Anda di halaman 1dari 7

Bending Test

pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending
digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan
hasil sambungan las.
Longitudinal Bending
Transversal Bending.
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan,
dibagi menjadi dua :
pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga :
Face Bend (Bending pada permukaan las)
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.4). Pengamatan
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.1). Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak
atau tidak.
atau tidak. Jika timbul retak di manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di
fussion line

· Root Bend (Bending pada akar las)


Dikatakan Root Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik
b. Root Bend (Bending pada akar las)
dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.5). Pengamatan dilakukan pada
Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak.
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.2). Pengamatan dilakukan
pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak.
perbatasan WM dan HAZ)

Kriteria kelulusan uji bending


1. Pada daerah Weld metal dan HAZ ukurannya tidak melebihi 1/8 inchi ( ±3,2 mm)
yang diukur dari segala arah pemukaan.
c. Side Bend ( Bending pada sisi las ).
2. Pada daerah pelapisan ukuran cacat maksimal 1.6 mm
Dikatakan Side Bend jika bending dilakukan sehingga sisi las (gambar 5.3). Pengujian ini
dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan 3. Cacat pada sudut diabaikan kecuiali akibat SI (Slag Inclusión) dan IF (Incomplate
dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Fusion) dan Internal Discontinuties
Peralatan Bending
1. Mesin Uji Bending
2. Gerinda tangan
3. Kacamata pelindung
4. Sepidol
5. Kabel daya
6. Sarung tangan pelindung
7. Jangka sorong
Langkah Kerja
Prinsipnya, uji tarik ini dilakukan menggunakan mesin yang dapat memberikan gaya
1. Menyiapkan Spesimen
tarik yang cukup kuat pada material dan juga memberikan cengkraman yang kencang
2. Kodifikasi sehingga material tidak terlepas ketika diberikan gaya tarik.
Ambil sepidol dan tandai tiap spesimen dengan kode sebagai berikut : Ada banyak hal yang bisa didapatkan dari uji tarik, dengan memberikan gaya tarik pada
F. untuk spesimen face bend material sampai putus maka semua susunan struktur material bisa diketahui dengan
R. untuk spesimen root bend jelas sehingga dapat menentukan kualitas dari material tersebut.

3. Pengukuran dimensi Bahan atau material yang sering dijadikan objek untuk uji tarik adalah rubber dan
logam.
4. Penentuan diameter mandek
Penggunaan Hukum Hooke (Hooke’s Laws pada Uji Tarik
5. Pengujian pada mesin pengujian bending
Uji tarik memiliki prinsip dasar dari hukum hooke (hooke’s law) dimana regangan
· Catat data mesin pada lembar kerja (strain) dan rasio tegangan (stress) adalah konstan.
· Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat Stress (σ) = Beban (F) : Luas Penampang Bahan (A)
· Setting beban dan berikan beban secara kontinyu Strain(ε) = Pertambahan Panjang (ΔL) : Panjang Awal bahan (L)
· Ambil spesimen dan amati permukaannya. Bila terdapat cacat, ukur dan catat Sehingga hubungan dari strain dan stress dapat dirumuskan menjadi :
pada lembar kerja bentuk, dimensi, tempat dan jenis cacat. Sketsa juga gambar cacat
E = σ/ ε
pada lembar kerja.
· Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen
Beberapa Istilah pada Uji Tarik
Derajat Kelentingan (Resilience)
Tensile Test
Biasanya dijadikan kapasitas/volume suatu bahan untuk menyerap energi dalam fase
Pengujian ini memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu material dan plastis. Derajat kelentingan juga sering disebut Modulus Kelentingan (Modulus of
untuk mengenali karakteristik pada material tersebut. Resilience) yang memiliki satuan strain energy per unit volume (joule/m 3 atau Pa).
Kelenturan (Ductility)
Merupakan sifat material yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi pada
saat material belum putus pada saat uji tarik.
Pengerasan Regang ( Strain Hardening)
Sifat suatu material yang ditandai dengan nilai naiknya tegangan berbanding dengan
tegangan setelah memasuki fase plastis.
Derajat Ketangguhan (toughness)
Kapasitas atau volume suatu bahan untuk menyerap energi pada fase plastis sampai
bahan atau material tersebut putus.
Regangan Sejati dan Tegangan Sejati (True Strain dan True Stress)
Regangan dan tegangan berdasarkan luas penampang bahan yang didapat secara real
time
Gambar 1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya
Batas Proporsional σp (proportional limit)
Batas minimal dari hukum hooke atau batas dimana hukum hooke ini masih bisa
ditolerir
Tegangan Luluh Atas σuy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum daerah landing benar-benar memasuki fase plastis
Tegangan Luluh Bawah σiy (lower yield stress)
Tegangan minimum sebelum landing memasuki daerah fase plastis
Regangan Luluh εy (yield strain)
Regangan yang bersifat permanen ketika bahan akan memasuki fase plastis
Regangan Elastis εe (elastic strain)
Regangan yang terjadi akibat perubahan elastis pada material
Deformasi plastis (plastic deformation) Cara melakukan pengujian tarik
A. Menyiapkan spesimen dan alat uji tarik
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula.
B. Kalibrasi alat
Tegangan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)
C. Menempatkan spesimen
Besar tegangan maksimum yang dihasilkan pada uji tarik
D. Kontrol agar spesimen tercengkerama dengan sempurna
Kekuatan Patah (Breaking Strength)
E. Memutar pengontrol kecepatan pada control panel
Besar tegangan ketika material yang diuji patah / putus D. Mengamati hasil pada monitor
Uji Kekerasan (Hardness Test) Mikrohardness test sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan
pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah. Knoop
Pengujian ini dilakukan agar dapat diketahui tingkat kekerasan tingkat kekuatan dan biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik.
daya tahan dari barang yang dihasilkan itu agar sesuai dengan yang diinginkan.
Kekerasan adalah ketahanan suatu benda/material terhadap penetrasi/ penekanan/
daya tembus benda lain yang lebih keras dan nilai kekerasannya tidak mutlak.
A. Metode Brinnell
Metode ini digunakan dengan cara menekan penetrator dengan indentor bola baja
kepermukaan material dengan beban penekanan sesuai dengan indentor dan jenis
material yang akan diuji. Alat penetrasi yang digunakan adalah indentor bola baja yang
dikeraskan dengan ukuran diameter 10 mm, 5 mm dan 2.5 mm.
Material yang diuji adalah material yang lunak saja dan harga kekerasannya hanya
sampai 450 HB (Kg/mm2 ), atau dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor Uji Impact
(Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida
adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading).
Tungsten.
adapun tujuan dari pengujian impact test ini adalah sebagai berikut :
B. Metode Vickers
1. Mengetahui pengaruh beban dampak terhadap sifat mekanik material.
Metode ini sama dengan metode brinnell yaitu besarnya nilai kekerasan ditentukan
2. Mengetahui standar prosedur pengujian dampak.
oleh beban penekanan dibagi dengan luas permukaan bekas penekanan. Metode ini
3. Mengetahui faktor yang memengaruhi kegagalan material dengan beban dampak.
digunakan dengan cara menekankan penetrator dengan indentor intan yang berbentuk
4. Mengetahui kemampuan material terhadap beban dampak dari berbagai temperatur
pyramid dengan dasar bujur sangkar dan sudut puncaknya 136 ke permukaan material
yang di ukur.
yang akan duji. Beban penekanan yang akan digunakan pada Metode Vickers ini mulai
dari 1 Kg sampai 120 Kg. Jenis-jenis Metode Uji Impak
C. Metode Rockwell Secara umum metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu:
Metode ini sebenarnya merupakan gabungan antara Metode Brinnell dan Metode 1. Metode Charpy
Vickers, sehingga hasilnya pun cukup prsisi dan tepat. Indentor yang dipakai dalam Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi
pengujian Metode Rockwell : horizontal/mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.
a. Untuk logam – logam yang lunak digunakan bola baja diameter 1/16” dengan
beban 100 Kg
b. Untuk baja – baja yang keras digunakan intan dengan sudut 1200 dengan beban
150 Kg. Metode Rockwell digunakan untuk menguji material dari yang lunak
sampai yang keras.
D. Micro Hardness (knoop hardness) 2. Metode Izod
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi,
dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.
Metallurghraphy Test
Pengujian metalografi adalah suatu teknik atau ilmu untuk melihat struktur mikro dan
makro material.
Pengujian makro (makroscope test) ialah proses pengujian bahan yang menggunakan
mata terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan
bahan. Angka kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5 sampai 50 kali. Pengujian
cara demikian biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki struktur kristal
yang tergolong besar atau kasar. Misalnya, logam hasil coran (tuangan) dan bahan yang
Alat yang digunakan termasuk non-metal (bukan logam).
1. Mesin uji impak charpy Pengujian mikro adalah suatu pengujian mengenai struktur bahan melalui pembesaran
dengan menggunakan mikroskop khusus metalografi. Dengan pengujian mikro struktur,
2. Penjepit spesimen
kita dapat mengamati bentuk dan ukuran kristal logam, kerusakan logam akibat proses
3. Termometer deformasi, proses perlakuan panas, dan perbedaan komposisi. Untuk melakukan
4. Jangkan sorong pengujian mikro, maka diperlukan proses metalografi.
Bahan yang digunakan Tahapan dalam melakukan pengujian metalografi adalah sebagai berikut :
1. BS 4360 A A. Cutting, yaitu pemotongan benda uji disesuaikan dengan penampang yang
2. Es batu akan diamati (dengan menggunakan Mesin potong Discotom-2)
B. Mounting (pembingkaian), dilakukan untuk memudahkan penanganan/
Prosedur Percobaan pemegangan terhadap benda uji yang berukuran kecil atau memiliki bentuk
1. Menyiapkan benda uji berupa BS 4306 A. yang tidak beraturan yang akan sulit ditangani khususnya pada saat
2. Mengukur luas penampang dan kedalaman takik. pengamplasan dan pemolesan apabila tidak mounting.
C. Grinding, yaitu proses meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan
3. Memasang benda uji pada tumpuan, perhatikan posisi takik.
kertas amplas anti air secara berurutan mulai dari kekasaran 120, 240, 360,
4. Memasang bandul pada posisi 300 joule. 400, 700, 800, dan 1200, selama proses grinding diberi air untuk mencegah
5. Melepaskan bandul dan catat energi yang diserap untuk mematahkan benda uji. terjadinya oksidasi pada permukaan benda uji.
D. Polishing, yaitu menghaluskan serta menghilangkan goresan – goresan selama
6. Mengamati dan ukur bentuk perpatahan yang terjadi.
proses grinding dengan menggunakan kain bludru (polishing cloth) dan pasta
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu : diamand dengan tingkat kehalusan 6 μm, 1 μm dan ¼ μm. sebagai media
 Patah Ulet/ liat pendingin digunakan Luricant Blue atau alkohol 96%
Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama E. Etching, yaitu mereaksikan benda uji dengan bahan etsa sehingga dapat
proses penjalaran retak. memunculkan gambar struktur mikro dengan jelas. (proses etsa menggunakan
menggunakan nital 2%).
 Patah Getas F. Viewing, Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik
Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi dan mikroskop elektron
deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro.
Mengapa hasil las harus diperiksa Kualifikasi Welding Inspektur
• Weld hampir memiliki cacat. • Kondisi fisik aktif dan baik
• cacat metalurgi • visi yang baik
• cacat dimensi • Kemampuan untuk memeriksa permukaan las, ray film X
• Weld memiliki Stres Konsentrasi Factor • Untuk menentukan dan menegakkan persyaratan persepsi warna
• produk las terdiri dari zona terpengaruh Panas (HAZ) • sikap profesional
• Logam las memiliki kekuatan lelah rendah • Pengetahuan tentang pengelasan
• produk Weld hampir memiliki tegangan sisa • Pengetahuan tentang gambar dan spesifikasi
• kekuatan lelah yang lebih rendah • Tidak perlu menghafal semua standar dan Spesifikasi tapi tahu
bagaimana untuk mendapatkan.
• Deformasi
• Kemampuan untuk menghasilkan dan memelihara catatan
• produk las bahan rapuh, martensit
• Pengetahuan tentang proses pengelasan
• produk las tergantung pada tukang las, mesin, material dan proses metode
• Pengalaman inspeksi

• uji destruktif
Sebelum Welding
• uji tarik (Wajib)
• Ulasan Menggambar dan spesifikasi
• uji tekuk (Wajib)
• Menetapkan check point
• uji fraktur (Wajib)
• Periksa cocok dan keselarasan
• Makro dan uji Mikro (Opsional)
• Memeriksa suhu panas pra jika diperlukan
• uji metalurgi (Opsional)
Selama pengelasan
• uji kekerasan (Opsional)
• Welding Machine, Parameter Voltage, ampere, siklus Duty
• Kelelahan Test (Opsional)
• Elektroda, filler metal, fluks, shielding gas
• uji fraktur ketangguhan (Opsional)
• Mengukur dan grinding
• Non Uji Merusak
• kembali las
• Visual inspeksi (Wajib)
setelah pengelasan
• Tes Dye Penetrant (Opsional)
• penampilan Weld
• Tes magna Flux (Opsional)
• dimensi , deformasi
• Ultra sonic Test (Opsional, Wajib)
• Permukaan las cacat (Under cut, Overlap, Under fill, crack, Spatter)
• Uji Radiografi (Wajib)

Anda mungkin juga menyukai