DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya serta kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat dapat
menyelesaikan laporan ini dengan judul “NYERI DADA”. Dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Mengingat bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini, baik langsung maupun tidak
langsung.Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis Laporan ini mungkin masih banyak
kekurangannya.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan laporan-laporan kami selanjutnya.Kami mohon maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan kata karena kebenaran hanya milik-Nya semata.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Makassar, 17 Maret 2018
Penyusun
SKENARIO 3
Tuan M, 47 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan nyeri dada hebat
yang sudah dirasakan sejak 3 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan dirasakan
terus menerus dan makin memberat dengan aktivitas disertai keringat dingin. Nyeri
dada dirasakan sampai terasa sulit bernapas.
Dari informasi tambahan nyeri dada dirasa tembus kebelakang yang tiba-tiba,
sebelumnya tidak ada nyeri seperti ini,. Nyeri bersifat tajam, teriris dan terus menerus
selama 3 jam terakhir. Dari pemeriksaan fisik: pulsus defisit, tekanan darah 200/110
mmHg, nadi 100x permenit, murmur diastolik, dengan kontur maksimal ICS II linea
parasternalis dextra grade ¾. Pemeriksaan radiologi gambaran aorta knob melebar,
apex jantung tertanam disertai pelebaran mediastinum.
KLARIFIKASI KATA SULIT
Tidak ada
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Tuan M 47 tahun
2. Nyeri dada hebat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
3. Keluhan terus menerus, memberat ketika aktivitas, dan keringat dingin
4. Nyeri dirasakan sampai sulit bernapas.
5. TD pada saat masuk 200/110 mmHg, nadi 110x/menit.
PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan gambaran anatomi dan fisiologi organ yang terlibat!
2. Bagaimana mekanisme, klasifikasi, dan factor resiko nyeri dada?
3. Perbedaan nyeri dada kardio dan non kardio?
4. Mengapa nyeri tambah berat saat aktivitas disertai sesak nafas dan keringat
dingin?
5. Langkah-langkah diagnosis?
6. Diagnosis banding pada scenario?
7. Penatalaksanaan awal yang tepat pada scenario?
8. Perspektif islam sesuai scenario?
JAWABAN PERTANYAAN
1. Gambaran anatomi dan fisiologi organ yang terlibat
A. Anatomi
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yag terletak antara
kedua paru- paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak
di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Jantung
berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Bentuk seperti
kerucut tumpul. Ujung atas yang lebar mengarah ke bahu kanan, ujung bawah
yang mengerucut mengarah ke panggul kiri.
a. Pelapis jantung
1. Perikardium
Adalah kantong berdinding ganda yg dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh drah besar, kantong ini melekat pada
diafragma, sternum, dan pleura yang membungkus paru-paru.Terdiri dari :
lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam
2. Lapisan fibrosa luar
Pada perikardium tersusun dari serabut kolagen yg membentuk lapisan
jaringan ikat rapat untuk melindungi jantung
3. Lapisan serosa dalam
a. Membran viseral (epikardium) ; menutup permukaan jantung
b. Membran parietal ; melapisi permukaan bagian dalam fibrosa perikardium
4. Rongga perikardia
Ruang potensial antara membran viseral dan parietal. Ruang ini mengandung
cairan perikardial yang disekresi lapisan serosa untuk melumasi membran dan
mengurangi friksi.
b. Dindingjantung
a. Epikardium ; tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas
jaringan ikat.
b. Miokardium ; tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
untuk memompa darah.
c. Endokardium ; tersusun dari lapisan endotelial yang terletak di atas jaringan
ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, dan menyambung dengan lapisan
endotelial yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan
jantung.
c. Ruang Jantung
Terdapat 4 ruang jantung :
I. Atrium
1. Atrium kanan Terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima
darah dari seluruh jaringan kecuali paru – paru.
2. Atrium kiri terletak di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil
dari atrium kanan, tetapi dinding nya lebih tebal. Atrium kiri menampung
empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-
paru.
3. Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri
II. Ventrikel
1. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantun. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir
melewati jarak yang pendek ke paru paru.
2. Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal
dinding nya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru
paru.
d. Batas jantung
1. Batas kanan jantung
a. 2 cm dari ics 2 dextra linea sternalis ke arah lateral
b. Turun ke kaudal, costa 5 kanan (proyeksi)
2. Batas kiri jantung
a. Spatium intercostalis 2, 3 cm dari linea sternalis
b. Bawah (ictus cordis)
c. Spatium intercosta 5, lateral linea parasternal
3. Cranial
Sama dengan batas kanan
4. Trabecullae carneae
a. Adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol dari
permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikular.
b. Otot papilaris: penonjolan otot trabeculae carneae ke tempat perlekatan
korda kolagen katup jantung (chordae tendineae)
c. Pita moderator : pita lengkung otot pada ventrikel kanan yang memanjang
ke arah transversal dari septum interventrikular menuju otot papilaris anterior.
e. Katup Jantung
1. Katup trikuspid (terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan)
a. Mempunyai 3 katup jaringan ikat fibrosa iregular yang melapisi
endokardium.
b. Bagian ujung daun melekat pada chordae tendineae (hearth string) yang
melekat pada otot papilaris.
c. Chordae tendinase berfungsi untuk mencegah terjadinya pembalikan daun
katup ke arah belakang menuju atrium.
Chordae tendinase
2. Katup Bikuspid (mitral)
a. Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
b. Katup ini melekat pada chordeae tendineae dan oto papilaris, fungsinya
sama dengan fungsi katup trikuspid.
3. Katup semilunar aorta dan pulmonar ; terletak di jalur keluar ventrikular
jantung sampai ke aorta dab trungkus pulmonar.
4. Katup semilunar berbentuk seperti bulan sabit, yang tepi konveksinya
melekat pada bagian pembuluh darah.
5. Batas katup (auskultasi )
a. V.mitral , ictus cordis : intercosta kiri 5
b. V.tricuspid : Intercosta 5 kanan, linea sternalis kanan
c. V. Aorta : Intercosta 2 kanan, linea sternalis kanan
d. V.pulmonalis : Intercostalis 2 kiri, linea sternalis kiri
Referensi:
Buku anatomi daily more
B. Fisiologi
Referensi :
PENDAHULUAN
1. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di mana angina
cukup berat dan frekuensi cukup sering ,lebih dari 3 kali per hari.
2. Pasien dengan angina yang makn bertambah berat,sebelumnya angina
stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering,dan lebih berat sakit
dadanya.
3. pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
Keadaan klinis:
Kelas A. Angina tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi lain
atau febris.
Kelas B. Angina tak stabil yang primer, tak ada faktor ekstra kardiak .
Kelas C. Angina yang timbul setelah serangan infark jantung.
Intensitas pengobatan:
Elektrokardiografi (EKG)
Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan
adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemia
atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti
depresi segmen ST kurang dari 0.5 mm dan gelombang T negatif kurang
dari 2 mm, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal
lain . Pada angina tak stabil 4 % mempunyai EKG normal , dan pada
NSTEMI 1-6 % EKG juga normal.
Uji Latih
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan
menunjukkan tanda risiko tinggi perlu pemeriksaan exercise test dengan
alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka prognosis baik Sedangkan bila
hasilnya positif, lebih-lebih bila didapatkan depresi segmen ST yang
dalam, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan angiografi koroner,
untuk menilai keadaan pembuluh koronernya apakah perlu tindakan
revaskularisasi (PCI atau CABG) karena risiko terjadinya komplikasi
kardiovaskular dalam waktu mendatang cukup besar.
Ekokardiograti
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis
angina tak stabil secara langsung. Telapi bila tampak adanya gangguan
faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan
dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik
Ekokardiografi stres juga dapat membantu menegakkan danya iskemia
miokardium.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeniksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah
diterima sebagai petanda paling penting dalam diagnosis SKA. Menuut
European Society of Cardiology (ESC) dan ACC dianggap ada
mionekrosis bila troponin T atau I positif dalam 24 jam. Troponin tetap
positif sampai 2 minggu. Risiko kematian beramhah dengan tingkat
kenaikan troponin.
PENATALAKSANAAN
Secara umum:
r Heparin )
e
ksi gangangguan hemodinamik dan faktor presipitasi :
Koreksi semua faktor penyebab disfungsi jantung.
TINDAK LANJUT
Karena angina tak stabil memiliki resiko tinggi terjadi infark iokard
akut (IMA),setelah angina terkontrol yaitu setelah pindah dari ICCU,
semua pemderita dianjurkan utnuk dilakukan Angiografi koroner
elektif.
G. Ekokardiografi
Gambaran ekokardiografi adalah adanya undulasi intimal flap di dalam
lumen aorta yang memisahkan kanal palsu dan sebenarnya. Transthoracic
echocardiography (TTE) memiliki sensitivitas 77% dan spesifisitas 93-96%.
Sensitivitasnya jauh lebih rendah (31-55%), dibandingkan pencitraan lainnya
untuk diagnosis diseksi aorta distal. TTE juga memiliki keterbatasan pada
pasien dengan gangguan struktur dinding dada, celah interkosta sempit,
obesitas, emfisema, dan pasien dengan bantuan ventilasi mekanik.
Keterbatasan tersebut sudah diatasi dengan transesophageal
echocardiography (TEE). TEE memiliki akurasi tinggi untuk evaluasi
diagnosis diseksi aorta akut, dengan sensitivitas 98% dan spesifitas 95%.
Kelebihan TEE adalah dapat dilakukan secara cepat di IGD saat pasien
sedang mendapat terapi intensif. Keterbatasannya adalah kurangnya tenaga
ahli dan ketersediaan setiap saat.
H. Computed Tomography scan (CT scan)
Diagnosis dengan CT scan didasarkan pada ditemukannya dua lumen
yang dipisahkan oleh intimal flap, atau dua lumen dengan opasitas berbeda.
CT scan dengan kontras memiliki akurasi tinggi, dengan sensitivitas 98%
dan spesifisitas 100%, jika tanpa kontras, diseksi aorta dapat tidak terdeteksi.
Keterbatasan utama adalah perlunya memindahkan pasien untuk CT scan
dan potensi nefrotoksik kontras.
I. Magnetic Resonance Imaging
Kriteria diagnosis MRI sama seperti CT scan. MRI memiliki akurasi
sama atau lebih tinggi dibandingkan CT scan. Kelemahan MRI adalah
kontraindikasi pada pasien dengan alat-alat implan seperti pacemaker dan
defibrilator. MRI juga terbatas pada keadaan darurat dan membutuhkan
waktu lebih lama untuk memperoleh hasil gambar. MRI jarang digunakan
untuk pemeriksaan awal pasien diseksi aorta. MRI dapat digunakan untuk
alternatif evaluasi.
J. Aortografi
Aortografi memiliki risiko tindakan invasif, dosis kontras tinggi, dan
waktu lebih lama. Diagnosis dengan aortografi didasarkan pada
ditemukannya gambaran dua lumen, dan/atau adanya intimal flap. Aortografi
memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas 94%. Aortografi bersifat invasif
dan tidak memberikan gambaran tiga dimensi seperti pada CT scan, MRI,
atau TEE. Dahulu digunakan sebagai gold standard diagnosis, tetapi saat ini
sudah jarang dilakukan karena ada pencitraan lain yang lebih cepat, non-
invasif, dan aman.
Pemilihan modalitas pencitraan ditentukan berdasarkan ketersediaan
fasilitas dan keahlian. Pemeriksaan penunjang harus secepat mungkin
dengan modalitas paling akurat dan mudah diakses. Dengan alasan ini,
sering dipilih CT scan dan TEE. Di beberapa tempat, TEE lebih dipilih
karena portabel, dapat dilakukan dengan cepat dan tidak memerlukan
kontras. Pada semua pasien nyeri dada tanpa penyebab jelas sebaiknya
dilakukan pencitraan aorta torakalis. Dugaan kuat diseksi akut adalah
keluhan nyeri dada atau punggung yang menjalar, dengan durasi kurang dari
24 jam, pada pasien dengan riwayat hipertensi.
Diagnosis diseksi aorta harus cepat ditegakkan, karena komplikasi
dan kematian dapat terjadi dengan cepat. Diseksi aorta disebut sebagai the
great masquerader (pemalsu hebat) karena dapat menghasilkan gejala-gejala
yang mirip dengan gangguan organ lain; dibutuhkan kewaspadaan yang
tinggi.
K. Tatalaksana
Tujuan terapi akut adalah menghentikan progresi diseksi. Pasien
diseksi aorta akut memerlukan terapi intensif segera, baik terapi definitif
maupun untuk stabilisasi, sampai dapat dilakukan pembedahan. Tatalaksana
awal mencakup stabilisasi pasien, menurunkan tekanan darah dan kekuatan
kontraksi ventrikel kiri, dan mengontrol nyeri. Pendekatan terapi ini harus
dimulai secepatnya saat menjalani evaluasi diagnostik.
Terapi lini pertama adalah beta bloker untuk menurunkan kekuatan kontraksi
ventrikel kiri, tekanan darah, dan frekuensi jantung, Target frekuensi jantung
sebaiknya 60 kali/ menit atau kurang, dan tekanan darah sistolik 100-120
mmHg. Pilihan obat adalah beta bloker kerja cepat esmolol, atau beta dan
alfa bloker labetalol intravena. Propanolol atau metoprolol oral atau
intravena juga dapat digunakan. Jika terdapat kontraindikasi terhadap beta
bloker, penyekat kanal kalsium non-dihidropiridin, seperti diltiazem dan
verapamil, dapat sebagai alternatif.
Sodium nitroprusside atau nitrogliserin sebagai vasodilator diberikan
secara intravena, untuk membantu menurunkan tekanan darah. Nikardipin,
nitrogliserin, dan fenoldopam juga dapat menjadi pilihan. Sebelum
administrasi vasodilator, beta bloker harus diberikan lebih dulu karena
vasodilatasi dapat menyebabkan refleks katekolamin yang dapat
meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel kiri.
Diseksi aorta dapat bertambah luas dengan cepat saat tekanan darah
atau kekuatan kontraksi jantung meningkat. Beta bloker dan vasodilator
diberikan untuk menurunkan risiko tersebut. Tanpa melihat tipe diseksi, atau
indikasi operasi, terapi harus segera dimulai. Keluhan nyeri perlu ditangani
dengan analgesik yang adekuat, seperti opiat. Rangsang nyeri dapat makin
meningkatkan tekanan darah.
Pasien diseksi aorta akut membutuhkan evaluasi dan tatalaksana
multidisiplin. Pasien harus segera dirujuk ke pelayanan tersier yang memiliki
spesialisasi kardiologi dan bedah toraks kardiovaskular. Pada diseksi tipe A,
koreksi pembedahan secepatnya. Kematian dapat disebabkan oleh
komplikasi ruptur, regurgitasi aorta, atau infark miokard akut jika tidak
dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, angka keselamatan pasien
diseksi tipe A meningkat. Mortalitas pasien diseksi aorta akut yang
menjalani operasi turun dari 25% menjadi 18%.Pembedahan meliputi
perbaikan robekan intima, penjahitan tepi-tepi kanal palsu, dan jika perlu,
mengganti segmen aorta berisiko dengan graft aorta sintetis. Diseksi tipe B
stabil tidak memerlukan tindakan bedah karena intervensi pembedahan awal
tidak meningkatkan prognosis. Pembedahan diindikasikan jika ada bukti
perluasan diseksi, risiko mengenai cabang mayor dari aorta, ancaman ruptur,
atau nyeri terus-menerus. Stent graft endovaskular sedang berkembang dan
menunjukkan hasil memuaskan, dan menjadi alternatif untuk pasien diseksi
tipe B dengan komplikasi.
Referensi;
Juang D, Braverman AC, Eagle K. Cardiology patient pages: Aortic
dissectio
Prof.dr.Asikin Hanafiah, DSJP dkk. Buku Ajar Kardiologi.Jakarta: FKUI
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 edisi 5
3) STENOSIS MITRAL
DEFINISI
Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari
atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup
mitral. Penyebab stenosis mitral paling sering demam rematik, penyebab lain
adalah karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis,
mukopolisakaridosis dan kelainan bawaan
ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi yang
progresif dari demam reumatik oleh infeksi streptokokus. Penyebab lain
walaupun jarang dapat juga stenosis mitral kongenital, deformitas parasut
mitral, vegetasi systemic lupus erythematosus (SLE), karsinosis sistemik,
deposit amiloid, akibat obat fenfluramin/phentermin, rheumatoid artritis (RA),
serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat proses
degeneratif.
Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran darah ke
ventrikel kiri seperti cor triatrium, miksoma atrium serta trombus sehingga
menyerupai stenosis mitral.
PATOGENESIS
Rematik karditis akut adalah pankarditis yang melibatkan perikardium,
miokardium, dan endokardium. Daerah dengan iklim sedang serta negara
maju interval terjadinya rematik karditis dengan munculnya stenosis mitral
berkisar antara 10-20 tahun. Negara tropis, subtropis dan negara-negara
berkembang interval dapat lebih pendek. Tanda khas dari rematik karditis akut
adalah aschoff nodule. Lesi paling sering pada rematik endokarditis adalah
mitral valvulitis. Katup mitral mengalami vegetasi pada garis penutupan katup
dan korda. Stenosis mitral biasanya terjadi akibat episode berulang dari
karditis yang diikuti dengan penyembuhan dan ditandai dengan deposisi
jaringan fibrosa. Stenosis mitral terjadi akibat dari fusi dari komisura, kuspis,
korda atau kombinasi dari ketiganya. Hasil akhir katup yang mengalami
deformitas terjadi fibrosis dan kalsifikasi. Lesi tersebut akan berlanjut dengan
fusi dari komisura, kontraktur dan penebalan dari leaflets katup. Korda
mengalami pemendekan dan fusi. Kombinasi ini akan menyebabkan
penyempitan dari orifice katup mitral yang membatasi aliran darah dari LA
(Left Atrium) dan LV (Left Ventricle).
PATOFISIOLOGI
Orang dewasa normal orifisium katup mitral adalah 4 sampai 6 cm2.
Adanya obstruksi yang signifikan, misalnya, jika orifisium kurang lebih
kurang dari 2 cm2, darah dapat mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri
hanya jika didorong oleh gradien tekanan atrioventrikel kiri yang meningkat
secara abnormal, tanda hemodinamik stenosis mitral. Apabila orifisium katup
mitral berkurang sampai 1 cm2 , tekanan atrium kiri kurang lebih 25 mmHg
diperlukan untuk mempertahankan curah jantung (cardiac output) yang
normal. Tekanan atrium kiri yang meningkat, selanjutnya, meningkatkan
tekanan vena dan kapiler pulmonalis, yang mengurangi daya kembang
(compliance) paru dan menyebabkan dispnea pada waktu pengerahan tenaga
(exertional dyspnea, dyspnea d’ effort). Serangan pertama dispnea biasanya
dicetuskan oleh kejadian klinis yang meningkatkan kecepatan aliran darah
melalui orifisium mitral, yang selanjutnya mengakibatkan elevasi tekanan
atrium kiri. Untuk menilai beratnya obstruksi, penting untuk mengukur
gradien tekanan transvalvuler maupun kecepatan aliran. Gradien tekanan
bergantung tidak hanya pada curah jantung tapi juga denyut jantung.
Kenaikan denyut jantung memperpendek diastolik secara proporsional lebih
daripada sistolik dan mengurangi waktu yang tersedia untuk aliran yang
melalui katup mitral. Oleh karena itu, pada setiap tingkat curah jantung
tertentu, takikardia menambah tekanan gradien transvalvuler dan selanjutnya
meningkatkan tekanan atrium kiri.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik dapat dijumpai malar facial flush, gambaran pipi
yang merah keunguan akibat curah jantung yang rendah, tekanan vena
jugularis yang meningkat akibat gagal ventrikel kanan. Kasus yang lanjut
dapat terjadi sianosis perifer. Denyut apikal tidak bergeser ke lateral,
dorongan kontraksi ventrikel kanan pada bagian parasternal dapat dirasakan
akibat dari adanya hipertensi arteri pulmonalis. Auskultasi dapat dijumpai
adanya S1 akan mengeras, hal ini hanya terjadi bila pergerakan katup mitral
masih dapat fleksibel. Bila sudah terdapat kalsifikasi dan atau penebalan pada
katup mitral, S1 akan melemah. S2 (P2) akan mengeras sebagai akibat adanya
hipertensi arteri pulmonalis. Opening snap terdengar sebagai akibat gerakan
katup mitral ke ventrikel kiri yang mendadak berhenti, opening snap terjadi
setelah tekanan ventrikel kiri jatuh di bawah tekanan atrium kiri pada diastolik
awal. Jika tekanan atrium kiri tinggi seperti pada stenosis mitral berat,
opening snap terdengar lebih awal. Opening snap tidak terdengar pada kasus
dengan kekakuan, fibrotik, atau kalsifikasi daun katup. Bising diastolik
bersifat low-pitched, rumbling dan dekresendo, makin berat stenosis mitral
makin lama bisingnya. Tanda auskultasi stenosis mitral yang terpenting untuk
menyokong beratnya stenosis adalah A2-OS interval yang pendek dan
lamanya rumble diastolik.
Pemeriksaan penunjang dari rontgen toraks pada pasien stenosis mitral
didapatkan pembesaran segmen pulmonal, pembesaran atrium kiri, karina
bronkus yang melebar dan bisa didapatkan gambaran hipertensi vena
pulmonalis, serta efusi pleura.
EKOKARDIOGRAFI
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan untuk membantu
menegakan diagnosis stenosis mitral adalah dengan metode noninvasif
ekokardiografi. Ekokardiografi merupakan metoda yang sangat sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosis stenosis mitral. Two dimensional color Doppler
flow echocardiographic imaging dan Doppler echocardiography memberikan
informasi yang kritis, mencakup perkiraan atau penilaian perbedaan
transvalvuler dan ukuran orifisium mitral, adanya regurgitasi mitral serta
tingkat keparahan yang menyertai stenosis mitral, luasnya restriksi daun-daun
katup, tebalnya daun katup dan derajat distorsi aparatus subvalvuler.
Ekokardiografi juga memberikan penilaian ukuran ruang-ruang
jantung, perkiraan tekanan arteri pulmonalis dan indikasi mengenai adanya
regurgitasi trikuspid dan pulmonal serta derajat keparahannya yang terkadang
menyertai kejadian stenosis mitral.
PENATALAKSANAAN
Pendekatan Klinis Pasien dengan Stenosis Mitral
Pada setiap pasien stenosis mitral anamnesis dan pemeriksaan fisik
lengkap harus dilakukan. Prosedur penunjang EKG, foto toraks,
ekokardiografi seperti yang telah disebutkan di atas harus dilakukan secara
lengkap.
Pada kelompok pasien stenosis mitral yang asimtomatik, tindakan
lanjutan sangat tergantung dengan hasil pemeriksaan eko. Sebagai contoh
pasien aktif asimtomatik dengan area > 1,5 cm2, gradient <5 mmH, maka
tidak perlu dilakukan evaluasi lanjutan, selain pencegahan terhadap
kemungkinan endocarditis. Lain halnya bila pasien tersebut dengan area
mitral <1,5 cm2.
Pendekatan Medis
Prinsip Umum. Stenosis Mitral merupakan kelainan mekanik, oleh
karena itu obat bersifat suportif atau simtomatik terhadap ganguan fungsional
jantung, atau pencegahan terhadap infeksi.
Beberapa obat-obatan seperti antibiotic golongan penisilin,
eritromisin, sulfa, sefalosporin untuk demam reumatik atau pencegahan
endocarditis sering dipakai. Obat-obat inotropic negative seperi B-blocker
atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus yang
memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.
Retriksi garam atau pemberian diuretic secara intermitten bermanfaat jika
terdapat bukti adanya kongesti vascular paru.
Pada stenosis mitral dengan irama sinus, digitalis tidak bermanfaat,
kecuali terdapat disfungsi ventrikel baik kiri atau kanan. Latihan fisik tidak
dianjurkan kecuali ringan hanya untuk menjaga kebugaran, karena latihan
akan meningkatkan frekuensi jantung dan memperpendek fase diastole dan
seterusnya akan meningkatkan gradient transmitral.
Pencegahan Embolisasi Sistemik
Antikoagulan warfarin sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan
fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan
thrombus untuk mencegah fenomena tromboemboli.
Valvatomi Mitral Perkutan dengan Balon
Pertama kali diperkenalkan oleh Inoue pada tahun 1984 dan pada
tahun 1994 diterima sebagai prosedur klinik. Mulanya dilakukan dengan 2
balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan dalam teknik pembuatan
balon, prosedur valvotomi cukup memuaskan dengan prosedur 1 balon.
8. Perspektif islam
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.