering memakai warna Coklat dan sangat
sukses, tetapi di Kolumbia, warna Coklat untuk kemasan kurang begitu
membawa hasil.
- Hitam
Respon Psikologi: Ketakutan, Power, Kecanggihan, Kematian, Misteri,
Seksualitas, Kesedihan, Keanggunan, dan Independen, Berwibawa,
Penyendiri, Disiplin, dan Berkemauan keras.
Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya Barat. Sebagai warna
Kemasan, Hitam melambangakan Keanggunan (Elegance), Kemakmuran
(Wealth) dan Kecanggihan (Sopiscated). Menunjukkan hal yang tegas,
elegan, dan eksklusif. Juga bisa mengandung makna rahasia. Seperti ketika
saya memilih warna dominan hitam pada Rahasia Blogging.warnatersebut
sangat mendukung kata “rahasia” yang ingin saya tekankan.
Kalau untuk warna mobil, biasanya mobil berwarna hitam lebih mahal
daripada mobil berwarna lain.
- Putih
Warna suci dan bersih, natural, kosong, tak berwarna, netral, awal baru,
kemurnian dan kesucian Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna

19
apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna
background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk
membacanya.
- Abu Abu
Respon Psikologi: Intelek, Masa Depan (kayak warna Milenium),
Kesederhanaan, Kesedihan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta :


Salemba Medika

20
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Suryadi, yuliani rita. 2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed 2. Jakarta:
Sangung Seto
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong, Dona L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

DAFTAR HADIR MAHASISWA

Hari/ Tanggal : Jum’at / 13 Desember 2019


Jam : 10.00 WIB
Durasi Kegiatan : 45 menit
Tempat : Ruangan Rasuna Said RS Tk. III DR. Reksodiwiryo Padang

NO NAMA PARAF

21
22
DAFTAR HADIR AUDIENS

Hari/ Tanggal : Jum’at / 13 Desember 2019


Jam : 11.00 WIB
Durasi Kegiatan : 45 menit
Tempat : Ruangan Rasuna Said RS Tk. III DR. Reksodiwiryo Padang

NO NAMA PARAF

23
24
INFORM CONSENT

Hari/ Tanggal : Jum’at / 13 Desember 2019


Jam : 11.00 WIB
Durasi Kegiatan : 45 menit
Tempat : Ruangan Rasuna Said RS Tk. III DR. Reksodiwiryo Padang

NO NAMA PARAF

25
LEMBAR KONSUL

NO PERBAIKAN PARAF

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai