Anda di halaman 1dari 18

TERAPI BERMAIN PUZZLE

DI POLI ANAK RSUD KARDINAH

Disusun Oleh :

1. Muh. Abdul Khamid


2. Isni Fauziyah
3. Nitsa Nurotul Faikoh
4. Rizka Irvianti Indah L
5. Yulianti
6. Noval Handika R.P.A
7. Diah Fitriany
8. Entika Nurachmawati
9. Gesti Pradia Kusnanto
10. Sinta Dwianita Ramadhani
11. Siti Nurhikmah Ayuningtyas

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2021 – 2022
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan (Supartini,
2004). Dimana anak mulai berkembang dan memiliki kesadaran pada
dirinya sebagai pria atau wanita, anak dapat mengatur diri dalam buang air,
mengenal beberapa hal yang dianggap bahaya atau membuat celaka dirinya
(Yusuf, 2009). Oleh karena itu, anak-anak perlu mendapatkan perhatian dan
pantaian dalam setiap pertumbuhan dan perkembangannya.
Anak yang sehat lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain
aktif dan memperoleh lebih banyak kepuasan daripada anak yang
kesehatannya terganggu. Pada keadaan ini membuat kecemasan anak
meningkat, bukan hanya karena ketidaknyamanan yang dirasakan akibat
sakit yang dialaminya tetapi juga kenyataan bahwa orang tua yang
menganggap anak yang sakit harus beristirahat ditempat tidur tanpa
melakukan aktivitas
apapun (Suparto, 2003).
Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan bagi anak. Selama masa perawatan ini, anak mengalami
masa yang sulit karena anak tidak dapat melakukan kebiasaan bermain
dengan teman-temannya. Kecemasan yang dialami oleh anak pun
meningkat karena berada pada lingkungan yang baru, dikelilingi orang-
orang yang asing
yang tidak dikenalnya dan peralatan yang menakutkan (Gunawan, 2003).
Dampak hospitalisasi bagi anak secara umum adalah adanya disfungsi
persepsi dan konsep diri yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Permasalahan yang sering ditemui pada fase hospitalisasi anak prasekolah
yaitu rasa takut, kecemasan, tidak berdaya dan gangguan citra diri. Hal ini
berkaitan dengan umur anak, semakin muda umur anak semakin sukar
baginya menyesuaikan diri dengan pengalaman dirawat dirumah sakit
(Gunawan, 2003).
Kecemasan yang dialami anak prasekolah dalam masa hospitalisasi
menjadi suatu masalah yang sangat penting sehingga harus segera ditangani
karena akan memberikan dampak pada terganggunya proses tumbuh
kembang. Dampak lain yang ditimbulkan adalah anak menjadi susah
makan, tidak tenang, takut, gelisah serta berontak saat akan dilakukan
tindakan keperawatan seingga proses pemberian terapi dan proses
penyembuhan menjadi terganggu.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan penting dalam proses
penyembuhan dan tumbuh kembang anak selama hospitalisasi. Selain itu,
perawat juga dapat melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan pada anak
yang mengalami hospitalisasi. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kecemasan yang dialami oleh anak selama perawatan di rumah sakit
yaitu melaksanakan program terapi bermain.
Berdasarkan kasus yang terjadi di ruang Poli Anak RSUD Kardinah
kebanyakan anak mengalami efek hospitalisasi seperti anak merasa ketakutan
saat perawat mendekati anak tersebut dan mereka menganggap perawat tersebut
mau menyuntiknya. Selain itu, anak-anak juga terlihat bosan selama dirawat,
terlihat rewel dan jarang melakukan aktivitas seperti bermain. Fenomena yang
terjadi di ruang anak lantai dasar, maka penulis tertarik untuk memberikan terapi
bermain untuk mengatasi kecemasan yang dialami anak dan efek hospitalisasi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang dan meminimalkan efek
hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Menyalurkan energi anak

b. Mengembangkan kreativitas anak

c. Meningkatkan motivasi anak untuk sembuh dari penyakitnya

d. Meningkatkan kognitif anak

e. Meningkatkan adaptasi anak secara efektif terhadap stress karena


penyakit yang diderita dan efek hospitalisasi
BAB II DESKRIPSI KASUS

A. SASARAN DAN KARAKTERISTIKNYA


Anak usia pra sekolah di Ruang Poli Anak RSUD Kardinah
Karakteristik Sasaran
1. Kriteria Inklusi
a. Anak berusia 3-5 tahun (anak pra sekolah).
b. Anak yang menjalani perawatan di Ruang Poli Anak RSUD Kardinah
c. Keadaan anak yang baik, tidak lemas dan tingkat kesadaran klien
composmentis
d. Anak dapat melakukan akticvitas dan bed rest
e. Anak yang dapat diajak komunikasi dan kooperatif.
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak yang menolak mengikuti permainan
b. Anak menjalani program terapi dari dokter pada saat waktu terapi
bermain dilaksanakan

B. ANALISA KASUS
Anak pra sekolah yang berusia 3-5 tahun yang mengalami efek hospitalisasi
dan terlihat ketakutan pada waktu dilakukan tindakan keperawatan maupun
medis serta anak yang jarang melakukan aktivitas selama dirawat di Ruang
Poli Anak RSUD Kardinah

BAB III METODOLOGI BERMAIN


A. JUDUL PERMAINAN
Puzzle
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Puzzle merupakan suatu bentuk permainan yang membutuhkan kesabaran
dan ketekunan anak dalam merangkainya potongan-potongan gambar
sehingga menjadi suatu gambar yang diinginkan. Jika anak sering
melakukan permainan ini secara perlahan-lahan mental anak akan terbentuk
untuk bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu.
Kepuasan yang didapat ketika anak tersebut menyelesaikan puzzle. Hal ini
merupakan salah satu cara untuk membangkitkan motivasi anak untuk
mencoba hal-hal yang baru bagi anak tersebut. Selain itu, menyusun puzzle
akan membangkitkan kepercayaan diri anak tersebut. Bermain puzzle tidak
membutuhkan banyak energi sehingga dapat dimainkan didalam ruangan
dan dapat dimainkan oleh anak yang dalam kondisi apapun baik dalam
kondisi sakit maupun sehat

C. TUJUAN PERMAINAN
a. Tujuan umum
Mengurangi efek hospitalisasi pada yang dialami oleh anak
b. Tujuan khusus
i. Mengembangkan daya kreativitas anak dalam menyusun puzzle
ii. Meningkatkan komunikasi antara anak dan perawat
iii. Meningkatkan kerjasama antara anak dan perawat
iv. Membangkitkan kepercayaan diri dalam diri anak tersebut

D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


Dalam permainan puzzle ini, keterampilan harus dimiliki oleh anak dan
perawat. Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain,
kreativitas yang tinggi dan memiliki motivasi yang tinggi. Selain itu,
ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat antara lain perawat harus
memiliki kemampuan untuk menjelaskan permainan sehingga anak menjadi
mengerti mengenai cara melakukan permainannya, mempunyai kesabaran
dalam membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan permainan
dan memiliki komunikasi yang baik sehingga terjadi hubungan yang saling
percaya antara anak dengan perawat.

E. ALAT YANG DIPERLUKAN


Puzzle
F. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal :
Tempat : Ruang bermain anak Poli Anak di RSUD Kardinah

G. PROSES BERMAIN
a. Pembukaan
i. Mengucapkan salam
ii. Perawat memperkenalkan diri pada anak
iii. Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak dan orang tua
dengan cara

menjalin komunikasi 2 arah dan memberi feedback dari setiap respon


anak
iv. Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada anak dan
orang tua
v. Melakukan kontrak waktu
b. Inti
i. Perawat menjelaskan tentang aturan bermain
ii. Perawat memberikan 1 contoh puzzle yang sudah tersusun rapi
iii. Anak melakukan kegiatan menyusun puzzle yang masih berantakan
iv. Memberikan pujian kepada anak

c. Penutup
i. Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orangtua dengan
memberikan pertanyaan seperti:
1. Bagaimana perasan anak setelah bermain?
2. Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?
3. Apakah kegiatan ini menyenangkan?
4. Apakah manfaat dari terapi bermain yang dilakukan?
ii. Membuat rencana tindak lanjut
H. HAL- HAL YANG PERLU DIWASPADAI
a. Energi
Dalam melakukan permainan membuthkan energi yang cukup. Anak
yang sedang sakit cenderung malas untuk bermain
b. Waktu
Waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak
yang sedang sakit cenderung memilih untuk beristirahat dari pada
bermain
c. Ruangan untuk bermain
Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak
untuk bermain
d. Lingkungan
Lingkungan yang terlalu ramai akan mempengaruhi konsentrasi anak
dalam bermian
e. Pengetahuan untuk bermain
Pengetahuan tentang cara melakukan permainan akan
mempengaruhi dalam berlangsungnya permainan
f. Teman bermain
Teman bermain menjadi hal yang sangat penting karena dapat menambah
semangat anak untuk bermain. Kenyamanan proses bermain ditentukan
oleh lawan mainnya. Biasanya
anak- anak takut dengan orang yang baru dikenalnya termasuk perawat
g. Alat permainan
Senang atau tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan
mempengaruhi semangat anak dalam bermain

I. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN


a. Energi
Permainan yang dilakukan tidak membutuhkan energi yang ekstra
sehingga anak merasa santai dan nyaman dalam mengikuti proses
bermain
b. Waktu
Waktu bermain disesuaikan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang
istirahat maka membiarkan anak untuk istirahat. Waktu juga harus
disesuaikan dengan mood anak
c. Ruangan untuk bermain
Ruangan bermain disesuaikan dengan keinginan anak. Ketika anak
menginginkan diluar maka permainan harus dilakukan diluar dan
sebaliknya
d. Lingkungan
Lingkungan harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
ramai dan tidak terlalu sepi sehingga konsentrasi anak dapat terjaga dan
anak tidak merasa kesepian
e. Pengetahuan untuk bermain
Menjelaskan dengan penjelasan yang ringan dan mudah dimengerti serta
sambil memperagakan sehingga anak mengetahui permainannya
f. Teman bermain
Meminta orang tua dan keluarga untuk mendampingi anak selama proses
bermain
g. Alat permainan
Pemilihan alat permainan disesuaikan dengan usia dan karakteristik anak
J. KRITERIA EVALUASI
a. Struktur
i. Anak : subjek proses bermain
ii. Perawat : pelaksana permainan
iii. Keluarga : pembantu pelaksana
b. Proses
Sebelum terapi bermain dilaksanakan, perawat menjelaskan tentang tata
cara bermain dan menunjukkan contoh puzzle yang sudah tersusun.
Selain itu, perawat juga harus memperagakan tentang alat
permainannya dan memvalidasi bahwa anak telah mengerti dan
memahami tata cara permainan yang akan dilaksanakan. Perawat
harus melibatkan keluarga untuk mendampingi anak dalam proses
bermain. Perawat juga memberikan kesempatan kepada anak untuk
mencoba melakukan permainannya yaitu menyusun puzzle yang
telah disediakan. Perawat membantu anak ketika anak mengalami
kesulitan dan menjaga interaksi antara anak dengan perawat selama
permainan berlangsung
c. Hasil
Anak mampu menyelesaikan permainan dengan baik, memberi apresiasi pada
permainannya dan merasa senang dapat bermain puzzle. Keluarga dapat membantu
anak dengan cara mendampingi anak selama proses bermain ini berlangsung
A. WAKTU
Hari / Tanggal :
Ruang : Ruang bermain anak lantai dasar

B. PROSES
1. Persiapan
a. Menyiapkan alat- alat yang akan digunakan dalam hal ini adalah
puzzle
b. Mengajak anak dan keluarganya
2. Pembukaan
a. Memberikan komunikasi terapeutik yaitu
memberikan salam Memberi salam pada
anak sehangat mungkin
b. Evaluai/ validasi
Menanyakan perasaan An. M pada saat ini
3. Kegiatan inti
a. Kontrak
- Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang permainan
dan manfaat bagi

anak
- Membuat kontrak waktu untuk bermain 20-30 menit
- Menjelaskan tentang cara bermain puzzle
b. Kegiatan bermain
Sebelum permainan dimulai, perawat menjelaskan tata cara bermain
puzzle.
4. Penutup
a. Menanyakan kepada klien tentang perasaannya setelah bermain
puzzle
b. Memberi kesimpulan untuk permainan yang telah dilakukan.
c. Memberi salam terapeutik
C. EVALUASI

1. Evaluasi struktural

Sebelum pelaksanaan kegiatan, pre planning dan alat sudah disiapkan


serta kontrak waktu sudah dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi hasil
BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Hospitalisasi merupakan keadaan yang menakutkan dan tidak


menyenangkan bagi anak- anak. Proses hospitalisasi yang terjadi
akan berdampak pada anak yaitu anak kehilangan waktu bermain
dengan teman- temannya. Selain itu, hospitalisasi juga menyebabkan
anak-anak merasa bosan karena tidak bebas dan berada ditempat
yang asing baginya.
Kebutuhan bermain yang sehari-hari anak lakukan pada saat
dirumah dapat terganggu selama proses hospitalisasi berlangsung.
Hal ini dapat diatasi dengan salah satu terapi yaitu terapi bermain
sesuai dengan usia dan karakteristik anak tersebut. Terapi bermain
ini dapat mengatasi efek hospitalisasi yang terjadi seperti anak
merasa bosan, cemas dan juga dapat meningkatkan kooperatif anak.
Selain itu terapi bermain dapat mengalihkan perhatian anak dari
sakitnya. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan terapi bermain pada anak yang mengalami hospitalisasi
yaitu waktu, energi, alat permainan, teman bermain, dan lingkungan
sehingga diharapkan terapi bermain dapat memberikan efek yang
positif bagi anak dan mengurangi efek hospitalisasi.

B. SARAN
1. Pemberian terapi bermain dapat disesuaikan dengan karakter dan
usia anak
2. Alat- alat permainan yang disediakan di rumah sakit sebaiknya
yang beragam
sehingga anak dapat menentukan sendiri permainannya
sesuai dengan kesukaannya
3. Pemberian terapi bermain sebaiknya diberikan setiap hari sesuai
dengan kondisi anak
DOKUMENTASI KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA

Dora alfiyanti. 2007. Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak
usia pra sekolah selama tindakan keperwatan di Ruang Lukman
Rs.Roemani Semarang. Jurnal keperawatan Volume 1 No. 1
Gunawan, Y.ES. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi
Bermain di Instalasi Kesehatan Anak Rumah Sakit DR. Sardjito
Yogyakarta. Skripsi. PSIK Fakultas Kedokteran UGM
Perry & Potter. 2001. Fundamental of Nursing Fifth Edition. St.Louis:
Mosby Company Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan
Keperawatan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu Soetjiningsih. 1995.
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Perkembangan Anak. Jakarta: EGC

Suparto, H. 2003. Mewarnai Gambar Sebagai Metode Penyuluhan untuk Anak:


Studi Pendahuluan pada Program Pemulihan Anak Sakit Irna Anak RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi. PSIK Fakultas Kedokteran UGM
Yusuf, S. L.N. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Zellawati, Alice. Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak.
Majalah ilmiah informatika vol.2 No.3. Fakultas Psikologi Universitas
AKI

Anda mungkin juga menyukai