Disusun Oleh :
Kelompok 6 materi 6
(Kelas 5F) PGSD
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
melahirkan situasi dan kondisi belajar bagi peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang diharapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa
Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang
mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu manajemen pendidikan
atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah
planning yaitu “Persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-
langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Herbert Simon (Dick dan Carey,
2006), mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan
sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa
melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya
adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan
kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons
kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan
akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang
efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan
sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran
melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas
yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang
dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
Desain pembelajaran adalah pengembangan secara sistematis dari
spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Proses perancangan
dan pengembangan ini meliputi segala proses analisis kebutuhan
3
pembelajaran, tujuan dan pengembangan sistem untuk mencapai tujuan,.
pengembangan bahan dan aktivitas pembelajaran, uji coba dan evaluasi dari
seluruh pembelajaran dan aktivitas peserta didik. Desain pembelajaran
merupakan kegiatan memaksimalkan keefektifan, efisiensi dan hasil
pembelajaran dan pengalaman pembelajaran lainnya. Kegiatan tersebut
meliputi penentuan keadaan awal, kebutuhan peserta didik, menentukan
tujuan akhir dan menciptakan beberapa perlakuan untuk membantu dalam
masa transisi tersebut. Di bagian lain dijelaskan desain pembelajaran adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992) menjelaskan bahwa
desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, di mana
proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang.
Menurut Gagne, belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua factor yakni
factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang
berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu
siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat
serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi
atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain pembelajaran
berkaitan dengan factor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan
kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Gagne, kondisi
internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.
Sejalan dengan hal itu, Shambaugh (2006) menjelaskan tentang
desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers
systematically analyze learner needs and construct structures possibilities
to responsively address those needs.” Jadi dengan demikian, suatu desain
pembelajaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam
pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab
kebutuhan tersebut
4
B. DESAIN INSTRUKSIONAL
5
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain instruksional
berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk
mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan
tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan
strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode,
teknik, dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk
mengukur atau menentukan keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.
6
diprediksi keberhasilannya, akan tetapi juga akan terhindar dari
ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan system dari awal
sudah diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat menghambat
terhadap pencapaian tujuan.
7
berlaku di suatu lembaga; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai
individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.
1. Model Kemp
Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh
Kemp merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp
pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-
komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan
berbagai kendala yang timbul. Model sistem instruksional yang
dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen mana
seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan
sistem instruksional, menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan
komponen tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi
untuk mencapai hasil yang maksimal.
Menurut (Marrison, Steven, & Jerrold, 2004) dalam (Sujarwo,
2017), model desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik
sebagai perancang program atau kegiatan pembelajaran dalam
memahami kerangka teori dengan lebih baik dan menerapakan teori
tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif
8
dan efisien. Desain pembelajaran model Kemp dapat dijelaskan dengan
sebuah bagan berikut:
9
Menurut sumber lainnya, model Kemp merupakan sistem pengajaran
yang sederhana yang mana dibagi menjadi delapan langkah yaitu :
a. Menentukan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang ingin
dicapai untuk masing-masing pokok pembahasan;
b. Menganalisis karakteristik peserta didik;
c. Menentukan tujuan instruksional khusus;
d. Menentukan materi pelajaran sesuai dengan tujuan intruksional
khusus yang telah dirumuskan;
e. Menetapkan pengajaran awal;
f. Menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang
sesuai dengan tujuan intruksional khusus;
g. Mengkoorsinasi sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas,
peralatan, waktu, dan tenaga;
h. Mengadakan evaluasi untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan
program secara keseluruhan.
10
2. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata “prosedur” berarti tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata “pengembangan”
berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata “Intruksional”
berhubungan dengan proses pembelajaran. Dari arti kata tersebut, PPSI
dapat di artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan
perencanaan komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah di tentukan.
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis,
untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. PSSI merupakan perwujudan dari penerapan
pendekatan ke dalam sistem pendidikan, yaitu sebagai suatu kesatuan
yang terorganisasi yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh
siswa. Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus
operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau
dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar,
berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan
hanya satu bentuk tingkah laku.;
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan
menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi
disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan
ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan;
c. Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni merumuskan
semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan
belajar perlu ditempuh;
11
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni
merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat
dan sumber pelajaran;
e. Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates,
menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan
melakukan perbaikan.
3. Model Banathy
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H.
Banahty. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sistem. Pengembangan sistem instruksional adalah suatu
proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi
perubahan di dalam tingkah lakunya.
Model desain system pembelajaran dari Banathy berbeda
dengan model-model sebelumnya. Model ini memandang bahwa
12
penyusunan system instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan
yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program
pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan
sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah
yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik;
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai
perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita
bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya;
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan
mengiventasikan seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai
kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta
menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan;
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis
setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur
penjadwalan;
e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas system,
yakni melatih sekaligus menilai efektivitas system, melakukan
penempatan dan melaksanakan evaluasi;
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
13
harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar).
Kemampuan awal siswa harus di analisis atau dinilai agar
mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasakan hasil
evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih
efektif untuk membuatnya.
b. Kelemahan
Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efesien
Model cenderung lebih focus pada materi yang belum dikuasai
oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di
pelajari yang bisa luput apabila tidak pernah dikaji ulang.
14
sumatif.1[24] Model Dick and Cery termasuk ke dalam model
prosedural. Langkah-langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and
Carey adalah :
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran;
b. Melaksanakan analisi pembelajaran;
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa;
d. Merumuskan tujuan performansi;
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan;
f. Mengembangkan strategi pembelajaran;
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran;
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
i. Merevisi bahan pembelajaran;
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
15
Gambar 2 Desain Pembelajaran Model Dick, Carey & Carey (2009)
16
instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya
mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
Model Dick & Carey sangat lengkap komponenya, hamper
mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan
pembelajaran.
b. Kekurangan
Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.
Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan
sesuai dengan langkah-langkah tersebut.
Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar.
Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan
kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi
pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan
pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian
pakar (validasi).
Terlalu banyak prosesdur yang harus dilakukan oleh guru dalam
melalksanakan proses pembelajaran.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model Gerlach & Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan keseluruhan
proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara
rinci setiap komponennya.
18
desain pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, dalam pelaksanaannya
kondisi siswa, materi ajar dan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam
proses pembelajaran menjadi indikator untuk memilih model yang sesuai.
Setiap upaya yang baik akan sangat bermakna dengan perencanaan yang
matang.
B. SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Marrison, G., Steven, M., & Jerrold, E. (2004). Design Effective Instruction. New
York: John Wiley & Sons.
20