Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang
pandang.1,2,3
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang
pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi
(penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir pada
kebutaan.1
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang
lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit
ini.Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan
meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000
kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan
Vietnam di Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali
lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma
primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut
sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma
dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.2
Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser.2,5

1
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini hanya akan dibatasi pada epidemiologi, etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup primer.

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan
glaukoma akut sudut tertutup.

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk ke
beberapa literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm. Bola mata terdiri dari konjungtiva, kapsula
tenon, sklera dan episklera,kornea, uvea, lensa, humor akueus, retina, dan vitreus.2

Gambar 2.1 Aatomi bola mata

Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengii kamera anterior
dan posterior mata, diproduksi di korpus siliaris. Volumenya sekitar 250 uL,
dengan kecepatan pembentukan sekitar 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik sedikit
lebih tinggi dari plasma. Komposisi mirip plasma, kecuali kandungan konsentrasi
askorbat, piruvat dan laktat lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa lebih
rendah. Setelah memasuki kamera posterior, melalui pupil akan masuk ke kamera
anterior dan kemudian ke perifer menuju sudut kamera anterior.1
Jalinan/jala trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan
elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan
dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor juga
meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada
pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endothel. Saluran
3
eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 sluran pengumpul dan 12 vena akueus)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil Aqueous humor keluar
dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveosklera).
Resistensi utama terhadap aliran Aqueous humor dari kamera anterior adalah
lapisan endothel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di
dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena
episklera menentukan besar minimum tekanan intraokuler yang dicapai oleh
terapi medis.1
Sudut kamera okuli anterior memiliki peran penting dalam drainase
aqueous humor. Sudut ini dibentuk oleh pangkal iris, bagian depan badan siliaris,
taji skleral, jalinan trabekular dan garis Schwalbe (bagian ujung membrane
descement kornea yang prominen). Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan
memiliki peranan yang besar dalam menentukan patomekanisme tipe glaukoma
yang berbeda-beda. Struktur sudut ini bisa dinilai dengan gonioskopi.1

Gambar 2.2 Sudut kamera okuli anterior

Sistem aliran drainase aqueous humor terdiri dari jalinan trabekular, kanal
Schlemm, jembatan pengumpul, vena-vena aqueous dan vena episkleral. Adapun
jalinan trabekular terdiri dari tiga bagian yakni jalinan uveal, korneoskleral, dan
jukstakalanikular. Jalinan uveal merupakan jalinan paling dalam dan meluas dari
pangkal iris dan badan siliaris sampai garis Schwalbe. Jalinan korneoskleral
membentuk bagian tengah yang lebar dan meluas dari taji skleral sampai dinding
lateral sulkus skleral. Jalinan jukstakanalikular membentuk bagian luar, dan terdiri

4
dari lapisan jaringan konektif. Bagian ini merupakan bagian sempit trabekular
yang menghubungkan jalinan korneoskleral dengan kanal Schlemm. Sebenarnya
lapisan endotel luar jalinan jukstakanalikular berisi dinding dalam kanal Schlemm
yang berfungsi mengalirkan aqueous ke luar.7

Gambar 2.3 Jalinan trabekular

Kanal Schlemm merupakan suatu saluran yang dilapisi endothel, tampak


melingkar pada sulkus skleral. Sel-sel endotel pada dinding dalam ireguler,
berbentuk spindle, dan terdiri dari vakuol-vakuol besar. Pada dinding bagian luar
terdapat sel-sel otot datar datar dan mempunyai pembukaan saluran pengumpul.7

Saluran pengumpul disebut juga pembuluh aqueous intraskleral,


jumlahnya sekitar 25-35, meninggalkan kanal Schlemm pada sudut oblik dan
berakhir di vena-vena episkleral. Vena ini dibagi menjadi dua sistem. Sistem
langsung, yakni dimana pembuluh besar melalui jalur pendek intraskleral dan
langsung ke vena episkleral. Sedangkan saluran pengumpul yang kecil, sebelum
ke vena episkleral, terlebih dahulu membentuk pleksus intraskleral.7
Sistem drainase aqueous humor terdiri dari dua jalur, yakni jalur
trabekular (konvensional) dan jalur uveoskleral. Jalur drainase terbanyak adalah
trabekular yakni sekitar 90% sedangkan melalui jalur uveoskleral hanya sekitar
10%. Pada jalur trabekular, aliran aqueous akan melalui kamera posterior, kamera
anterior, menuju kanal Schlemm dan berakhir pada vena episkleral. Sedangkan

5
jalur uveoskleral, aqueous akan masuk ke ruang suprakoroidal dan dialirkan ke
vena-vena pada badan siliaris, koroid dan sclera.7

Gambar 2.4 Aliran aqueous humor normal

Gambar 2.5 Jalur aliran aqueous humor

2.2 Definisi
Glaukoma merujuk kepada sekelompok penyakit yang umumnya memiliki
karakteristik neuropati optik yang disertai dengan hilangnya fungsi penglihatan.
Walaupun peningkatan tekanan intraokuler termasuk faktor risiko utama, tapi

6
gejala ini sendiri dapat ada ataupun tidak pada glaukoma. Faktor-faktor yang
menentukkan terjadinya peningkatan TIO adalah :
a. Rata-rata produksi aquos humor oleh badan siliar
b. Adanya resistensi dari outflow aquos humor
c. Tekanan vena pada episclera.
d. Faktor general adalah; riwayat keturunan, usian jenis kelamin, variasi diurnal,
posisi, tekanan darah dan anestesi umum.1
Sudut tertutup didefinisikan sebagai aposisi dari iris perifer terhadapat
trabekular meshwork yang menyebabkan menurunnya drainase dari aqueous
humour melalui kamera okuli anterior. Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila
aliran keluar aquous humourus terhambat akibat penutupan sudut kamera okuli
anterior.1

2.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang
lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit
ini. Banyaknya orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan
meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000
kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5.400 orang-orang menderita kebutaan.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan
Vietnam di Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali
lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita
kebutaan, 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2 %
kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei
Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa glaukoma menyumbang
0,4 – 5% atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab kebutaan.2,3

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Glaukoma berdasarkan etiologi dapat dibagi berdasarkan:1
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka (open-angle glaucoma)
7
b. Glaukoma Sudut tertutup (angle-closure glaucoma)
- Akut
- Subakut
- Kronik
- Iris Plateau
2. Glaukoma Kongenital
3. Glaukoma Sekunder
4. Glaukoma Absolut
Pada makalah ini hanya akan dijelaskan tentang glaukoma sudut tertutup
primer.

2.5 Glaukoma Sudut Tertutup


2.5.1 Definisi
Glaukoma sudut tertutup primer atau Primary Angle-Closure Glaucoma
(PACG) terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari tekanan intraokuler yang
disebabkan penutupan sudut COA yang mendadak oleh akar iris sehingga
menghalangi sama sekali keluarnya humor akueus melalui trabekula,
menyebabkan meningginya tekanan intraokuler, sakit yang sangat di mata secara
mendadak dan menurunnya ketajaman penglihatan secara tiba-tiba disertai tanda-
tanda kongesti di mata, seperti mata merah dan kelopak bengkak.2,5
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi
anatomis tanpa disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intraokular terjadi
karena sumbatan aliran keluar aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular
oleh iris perifer. Keadaan ini dapat bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan
oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai timbul penurunan penglihatan.
Diagnosis ditegakan dengan melakukan pemeriksaan segmen anterior dan
gonioskopi yang cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan
bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan
kehilangan lapangan pandang.2

8
2.5.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Beberapa etiologi dan faktor risiko terhadap kejadian Glaukoma Sudut
Tertutup adalah:1
1. Ras
Prevalensi glaukoma sudut tertutup primer pada pasien dengan usia
diatas 40 tahun memiliki variasi yag sangat beragam tergantung ras. Insiden
pada kulit putih sebesar 0,1%- 0,6%, pada kulit hitam 0,1%-0,2%, sebesar
0,4%-1,4% pada Asia Timur, pada eskimo sebesar 2,1%-5% dan 2,3% pada
kelompok etnis campuran di Afrika Selatan
2. Usia
Prevalensi glaukoma sudut tertutup meningkat tiap satu dekade atau
sepuluh tahun setelah usia empat puluh tahun. Peningkatan insiden ini dapat
dijelaskan dengan penebalan lensa seiring dengan penambahan umur dan
mengakibatkan peningkatan kontak iridolentikular.
3. Jenis kelamin
Dilaporkan bahwa glaukoma sudut tertutup primer dua hingga empat
kali lipat lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria dan tidak
dipengaruhi oleh ras.
4. Riwayat keluarga
Insiden glaukoma sudut tertutup primer pada keluarga derajat pertama
relatif mempengaruhi individu. Pada kulit putih prevalensi keluarga derajat
pertama dilaporkan berkisar antara 1%-12%, sedangkan pada survey populasi
di China, risiko meningkat menjadi 6 kali lipat pada pasien dengan riwayat
keluarga.
5. Refraksi
Kejadian glaukoma primer sudut tertutup pada pasien dengan
hipermetrop lebih sering terjadi dan tidak dipengaruhi ras.
Glaukoma sudut tertutup primer hanya timbul pada orang-orang dengan
predisposisi anatomis. Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah:2
1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin berat
hipermetropnya makin dangkal COAnya.

9
2. Pertumbuhan lensa, menyababkan COA menjadi lebih dangkal. Pada umur 25
tahun, dalamnya COA rata-rata 3,6 mm, sedang pada umur 70 tahun 3,15 mm.
3. Kornea yang kecil dengan sendirinya akan mengakibatkan COA dangkal.
4. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal COA.
Faktor fisiologis yang menyebabkan COA sempit:2
1. Akomodasi. Dengan akomodasi, pars siliaris dari iris maju ke depan.
2. Dilatasi pupil, menyebabkan iris menjadi lebih tebal dan sudut COA menjadi
lebih sempit.

2.5.3 Patogenesis
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan
tekanan intraokular meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan
sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau
jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang
sempit (kadang-kadang disebut dengan “dangerous angle”).2
Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut
terbuka luas, perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik
mata tidak tertutup, dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan
perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup.2
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa menjadi lebih dekat ke iris,
sehingga aliran cairan dari bilik mata belakang ke bilik mata depan terhambat.
Inilah yang disebut dengan hambatan pupil. Hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan di dalam bilik mata belakang dan mendorong iris ke depan.
Pada sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit adanya dorongan ini
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula, sehingga cairan bilik mata tidak
dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.2

10
Gambar 2.6 Penutupan sudut COA pada glaukoma sudut tertutup

2.5.4 Klasifikasi
1. Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat
aliran keluar akuos dan tekanan intraokuler meningkat dengan cepat,
menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan penglihatan kabur.1,4
Glaukoma sudut tertutup akut ditandai oleh munculnya kekaburan
penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo, serta mual dan muntah.
Pasien terkadang dikira menderita penyakit gastrointestinal akut. Temuan-temuan
lainnya adalah peningkatan intraokuler yang mencolok, bilik mata depan dangkal,
kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang terfiksasi, dan injeksi siliar. Mata
sebelahnya harus dilakukan pemeriksaan gonioskopi untuk memastikan adanya
predisposisi anatomi terhadap glaukoma sudut tertutup primer.4,7
2. Glaukoma Sudut Tertutup Subakut
Faktor-faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut tertutup subakut
sama dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode peningkatan
tekanan intraokulernya berlangsung singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut
membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut bilik mata
depan disertai pembetukan sinekia anterior perifer. Glaukoma sudut tertutup
subakut kadang-kadang berkembang menjadi glaukoma sudut tertutup akut.1
Didapatkan riwayat serangan berulang berupa nyeri, kemerahan, dan
kekaburan penglihatan disertai halo di sekitar cahaya pada satu mata. Serangan

11
sering terjadi pada malam hari dan sembuh dalam semalam. Pemeriksaan diantara
waktu serangan mungkin hanya memperlihatkan sudut bilik mata depan yang
sempit disertai dengan sinekia anterior perifer. Diagnosis dapat dipastikan dengan
gonioskopi. Terapinya adalah iridotomi perifer dengan laser.1
3. Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan
yang mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokuler
akut, tetapi mengalami sinekia anterior perifer yang semakin meluas disertai
dengan peningkatan tekanan intraokuler secara bertahap. Pada pasien ini
bermanifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut terbuka
primer, sering dengan penyempitan lapangan pandang yang ekstensif di kedua
mata. Sesekali pasien-pasien tersebut mengalami serangan penutupan sudut
subakut.1
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan intraokuler, sudut bilik mata
depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai tingkat, serta
kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.1
4. Iris Plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai. Pada iris plateau,
kedalaman bilik mata depan normal, tetapi sudut bilik mata depannya sangat
sempit karena posisi prosesus siliaris terlalu anterior. Mata dengan kelainan ini
jarang mengalami blokade pupil, tetapi dilatasi akan menyebabkan merapatnya
iris perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan sudut), sekalipun telah
dilakukan iridektomi atau iridoktomi perifer. Pengidap kelainan ini mengalami
glaukoma sudut tertutup akut pada usia muda, dan sering mengalami kekambuhan
setelah tindakan iridotomi laser perifer atau iridektomi bedah. Diperlukan terapi
miotik jangka panjang atau iridoplasti dengan laser.1

2.5.5 Manifestasi Klinis


Pada glaukoma sudut tertutup akut akan ditemui manifestasi klinis sebagai
berikut.

12
1. Stadium Prodroma
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami tanda dini
(prodroma) walau ini tidak selalu terjadi. Pada stadium ini terdapat penglihatan
kabur, melihat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu atau lilin, disertai sakit
kepala, sakit pada matanya dan kelemahan akomodasi.1,6,7
Keadaan ini berlangsung ½ - 2 jam kemudian hilang. Jarang mereka
datang ke dokter dengan keuhan demikian karena cepat berlalu. Biasanya dengan
tidur sebentar keadaan pulih kembali, sebab pada waktu tidur terjadi miosis yang
menyebabkan sudut COA terbuka.2
Pemeriksaan pada stadium ini, didapatkan injeksi perikornea yang ringan,
kornea agak suram karena edema, bilik mata depan dangkal, pupil sedikit melebar
reaksi cahaya lambat dan tekanan intraokuler meninggi. Bila serangannya reda,
mata menjadi normal kembali, kecuali penurunan daya akomodasi tetap ada,
sehingga penderita memerlukan penggantian kacamata dekat yang lebih sering
dan lebih kuat dibanding usianya. Mula-mula antara serangan dapat bermingu-
minggu atau beberapa bulan, akan tetapi makin lama makin sering dan
serangannya berlangsung lebih lama. Stadium ini dapat berlangsung beberapa
minggu atau beberapa bulan bahkan beberpa tahun, baru kemudian sampai pada
stadium glaukoma akut.3,6,7
2. Stadium Kongestif
Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya
karena sakit hebat. Jalannya dipapah, karena ketajaman penglihatannya sangat
turun, muntah-muntah. Karenanya, sering disangka bukan menderita sakit mata,
melainkan suatu penyakit sistemik.2,3,8
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian
hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri
dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatannya kabur sekali dan dilihatnya
warna pelangi di sekitar lampu.3
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva
yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik
mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan

13
dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis
yang hampir total.2,3
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai
hitung jari. Dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah
cukup untuk membuat suatu diagnosis tapi diagnosis baru dapat ditegakkan kalau
tekanan bola mata didapatkan tinggi sekali.3

Gambar 2.7 Stadium kongesti glaukoma sudut tertutup primer

2.5.6 Diagnosis
Untuk mendeteksi seseorang dengan calon galukoma akut, dibutuhkan
anamnesis yang teliti, diperlukan juga penilaian secara klinis. Pemeriksaan yang
dilakukan pada glaukoma adalah sebagai berikut.
a. Mengukur tekanan bola mata (Tonometri)
Tujuan pemerikasaan dengan tonometer atau tonometri untuk menentukan
tekanan bola mata seseorang berdasrkan fungsinya dimana tekanan bola mata
merupakan keadaan mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola mata yang
normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau yang terlihat sebagai
kerusakan dalam bentuk glaukoma pada papil saraf optik.7
Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokuler. Dikenal 4 bentuk
tonometri atau pengukur tekanan bola mata :
a. Digital (palpasi) tonometri
Merupakan cara yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
karena pengukuran tekanan bola mata dengan perasaan jari telunjuk pemeriksa.
Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan di atas bola mata sambil
14
penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh ditutup, karena menutup
mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan
keras. Dilakukan dengan palpasi, diaman satu jari menahan, jari lainnya menekan
secara bergantian.3,9
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat
sebagai berikut: N = normal, N+1 = agak tinggi, N+2 = untuk tekanan yang lebih
tinggi, N-1 = lebih rendah dari normal, N-2 = lebih rendah lagi, dan seterusnya.3,9
b. Schiotz tonometri
Merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan
beban beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Beban yang ditaruh pada
bola mata (kornea) akan menekan bola mata ke dalam dan mendapat perlawanan
tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pada beban
tonometer. Pembacaan skala dikonversi pada table untuk mengetahui bola mata
dalam millimeter air raksa. Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya
glaukoma dan bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma.3,9
c. Aplanasi tonometri
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intraokuler dengan
menghilangkan pengaruh kekauan sklera (sclera rigidity) dengan mendatarkan
permukaan kornea. Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih
daripada 20 mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.5,9
d. Tonometri udara (air puff tonometry), yang paling kurang tepat, kurang teliti
karena dipergunakan di ruang terbuka.5,9

b. Uji Besar Sudut


Tes ini dilakukan bila gonioskopi tidak mungkin karena media keruh.
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan sederhana yang berguna untuk melihat
kemungkinan sudut bilik mata yang sempit dan mengancam akan terjadinya
glaukoma akut. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap dengan lampu celah
(slitlamp) dengan sinar yang diarahkan pada kornea tegak lurus di daerah
limbus.5,9
Penilaian yang dapat dilakukan adalah dengan melihat sudut bilik mata:5,9

15
- Bila dalam sudut bilik mata perifer ½ atau setebal kornea maka tidak
mungkin mata tersebut mendapat serangan glaukoma.
- Bila dalam sudut bilik mata perifer ¼ tebal kornea maka mata ini terancam
sudut sempit.
- Bila dalam bilik mata perifer antara ¼ dan ½ tebal kornea maka mata ini
harus mendapat pemeriksaan lebih lanjut (gonioskopi)

c. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata
dengan goniolens. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat sudut bilik mata yang
merupakan tempat keluarnya cairan mata dari bola mata.3
Kelainan patologik sudut akan terlihat seperti sempit, terbuka, tertutup
pigmen dan tumbuhan jaringan patologik.
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut :
- Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea
dengan iris, disebut sudut tertutup.
- Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian jalinan trabekulum sebelah
belakang, dan garis Schwalbe terlihat, disebut sudut sangat sempit. Sudut
sangat sempit sangat mungkin menjadi sudut tetutup.
- Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat, disebut sudut sempit
sedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup.
- Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk
sclera spur, disebut sudut terbuka sedang. Pada keadaan ini tidak akan
terjadi sudut tertutup.
- Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka.5,9

d. Oftalmoskopi
Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan
dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf
optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optik
pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang
sedang diderita.7,9

16
Rasio cup/disk adalah perbandingan antara besarnya penggaungan papil
saraf optik dengan besar atau lebarnya papil. Rasio cawan-diskus berguna untuk
mencatat ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Apabila terdapat
kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokuler, rasio cawan-
diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata
sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.1,2,7,9

Gambar 2.8 Perbandingan funduskopi normal dan glaukoma

e. Pemeriksaan Lapangan Pandang


Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur berperan penting dalam
diagnosis dan tindak lanjut glaukoma. Pemeriksan lapangan pandang adalah
pemeriksaan yang paling memastikan pada kerusakan saraf mata akibat glaukoma.
Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma seperti layar
Bjerrum untuk pemeriksaan lapang pandang sentral atau perimeter Goldmann dan
Octopus untuk pemeriksaan lapangan pandang sampai perifer.1,9

f. Penilaian Serabut Saraf


Menilai serabut saraf retina merupakan hal penting pada glaukoma karena
kelainan serabut saraf lebih cepat terlihat dibanding gangguan pada lapang
pandang.3,9
Pemeriksaan OCT, GDX, HRT akan memperlihatkan kelainan struktur
serabut saraf retina dan papil saraf optik. OCT (Optical Coherence tomography),
dengan tekhnik interferometer digambarkan potongan melintang retina dan papil

17
saraf optik, diukur tebal lapis serabut saraf retina. Pencitraan OCT untuk melihat
macular hole, membran preretina, edema makula dan kerusakan saraf optik.3
GDX, dengan sinar polarisasi diukur tebal serabut saraf retina. HRT, dengan
memakai scanning laser melihat gambaran 3 dimensi keadaan papil saraf optik.3

g. Tes Provokasi
Tes yang dilakukan pada keadaan yang meragukan. Tes yang dilakukan :
a. Tes kamar gelap
Pemeriksaan ini untuk melihat kemampuan sudut bilik mata untuk tertutup
dan merupakan pemeriksaan provokasi untuk glaukoma sudut sempit. Sudut bilik
mata menyempit bila pasien berada di kamar gelap akibat terjadinya midriasis.
Midriasis akan mengakibatkan sudut bilik mata tertutup yang akan menghalangi
pengaliran akuos humor sehingga tekanan bola mata meninggi.
b. Uji Midriasis
Pemeriksaan untuk menemukan glaukoma sudut sempit dengan
memprovokasinya dengan midriatik. Midriasis akan mengakibatkan sudut
bertambah tertutup dan bertambah kemungkinan terbendungnya akuos humor dan
dapat menimbulkan glaukoma.
c. Uji Tiarap (Prone Test)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk glaukoma sudut sempit. Pada waktu
tiarap terjadi pergeseran lensa dengan pupil ke depan yang akan mengakibatkan
sudut bilik mata menutup, yang dapat mengganggu pengaliran akuos humor
melalui sudut bilik mata.2,9

2.5.7 Diagnosis Banding


Beberapa penyakit yang mirip dengan glaukoma sudut tertutup yaitu :4
Tabel 2.1 Diagnosis banding glaukoma sudut tertutup primer
Glaukoma sudut Iritis akut Konjungtivitas akut
tertutup
Sakit Injeksi Tipe siliar yaitu Sedang sampai Membakar, gatal.
lebih hebat dekat hebat Tipe konjungtival
limbus kornea yaitu lebih pada

18
skleral dan formiks dan
berkurang ke arah berkurang ke arah
formiks, tidak limbus. Mata
konstriksi dengan menjadi putih
epinefrin 1:1000, dengan epinefrin 1:
pembuluh tidak 1000, pembuluh
bergerak dengan superficial,
konjungtiva, warna bergerak dengan
violet, dan masing- konjungtiva, warna
masing pembuluh merah bata, dan
tak dapat diusut masing-masing
pembuluh jelas
terlihat.
Pupil Semi dilatasi, tak Miotik, reaksi Normal
bereaksi terhadap lambat.
sinar.
Kornea Suram, dan rincian Biasanya jernih Jernih dan normal
iris tak tampak. kadang-kadang
terlihat dengan
deposit pada
permukaan
posterior kornea.
Sekresi Air Air Pus bergetah
Serangan Mendadak Perlahan Perlahan
Visus Sangat turun Turun sedikit Normal
TIO Meninggi Normal atau Normal
rendah

2.5.8 Penatalaksanaan
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan. Pengobatan dengan obat harus dilaksanakan sebagai tindakan
pertolongan darurat bahwa tugas di daerah adalah memberi pengobatan

19
secepatnya, kemudian merujuknya ke rumah sakit yang ada fasilitas untuk
pembedahan mata.3
Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler.
Pengobatan dengan obat-obatan antara lain:1,2,3
- Miotik, yang paling mudah didapatkan adalah pilokarpin 2-4% tetes mata
yang ditetskan tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap
jam sampai 6 jam. Efek dari pilokarpin adalah miosis dan karenanya
melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut bilik mata depan akan
terbuka.
- Penghambat karbonik anhidrase (carbonic anhydrase inhibitor) yang
menyebabkan berurangnya produksi akuos humor. Yang biasa dipakai adalah
tablet asetazolamid (250 mg) diberikan 2 tablet sekaligus, kemudian disusul
tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam.
- Obat hiperosmotik, yang paling mudah adalah larutan gliserin 50% yang
diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kg berat badan (0,75-1,5 cc kg berat badan).
Gliserin ini harus diminum sekaligus. Gliserin dan manitol mempertinggi daya
osmosis.
- Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil.
Obat-obatan ini dapat diberikan bersama-sama, tetapi hana merupakan
pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan tetap harus direncanakan.1,2,3

Pembedahan
Sebelum pembedahan, tiap glaukoma akut harus diobati terlebih dahulu,
tekanan bola mata yang tadinya sangat tinggi diturunkan dahulu sampai di bawah
25 mmHg. Apabila mata masih terlalu merah, dapat ditunggu sampai mata lebih
putih dan kemudian dilakukan tindakan bedah.2,3
1. Iridektomi Perifer
Indikasi: pembedahan ini digunakan untuk glaukoma dalam fase
prodromal, glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakan pencegahan pada
mata sebelahnya yang masih sehat.3

20
Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris. Maksudnya
adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya dibuat di sisi
temporal atas.3
Iridektomi perifer preventif dilakukan dengan alas an serangan glaukoma
akut biasanya terjadi unilateral. Nasib mata sebelahnya yang masih sehat menurut
beberapa laporan terdapat risiko 60% terjadinya glaukoma akut dalam 5 tahun
mendatang.3,7
2. Laser iridotomy
Pada glaukoma sudut tertutup terdapat hambatan relatif pengeluaran keluar
cairan bilik mata belakang melalui pupil ke bilik mata depan. Iridotomi laser
merupakan tindakan bedah yang palig sering jadi pilihan bagi sudut tertutup
glaukoma. Sinar laser menciptakan sebuah lubang di iris, sehingga cairan dari
bilik mata belakang dapat mencapai ke bilik mata depan melalui lubang di iris.10
3. Pembedahan Filtrasi (trepanasi, sklerotomi, trabekulektomi)
Indikasi: pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah
berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif
kronik.3
Trepanasi Elliot : sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah
kornea-skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar akuos
mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.2,3
Sklerotomi : kornea skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup kembali
dengan sempurna, dengan tujuan agar akuos mengalir langsung dari bilik mata
depan ke ruang subkonjungtiva.2,3
Trabekulektomi : mengangkat trabekulum sehingga terbentuk celah untuk
mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.2,3

2.5.9 Penyulit
Beberapa penyulit dari glaukoma sudut tertutup primer antara lain:3
1. Sinekia anterior perifer: apabila galukoma akut tidak cepat diobati, terjadilah
perlekatan antara iris bagian tepi dan jaringan trabekulum. Akibatnya adalah
bahwa penyaluran keluar akuos humor lebih terhambat.

21
2. Katarak: di atas permukaan kapsul depan lensa acap kali terlihat bercak putih
sesudah suatu serangan akut. Tampaknya seperti susu yang tertumpah di atas
meja. Gambaran ini dinamakan Glaukomflecke.
3. Atrofi papil saraf optik karena serangan yang mendadak dan hebat, papil saraf
optik mengalami pukulan yang berat hingga menjadi atrofi.
4. Glaukoma absolute adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah
terbengkalai sampai buta total.

2.5.10 Prognosis
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dan sesegera mungkin, maka
prognosisnya baik.10

2.5.11 Pencegahan
Pemeriksaan mata secara teratur dengan dokter mata dapat
mengidentifikasi orang yang berisiko untuk akut sudut tertutup glaukoma. Pada
beberapa orang yang berisiko tinggi, iridotomy laser dapat dilakukan untuk
mencegah serangan glaukoma akut sudut tertutup.7,10

22
BAB 3
KESIMPULAN

Glaukoma adalah suatu keadaan patologi dimana terjadinya


peningkatan tekanan intraokular (TIO) yang lebih tinggi dari normal secara
berangsur-angsur akan merusak serabut saraf optik yang terdapat di dalam bola
mata sehingga mengakibatkan gangguan lapangan pandang yang khas dan atrofi
papil saraf optik. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia
setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan
menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Glaukoma harus dikontrol
secara teratur ke dokter mata selama hidupnya. Hal tersebut dikarenakan tajam
penglihatan dapat menghilang secara perlahan tanpa diketahui penderitanya.
Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki,
maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.
Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan penglihatan yang terjadi
akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau
operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan
mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma
maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009.
2. Wijaya, N. Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6. 1993.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2002.
4. Depkes RI. Gangguan penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan.
Diunduh dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-
gangguan-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html
5. Sbeity, Z. Ritch, R. Annual World Glaukoma Day. J Med Liban 2010; 58
(2): 120-121.
6. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
7. Ilyas, S. Glaukoma. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.
8. Ilyas, S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
9. Ilyas, S. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-
3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2009.
10. Noecker, R. J. Acute Angle Closure Glaukoma. 2012
http://www.emedicinehealth.com/acute_angleclosure_glaucoma/article_e
m.htm

24

Anda mungkin juga menyukai