Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

2.1.Kehamilan
a) Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu perjalanan baru yang ditandai
dengan perubahan fisik dan psikis sehingga timbul berbagai
masalah psikologis. Salah satu aspek psikologis yang berpengaruh
pada kehamilan adalah kecemasan. Rasa cemas selama
kehamilan dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses
persalinan yang aman untuk ibu dan bayinya (Utami, 2009).

Sedangkan menurut ( Saifuddin,2009) dan ( Walyani,2015 )


menjelaskan bahwa kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyantuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi , kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan dibagi menjadi 3trimester dimana trimester satu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu 9 minggu
ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke-28
hingga ke-40.
b) Aspek Yang Mempengaruhi Kondisi Psikologis Ibu Hamil
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para
ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain
merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan
bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir kedunia. Di
sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon
ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan,
mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan
yang cukup melelahkan. Gangguan yang terjadi pada seorang ibu
menjelang persalinan, yang bersumber pada rasa takut & sakit pada
fisik yg teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan ,
baik fisik maupun psikologis. Begitu jaga pada ibu bersalin,
perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap
orang namun ia perlu memerlukan bimbingan dari keluarga dan
penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi
selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadipada dirinya.

Dengan demikian ibu hamil pada minggu-minggu terakhir usia


kehamilannya selalu dihinggapi perasaan takut menghadapi
persalinan. Perasaan takut yang timbul bermacam-macam,
diantaranya takut tidak dapat melahirkan dengan normal, takut
bayi yang dilahirkan tidak sempurna, atau takut terjadi
sesuatu dengan bayi yang akan dilahirkannya. Ketakutan yang
bertambah kuat saat persalinan bepengaruh buruk pada
proses persalinan itu sendiri (Cahyono,2010).

2.2. Kecemasan

a ) Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan,
depresi yang tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional
(Clift, 2011). Pendapat lain menyatakan bahwa kecemasan
merupakan perwujudan dari berbagai emosi yang terjadi karena
seseorang mengalami tekanan perasaan dan tekanan batin. Kondisi
tersebut membutuhkan penyelesaian yang tepat sehingga individu
akan merasa aman. Namun, pada kenyataannya tidak semua
masalah dapat diselesaikan dengan baik oleh individu bahkan ada
yang cenderung di hindari. Situasi ini menimbulkan perasaan yang
tidak menyenangkan dalam bentuk perasaan gelisah, takut atau
bersalah (Supriyantini, 2010).

Menurut (Dalami, 2009) Kecemasan merupakan suatu


respon emosional terhadap penilaian individu yang dipengaruhi
oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya.

b ) Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Stuart (2013), faktor yang mempengaruhi


kecemasan dibedakan yaitu:

(1) Usia
Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang
yang mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu
dengan usia yang lebih tua (Kaplan & Sadock, 2010).

(2) Stressor

Kaplan dan Sadock (2010) mendefinikan stressor


merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu yang
disebabkan oleh perubahan keadaan dalam kehidupan.
Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat
mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,
tergantung mekanisme koping seseorang. Semakin banyak
stresor yang dialami mahasiswa, semakin besar dampaknya
bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang kecil
dapat mengakibatkan reaksi berlebihan.

(3) Lingkungan

Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah


mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati (Stuart, 2013).
(4) Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada


pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih
peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi
perasaan cemasnya (Kaplan & Sadock, 2010).

(5) Pendidikan

Dalam Kaplan dan Sadock (2010), kemampuan berpikir


individu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah
berpikir rasional dan menangkap informasi baru.
Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam
menguraikan masalah baru.

(6) Dukungan Keluarga

Pendampingan oleh keluarga saat ibu akan


bersalin mempengaruhi tingkat kecemasan pada
ibu (Manuaba,2003). Dukungan keluarga terutamam
dukungan yang didapatkan dari suami akan
menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang,
aman dan nyaman sehingga kecemasan ibu hamil
berkurang.

C ) Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin.

Menurut (Sumarah,dkk 2009) Perubahan Psikologi Pada


ibu hamil terjadi perubahan fisik maupun psikologis. Begitu juga
pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar
terjadi pada setiap orang, namun ia memerlukan bimbingan dari
keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan
yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga
ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh
penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
penolong persalinan. Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu
dalam proses persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali
melahirkan. Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah perasaan
tidak enak, rasa takut dan ragu-ragu pada persalinan yang akan
dihadapi, dalam menghadapi persalinannya ibu sering memikirkan
apakah persalinannya akan berjalan dengan normal, menganggap
persalinannya sebagai cobaan dan apakah penolong persalinan
dapat sabar serta bijaksana dalam menolongnya, apakah bayinya
normal atau tidak, apakah ia sanggup merawat bayinya, hal ini
sering menyebabkan perasaan cemas pada ibu dalam menghadapi
persalinan.

(D) Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan


Proses persalinan merupakan peristiwa yang
melelahkan sekaligus beresiko. Tidak mengherankan, calon
ibu yang akan melahirkan diselimuti perasaan takut, panik,
dan gugup. Ibu menanti kehadiran bayinya sebagai bagian
dari dirinya. Terdapat perasaan tidak menyenangkan ketika
bayinya tidak lahir tepat pada waktunya. Ibu takut terhadap
hidupnya dan bayinya dan tidak tahu kapan akan melahirkan. Ibu
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul
pada saat melahirkan (Kusumawati, 2008)
Menurut (Sadock, 2015) Terdapat 14 Gejala Kecemasan
Gejala kecemasan dapat berupa:
1. Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang
menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan
pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan (tension), yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa


istirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis,
gemetar, dan gelisah.

3. Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut
ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada
keramaian lalu lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam


hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-
mimpi, mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat


buruk.

6. Perasaan depresi, yaitu hilangnya minat, berkurangnya


kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan
yang berubah-ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,


kedutan otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.

8. Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung),


penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemah,
perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada,


denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan,
dan detak jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.
10. Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada,
perasaan tercekik, sering menarik napas, dan napas
pendek/sesak.

11. Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit,


gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,
perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,
muntah, buang air besar lembek, kehilangan berat badan, dan
sulit buang air besar (konstipasi).

12. Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat
menahan air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi
dingin (frigid), ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan
impotensi.

13. Gejala otonnom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah


berkeringat, pusing dan sakit kepala, dan bulu-bulu
berdiri/merinding.

14. Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot
meningkat, napas pendek dan cepat, dan muka merah.

Selain pengaruh gejala diatas, kecemasan memengaruhi


pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Kecemasan cenderung
menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi waktu dan ruang
tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu
proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi
daya ingat, dan menggangu kemampuan menghubungkan satu hal
dengan hal yang lain yaitu membuat asosiasi. (Kaplan & Sadock,
2014)
(E) Pengukuran Tingkat Kecemasan

Pengukuran Tingkat Kecemasan Pengukuran tingkat


kecemasan dapat menggunakan berbagai skala penelitian, salah
satunya adalah Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS).
HARS digunakan untuk melihat tingkat keparahan terhadap
gangguan kecemasan, terdiri dari 14 item penelitian sesuai dengan
gejala kecemasan yang ada. (Sadock, 2015) Masing-masing
kelompok gejala diatas diberi penilaian angka antara 0-4, yang
dirincikan sebagai berikut: 0= tidak ada gejala sama sekali, 1=
gejala ringan (apabila terdapat 1 dari semua gejala yang ada), 2=
gejala sedang (jika terdapat separuh dari gejala yang ada), 3=
gejala berat (jika terdapat lebih dari separuh dari gejala yang ada),
dan 4= gejala berat sekali (jika terdapat semua gejala yang ada).
(Shodiqoh, 2014) Masing-masing nilai dari 14 kelompok gejala
dijumlahkan dan dinilai derajat kecemasannya, yaitu: < 14: tidak
ada kecemasan; 14-20: kecemasan ringan; 21-27: kecemasan
sedang; 28-41: kecemasan berat; dan 42-56: kecemasan berat
sekali. (Shodiqoh, 2014).

2.3. Dukungan Keluarga

A. Definisi Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam
membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada
dukungan, maka rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi
untuk menghadapi maslah yang terjadi akan meningkat (Tamher
dan Noorkasiani, 2009). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang besifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman,
2013).
B. Tingkat Kecemasan menurut Stuart (2007)
1) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Kecemasan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
Cemas ringan dapat ditunjukan dengan :
a ) Timbul perasaan berdebar-debar, banyak bicara dan
bertanya dapat mengenal tempat, orang dan waktu
b) Tekanan darah, nadi dan pernafasan normal
c) Pupil mata normal
d) Perasaan masih relatif terasa aman dan tetap tenang
e) Penampilan masih tetap tenang dan suara tidak tinggi
2) Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada
hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah. Cemas sedang dapat
ditunjukan dengan :
a) Mulut kering, anoreksia, badan bergetar, ekspresi wajah
ketakutan, tidak mampu rileks, meremas-remas tangan,
posisi badan sering berubah, banyak bicara dengan volume
keras.
b) Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan
mulai meningkat.
3) Cemas Berat
Ketika mengalami kecemasan berat seseorang cenderung untuk
memusatkan pada suatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada area lain. Cemas berat dapat ditunjukan
dengan :
a) Nafas pendek, rasa tercekik, pusing, sakit kepala, rasa
tertekan, rasa nyeri dada, mual dan muntah, kondisi
motorik berkurang, menyalahkan orang lain, cepat
tersinggung, volume suara keras serta sulit dimengerti,
perilaku diluar kesadaran.
b) Tanda vital meningkat, berkeringat banyak, diare,
peningkatan frekuensi buang air, tidak mau melihat
lingkungan, wajah tampak tegang.
4) Panik
Individu sangat kacau atau berbahaya bagi diri maupun orang
lain. Tidak mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi
secara aktif.

C. Jenis-jenis Dukungan Keluarga


Jenis-jenis Dukungan Keluarga Menurut Friedman (2013)
menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis dukungan
antara lain:

1. Dukungan Informasional Dukungan informasional adalah


keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi, dimana
keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

2. Dukungan Penilaian atau Penghargaan Dukungan penilaian


adalah keluarga bertindak membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, dan perhatian.

3. Dukungan Instrumental Dukungan instrumental adalah


keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan,
minum, dan istirahat.

4. Dukungan Emosional Dukungan emosional adalah


keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan
yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
C . Macam-macam Bentuk Dukungan Keluarga
Macam-macam Bentuk Dukungan Keluaraga Menurut
Indriyani (2013), membagi jenis-jenis dukungan keluarga menjadi
3 yaitu :
1. Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang
dilakukan dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam
aktivitas seharihari yang mendasar, seperti dalam hal mandi
menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi, toileting,
menyediakan tempat tertentu atau ruang khusus, merawat
seseorang bila sakit, membantu kegiatan fisik sesuai
kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan yang
aman, dan lain-lain.
2. Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan
memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota
keluarga, memberikan rasa aman, membantu menyadari, dan
memahami tentang identitas. Selain itu meminta pendapat atau
melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk
menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada
bicara jelas, dan sebagainya. Stolte (2003) menyebutkan
bahwa keluarga memiliki fungsi proteksi yang melingkupi
selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal, juga
memberikan dukungan dan menjadi tempat yang aman dari
dunia luar.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan
individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian,
perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih
fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap
menjaga interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan
normanorma yang berlaku.
D. Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan
Dukungan keluarga khususnya suami sangat
berperan dalam menjaga atau mempertahankan integritas
seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Seseorang
dalam keadaan stresakan mencari dukungan dari orang
lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka
diharapkan dapat mengurangi stress (kecemasan). Selain
berperan dalam melindung seseorang terhadap sumber stres
dukungan suami juga memberikan pengaruh positif terhadap
kondisi kesehatan ibu hamil. Seseorang dengan dukungan
keluarga yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya dengan
baik. Dukungan keluarga (suami) melibatkan jaringan yang cukup
luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi
kesehatan dan kesejahteraan seseorang serta dapat mengurangi
kecemasan dan ketidakberdayaan seseorang yang sedang
mengalami stres (cemas) akan mendapatkan perasaan dan
pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila
mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Dukungan
keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang tentang stresor
kecemasan setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang
tidak mendapatkan dukungan dari keluarga mempunyai
kecenderungan tinggi mengalami dampak negatif dari stres
(cemas) (Jannatun, 2010).

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
1.Usia
2. Stressor
3. Lingkungan
4. Jenis kelamin
5. Pendidikan
Dukungan keluarga

1. Dukungan Tingkat kecemsan


Kecemasan ibu 1.Cemas ringan
Fisiologis
hamil
2. Dukungan 2.Cemas sedang
Psikologis 3.Cemas berat
3. Dukungan
Sosial 4.Panik

Keterangan :

Diteliti

Tak diteliti
C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variable Terikat

Dukungan keluarga Kecemasan Ibu Hamil

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian


(Nursalam dan Kurniawati, 2007; Stuart, 2007)

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara


dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu hamil menghadapi
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai