Anda di halaman 1dari 16

4.

Energi

4.1. Definisi Energi


4.2. Fungsi Energi untuk Ternak
4.3. Sumber Energi untuk Ternak
4.4. Karbohidrat
4.5. Lipid
4.6. Penggunaan dan Partisi Energi dari Pakan
4.7. Sistem dan Satuan Energi Pakan

Energi sangat diperlukan pada setiap langkah mahluk hidup, tanpa


adanya energi berarti tidak ada kehidupan. Sebagian besar porsi dari
makanan/pakan yang dikonsumsi oleh ternak atau manusia digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi, karena reaksi anabolik dan katabolik dalam tubuh
memerlukan energi. Kleiber menggambarkan bahwa energi adalah the fire of life
(api kehidupan). Supaya kita dapat memahami dan menggunakan energi untuk
kehidupan ternak (baik ternak non-ruminansia dan rumiansia) maupun kita
sendiri secara arif, maka dalam pokok bahasan energi ini harus mampu
menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Energi itu apa?
2. Apa fungsi energi untuk ternak?
3. Apa dan dari mana sumber energi untuk ternak?
4. Apakah ada perbedaan antara ternak ruminansia dan non ruminansia
dalam menggunakan pakan sebagai sumber energi?
5. Bagaimana penggunaan energi yang berasal dari pakan di dalam
tubuh ternak ruminansia dan non-ruminansia?
6. Apakah sistem satuan energi yang digunakan untuk ternak non-
ruminansia sama atau berbeda dari ternak ruminansia?
7. Bagaimana mengetahui bahwa suatu bahan pakan nilai energinya
tinggi atau rendah untuk ternak non-ruminansia maupun ternak
ruminansia?

4.1. Definisi Energi


Istilah energi merupakan kombinasi dari dua suku kata Yunani (Greek),
yaitu: en, artinya in (bahasa Inggris) atau di dalam (bahasa Indonesia) dan
ergon, artinya work (bahasa Inggris) atau kerja (bahasa Indonesia). Dari
kombinasi kata tersebut, Scott et al.(1982) mendefinisikan bahwa ENERGI
adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kerja. Yang dimaksud kerja disini
cakupannya sangat luas, dari mulai melakukan kegiatan yang sangat ringan
(misalnya hanya menulis sesuatu atau bahkan hanya istirahat tanpa melakukan
sesuatu kecuali bernapas dan berkedip) sampai kepada kegiatan yang memeras
banyak keringat.

Bab-4: Energi IV-1


Terdapat berbagai macam definisi dan deskripsi tentang energi,
tergantung dari sudut pandang ilmu yang menggunakannya, misalnya apakah
energi digunakan dalam ilmu fisika atau biologi. Di dalam ilmu fisika, energi
adalah segala sesuatu yang bisa dikonversi menjadi kerja. Dalam ilmu biologi,
kerja (work), biasanya mendefinisikan hanya satu atau beberapa penggunaan
dari energi, terutama pada hewan hidup.

4.2. Fungsi Energi untuk Ternak


Energi sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup ternak diantaranya
adalah untuk: (1) kerja secara mekanis dari aktivitas muskular yang esensial; (2)
kerja secara kimiawi seperti pergerakan zat terlarut melawan gradien
konsentrasi; dan (3) sintesis dari konstituen tubuh seperti enzim dan hormon.
Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh (respirasi, aliran
darah dan fungsi sistem syaraf), untuk pertumbuhan dan pembentukan produk
(susu, telur, wool, daging).

4.3. Sumber Energi untuk Ternak


Sebagian besar energi yang ada di bumi berasal dari matahari, walaupun
energi molekuler merupakan bentuk energi paling penting dan berguna untuk
ternak. Pada dasarnya, para ahli nutrisi sepakat dengan konversi energi kimia
yang tersimpan dalam molekul pakan (karbohidrat, protein, lemak) menjadi
energi kinetik pada reaksi kimia dalam metabolisme dan dari kerja serta panas.
Terbentuknya energi kimia berupa karbohidrat, protein dan lemak dalam molekul
pakan terjadi karena adanya proses fotosintesis dalam tanaman dengan bahan
baku klorofil yang ada dalam daun, CO2 yang diserap tanaman dari udara, air
dan mineral yang diserap oleh akar dari tanah serta cahaya matahari
(dilustrasikan pada Gambar 4.1.)

Gambar 4.1.
Matahari sebagai
sumber energi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber energi untuk ternak
adalah zat makanan karbohidrat, lemak dan protein. Karbohidrat terdiri atas
2(dua) fraksi, yaitu serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN/pati).
Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara ternak non-ruminansia dan
ruminansia dalam menggunakan zat makanan sebagai sumber energi. Sumber
energi utama untuk ternak non-ruminansia (seperti unggas, babi) adalah BETN,
sedangkan sumber energi utama untuk ternak ruminansia adalah serat kasar.

Bab-4: Energi IV-2


Perbedaan dasar antara ternak ruminansia dan non ruminansia pada
metabolisme sumber energi berupa karbohidrat dan protein, oleh karena adanya
mikroorganisme (bakteri, protozoa dan fungi) di dalam rumen dan retikulum
ruminansia. Pada ruminansia, karbohidrat mengalami fermentasi oleh mikroba
membentuk VFA (volatile fatty acids = asam lemak terbang) dan produk ini
merupakan energi utama untuk ruminansia.
Perbedaan antara ruminansia dan non-ruminansia dalam metabolisme
energi yang berasal dari lemak adalah: ternak non-ruminansia hanya dapat
memanfaatkan senyawa lemak sederhana (trigliserida), sedangkan ruminansia
dapat memanfaatkan senyawa yang lebih kompleks seperti fosfolipid (lesitin).
Pada ternak non-ruminansia, trigliserida dimetabolis menjadi asam-asam lemak
bebas dan bersama-sama garam-garam empedu membentuk misel, terus masuk
ke usus dalam bentuk trigliserida dan bergabung bersama β-lipoprotein
membentuk kilomikron, kemudian masuk ke saluran limpa.
Pada ruminansia, lesitin dimetabolis menjadi lisolesitin, bersama asam-
asam lemak bebas yang berasal dari metabolisme senyawa lemak sederhana
dan garam-garam empedu bergabung membentuk misel, terus masuk ke usus
dalam bentuk lesitin dan bergabung bersama trigliserida dan lipoprotein
membentuk kilomikron, kemudian masuk ke saluran limpa.

4.4. Karbohidrat
Karbohidrat melingkupi senyawa-senyawa yang secara kimia berupa
hidroksi aldehida dan hidroksi keton. Karbohidrat adalah komponen utama di
dalam jaringan tanaman: lebih dari 70 % terdapat pada hijauan, dan lebih dari
85 % terdapat pada biji-bijian/ serealia. Melalui proses fotosintesis, tanaman
dapat mensintesa karbohidrat. Pada ternak, karbohidrat terdapat dalam bentuk
glukosa dan glikogen yang meliputi kurang dari 1 % dari bobot ternak.

Klasifikasi karbohidrat
Kabohidrat diklasifikan dalam 5 jenis, yaitu: monosakarida, disakarida,
trisakarida, polisakarida dan mixed polisakarida. Pada literatur lain,
monosakarida dan oligosakarida (disakarida, trisakarida dan tetrasakarida)
biasanya disebut kelompok sugar, sedangkan polisakarida yang terdiri dari
homoglukan (arabinan, xilan, glukan, fruktan, galaktan, mannan dan glukosamin)
dan heteroglukan (pektin, hemiselulosa, gum, musilago asam, asam hialuronik
dan kondroitin) disebut kelompok ’non sugar’. Pada Tabel 4.1. diperlihatkan
klasifikasi secara lengkap klasifikasi karbohidrat.
 Monosakarida, yang terpenting adalah glukosa. Glukosa dan fruktosa
terdapat melimpah sebagai monosakarida bebas. Glukosa adalah sumber
energi vital terpenting berupa cairan tubuh ternak, berperan dalam sistem
syaraf, jaringan dan janin.
 Laktosa merupakan gula air susu. Laktosa yang mengalami proses
fermentasi oleh sejumlah mikroorganisme termasuk Streptococcus lactis
akan dikonversi menjadi asam laktat, misalnya dalam memproduksi yakult
melalui peran Laktobacillus casei sirota atau memproduksi yogurt
melalui peran Steptococcus thermophilus dan Lactobactillus bulgaricus.
 Selobiosa: tidak terdapat bebas di alam, mempunyai ikatan β-(1,4). Ikatan
tersebut tidak dapat dipecah oleh enzim yang dihasilkan oleh mamalia
kecuali oleh enzim yang disintesis oleh mikroorganisme retikulorumen.

Bab-4: Energi IV-3


Tabel 4.1. Klasifikasi Karbohidrat
Compound Monosaccharide Occurrence
content
MONOSACHARIDES (SIMPLE
SUGAR)
Pentoses (5-C sugars)
(C5H10O5)
Arabinose Pectin; polysaccharide, araban
Xylosse corn cobs, wood ;
Ribose polysaccharides nucleic acids.
Hexoses (6-C sugars)
(C6H12O6)
Glucose disaccharides; polysaccharides
Fructose disaccharides (sucrose)
Galactose milk (lactose)
Mannose polysaccharides

DISACCHARIDES (C12H22O11)
Sucrose glucose-fructose sugar cane, sugar beet
Maltose glucose-glucose
(glucose-4-α-glucoside) starchy plants and roots
Lactose glucose-galactose milk
Cellobiose glucose-glucose
(glucose-4-β-glucoside) fibrous portion of plants
TRISACCHARIDES (C18H32O16)
Raffinose glucose-fructose-
galactose certain varieties of eucalyptus,
POLYSACCHARIDES cotton seed, sugar beets)
Pentosans (C5H8O4)n
Araban arabinose pectins
Xylan xylose corn cobs, wood

Hexosans (C6H10O5)n
Starch (a polyglucose glucose grains, seeds, tubers
glucides)
Dextrin glucose partial hydrolytic product of starch
Cellulose glucose cell wall of plants
Glycogen glucose liver and muscle of animals
Inulin (a polyfructose fructose potatoes, tubers, artichokes
fructoside)

MIXED POLYSACCHARIDES
Hemicellulose mixtures of pentoses and fibrous plants
hexoses
Pectins pentoses and hexoses citrus fruits, apples
mixed with salts of
complect acids
Gums (partly oxidized to pentoses and hexoses acacia trees and certain plants
acids)
 Oligosakarida, terdiri dari disakarida, trisakarida, mengandung 2 atau 3
unit monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosida (, β).
 Polisakarida, diklasifikasikan sebagai: heteropolisakarida dan
homopolisakarida. Terdapat sebagai struktur dasar dari sel, hampir
diseluruh jaringan, di mukus, beberapa hormon, enzim-enzim, bahan-
bahan grup darah, dan zat-zat kekebalan. Homopolisakarida: glikogen,
tersedia di jaringan ternak yang menyerupai pati tanaman dan merupakan
simpanan energi jangka pendek. Hanya hati dan ginjal yang dapat
melepaskan glukosa untuk masuk ke darah. Glikogen hati adalah glukosa
terpenting. Proses pembentukan glikogen disebut glycogenesis (glycogen
synthetase). Proses pemecahan glikogen disebut glycogenolysis
(glycogen phosphorylase).

Bab-4: Energi IV-4


 Pati (starch) dan selulosa adalah dua komponen penting di dalam ransum
ruminansia: konsentrat dan hijauan. Selulosa berikatan erat secara fisik
dan kimia dengan hemiselulosa dan lignin. Selulosa dicerna dalam
saluran pencernaan oleh enzim selulase menghasilkan selobiosa, lalu
dihidrolisis menjadi glukosa oleh selobiase. Enzim selulase dihasilkan
oleh mikroba rumen dan retikulum ruminansia. Hasil akhir dari
pencernaan selulosa adalah asam-asam lemak terbang (VFA) yang terdiri
dari asetat, propionat dan butirat, dengan hasil sampingan antara lain
berupa gas metan, dan CO2 yang akan digunakan dalam metabolisme
energi pada ternak ruminansia.
 Lignin merupakan polimer yang mengandung protein sulit dicerna. Lignin
sangat tahan terhadap degradasi kimia dan enzimatik. Lignin sering
digunakan sebagai indikator di dalam eksperimen studi kecernaan pada
ternak ruminansia karena sifatnya yang tidak larut tersebut. Lignin bukan
karbohidrat, tetapi sangat berhubungan erat dengan senyawa-senyawa
kabohidrat. Kulit kayu, biji, bagian serabut kasar, batang dan daun
mengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh adanya lignin
dan polisakarida yang lain. Kadar lignin akan bertambah dengan
bertambahnya umur tanaman.

Metabolisme Karbohidrat pada Ruminansia


Terdapat perbedaan mendasar antara ruminansia dan monogastrik dalam
metabolisme karbohidrat, yaitu: jalur metabolisme dan produk akhir yang
dihasilkan.
Tanaman makanan ternak mengandung: 20 – 30% BK selulosa, 14 – 20%
BK hemiselulosa, dan kurang dari 10% BK pektin dimana 2 -12% BK adalah
lignin.
Ruminansia mempunyai mikroorganisme di dalam retikulorumen yang
mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat mencerna makanan yang
masuk.Bagian terbesar karbohidrat terdiri dari: yang mudah larut (gula dan pati)
dan yang sukar larut (selulosa dan hemiselulosa, misal hijauan dan limbah
serat). Keduanya ini difermentasikan oleh mikroba rumen membentuk VFA di
dalam rumen dan retikulum. Pemecahan karbohidrat menjadi VFA terjadi di
rumen terdiri dari 2 tahap: 1). Hidrolisis ekstraseluler dari karbohidrat kompleks
(selulosa, hemiselulosa, pektin) menjadi oligosakarida rantai pendek terutama
disakarida (selobiosa, maltosa, pentosa) dan gula-gula sederhana. 2).
Pemecahan oligosakarida dan gula-gula sederhana menjadi VFA oleh aktifitas
enzim intraseluler. Proses ini ditampilkan pada Gambar 4.2. dan 4.3.
Komposisi VFA terbanyak di dalam cairan rumen adalah: asam asetat,
propionat dan butirat sedangkan yang dalam jumlah kecil: asam format,
isobutirat, valerat, isovalerat dan kaproat. Pemecahan protein oleh bakteri juga
menghasilkan asam lemak berantai cabang yang terdapat dalam jumlah kecil
tersebut.
Dalam pencernaan ini dihasilkan pula produk ikutan berupa beberapa
gas: metan (CH4), CO2 dan H2; yang dikeluarkan dari tubuh melalui proses
eruktasi (belching/ bersendawa).
Sejumlah kecil karbohidrat yang dicerna dan sebagian dari polimer-
polimer karbohidrat yang lolos dari fermentasi mikroba di perut depan akan
masuk ke usus halus, dicerna selanjutnya diserap.

Bab-4: Energi IV-5


Asam lemak terbang (VFA) yang dominan (asetat, propionat, dan butirat)
akan diserap melalui dinding rumen, masuk ke dalam sirkulasi darah dan di
transportasikan ke jaringan tubuh ternak.
Senyawa-senyawa tersebut selanjutnya akan mengalami proses
metabolisme:
1. Katabolisme, yang mensuplai energi, dan
2. Biosintesis misalnya: biosintesis lemak susu dari asam asetat dan butirat;
biosintesis glukosa dari asam propionat di dalam jaringan tubuh ternak.
Dalam metabolisme di jaringan dilibatkan pula sistem enzim, sehingga
produk akhir metabolisme tersebut dapat dimanfaatkan.
Karena ruminansia dapat mensintesis glukosa dari asam propionat di
dalam rumen, dan fungsinya sebagai energi tidak terlalu besar diharapkan oleh
ruminansia (monogastrik: glukosa adalah sumber energi utama) maka glukosa di
jaringan menjadi terbatas (di dalam darah: 40-70 mg%, sedang monogastrik 100
mg%). namun pada ternak baru lahir (pre-ruminan) sama dengan monogastrik,
glukosa dalam darah: 100-120 mg%.

Energi yang Dihasilkan dari Pencernaan Karbohidrat


Dari dua tahap proses pencernaan karbohidrat didalam rumen (Gambar
4.2. dan 4.3), dihasilkan sumber energi berupa ATP seperti berikut :
Tahap1:
 Heksosa (senyawa-senyawa yang mempunyai atom karbon 6 buah) 
2 Piruvat + 4 (H) + 2 ATP
 Pentosa (senyawa-senyawa yang mempunyai atom karbon 5 buah) 
1.67 Piruvat + 1.67 (H) + 1.67 ATP

Tahap 2:
 2 Piruvat + 2H2O  2 Asam Asetat + 2 CO2 + 2 H2 + 2 ATP
 2 Piruvat + 8 (H)  2 Asam Propionat + 2 H2O + 2 ATP
 2 Piruvat + 4 (H)  Asam butirat + 2 H2 + 2 CO2 + 2 ATP

Energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk hidup pokok dan
sintesis protein mikroba. Dengan cara demikian, mikroba akan memperbanyak
diri, sehingga pada gilirannya mikroba-mikroba tersebut dapat dimanfaatkan oleh
induk semang sebagai sumber protein yang bernilai hayati tinggi.

Bab-4: Energi IV-6


Gambar 4.2. Perombakan karbohidrat menjadi asam piruvat

Mekanisme Konversi Asam Piruvat Menjadi VFA

1. Produksi Asetat
Oksidasi asam piruvat menjadi asam asetat terjadi via Asetil CoA atau Asetil
fosfat (sebagai tahap antara).
2. Produksi Propionat
Ada 2 jalur (pathway) yaitu :
a. Fiksasi CO2 dari fosfoenol piruvat untuk membentuk Oksaloasetat seperti
propionat.
b. Reduksi (Akrilat)  penting pada ternak yang mengkonsumsi ransum
tinggi biji-bijian (laktat tinggi).
3. Produksi Butirat
Ada 2 jalur yaitu :
a. melibatkan Asetat (kebalikan β-oksidasi)
b. melibatkan Malonil-CoA (seperti sintesis asam lemak rantai panjang)

Gambar 4.3. Konversi asam piruvat menjadi VFA di dalam rumen

Bab-4: Energi IV-7


Penyerapan Asam Lemak Terbang (VFA)
Asam Lemak Terbang (VFA) :
 ± 75% diserap langsung dari retikulum masuk ke dalam darah
 ± 20% diserap dari abomasum dan omasum
 ± 5% lolos masuk ke usus halus untuk diserap masuk ke darah

Penyerapan VFA tergantung pada perbedaan antara konsentrasinya di


dalam cairan rumen dan di dalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan VFA
dari rumen meningkat sejalan dengan penurunan pH cairan rumen. Asam butirat
dari rumen akan melalui dinding rumen untuk masuk ke dalam darah untuk
dikonversi menjadi β-hidroksibutirat, sedangkan asam propionat akan dikonversi
menjadi asam laktat. Hal ini terjadi karena peran enzim-enzim tertentu yang ada
di dalam sel-sel epitel. β-hidroksibutirat dapat digunakan sebagai sumber energi
bagi sejumlah jaringan, misal: otot kerangka atau hati.

Produksi Methan
Metan merupakan produk sampingan dalam proses fermentasi
karbohidrat/ gula secara anaerob. Metan merupakan energi yang terbuang.
Bakteri metanogen akan menggunakan H2 yang terbentuk dari konversi asam
piruvat menjadi asam asetat untuk membentuk metan dan juga dari dekomposisi
format, atau metanol. Dalam pembentukan metan oleh mikroorganisme, terlibat
pula peran Asam Folat dan Vitamin B12.
Untuk mengurangi pembentukan metan disarankan :
1. Menambahkan asam lemak tidak jenuh ke dalam ransum.
2. Menggunakan feed additive seperti choloform, chloral hidrat dan garam
tembaga.
Produksi gas (CH4, CO2 dan H2) berlebihan akan menimbulkan bloat.

Pencernaan Karbohidrat di dalam Usus Ruminansia


Karbohidrat tercerna (pati, selulosa dan hemi selulosa) dan polisakarida
seluler dari mikroba yang lolos dari fermentasi rumen, akan masuk ke dalam
usus sebagai digesta, jumlahnya 10-20% dari karbohidrat yang dicerna.
Jumlah selulosa atau pati yang tahan dari degradasi rumen dipengaruhi
oleh pakan itu sendiri atau prosesing. Misalnya pati dari jagung giling dapat
dicerna ± 20% nya di usus halus oleh enzim yang sama dengan monogastrik.
pencernaan pati di usus halus menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh
induk semang lebih efisien daripada didegradasi oleh mikroba rumen, dimana
akan hilang sebagai CH4 atau panas.
Selulosa, hemiselulosa dan pati yang lolos dari usus halus difermentasi di
dalam cecum menjadi VFA, CO2 dan CH4 dengan jalur yang sama dengan di
dalam rumen. VFA yang terbentuk di cecum ini (ruminan atu kuda) di serap
masuk ke dalam sirkulasi dan digunakan di jaringan, hal yang sama terjadi di
dalam rumen.

Bab-4: Energi IV-8


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam
Rumen

Faktor yang mempengaruhi produksi VFA di dalam rumen adalah sebagai


berikut:

1. Makanan serat (sumber hijauan) akan menghasilkan lebih banyak asetat


dari pada propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air
susu (kadar lemak tinggi).
2. Makanan pati (biji-bijian/ konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi,
sesuai untuk ternak daging.
3. Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan.
4. Bentuk fisik pakan. (ukuran partikel)
5. Level intake
6. Frekuensi pemberian pakan.

Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi VFA adalah: volume cairan


yang berhubungan dengan saliva; laju aliran air di dalam darah.
 Konsentrasi VFA rumen diatur oleh keseimbangan antara produksi dan
penyerapan. Konsentrasi meningkat setelah makan, sehingga akibatnya
pH menurun.
 Puncak fermentasi : 4 jam setelah makan (jika hijauan meningkatkan),
namun lebih cepat ( lebih dari 4 jam) jika konsentrat.
 pH rumen normal (pertumbuhan mikroba optimal) : 6.0 – 7.0 ; yang
dipertahankan oleh kapasitas saliva dan penyerapan VFA.
 Jika pati meningkat atau propionat dan butirat meningkat juga format
meningkat pH akan menurun: 4.5-5 ; pH rendah akan menghambat
pertumbuhan bakteri selulolitik, sehingga akan menghambat pencernaan
hijauan.

Metabolisme VFA di dalam Jaringan Tubuh Ternak.


VFA yang diserap dari retikulorumen melalui jaringan dimana VFA
tersebut mengalami oksidasi dan perombakan menjadi energi ternak untuk
biosintesa lemak atau glukosa.
Jumlah setiap asam yang digunakan tersebut berbeda-beda menurut
jenis VFA tersebut : 50% asam asetat dioksidasi di jaringan tubuh sapi perah
sedangkan 2/3 asam butirat dan ¼ asam propionat mengalami oksidasi tersebut.
Metabolisme asam propionat dan butirat terjadi di hati; ± 60% adalah
asetat dimetabolisasikan di jaringan perifer (otot dan adiposa) dan hanya 20% di
metabolisasikan di hati. Pada ternak laktasi asam asetat digunakan untuk
sintesis lemak air susu di ambing.

Bab-4: Energi IV-9


Proses Oxidasi VFA dan Penghasilan ATP
Asam Propionat sebagai sumber energi :
ada 2 jalur oksidasi :
1. Oksidasi setelah konversi menjadi glukosa: melalui Jalur Glukonegenesis:
di hasilkan 17 mol ATP/ mol asam propionat
2. Oksidasi langsung asam propionat, dihasilkan 18 mol ATP/mol asam
propionat.

Asam Butirat sebagai sumber energi :

konversi
Butirat β-hidroksibutirat: dihasilkan 2 mol ATP

Asam Asetat sebagai sumber energi :


Asetat + CoA + ATP  CH3-CO-CoA (Asetil CoA) + AMP + P-P + H2
(dihasilkan 10 mol ATP/ mol Asetat)

Metabolisme Glukosa pada Ruminansia


Glukosa dicerna / difermentasi di retikulorumen. Glukoneogenesis di hati
(terutama) dan di ginjal (sedikit). Glukosa ruminan: 40-60% berasal dari asam
emak propionat; ± 20% dari protein (asam amino yang diserap dari saluran
pencernaan); sisanya dari VFA rantai cabang, asam laktat dan gliserol.

Fungsi Metabolis Glukosa pada Ruminansia.


1. Sumber utama energi di jaringan syaraf terutama di otak dan sel-sel
darah merah.
2. Untuk metabolisme otot dan produksi glikogen (persendian energi di otot
dan di hati).
3. Pada ternak yang sedang laktasi digunakan untuk prekursor utama dari
pembentukan laktosa dan gliserol (komponen lemak susu) dan suplai
nutrisi untuk janin. Kebutuhan glukosa ini meningkat pada akhir
kebuntingan.
4. Untuk pembentukan NADPH  diperlukan untuk sintesis Asam lemak
rantai panjang NADPH dari oksidasi glukosa via jalur pentosa-fosfat.

Bab-4: Energi IV-10


Gambar 4.4. Ringkasan pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia

Kontrol Metabolisme Glukosa


Insulin dan glukagon mengatur produksi glukosa ruminansia dan
mengontrol homeostasis glukosa terutama di dalam darah.
 Insulin: mengurangi produksi glukosa dari propionat dan prekursor
glukosa lainnya.
 Glukagon (>< insulin)  mendukung glukoneogenesis dari prekursor
glukosa dan melepaskan glukosa dari glikogen hati.

4.5. Lipid
Lipid adalah senyawa organik yang terdapat pada jaringan tanaman dan
hewan, mempunyai sifat larut dalam pelarut organik seperti benzene, ether atau
chloroform dan hanya sebagian kecil larut di dalam air.
Lipid terbagi dua kelompok yaitu yang membentuk sabun (saponifiable)
dan yang tidak membentuk sabun (non saponifiable). Yang membentuk sabun
dalam bentuk sederhana adalah trigliserida, ketika dihidrolisis dengan alkali
menghasilkan gliserol dan sabun. Trigliserida akan berbentuk cairan pada suhu

Bab-4: Energi IV-11


ruang (asam lemak tidak jenuh) dan akan menjadi padat (margarin) ketika ikatan
rangkapnya mengalami hidrogenasi, misalnya asam oleat berubah menjadi
stearat. Sedangkan yang lebih kompleks adalah fosfolipid misalnya lesitin dan
glikolipid yaitu komponen utama pada tanaman. Senyawa lipid yang tidak
membentuk sabun yang popular adalah steroid (sterol) dan karotinoid yaitu
pigmen tanaman dan merupakan vitamin yang larut dalam lemak.
Asam-asam lemak tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap) yang esensial
adalah asam linoleat (C 18:2), asam linolenat (C 18:3), dan arakidonat (C 20:4).
Arakidonat dapat disintesa dari asam linoleat. Pada alat pencernaan ruminansia,
mikroba rumen dapat memetabolisasi senyawa lipid yang lebih komplek, sedang
monogastrik hanya dapat memanfaatkan trigliserida saja.

Metabolisme Lipid
Pada monogastrik, trigliserida dikonversi menjadi monogliserida lalu
menjadi asam lemak bebas dan gliserol, membentuk misel dan masuk ke
pembuluh darah. Menjadi kilomikron dalam bentuk trigliserida lalu ke limpa, atau
asam lemak rantai pendek dan menengah langsung ke portal darah.
Pada ruminansia, lesitin dikonversi menjadi lisolesitin, bercampur dengan
partikel digesta dan garam-garam empedu membentuk misel lalu kepembuluh
darah, membentuk kilomikron baik trigliserida, lesitin dan lipoprotein masuk ke
limpa. Tidak ada asam lemak rantai pendek atau menengah yang langsung ke
portal darah.
Pakan hijauan dan biji-bijian umumnya berbentuk lemak tidak jenuh.
Hidrolisis lipid yang teresterifikasi oleh lipase asal mikroba akan membebaskan
asam-asam lemak bebas, sehingga galaktosa dan gliserol akan difermentasi
menjadi VFA. Asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat) akan dipisahkan dari
kombinasi ester, dihidrogenasi oleh bakteria menghasilkan asam monoenoat
(pertama) dan asam stearat (terakhir).
Sebagian besar asam lemak esensial akan rusak oleh karena proses
biohidrogenasi, namun ternak tidak mengalami defisiensi. Sebagian kecil asam
lemak esensial yang lolos dari proses di dalam rumen tersebut, sudah dapat
memenuhi kebutuhan ternak.
Mikroba rumen juga mampu mensintesis beberapa asam lemak rantai
panjang dari propionat dan asam lemak rantai cabang dari kerangka karbon
asam-asam amino valin, leusin dan isoleusin. Asam-asam lemak tersebut akan
diinkorporasikan ke dalam lemak susu dan lemak tubuh ruminansia.
Kebanyakan lipid di ruminan masuk ke duodenum sebagai asam lemak
bebas dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Monogliserida yang
dominan pada monogastrik, pada ruminan akan mengalami hidrolisis di dalam
rumen, sehingga sangat sedikit terdapat pada ruminan.
Ternak ruminansia yang masih muda mempunyai kemampuan untuk
mengkonversi glukosa menjadi asam-asam lemak, namun ketika rumen
berfungsi, kemampuan itu hilang dan asetat menjadi sumber karbon utama yang
digunakan untuk mensintesis asam-asam lemak. Asetat akan didifusi masuk ke
dalam darah dari rumen dan dikonversi di jaringan menjadi asetil-CoA, dengan
energi berasal dari hidrolisis ATP menjadi AMP. Jalur ini terjadi di tempat
penyimpanan lemak tubuh yaitu jaringan adiposa (di bawah kulit, jantung dan
ginjal). Konversi asetil-CoA menjadi asam-asam lemak rantai panjang sama
terjadinya antara ruminan dan monogastrik.

Bab-4: Energi IV-12


Lemak akan mengalami proses hidrolisis dan oksidasi, yang mana lebih
lanjut akan mengalami ketengikan. Degradasi hidrolisis dari lemak menjadi
asam-asam lemak dan gliserol merupakan hasil kerja dari enzim lipase, namun
jika terjadi ketengikan hidrolisis, tidak akan mengubah nilai gizi namun kurang
disukai manusia. Sedangkan jika terjadi proses oksidasi akan menimbulkan
terjadinya ketengikan oksidatif dimana nilai gizi akan berubah, kandungan asam-
asam lemak akan rusak.

4.6. Penggunaan dan Partisi Energi dari Pakan


Energi pakan yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam 3 cara: (1)
menyediakan energi untuk aktivitas; (2) dapat dikonversi menjadi panas; dan (3)
dapat disimpan sebagai jaringan tubuh. Kelebihan energi pakan yang
dikonsumsi setelah terpenuhi untuk kebutuhan pertumbuhan normal dan
metabolisme biasanya disimpan sebagai lemak. Kelebihan energi tersebut tidak
dapat dibuang (diekskresikan) oleh tubuh ternak.
Energi disimpan di dalam karbohidrat, lemak dan protein dari bahan
makanan. Semua bahan tersebut mengandung karbon (C) dan hidrogen (H)
dalam bentuk yang bisa dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O)
yang menunjukan energi potensial untuk ternak. Jumlah panas yang diproduksi
ketika pakan dibakar secara sempurna dengan adanya oksigen dapat diukur
dengan alat kalorimeter bom dan disebut Energi Bruto (EB) dari pakan.
Persentase EB yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak dan digunakan untuk
mendukung proses metabolik tergantung kemampuan ternak untuk mencerna
bahan makanan. Pencernaan mencerminkan proses fisika dan kimia yang
terjadi dalam saluran pencernaan dan menyebabkan pecahnya senyawa kimia
kompleks dalam pakan menjadi molekul lebih kecil yang dapat diserap dan
digunakan oleh ternak.
Energi yang diserap tersebut disebut Energi Dapat Dicerna (EDD).
Pada ternak non-ruminansia, kehilangan energi lebih lanjut terjadi melalui urin
berupa limbah yang mengandung nitrogen dan senyawa lain yang tidak
dioksidasi oleh tubuh ternak serta untuk ternak ruminansia selain melalui urin,
kehilangan energi juga melalui pembentukan gas methan. EDD dikurangi energi
yang hilang melalui urin (non-ruminansia) atau urin+methan (ruminansia) disebut
Energi Metabolis (EM) pakan.
Selama proses metabolisme zat makanan, terjadi kehilangan energi yang
disebut Heat Increament. Sisa energi dari pakan yang tersedia bagi ternak
untuk digunakan keperluan hidup pokok (maintenance) dan produksi disebut
energi neto (EN). Partisi energi pakan dalam tubuh ternak dapat dilihat pada
Gambar 4.5.

Bab-4: Energi IV-13


Gambar 4.5.
Partisi energi
dari pakan
dalam tubuh
ternak

Energi Bruto (EB)

Energi bruto dalam makanan/pakan dapat diukur dengan alat bomb


calorimeter. Prinsip dari pengukuran EB pakan ini adalah konversi energi dalam
pakan (karbohidrat, lemak, protein) menjadi energi panas dengan cara oksidasi
zat makanan tersebut melalui pembakaran. Bomb calorimeter dapat digunakan
untuk mengukur energi bruto dari pakan secara utuh (whole food) atau dari
bagian-bagian pakan (misalnya glukosa, pati, selulosa), jaringan ternak dan
ekskreta (feses, urin). Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan tergantung dari
proporsi karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut.
Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut. Nilai energi bruto
tidak menunjukan apakah energi tersebut tersedia untuk ternak atau tidak
tersedia, tergantung dari kecernaan bahan pakan tersebut.
Contoh nilai energi bruto dari beberapa bahan, baik makanan/pakan
secara utuh, fraksi-fraksinya, produk fermentasi maupun jaringan ternak disajikan
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Nilai Energi Bruto dari Beberapa Bahan

Jenis Bahan Jumlah Jenis Bahan Jumlah


(MJ/kg BK) (MJ/kg BK)
Komponen Pakan: Jaringan Hewan:
 Glukosa 15,6  Otot (muscle) 23,6
 Selulosa 17,5  Lemak (fat) 39,3
 Butterfat 38,5
 Pati 17,7
 Casein 24,5
 Lemak biji-bijian 39,0
Produk Fermentasi: Makanan/Pakan Utuh:
 Asetat 14,6  Jagung 18,5
 Butirat 24,9  Jerami oat 18,5
 Propionat 20,8  Susu (4% lemak) 24,9
 Methan 55,0  Oat 19,6
 Rumput (hay) 18,9
1 MJ (Mega Joule)= 238,9 kkal; BK= Bahan Kering

Bab-4: Energi IV-14


Energi Dapat Dicerna (EDD)
Nilai energi dapat dicerna dari suatu makanan/pakan diperoleh dengan
percobaan pemberian pakan (feeding trial). EDD dihitung dari EB yang
dikonsumsi dikurangi energi yang diekskresikan melalui feses (energi feses).
Pada ternak unggas, EDD susah diukur karena feses+urin diekskresikan melalui
saluran yang sama (bersatu), yaitu melalui kloaka.

Energi Metabolis (EM)


Nilai energi metabolis dari suatu makanan/pakan adalah EDD dikurangi
energi yang hilang dalam urin dan gas methan. Energi urin berada dalam bentuk
zat yang mengandung nitrogen seperti urea, asam hippuric, creatinine dan
allantoin, dan juga senyawa non-nitrogen seperti glucuronate dan asam sitrat.
Jika produksi methan tidak dapat diukur secara langsung, dapat diduga dengan
angka 8% dari EB yang dikonsumsi.
Pada unggas, energi metabolis lebih mudah diukur dibandingkan dengan
energi dapat dicerna (EDD), karena feses dan urin dikeluarkan bersama-sama.
Contoh nilai energi metabolis beberapa bahan pakan disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Nilai Energi Metabolis dari beberapa bahan pakan


untuk berbagai ternak (MJ/Kg BK)

Bahan Makanan Unggas Babi Domba Sapi


Jagung 16,2 16,9 - 14,0
Barley 13,3 14,2 12,9 12,3
Rumput kering muda - - 13,0 -
Dedak gandum - - - 10,6

Nilai energi metabolis, selain diperoleh dengan feeding trial, dapat juga
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
1. EM untuk hijauan yang diberikan pada ternak ruminansia;
EM (MJ/Kg BK) = 0,016 BOT
BOT = bahan organik tercerna (g/kg BK)
2. EM untuk bahan pakan pada ternak unggas;
a. Jagung: EM (kkal/kg BK) = 36,21 PK + 85,44 LK + 37,26 BETN
b. Dedak padi: EM (kkal/kg BK) = 46,7 BK – 46,7 ABU – 69,54 PK + 42,94
LK – 81,95 SK
PK = Protein Kasar
LK = Lemak Kasar
BETN= Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen/pati
BK= Bahan Kering (Dry Matter)
SK= Serat Kasar
3. EM untuk bahan pakan pada babi;
EDD (MJ/Kg BK) = 17,47 + 0,0079 PK + 0,0158 LK –
0,0331 ABU – 0,0140 NDF
NDF = Neutral Ddetergent Fiber

Bab-4: Energi IV-15


4.7. Sistem dan Satuan Energi Pakan

Ruminansia dan Babi


Sistem Inggris
Sistem energi pakan yang digunakan untuk ternak ruminansia dan babi di
Inggris adalah Energi Metabolis (EM) dan satuan energinya adalah Mega Joule
(MJ)/Kg BK.

Sistem USA
Sistem energi yang digunakan adalah TDN (Total Digestible Nutrient) dan
satuan energinya adalah Mega kalori (Mkal) atau Kilokalori (kkal).
TDN = DCP + DNFE + DCF + 2,25 DEE
DCP = Digestible Crude Protein (protein kasar dapat dicerna)
DNFE = Digestible Nitrogen Free Extract (karbohidrat dapat dicerna)
DCF = Digestible Crude Fiber (serat kasar dapat dicerna)
DEE = Digestible Ether Extract (kemak kasar dapat dicerna)

Unggas
Sistem energi pada unggas yang digunakan di seluruh dunia adalah
sistem energi metabolis (EM). Sistem ini paling praktis, karena feses + urin
dikeluarkan bersama-sama dalam saluran yang sama, yaitu kloaka. Satuan
energi yang digunakan adalah MJ/Kg (Eropa) dan Kkal/kg (USA).

Daftar Pustaka
Lesson, S and JD Summers. 2001. Nutrition of the Chicken. 4 th Ed. University
Books. Guelph, Ontario, Canada.
McDonald, P., RA Edwards, Greenhalgh J.F.D, and CA Morgan. 2002. Animal
Nutrition. 6th Ed. Prentice Hall. London.
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Rev Ed. National Academy
Press. Washington, DC.
Perry, TW, AE Cullison, and RS Lowrey. 2003. Feed and Feeding. Prentice
Hall. New Jersey.

Bab-4: Energi IV-16

Anda mungkin juga menyukai