1
berpolitik, atau memililih berpolitik untuk tidak berpihak kepada salah satu pihak
yang sedang mengalami konflik politik. itupun, dapat dikategorikan sebagai sikap
politik. Dengan kata lain pula, (a) tidak ada orang yang tidak terlibat politik, dan
(b) berpolitik adalah penentuan sikap politik terhadap situasi yang sedang
berkembang. Oleh karena itu, sangat masuk akal jika Aristoteles (Rudy, 1993:1)
menyebut manusia sebagai makhluk politik (zoon politicon atau man is by
nature a political animal).
Varma (1990:3) mengatakan bahwa :
Ilmu politik merupakan salah satu ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang ada.
Meskipun beberapa cabang ilmu pengetahuan yang ada telah mencoba melacak
asal-usul keberadaannya hingga zaman Yunani kuno, tetapi hasil yang dicapai
tidak segemilang apa yang telah di capai ilmu politik. Sejak sekelompok orang
mulai hidup bersama, masalah yang menyangkut pengartian dan pengawasan
mulai muncul dan sejak itulah para pemikir politik mulai membahas masalah-
masalah yang menyangkut lingkup serta batasan penerapan kekuasaan, hubungan
antara yang memerintah dengan yang diperintah, serta sistem apa yang paling
menjamin adanya pemenuhan kebutuhan akan pengaturan dan pengawasan
sebagai konsekuensi adanya kebebasan pemikiran manusia.
Ilmu politik ditinjau sebagai cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki
dasar dan kerangka yang jelas baru berkembang antara abad keenam belas
sampai dengan abad kedua puluh. Adapun istilah ilmu politik mulai populer
setelah abad keenam belas sewaktu Jean Bodin (1530-1596) seorang filosof
Prancis memperkenalkan istilah political science (ilmu politik). Sedangkan
ilmu politik ditinjau dari segi yang luas telah lahir jauh sebelum
berkembangnya disiplin ilmu-ilmu sosial lainnya, dan dapat dikatakan dasar-
dasar keilmuannya dipelopori oleh Aristoteles (384-322 S.M.) dengan
merintis pengkajian ilmu politik melalui pengamatan empiris.
Ilmu politik terus berkembang pesat terutama setelah Perang dunia II,
hal ini selain disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang merasakan perlunya
pengetahuan akan politik dalam rangka mengembangkan kehidupan
materialnya, juga dipengaruhi oleh semakin pesatnya kajian dan
penelitian ilmu politik diberbagai universitas, ditunjang dengan adanya
dukungan kuat dari badan internasional (UNESCO) dalam mengadakan
berbagai penelitian di bidang politik.
2
Dalam perkembangan selanjutnya ilmu politik sebagai ilmu
pengetahuan yang senantiasa dihubungkan dengan kekuasaan atau kekuatan
yang menjadi obyek studinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan tersebut antara lain: faktor demokratisasi dan semakin
berkembang luasnya kebijakan pemerintah serta kebutuhan masyarakat yang
meningkat akan berbagai pengetahuan untuk mempengaruhi kebijakan
tersebut.
2. Pengertian Teori
Teori adalah suatu generalisasi yang abstrak mengenai beberapa
fenomena. Generalisasi-generalisasi tersebut disusun berdasarkan konsep,
sedangkan konsep merupakan hasil pemikiran maupun hasil pengamatan atas
dasar fakta/data.
Dalam menyusun sebuah teori, dibutuhkan adanya sejumlah konsep-konsep
yang akan mendukung teori tersebut. Sementara konsep itu sendiri adalah
representasi dari fenomena politik yang memiliki makna tersendiri. Dengan
demikian, sangat jelaslah bahwa teori politik itu berbeda dengan pemikiran
seseorang atau perkataan seseorang. Memang benar, bahwa teori adalah hasil
pemikiran seseorang (karya manusia), namun teori tidak sama dengan pemikiran
seseorang.
Pembentukan sebuah teori, ada yang berawal dari kumpulan fenomena
empirik (empirisme), dan ada yang diturunkan dari pemikiran akal manusia
(idealisme). Dengan sejumlah metodologi disiplin ilmu tertentu, teori itu
kemudian diujicobakan. Semakin kokoh dari kritik, maka semakin memungkinkan
sebuah teori untuk dipertahankan oleh kaum ilmuwan.
Bailusy (2001:1.4) menyebutkan bahwa sebuah teori memiliki dua cirri.
Pertama, cirri structural, yaitu cirri yang menunjukkan hubungan antara konsep-
konsep teoritik. Kedua, cirri substantif, yaitu isi dari empirik itu sendiri. Misalnya
saja, orang yang sedang mengikuti kegiatan kampanye. Secara empirik orang
yang sedang berkampanye itu, mengikuti pertemuan, mendengar orasi politik dan
kemudian (bila memungkinkan) menyatakan sikap. Rangkaian perilaku tersebut,
3
merupakan rangkaian empiris, dan sikap yang dilakukannya adalah berkaitan
dengan partisipasi atau relasi kekuasaan antara konstituen dengan elit politik
(hubungan structural).
Dalam ilmu sosial, fungsi teori itu sendiri, bisa bervariasi. Khusus,
berkaitan dengan ilmu politik ini, setidaknya kita menemukan ada sejumlah fungsi
teori yang perlu dipahami bersama.
a. Deskripsi, yaitu teori memberikan penjelasan, gambaran atau
analisa terhadap sebuah fenomena politik. Sebuah teori, memiliki
sudut pandang tertentu dalam menjelaskan, menggambarkan
fenomena sosial politik. Oleh karena itu, sebuah teori memiliki peran
deskriptif.
b. Prediksi, yaitu memberikan penjelasan mengenai sejumlah
kemungkinan sosial politik yang bakalan terjadi bila sebuah perilaku
politik tertentu terjadi.
c. Guidance, yaitu memandu dalam melaksanakan sebuah model
atau program rekayasa sosial. Dalam sebuah teori, terdapat adanya
sebuah cirri atau karakteristik yang khas. Oleh karena itu, bagi
seseorang yang akan melakukan perubahan sosial dengan paradigma
teori tertentu, maka sebuah teori dapat menjadi bimbingan langkah
politiknya untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Kritik, yaitu memberikan komentar kritis terhadap sejumlah
perilaku politik yang terjadi. Implikasi dari fungsi (c), maka teori pun
dapat beralih posisi ke fungsi kritik, atau kontrol terhadap perilaku
politik tertentu.
Berdasarkan pemikiran seperti ini, maka memahami teori politik, bukan
hanya menjadi bekal ilmuwan muda, tetapi juga menjadi bekal bagi praktisi
politik dalam membimbing, membina, memprediksi atau mengkriti sebuah
fenomena sosial politik yang berkembang di masyarakat.
Sedangkan teori politik adalah generalisasi-generalisasi yang
menerangkan fenomena-fenomena politik. Miriam Budiardjo (1992:30)
menjelaskan bahwa teori politik adalah bahasan dan renungan tentang:
4
a. tujuan dan kegiatan politik
b. cara-cara mencapai tujuan tersebut
c. kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang timbul oleh
situasi politik tertentu
a. kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik tersebut.
1.Teori-teori normatif
Teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-
norma politik. Teori ini sering juga disebut valuantional (mengandung
nilai), karena memasukan unsur-unsur norma dan nilai dalam teorinya. Teori
politik yang termasuk golongan teori ini antara lain:
a) Filsafat Politik
Filsafat merupakan proses pemikiran dengan menggunakan rasio
sebagai sarana utamanya. Ukuran hasil pemikran tersebut adalah nilai-nilai asasi
yang berlaku dalam masyarakat. Alasan utama penggunaan filasafat dalam
kajian ilmu politik adalah kenyataan bahwa setiap tindakkan politik selalu
melibatkan beberapa nilai politik yang mendasarinya.
Pokok pikiran dari filsafat politik adalah bahwa persoalan-persoalan
yang menyangkut alam semesta seperti metaphysikadan epistemologi harus
dipecahkan terlebih dahulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami
sehari-hari dapat diatasi. Pada perkembangannya, filsafat politik telah
berkembang menjadi sub disiplin ilmu politik, terutama digunakan dalam
mempelajari organisasi politik dan tingkah laku, hal ini disebabkan karena
studi ilmu politik tidak dapat mengesampingkan nilai-nilai
kemanusiaan. Ilmu tanpa filsafat bukan membantu manusia, melainkan
menjadikan manusia sebagai obyek.
b) Teori Politik sistematis
5
Teori ini seperti halnya filsafat politik berusaha menerapkan norma-
norma dan nilai-nilai dalam praktek politik. Perbedaannya, teori politik
sistematis tidak menjelaskan asal usul atau cara-cara lahirnya nilai-nilai
atau norma-norma tersebut. Jadi teori politik sistematis dapat merupakan
kelanjutan dari filsafat politik.
c) Ideologi Politik
Ideologi adalah kumpulan gagasan logis, mengandung prinsip-prinsip
atau nilai-nilai yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang sebagai
landasan dalam menentukan sikap dan perilakunya.
Para pakar (Rudy, 1993:1) menyebut ilmu politik sebagai ratunya ilmu-
ilmu sosial (the queen of the social science) diantara ilmu-ilmu sosial
kemasyrakatan. Hal demikian, ada dua alasan yang bisa dikemukakan. Pertama,
ilmu politik di anggap dan diposisikan sebagai ilmu yang tertua. Kedua, ilmu
politik mengkaji masalah yang paling hakiki dalam kehidupan masyarakat
6
manusia. Misalnya saja, dalam kehidupan manusia, mulai awal sejarah peradaban
manusia sampai sekarang, tidak bisa dilepaskan dari upaya perjuangan
mempertahankan hidup (struggle for life), atau perjuangan untuk meraih
kekuasaan (struggle for power). Kedua gejala tersebut di atas, merupakan gejala
sosial yang dijadikan sebagai bagian dari objek kajian ilmu politik. Dengan
demikian, masuk akal jika ilmu politik dikatakan sebagai ratunya ilmu di
lingkungan ilmu sosial lainnya.
Oleh karena itu, sebelum membahas ilmu politik lebih lanjut, terlebih
dahulu kita tinjau istilah politik itu sendiri. Istilah politik berasal dari bahasa
Yunani yaitu polistaia. Polis berarti negara kota, yakni suatu masyarakat yang
mampu mengurus diri sendiri atau mandiri, sedangkan taia berarti urusan. Jadi
politik dapat diartikan segala urusan yang berkenaan dengan negara, termasuk di
dalamnya kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan maupun pembagian
dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat yang bersangkutan.
7
a. Politik dalam arti kepentingan
Manusia memiliki kebutuhan atau keinginan. Dengan berbagai tindakan
dan perilakunya, manusia kerap melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan
kebutuhan atau keinginnya. Menurut Deliar Noer (1983:21) keinginan itu bisa
terwujud dalam bentuk yang lebih keras, yaitu kepentingan. Masalah kepentingan
ini, sudah dengan konsepsi hak sebagaimana di kenal dalam konsep politik
demokrasi.
Misalkan ada sebuah kasua, si A memiliki sebidang tanah. Kemudian,
datang aparatur pemerintah untuk mengambil lokasi tanah tempat berdirinya
rumah si A tersebut. Aparat pemerintah tersebut mengatakan, daerah tersebut
akan dibuat sebuah jembatan laying yang akan menjadi kepentingan bersama.
Maka, tanah lokasi tempat berdirinya rumah si A akan diambilalih oleh
pemerintah. Bila memungkinkan akan dilakukan melalui ganti rugi, dan jika tidak
mau, atas nama “kepentingan negara dan kepentingan umum” si aparat tersebut
akan menggunakan kekuasaan dan kekuarannya untuk memaksa si A tersebut.
Dalam kasus tersebut, terdapat sejumlah konsep dasar yang erat kaitannya
dengan ilmu politik. Diantaranya, kekuasaan, kekerasan, paksaan, hubungan
antara rakyat dan pemerintah. Dan hal yang relevan pembicaraannya dengan
konteks ini adalah adanya relasi kepentingan atau perbedaan kepentingan antara
rakyat dan pemerintah. Si A memiliki kepentingan untuk mempertahankan haknya
(tanah dan rumah), sedangkan si aparatur pemerintah memiliki kepentingan untuk
melancarkan program pembangunan yang dicanangkan oleh atasannya. Hak yang
melekat pada pelaku politik itulah itu yang merupakan kristal dari kebutuhan,
keinginan atau kepentingan seseorang. Dan ilmu politik, tidak bisa dilepaskan dari
masalah kepentingan tersebut di atas.
Secara umum, setiap manusia pernah dan selalu membutuhkan sesuatu,
baik untuk kepentingan diri kita sendiri, keluarga, masyarakat atau yang
lainnya. Sejalan dengan kebutuhan ini, semua kebutuhan tersebut tidak akan
terpenuhi apabila tidak ada cara dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Proses penentuan cara dan alat-alat yang akan
digunakan serta tujuan yang ingin dicapai sebenarnya sudah merupakan
8
bagian dari politik, oleh karena itu benar apa yang dikatakan Ariestoteles
bahwa sebenarnya manusia adalah binatang politik (zoon politicon).
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, dapat dirumuskan sejumlah
pemikiran dasar yang dapat dijadikan penjelasan terhadap masalah definisi politik
ini :
9
Artinya, politik bukan diartikan sebagai satu perjuangan kepentingan atau usaha
mempertahankan kepentingan, tetapi erat kaitannya dengan ‘bagaimana
membangun sebuah regulasi atau mekanisme pengelolaan kepentingan publik
dengan cara yang dapat diterima oleh semua pihak”. Kendatipun agak sulit adanya
sebuah mekanisme yang mampu menampung secara adil bagi semua pihak, tetapi
diharapkan dengan adanya mekanisme ini ada sebuah aturan main (rule of game)
dalam memperjuangkan kepentingan tersebut.
10
kebijakan dirinya dalam merespon realitas politik. Setiap orang atau
sekelompok orang (kelompok, masyarakat, negara, dan
sebagainya) sering dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang
memerlukan berbagai pertimbangan-pertimbangan untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut. Penentuan berbagai
pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan alternatif yang
terbaik guna mencapai suatu tujuan atau keadaan yang kita
kehendaki tersebut sebenarnya merupakan proses kebijakan yang
sekaligus merupakan bidang politik.
Implikasi yang lebih lanjut, dari adanya perbedaan definisi ilmu politik
ini, adalah (a) terjadinya sejumlah pengembangan makna dari politik, dan (b) luas
cakupan ilmu politik atau objek kajian politik yang semkain berkembang. Pada
satu sisi, gejala serupa ini merupakan sebuah dinamika dan perkembangan yang
menggembirakan mengenai sebuah disiplin ilmu. Namun pada sisi lain, dapat
melahirkan adanya ambiguitas makna dan objek kajian ilmu politik. Untuk
kepentingan penegasan politik sebagai sebuah disiplin ilmu, maka dibutuhkan
upaya-upaya sistematik, untuk merinci ulang mengenai definisi atau sasaran ilmu
politik. Berdasarkan hasil kajian Isjwara (1982:38-64) terhadap berbagai
11
definisi ilmu politik yang ada dalam literatiur akademik, menemukan ada tiga
cara pendefinisian ilmu politik. Ketiga perspektif pendefinisian ini, secara
akademik bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, namun tidak dapat
dipisahkan secara empirik. Artinya, kendatipun dalam kerangka teroritik bisa
diddefinitifkan secara distinc (tegas berbeda), namun dalam realitas politiknya,
sangat sulit untuk dipisah-pisahkan, karena antara satu dengan yang lainnya,
terjadi saling berkaitan.
12
sebuah negara, misalnya hakikat negara, tujuan negara dan sejarah terbentuk
negara. sedangkan ilmu tata negara, adalah ilmu negara yang lebih spesifik,
terfokus pada sebuah sistem ketatanegaraan sebuah negara. Dalam ilmu tata
negara ini, dipelajari sebuah susunan keorganisasian. Sementara pada konteks
aktivitas pelaksanaan fungsi keorganisasian dari alat-alat negara itu, lebih banyak
dikaji oleh politik. Sehingga tidak menggerankan, jika Laski (1961:1), pada
bagian awal kajiannya di buku “An Introduction to Politics’, mengkaji masalah
negara.
Pandangan lain, yang sejalan dengan pemikiran ini, yaitu Roger F. Soltau
dalam bukunya Introduction to Politics menyatakan: ‘Political science is the
study of the state, its aims and purposes... the institutions by which these are
going to be realized, its relations with its individual members and other
states’. J. Barent mengungkapkan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan negara, yang merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat. Ilmu Politik mempelajari negara-negara itu melaksanakan tugas-
tugasnya’,
13
memberikan keterangan bahwa politik adalah “sciences of the state. It deals with
(a) the relations of individual t one another insofar as the state regulates them by
law; (2) the relations of individuals or group of individual to the state; (3) the
relations of the state of state”. Definisi ini sangat tegas, ilmu politik itu berkaitan
erat dengan aktivitas politik itu sendiri, baik dalam konteks interaksi antar
individu, antara individu dengan negara, maupun aktivitas antara negara dengan
negara. salah satu diantara hubungan antara individu dengan negara, adalah
pelaksanaan pemilihan umum.
Pemilihan umum, bukan merupakan sebuah alat atau organisasi negara.
Pemilu adalah aktivitas politik, atau fungsi dari sebuah sistem sosial demokrasi.
Namun demikian, Pemilu sudah pasti sangat jelas identitas kepolitisannya. Jika
menggunakan definisi institusional, maka masalah pemilu ini tidak akan dapat
dijelaskan dengan baik. Oleh karena itu, pemilu sebagai sebuah aktivitas politik,
hanya bisa dijelaskan melalui pendekatan fungsional dari ilmu politik itu sendiri.
14
alat-alatnya itu, dan/atau untuk melaksanakan hubungan-hubungan tertentu
dengan negara-negara lain atau rakyatnya. Valkenburg (1968:5-9) dalam bukunya
Inleiding tot de Politicologie: Problemen van Maatschappij en Macht,
mengemukakan bahwa politik pada hakekatnya tiada lain merupakan
pertarungan untuk kekuasaan.
Jadi menurut pendefinisian hakekat kekuasaan, ilmu politik adalah ilmu
tentang kekuasaan, karena hakekat politik itu sendiri adalah tentang kekuasan.
Hal ini didasari oleh suatu kesadaran bahwa faktor kekuasaan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial.
Pendefinisian ilmu politik menurut hakikat kekuasaan dapat dibagi
dalam tiga golongan, yaitu
(1) Pendekatan Postulation, dengan tokohnya Catlin. Menurut
pendekatan ini ilmu politik adalah ilmu yang meneliti manusia yang
berusaha memperoleh kekuasaan sebagaimana ekonomi meneliti
manusia dalam usahanya memperoleh kemakmuran.
(2) Pendekatan Psikologis, dengan tokohnya oleh Laswell dan
Schumman. Menurut pendekatan ini ilmu politik adalah ilmu yang
meneliti latar belakang psikologis tentang kehausan kekuasaan, motivasi
memperoleh dan menggunakan kekuasaan.
(3) Pendekatan Sosologis, dengan tokohnya Charles Merriam dan
Lord Russel. Pendekatan Sosiologis menganalisa kekuasaan sebagai
gejala sosial, di mana kekuasaan itu berlaku atau digunakan sebagai alat
untuk menjelaskan keadaan masyarakat.
Berdasarkan kajian tersbut di atas, dapat dikemukakan bahwa ilmu
politik terkait erat dengan dua wilayah yang sangat luas. Satu sisi berkaitan erat
dengan fenomena ebjektif, misalnya struktur negara dan variasi alat-alat negara.
Namun pada sisi yang lainnya, terkait erat dengan masalah subjektif, misalnya
saja kekuasaan, kepentingan dan aspirasi. Kedua hal tersebut, merupakan sebuah
kajian keilmuan yang sangat luas dan memberikan harapan terhadap pemantapan
ilmu politik sebagai disiplin ilmu yang matang, baik dalam konteks objek material
15
keilmuan, maupun objek formal keilmuan. Artinya, ilmu politik menjadi ilmu
yang matang dalam metodologi dan sasaran kajian itu sendiri.
Ilmu politik adalah ‘ the science which is concerned with the state in
its conditions, in its essential nature, its various form or
manifestation (and) its development’. (Blunctshil, 1921.)
Ilmu politik adalah, ‘the study of the formation, form, and processes
of the states and government’ (White, 1947).
16
Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam bukunya Power and
Society berpendapat bahwa bahwa: Ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan’,
1.
Dengan Kumpulkan sejumlah
menggunakan klasifikasi definisi ilmumaka
hal tersebut, politik dari berbagai
dimungkinkan terjadi
pendapat ilmuwan politik, atau referensi lainnya yang relevan.
pula perbedaan
2. klasifikasi ulang
Klasifikasi antaraoleh
satuAnda,
tokohberdasarkan
dengan tokoh
ketigayang lainnya. Hal
kategori
demikian,tersebut di atas.
merupakan tradisi yang sehat bagi perkembangan ilmu politik.
3. Bila memungkinkan, dan Anda memiliki model penggolongan
yang berbeda, silakan lakukan sendiri, dan kelompok-kelompokkan
definisi tersebut, sehingga Anda memiliki kejelasan dan kejernihan
katgeori ilmu politik itu sendiri.
4. Jelaskan perbedaan antara definsi yang satu dengan yang
lainnya, sehingga Anda menemukan kejelasan perbedaan, dan
focusing dari setiap definisi ilmu politik tersebut ? 17
GLOSARIUM
Deskripsi (fungsi teori), yaitu teori memberikan penjelasan, gambaran atau analisa
terhadap sebuah fenomena politik.
Guidance (fungsi teori), yaitu memandu dalam melaksanakan sebuah model atau
program rekayasa sosial. Dalam sebuah teori, terdapat adanya sebuah cirri
atau karakteristik yang khas.
Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dibuat oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam menentukan tujuan, serta sarana dan metode
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
Kepentingan adalah usaha, upaya atau strategi dalam mewujudkan keinginan atau
kebutuhan
Kritik (fungsi teori), yaitu memberikan komentar kritis terhadap sejumlah perilaku
politik yang terjadi.
Polis berarti negara kota, yakni suatu masyarakat yang mampu mengurus diri
sendiri atau mandiri, sedangkan taia berarti urusan.
18
Prediksi (fungsi teori), yaitu memberikan penjelasan mengenai sejumlah
kemungkinan sosial politik yang bakalan terjadi bila sebuah perilaku
politik tertentu terjadi.
Structural (ciri teori politik), yaitu cirri yang menunjukkan hubungan antara
konsep-konsep teoritik.
Substantif (cirri teori politik), yaitu isi dari empirik itu sendiri. Misalnya praktek
pemilihan umum, praktek demontrasi sebagai wujud partisipasi politik
DAFTAR PUSTAKA
19
20