Anda di halaman 1dari 41

Referat

HERNIA

Oleh :

Sahyudi Darma Asepti 1840312278

Preseptor:

dr. Fauzil, SpB

BAGIAN ILMU BEDAH


RST REKSODIWIRYO PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“HERNIA” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Bedah RST Reksodiwiryo Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penyusunan Referat ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Bedah RST Reksodiwiryo Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.
Fauzil, SpB sebagai preseptor dalam kepaniteraan klinik senior ini beserta seluruh
jajarannya dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Referat ini.
Penulis menyadari bahwa Referat ini jauh dari sempurna, maka dari itu
sangat diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaan Referat ini. Penulis
berharap agar Referat ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan terutama
bagi penulis sendiri dan bagi teman-teman dokter muda yang tengah menjalani
kepaniteraan klinik. Akhir kata, semoga Referat ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 21 Januari 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Sebagian besar hernia
timbul dalam regio inguinalis, sekitar 50% merupakan hernia inguinalis lateral
(indirek) dan 25% sebagai hernia inguinalis medialis (direk).1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluarmasuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.2
Setelah appendisitis, hernia inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak.1
Lebih dari 1 juta hernia abdominalis di Amerika Serikat menjalani perbaikan,
diantaranya terhadap hernia inguinalis sebanyak 770.000 kasus. Sebanyak 25 %
laki-laki dan 2% wanita mengalami hernia inguinalis, sekitar 75 % dari hernia
inguinal merupakan hernia inguinal lateralis dan 25% merupakan hernia inguinalis
medialis. Pada anak-anak insiden hernia inguinalis berkisar 4,4%. Insiden hernia
inkarserata pada pasien pediatrik 10-20 %, 50% terjadi pada bayi kurang dari 6
bulan.3
Tingginya angka kejadian hernia serta penanganan yang memakan waktu yang
cukup lama, seorang dokter harus memiliki pengetahuan mengenai hernia mencakup
definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, gambaran fisik dan
penatalaksaan hernia. Sehingga dapat memberikan asuhan dengan tepat sesuai
dengan standar asuhan kedokteran yang baik dan benar sesuai kode etik dan aturan-
aturan dalam kedokteran.

1
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini terbatas pada anatomi, definisi, epidemiologi, etiologi, hernia,
patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari
hernia.

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui anatomi anatomi, definisi, epidemiologi, etiologi, hernia,
patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari
hernia.

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan mahasiswa kedokteran mengerti dan memahami tentang hernia
sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada pasien yang
mengalami hernia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1 Struktur Dinding Anterior Abdomen
Lapisan-lapisan dinding abdomen dari luar ke dalam terdiri dari:

Gambar 1. Lapisan-lapisan dinding abdomen

1) Kulit
Garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan horizontal di sekitar
tubuh. Secara klinis, hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini
akan sembuh dengan sedikit jaringan parut, sedangkan insisi yang menyilang
garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol.
2) Fascia superficialis
a. Lapisan luar adalah paniculus adiposus (fascia camperi) yang berhubungan
dengan lemak superficial dan turun sekitar penis, skrotum, peritoneum,
paha, bokong, dan tebal 3 inci.
b. Lapisan dalam adalah stratum membranosum (fascia scarpae), yaitu
stratum membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di
bagian inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini

3
bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum
inguinale, ke arah penis (fascia Buck).
3) Otot dinding anterior abdomen
a. Musculus obliquus abdominis externus
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua
lapisan, yaitu superficial dan profunda menjadi aponeurosis m. obliquus
abdominis externus. Bersama dengan aponeurosis m. obliquus abdominis
internus dan m. tranversus abdominis membentuk sarung rektus dan linea
alba. Aponeurosis m.obliquus abdominis externus menjadi batas
superficial dari canalis ingunalis. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebala bagia bawah aponeurosis m. obliquus abdominis
externus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis.
Lakunare (Gimbernati) merupakan bagian paling bawah dari ligamentum
inguinale dan dibentuk dari serabut tendon m. obliquus abdominis externus
yang berasal dari SIAS.
b. Musculus obliquus abdominis internus
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di
profunda m. obliquus abdominis externus. Serabut tendon yang terbawah
bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari m. transverses
abdominis membentuk conjoined tendon.

Gambar 2. Otot Oblique

4
c. Musculus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda m.
obliquus abdominis externus dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke
depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang
sama dari m. obliquus abdominis internus membentuk conjoined tendon.
4) Fascia transversalis
Merupakan lapisa fascia tipis yang membatasi m. transverses
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan,
satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari
bagian luar, keluar dari tendon m. transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semilunaris. Ligamentum Cooper
terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan
fascia.

Gambar 3. Fascia Transversalis

5) Lemak ekstraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam
jumlah yang bervariasi dan terletak di antara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.
6) Peritoneum parietale
Merupakan membrane serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga
pelvis.1

5
2.1.2 Vaskularisasi dan Persarafan Dinding Anterior Abdomen
 Arteri dinding anterior abdomen
 Arteri epigastrika superior, merupakan salah satu cabang terminal a.
thoracica interna. Memperdarahi bagian tengah atas dinding anterior
abdomen dan beranastomosis dengan a. epigastrika inferior.
 Arteri epigastrika inferior, merupakan cabang a. iliaca externa tepat di atas
ligamentum inguinale. Memperdarahi bagian tengah bawah dinding
abdomen anterior dan beranastomosis dengan a. epigastrika superior.
 Arteri circumflexa profunda, merupakan cabang a. iliaca externa tepat di
atas ligamentum inguinale. Memperdarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.
 Dua arteri intercostales posterior bagian bawah, merupakan cabang aorta
descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Memperdarahi bagian lateral dinding abdomen.1
 Vena dinding anterior abdomen
 Vena epigastrika superior
 Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke v.
thoracica interna
 Vena circumflexa ilium profunda dan v. iliaca externa
 Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos
 Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior1

6
Gambar 4. Vaskularisasi dinding anterior abdomen

 Persarafan dinding anterior abdomen


 Rami anteriores 6 nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara m. obliquus abdominis internus dan m. transversus abdominis. Saraf
tersebut mempersarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot (termasuk
m. rectus abdominis dan m. pyramidalis), dan peritoneum parietale. Saraf-
saraf ini berakhir dengan menembus dinding anterior vagina musculi recti
abdominis.
 Nervus lumbalis 1 mempunyai perjalanan yang sama, tetapi tidak masuk
ke vagina musculi recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus
iliohypogastricus yang menembus aponeurosis m. obliquus abdominis
externus di atas annulus inguinalis superfisialis dan nervus ilioinguinalis
yang keluar dari annulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan mempersarafi
kulit tepat di atas ligamentum inguinale dan symphisis pubis.1

7
Gambar 5. Persarafan dinding anterior abdomen

II. 1. 2. Canalis Inguinalis


Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis
ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh
ligamentum teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium mayus
pudenda. Selain itu, saluran ini dilewati oleh nervus ilioinguinalis, baik laki-laki
maupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1,5 inci (4 cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari annulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak
sekitar 1,3 cm di atas ligamentum inguinale pada pertengahan antara SIAS dan
symphisis pubis) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai
annulus inguinalis superfisialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis m.
obliquus abdominis externus. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas
ligamentum inguinale.

8
Gambar 6. Canalis Inguinalis

Dinding canalis inguinalis terdiri dari dinding anterior, posterior,


inferior/dasar, dan superior/atap. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m.
obliquus abdominis externus. Dinding posterior dibentuk oleh fascia
transversalis. Dinding inferior dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis
m. obliquus abdominis externus yang disebut ligamentum inguinale dan ujung
medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior dibentuk oleh
serabut-serabut terbawah m. obliquus abdominis internus dan m. tranversus
abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis pada laki-laki memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil
memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium
mayus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah.1

9
II. 1. 3. Funiculus Spermaticus
Funiculus spermaticus berawal pada annulus inguinalis profundus yang
terletak lateral terhadap a. epigastrica inferior dan berakhir di testis. Struktur-
struktur pada funiculus spermaticus adalah sebagai berikut:
1) Vas deferens
2) Arteria testikularis
3) Vena testikularis
4) Pembuluh limfatik testis
5) Saraf-saraf otonom
6) Prosessus vaginalis (sisa)
7) Arteria cremasterica
8) Arteria ductus deferentis; dan
9) Ramus genitalis nervus genitofemoralis yang mempersarafi musculus
cremaster1

10
Gambar 7. Spermatic Cord
II. 1. 4. Trigonum Hesselbach
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus, dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati
trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang
muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.2

Gambar 8. Trigonum Hesselbach's

11
2.2 Hernia
Hernia 1. Definisi Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ
tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau
menuju ke rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita (didapat). Pada hernia,
terdapat bagian – bagian yang penting yaitu4 :
1. Kantung hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.
Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya : hernia incisional, hernia
adipose dan hernia intertitialis.
2. Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia.
Pada hernia abdominalis berupa usus.
3. Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui
kantong hernia.
4. Leher hernia/cincin hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai
dengan kantong hernia.
5.
Locus minoris resistence (LMR) : Merupakan defek/bagian yang lemah dari
dinding rongga.

Gambar 9. Bagian-bagian Hernia

2.3 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal
(lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut
lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan
hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum
(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih
sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu

12
ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.1 Insidens
hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia
pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral
pada anak perempuan dibanding laki-laki kira-kira sama (10%) walalupun
frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan. Anak
yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai kemungkinan
16 % mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insiden hernia inguinalis
pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari
insidens tersebut mendekati 10%.2

2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia:
1) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2) Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3) Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat –
tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 –
1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk,
menangis).
4) Akuisita adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan,
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang
sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.

13
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya
yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia
karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban
kerja jaringan ikat penyokong pada LMR (Locus Minoris Resistance).
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
Penyakit yang melemahkan dinding perut.5

2.5 Klasifikasi
Adapun klasifikasi hernia adalah sebagai berikut.
1) Berdasarkan waktu terjadinya
a. Hernia bawaan/kongenital
- Sempurna: proses di intra uterine, misalnya hernia umbilikalis
fetalis, epigastrika.
- Tidak sempurna: pada waktu lahir kelainan belum tampak, tetapi
sudah ada predisposisi terjadinya hernia. Kelainan ini terjadi 1-2
minggu setelah lahir/setelah berumur beberapa tahun.
b. Hernia dapatan/akuisita
Terdapat dua tipe, yaitu hernia primer dan sekunder. Hernia
primer terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah seperti pada struktur
yang menembus dinding abdomen (pembuluh darah femoralis yang
melalui kanalis femoralis), otot dan aponeurosis yang gagal untuk
menutup normal (misalnya regio lumbal), dan jaringan fibrosa yang
berkembang untuk menutup defek (misalnya umbilikus). Sedangkan
hernia sekunder terjadi pada tempat pembedahan/trauma dinding
abdomen, misalnya laparatomi dan trauma tembus.6
2) Berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel
Apabila isi hernia dapat keluar masuk lewat cincin hernia, tanpa ada
gangguan vaskularisasi. Isi hernia keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Kalaupun ada rasa nyeri, biasanya dirasakan di
daerah epigastrium/paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan

14
pada mesenterium sewaktusatu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia.

Gambar 10. Hernia Reponible


b. Hernia irreponibel
Apabila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga perut karena perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Terbagi atas hernia akreta (kantong hernia dan isinya lengket kulit
karena fibrosis) dan hernia irreponibel lainnya (kantong dan isi terjepit
cincin hernia). Masih tidak ada keluhan nyeri dan tanda obstruksi usus.6

Gambar 11. Hernia Irreponibel


3) Berdasarkan keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan
pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.

15
Gambar 12. Hernia Inkarserata
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia
terpuntir atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan
pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan
kerusakan jaringan.6

Gambar 13. Hernia Strangulata


4) Berdasarkan lokasi/letak
a. Hernia inguinalis
Adalah hernia yang terjadi di lipatan paha. Kantong hernia berisi
usus prolaps celah inguinalis di atas kantong skrotum. Hernia ini
mengikuti funikulus spermatikus atau ligamentum teres uteri dengan tanda
adanya benjolan di regio inguinalis. Hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau didapat.
 Etiologi
 Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus. Bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut yang menarik

16
peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi
yang sudah lahir, prosesus mengalami obliterasi sehingga isi perut
tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun, dalam beberapa hal,
kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, kanal
inguinal kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka,
biasanya kanan terbuka. Normalnya, kanalis menutup usia 2 bulan.
Bila processus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi),
akan timbul HIL (Hernia Inguinalis Lateralis) congenital. Enam
puluh persen hernia inguinalis terjadi di sisi kanan. Pada orang tua,
kanalis tersebut telah menutup. Namun, karena merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis akuisita.
 Didapat
Hernia inguinalis yang didapat disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
1) Annulus inguinalis internus cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia
2) Prosesus vaginalis tempat turun.masuk testis, vas deferens,
pembuluh darah, dan saraf ke skrotum terbuka. Testis tidak
sampai ke skrotum. Penurunan baru terjadi 1-2 hari pre partus
sehingga prosesus belum sempat menutup dan waktu dilahirkan
masih terbuka.
3) Peninggian tekanan intra abdomen kronik mendorong isi hernia
melewati annulus internus (kehamilan, batuk kronis, mengangkat
berat, mengejan saat BAB dan BAK).
4) Kelemahan otot dinding perut karena meningkatnya usia,
kerusakan n. iliofemoralis dan n. ilioinguinalis setelah
apendektomi dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Terdapat dua tipe hernia inguinalis, yaitu hernia inguinalis lateralis
dan hernia inguinalis medialis. Berikut ini adalah penjelasannya.

17
 Hernia inguinalis lateralis/indirek
Disebut lateralis karena penonjolan berada di sebelah lateral vasa
epigastrika inferior dan disebut indirek karena tidak langsung keluar ke
annulus inguinalis eksternus, melainkan masuk melalui annulus
inguinalis internus terlebih dahulu kemudian melalui kanalis inguinalis,
baru keluar melalui annulus inguinalis eksternus.
Umumnya tonjolan berbentuk lonjong. Pada bayi dan anak
disebabkan karena kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis ke skrotum.
Hernia indirek bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan
penutupan prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun ke dalam
skrotum. Kantong yang dihasilkan bisa meluas sepanjang canalis
inguinalis dan jika meluas ke skrotum disebut hernia lengkap. Karena
prosesus vaginalis terletak di dalam funikulus spermatikus, maka
prosesus ini dikelilingi oleh m. cremaster dan dibentuk oleh pleksus
venosus pampiniformis, duktus spermatikus, dan a. spermatica. Lubang
interna ke dalam kavitas peritonealis selalu lateral terhadap a.
epigastrica profunda dengan adanya hernia inguinalis indirek,
sedangkan lubang interna medial terhadap pembuluh darah ini bila
hernianya direk.7

Gambar 14. Hernia Inguinalis Lateralis

18
Embriologi
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi
abdomen dari pole inferior gonad ke permukaan interna skrotum.
Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang pada sisi bagian
ini akan menjadi canalis inguinalis. Prosesus vaginalis adalah evaginasi
diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum
bilateral. Testis awalnya retroperitoneal dan dengan proses vaginalis,
testis akan turun melewati canalis inguinalis ke skrotum dikarenakan
kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan
terlebih dahulu sehingga angka kejadian hernia inguinalis lateralis lebih
banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah sebelah kanan.

Gambar 15. Proses Desensus Testis

Testis turun melalui annulus inguinalis dan melintasi tepi atas os


ubikum ke dalam tonjolan skrotum saat lahir, lalu dibungkus oleh
lipatan refleksi prosesu vaginalis. Lapisan peritoneum pembungkus
testis disebut tunika vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain
membentuk tunika vaginalis testis lamina parietalis. Saluran sempit
yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum, menutup saat lahir atau segera sesudahnya. Testis juga

19
terbungkus dalam lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior
yang dilewatinya.
Pada wanita, ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian
inferior menjadi ligamentum rotundum yang melewati cincin interna ke
labium majus. Prosesus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan
perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin interna.
Pada pria, kehilangan sisa ini akan meletakkan testis yang dikenal
dengan tunika vaginalis. Jika prosesus vaginalis tidak menutup, maka
hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkn pada
wanita akan terbentuk kanal Nuck. Tidak semua hernia inguinalis
disebabkan karena kegagalan menutupnya prosesus vaginalis. 8
 Hernia inguinalis medialis/direk
Disebut medialis karena penonjolan berada di sebelah medial vasa
epigastrika inferior dan disebut direk karena langsung menuju annulus
inguinalis eksterna, lewat kelemahan dinding posterior (trigonum
Hesselbach). Hernia inguinalis medialis hampir selalu disebabkan
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan dinding
trigonum Hesselbach. Umumnya tonjolan berbentuk bulat, dapat terjadi
bilateral. Jarang mengalami inkarserasi dan strangulasi. 7

Gambar 16. Hernia Inguinalis Medialis

20
Perbedaan Hernia Inguinalis Lateralis dan Medialis
Faktor Pembeda Hernia Inguinalis Hernia Inguinalis
Lateralis Medialis

Penyebab Kongenital/akuisita Akuisita

Deskripsi Penonjolan melewati Keluarnya langsung


atas cincin inguinal menembus fascia
akibat gagal penutupan dinding abdomen.
cincin inguinalis Bentuk hernia bulat.
interna waktu embrio
setelah penurunan
testis. Bentuk hernia
lonjong/oblique.
Letak pada vasa Lateral Medial, di trigonum
epigastrica inferior Hesselbach

Dibungkus oleh Ya Tidak


fascia spermatica
interna
Onset Biasanya usia muda Pada orang yang lebih
(pria > wanita) tua (pria > wanita)

Bilateral 20% 50%

Muncul saat berdiri Tidak segera mencapai Mencapai ukuran


ukuran terbesarnya terbesar dengan segera

Reduksi saat Tidak tereduksi segera Tereduksi segera


berbaring
Penurunan ke Dapat Tidak dapat
skrotum
Oklusi cincin Terkontrol Tidak terkontrol
internus
Leher kantong Sempit Lebar

21
Komplikasi Strangulasi, inkarserasi, Jarang
obstruksi
Terapi Herniotomy dan Herniotomy
herniorrhaphy
Valsava test Tangan di cincin Tangan di cincin
eksterna teraba tekanan eksterna teraba
pada ujung jari, jalan tekanan pada sisi
keluar hernia tertutup medial dan hernia
timbul lagi

Tabel 1. Perbedaan Hernia Inguinalis Lateralis dan Medialis


b. Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua , kejadian pada
perempuan 4 kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah annulus
femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan v. femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm
dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Kadang kala hernia ini terjadi
karena komplikasi operasi hernia sebelumnya.7

Gambar 17. Hernia Femoralis


c. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus
yang hanya tertutup peritoneum dan kulit . Hernia ini terdapat pada kira –
kira 20 persen pada bayi dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur.

22
Gambar 18. Hernia Umbilikalis
d. Hernia skiatika
Adalah penonjolan kantong peritoneum pada pelvis melalui foramen
skiatika mayor/minor. Keluhannya adalah pembengkakan pada glutea,
mungkin terdapat gejala dari penekanan n. skiatika. Jika hernia lebar, akan
terdapat massa reponibel di daerah gluteus.
e. Hernia diafragmatika
Melalui foramen Bochdalek di diafragma. Penyebabnya adalah
kegagalan penutupan saluran pleuroperitoneal pada perkembangan embrio
sehingga isi rongga abdomen dapat keluar melalui defek pada daerah
posterolateral (hernia Bochdalek) diafragma dan menekan perkembangan
paru-paru pada sisi ipsilateral. Hernia pada sisi anteromedial dengan defek
pada diafragma retrosternal disebut Morgagni.
f. Hernia insisional
Usus/organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah/celah
bekas sayatan operasi. Obesitas, luka operasi sebelumnya, dan infeksi
merupakan penyebab utama hernia ini. Sayatan pada nervus
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani
saraf tersebut. Hernia insisional yang besar menimbulkan gerakan
pernapasan abdominal paradoks lama seperti flail chest. Fungsi diafragma
menjadi tidak efisien. Diafragma tidak lagi berkontraksi melawan viscera
abdomen dan mendorongnya masuk ke kantong hernia.
g. Hernia paraumbilikalis
Hernia yang terjadi melalui suatu celah di garis tengah di tepi cranial
umbilicus.

23
h. Hernia epigastrika
Keluar melalui defek linea alba antara umbilicus dan processus
xyphoideus. Isinya terdiri dari penonjolan jaringan lemak preperitoneal
dengan atau tanpa kantong peritoneum. Linea alba di sebelah cranial
umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah caudal sehingga
merupakan predisposisi.
i. Hernia skrotalis
Adalah kantong HIL yang mencapai skrotum. Gejalanya berupa
benjolan yang reponibel atau jika tidak dapat direposisi atas dasar tidak
ada batasan jelas di cranial dan ada hubungan ke cranial melalui annulus
eksternus.
j. Hernia labialis
Adalah HIL yang mencapai labium mayus. Tampak benjolan pada
labium mayus yang hilang timbul.
k. Hernia lumbalis
Hernia ini menonjol melalui trigonum lumbale Petiti. Pada
pemeriksaan fisik, tampak dan teraba benjolan di pinggang dan tepi bawah
tulang rusuk XII atau di tepi cranial panggul dorsal.
l. Hernia intra parietal
Sakus hernia terbentang di antara lapisan dinding abdomen.
Penyebabnya dapat kongenital, yaitu undesensus testiculorum, atau
didapat pada area lemah di lateral deep inguinal ring dan canalis
inguinalis.
5) Hernia jenis lainnya
a. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
b. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
c. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang
terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
d. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.6

24
2. 6. Patofisiologi
Pada bulan ke-8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui
kanan. Penurunan testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga
terjadi tonjola peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea.
Bila bayi lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi, dalam beberapa hal
sering belum menutup karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang
kanan, maka prosesus vaginalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal, prosesus yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus tidak berobliterasi, maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut karena
pada usia lanjut otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ, dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang tua, prosesus tersebut telah menutup. Namun, karena daerah ini
merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang-barang berat serta mengejan. Prosesus yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali da timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertofi prostat,
ascites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.9

2. 7. Diagnosis
Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
 Anamnesis

1) Benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu berdiri, menangis kuat,
batuk, bersin atau mengedan dan hilang setelah berbaring
2) Nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya pada region epigastrium atau
paraumbilikal, berupa nyeri visceral karena regangan pada satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia.

25
3) Keluhan nyeri disertai mual dan muntah (bila timbul strangulasi karena
nekrosis/gangrene atau inkarserata akibat ileus).10
 Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Inspeksi
 Hernia reponibel terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau
saat direposisi.
 Hernia irreponibel terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring
atau saat direposisi.
 Hernia inguinal
- Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral
ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis: benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan
tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan di bawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika: benjolan di linea alba.
 Hernia umbilikal: benjolan di umbilikal.
 Hernia perineum: benjolan di perineum.
Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita
tekan maka dapat diasumsikan sebagai hernia inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia
inguinalis medialis.

26
 Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera. Kantong
hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada
dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh
ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah
ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
 Hernia femoralis: benjolan lunak di benjolan di bawah ligamentum
inguinal
 Hernia inkarserata: nyeri tekan.
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg
(hernia obturatoria). 10
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana, yaitu finger test, Ziemen
test, dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
 Pemeriksaan Finger Test
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrotum melalui annulus eksternus ke kanal
inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls di ujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls di samping jari Hernia Inguinnalis Medialis. 11

27
Gambar 19. Finger Test

 Pemeriksaan Zieman Test


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:
 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
 jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis. 12

Gambar 20. Zieman Test


 Pemeriksaan Thumb Test
 Annulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.11

28
Gambar 21. Thumb Test

 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
 Ht meningkat, leukositosis dengan shift to the left yang menandakan
strangulasi
 Elektrolit imbalance, BUN, kadar kreatinin tinggi akibat muntah dan
dehidrasi
 Urinalisis: menyingkirkan masalah GIT yang menyebabkan nyeri lipat
paha.
2) Pemeriksaan radiologis
 Herniografi
Injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan dilakukan
x-ray untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis
pada groin. Pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran abnormal
kadar gas dalam usus/obstruksi usus, massa, dikenal dengan
Spontaneous Reduction of Hernia En Masse, yakni suatu keadaan
berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga
ekstraperitoneal.
 USG, untuk membedakan massa pada lipat paha atau dinding abdomen
dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
 CT Scan, dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari
adanya hernia obturator.13

29
2. 8. Penatalaksanaan
 Konservatif
 Tindakan reposisi dan pemakaian penyangga untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.
 Reposisi dengan cara bimanual
Tangan kiri pegang isi hernia, membentuk corong. Tangan kanan
mendorong ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat, narnun menetap
sarnpai terjadi reposisi.
 Pada anak, reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedative dan kompres es di atas hernia. Bila 6 jam gagal, maka lakukan
herniotomi.
 Pada bayi atau usia lanjut dengan hernia congenital atau indirek, reposisi
dilakukan sesegera mungkin karena insiden terhadap inkarserata dan
strangulasi cukup tinggi. Bila hernia inkarserata tanpa gejala sistemik,
maka lakukan reposisi postural bila berhasil lakukan operasi elektif 2 - 3
hari (saat udem jaringan hilang dan KU baik).
 Operatif
Tindakan operatif dilakukan segera bila terjadi inkarseata atau
strangulasi. Tindakan ini menghilangkan hernia dengan membuang kantong
dan memperbaiki dinding abdomen. Prinsip dasar dari tindakan operatif ini
adalah herniotomy dan hernioplasty.
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu:
1) Bassini
Merupakan metode yang sering digunakan dengan cara conjoined
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord
diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis m. obliquus
abdominis externus. Menjahit conjoined tendon dengan ligamentum
inguinale.
2) Shouldice, seperti Bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan
ligamentum Cooper.
3) Lichtenstein, menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hesselbach dan mempersempit annulus internus.

30
4) Halsted, menempatkan m. obliquus abdominis externus di antara cord
kebalikannya cara Bassini. Seperti Bassini, tetapi funikulus spermatikus
berada di luar aponeurosis m. obliquus abdominis externus.
5) Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan
conjoined tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum
Cooper.14

 Anak-anak
Pada anak-anak dilakukan herniotomy, yakni dengan membuka dan
memotong kantong hernia, mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis. Kantong dijahit dan diikat setinggi mungkin, lalu dipotong.
Anak berumur kurang dari 1 tahun
 Teknik Michele Benc
Dilakukan tanpa membuka aponeurosis m. obliquus abdominis
externus (tanpa membuka canalis inguinalis medialis), yaitu mengambil
kantong hernia lewat annulus inguinalis medialis, dilakukan herniotomy
yang dilanjutkan dengan herniorrhaphy (tanpa digantung) dan tanpa
hernioplasty.
Anak berumur lebih dari 1 tahun
 Teknik POTT
Canalis inguinalis dibuka (membuka aponeurosis m. obliquus
abdominis externus), kemudian dilakukan herniotomy, herniorrhaphy
tanpa digantung pada conjoined tendon dan tanpa hernioplasty.
 Dewasa
 Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong hernia dibuka, isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
 Herniorrhaphy
Teknik operasi herniorrhaphy dibagi menjadi 4 group berdasarkan
pendekatannya, yaitu:

31
1) Open anterior repair
Grup ini termasuk teknik Bassini, Mc Vay, dan Shouldice
yaitu dengan membuka aponeurosis m. obliquus abdominis externus
dan membebaskan spermatic cord. Setelah fascia tranversalis dibuka
dapat ditemukan kanalis inguinalis. Kemudian, kantong hernia
diligasi dan dasar dari kanal direkonstruksi kembali. Pada teknik ini
presentasi recurrence rate sangat tinggi 10-14 %.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah:
 Membelah aponeurosis m. obliquus abdominis externus di canalis
inguinalis hingga ke cincin eksternal
 Memisahkan m. cremaster dengan cara reseksi untuk mencari
hernia indirek sekaligus menginspeksi dasar dari canalis
inguinalis untuk mencari hernia direk
 Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior canalis
inguinalis (fascia transversa)
 Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin
 Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversa,
m. transversus abdominis dan m. obliquus abdominis internus ke
ligamentum inguinalis lateral.

32
Gambar 22. Bassini Technique
2) Open posterior repair
Yang termasuk ke dalam grup ini adalah iliopubictrac repair
dan Nyhus technique. Perbedaan yang mendasar dengan open
anterior repair adalah rekonstruksi dilakukan dari “dalam”. Cara ini
biasanya dilakukan pada kasus dengan multiple recurrences.
3) Tension-free repair with mesh
Lichtenstein and Rutkow techniques. Pada mulanya sama
dengan open anterior repair, namun ditambah dengan menggunakan
prosthetic nonabsorbable mesh. Keberhasilan dengan tehnik ini
dengan recurrence rate kurang dari 1%.

33
Gambar 23. Tension Free Repair with Mesh

4) Laparoscopic procedures
Teknik terbaru ini mulai terkenal mulai beberapa tahun yang
lalu. Tehnik yang terbaru adalah dengan total extraperitoneal
approach.
 Hernioplasty
Hernioplasty penting dalam mencegah residif. Berbagai metode
hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan
jahitan tertutup, menutup, dan memperkuat fascia transversal, dan
menjahitkan pertemuan m. transversus abdominis dan m. obliquus
abdominis internus dikenal dengan nama conjoined tendon ke
ligamentum inguinale Poupart agar LMR hilang/tertutup dan dinding
perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Menurut metode Bassini,
menjahitkan fascia transversa, m. transversus abdominis, m. obliquus
abdominis internus ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay.
Bayi dan anak dengan hernia congenital lateral hanya dilakukan
herniotomy tanpa hernioplasty karena annulus inguinalis internus cukup
elastis dan dinding belakang cukup kuat. Yang penting adalah
mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada
jaringan. Pada HIL, penyebab residif paling sering adalah penutupan
annulus inguinalis internus yang tidak memadai karena diseksi kantong
yang kurang sempurna, lipoma preperitoneal/kantong hernia tidak
ditemukan. Pada HIM, penyebab residif karena tegangan yang

34
berlebihan pada jahitan plasti atau kekurangan lain dalam teknik.
Angka residif operasi hernia mendekati 10%.
Metode Bassini adalah dengan memperkecil annulus inguinalis
internus dengan jahitan, memperkuat fascia transversa dan menjahit
conjoined tendon ke lig. Pouparti. Metode Mc Vay dengan cara
menjahit fascia transversa, m. transverses abdorninis internus ke lig.
Cooper, biasanya dilakukan pada hernia femoralis.14

2. 9. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinis
kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia strangulate yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong
hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf
W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren, gambaran klinik menjadi

35
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali, disertai nyeri tekan, dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai
tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan gawat
darurat, karenanya perlu mendapat pertolongan segera.15

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin,
kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Hernia
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu akibat lemahnya dinding rongga
perut, akibat pembedahan sebelumnya, kongenital, dan akuisita. Klasifikasi
hernia dapat dibedakan berdasarkan waktu terjadinya, sifat, keadaan,
lokasi/letak, dan jenis lainnya. Diagnosis hernia dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus (Finger test, Zieman test,
dan Thumb test), dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, USG, CT scan).
Penatalaksanaan untuk kasus hernia dapat dilakukan secara konservatif
(tindakan reposisi) maupun operatif seperti herniotomy, herniorrhapy, dan
hernioplasty (teknik Bassini, Shouldice, Lichtenstein, Halsted, dan Mc Vay).
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Jepitan cincin hernia dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Apabila isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang pada akhirnya
dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006; 148-173.
2. Anonym. Lexic. Definition of Hesselnach’s Triangle. Available at:
http://www.lexic.us/definition-of/Hesselbach's_triangle. Accessed on
February 7, 2014.
3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2010; 619.
4. Balentine JR. Emedicine Health. Hernia Causes. Available at:
http://www.emedicinehealth.com/hernia/page2_em.htm#hernia_causes.
Accessed on February 8, 2014.
5. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004; 509-517.
6. Nicks BA. Medscape. Types of Hernia – Location. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/775630-overview#aw2aab6b2b2aa.
Accessed on February 9, 2014.
7. Brooks DC, Obeid A, Hawn M. UpToDate. Classification and Pathogenesis
of Inguinal and Femoral Hernias In Adults. Available at:
http://www.uptodate.com/contents/classification-clinical-features-and-
diagnosis-of-inguinal-and-femoral-hernias-in-adults. Accessed on February 6,
2014.
8. Anonym. Human Embriology. Descent of The Testes. Available at:
http://www.embryology.ch/anglais/ugenital/diffmorpho04.html. Accessed on
February 8, 2014.
9. News Medical. Hernia Pathophysiology. Available at: http://www.news-
medical.net/health/Hernia-Pathophysiology.aspx. Accessed on February 7,
2014.
10. Medicine Net. Symptoms of Hernia. Available at:
http://www.medicinenet.com/hernia_overview/page3.htm. Accessed on
February 5, 2014.
11. Amerson JR. National Center for Biotechnology Information, U. S. National
Library of Medicine. Inguinal Canal dan Hernia Examination. Available at:

38
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK423/. Accessed on February 6,
2014.
12. Anonym. Family Practice. Zieman’s Inguinal Examination for Hernia.
Available at:
http://www.fpnotebook.com/surgery/exam/ZmnsIngnlExmntnFrHrn.htm.
Accessed on February 7, 2014.
13. Medline Plus. Exams and Tests. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000960.htm. Accessed on
February 7, 2014.
14. Providence Health and Service. Hernia Surgery. Available at:
http://oregon.providence.org/our-services/h/hernia-surgery/. Accessed on
February 6, 2014.
15. Mayo Clinic Staff. Mayo Clinic. Complications of Inguinal Hernia. Available
at: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inguinal
hernia/basics/complications/con-20021456. Accessed on February 8, 2014.

39

Anda mungkin juga menyukai