Anda di halaman 1dari 23

“HAKIKAT DAN MODEL DALAM PEMBELAJARAN ”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Dr.Hj. Mahrita

Disusun Oleh :
Kelompok 6 materi 6
(Kelas 5F) PGSD

SAIDATUN NISA : 1710125120063


SHINTA MAILINDA : 1710125320201
SITI AISYAH : 1710125320206
SONIA INDRIATI : 1710125320213
ZAINI : 1710125310238

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PRA DAN SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur sebelumnya penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ HAKIKAT DAN MODEL DALAM
PEMBELAJARAN ” ini dengan tepat waktu sholawat beserta salam tak lupa kami
sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nanti–
nantikan di yaumul kiamah nanti.

Kami menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini


terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam penulisan maupun
penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini kedepannya.

Banjarmasin, 9 September 2019

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. HAKIKAT DESAIN PEMBELAJARAN ................................................... 3
B. DESAIN INSTRUKSIONAL ...................................................................... 5
C. KRITERIA DESAIN INSRTRUKSIONAL ................................................ 6
1. Berorientasi pada siswa ............................................................................ 6
2. Berpijak pada pendekatan sistem ............................................................. 6
3. Teruji secara empiris ................................................................................ 7
D. HUBUNGAN PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN ...... 7
E. MODEL - MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL ..................................... 8
1. Model Kemp ............................................................................................. 8
2. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) ................. 11
3. Model Banathy ....................................................................................... 12
4. Model Dick dan Cery ............................................................................. 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 18
B. SARAN ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan peradaban manusia di era globalisasi membawa


wawasan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pendidikan, yang
kemudian muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan akan kemampuan
untuk bertahan dan beradaftasi dalam pergaulan peradaban masyarakat
modern. Harapan muncul karena ada perbaikan kualitas hidup dan
kehidupan di satu sisi sebagai akibat penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi (INFOTEK), dan disisi
lain muncul juga kecemasan, yang disebabkan karena adanya perubahan
yang sangat cepat menyebabkan kondisi masyarakat yang dituntut dapat
terus beradaptasi. Lembaga pendidikan sebagai wiyata mandala formal
yang diharapkan dapat mempersiapkan generasi yang berkualitas
merupakan dambaan setiap komponen masyarakat. Komponen masyarakat
sekolah yang terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan,
maupun masyarakat dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain
pengguna pendidikan atau simpatisan yang menaruh perhatian besar
terhadap kuantitas dan kualitas output sekolah. Dalam hal ini sekolah harus
dikelola dan diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat sebagai
“Lembaga Pendidikan yang berkualitas” yang mampu memproses peserta
didik yang pada akhirnya akan menghasilkan produk (output) secara
optimal. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan pendidikan sebagai
unsur penting dalam kehidupan manusia. Adanya pendidikan berarti akan
melahirkan manusia yang kreatif dan inovatif yang mampu mengisi masa
depan yang lebih maju. Manusia memperoleh sebagaian besar dari
kemampuannya melalui belajar.

Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisikondisi


tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol. Sebagai bagian penting
dalam pendidikan, pendidik dituntut untuk mampu mengelola dan

1
melahirkan situasi dan kondisi belajar bagi peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang diharapkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan desain pembelajaran ?


2. Apa yang dimaksud dengan desain instruksional ?
3. Apa saja kriteria desain instruksional ?
4. Bagaimana hubungan perencanaan dengan desain pembelajaran ?
5. Apa saja model-model instruksional ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian desain pembelajaran.


2. Untuk mengetahui pengertian desain instruksional.
3. Untuk mengetahui kriteria desain instruksional.
4. Untuk mengetahui hubungan perencanaan dengan desain
pembelajaran.
5. Untuk mengetahui model-model instruksional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT DESAIN PEMBELAJARAN

Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa
Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang
mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu manajemen pendidikan
atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah
planning yaitu “Persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-
langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Herbert Simon (Dick dan Carey,
2006), mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan
sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa
melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya
adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan
kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons
kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan
akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang
efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan
sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran
melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas
yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang
dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
Desain pembelajaran adalah pengembangan secara sistematis dari
spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Proses perancangan
dan pengembangan ini meliputi segala proses analisis kebutuhan

3
pembelajaran, tujuan dan pengembangan sistem untuk mencapai tujuan,.
pengembangan bahan dan aktivitas pembelajaran, uji coba dan evaluasi dari
seluruh pembelajaran dan aktivitas peserta didik. Desain pembelajaran
merupakan kegiatan memaksimalkan keefektifan, efisiensi dan hasil
pembelajaran dan pengalaman pembelajaran lainnya. Kegiatan tersebut
meliputi penentuan keadaan awal, kebutuhan peserta didik, menentukan
tujuan akhir dan menciptakan beberapa perlakuan untuk membantu dalam
masa transisi tersebut. Di bagian lain dijelaskan desain pembelajaran adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992) menjelaskan bahwa
desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, di mana
proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang.
Menurut Gagne, belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua factor yakni
factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang
berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu
siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat
serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi
atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain pembelajaran
berkaitan dengan factor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan
kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Gagne, kondisi
internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.
Sejalan dengan hal itu, Shambaugh (2006) menjelaskan tentang
desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers
systematically analyze learner needs and construct structures possibilities
to responsively address those needs.” Jadi dengan demikian, suatu desain
pembelajaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam
pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab
kebutuhan tersebut

4
B. DESAIN INSTRUKSIONAL

Intruksional berasal dari kata intruction yang berarti pengajaran,


pelajaran, atau bahkan perintah/intruksi. Menurut Prof. Dr. H. Dailami
Firdaus, SH intruksinal berarti memberi pengetahuan/informasi khusus
dengan maksud melatih berbagai bidang pengetahuan, dalam bidang
pendidkan intruksional berarti pengajaran/pelajaran. Menurut Ade Lukman
S.Pd.I desain instruksional adalah cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi
dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem
instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang
dikembangkan secara empiris dan konsisten untuk dapat mencapai tujuan
instruksional tertentu.
Desain instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem
instruksional yang sedang didesain, sehingga setelah mengalami beberapa
kali revisi, sistem instruksional tersebut dapat memuaskan hati
pendesainnya. Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat
diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran
beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber
pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi
keberhasilan.
Desain Instruksional sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar dengan menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan
sistem dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan
Instruksional, di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk
mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik,
materi, kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja
lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan
hasil Instruksional pebelajar yang dikehendaki.

5
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain instruksional
berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk
mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan
tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan
strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode,
teknik, dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk
mengukur atau menentukan keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.

C. KRITERIA DESAIN INSRTRUKSIONAL

1. Berorientasi pada siswa


Mendesain pembelajaran perlu diawali dengan melakukan studi
pendahuluan tentang siswa. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang
siswa di antaranya :
 Kemampuan dasar
Pemahaman kemampuan dasar yang dimiliki siswa perlu
dipahami untuk menentukan dari mana sebaiknya kita mulai
mendesain pembelajaran. Dalam menentukan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
siswa.
 Gaya belajar
Gaya belajar setiap siswa memiliki perbedaan, ada yang
bertipe auditif, visual dan kinetetis. Siswa yang bertipe auditif akan
dapat menangkap informasi lebih banyak melalui pendengaran,
dengan demikian desain pembelajaran dirancang agar siswa lebih
banyak mendengar melalui berbagai media, misal radio atau tape
recorder.

2. Berpijak pada pendekatan sistem


System adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan. Melalui pendekatan system, bukan saja dapat

6
diprediksi keberhasilannya, akan tetapi juga akan terhindar dari
ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan system dari awal
sudah diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat menghambat
terhadap pencapaian tujuan.

3. Teruji secara empiris


Sebelum digunakan, sebuah desain intruksional harus teruji
dahulu efektivitas dan efisiensinya secara empiris. Melalui pengujian
secara empiris dapat dilihat berbagai kelemahan dan berbagai kendala
yang mungkin muncul sehingga jauh sebelumnya dapat diantisipasi

D. HUBUNGAN PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN

Perencanaan pembelajaran berbeda dengan Desain Pembelajaran,


namun keduannya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru
dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan
merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Walaupun perencanaan pembelajaran
berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang
berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau
penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan
pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses
belajar siswa.
Perencanaan adalah pembelajaran yang disusun untuk kebutuhan
guru. Dengan demikian perencanaan merupakan penerjemahan kurikulum
sekolah kedalam kegiatan pembelajaran didalam kelas. Perencanaan adalah
program yang bisa dilakukan setiap hari, setiap bulan atau setengah tahu
sekali atau bahkan setahun sekali. seperti proses belajar mengajar, ulangan
mingguan, UTS dan UAS. Sedangkan desain lebih ditekankan pada prosas
merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa.
Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang

7
berlaku di suatu lembaga; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai
individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.

E. MODEL - MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL

Pada system intruksional, kita dihadapkan kepada tiga buah


pertanyaan penting, yakni bagaimana cara mendesain suatu program,
struktur program yang bagaimana yang akan dipergunakan, dan pola
mengajar apa yang akan diterapkan sehubungan dengan pelaksanaan
program yang telah didesain itu. Di muka telah dijelaskan bahwa desain
sistem pembelajaran berbeda dengan perencanaan sistem pembelajaran.
Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain
pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda.
Ada beberapa model-model desain intruksional yang dapat
ditawarkan, antara lain:

1. Model Kemp
Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh
Kemp merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp
pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-
komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan
berbagai kendala yang timbul. Model sistem instruksional yang
dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen mana
seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan
sistem instruksional, menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan
komponen tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi
untuk mencapai hasil yang maksimal.
Menurut (Marrison, Steven, & Jerrold, 2004) dalam (Sujarwo,
2017), model desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik
sebagai perancang program atau kegiatan pembelajaran dalam
memahami kerangka teori dengan lebih baik dan menerapakan teori
tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif

8
dan efisien. Desain pembelajaran model Kemp dapat dijelaskan dengan
sebuah bagan berikut:

Gambar 1.1 Model Desain Pembelajaran Kemp

(Marrison, Steven, & Jerrold, 2004, hal. 29)

Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut


Kemp adalah :
a. Hasil yang ingin dicapai;
b. Analisis tes mata pelajaran;
c. Tujuan khusus belajar;
d. Aktivitas belajar;
e. Sumber belajar;
f. Layanan pendukung;
g. Evaluasi belajar;
h. Tes awal;
i. Karakteristik belajar.
Kesembilan komponen itu merupakan siklus yang terus-menerus
direvisi setelah dievaluasi baik evaluasi sumatif maupun evaluasi
formatif, serta diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan
yang ingin dicapai, prioritas dan berbagai kendala yang muncul.

9
Menurut sumber lainnya, model Kemp merupakan sistem pengajaran
yang sederhana yang mana dibagi menjadi delapan langkah yaitu :
a. Menentukan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang ingin
dicapai untuk masing-masing pokok pembahasan;
b. Menganalisis karakteristik peserta didik;
c. Menentukan tujuan instruksional khusus;
d. Menentukan materi pelajaran sesuai dengan tujuan intruksional
khusus yang telah dirumuskan;
e. Menetapkan pengajaran awal;
f. Menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang
sesuai dengan tujuan intruksional khusus;
g. Mengkoorsinasi sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas,
peralatan, waktu, dan tenaga;
h. Mengadakan evaluasi untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan
program secara keseluruhan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL KEMP.


a. Kelebihan
Dalam model pembelajaran Kemp ini, disetiap melakukan langkah
atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju
ketahap berikutnya. Tujuannya adalah apabila terdapat kekurangan
atau kesalahan di tahap tersebut dapat dilakukan perbaikan terlebih
dahulu sebelum melangkah.
b. Kekurangan
Model pembelajaran Jerold E. Kemp ini agak condong ke
pembelajaran klasikal atau pembelajaran di kelas. Oleh karena itu,
peran guru di sini mempunyai pengaruh yang besar, karena merek
dituntut dalam rangka program pegajaran, instrument evaluasi, dan
strategi pengajaran.

10
2. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata “prosedur” berarti tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata “pengembangan”
berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata “Intruksional”
berhubungan dengan proses pembelajaran. Dari arti kata tersebut, PPSI
dapat di artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan
perencanaan komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah di tentukan.
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis,
untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. PSSI merupakan perwujudan dari penerapan
pendekatan ke dalam sistem pendidikan, yaitu sebagai suatu kesatuan
yang terorganisasi yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh
siswa. Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus
operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau
dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar,
berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan
hanya satu bentuk tingkah laku.;
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan
menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi
disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan
ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan;
c. Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni merumuskan
semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan
belajar perlu ditempuh;

11
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni
merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat
dan sumber pelajaran;
e. Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates,
menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan
melakukan perbaikan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PPSI


a. Kelebihan
 Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan system
pembelajaran.
 Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.
 Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga
sebelum dilakukan uji coba di lapangan, perangkat pembelajaran
telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan
para ahli.
b. Kekurangan
Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih
karena guru harus memberikan pretest dan post test untuk setiap unit
pelajaran.

3. Model Banathy
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H.
Banahty. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sistem. Pengembangan sistem instruksional adalah suatu
proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi
perubahan di dalam tingkah lakunya.
Model desain system pembelajaran dari Banathy berbeda
dengan model-model sebelumnya. Model ini memandang bahwa

12
penyusunan system instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan
yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program
pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan
sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah
yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik;
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai
perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita
bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya;
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan
mengiventasikan seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai
kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta
menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan;
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis
setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur
penjadwalan;
e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas system,
yakni melatih sekaligus menilai efektivitas system, melakukan
penempatan dan melaksanakan evaluasi;
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL BANATHY


a. Kelebihan
 Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan
umum maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang
merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
 Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang
dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
 Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang

13
harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar).
Kemampuan awal siswa harus di analisis atau dinilai agar
mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
 Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasakan hasil
evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
 Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih
efektif untuk membuatnya.
b. Kelemahan
 Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efesien
 Model cenderung lebih focus pada materi yang belum dikuasai
oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di
pelajari yang bisa luput apabila tidak pernah dikaji ulang.

4. Model Dick dan Cery


Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan
pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain
pembelajaran yang meliputi analisis desain pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Model dick and cery harus dimulai dengan
mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini,
sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals,
perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal
siswa terlebih dahulu. Criterion Reference Test, artinya tes yang
mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai
tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni
skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai
tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain ini
adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi

14
sumatif.1[24] Model Dick and Cery termasuk ke dalam model
prosedural. Langkah-langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and
Carey adalah :
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran;
b. Melaksanakan analisi pembelajaran;
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa;
d. Merumuskan tujuan performansi;
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan;
f. Mengembangkan strategi pembelajaran;
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran;
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
i. Merevisi bahan pembelajaran;
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Adapun Model Dick,Carey & Carey diilustrasikan melalui


Bagan berikut:

15
Gambar 2 Desain Pembelajaran Model Dick, Carey & Carey (2009)

Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah, setiap langkah


sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula
sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan
hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu
dengan yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick
and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan
ke urutan berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai
dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan
sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan
pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam
pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar pada awal
proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui di mampu
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran, adanya hubungan antara tiap komponen khususnya
strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki,
menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan
perencanaan desain pembelajaran.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL DICK DAN CARREY


a. Kelebihan
 Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti.
 Teratur, efektif dan efesien dalam pelaksanaan.
 Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang
terperinci, sehingga mudah diikuti.
 Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut
merupakan hal yang sangat baik, karena apbila terjadi kesalahan
maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis

16
instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya
mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
 Model Dick & Carey sangat lengkap komponenya, hamper
mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan
pembelajaran.
b. Kekurangan
 Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.
 Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan
sesuai dengan langkah-langkah tersebut.
 Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar.
 Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan
kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
 Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi
pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan
pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian
pakar (validasi).
 Terlalu banyak prosesdur yang harus dilakukan oleh guru dalam
melalksanakan proses pembelajaran.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses


pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem
penyampaiannya sehingga menjadi acuan dalam pelaksanaannya untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif. Dengan tujuan menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien dengan meminimalisir kesukaran
siswa dalam memahami pembelajaran. Model-model desain rencana
pembelajaran adalah model PPSI, model Kemp, model Gerlach & Elly,
model Dick & Carrey, model ASSURE, model ADDIE, dan model Hanafin
and Peck. Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu sistem.
Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan
pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan
evaluasi. Model kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang
menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen
perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan
bekerja sebagai perancang pembelajaran.

Model Gerlach & Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan keseluruhan
proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara
rinci setiap komponennya.

Model Dick & Carrey diciptakan selain cocok untuk pembelajaran


formal di sekolah, juga untuk sistem pembelajaran yang melibatkan
komputer dalam proses pembelajaran. Model ASSURE merupakan suatu
model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model ADDIE
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni Analysis (analisa), Design
(disain /perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi/eksekusi), Evaluation (evaluasi/ umpan balik). Setiap model

18
desain pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, dalam pelaksanaannya
kondisi siswa, materi ajar dan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam
proses pembelajaran menjadi indikator untuk memilih model yang sesuai.
Setiap upaya yang baik akan sangat bermakna dengan perencanaan yang
matang.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan kekurangan.


Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah kami ini
sangat kurang dari kesempurnaan sehingga kami mengharapkan kepada
seluruh pembaca agar senantiasa memberi kritik atau saran yang bersifat
membangun, untuk kami jadikan bahan telaah untuk tugas-tugas
selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfafa, M. (2017). Model-Model Desain Pembelajaran. Singaraja: FIP UNG.

Marrison, G., Steven, M., & Jerrold, E. (2004). Design Effective Instruction. New
York: John Wiley & Sons.

Pendidikan, M. (2018, April 17). Hubungan Perencanaan dan Desain


Pembelajaran. Retrieved April 17, 2018, from Hubungan Perencanaan dan
Desain Pembelajaran:
https://www.materipendidikan.info/2018/04/hubungan-perencanaan-dan-
desain.html

Sujarwo. (2017). Desain Sistem Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran, 11-


12.

Unknow. (2016, Nopember 2). Pengertian Perencanaan dan Desain


Pembelajaran. Retrieved Nopember 2, 2016, from Pengertian Perencanaan
dan Desain Pembelajaran:
http://semutponti.blogspot.com/2016/11/pengertian-perencanaan-dan-
desain.html

20

Anda mungkin juga menyukai